• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I KONSEP DASAR TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I KONSEP DASAR TEORI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

KONSEP DASAR TEORI

A. Pengertian

Batu ginjal adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat. Batu ini terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit (Tambayong, 2000 ).

Nefrolitiasis adalah adanya timbunan zat padat yang membatu pada ginjal, mengandung komponen kristal, dan matriks organik (Soeparman, 2001).

B. Etiologi

Batu ginjal merupakan konsisi terdapatnya kristal kalsium dalam ginjal, kristal tersebut dapat berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat maupun kalsium sitrat. Tidak ada penyebab yang bisa dibuktikan yang sering menjadi predisposisi adalah infeksi saluran kemih hiperkasiuria, hiperpospaturia, hipervitaminosis D dan hipertiroidism dan kebanyakan intake kalsium serta alkali cenderung timbul presipitasi garam kalsium dalam urine (Tambayong, 2000).

Faktor intrinsik, meliputi:

1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi. 2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.

Faktor ekstrinsik, meliputi:

1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)

2. Iklim dan temperatur

3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.

(2)

batu saluran kemih.

5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

C. Patofisiologi

Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau urin ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat (Tambayong, 2000).

Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori ;

1. Teori supersaturasi

Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu. 2. Teori matriks

Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.

3. Teori kurang inhibitor

Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.

(3)

4. Teori epistaxi

Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secara- bersama-sama, salauh satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam urat yanga berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.

5. Teori kombinasi

Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.

D. Manifestasi klinis

1. Nyeri dan pegal di daerah pinggang

Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costoverteral

2. Hematuria

Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik

3. Infeksi

Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius maupun infeksi asistemik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang progresif.

4. Kencing panas dan nyeri

5. Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal

E. Pemeriksaan penunjang 1. Urin

a. PH lebih dari 7,6

b. Sediment sel darah merah lebih dari 90% c. Biakan urin

(4)

2. Darah a. Hb turun b. Leukositosis c. Urium krestinin

d. Kalsium, fosfor, asam urat 3. Radiologi

Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu 4. USG abdomen

F. Komplikasi 1. Gagal ginjal

Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal

2. Infeksi

Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.

3. Hidronefrosis

Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin

4. Avaskuler ischemia

Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian jaringan

(5)

G. Penatalaksanaan

Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka ( Soeparman & Waspadji: 2002).

H. Pencegahan

Setelah batu dikeluarkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalah upaya mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10 tahun.

Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:

1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari

2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu 3. Aktivitas harian yang cukup

4. Medikamentosa

Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:

1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.

2. Rendah oksalat

3. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria 4. Rendah purin

5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II

(6)

Pathways ( Price & Wilson. 2001) Faktor Intrinsik : - Herediter - Umur - Jenis Kelamin Faktor Idiopatik : - Gangguan metabolik - Infeksi saluran kemih - Dehidrasi

- Obstruksi

Faktor Ekstrinsik : - Geografis

- Iklim dan temperatur - Asupan air

- Diet - Pekerjaan

Defisiensi kadar magnesium, sitrat prifosfor, mukoprotein dan peptide

Resiko kristalisasi mineral

Peningkatan konsistensi larutan urine

Penumpukan kristal

Pengendapan

Batu saluran kemih

Sumbatan saluran kemih Farmakologi

Ketidakpatuhan regimen terapeutik Kurang pengetahuan Kencing tidak tuntas Batu merusak dinding setempat Perubahan pola eliminasi urin Hematuria Hb turun Anemia Insufisiensi O2 Intoleransi aktivitas Spasme batu saat

turun dari ureter

(7)

BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Aktifitas dan istirahat Gejala:

- Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi

- Keterbatasan aktifitas/imobilitas sehubungan dengan kondisi sebelumnya

2. Sirkulasi Tanda:

- Peningkatan tekanan darah/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal) - Kulit hangat dan kemerahan, pucat

3. Eliminasi Gejala:

- Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus) - Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh

- Rasa terbakar, dorongan berkemih - diare

4. Makanan/cairan Gejala:

- Mual/muntah, nyer tekan abdomen

- Diet tinggi purin, kalsium oksalat, atau fosfat

- Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum aor dengan cukup

Tanda:

- Distensi abdominal, penurunan/tidak adanya bising usus - muntah

5. Nyeri/kenyamanan Gejala:

(8)

- Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu

Tanda:

- Melindungi, perilaku distraksi

- Nyeri tekanpada area ginjal pada palpasi 6. Keamanan

Gejala:

- Penggunaa alcohol - Demam, menggigil B. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral, trauma jaringan pembentukan udema

2. Ganguan istirahat dan tidur bd nyeri 3. Resti infeksi bd tindakan invasive

4. Perubahan eliminasi urin bd irirtasi ginjal, obstruksi, inflamasi 5. Kurang perawatan diri.bd pemasangan alat pada tubuh

C. Intervensi keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral, trauma jaringan pembentukan udema (doengoes,2000).

Tujuan : nyeri berkurang, spasme terkontrol

KH : melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol, tampak rileks, mampu tisur/istirahat dengan tepat

Intervensi :

kaji nyeri dengan PQRST

 jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melapor jika nyeri dan perubahannnya

ajarkan teksnik relaksasi dan distraksi beri kompres hangat pada daerah nyeri kolaborasi analgetik

(9)

2. Ganguan istirahat dan tidur bd nyeri Tujuan : istirahat tidur terpenuhi

KH : identifikasi teksnik induksi tidur, faktor penyebab gangguan tidur Intervensi :

 Beri lingkungan yang tenang untuk pasien

 Atur prosedur agar tidak mengganggu waktu istirahat pasien  Kaki penyebab gangguan tidur

3. Resti infeksi bd tindakan invasive Tujuan : tidak terjadi infeksi KH : tidak ada tanda-tanda infeksi Intervensi :

 Pertahankan aseptic dalam tindakan  Monitor TTV

 Periksa laboratorium tanda-tanda infeksi  Kolaborasi pemberian analgetik

4. Perubahan eliminasi urin bd irirtasi ginjal, obstruksi, inflamasi Tujuan : berkemih dengan normal

KH : berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya, tidak mengalami tanda obstruksi

Intervensi :

 Awasi intake dan output cairan dan karakteristik urin  Kaji pola berkemih pasien

 Dorong pemasukan cairan agar meningkat  Keji keluhan kandung kemih

(10)

5. Kurang perawatan diri.bd pemasangan alat pada tubuh Tujuan : kebersihan terpenuhi

KH : dapat perawatan diri secara mandiri Intervensi :

 Kaji penyebab kkurang perawatan diri  Dorong pasien melakukan personal hygien  Dorong pasien menggunakan alat Bantu yang ada

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2000. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doengoes, M.E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta. Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Suddarth & Brunner.1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Mosby.St.louis.

(12)
(13)

Referensi

Dokumen terkait

dengan jenis pohon yang sama/seragam dan peremajaan tanaman rusak/tidak produktif. 3) Penambahan tanaman bunga diantara pohon pada RTH jalur jalan dengan ruang/wadah/pot yang

tambak yang berada di sekitar TPA sampah Benowo dengan berat ikan 100 gram, sebanyak 9 ikan hasil tambak yang diambil dari tambak di sekitar TPA Benowo

Penelitian ini secara empiris akan menguji pengaruh firm size , capital intensity , inventory intensity , komisaris independen, kompensasi direksi, dan transaksi

Pengguna barang/jasa bersama dengan ULP/Panitia Pengadaan/Pejabat Pengadaan terlebih dahulu harus menetapkan metoda pemilihan penyedia barang/jasa, metoda penyampaian

Apabila ternyata bahwa ketentuan mengenai tanggal dan/atau jumlah yang tercantum dalam surat keputusan pembayaran angsuran tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak atau Penanggung

Berdasarkan Penjelasan diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa sistem informasi adalah sekumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi yang memiliki tujuan

1) Analisis biologik yang ditransformasikan ke dalam analisis sosial dinilai sebagai akar terpuruknya nilai-nilai spiritual dan bahkan nilai-nilai kemanusiaan. Hal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi dan religi diwujudkan dalam budaya bersih mata air (nguras sumber) dan syukuran (slametan) oleh masyarakat setempat dengan