Lampiran 1: Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko
Lampiran 1.1: Struktur Organisasi Daerah dan Keuangan Daerah
Berdasarkan Perda Nomor 12 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Daerah Kabupaten Blora, maka Lembaga Teknis di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Blora sebagai berikut :
1. Inspektorat;
2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
3. Badan Kepegawaian Daerah;
4. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan Dan Keluarga Berencana;
5. Badan Lingkungan Hidup;
6. Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perijinan;
7. Kantor Kesatuan Bangsa Dan Politik;
8. Kantor Ketahanan Pangan;
9. Kantor Perpustakaan Dan Arsip Daerah;
10. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soetijono Blora; dan
11. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soeprapto Cepu.
Berdasarkan Perda Nomor 13 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Blora, maka Dinas-Dinas-dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Blora sebagai berkut :
1. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga;
2. Dinas Kesehatan;
3. Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Dan Perikanan;
4. Dinas Kehutanan;
5. Dinas Pekerjaan Umum;
6. Dinas Perhubungan,Pariwisata, Kebudayaan, Komunikasi Dan Informatika;
7. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Dan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah;
8. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi Dan Sosial;
9. Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral;
10. Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil; dan
Tabel Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Blora Tahun 2010 – 2014
No Uraian Belanja Sanitasi (Rp.) Rata-rata
Pertumbuhan
2011 2012 2013 2014 2015
1 Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 ) 1.945.301.000 2.860.750.000 1.675.432.000 5.584.541.000 6.793.000.000 65%
1.1 Air Limbah Domestik 460.000.000 1.705.000.000 1.510.432.000 2.061.000.000 705.000.000
1.2 Sampah rumah tangga 635.000.000 285.750.000 165.000.000 1.923.000.000 2.203.000.000
1.3 Drainase Perkotaan 850.301.000 870.000.000 - 1.600.541.000 3.885.000.000
2 Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 ) 1.307.700.000 893.700.000 1.637.110.000 1.213.000.000 4.100.973.300 66%
2.1 DAK Sanitasi 617.700.000 400.000.000 1.177.110.000 - 2.806.680.000
2.2 DAK Lingkungan Hidup 690.000.000 493.700.000 460.000.000 1.213.000.000 1.294.293.300
2.3 DAK Perumahan dan Permukiman -
- -
3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi
Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3) 3.253.001.000 3.754.450.000 3.312.542.000 6.797.541.000 10.893.973.300 42%
Total Belanja Langsung 148.697.720.000 318.474.541.000 326.034.006.000 405.996.639.000 500.000.557.000 41%
% APBD murni terhadap Belanja Langsung 2,19% 1,18% 1,02% 1,67% 2,18% 1,65%
Tabel Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kab/Kota Tahun 2010– 2014 No Uraian Belanja Sanitasi (Rp.) Pertumbuhan rata-rata 2010 2011 2012 2013 2014 1 Belanja Sanitasi
1.1 Air Limbah Domestik
1.1.1 Biaya operasional / pemeliharaan (justified) 10.000.000 - - 60.000.000
1.2 Sampah rumah tangga
1.2.1 Biaya operasional/pemeliharaan (justified) 375.000.000 425.000.000 250.000.000 1.260.000.000
1.823.000.000
1.3 Drainase Perkotaan
1.3.1 Biaya operasional/pemeliharaan (justified) 375.000.000 680.301.000 250.000.000 1.260.000.000 1.823.000.000 Tabel Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Bloea Tahun 2010 - 2014
No D e s k r i p s i
Tahun
Rata-rata
2010 2011 2012 2013 2014
1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten
3.253.001.000 3.754.450.000 3.312.542.000 6.797.541.000 10.893.973.300 2 Jumlah Penduduk 852.312 855.496 858.691 861.899 865.119
Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2) 3.817 4.389 5.325 7.887 12.592
Tabel Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita
No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertum-buhan
(%)
2010 2011 2012 2013 2014
1 Retribusi Air Limbah
1.a Realisasi retribusi - - - -
1.b Potensi retribusi - - - -
2 Retribusi Sampah
2.a Realisasi retribusi 163.611.000 -
2.b Potensi retribusi - -
3 Retribusi Drainase 3.a Realisasi retribusi 3.b Potensi retribusi
4 Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a) 163.611.000
5 Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b) -
6 Proporsi Total Realisasi – Potensi Retribusi
Tabel Tabel Peta Perekonomian Kabupaten Blora Tahun 2010 - 2014
No D e s k r i p s i Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) 2.182.809 2.241.69 2.354.441 2.528.812 2.596.018,27
2 Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.) - - - -
-3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 2.70 5,03 4,98 5,02 5,04
Lampiran 1.2: Lembar kerja analisis Area Berisiko menggunakan Instrumen Profil Sanitasi
Berisi print out dari semua lembar kerja (sheet) yang ada di Instrumen Profil Sanitasi. Dapat menggunakan lembar A3 apabila diperlukan.
Lampiran 1.3: Ringkasan Eksekutif hasil studi EHRA dan Kajian lainnya 1.3.1 Ringkasan Eksekutif Studi EHRA
Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan / Envinronmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Dalam pelaksanaan studi EHRA menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observasi). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang merupakan kader desa/Kesehatan/PKK. Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga)/Pemangku. Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total Pemangku/RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah minimal 40 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 sampai dengan 60 tahun.
Metode penentuan target area survey dilakukan berdasarkan kondisi geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Stratifikasi. Hasil stratifikasi ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Kriteria utama penetapan strata tersebut adalah kepadatan penduduk, angka kemiskinan, daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi, daerah terkena banjir. Jumlah desa/kelurahan yang akan dijadikan objek studi ini adalah 30 desa/kelurahan yang terdistribusi dalam 5 (lima) strata yaitu strata 0 sebanyak 2 desa/kelurahan, strata 1 sebanyak 11 desa/kelurahan, strata 2 sebanyak 8 desa/kelurahan, strata 3 sebanyak 8 desa/kelurahan, dan strata 4 sebanyak 1 desa/kelurahan. Karena di Kabupaten Blora sampel yang akan dijadikan target survey adalah desa/kelurahan, maka hasil olah data adalah tidak per strata melainkan per desa/kelurahan.
Di Kabupaten Blora responden yang digunakan dalam studi EHRA ini adalah sejumlah 1.200 responden yang telah dilakukan random sampling dan terdistribusi dalam 30 desa/kelurahan terpilih. Kondisi sampah di Kabupaten Blora adalah sebanyak 46,8% melakukan pengelolaan sampah rumah tangga dengan cara dibakar. Sebesar 18,5% rumah tangga melakukan pemilahan sampah, sedangkan 81,5% rumah tangga tidak melakukan pemilahan sampah.
Jumlah rumahtangga yang memiliki sarana jamban pribadi adalah sebesar 72,9%, dimana sebanyak 24,2% rumah tangga memiliki saluran akhir pembuangan akhir tinja berupa tangki septik namun sebanyak 90,3% rumah tangga yang memiliki tangki septik tersebut tidak pernah mengosongkan tangki septik. Dari 1200 responden, ternyata 676 rumah tangga (56,3%) telah memiliki Saluran Pengelolaan Air Llimbah (SPAL), namun hanya sebesar 477 SPAL (70,5% yang berfungsi.
Untuk pengelolaan air bersih rumah tangga, sumber air utama dari 1200 responden adalah menggunakan air ledeng PDAM dimana penggunaan air ledeng PDAM tersebut tertinggi adalah untuk memasak sebesar 29,2% (350 rumah tangga). Sementara itu, yang menggunakan air ledeng PDAM untuk sumber air minum sebesar 27,8% (334 rumah tangga). Untuk praktik Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di 5 (lima) waktu penting, sebanyak 82,5% responden melakukannya, dan sisanya
sebesar 17,5% tidak melakukan CTPS. Persentase tertinggi praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dilakukan saat sebelum makan yaitu sebesar 78,5%, sementara saat setelah makan 46%, dan saat setelah buang air besar sebanyak 44,8%.
Hasil analisa indeks risiko sanitasi adalah sebagai berikut:
1. Kategori area berisiko sangat tinggi pada anggota strata 2 yaitu dengan nilai/skor 266, dimana risiko sanitasi paling tinggi adalah persampahan sebesar 93%, perilaku hidup bersih dan sehat 60% dan 58% air limbah domestik.
2. Kategori area berisiko tinggi pada anggota Strata 1 yaitu dengan nilai/skor 239, dimana risiko sanitasi paling tinggi adalah persampahan sebesar 94%, dan 58% air limbah domestik.
3. Kategori area berisiko sedang pada anggota Strata 3 yaitu dengan nilai/skor 197, dimana risiko sanitasi paling tinggi adalah air limbah domestik sebesar 58%, dan 53% perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Kategori area berisiko rendah pada anggota Strata 4 dan Strata 0 yaitu dengan nilai/skor masing-masing 186 dan 160, dimana risiko sanitasi paling tinggi untuk Strata 4 adalah 68% air limbah domestik, dan 46% persampahan. Sedangkan untuk Strata 0 adalah 56% Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan 46% persampahan.
1.3.2 Ringkasan Eksekutif Kajian Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Sanitasi
Sektor swasta yang terlibat dalam layanan sanitasi adalah dalam hal pengelolaan
sampah. Sampah tak pernah lepas dari kehidupan kita setiap hari, dengan banyaknya
sampah yang menumpuk menimbulkan inisiatif dari masyarakat untuk menjadikannya
sebagai peluang bisnis terutama sampah non-organik yang memiliki nilai jual.
Sampah-sampah tersebut dipilah-pilah sesuai dengan jenisnya seperti kardus, plastik, kertas, logam
besi, botol dan aluminium. Sampah-sampah tersebut mereka kumpulkan rumah tangga,
fasilitas umum dan kawasan bisnis (seperti hotel dan rumah makan) dengan cara membeli
(untuk yang memiliki modal) ataupun memungutnya (pemulung). Sampah yang terkumpul
tersebut kemudian dijual kepada para pengusaha pengepul.
Di Blora terdapat beberapa orang yang memiliki usaha sebagai pengepul
sampah-sampah tersebut atau yang biasa disebut dengan pengepul rongsok, seperti di Kelurahan
Krandegan di daerah tersebut banyak terdapat pengepul rongsok mulai dari skala kecil,
menengah maupun besar. Adapun beberapa pengepul yang berhasil diwawancarai adalah
sebagai berikut :
1. Nama pengusaha BAKAT, alamat Dukuh.Pelem Kelurahan Jepon, mulai usaha sejak
tahun 1991 dengan jumlah tenaga kerja 7 orang, untuk jenis dan volume barang yang
ditampung adalah :
Tabel 5.3. Data Pengepul Milik BAKAT
No. Jenis Barang Bekas Volume rata-rataper bulan (kg/kwintal/ton) Harga beli (Rp./Kg) Harga jual (Rp./Kg)
1. Plastik (cacahan) 5 Kwintal 1.700 1.900
2. Kertas 5 Kwintal 1.200 1.500
3. Logam besi 5 Kwintal 1.700 2.000
4. Aluminium 1,5 Kwintal 9.000 11.000
5. Botol/kaca 100 kg . 500 700
Kota tujuan penjualan Kabupaten Kudus, Pati, Surabaya. Adapun kendala dalam usaha
adalah keterbatasan pada pembeli rongsok.
Gambar 5.2. Pemilahan Sampah Pengepul Milik BAKAT
2. Nama pengusaha KUSNO, alamat RT. 07 RW. 2 Kelurahan Jepon, mulai usaha sejak
tahun 2010 dengan jumlah tenaga kerja 2 orang, untuk jenis dan volume barang yang
ditampung adalah :
Tabel 5.4. Data Pengepul Milik Kusno
No. Jenis Barang Bekas Volume rata-rataper bulan (kg/kwintal/ton) Harga beli (Rp./Kg) Harga jual (Rp./Kg) 1. Plastik (cacahan) 900 Kg 1.800 2.000 2. Kertas 800 Kg 1.200 1.500 3. Logam besi 1.600 Kg 2.700 3.000 4. Aluminium 200 Kg 10.000 12.000 5. Botol/kaca 280 buah 700 900
Kota tujuan penjualan Kabupaten Kudus,Pati,Rembang Bojonegoro
1.3.3 Ringkasan Eksekutif Kajian Kelembagaan dan Kebijakan
Peraturan Daerah terkait sanitasi yang ada di Kabupaten Bloraberdasarkan hasil studi/kajian kelembagan dan kebijakan dapat disimpulkan antara lain: Tabel Daftar Peraturan Sanitasi Kabupaten Blora
Substansi Peraturan Air Limbah Domestik Persampahan Drainase
Ketersediaan (Sebutkan) Pelaksanaan Ketersediaan (Sebutkan) Pelaksanaan Ketersediaan (Sebutkan)
Pelaksanaan
Tata cara perijinan pembuangan air limbah/sampah Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Retribusi Penyediaan Dan/Atau Penyedotan
Belum efektif Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Sampah
Belum efektif
Retribusi Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Retribusi Penyediaan Dan/Atau Penyedotan Kakus
Efektif Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 6 Tahun 2013 Tentang
Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
Efektif Belum tersedia
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa Kabupaten Blora telah memiliki perda terkait air limbah domestik, persampahan, tetapi untuk Drainase belum ada kebijakan yang mengaturnya. Perda tersebut belum berjalan dengan efektif sehingga perlu untuk ditingkatkan.
Tabel Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Blora
Fungsi
Pemangku Kepentingan Air Limbah Domestik
Persampahan Drainase
Pemerintah Kabupaten
(Unit SKPD pengelola) Swasta Masyarakat
Pemerintah Kabupaten/ Kota (Unit SKPD pengelola) Swasta Masyarakat Pemerintah Kabupaten/ Kota (Unit SKPD pengelola) Swasta Masyarakat
PERENCANAAN DPU, BLH DPU, BLH DPU, BLH
PENGADAAN SARANA DPU V V V V V DPU
PENGELOLAAN DPU V V V V V DPU
PENGATURAN DAN
PEMBINAAN DPU V DPU
MONITORING DAN
EVALUASI DPU, BAPPEDA V
DPU, BAPPEDA
Tabel diatas menggambarkan daftar pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah domestik, Persampahan dan drainase sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan hasil studi/kajian kelembagaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Blora fungsi-fungsi pembangunan dan pengelolaan air limbah domestik lebih banyak dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Dinas Pekerjaan Umum Bidang Ciptakarya Seksi Perumahan dan Permukiman. Pihak swasta menjalankan fungsi Pengadaan Sarana dan Pengelolaan sarana khususnya layanan sedot tinja. Masyarakat mejalankan fungsi pengadaan sarana dan pengelolaan sarana untuk sarana individual (jamban keluarga) serta pengelolaan sarana umum seperti MCK dan IPAL Komunal.
Fungsi-fungsi dalam pembangunan dan pengelolaan persampahan juga masih didominasi oleh pemerintah Kabupaten/Kota melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Pihak swasta dan masyarakat juga telah berperan dalam menjalankan fungsi Pengadaan sarana pewadahan di sumber sampah, sarana pengumpulan dari sumber ke TPS serta menyediakan sarana komposting. Sementara untuk fungsi pengelolaan pihak swasta dan masyarakat telah berperan dalam mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS, mengelola sampah di TPS, melakukan pemilahan sampah. Masyarakat juga telah melakukan penarikan retribusi sampah.
1.3.4. Ringkasan Eksekutif Kajian Komunikasi dan Media
No. Komponen Kegiatan Tahun Dinas
Pelaksana Tujuan Kegiatan
Khalayak
Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran
1 Air limbah domestik Pemicuan CLTS 2010-2014 Dinas Kesehatan Mengubah prilaku masyarakat ke prilaku higiene FGD Lebih sehat BAB di jamban
Masyarakat bisa sadar dengan sendirinya telah mengotori lingkungan dengan BAB di sembarang tempat 2 Persampahan Sosialisasi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat 2010-2014 DPU. BLH Meningkatkan pengetahuan Masyarakat dalam pengelolaan sampah - Kader lingk - Ibu-ibu PKK - Komplek perumahan Bersih gaya hidupku
Arti 3 R, Tujuan dan manfaat 3 R, aplikasi 3 R Penyuluhan Kebersihan Lingkungan 2012, 2013, 2014 DPU,B LH, penggerak PKK kab Meningkatkan pengetahuan serta kepedulian masyarakat dalam pengelolaan sampah - Kader
Lingkungan Blora Sehat Bina Cinta Lingkungan
3 Drainase Bersih-bersih kali / selokan 2009-2012 DCK Menciptakan kali/selokan bersih dari sampah Umum Selokan bersih bebas genangan
Kebersihan harus menjadi budaya
Sosialisasi kebersihan selokan/sungai 2012 DCK Kebersihan selokan/sungai menjadi tanggung jawab kita bersama Umum Bersih menjadi hak kita bersama
Kebersihan sungai tanggung jawab bersama
Tabel Media Komunikasi dan Kerjasama terkait sanitasi
No. Komponen Jenis Media Khalayak Pendanaan Isu yang Diangkat Pesan Kunci Efektivitas
1. Air Limbah Domestik
Radio Gagak
Rimang Umum APBD
Peran serta masyarakat ikut menjaga
kebersihan lingkungan BAB tidak di sungai Efektif
Leaflet Masyarakat
umum APBD
Perilaku ramah lingkungan termasuk
pengelolaan air limbah rumah tangga Peran serta masyarakat dalam menjaga lingkungan
Kurang efektif
Poster Masyarakat
umum APBD BAB di tempat yang aman Awas KLB Diare
Kurang efektif
2. Persampahan Radio Gagak
Rimang Umum APBD 3 R Bersih gaya Hidupku Efektif
3. Drainase Radio Gagak
Rimang Umum APBD
Kebersihan Lingkungan (sungai/selokan)
dambaan setiap warga Hidup bersih tanpa
banjir Efektif
Tabel pertama menunjukkan kegiatan komunikasi terkait komponen sanitasi. Di setiap komponen sudah ada kegiatan komunikasi yang pada umumnya bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat. Untuk komponen air limbah domestik, kegiatan komunikasi yang dilakukan baru berupa pemicuan CLTS. Sedangkan untuk dua komponen lainnya sudah cukup beragam. Ke depan, diharapkan adanya keberagaman kegiatan komunikasi di setiap komponen.
Tabel kedua menunjukkan media komunikasi dan kerjasama terkait komponen sanitasi. Di setiap komponen sudah ada media komunikasi tersendiri. Semua media komunikasi ini didanai oleh APBD. Ke depan, diharapkan adanya pendanaan dari swasta (dalam bentuk CSR) dan/atau pendanaan dari masyarakat. Oleh karena itu, keterlibatan swasta dan masyarakat dalam kegiatan komunikasi terkait sanitasi perlu ditingkatkan. Kerja sama dengan media lokal perlu ditingkatkan.
Kegiatan komunikasi dan kerjasama dengan media perlu dilakukan secara terus menerus sehingga dapat mendukung terjadinya perubahan perilaku sebagai bagian dari pembangunan sanitasi.
1.3.5 Ringkasan Eksekutif Kajian Peranserta Masyarakat
No Komponen
Nama Program/
Kegiatan Pelaksana/PJ Lokasi
Tahun Program/kegia tan **) Penerima manfaat ***) Jumlah Sarana
Kondisi Sarana Saat Ini
****) Pengelola
Berfungsi Tidak
Berfungsi Lembaga Kondisi
L P
1. Air Limbah
Domestik Sanimas: IPAL
Komunal Dinas PU Kamolan, Balun, Karangboyo 2011 350 orang 300 orang 1 3 unit IPAL Komunal - KSM Berkah Baik 2. Persampahan TPST 3 R : TPST
Sampah Organik BLH Ngroto 2012
100 orang 150 orang 1 1 TPST - KSM Rejeki Baik Pemilahan Sampah
di Rumah tangga Masyarakat Tempelan, Blora 2012
200 orang 250 orang 10 1 TPST - KSM Berseri Baik 3. Drainase Jaringan Drainase Perkotaan sepanjang 500 m Dinas PU Bangkle 2010 400 orang 300 orang 1 1
Kajian peran swasta dalam penyedia layanan sanitasi menunjukkan bahwa di Kabupaten Blora sudah ada pihak swasta yang berkontribusi dalam pembangunan sanitasi baik di bidang air limbah domestik, persampahan, dan drainase perkotaan. Identifikasi lebih lanjut mengenai potensi kerjasama sangat diperlukan sehingga ke depan pihak swasta dapat lebih berperan dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Blora.
1.3.6 Ringkasan Eksekutif Kajian Sanitasi Sekolah
Kajian sanitasi sekolah dilakukan di 20 Sekolah Dasar dan 10 MI yang ada di Kabupaten Blora. Untuk perilaku higiene dan sanitasi, dilakukan wawancara pada 600 murid yang tersebar di 20 SD dan 10 MI.
Berdasarkan hasil survey dan wawancara dengan guru dan murid, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah Dasar/MI
Kondisi Sangat Baik % Baik % Kurang Baik %
Toilet Guru 3 10.00 0 0.00 27 90.00
Toilet siswa 1 3.33 1 3.33 28 93.33
Fasilitas CTPS 19 63.33 10 33.33 1 3.33
Sarana Air Bersih 27 90.00 2 6.67 1 3.33
Pengelolaan sampah 4 13.33 0 0.00 26 86.67
Drainase 4 13.33 2 6.67 24 80.00
Ketersediaan dana 11 36.67 5 16.67 14 46.67
Pendidikan HS 15 50.00 10 33.33 5 16.67
Dari data kondisi sarana sanitasi, yang perlu mendapat perhatian adalah toilet siswa, toilet guru, dan pengelolaan sampah. Hampir di seluruh SD/MI (> 80%), ketiga hal ini dalam keadaan kurang baik. Sedangkan untuk sarana air bersih dan fasilitas CTPS, kondisinya sangat baik. 90.00% memiliki sarana air bersih yang sangat baik. Sedangkan untuk fasilitas CTPS, terdapat 63.33% SD/MI yang fasilitasnya sangat baik.
Perilaku Higiene dan Sanitasi
Perilaku Higiene dan Sanitasi Baik % Kurang baik % Cuci tangan pakai sabun 46 7.67 554 92.33 Penggunaan toilet/jamban 580 96.67 20 3.33
Perilaku buang sampah 596 99.33 4 0.67
Berdasarkan hasil survey, perilaku cuci tangan pakai sabun masih belum dilaksanakan dengan baik. 92.33% siswa masih belum melakukan praktek cuci tangan pakai sabun dengan benar. Sedangkan untuk penggunaan toilet/jamban serta perilaku buang sampah, sebagian besar siswa sudah melakukannya dengan baik dan benar.
Kajian sanitasi sekolah menunjukkan bahwa untuk permasalahan sarana sanitasi, toilet siswa, toilet guru, dan pengelolaan sampah perlu mendapatkan perhatian lebih bahkan menjadi prioritas. Sedangkan untuk perilaku, cuci tangan pakai sabun dengan benar masih perlu digalakkan.