1
PENERAPAN HUKUM BAGI PELANGGAR LALU LINTAS YANG MENGANCAM KESELAMATAN PEJALAN KAKI DI POLRESTA PADANG
ARTIKEL
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
MORY HENDRIKO
0910012111320
Bagian Hukum Pidana
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG 2015
REG. NO: 6/PID-02/VI-2015
2
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PERSETUJUAN ARTIKEL/JURNAL
Nama : Mory Hendriko
Nomor : 0910012111320
Program Kekhususan : Hukum Pidana
Judul Skripsi : Penerapan Hukum Bagi Pelanggar Lalu Lintas Yang Mengancam Keselamatan Pejalan Kaki Di Polresta Padang
Telah dikonsultasikan dan disetujui oleh pembimbing untuk di upload ke website
1. Dr. Fitriati, SH., MH. (Pembimbing I)
1
PENERAPAN HUKUM BAGI PELANGGAR LALU LINTAS YANG MENGANCAM KESELAMATAN PEJALAN KAKI DI POLRESTA PADANG
Mory Hendriko1, Fitriati2,Yetisma Saini1
1
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta
2
Universitas Taman Siswa Email: mory_koto@yahoo.com
ABSTRACT
Pedestrians are protected in law No. 22 of 2009 about traffic and Road Transport Section 106 subsection (2) but in the fact that pedestrians often become victims of traffic offenders for not heeding then Act No. 22 of 2009 about traffic and road transport has been set up in article 284 jo 310 subsection (4). Formulation of the problem: (1) how does the application of the law to traffic offenders who threaten the safety of pedestrians in the Polresta Desert? (2) Apaka h constraints encountered by the police in the implementation of the law for traffic offenders who threaten the safety of pedestrians in the Polresta Desert? This research uses the juridical sociological approach, and data sources in the form of primary data and secondary data. Engineering data collection with interviews and study documents. The data were analysed qualitatively. The results of this study are: 1) the application of the law to traffic offenders who threaten the safety of pedestrians in Polresta Steppe begins with the process of investigation, namely: the public report, officers went to the scene, helping to secure the scene, the victim, a suspect, though the scene, secure evidence, crime scene sketches, and photographs of the scene, then conducted investigation and filings with securities 2) constraints encountered in the implementation of the law for traffic offenders who threaten the safety of pedestrians in Polresta the field, namely: the suspect fled, witnesses and the lack of the role of the community and the number of members Polantas less.
Keyword: Application, Law, Traffic, Pedestrians
A. Latar Belakang
Pejalan kaki merupakan unsur lalu lintas yang sering kali dilupakan keberadaannya sebagai pergerakan di jalan raya. Dari jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi pejalan kaki merupakan salah satu objek kecelakaan yang cukup tinggi. Pejalan kaki sebagai salah satu unsur dari lalu lintas harus diperhatikan dan dilindungi, Jika terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban yang berasal dari pejalan kaki penegakan hukumnya kerap kali hanya sampai di kepolisian atau diselesaikan secara kekeluargaan atau lebih dikenal dengan
perdamaian antara pengendara kendaraan bermotor dengan korbannya pejalan kaki tanpa melanjutkan proses hukum yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan (selanjutnya disebut UU LLAJ) padahal
Putusan Mahkamah Agung
NO.1187K/Pid/2011 menyatakan walaupun pelaku telah bertanggung jawab serta adanya perdamaian dengan korban tidak menghapuskan tuntutan pidana, hal ini sangat menarik penulis untuk meneliti tentang penerapan hukum bagi pelanggar lalu lintas
2 yang mengancam keselamatan pejalan kaki di Polresta Padang.
Dengan adanya UU LLAJ yang mengatur fasilitas bagi pejalan kaki diharapkan agar pejalan dapat berlalu lintas dengan aman tanpa ada rasa takut akan menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Dalam perkembangannya fasilitas pejalan kaki tersebut yang ditujukan untuk melindungi pejalan kaki dari kecelakaan lalu lintas sering dilanggar oleh pengendara kendaraan bermotor yang mengakibatkan pejalan kaki menjadi korban dari kecelakaan lalu lintas.Di dalam Pasal 106 ayat (2) UU LLAJ bahwa setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mengutamakan keselamatan pejalan kaki dan pesepeda.
Mengutamakan keselamatan pejalan kaki, baik pejalan kaki tersebut berjalan di fasilitas jalan yang telah disediakan ataupun pejalan kaki tersebut berjalan atau menyeberang di tempat bukan fasilitas pejalan kaki tetapi dianggap di tempat berjalan tersebut aman bagi jiwa pejalan kaki maka selama itulah pengendara kendaraan bermotor wajib mengutamakan keselamatan pejalan sebagaimana yang telah disebutkan Pasal 106 ayat (2), UU LLAJ sehingga memberikan keamanan bagi pejalan kaki yang berlalu lintas di jalan. Dalam kenyataannya apa yang diamanatkan oleh Pasal 106 ayat (2) UU LLAJ tersebut tidak tercermin dalam praktek berlalu lintas banyaknya pertumbuhan kendaraan bermotor
membuat pejalan kaki semakin jauh dari rasa aman, itu dikarenakan pengendara kendaraan bermotor tidak mau mengalah dengan pejalan kaki, padahal seharusnya pengendara kendaraan bermotor tersebut lebih mengutamakan keselamatan pejalan kaki dalam berlalu lintas, etika berlalu lintas yang tidak mau mengalah dari pengendara kendaraan bermotor tersebut membuat pejalan kaki jauh dari rasa aman dalam berlalu lintas dan rentan menjadi korban dari kecelakaan lalu lintas.
Lalu lintas merupakan sarana penting yang bersifat umum yang tidak dapat kita tinggalkan. Sesuai dengan perkembangan zaman, lalu lintas mengalami perubahan yang signifikan, seperti adanya undang-undang yang mengatur tentang pelanggaran dan kejahatan atau kecelakaan yang terjadi di jalan raya. Di dalam Pasal 1 ayat(2) UU LLAJ (memberikan definisi mengenai lalu lintas, bahwa lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Tidak bisa diingkari pesatnya pertumbuhan jumlah kendaraan di jalan raya berimbas kepada dengan meningkatnya jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Di dalam Pasal 1 ayat (24) UU LLAJ bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Faktor yang menjadi
3 penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas antara lain:
1. Kelalaian pengguna jalan. 2. Ketidaklayakan kendaraan.
3. Ketidaklayakan jalan dan/atau lingkungan kondisi jalan yang berlubang, kurangnya pemasangan rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan.
Kecelakaan lalu lintas menimbulkan korban manusia atau kerugian harta salah satu korban manusia ialah pejalan kaki. Pejalan kaki merupakan unsur dari kegiatan berlalu lintas pejalan kaki merupakan salah satu pengguna jalan yang menjadi prioritas terhadap upaya perlindungan keselamatan di jalan raya, artinya semua pengguna jalan lain seharusnya mendahulukan pejalan kaki.
Pasal 310 ayat (4) dinyatakan “Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 12000.000,00 (dua belas juta Rupiah)”Salah satu bentuk tindakan yang tidak mengutamakan keselamatan pejalan kaki sebagai berikut:
Aksi tidak bertanggung jawab pengendara sepeda motor memakan korban pada Sabtu malam (10/5/2014) di jalan kampung Kalawi kelurahan Lubuk Lintah Kecamatan Kuranji korban pejalan kaki bernama Asril (65) Tahun. Sedangkan pelaku adalah pelajar berinisial MR (16) Tahun.
kejadian ini terjadi karena pelaku MR mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi dan korban yang sedang melintas di tempat kejadian tidak mampu menghindari tabrakan hal ini menyebabkan korban mengalami luka berat pada bagian kepala dan meninggal di tempat kejadian sementara itu pelaku hanya mengalami luka lecet dan kendaraannya diamankan oleh unit lakalantas Polresta Padang untuk diproses dan pelaku MR ditetapkan sebagai tersangka.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan beberapa masalah adalah:
1. Bagaimanakah penerapan hukum bagi pelanggar lalu lintas yang mengancam keselamatan pejalan kaki di Polresta Padang?
2. Apakah kendala-kendala yang ditemui oleh pihak kepolisian dalam penerapan hukum bagi pelanggar lalu lintas yang mengancam keselamatan pejalan kaki di Polresta Padang?
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan hukum bagi pelanggar lalu lintas yang mengancam keselamatan pejalan kaki di Polresta Padang.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang ditemui oleh pihak kepolisian dalam penerapan hukum bagi pelanggar lalu lintas yang mengancam keselamatan pejalan kaki di Polresta Padang.
Metode Penelitian
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dan menuju kesempurnaan penulisan ini sehingga berhasil mencapai sasaran dan sesuai dengan judul yang telah ditetapkan maka diusahakan memperoleh dan menyimpulkan data yang dianggap relevan, dalam metode penelitian ini menyangkut beberapa hal diantaranya:
Jenis Pendekatan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat yuridis sosiologis
(Social Legal Research), penelitian yuridis
sosiologis yaitu menekankan pada aspek hukum yang berlaku dengan kenyataan
hukum dalam prakteknya di lapangan atau mengumpulkan data dari perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian serta norma-norma yang berlaku tersebut lalu dihubungkan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data yaitu:
a. Data Primer
Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Iptu Sugeng Riadi, Aiptu Nusrizal, Bripka Iswandi, Bripka Roni.S, Bripka Doni Ilham, Bripka dan Bripka Feryaldi, selaku penyidik di Unit Laka Lantas Polresta Padang.
b. Data Sekunder
Data sekunder data yang telah dikumpulkan untuk maksud menyelesaikan masalah yang dihadapi. Data yang diperoleh dari studi dokumen pada kepolisian Satlantas Polresta Padang mengenai bukti, catatan atau laporan yang telah tersusun arsip dan data yang berupa berkas Berita Acara Penyidikan tentang pelanggaran lalu lintas yang mengancam keselamatan pejalan kaki lalu pada Tahun 2013-2014.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini dipergunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Wawancara
5 Wawancara adalah suatu percakapan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu. Wawancara yang digunakan oleh penulis adalah teknik wawancara semi terstruktur. Teknik wawancara semi terstruktur adalah teknik peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara dan ada kalanya peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara dalam pengumpulan datanya.
b. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari bahan kepustakaan atau literatur-literatur yang ada, terdiri dari peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dan hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
Analisis Data
Metode analisis data dalam proses penelitian ini dilakukan dengan cara analisis kualitatif. Analisis kualitatif yaitu analisis yang mengkaji sebuah pemikiran, makna dan cara pandang manusia mengenai gejala-gejala yang menjadi fokus penelitian.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
A. Penerapan Hukum Terhadap Pelanggar Lalu Lintas Yang Mengancam Keselamatan Pejalan Kaki Di Polresta Padang.
Lalu lintas merupakan sarana untuk manusia melakukan pergerakan untuk melakukan kegiatan perpindahan dari satu ke tempat lain, lalu lintas semakin lama semakin berkembang dari tahun ke tahun lalu lintas sebagai sarana perpindahan manusia dari suatu tempat ke tempat yang ingin dituju tidak diimbangi dengan pembangunan jalan hal ini tidak sesuai dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang melakukan kegiatan berlalu lintas, efek dari pertumbuhan kendaraan bermotor yang tinggi ini dan tidak diimbangi dengan pembangunan jalan adalah terjadinya pelanggaran-pelanggaran dalam berlalu lintas salah satu bentuk pelanggaran tersebut ialah pelanggaran yang dapat mengancam keselamatan dari pejalan kaki, sebagai unsur dari lalu lintas pejalan kaki merupakan unsur terlemah karena jika terjadi pelanggaran lalu lintas yang dilakukan kendaraan bermotor maka keselamatan pejalan kaki akan sangat terancam dikarenakan tidak adanya pelindung ketika terjadi benturan dengan kendaraan bermotor pada saat kecelakaan lalu lintas ditambah lagi dengan kesadaran berkendara dari pengendara kendaraan bermotor yang masih rendah padahal dalam berlalu lintas seharusnya setiap penggendara kendaraan bermotor harus mendahulukan pejalan kaki seperti yang dinyatakan dalam Pasal 106 ayat 2 UU LLAJ, untuk melindungi keselamatan pejalan kaki dari pelanggar lalu lintas yang mengancam
6 keselamatan pejalan kaki diperlukan penerapan hukum terhadap pelanggar lalu lintas tersebut.
Proses penegakan hukum lalu lintas sebagaimana dikemukakan di atas, baik yang bersifat pencegahan (preventif) maupun penertiban (represif) pelaksanaannya meliputi kegiatan simpatik, penertiban pelanggaran dan penyidikan Laka Lantas. Pengaturan lalu lintas merupakan pemberitahuan kepada pemakai jalan, bagaimana dan di mana mereka dapat atau tidak dapat bergerak atau berhenti terutama pada waktu ada kemacetan atau keadaan darurat, dalam arti luas pengaturan lalu lintas meliputi semua aktivitas dari polisi dalam mengatur lalu lintas di jalan umum. Taktik dan teknik pengaturan lalu lintas disesuaikan dengan perundang-undangan lalu lintas serta peraturan pelaksanaannya, perkembangan teknologi lalu lintas serta kemampuan teknis yang dimiliki petugas yang diperinci dalam berbagai cara mengatur lalu lintas seperti mengatur lalu lintas dengan gerakan tangan. Namun, walaupun telah diatur sedemikian rupa pelanggaran lalu lintas yang mengancam keselamatan pejalan kaki masih tetap terjadi.
Penerapan hukum juga merupakan usaha agar hukum yang telah diatur dalam Perundang-undangan diterapkan sesuai dengan apa yang telah diamanatkan oleh Perundang-undangan, jika penerapan hukum secara preventif tidak bisa menanggulangi
pelanggaran lalu lintas yang mengancam keselamatan pejalan kaki maka diperlukan usaha secara represif menerapkan hukum terhadap pelanggar lalu lintas yang mengancam keselamatan pejalan kaki yang dimulai dengan melakukan penyidikan. Penyidikan merupakan hal yang perlu dilakukan dalam mendapatkan keterangan dari tersangka. Penyidikan dilakukan oleh pihak kepolisian, yaitu bagian Laka Lantas Polresta Padang.
Menurut Aiptu Nusrizal proses penyidikan terhadap pelanggaran lalu lintas yang mengancam keselamatan pejalan kaki, sama dengan penyidikan pelanggaran-pelanggaran lalu lintas lainnya, hanya, kebanyakan pada kasus pelanggar lalu lintas yang mengancam keselamatan pejalan kaki, diselesaikan dengan cara damai oleh pihak keluarga pelaku dan pihak keluarga korban Mekanisme penyidikan Laka Lantas Polresta Padang terdapat beberapa proses sebelum ke tahap penyidikan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Aiptu Nusrizal selaku Kasubnit Laka Lantas Polresta Padang bahwa Penyidikan diawali dengan Laporan masyarakat laporan yang diterima dari masyarakat atau Mapolsek yang berada di Wilayah Polresta Padang yang terdekat dari tempat terjadinya kecelakaan tersebut atau dengan menghubungi langsung ke bagian piket Laka Lantas Polresta Padang dan laporan akan diterima langsung oleh anggota yang sedang piket di Laka Lantas
7 Polresta Padang. Petugas bagian piket Laka Lantas Polresta Padang akan langsung memproses laporan tersebut.
B. Kendala-Kendala yang Ditemui oleh Pihak Kepolisian Dalam Penerapan Hukum Bagi Pelanggar Lalu Lintas yang Mengancam Keselamatan Pejalan Kaki di Polresta Padang
Dalam proses penerapan hukum bagi pelanggar lalu lintas yang mengancam keselamatan pejalan kaki, dimulai dengan melakukan penyidikan terhadap pelanggar lalu lintas yang mengancam keselamatan pejalan kaki penyidik harus mematuhi peraturan perundang-undangan dan berdasarkan hukum yang berlaku. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan kendala-kendala di lapangan.
Penyidikan yang dilakukan oleh penyidik Laka Lantas menemukan kendala– kendala antara lain :
1. Tersangka melarikan diri
Menurut Iptu Sugeng Riadi, kendala utama yang ditemui dalam penerapan hukum terhadap pelanggar lalu lintas yang mengancam keselamatan pejalan kaki adalah jika tersangka atau pelanggar lalu lintas yang mengancam keselamatan pejalan kaki tersebut melarikan diri, hal ini merupakan kendala utama yang ditemui oleh pihak kepolisian karena jika si tersangka lari maka hukum tidak biasa diterapkan bagi tersangka
atau pelanggar lalu lintas yang mengancam keselamatan pejalan kaki tersebut
Dalam hal tersangka yang melarikan diri ini menjadi faktor, yang membuat kasus pelanggar lalu lintas yang mengancam keselamatan pejalan kaki tersebut terhenti begitu saja tetapi jika ada saksi atau korban sendiri yang melihat nomor polisi atau jenis kendaraan yang dipakai oleh si tersangka maka pihak kepolisian bisa melacak keberadaan si tersangka melalui nomor polisi kendaraan yang dikendarai oleh si tersangka. 2. Kurangnya Saksi
Pada umumnya kasus kecelakaan yang terjadi dan ditangani oleh Laka Lantas Polresta Padang, dalam hal kecelakaan lalu lintas mendapatkan saksi kepolisian mengalami kesulitan, karena fakta di lapangan orang cenderung enggan menjadi seorang saksi. Hal ini disebabkan karena rasa takut masyarakat tersebut dimintai keterangan. Kebanyakan alasan dari masyarakat yang diminta menjadi saksi adalah berdalih tidak melihat kejadian, padahal masyarakat tersebut turut serta menolong baik korban maupun pelaku dalam kecelakaan. Jadi pemeriksaan saksi merupakan salah satu kendala dalam proses penyidikan.
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti di Laka Lantas Polresta
8 Padang, maka peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitiannya, yaitu:
1. Proses penerapan hukum yang dilakukan Polantas meliputi dan respresif terhadap pelanggar lalu lintas yang mengancam keselamatan pejalan kaki yaitu:
a. Penerapan secara preventif
Penerapan secara preventif yang dilakukan Polantas antara lain:
1) Pemeriksaan surat izin mengemudi, surat tanda nomor kendaraan bermotor, surat tanda coba kendaraan bermotor, tanda nomor kendaraan bermotor, atau 2) Tanda coba kendaraan bermotor.
Pemeriksaan fisik kendaraan bermotor
DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku:
B. Simanjutak, 1991, Lalu Lintas di jalan
Raya, Sinar Grafika, Jakarta.
Bambang Sugono, 2006, Metodologi Penelitian Hukum, RajaGrafindo, Jakarta.
Burhan Ashofa, 2010, Metode Penelitian
Hukum, Rineka Cipta, Jakarta.
C.S.T. Kansil, 1982, Pengantar Ilmu Hukum
dan Tata Hukum, PN Balai Pustaka,
Indonesia.
Kartini Kartono, 1996, Pengantar Metode
dan Riset Sosial, Manjar Maju,
Bandung.
Naning Ramdlon, 1983, Menggairahkan
Kesadaran Hukum Masyarakat dan
Disiplin Penegak Hukum Dalam Lalu Lintas, Sinar Grafika, Jakarta.
Soedjono Dirdjosisworo, 2007, Pengantar
Ilmu Hukum, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta.
2011, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Tanusubroto, 1989, Dasar-Dasar Hukum
Acara Pidana, Amirico, Bandung.
Winarno, 1989, Hukum dan Lalu Lintas di
Jalan Raya, Erlangga, Jakarta
Perundang-Undangan:
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana
Undang-Undang Nomor 81 Tahun 1983 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 27/HK.105/DRJD/96 tentang Jalan dan Prasrana Jalan
Sumber Lain:
Wikipedia, Kendraan Bermotor,
http://id.wikipedia.org/wiki/kendaraan_ bermotor
9
Wikipedia,Pejalan Kaki,
http://id.m.wikipedia.org/wiki/pejalan_ kaki
Jimly Asshidiqie, Penegakan Hukum,
http:JimlyAsshidiqie/artikel-
penegakan-hukum-html/statushukum.com
Liling Revita, Makalah Penegakan Hukum di
Indonesia,
http:Lilingreviinkink/makalah- penegakan-hukum-di-indonesia-29213277-www.slideshare.net
JPNN.com, Dihantam Sepeda Motor Pejalan
Kaki Tewas Bersimbah Darah,