• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Terpaan Tayangan Korean Wave (Demam Korea) Terhadap Gaya Hidup Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Terpaan Tayangan Korean Wave (Demam Korea) Terhadap Gaya Hidup Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TERPAAN TAYANGAN KOREAN WAVE (DEMAM KOREA) TERHADAP GAYA HIDUP MAHASISWI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diajukan Oleh : ANANDA RAMADHAN

100904115

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Peneliti memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas segala berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan, motivasi, nasihat, bimbingan dan doa yang tidak pernah berhenti kepada peneliti dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua saya yang tercinta, Agusda B.A dan Rosniah Siregar serta kakak saya Puput Arie Agnes beserta abang ipar kakak saya Syahrul Awaludin, yang selalu memberikan semangat dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini

2. Bapak Drs. Humaizi, MA selaku dosen pebimbing penulis yang telah memberikan bimbingan dan motivasi yang banyak dan berharga serta meluangkan waktu, tenaga, dan kesabaran dalam membantu pengerjaan skripsi ini

3. Sahabat dan teman-teman tercinta Mabeskom10 (Kodok, Deri, Engok, Angga, Ade, Amal, Fitra, Billy, Zae, Ditta, Bakhtiar, Nia, Risyad), teman-teman seperjuangan saat SMA (Ikram, Chandra, Rinaldi, Mirsyad, Arief, Ikhsan) dan teman-teman penulis lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu. Terima kasih sudah memberikan semangat, dukungan dan motivasi serta bantuan yang diberikan kepada peneliti

4. Para Mahasiswi FISIP USU yang telah menjadi responden peneliti. Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah banyak membantu keperluan peneliti dalam melakukan riset, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik

(3)

Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi kita semua dan penulis khususnya, dan kiranya Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua.

Amin Ya Robbal Alamin

Medan, 11 Juni 2015

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Pengaruh Terpaan Tayangan Korean Wave (Demam Korea) Terhadap Gaya Hidup Mahasiswi FISIP USU. Penelitian ini bertujuan apakah terpaan tayangan Korean Wave sudah sampai mempengaruhi gaya hidup Mahasiswi FISIP USU, yang secara mengejutkan penggemar tayangan Korean Wave nya banyak. Teori yang digunakan adalah teori Uses and Gratification. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yaitu metode yang bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1954 orang , sehingga dengan rumus Taro Yamane didapati sampel sebanyak 92 orang. Teknik penarikan sampelnya menggunakan multistage sampling yaitu Proposional Stratific Random Sampling dan Purposive Sampling. Analisis data menggunakan tabel tunggal dan tabel silang. Sedangkan untuk menguji hipotesa penelitian digunakan tes statistik Spearman melalui SPSS (Statistical Product Service Solution) 13.0. hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswi FISIP USU yang menggemari Korean Wave tertarik pada konten tayangan saja. hanya sebagian responden saja yang meniru dalam hal konteks busana, aksesoris, tutur bahasa dan perilaku.

Kata kunci :

(5)

ABSTRACT

This study entitled the influence of exposure to impressions Korean Wave against student lifestyle FISIP USU. The aim of this study whether exposure to impressions Korean Wave has to affect FISIP USU student lifestyle, which is surprising fans of his many impressions Korean Wave. The theory used is the theory of Uses and Gratification. The method used in this study is the correlation method is a method that aims to examine the extent to which variations in the factors associated with variations in other factors. The population in this study amounted to 1954 people, so the formula of Taro Yamane found a sample of 92 people. Mechanical withdrawal of the sample using multistage sampling is Stratific propotional random sampling and purposive sampling. Analysis of data using a single table and cross table. While the research used to test hypotheses Spearman statistical test through SPSS (Statistical Product Service Solution) 13.0. the results showed that the majority of FISIP USU student who enjoyed Korean Wave impressions only interested in the content. only some of the respondents who emulate in terms of the context of clothing, accessories, said language and behavior.

Key note :

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

KATA PENGANTAR...iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH...v

ABSTRAK...vi

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Identifikasi Masalah...4

1.3 Pembatasan Masalah...4

1.4 Rumusan Masalah... ...4

1.5 Tujuan Penelitian... ...4

1.6 Manfaat Penelitian...5

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori... ...6

2.2 Kerangka Konsep...22

2.3 Variabel Penelitian... ...23

2.4 Definisi Operasional...28

(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian...30

3.2 Lokasi Penelitian... ...30

3.3 Populasi dan Sampel...30

3.4 Teknik Penarikan Sampel...32

3.5 Teknik Pengumpulan Data...3 4 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data...37

4.2 Teknik Pengolahan Data... .37

4.3 Analisa Tabel Tunggal...38

4.4 Analisa Tabel Silang...65

4.5 Uji Hipotesa...69

4.6 Pembahasan...71

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.2 Variabel Penelitian 24

2.2 Populasi 31

3.2 Populasi & Sampel 33

1.3 Jenis Kelamin 39

2.3 Suku 39

3.3 Departemen 40

4.3 Pekerjaan Orang Tua 41

5.3 Uang saku perbulan 42

6.3 Waktu menonton Korean Wave 42

7.3 Sering menonton acara Korean Wave 43 8.3 Bagaimana tayangan Korean Wave 44 9.3 Apakah tayangan Korean Wave bisa diakses 45

Di tempat anda

10.3 Durasi tayangan menonton Korean Wave 46

11.3 Lama Menonton 47

12.3 Sering mencari informasi tentang Korean 48 Wave

13.3 Setuju informasi tentang Korean Wave 48 Menambah wawasan

14.3 Tingkat Atensi 49

(9)

17.3 Bagaiaman gaya berpakaian artis Korean 52 Wave

18.3 Apakah anda menyukai potongan rambut 53 Artis Korean Wave

19.3 Apakah sering meniru gaya potongan 53 Rambut artis Korean Wave

20.3 Bagaimana gaya potongan rambut artis 54 Korean Wave

21.3 Apakah anda menyukai Aksesoris yang 55 Dipakai artis Korean Wave

22.3 Seberapa sering anda mengenakan 56 Aksesoris yang sama dipakai artis

Korean Wave

23.3 Aksesoris apa yang anda gunakan 57 24.3 Bagaimana ekspresi diri yang ditampilkan 58

Artis Korean Wave

25.3 Apakah anda menyukai ekspresi diri artis 59 Korean Wave

26.3 Cocok tidak ekspresi artis Korean Wave 60 Kita tiru

27.3 Bagaimana anda melihat perilaku artis 60 Korean Wave

28.3 Apakah tayangan Korean Wave 61

Mempengaruhi perilaku anda

(10)

30.3 Bagaimana tutur bahasa yang diucapkan 63 Para artis Korean Wave

31.3 Apakah anda menyukai tutur bahasa yang 64 Diucapkan artis Korean Wave

32.3 Hubungan sering menonton acara Korean 66 Wave terhadap pengaruh perilaku mahasiswi FISIP USU

33.3 Hubungan lama menonton acara Korean 67 Wave terhadap suka atau tidaknya tutur bahasa Yang diucapkan artis Korean Wave

34.3 Hubungan tingkat atensi terhadap kecocokan 68 Ekspresi diri yang ditampilkan artis atau musisi Korean Wave untuk ditiru

(11)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Pengaruh Terpaan Tayangan Korean Wave (Demam Korea) Terhadap Gaya Hidup Mahasiswi FISIP USU. Penelitian ini bertujuan apakah terpaan tayangan Korean Wave sudah sampai mempengaruhi gaya hidup Mahasiswi FISIP USU, yang secara mengejutkan penggemar tayangan Korean Wave nya banyak. Teori yang digunakan adalah teori Uses and Gratification. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yaitu metode yang bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1954 orang , sehingga dengan rumus Taro Yamane didapati sampel sebanyak 92 orang. Teknik penarikan sampelnya menggunakan multistage sampling yaitu Proposional Stratific Random Sampling dan Purposive Sampling. Analisis data menggunakan tabel tunggal dan tabel silang. Sedangkan untuk menguji hipotesa penelitian digunakan tes statistik Spearman melalui SPSS (Statistical Product Service Solution) 13.0. hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswi FISIP USU yang menggemari Korean Wave tertarik pada konten tayangan saja. hanya sebagian responden saja yang meniru dalam hal konteks busana, aksesoris, tutur bahasa dan perilaku.

Kata kunci :

(12)

ABSTRACT

This study entitled the influence of exposure to impressions Korean Wave against student lifestyle FISIP USU. The aim of this study whether exposure to impressions Korean Wave has to affect FISIP USU student lifestyle, which is surprising fans of his many impressions Korean Wave. The theory used is the theory of Uses and Gratification. The method used in this study is the correlation method is a method that aims to examine the extent to which variations in the factors associated with variations in other factors. The population in this study amounted to 1954 people, so the formula of Taro Yamane found a sample of 92 people. Mechanical withdrawal of the sample using multistage sampling is Stratific propotional random sampling and purposive sampling. Analysis of data using a single table and cross table. While the research used to test hypotheses Spearman statistical test through SPSS (Statistical Product Service Solution) 13.0. the results showed that the majority of FISIP USU student who enjoyed Korean Wave impressions only interested in the content. only some of the respondents who emulate in terms of the context of clothing, accessories, said language and behavior.

Key note :

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini Korean Wave atau Demam Korea sangat digemari di Indonesia, popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup film dan drama, musik pop, animasi, games dan sejenisnya. Korean Wave atau Hallyu ini mulai masuk Indonesia pada tahun 2002 dengan booming- nya Endless Love. Winter Sonata, Love Story From Harvard, Stairway To Heaven dan Memories in Bali yang merupakan serial drama melankolis. Kemudian muncul serial dram komedi romantis seperti Full House, Sassy Girl : Chun Hyang, Lovers in Paris, Princess Hours dan My Fair Lady. Meluasnya Korean Wave di Indonesia ini mengindikasikan adanya aliran budaya dari Korea ke negara-negara tetangga. Terlepas dari dampak panjangnya yang akan terus ada sampai tahun ke tahun, Korean Wave memang suatu fenomena dalam dunia industri entertainment dan hiburan modern saat ini.

Hampir disetiap media massa seperti televisi, media cetak dan internet di Indonesia menyuguhkan berbagai hal bernuansa Korea. Tidak hanya drama Korea, stasiun TV seperti Indosiar juga menayangkan acara musik panggung K-Pop seperti MuBank (Music Bank ) dan SMTOWN yang menampilkan artis-artis boyband dan girlband seperti Girls Generation, Super Junior (SuJu), Big Bang, Miss A dan masih banyak lagi. Konser SMTOWN sendiri pernah diselenggarakan di Indonesia pada 2012. Merebaknya aliran musik K-Pop di Tanah Air telah menunjukkan besarnya pengaruh Korean Wave dalam sendi-sendi kehidupan sekitar kita. Begitu juga dengan serial Drama Korea.

Dalam aspek ini, Korean Wave termasuk sebuah budaya populer di tengah-tengah masyarakat. Sebuah budaya yang sudah diterima masyarakat Indonesia yang sudah meliputi sendi-sendi kehidupan sehari-hari. dalam kehidupan sehari-hari, termasuklah aspek seperti gaya hidup. Gaya hidup menurut Kotler (2002:192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang ia ekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan

(14)

ataupun media cetak. Pada perkembangan jaman saat ini, seseorang bisa merubah gaya hidup berdasarkan apa yang mereka inginkan. Era Globalisasi yang bersinergi dengan Media Massa sebagai penyampainya berperan besar dalam hal ini. Globalisasi seperti dijabarkan oleh Martin Albrow (1990) mengatakan adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Di Indonesia sendiri banyak sekali kebudayaan dari trend globalisasi. Seperti masuknya genre musik K-pop yang berbarengan dengan boomingnya Korean Wave, menjamurnya restoran benuansa Korea yang bisa kita temui di Mall dan Plaza di Indonesia dan masih banyak lagi. Karena Globalisasi jualah, seseorang mengubah gaya hidup sesuai keinginannya. Misalnya seorang lelaki memtuskan menjadi anak Punk karena terpengaruh gaya musik dan fashion beraliran punk. Gaya hidup juga bisa dijadikan contoh dan juga bisa dijadikan hal yang tabu. Ada gaya hidup yang baik dan tidak baik. Gaya hidup yang baik seperti makan teratur dengan metode 4 sehat 5 sempurna, namun ada juga yang tidak baik seperti makan sembarangan, berbicara kasar dan tidak ada norma sopan santunnya kepada orang.

Gaya hidup bisa dilihat dari aktivitas, minat dan opininya. Dalam penelitian ini, yang kita lihat adalah gaya hidup seseorang yang terkena terpaan Korean Wave. contohnya dari caranya berpakaian atau fashion, apakah mereka membeli pakaian atau aksesoris yang mirip dikenakan artis Korea favoritnya. Seseorang yang terkena Korean Wave, bisa kita simpulkan mereka akan mengalokasikan sebagian waktunya melakukan hal-hal yang berhubungan dengan Korea. Seperti misalnya menonton Drama Korea atau acara musik panggung Korea yang ditayangkan di televisi ataupun mereka akses sendiri di situs kanal YouTube. Selain pengaruh media, tutur bahasa dan ekspresi seseorang juga mempengaruhi gaya hidup yang diterpanya. Kadang kala jika berbicara suka menyelipkan bahasa Korea di percakapan sehari-hari. Entah itu bersama teman atau keluarganya dan menirukan ekspresi artis korea idolanya. entah itu ekspresi berbicara, gerak-gerik atau bahasa tubuhnya.

(15)

oleh tokoh idola tersebut yang terkadang mereka tiru seperti model potongan rambut dan gaya berbusana ketika bepergian keluar rumah. Demikianlah identitas para Korean Lovers terbentuk dan secara disadari atau pun tidak, mereka telah menciptakan sebuah life style atau gaya hidup baru melalui kesukaan mereka terhadap sesuatu. Gaya hidup berhaluan Korean Wave ini tidak mengenal strata ekonomi dikarenakan Korean Wave dapat dinikmati tanpa merasa dikotak-kotakkan. Mulai dari kelas ekonomi menengah ke bawah sampai kelas ekonomi menengah ke atas dapat menikmati semua hal yang berbau Korean Wave. ini juga sejalan dengan visi globalisasi budaya modern dimana sebuah budaya mampu mempengaruhi semua lapisan masyarakat dan bisa mengubah gaya hidup seseorang. Salah satunya adalah Korean Wave yang sebagaimana hanyalah segelintir budaya modern yang mendunia dan diterima masyarakat lokal Indonesia.

Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melakukan pra-survey. Peneliti menanyakan pertanyaan awal berupa apakah mereka menyukai K-pop atau menggemari hal-hal yang berbau Korea atau tidak kepada calon sampel, ini dikarenakan peneliti harus tau apakah calon populasi sampel mengetahui apakah mereka tahu tentang K-Pop atau tidak. Peneliti memilih mahasiswi FISIP USU untuk dijadikan sampel populasi karena peneliti melihat ternyata mahasiswi FISIP USU ada juga yang terkena Korean Wave. disini peneliti melakukan survey dua tahap, yaitu kepada mahasiswi kelas menengah ke atas dan ke bawah. Hasil pra-survey peneliti menunjukkan bahwasannya beberapa mahasiswi FISIP USU ternyata ada juga yang menyukai K-pop dan drama Korea. dan peneliti sengaja memilih Mahasiswi FISIP USU saja yang dijadikan populasi sampel karena Mahasiswa FISIP USU rata-rata jarang yang terkena Korean Wave. sebagian mahasiswa mungkin tahu apa itu K-Pop namun mereka hanya sekedar tahu saja, tidak sampai ke tahap menggemarinya lebih dalam dan tidak sampai mengidolakan salah satu artis Korea.

(16)

1.2 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehinggga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Batasan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Penelitian ini difokuskan pada Fenomena Korean Wave yang berupa tayangan K-Pop dan Drama Korea yang bergenre remaja dan dewasa, yang banyak disukai saat ini oleh khalayak perempuan, terutama Mahasiswi FISIP USU. 2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh terpaan tayangan Korean

Wave terhadap gaya hidup Mahasiswi FISIP USU

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah suatu usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang spesifik dan perlu dijawab. Dapat juga dikatakan bahwa perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan terinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan pembatasan masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah terpaan tayangan Korean Wave (Demam Korea) dapat mempengaruhi gaya hidup seorang mahasiswi FISIP USU?”

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana mahasiswi FISIP USU mengalami perubahan gaya hidup setelah terkena terpaan tayangan Korean Wave

(17)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan memberikan kontribusi tentang terpaan media, khususnya tayangan K-Pop dan Drama Korea.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan pengetahuan peneliti maupun mahasiswa lainnya mengenai Korean Wave dan kaitannya dengan gaya hidup seseorang

(18)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Kerangka teoritis adalah suatu kumpulan teori dan model dari literatur yang menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu. Dalam kerangka teoritis, secara logis dikembangkan, digambarkan, dan dielaborasi jaringan-jaringan dari asosiasi antara variabel-variabel yang didentifikasi melalui survei atau telaah literatur (Silalahi, 2009:92). Membangun kerangka teoritis akan membantu meningkatkan pengetahuan dan pengertian peneliti terhadap gejala dan hubungan antar-gejala yang diamati. Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah teori komunikasi, komunikasi massa, Uses & Gratification, gaya hidup, terpaan media dan teori kultivasi

2.1.1 Komunikasi Massa

Komunikasi Massa dapat didefenisikan sebagai komunikasi yang menggunakan media massa. Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikasi secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh, sangat heterogen dan menimbulkan efek. Komunikasi massa barangkali akan logis bila didefenisikan menurut bentuknya yakni televisi, radio, film, surat kabar, dan buku (Ardianto, 2004 :11).

2. 1. 1 Tujuan Komunikasi Massa

Menurut Effendy, (2002:20). Tujuan komunikasi massa adalah:

1. Social change/ Social Participation

(19)

semua masyarakat dan semua kebudayaan, baik masyarakat tradisional maupun masyarakat modern.

2. Attitude Change

Komunikasi massa dalam menyampaikan pesan-pesannya juga termaksud atau bertujuan untuk mengubah sikap masyarakat sesuai dengan kebijaksanaan umum yang diusahakan.

3. Opinion Leader

Komunikasi dalam menyebarkan pesannya bermaksud atau bertujuan untuk memperoleh perubahan pendapat dari khalayak yang diinginkan oleh komunikator.

4. Behavior Change

Komunikasi massa itu dalam menyebarkan pesan-pesannya bertujuan untuk memperoleh perubahan prilaku dari khalayak yang dituju agar sesuai dengan keinginan dan tujuan komunikator

2. 1. 2. Fungsi Komunikasi Massa

Para pakar mengemukakan tentang sejumlah fungsi komunikasi, kendati dalam setiap item fungsi terdapat persamaan dan perbedaan. Pembahasan fungsi komunikasi massa telah menjadi diskusi yang cukup penting, terutama konsekuensi komunikasi melalui media massa. Fungsi komunikasi bagi masyarakat menurut Dominick (2001-2002), terdiri dari surveillance (pengawasan), interprestation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai-nilai) dan entertainment (hiburan).

1. Surveillance (pengawasan)

(20)

A. Warning or beware surveillance (pengawasan peringatan);

Terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung berapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman. Kendati banyak informasi yang menjadi peringatan atau ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak pula orang yamg tidak mengetahui tentang ancaman tersebut.

B. Instrumental surveillance (pengawasan instrumental)

Penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep makanan dan sebagainya adalah contoh-contoh pengawasan instrumental.

2. Interprestation (penafsiran)

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak akan memasokkan fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) suratkabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada khalayak atau pembaca serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang disajikan pada halaman lain..

3. Linkage (pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

4. Transmission of values (penyabaran nilai-nilai)

(21)

dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan perkataan lain, media massa mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya. Di antara semua media massa, televisi sangat berpotensi untuk terjadinya sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) pada anak-anak muda, terutama anak-anak-anak-anak yang telah berusia 16 tahun yang banyak waktunya menonton televisi dibandingkan kegiatan lainnya, kecuali tidur. Beberapa pengamat memperingatkan kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjadikan salurannya terutama untuk sosialisasi.

5. Entertainment (hiburan)

Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media massa menjalankan fungsi hiburan. Seperti media cetak yaitu surat kabar dan majalah, banyak memuat hiburan bahkan ada beberapa majalah yang memuat yang hanya menampilkan berita seperti Time, News Week, Tempo, Gatra dan Garda. Fungsi media massa sebagai fungsi menghibur tiada tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca, menonton dan mendengar berita-berita dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.

Sementara itu, Karlinah, dalam Karlinah, dkk. (1999) mengemukakan fungsi komunikasi secara umum yaitu adalah sebagai berikut:

A. Fungsi informasi

(22)

B. Fungsi pendidikan

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak (mass edication), karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika serta aturan-aturan yang berlaku kepada khalayak. Media massa melakukanya melalui drama, cerita, diskusi dan artikel. Semua situasi ini, nilai-nilai yang harus dianut masyarakat tidak diungkapkan secara langsung, tetapi divisualisasikan dengan contoh-contoh tentang bagaimana mendidik khalayaknya.

C. Fungsi mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi dari media massa secara nyata terdapat pada tajuk rencana/editorial, feature, iklan, artikel dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruhi oleh iklan-iklan yang ditayangkan di televisi, surat kabar/majalah ataupun radio siaran. Contohnya, seperti dalam media cetak fungsi mempengaruhi dapat dilihat antara lain dalam ruang atau kolom khusus, iklan atau artikel yang isinya mempromosikan suatu produk. Artikel tersebut biasanya memuat tulisan tentang suatu analisis terhadap produk makanan atau suatu analisis tentang produk elektronik yang baru (komputer, internet dan sebagainya). Khalayak terpengaruh oleh pesan-pesan dalam tulisan tersebut sehingga tanpa sadar khalayak melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan oleh media tersebut

D. Fungsi proses pengembangan mental

(23)

E. Fungsi adaptasi lingkungan

Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. Proses pengiriman pesan oleh komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan dapat membantu kita dalam berhubungan dengan orang lain, saling menyesuaikan diri, sehingga menimbulkan kesamaan di antara komunikator dan komunikan.

F. Fungsi memanipulasi

Memanipulasi di sini bukanlah diartikan sebagai suatu yang negatif, memanipulasi lingkungan artinya, berusaha untuk mempengaruhi setiap orang berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikasi digunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan. Contohnya, iklan salah satu minuman yang divisualisasikan dengan seorang gadis yang kehausan, mengambil satu kemasan Nutrilo yang kemudian diseduh dengan air dingin. Gadis tersebut kemudian berbicara pada pacarnya dan dari mulutnya keluar udara yang berbentuk buah nenas, jeruk, mangga dan lain sebagainya. Pemasangan iklan dalam hal ini telah memanipulasi lingkungan.

Memahami fungsi-fungsi media massa menurut Devito, pada Karlinah, dalam Karlinah, dkk (1999), ada tiga masalah pokok yang harus diperhatikan. Pertama, setiap kali kita menghidupkan pesawat televisi, radio maupun membaca suratkabar dan majalah, kita melakukannya karena alasan tertentu yang unik. Kedua, komunikasi massa menjalankan fungsi yang berbeda bagi setiap pemirsa secara individual. Program televisi yang sama dapat menghibur satu orang, mendidik yang lain, mempengaruhi seseorang atau kelompok orang. Ketiga, fungsi yang dijalankan komunikasi massa bagi sembarangan orang yang berbeda dari satu waktu ke waktu yang lain. Produk rekaman tertentu bisa dirasakan sebagai penghibur sesaat, tetapi pada saat yang lain rekaman tersebut dirasakan sebagai olah sosialisasi atau alat pemersatu. (Ardianto dan Erdinaya, 2000:15-21).

2. 1. 3. Ciri-ciri Komunikasi Massa

(24)

Communication) adalah komunikasi melalui media massa yang merupakan singkatan dari Komunikasi Media Massa (Mass Media Communication).

Ciri-ciri komunikasi massa tersebut ialah :

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah yang artinya berbeda dengan komunikasi antarpesona (interpersonal communication) yang berlangsung dua arah, komunikasi massa berlangsung satu arah (one-way communication). Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Dengan lain perkataan, wartawan sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita yang disiarkannya itu.

2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga yang artinya media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya melembaga atau dalam bahasa asing disebut institutionalized communikator atau organized communicator.

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum yang artinya pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan yang artinya ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.

(25)

2.2 Teori Uses and Gratification Theory

Elihu Katz-lah yang pertama sekali memperkenalkan pendekatan Uses & Gratification. Dia menyebutkan bahwasanya khalayak menggunakan media demi keuntungan mereka. Teori ini melihat bahwa khalayak adalah kelompok aktif yang mampu dengan jeli melihat jenis media mana yang dapat dianggap tepat dan isi media tersebut dapat memenuhi kebutuhan dalam mencapai kepuasan pribadi.

Katz (1974) menggambarkan logika yang mendasari penelitian mengenai media Uses and Gratification sebagai berikut: (1) Kondisi sosial psikologis seseorang akan menyebabkan adanya (2) kebutuhan, yang menciptakan (3) harapan – harapan terhadap (4) media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa kepada (5) perbedaan pola penggunaan media (atau keterlibatan dalam aktivitas lainnya) yang akhirnya akan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya (Sendjaja, 2002: 5.38).

Rosengren dkk,(2001) mengatakan perkembangan teori Uses and Gratification Media dibedakan dalam tiga fase, yaitu:

1. Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler memberikan deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual dalam meneliti orientasi audiens.

2. Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi variabel-variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi pengaruh terhadap perbedaan pola– pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media.

(26)

Kristalisasi dari gagasan, anggapan, temuan penelitian tentang Uses and Gratification Media mengatakan, bahwa kebutuhan social dan psikologis menggerakkan harapan pada media massa atau sumber lain yang membimbing pada perbedaan pola-pola terpaan media dalam menghasilkan pemuasan kebutuhan dan konsekuensi lain yang sebagian besar mungkin tidak sengaja.

Elihu Katz, Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (dalam Baran dan Davis, 2000:237) menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and Gratification Media sebagai berikut:

1. Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan.

2. Inisiatif yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan media spesifik terletak di tangan audiens

3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan kebutuhan audiens

4. Orang-orang mempunyai kesadaran-diri yang memadai berkenaan penggunaan media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu.

5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media spesifik atau isi harus dibentuk.

Selanjutnya Baran dan Davis (2000:238) melakukan beberapa pengujian-pengujian terhadap asumsi-asumsi Uses and Gratification Media menghasilkan enam (6) kategori identifikasi dan temuan-temuannya, sebagai berikut:

1. Asal usul sosial dan psikologis gratifikasi media.

John W.C. Johnstone menganggap bahwa anggota audiens tidak anonimous dan sebagai individu yang terpisah, tetapi sebagai anggota kelompok sosial yang

(27)

media berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dan keperluan individu -individu, yang tumbuh didasarkan lokalitas dan relasi sosial individu-individu tersebut. Faktor-faktor psikologis juga berperan dalam memotivasi penggunaan media. Konsep-konsep psikologis seperti kepercayaan, nilai-nilai, dan persepsi mempunyai pengaruh dalam pencarian gratifikasi dan menjadi hubungan kausal dengan motivasi media.

2. Pendekatan nilai pengharapan.

Konsep pengharapan audiens yang perhatian (concern) pada karakteristik media dan potensi gratifikasi yang ingin diperoleh merupakan asumsi pokok Uses and

Gratification Media mengenai audiens aktif. Jika anggota audiens memilih di antara berbagai alternatif media dan non media sesuai dengan kebutuhan mereka, mereka harus memiliki persepsi tentang alternatif yang memungkinkan untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Kepercayaan terhadap suatu media tertentu menjadi faktor signifikan dalam hal pengharapan terhadap media itu.

3. Aktifitas audiens.

Levy dan Windahl menyusun tipologi aktifitas audiens yang dibentuk melalui dua dimensi:

• Orientasi audiens; selektifitas; keterlibatan; kegunaan.

• Skedul aktifitas: sebelum; selama; sesudah terpaan ( ”audiens”)

(28)

audience secara aktif memproses/mencerna isi media, dan pemrosesan ini dipengaruhi oleh motivasi.

4. Gratifikasi yang dicari dan yang diperoleh.

Pada awal sampai pertengahan 1970-an sejumlah ilmuwan media menekankan perlunya pemisahan antara motif konsumsi media atau pencarian gratifikasi (GS) dan pemerolehan gratifikasi (GO). Penelitian tentang hubungan antara GS dan GO, menghasilkan temuan sebagai berikut GS individual berkorelasi cukup kuat dengan GO terkait. Di lain pihak GS dapat dipisahkan secara empiris dengan GO, seperti pemisahan antara GS dengan GO secara konseptual, dengan alasan sebagai berikut:

• GS dan GO berpengaruh, tetapi yang satu bukan determinan bagi yang lain. • Dimensi-dimensi GS dan GO ditemukan berbeda dalam beberapa studi. • Tingkatan rata-rata GS seringkali berbeda dari tingkatan rata-rata GO.

• GS dan GO secara independen menyumbang perbedaan pengukuran konsumsi media dan efek.

Penelitian GS dan GO menemukan bahwa GS dan GO berhubungan dalam berbagai cara dengan variabel-variabel: terpaan; pemilihan program dependensi media; kepercayaan; evaluasi terhadap ciri-ciri atau sifat-sifat media.

5. Gratifikasi dan konsumsi media.

Penelitian mengenai hubungan antata gratifikasi (GS-GO) dengan konsumsi media terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu:

• Studi tipologis mengenai gratifikasi media.

(29)

Studi-studi menunjukkan bahwa gratifikasi berhubungan dengan pemilihan program. Becker dan Fruit memberi bukti bahwa anggota audiens membandingkan GO dari media yang berbeda berhubungan dengan konsumsi media. Studi konsumsi media menunjukkan terdapat korelasi rendah sampai sedang antara pengukuran gratifikasi dan indeks konsumsi.

6. Gratifikasi dan efek yang diperoleh.

Windahl penggagas model uses and effects, menunjukkan bahwa bermacam-macam gratifikasi audiens berhubungan dengan spectrum luas efek media yang meliputi pengetahuan, dependensi, sikap, persepsi mengenai realitas social, agenda setting, diskusi, dan berbagai efek politik. Blumer mengkritisi studi uses and effects sebagai kekurangan perspektif. Dalam usaha untuk menstimulasi suatu pendekatan yang lebih teoritis, Blumer menawarkan tiga hipotesis sebagai berikut:

• Motivasi kognitif akan memfasilitasi penemuan informasi.

• Motivasi pelepasan dan pelarian akan menghadiahi penemuan audiens terhadap persepsi mengenai situasi sosial.

• Motivasi identitas personal akan mendorong penguatan efek.

2.3 Gaya Hidup

(30)

Untuk melihat bagaimana gaya seeorang ataupun sekelompok orang dapat diamati dari tempat tinggal maupun bentuk interaksi yang dilakukan setiap wargannya, baik dalam suatu perkampungan maupun lingkungan dimana si individu melakukan sutu interaksi. Interaksi yang dimaksud adalah interaksi yang dilakukan oleh satu individu dengan individu lain yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan sikap dan perilaku individu tersebut. Dengan demikian sikap dan perilaku itu dapat membentuk suatu pola hidup yang khas dalam komunitas. Kehidupan yang demikian pada gilirannya akan memunculkan suatu bentuk gaya hidup.

Melalui konsep gaya hidup, Adler (Hall, Calvin S:1995) menjelaskan keunikan manusia. Setiap manusia memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai superioritasnya itu dengan minat sosial. Akan tetapi, setiap manusia melakukannya dengan cara yang berbeda. Gaya hidup merupakan cara unik dari setiap orang dalam mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan dalam lingkungan hidup tertentu, di tempat orang tersebut berada. Gaya hidup berdasarkan atas makna yang seseorang berikan mengenai kehidupannya atau interpretasi unik seseorang mengenai inferioritasnya, setiap orang akan mengatur kehidupannya masing-masing unuk mencapai tujuan akhirnya dan mereka berjuang untuk mendapatkan tujuan akhirnya tersebut. Gaya hidup terbentuk pada usia 4-5 tahun dan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan intrinsik (hereditas) dan lingkungan objektif, melainkan dibentuk oleh persepsi dan interpretasinya mengenai kedua hal tersebut. Seorang anak tidak memandang suatu situasi sebagaimana adanya, melainkan dipengaruhi oleh prasangka dan minatnya dirinya.

2.4 Terpaan Media (Media Exposure)

Terpaan media diartikan sebagai suatu kondisi dimana orang diterpa oleh isi media atau bagaimana isi media menerpa audiens. Terpaan media adalah perilaku seseorang atau audiens dalam menggunakan media massa. Perilaku ini menurut Blumler dalam Littlejohn (Rahayu, 2009: 28) dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:

(31)

3. Diversion, yaitu kebutuhan individu untuk lari dari perasaan tertekan, tidak aman, atau untuk melepaskan ketegangan jiwa.

4. Personal identity, yaitu kebutuhan individu untuk mengenal dirinya dan mengetahui posisi keberadaannya di masyarakat.

Media exposure menurut Jalaluddin Rakhmat (1989) diartikan sebagai terpaan media, sedangkan Masri Singarimbun (1982) mengartikannya dengan sentuhan media. Menurut Rakhmat, media exposure dapat dioperasionalkan sebagai frekuensi individu dalam menonton televisi, film, membaca majalah atau surat kabar, maupun mendengarkan radio. Selain itu, media exposure berusaha mencari data audiens tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi penggunaan, maupun durasi penggunaan atau longevity. Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakmat, 2004:66). Pakar lainnya, Shore (1985) memberikan definisi sebagai berikut:

Media exposure is more complicated than access because is ideal not only with what her a person is within pysical (range of the particular mass medium) but also whether person is actually exposed to the message. Exposure is hearing, seeing, reading, or most generally, experiencing with at least a minimal amount of interest the mass media message. The

exposure might occure to an individual or group level.

Artinya terpaan media adalah lebih lengkap daripada akses. Terpaan tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa akan tetapi apakah seseorang tersebut benar-benar terbuka dengan pesan-pesan media tersebut. Terpaan merupakan kegiatan mendengar, melihat, dan membaca pesan-pesan media massa ataupun pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi pada individu maupun kelompok.

(32)

1. Gerakan. Seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak. Kita senang melihat huruf-huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama barang yang diiklankan.

2. Intensitas stimuli. Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain. Warna merah pada latar belakang putih, tubuh jangkung di tengah-tengah orang pendek, sukar lolos dari perhatian kita.

3. Kebaruan (novelty). Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian. Beberapa eksperimen juga membuktikan stimuli yang luar biasa lebih mudah dipelajari atau diingat.

4. Perulangan. Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Disini unsur familiarity (yang mudah dikenal) berpadu dengan unsur novelty (yang baru kita kenal). Perulangan juga mengandung unsur sugesti: mempengaruhi bawah sadar kita (Rakhmat, 2007: 52-53).

Frank Biocca dalam Littlejohn (Rahayu, 2009: 28) menyatakan bahwa karakteristik terpaan media dapat diukur melalui dimensi-dimensi seperti:

1. Selectivity (kemampuan memilih) yaitu kemampuan audiens dalam menetapkan pilihan terhadap media dan isi yang akan dieksposnya.

2. Intentionally (kesengajaan) yaitu tingkat kesengajaan audiens dalam menggunakan media atau kemampuan dalam mengungkapkan tujuantujuan penggunaan media.

3. Utilitarianism (pemanfaatan) yaitu kemampuan audiens untuk mendapatkan manfaat dari penggunaan media.

(33)

5. Previous to influence yaitu kemampuan untuk melawan arus pengaruh media.

2.5 Teori Kultivasi

Menurut teori ini, media khususnya televisi merupakan sarana utama untuk mempelajari tentang masyarakat dan kulturnya. Teori kultivasi berpendapat bahwa pecandu berat televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan.

George Gerbner (McQuail, 1987) menyatakan bahwa sebuah tayangan yang ditampilkan di televisi dapat mempengaruhi khalayak yang menontonnya. Pengaruh yang disebabkan oleh televisi ini ternyata bukan hanya pada tahap kognitif atau afektif, tetapi juga sampai pada efek konatif (behavioral). Maksudnya bukan hanya telah mempengaruhi aspek psikologis penonton bahkan dapat membuat penonton untuk cenderung meniru adegan yang ditayangkan di TV.

Secara sistematis, tahapan-tahapan untuk sampai ke tahap behavioral (perilaku) dapat digambarkan sebagai berikut:

TV Viewing Incident Information Holding Social Reality Behavior

Constructing

Learning: 1. attention 2. capacity

(34)

Ketika sebuah tayangan ditayangkan di televisi (TV Viewing), terjadi proses belajar (Learning) di dalam benak khalayak yang menontonnya. Proses Learning yang diajukan Gerbner ini hampir sama dengan teori Social Learning yang dikemukakan oleh Albert Bandura (McQuail, 1987). Kita belajar bukan hanya dari pengalaman langsung, tetapi juga dari peniruan atau peneladanan (modelling).

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan pada perumusan hipotesa (Nawawi, 1995:40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat tentang fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:57)

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dinamakan variabel bebas dikarenakan bebas mempengaruhi variabel lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terpaan tayangan K-Pop dan Drama Korea

2. Variabel Terikat (Y)

(35)

3. Variabel Antara (Z)

Variabel antara berada diantara bebas dan terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

Skema 1.1 Variabel Penelitian

2.3 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah disusun, maka untuk memudahkan penelitian, perlu dibuat variabel penelitian sebagai berikut :

Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden Variabel Bebas (X)

Terpaan Tayangan K-Pop dan Drama Korea

Variabel Terikat (Y) Gaya Hidup Mahasiswi

(36)
[image:36.595.73.527.101.767.2]

Tabel 1.1 Variabel Penelitian Variabel Teoritis Variabel

Operasional

Deskriptor Pertanyaan Teknik Skor

Terpaan Tayangan Korean Wave (Variabel X)

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian terpaan adalah suatu hal yang mengenai sesuatu yang sasarannya berupa khalayak ramai. Frekuensi Terpaan. Intensitas Terpaan Kekerapan Menonton Kesinambungan Siaran

- Apakah anda sering menonton acara Korean Wave seperti K-Pop dan Drama Korea?

- Menurut anda, Bagaimana Tayangan Korean Wave seperti K-Pop dan Drama Korea saat ini?

- Apakah tayangan Korean Wave seperti K-Pop dan Drama Korea dapat diakses di tempat anda?

- Apakah durasi tayangan Korean Wave seperti K-Pop dan Drama Korea yang anda tonton ini sudah sesuai?

(37)

Ketertarikan akan konten

Minat dan perhatian pada tayangan

(menit) yang anda habiskan untuk menonton tayangan Korean Wave seperti K-Pop dan Drama Korea?

- Seringkah anda mencari informasi tentang tayangan Korean Wave seperti info-info tentang K-Pop dan Drama Korea?

- Apakah anda setuju informasi yang anda akses tentang tayangan Korean Wave dapat menambah

wawasan atau rasa keingintahuan anda?

- Bagaimana tingkat atensi anda dalam menonton tayangan Korean Wave?

(38)

Gaya Hidup ; atau Life style,

(Variabel Y)

Pola hidup seseorang di dunia yang

diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Kotler, 2002:192)

Penampilan

Penampilan dalam memilih pakaian dan busana

Wave?

- Apakah anda sering meniru cara berpakaian para artis atau musisi di tayangan Korean Wave?

(39)
(40)

Gaya rambut yang

ditampilkan para artis atau musisi Korean Wave Aksesoris atau benda-benda yang dikenakan untuk mendukung atau menjadi pengganti

- Apakah anda menyukai gaya potongan rambut para artis atau musisi Korean Wave?

- Apakah anda sering meniru gaya atau potongan rambut para artis atau musisi Korean Wave?

- Bagaimana gaya potongan rambut yang ditampilkan para artis atau musisi Korean Wave?

- Apakah anda menyukai aksesoris yang digunakan artis atau musisi Korean Wave?

(41)

Ekspresi Diri

pakaian.

Kemampuan seseorang untuk menyatakan perasaan ke orang lain

Wave?

- Jika ada mengenakan, Aksesoris seperti apa yang anda kenakan ?

- Bagaimana ekspresi diri yang ditampilkan artis atau musisi Korean Wave?

- Apakah anda menyukai ekpresi diri artis atau musisi Korean Wave?

(42)

Perilaku Respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perkataan yang

- Bagaimana anda melihat perilaku yang ditonjolkan artis atau musisi Korean Wave?

- Apakah tayangan Korean Wave mempengaruhi perilaku anda?

- Apakah wajar kita meniru perilaku yang ada di tayangan Korean Wave?

- Bagaimana tutur bahasa yang diucapkan oleh artis Korean Wave?

- Apakah anda menyukai tutur bahasa yang diucapkan para artis atau musisi Korean Wave?

(43)

Tutur Bahasa

diucapkan kepada orang lain

artis atau musisi Korean Wave?

2.4 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2008:46)

Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (X) yang terdiri dari :

(44)

b. Intensitas Terpaan : Tingkat durasi, atensi atau kedalaman dalam mencari informasi tentang K-Pop dan Drama Korea di internet, majalah atau televisi c. Ketertarikan Konten : Seberapa minat mahasiswi FISIP mencari segala

sesuatu mengenai K-Pop dan Drama Korea

2. Variabel Terikat (Y)

a. Penampilan berpakaian, yakni cara berpakaian dan mengenakan aksesoris mahasiswi FISIP USU

b. Ekspresi Diri, merupakan cara mengekspresikan jiwa, sikap mahasiswi FISIP USU

c. Perilaku merupakan tingkah laku dan reaksi mahasiswi FISIP USU d. Tutur bahasa merupakan lisan atau perkataan yang diucapkan. 2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah pendapat atau pernyataan yang masih belum tentu kebenarannya, masih harus diuji terlebih dahulu dan karenanya bersifat sementara atau dugaan awal (Kriyantono, 2006:28)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan, dan logis pula (Effendy, 2003:56)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional adalah metode yang berusaha menjelaskan suatu permasalahan atau gejala yang lebih khusus dalam menjelaskan antara 2 objek. Metode penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan tersebut. metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket atau kuesioner

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang berada di jalan Dr. A.Sofyan No. 1 Kampus USU Medan. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(46)

Tabel 2.2

Populasi

Departemen Jumlah Mahasiswi

Ilmu Komunikasi 337 Orang

Antropologi 161 Orang

Ilmu Politik 193 Orang

Sosiologi 201 Orang

Kesejahteraan Sosial 216 Orang

Administrasi Negara 301 Orang

Administrasi Bisnis 307 Orang

Perpajakan D III 237 Orang

Total Populasi 1954 Orang

Sumber : Bagian Pendidikan FISIP USU, 2014

3.3.2 Sampel

(47)

Kriyantono (2007:160) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari populasi yang cukup besar dan heterogen, maka digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% sebagai berikut :

n = N N(d)2+1

Keterangan : n = Sampel N = Populasi d = Presisi

Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel yang didapat adalah : n = 1954

1954 (0.1)2 + 1 = 1954

19.54 + 1 = 1954

20.54 = 92 orang

Sampel yang akan digunakan penelitian ini adalah 92 orang

3.4 Teknik Penarikan Sampel

3.4.1 Sampel Acak Stratifikasi Proposional (Proposional Stratific Random Sampling)

(48)

heterogen dikelompokkan berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok (strata) mempunyai anggota sampel yang relative homogen. Dalam peneltian ini, strata disini 8 departemen yang terdapat FISIP USU yang telah dipilih, sesuai kriteria peneliti sebelumnya. Proposional sampling memungkinkan untuk memberikan peluang kepada populasi yang lebih kecil tetap dipilih menjadi sampel dengan rumus (Rakhmat, 2007:79) N = nl x n

N Keterangan :

nl = jumlah jiwa n = jumlah sampel N = Populasi

Tabel 3.2

Populasi & Sampel

Departemen Populasi Penarikan Sampel Sampel

Ilmu Komunikasi 337 Orang 337 x 95 : 1954 16

Antropologi 161 Orang 161 x 95 : 1954 7

Ilmu Politik 193 Orang 193 x 95 : 1954 9

Sosiologi 201 Orang 201 x 95 : 1954 9

Kesejahteraan Sosial

216 Orang 216 x 95 : 1954 10

Administrasi Negara

(49)

3.4.2 Sampel Bertujuan (Purposive Sampling)

Pemilihan sampel purposif atau bertujuan, kadang-kadang disebut sebagai Judgement Sampling, merupakan pemilihan siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Karena itu, menentukan subjek atau orang-orang terpilih harus sesuai dengan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh sampel itu. Pilihan atas sampel purposif karena peneliti menguji pertimbangan-pertimbangannya untuk memasukkan unsur atau subjek yang dianggap khusus dari suatu populasi tempat dia mencari informasi (Silalahi, 2009:272). Peneliti memiliki pertimbangan tersendiri untuk menentukan sampel,

Yaitu : - Mahasiswi FISIP USU Strata I yang masih aktif, angkatan 2010 - 2014

- Mahasiswi FISIP USU yang menyukai tayangan Korean Wave berupa K-Pop dan Drama Korea

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 3.5.1 Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung peneltian. Dalam hal ini peneltian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur, dan internet sebagai media online yang sangat membantu untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian

Administrasi Bisnis

307 Orang 307 x 95 : 1954 15

Perpajakan D III 237 Orang 237 x 95 : 1954 11

(50)

3.5.2 Penelitian Lapangan (Field Research)

Pengumpulan data dengan melakukan survey ke lokasi penelitian melalui kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden.

a. Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal dilakukan dengan membagikan-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari dua kolom yaitu sejumlah frekuensi dan kolom presentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 2008:273)

b. Analisis Tabel Silang

Teknik yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel yang lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut positif atau ngeatif (Singarimbun, 2008:273)

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah pengajian data statistik untuk mengetahui apakah data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk mengukir tingkat hubungan diantara dua variabel, maka peneliti menggunakan rumus koefisien tata genjang (Rank Order Correlation Coeficient) oleh Spearman atau Spearman Rho Koefisien. Spearman Rho menunjukkan hubungan antara variabel X dan variabel Y yang tidak diketahui sebaran datanya.

Untuk menguji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan digunakan koefisien korelasi tata genjang (Rank Order Correlation Coeficient) oleh Spearman. Uji hipotesis ini menggunakan korelasi Spearman Rank karena jenis data yang dikorelasikan karena adanya jenjang dari kedua variabel tidak harus membentuk distribusi normal. Jadi korelasi Spearman Rank bekerja dengan cara ordinal atau berjenjang atau ranking.

rs = 1 - 6∑di2

(51)

Keterangan :

r2 = Koefisien korelatif spearman n = jumlah sampling

di = menunjukkan perbedaan tiap rank

untuk menguji signifikan apakah masing-masing variabel berpengaruh dengan menggunakan rumus :

t = rs N-2

1-rs

Keterangan :

t = nilai terhitung

rs = nilai koefisien korelasi n = jumlah sampel

jika t tabel > t hitung , maka hubungannya signifikan (Ha diterima dan Ho ditolak) jika t tabel < t hitung , maka hubungannya tidak signifikan (Ho diterima dan Ha ditolak) Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi (derajat hubungan) digunakan skala Guildford atau koefisien asosiasi, sebagai berikut (Kriyantono, 2006:169) : < 0,20 : hubungan rendah sekali

0,20 – 0,40 : hubungan rendah tapi pasti 0, 41 – 0,70 : hubungan yang cukup berarti 0,71 – 0,91 : hubungan yang tinggi

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data

Peneliti menempuh beberapa tahapan penelitian dalam pengumpulan data. Tahapan tersebut sebagai berikut :

4.1.1 Proses & Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Proses awal dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data sekunder yakni data jumlah para mahasiswi strata I FISIP USU angkatan 2010-2014. Peneliti memperoleh data ini dari Bagian Pendidikan FISIP USU. Data primer adalah data yang diperoleh oleh peneliti langsung di lokasi penelitian melalui kuesioner yang disebarkan kepada para mahasiswa -mahasiswi sebagai responden. Peneliti melakukan penyebaran kuesioner selama dua minggu di bulan April 2015. Berdasarkan proses penarikan sampel, maka kuesioner disebar kepada 92 responden yang keseluruhannya merupakan mahasiswi FISIP USU . Melalui kuesioner yang disebar inilah peneliti memperoleh data-data yang mendukung penelitian ini karena kuesioner berisikan pertanyaan yang berhubungan dengan tentang Pengaruh Terpaan Tayangan Korean Wave (Demam Korea) Terhadap Gaya Hidup Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4.2 Teknik Pengolahan Data

Berdasarkan kuesioner tersebutlah peneliti memperoleh data mentah yang kemudian diproses untuk dianalisa. Proses pengolahan data mentah ini sendiri melalui beberapa tahapan, yakni :

1. Pernomoran Kuesioner : Kuesioner yang telah dikumpulkan diberi nomor urut sebagai pengenal (01-92).

(53)

3. Coding : Proses pemindahan jawaban responden ke dalam kotak-kotak kode yang telah disediakan pada lembar kuesioner dalam bentuk angka (skor).

4 Inventarisasi : Data mentah yang diperoleh dimasukkan ke dalam lembar FC (Foltron Cobol) sehingga membentuk suatu kesatuan

5. Tabulasi Data : Pada tahap ini, data FC di masukkan ke dalam tabel. Tabel tersebut terdiri dari tabulasi tunggal dan tabulasi silang. Sebaran data dalam tabel secara rinci meliputi frekuensi, presentase, dan selanjutnya dianalisa

6. Uji Hipotesa : Pengujian data statistik untuk mengetahui apakah data yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini digunakan rumus uji statistik yang telah ditentukan, yaitu uji korelasi tata jenjang Spearman. Untuk mengukur tinggi rendahnya digunakan skala Ordinal

4.3. Analisa Tabel Tunggal

4.3.1 Karakteristik Responden

Karakter responden perlu disajikan untuk mengetahui latar belakang responden. Karakteristik yang dipakai adalah jenis kelamin, suku, departemen, pekerjaan orang tua, uang saku perbulan dan waktu menonton acara Korean Wave

4.3.1.1 Jenis Kelamin

(54)
[image:54.595.116.473.130.274.2]

Tabel 1.3

Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin F %

1 Perempuan 92 100

2 Laki-Laki 0 0

Total 92 0

Sumber P.1/FC.3

Dari tabel 1.3 menjelaskan bahwa yang menjadi responden penelitian ini adalah Mahasiswi FISIP USU dari rentang Stambuk 2010 – 2014. Peneliti tidak memasukkan responden laki-laki, yang artinya mahasiswa FISIP USU. Karena mahasiswa FISIP USU tidak terlalu mengikuti tayangan Korean Wave. para mahasiswa tidak betah lama-lama menonton tayangan Korean Wave. mereka menganggapnya hanya selingan dan mereka lebih menyukai (mengikuti) tayangan sepakbola, berita atau seri drama dari Amerika dan lain-lain. untuk itulah peneliti memutuskan untuk meneliti Mahasiswi FISIP USU.

4.3.1.2 Suku

Tabel 2.3

Suku

No Suku F %

1. Batak 36 39.1

2. Melayu 14 15.2

3. Jawa 20 21.7

4. Minang 22 23.9

5. Lain-lain 0 0

[image:54.595.126.459.476.759.2]
(55)

Suku juga merupakan bagian dari karakteristik responden dalam penelitian ini, terdapat beberapa suku yang terdata dalam kuesioner penelitian yang disebar, dapat dijelaskan berdasarkan Tabel 2.3, ada 4 suku yang sudah terdata dalam kuesioner responden. Peneliti mengatakan ada 4 Suku karena selama penyebaran kuesioner, Peneliti tidak menemukan yang bersuku lain-lain selain 4 suku pertama. 4 suku yang terdata adalah suku Batak yang berjumlah 36 orang (39,1 %), suku Melayu berjumlah 14 orang (15,2%), suku Jawa berjumlah 20 orang (21,7 %) dan suku Minang yang berjumlah 22 orang (23,9%). Dapat kita lihat bahwa di dalam tabel 4.2 bahwa responden yang memiliki suku terbanyak dalam penelitian ini adalah suku Batak dengan jumlah 36 orang dengan presentase 39,1%.

[image:55.595.102.484.348.700.2]

4.3.1.3 Departemen

Tabel 3.3

Departemen

No Departemen F %

1 Ilmu Komunikasi 16 17,3

2 Antropologi 7 7,6

3 Ilmu Politik 9 9,8

4 Sosiologi 9 9,8

5 Administrasi Negara 10 10,9

6 Administrasi Bisnis 15 16,3

7 Perpajakan D III 15 16,3

8 Kesejahteraan Sosial 11 12,0

Total 92 100,0

Sumber P.3/FC.5

(56)

Komunikasi mendapat porsi agak banyak (16 responden dengan 17,3 %). Hal ini wajar karena mahasiswi Ilmu Komunikasi adalah yang terbanyak di FISIP USU (348 orang). Responden terendah ada di dua departemen yaitu Ilmu Politik (9 responden dengan 9,8%) dan Sosiologi (9 responden dengan 9,8%)

[image:56.595.91.493.314.719.2]

4.3.1.4 Pekerjaan Orang Tua

Tabel 4.3

Pekerjaan Orang Tua

No Pekerjaan Orang

Tua

F %

1. Wiraswasta 32 34.8

2. Pengusaha 5 5,4

3. TNI-AD 2 2,2

4. Pengangguran 4 4,3

5. PNS 7 7,6

6. Pegawai Swasta 11 12,0

7. Petani 6 6,5

8. Polisi 3 3,3

9. Pensiunan 8 8,7

10. Pedagang 14 15,2

Total 92 100.0

(57)

Pertanyaan Pekerjaan Orang Tua ini bersifat terbuka, karena pekerjaan orang tua mahasiswi FISIP USU sangat beragam dan tidak bisa ditentukan. Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua mahasiswi FISIP USU yang menjadi responden peneliti, yang tebanyak adalah Wiraswasta sebanyak 32 responden dengan 34,8 %. Sedangkan yang terkecil adalah Polisi, hanya 3 responden dengan 3,3%.

4.3.1.5 Uang saku per bulan

[image:57.595.85.502.406.580.2]

Uang saku disini maksudnya uang “jajan” yang diterima oleh masing-masing mahasiswa pe bulannya. Uang saku ini biasanya diberikan oleh orang tua responden atau pun wali mereka.

Tabel 5.3

Uang saku per bulan

No Uang saku F %

1. < Rp 500.000 16 17,4

2. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 57 62,0

3. >Rp 1.000.000 19 20,7

Total 92 100.0

Sumber P.5/FC.7

(58)

4.3.1.6 Waktu Menonton Korean Wave

[image:58.595.87.500.251.452.2]

Disini peneliti ingin meneliti waktu mahasiswi FISIP USU menonton Korean Wave. dikarenakan sebagian mahasiswi memiliki jadwal kuliah yang beragam. Ada yang masuk kuliah di pagi hari, namun ada juga yang masuk siang hingga sore hari. sehingga peneliti tertarik menanyakan kapan mahasiswi FISIP USU menonton Korean Wave

Tabel 6.3

Waktu Menonton Korean Wave

No Waktu Menonton F %

1. Malam Hari 30 32.6

2. Sore Hari 26 28.3

3. Siang Hari 32 34.8

4. Pagi Hari 4 4.3

Total 92 100,0

Sumber P.6/FC.8

Tabel 6.3 menunjukkan bahwa kebanyakan mahasiswi FISIP USU menonton di siang hari, sebanyak 32 responden dengan 34,8 %. Hal ini dikarenakan stasiun TV RCTI menayangkan Drama Korea jam 14.00. terbanyak kedua adalah di malam hari, dengan 30 responden dengan 32,6 %. Mahasiswi yang menonton di malam hari kebanyakan menonton Korean Wave lewat DVD, ada juga yang menonton lewat streaming Internet. Mereka memilih menonton di malam hari karena sebagian mahasiswi memiliki kegiatan di luar seperti jadwal kuliah dan lain-lain. Sehingga mereka meluangkan waktu untuk menonton Korean Wave di malam hari. Kemudian di sore hari dengan 26 responden (28, 3%) dan di pagi hari dengan 4 responden (4,3 %)

4.3.2 Variabel Bebas (X) : Terpaan Tayangan Korean Wave (Demam Korea)

(59)

4.3.2.1 Sering Menonton acara Korean Wave

Peneliti memulai dari tingkat keseringan yang dimiliki responden terhadap terpaan tayangan Korean Wave

Tabel 7.3

No. Sering Menonton acara

Korean Wave

F %

1 Tidak Pernah 6 6,5

2 Jarang 25 27,2

3 Sering 40 43,5

4 Sangat Sering 21 22,8

Total 92 100,0

Sumber P.6/FC.9

(60)
[image:60.595.79.506.160.377.2]

4.3.2.2 Bagaimana tayangan Korean Wave saat ini

Tabel 8.3

No Bagaimana Tayangan Korean

Wave

F %

1 Tidak Menarik 4 4,3

2 Kurang Menarik 22 23,9

3 Menarik 46 50,0

4 Sangat Menarik 20 21,7

Total 92 100,0

Sumber P.7/FC.10

Tabel 8.3 menjelaskan tentang bagaimana tayangan Korean Wave saat ini. jumlah responden yang menyatakan bahwa tayangan Korean Wave menarik saat ini adalah 46 orang (50,0%). Responden yang menyatakan kurang menarik ada 22 orang (23,9 %), yang menyatakan sangat menarik ada 20 orang (21,7 %) dan yang menyatakan tidak menarik ada 4 orang (4,3 %).

(61)

4.3.2.3 Apakah tayangan Korean Wave bisa diakses di tempat anda

[image:61.595.92.486.212.439.2]

Maksud dari peneliti menanyakan bisa diakses adalah apakah tempat mereka tinggal saat ini bisa mengakses tayangan Korean Wave apa tidak. Berikut perinciannya dalam tabel :

Tabel 9.3

Tayangan Korean Wave bisa diakses di tempat anda

No. Apakah tayangan Korean

Wave bisa diakses

F %

1. Tidak Dapat 5 5.4

2. Kurang Dapat 26 28.3

3. Dapat 37 40.2

4. Sangat Dapat 24 26.1

Total 92 100.0

Sumber P.8/FC.11

(62)

Gambar

Tabel 1.1 Variabel Penelitian
Tabel 2.3 Suku
Tabel 3.3 Departemen
Tabel 4.3 Pekerjaan Orang Tua
+7

Referensi

Dokumen terkait