• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR KONSEP IPA MATERI MAKHLUK HIDUP DAN PROSES KEHIDUPAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR KONSEP IPA MATERI MAKHLUK HIDUP DAN PROSES KEHIDUPAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SKRIPSI"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

i

(PTK Siswa Kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati Tahun Ajaran 2009/ 2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh :

DURROTUN NASHIHAH 12507027

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) SALATIGA

2010

(2)
(3)

iii

Nama : Durrotun Nashihah

NIM : 12507027

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Guru MI

Judul : PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR KONSEP IPA MATERI MAKHLUK HIDUP

DAN PROSES KEHIDUPAN MELALUI

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 03 Februari 2010 Pembimbing

Peni Susapti, M. Si.

(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi Saudara DURROTUN NASHIHAH dengan Nomor Induk Mahasiswa 12507027 yang berjudul : “PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR KONSEP IPA MATERI MAKHLUK HIDUP DAN PROSES KEHIDUPAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL “ telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada: Sabtu, 20 Maret 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).

Salatiga, 20 Maret 2010 M 04 Rabiul Akhir 1931 H

Panitia Ujian

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Drs. Imam Sutomo, M. Ag Dr. H. Muh. Saerozi, M. Ag NIP. 19580827 198303 1 002 NIP. 19660215 1991103 1 001

Penguji I Penguji II

Mufiq, M. Phil Muna Erawati, M. Si NIP. 19690617 199603 1 004 NIP. 19751218 199903 2 002

Pembimbing

Peni Susapti, M. Si NIP. 19700403 200003 02 003

(5)

v

Nama : Durrotun Nashihah

NIM : 12507027

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Guru MI

Menyatakan bahwa skipsi yang saya tulis ini benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skipsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 03 Februari 2010 Yang menyatakan,

Durrotun Nashihah 12507027

(6)

vi

Tahun Ajaran 2009/ 2010). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi

Pendidikan Guru Kelas MI. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Peni Susapti, M.Si.

Kata Kunci : Pemahaman Belajar Konsep IPA, Pembelajaran Kontekstual

Penelitian ini merupakan upaya dalam meningkatkan pemahaman belajar konsep IPA melalui pembelajaran kontekstual pada siswa kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati Tahun Ajaran 2009/ 2010. Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Apakah pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keaktifan siswa belajar konsep IPA? (2) Apakah pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan pemahaman siswa belajar konsep IPA? (3) Apakah pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan evaluasi dan pengamatan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keaktifan, pemahaman, dan prestasi belajar siswa kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati Tahun Ajaran 2009/ 2010.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus I keaktifan siswa hanya 43% (sangat kurang aktif), pemahaman siswa 38% dan prestasi belajar siswa mengalami ketuntasan sebanyak 69% dengan rata- rata 68. Pada siklus II keaktifan siswa naik menjadi 51% (kurang aktif), pemahaman siswa 46% dan prestasi belajar siswa mengalami ketuntasan sebanyak 77% dengan rata- rata 71. Pada siklus III keaktifan siswa naik menjadi 79% (aktif), pemahaman siswa 77% dan prestasi belajar siswa mengalami ketuntasan belajar sebanyak 85% dengan rata- rata 78. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.

Kepada semua guru di SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati dalam usaha meningkatkan pemahaman belajar siswa, diharapkan dapat menggunakan pembelajaran kontekstual dalam proses belajar mengajar.

(7)

vii























“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan

sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang

sabar”

Usaha, kerja keras dan doa adalah kunci sukses dari keberhasilan.

Persembahan

1. Kepada orang tuaku Ayahanda Hamid Ahsin dan Ibunda Suwarti yang telah memberikan do’a dan semangatnya untukku.

2. Untuk adikku tercinta, Ahmad Syarifuddin yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Terima kasih kepada Ibu Peni

(8)
(9)

ix

Segala puji bagi Allah penguasa segala alam dan sumber dari segala hukum, tidak ada Tuhan selain Allah. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW yang membawa risalah Allah terakhir dan sebagai penyempurna risalah sebelumnya.

Pada akhirnya penulisan skripsi ini bisa selesai, penulis sadar bahwa selesainya penulisan ini berkat bantuan dari orang- orang disekitarnya, tidak ada kata yang patut diucapkan untuk beliau- beliau ini kecuali terima kasih.

Terima kasih ini penulis haturkan kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku Ketua STAIN.

2. Ahmad sulthoni, M.Pd selaku Kaprogdi Pendidikan Guru Kelas MI. 3. Peni Susapti, M. Si selaku Dosen Pembimbing skripsi.

4. Kepala Sekolah, guru dan siswa kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati. 5. Kedua orang tuaku yang sangat ku sayangi dan ku jadikan panutan bagiku. 6. Adikku yang selalu sedia membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Mbah John, terima kasih karena telah menyediakan tempat yang begitu indah selama belajar di STAIN Salatiga tercinta ini.

8. Titin teman seperjuanganku, teman skipsiku, kau teman baik bagiku. 9. Mbak khoir terima kasih telah banyak membantuku dalam segala hal. 10. Mbak Ovi, terima kasih atas dukungan dan pengorbananmu untukku. 11. Sundi, terima kasih karenamu duniaku tak pernah sepi.

(10)

x

14. Teman- teman seperjuangan PGMI Transfer yang banyak memberikan semangat untukku.

15. Teman- teman HMI dan Kohati Cabang Salatiga.

Dan semua yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, maaf tidak bisa disebutkan secara detail karena kekurangan penulis.

Salatiga, 03 Februari 2010

Durrotun Nashihah 12507027

(11)

xi

HALAMAN LOGGO ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

ABSTRAK ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Hipotesis Tindakan ... 5 E. Manfaat Penelitian ... 5 F. Definisi Operasional ... 6 G. Metodologi Penelitian ... 8 H. Sistematika Penulisan. ... 14

(12)

xii

2. Tinjauan Asas Keaktifan ... 17

3. Indikator Keaktifan ... 18

B. Pemahaman ... 18

1. Pengertian Pemahaman ... 18

2. Indikator Pemahaman ... 19

C. Belajar dan Prestasi Belajar ... 19

1. Pengertian Belajar ... 19

2. Teori Belajar ... 20

3. Pengertian Prestasi Belajar ... 26

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 27

5. Indikator Prestasi Belajar ... 27

D. Konsep IPA ... 28

E. Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan ... 31

F. Pembelajaran Kontekstual ... 37

1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual ... 37

2. Hakekat Pembelajaran Kontekstual ... 39

3. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional ... 41

4. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ... 43

(13)

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 58

1. Hasil Penelitian Siklus I ... 58

2. Hasil Penelitian Siklus II ... 63

3. Hasil Penelitian Siklus III ... 67

B. Pembahasan ... 72 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(14)

xiv

Tabel 1.2 : Hasil Observasi siswa Siklus I ... 61

Tabel 2.1 : Hasil Evaluasi pre tes dan pos tes siklus II ... 63

Tabel 2.2 : Hasil Observasi Siswa Siklus II ... 65

Tabel 3.1 : Hasil evaluasi Pre Tes dan Pos tes Siklus III ... 68

Tabel 3.2 : Hasil Observasi Siswa Siklus III ... 70

Tabel 3.3 : Statistik Nilai Hasil Pembelajaran Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III ... 74

(15)

xv

Grafik 1.2 : Nilai ketuntasan Belajar siswa siklus I... 60

Grafik 2.1 : Nilai rata-rata Kelas Siklus II ... 64

Grafik 2.2 : Nilai ketuntasan Belajar siswa siklus II ... 65

Grafik 3.1 : Nilai rata-rata Kelas Siklus III ... 69

Grafik 3.1 : Nilai Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III ... 70

Grafik 3.3 : Statistik nilai rata-rata Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III ... 75

Grafik 3.4 : Nilai Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ... 75

(16)

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk pengembangan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat), yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya, melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. (Depdiknas, 2004: 3)

Pembelajaran IPA bukan pembelajaran yang pasif, dimana tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru, sedangkan siswa hanya dipandang sebagai objek menerima apa yang diberikan guru. Tetapi pembelajaran IPA lebih menekankan pada pembelajaran aktif, dimana siswa dipandang sebagai subjek dan objek. Pada

(17)

proses pembelajaran siswa mempunyai dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran IPA harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok menyelesaikan tugas dengan bimbingan guru.

Guru merupakan figur yang memegang peranan penting dalam pembelajaran di kelas. Peran utama guru bukan menjadi penyaji informasi yang hendak dipelajari oleh siswa, melainkan membelajarkan siswa tentang cara-cara mempelajari sesuatu secara efektif (Learning how to learn). Guru yang professional dituntut menguasai bahan pelajaran, proses pembelajaran yang menarik dan memotivasi siswa untuk gemar belajar. Guru dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dalam bidang pengajaran yang diajarkannya dengan kemampuan metodologis secara professional. Seorang guru sebaiknya mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam memilih, mengumpulkan dan memutuskan bagi proses pembelajaran yang dihadapinya dalam melakukan tugas secara professional.

Persoalan mendasar yang hingga kini masih sangat dilematis dan kerap dihadapi Guru Sekolah Dasar (SD) di dalam proses belajar mengajar, adalah didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. (Muslich, 2008: 40). Hal ini didasarkan karena pemahaman siswa terhadap materi hanya berupa konsep yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan mereka di lingkungan masyarakat.

(18)

Persoalan tersebut juga dihadapi oleh para Guru di SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati.

Secara hakikat, hasil dari sebuah pembelajaran adalah adanya perubahan perilaku. Fakta menunjukkan, berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan masih mudah ditemukan. Dengan kata lain, siswa masih banyak yang belum paham terhadap apa yang dipelajari di sekolah, sehingga siswa belum mampu menghubungkan pengalaman belajarnya di sekolah ke dalam lingkungan sehari- hari siswa.

Guna membangun pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan Pemahaman Belajar Konsep IPA Materi Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan Melalui Pembelajaran Kontekstual (PTK Siswa Kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati Tahun Ajaran 2009/2010)”. Penulis berasumsi bahwa pembelajaran kontekstual ini akan membantu siswa dalam meningkatkan pemahamannya terhadap materi di sekolah, serta mampu mengontruksikannya ke dalam kehidupan mereka sehari- hari.

B. Rumusan Masalah

Yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah Pembelajaran Konteksual dapat meningkatkan keaktifan belajar

konsep IPA materi Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (PTK Siswa

(19)

2. Apakah Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan pemahaman belajar konsep IPA materi Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (PTK Siswa Kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati Tahun Ajaran 2009/ 2010)?

3. Apakah Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar konsep IPA materi Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (PTK Siswa Kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati Tahun Ajaran 2009/ 2010)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian tindakan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan keaktifan belajar konsep IPA materi Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (PTK Siswa Kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati Tahun Ajaran 2009/ 2010).

2. Untuk meningkatkan pemahaman belajar konsep IPA materi Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (PTK Siswa Kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati Tahun Ajaran 2009/ 2010).

3. Untuk meningkatkan prestasi belajar konsep IPA materi Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (PTK Siswa Kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati Tahun Ajaran 2009/ 2010).

(20)

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (Arikunto, 1996 : 67)

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan keaktifan belajar konsep IPA materi Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (PTK Siswa Kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati Tahun Ajaran 2009/ 2010).

2. Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan pemahaman belajar konsep IPA materi Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (PTK Siswa Kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati Tahun Ajaran 2009/ 2010).

3. Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar konsep IPA materi Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (PTK Siswa Kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati Tahun Ajaran 2009/ 2010).

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, peneliti mencoba merumuskannya baik secara praktis maupun teoritis yaitu:

1. Praktis

a. Manfaat penelitian ini bagi peserta didik, diharapkan agar peserta didik merasakan bahwa pembelajaran IPA terasa lebih mudah dan menyenangkan.

(21)

b. Bagi mutu pendidikan, diharapkan dapat lebih meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah ini.

c. Bagi guru, diharapkan guru dapat lebih teliti dalam memilih metode, dapat membantu guru mengatasi permasalahan pembelajaran yang mereka hadapi serta memberikan tambahan wawasan bagi guru. d. Bagi lembaga sekolah, diharapkan dapat menjadi sumbangan

keilmuan bagi guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. 2. Teoritis

a. Untuk pengembangan kurikulum di tingkat sekolah b. Untuk pelaksanaan inovasi pembelajaran

c. Untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui proses latihan sistematik secara berkelanjutan.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan untuk membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung dalam judul di atas, yaitu: 1. Peningkatan

Membuat naik atau mempertinggi sesuatu. (Poerwodarminto, 1982 : 1281). Maksudnya adalah usaha seseorang untuk memperoleh nilai yang lebih dari sebelumnya, dengan melakukan berbagai cara sesuai dengan peraturan yang ada.

(22)

2. Pemahaman

Kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. (Usman dan Setiawati, 1993: 112)

Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal- hal lain. Bentuk soal yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda dan uraian. (Silverius, 1991: 43)

3. Belajar Konsep

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto, 1991: 2)

Konsep adalah suatu pendapat yang merupakan rangkaian dari fakta-fakta. (Sapriati, dkk, 2008 : 28)

Belajar Konsep adalah belajar bagaimana mengorganisasikan sejumlah fakta ke dalam suatu model atau pendapat.

4. ILmu Pengetahuan Alam (IPA)

Adalah apa yang dikerjakan oleh ahli IPA. Alam ini luas, komplek, dan menarik. Dengan adanya keyakinan bahwa alam ini dapat dipahami, ahli IPA selalu mencoba mencari jawaban teka-teki yang terdapat dalam alam tersebut. (Depag RI, 2002 : 2)

(23)

5. Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan

Makhluk hidup disebut juga organisme. Meliputi manusia, tumbuhan, hewan dan jasad renik.

Proses kehidupan adalah merupakan jalannya suatu kegiatan hidup dari keseluruhan makhluk hidup yang semakin menurun/ meningkat. 6. Pembelajaran Kontekstual

Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. (Sudrajat, 2008 : 1)

Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

G. Metodologi Penelitian 1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang rencananya akan dilakukan dalam 3 siklus.

2. Lokasi, Waktu, Subjek Penelitian a. Lokasi Penelitian

(24)

2. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

3. Materi Pokok : Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan 4. Kelas/ Semester : V / 1

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada akhir semester 1 tahun ajaran 2009/ 2010. Siklus I dilaksanakan tanggal 23 Nopember 2009.

Siklus II dilaksanakan tanggal 30 Nopember 2009. Siklus III dilaksanakan tanggal 05 Desember 2009. c. Subjek Penelitian

Peserta didik kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati berjumlah 13 siswa terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.

3. Siklus Penelitian Siklus I

a. Planning (Perencanaan)

1. Pelaksanaan pre tes dilaksanakan untuk menjajaki pengetahuan siswa sejauh mana siswa itu mengerti dan memahami tentang bahan pelajaran yang akan diajarkan.

2. Mendiskusikan permasalahan yang muncul dengan guru kelas agar memperoleh jalan keluarnya.

3. Pembuatan rencana pembelajaran. 4. Menyiapkan sumber belajar

5. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana situasi pembelajaran berlangsung.

(25)

6. Merancang alat evaluasi untuk post tes. b. Acting (Tindakan)

Mengacu pada rencana pembelajaran. c. Observing (Pengamatan)

Melaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang disusun.

d. Reflecting (Refleksi)

1. Melakukan evaluasi tindakan.

2. Mengadakan pertemuan dengan guru kelas untuk membahas hasil evaluasi.

3. Memperbaiki atau merevisi pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk siklus berikutnya.

Siklus II

a. Planning (Perencanaan) 1. Pelaksanaan pre tes

2. Pembuatan rencana pembelajaran disesuaikan dengan kekurangan dan kelemahan yang terjadi pada siklus I.

3. Menyiapkan sumber belajar. 4. Membuat lembar observasi.

5. Merancang alat evaluasi untuk post tes. b. Acting (Tindakan)

(26)

c. Observing (Pengamatan)

Observing terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya.

d. Reflecting (Refleksi)

1. Melakukan evaluasi tindakan.

2. Mengadakan pertemuan dengan guru kelas selaku pengamat untuk membahas hasil evaluasi.

3. Memperbaiki atau merevisi pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk siklus berikutnya.

Siklus III

a. Planning (Perencanaan) 1. Pelaksanaan pre tes

2. Pembuatan rencana penbelajaran disesuaikan dengan kekurangan dan kelemahan yang terjadi pada siklus II.

2. Menyiapkan sumber belajar. 3. Membuat lembar observasi.

4. Merancang alat evaluasi untuk post tes. b. Acting (Tindakan)

Mengacu pada rencana pembelajaran. c. Observing (Pengamatan)

Observing terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya.

(27)

Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan untuk dilakukan analisa dan membuat penafsiran. Dari hasil penafsiran data, peneliti membuat kesimpulan kegiatan penelitian tindakan.

(28)

4. Instrumen Penelitian

a. Lembar pre tes dan post tes b. Lembar observasi guru dan siswa c. Lembar rencana pembelajaran 5. Teknik Pengumpulan Data

Perencanaan

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS II

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan

dst

Pengamatan

Refleksi

SIKLUS III

Pelaksanaan

(29)

a. Observasi

Adalah suatu cara untuk mengadakan evaluasi dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, dan rasional mengenai fenomena- fenomena yang diselidiki. (Arifin, 1990 : 49) b. Mengadakan tes/ evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik melalui

post tes. 6. Analisis Data

a. Hasil belajar dianalisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai pre tes dengan nilai post tes per siklus.

b. Data kualitatif, berupa data informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran ekspresi siswa terhadap keaktifannya dalam pembelajaran IPA.

7. Indikator Kinerja

Digunakan apabila sebanyak 75% (10 siswa) dari 13 siswa telah mengalami ketuntasan belajar yang telah ditetapkan sebanyak 75%.

H. Sistematika Penulisan

Agar mudah dalam mengkaji isi skripsi ini, penulis menguraikan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, manfaat penelitian, definisi

(30)

operasional, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori G. Keaktifan

4. Pengertian Keaktifan 5. Tinjauan Asas Keaktifan 6. Indikator Keaktifan H. Pemahaman

1. Pengertian Pemahaman 2. Indikator Pemahaman I. Belajar dan Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar 2. Teori Belajar

3. Pengertian Prestasi Belajar

4. Faktor- faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar 5. Indikator Prestasi Belajar

J. Konsep IPA

K. Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan L. Pembelajaran Kontekstual

6. Pengertian Pembelajaran Kontekstual 7. Prinsip Dasar Pembelajaran Kontekstual

8. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional

(31)

9. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual 10. Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas BAB III : Pelaksanaan Penelitian

C. Subjek Penelitian D. Deskripsi Per Siklus

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan C. Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian Siklus I 2. Hasil Penelitian Siklus II 3. Hasil Penelitian Siklus III D. Pembahasan

BAB V : Penutup

C. Kesimpulan D. Saran

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keaktifan

1. Pengertian Keaktifan

Yang dimaksud dengan keaktifan disini adalah bahwa pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar murid- muridnya aktif, jasmani maupun rohani.

Keaktifan jasmani maupun rohani itu meliputi antara lain:

a) Keaktifan Indera: Pendengaran, penglihatan, peraba dan lain- lain. Murid- murid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin. Mendikte atau menyuruh mereka menulis terus sepanjang jam pelajaran akan menjemukan. Maka pergantian dari membaca ke menulis, menulis ke menerangkan dan seterusnya akan lebih menarik dan menyenangkan.

b) Keaktifan Akal: Akal anak- anak harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah. Menimbang- nimbang; menyusun pendapat dan menganbil keputusan.

c) Keaktifan Ingatan: Pada waktu mengajar anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan oleh guru, dan menyimpannya dalam otak. Kemudian pada suatu saat ia siap dan mampu mengutarakan kembali.

(33)

d) Keaktifan Emosi: Dalam hal ini murid hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya. (Sriyono, 1992: 75)

2. Tinjauan Asas Keaktifan a) Segi Pendidikan

Keaktifan anak dalam mencoba atau mengerjakan sesuatu amat besar artinya dalam pendidikan dan pengajaran. Percobaan- percobaan yang ia lakukan akan memantapkan hasil studinya. Lebih dari itu akan menjadikannya rajin, tekun, tahan uji dan percaya pada diri sendiri. Ia mempunyai rasa optimis dalam menghadapi menghadapi hidup.

b) Segi Pengamatan

Diantara alat indera yang paling penting untuk memperoleh pengetahuan adalah pendengaran dan penglihatan. Akan tetapi bukanlah berarti alat- alat yang lain kurag/ tidak penting.

Montessori menghargai sekali arti pengamatan yang dilakukan oleh alat-alat indera. Ia bersama ahli- ahli didik lainnya mengadakan perubahan radikal dalam sistem pendidikan, ia adakan sekolah kerja.

c) Segi Berfikir

Adalah dimaklumi bahwa seluruh tugas dan kegiatan sekolah memerlukan pikiran. Maka dari itu semua pengajaran harus membentuk pikiran anak. Pendengaran, penglihatan, dan akal harus selalu diusahakan aktif.

(34)

d) Segi Kejiwaan

Gerakan- gerakan yang dilakukan anak adalah sesuai dengan keadaan dan nalurinya. Dengan demikian ia dapat menggunakan alat inderanya dengan baik. Dalam situasi belajar, ia akan lebih menerima dan menguasai bahan jika ia aktif jasmaniah maupun rohaniahnya. (Sriyono, 1992: 76)

3. Indikator Keaktifan

Indikator keaktifan yang ingin dicapai dalam pembelajaran kontekstual pada pelajaran IPA adalah :

a) Siswa hadir dalam setiap pembelajaran.

b) Siswa aktif tingkah laku dalam setiap tugas kelompok. c) Siswa aktif mengutarakan ide dan pendapat.

d) Siswa berusaha menjawab setiap pertanyaan dari guru.

B. Pemahaman

1. Pengertian Pemahaman

Pemahaman adalah kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. (Usman dan Setiawati, 1993: 112)

Pemahaman berarti siswa itu mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat digunakan bahan pengetahuan atau ide tertentu tanpa perlu menghubungkannya dengan bahan lain tanpa perlu melihat seluruh implikasinya. (Popham dan Baker, 1992: 29)

(35)

Jadi pemahaman merupakan kemampuan siswa dalam menyerap arti dari materi pelajaran yang telah dipelajari serta siswa itu mampu

mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan olehnya. 2. Indikator Pemahaman

Adapun indikator pemahaman dalam pembelajaran kontekstual pada pelajaran IPA adalah sebagai berikut:

a) Menuliskan kembali apa yang telah dilakukan siswa dalam tugas kelompok.

b) Menjelaskan hasil yang telah diperoleh dalam tugas kelompok di depan kelas.

c) Menguraikan lebih lanjut apa yang telah diterangkan oleh guru.

C. Belajar Dan Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto, 1991: 2)

Menurut Djamarah dan Zain (1995: 11), belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan . Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap; bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.

(36)

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan seorang individu yang dilakukan di dalam ruangan ataupun di luar ruangan untuk mengadakan perubahan tingkah laku dalam dirinya, baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap berkat pengalaman dan pelatihan yang dialami oleh individu tersebut.

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan evaluasi, tujuanya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.

2. Teori Belajar

a. Teori Piaget dan Penerapannya dalam Pembelajaran IPA

Jean Piaget dalam Sapriati (2008 : 1.19) membagi perkembangan mental anak menjadi 4 tahapan, secara ringkas adalah sebagai berikut :

(37)

Tahap Perkiraan Usia Ciri-ciri Khusus

Sensori motor 0 - 2 tahun Kecerdasan motorik (gerak) dunia (benda) yang ada adalah yang tampak tidak ada bahasa pada tahap awal

Pre-operasional 2 - 7 tahun Berpikir secara egosentris alasan-alasan didominasi oleh persepsi lebih banyak intuisi daripada pemikiran logis belum cepat melakukan konservasi Konkret Operasional 7 - 11 atau 12 tahun Dapat melakukan konservasi

logika tentang kelas dan hubungan pengetahuan tentang angka berpikir terkait dengan yang nyata

Formal Operasional 14 tahun atau 15 tahun Pemikiran yang sudah lengkap pemikiran yang proporsional kemampuan untuk mengatasi b. Teori Belajar Gagne dan Penerapannya dalam Pembelajaran

IPA

Menurut Gagne dalam Sapriati (2008: 1.47), belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat relatif tetap, sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi yang baru.

(38)

1) Belajar merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia. 2) Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar dan

lingkungannya.

3) Belajar telah berlangsung apabila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahan cukup lama selama kehidupan orang itu.

Model mengajar menurut Robert M. Gagne dalam Djamarah dan Zain (1995: 13) meliputi 8 tipe belajar yakni:

1) Belajar Isyarat (Signal Learning)

Belajar tipe ini merupakan tahap yang paling dasar. Jadi tidak menuntut persyaratan, namun merupakan hierarki yang harus dilalui untuk tipe belajar yang paling tinggi. Signal Learning dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat involuntary (tidak sengaja dan tidak disadari tujuannya).

2) Belajar Stimulus Respons (Stimulus- respons Learning)

Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah faktor reinforcement (penguatan). Waktu antara stimulus pertama dan berikutnya amat penting. Makin singkat jarak S-R berikutnya, semakin kuat reinforcement.

3) Rantai atau rangkaian (Chaining)

Chaining adalah belajar menghubungkan satuan ikatan S-R

(Stimulus-Respons) yang satu dengan yang lain. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe belajar ini antara lain,

(39)

secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan dan reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining.

4) Asosiasi Verbal (Verbal Association)

Baik chaining maupun verbal association, kedua tipe belajar ini setaraf, yaitu belajar menghubungkannya satuan ikatan S-R yang satu dengan yang lain.

5) Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)

Diskrimination learning atau belajar mengadakan pembeda.

Dalam tipe ini anak didik mengadakan seleksi dan pengujian di antara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian memilih pola- pola respons yang di anggap paling sesuai. Kondisi utama bagi berlangsungnya proses belajar ini adalah anak didik sudah mempunyai kemahiran melakukan

chaining dan association serta pengalaman.

6) Belajar konsep (Concept Learning)

Concept Learning adalah belajar pengertian. Dengan berdasarkan kesamaan ciri- ciri dari sekumpulan stimulus dan objek- objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau konsep, kondisi utama yang diperlukan adalah menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya. 7) Belajar Aturan (Rule Learning)

(40)

Rule Learning atau belajar membuat generalisasi, hukum, dan

kaidah. Pada tingkat ini siswa belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan mengoperasikan kaidah- kaidah logika formal (induktif, dedukatif, analisis, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi dan kausalitas) sehingga anak didik dapat menemukan konklusi tertentu yang mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai “rule” : prinsip, dalil, aturan, hukum, kaidah dan sebagainya.

8) Memecahkan Masalah (Problem solving)

Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada

tingkat ini para anak didik belajar merumuskan dan memecahkan masalah, memberikan respons terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik, yang menggunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya.

c. Model Belajar Menurut Bruner

Bruner dalam Sapriati (2008: 1.33) beranggapan bahwa belajar merupakan kegiatan pengolahan informasi. Dalam penerapannya pada proses pembelajaran di kelas, Bruner mengembangkan model pembelajaran penemuan. Model ini pada prinsipnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh informasi sendiri dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan barang yang nyata. Peranan

(41)

guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi informasi melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan informasi. Menurut Bruner dalam Nasution (1988: 9), dalam proses belajar dapat dibedakan 3 fase atau episode, yakni (1) informasi, (2) transformasi, dan (3) evaluasi.

Informasi. Guru harus mempunyai cara yang baik untuk tidak

secara langsung memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Model pembelajaran ini mempunyai banyak manfaatnya, antara lain bahwa pembelajar akan mudah mengingatnya apabila informasi tersebut didapatkan sendiri, bukan merupakan informasi perolehan. Manfaat lainnya adalah apabila pembelajar telah memperoleh informasi, maka dia akan mengingat lebih lama.

Transformasi. Informasi harus dianalisis, diubah atau

ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal- hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.

Evaluasi. Kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan

yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala- gejala lain.

Dalam proses belajar mengajar, ketiga fase ini selalu terdapat. Yang menjadi masalah ialah berapa banyak informasi diperlukan agar dapat ditransformasi. Lama tiap fase tidak selalu sama. Hal ini antara lain juga bergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi siswa

(42)

belajar, minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri.

3. Pengertian Prestasi Belajar

Adapun prestasi dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktifitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak pada pengertian belajar itu sendiri. Poerwanto, (1986: 28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana dinyatakan dalam raport”. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila tiga aspek yakni : kognitif, afektif dan psikomotorik telah memenuhi target, sebaliknya prestasi dikatakan kurang sempurna jika seseorang belum memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilannya dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan

(43)

evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

4. Faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. a. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu

itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu:

1) Faktor jasmaniah (fisiologis), baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.

2) Faktor psikologis,

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

b. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yang sifatnya di luar diri siswa.

1) Faktor sosial yang terdiri atas: lingkungan keluarga, sekolah masyarakat, kelompok.

2) Faktor budaya seperti adat-istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim.

(44)

4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan. (Zainal Arifin, 1989:82)

5. Indikator Prestasi Belajar

Indikator prestasi dalam penerapan pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran IPA adalah:

a. Siswa menjelaskan ciri- ciri makhluk hidup (hewan dan tumbuhan). b. Siswa mampu membedakan ciri- ciri hewan dengan tumbuhan. c. Siswa menyebutkan dan menjelaskan bagaimana cara makhluk

hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan.

d. Siswa menjelaskan bagaimana cara melestarikan makhluk hidup agar tidak punah.

e. Siswa menjelaskan makna melestarikan makluk hidup bagi diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan.

D. Konsep IPA

1. Pengertian Konsep IPA

Konsep adalah suatu pendapat yang merupakan rangkaian dari fakta-fakta. Agar dapat memahami suatu konsep, suatu pembelajaran memerlukan objek yang konkret. (Sapriati, dkk, 2008 : 28)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dalam cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

(45)

Tujuan pembelajaran IPA adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan tehadap Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan , teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan keteramoilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

a. Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. b. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi: cair, padat dan

(46)

c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Pembelajaran IPA diajarkan di SD/MI bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir siswa, dapat bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. (Depdiknas, 2004: 4)

Bagaimana mengorganisasikan konsep? Seorang siswa melakukan observasi dan akan mengidentifikasi suatu objek, mempertimbangkannya berdasarkan pembuktian, mengenali, dan mengonseptualisasikan. Konsep- konsep sederhana yang diobservasi secara berulang kali kemudian diterima sebagai fakta. Begitu siswa memanipulasi dan menggeneralisasi berdasarkan pengamatan dan fakta, maka konseptualisasi yang lebih rumit akan terjadi padanya.

Suatu generalisasi ilmiah yang kompleks disebut skema konsep. Konsep IPA sendiri masih bersifat agak umum, terdiri dari beberapa subkonsep. Subkonsep merupakan tingkat konseptual terbaik yang cocok untuk membangun pengalaman belajar siswa, yang dapat digunakan untuk menjelaskan banyak pengamatan dan fakta. (Sapriati, 2008: 2.9)

(47)

Ilustrasi tentang skema konseptual, konsep dan sub konsep untuk materi Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (Esler & Esler, 1984):

Skema

Konseptual Konsep Subkonsep

Bentuk kehidupan di bumi semuanya saling ketergantungan

A. Hewan dan manusia tergantung pada tumbuhan untuk makanannya A. Hewan menggunakan oksigen untuk mempertahankan proses hidup hewan dan hewan mengeluarkan

karbondioksida

B. Tumbuhan menggunakan hewan dan karbondioksidan untuk mempertahankan proses hidup dan tumbuhan mengeluarkan oksigen (disamping hidup mengeluarkan karbondioksida) C. Tumbuhan dan hewan

saling membutuhkan satu sama lain melalui siklus oksigen-karbondioksida D. Untuk mempertahankan hidup, tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungan E. Pelestarian jenis makhluk lingkungan penting untuk keseimbangan kehidupan

(48)

E. Mahkluk Hidup dan Proses Kehidupan 1. Ciri- ciri Makhluk Hidup

a. Bernapas

Reaksi oksidasinya sebagai berikut :

Zat makanan + oksigen  energi + uap air + karbon dioksida. b. Bergerak

c. Peka terhadap rangsang d. Makan

e. Mengeluarkan Zat Sisa

Berdasarkan aktivitas tubuh dan hasilnya, pengeluaran zat-zat sisa dibedakan menjadi :

1) Ekskresi, merupakan pengeluaran zat-zat sisa yang dilakukan oleh kulit dan ginjal. Kulit akan mengeluarkan zat sisa yang dinamakan keringat karena adanya kelenjar keringat di bawah kulit. Ginjal akan menyaring darah dan mengeluarkan zat sisa yang disebut urine.

2) Respirasi, merupakan pengeluaran CO2 sebagai zat sisa proses respirasi yang dikeluarkan melalui hidung.

3) Defekasi, merupakan pengeluaran zat sisa pencernaan makanan yang berupa tinja (feses) melalui anus.

f. Tumbuh

(49)

Makhluk hidup berkembang biak untuk menghasilkan keturunan. Cara perkembangbiakan makhluk hidup berbeda-beda. Hewan berkembang biak antara lain dengan melahirkan, bertelur, bertelur- melahirkan, bertunas, fragmentasi atau membelah diri. Tumbuhan berkembang biak secara alami dan buatan.

Perkembangbiakan alami pada tumbuhan yaitu dengan biji (kawin) dan dengan tidak kawin, misalnya membelah diri, spora, tunas, umbi, geragih dan akar tinggal. Perkembangbikan tumbuhan secara buatan, misalnya stek, cangkok, runduk dan kultur jaringan. h. Beradaptasi

Makhluk hidup mampu beradaptasi dengan lingkungan. Macam-macam adaptasi makhluk hidup adalah adaptasi morfologi, adaptasi tingkah laku, dan adaptasi fisiolologi.

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian terhadap lingkungan yang berhubungan dengan bentuk tubuh atau alat tubuh. Contoh pada katak dan itik terdapat selapu renang pada kakinya untuk berenang.

Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian terhadap lingkungan dalam bentuk tingkah laku. Contoh : hewan bermigrasi ke lain tempat yang banyak sumber makanan.

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian terhadap lingkungan dalam bentuk tingkah laku. Contoh : berkeringat saat cuaca panas. (Gurungeblog, 2008)

(50)

2. Penyesuaian Diri Makhluk Hidup terhadap Lingkungan

a. Cara Penyesuaian Diri Hewan untuk Mendapatkan Makanan 1) Ikan

Ada beberapa cara penyesuaian diri (adaptasi) ikan untuk mendapatkan makan, sesuai dengan jenis makanan kesukaannya. Ikan pemakan daging beradaptasi dengan memiliki gigi yang kuat. Misalnya ikan paus, ikan piranha, ikan hiu, dan lain- lain. Berikut ini adaptasi beberapa ikan untuk mendapatkan makanan:

2) Binatang melata

a) Bunglon dan kadal memiliki lidah projektil yang sangat panjang dan bergetah untuk menangkap mangsa.

b) Kadal kaiman dari Amerika dan monitor nile dapat berenang dengan cepat dan beradaptasi dengan baik untuk mencari makanan dalam air.

c) Ular menangkap mangsa dengan menggunakan mulut atau belitan tubuh. Rahang bawah ular terpaut secara longgar pada tengkoraknya sehingga mulutnya dapat bertahan terbuka lebar. Ular juga menaklukkan mangsa dengan menggunakan racun. Racun dimasukkan melewati gigi bisa.

3) Burung

Burung (aves) mencari makan menggunakan paruhnya. Modifikasi bentuk paruh sebagai adaptasi untuk menemukan makanan. Selain itu, juga ditopang dengan bentuk kaki yang

(51)

khusus. Untuk mencari makan, burung dilengkapi dengan indera penglihatan yang sangat tajam, misalnya burung elang; atau indera pembau yang tajam, misalnya pada burung kiwi; atau pendengaran yang tajam, misalnya pada burung hantu, dan robin.

4) Katak

Katak menangkap makanan dengan lidah yang panjang. Katak dapat menelan mangsa yang relatif besar. Hewan ini memakai lidah lengkapnya yang panjang untuk menangkap makanan dan memasukkan ke mulutnya dalam sekejap mata. b. Cara Penyesuaian Diri Hewan untuk Melindungi Diri

1) Ikan

a) Ikan memah mengubah warna tubuh untuk menyamai latar belakangnya.

b) Ikan torani memiliki sirip yang dapat digunakan untuk meluncur di atas permukaan air.

c) Cumi- cumi melindungi dirinya dengan cairan tinta yang berwarna hitam serta perubahan warna kulit.

2) Binatang melata

a) Kadal dilengkapi dengan jari tangan dan jari kaki dengan struktur mudah melekat.

b) Bunglon dapat merubah warna.

c) Tokek melepaskan ekor sebagai pertahanan terakhir ketika tertangkap musuh.

(52)

d) Ular mempertahankan diri dengan racun.

e) Penyu dan kura- kura memiliki cangkang pelindung yang keras dan kuat.

f) Buaya melindungi diri dengan kulit sisik bertanduk pada punggung dan perut, dan skute (lempeng bertulang sedikit), gigi tajam, mulut lebar dan ekor kuat.

3) Burung

Burung dapat terbang dengan cepat atau berkelit dengan lincah ketika dikejar musuhnya.

4) Katak

a) Katak memiliki kaki belakang yang relatif panjang dan kuat untuk meloncat menghindari musuh.

(53)

c. Cara Tumbuhan Melindungi Diri

Ada beberapa cara tumbuhan untuk melindungi diri dari musuhnya, antara lain:

1) Menghasilkan getah, misalnya pohon keluwih, sukun, nangka dan mangga.

2) Menghasilkan racun, misalnya Artemisia, jamur.

3) Menghasilkan bau yang tidak sedap, misalnya tomat, cabai, dan rempah.

4) Menghasilkan cairan yang memiliki rasa, misalnya pohon teh. 5) Menghasilkan batang berduri, misalnya pohon salak, putri malu,

dan kaktus.

6) Memiliki biji yang keras, misalnya pala, kemiri, dan saga. 3. Pelestarian Makhluk Hidup

a. Revolusi hijau, yaitu usaha meningkatkan hasil fotosintesis tanaman yang memiliki nilai ekonomi dari jenis yang unggul. Misalnya penemuan bibit unggul melalui kultur jaringan.

b. Revolusi biru, yaitu usaha untuk memanfaatkan sumber daya lautan. Misalnya budidaya kerang, ikan, udang, kepiting dan rumput laut. c. Menegakkan etika lingkungan, yaitu penyadaran bahwa manusia

adalah bagian dari ekosistem yang harus mereka jaga kelestariannya. d. Membuat dasar-dasar perlindungan secara hukum, misalnya Undang-

(54)

e. Membuat Suaka Alam, yaitu tempat untuk melindungi sumber daya alam, hewan, tumbuhan serta komponen ekosistem lainnya.

f. Membuat Hutan Wisata, yaitu hutan/ tempat yang dibina secara khusus untuk kepentingan pariwisata. Misalnya Sangeh di Bali. (Sarjan, dkk, 2005)

F. Pembelajaran Kontekstual

1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. (Sudrajat, 2008: 2)

According to contextual learning theory, learning occurs only when students (learners) process new information or knowledge in such a way that it makes sense to them in their own frames of reference (their own inner worlds of memory, experience, and response). This approach to learning and teaching assumes that the mind naturally seeks meaning in context—that is, in relation to the person’s current environment—and that it does so by searching for relationships that make sense and appear useful. Building upon this understanding, contextual learning theory focuses on the multiple aspects of any learning environment, whether a classroom, a laboratory, a computer lab, a worksite, or a wheat field. It encourages educators to choose and/or design learning environments that incorporate as many different forms of experience as possible— social, cultural, physical, and psychological in working toward the desired learning outcomes. In such an environment, students discover meaningful relationships between abstract ideas and practical applications in the context of the real world. Concepts are internalized through the process of discovering, reinforcing, and relating. (Carl D. Perkins Career,

(55)

Terjemahannya adalah:

Menurut teori pembelajaran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika peserta didik memroses informasi/ pengetahuan baru sehingga membentuk pengertian dalam kerangka berpikir mereka (dunia memori, pengalaman, dan respon). Pendekatan ini untuk mengasumsi bahwa pikiran, secara alami mencari makna dalam konteksnya yaitu dalam hubungan dengan lingkungan. Berdasarkan pada pemahaman ini, teori pembelajaran kontekstual berfokus pada beberapa aspek dari lingkungan belajar apapun, apakah sebuah ruang kelas, perpustakaan, laboratarium komputer, sebuah tempat kerja, dan ladang gandum. Kontekstual mendukung pendidikan untuk memilih dan mendesain lingkungan belajar yang memasukkan pengalaman sosial, budaya, fisik dan psikologis dalam bekerja untuk mencapai hasil pembelajaran yang di inginkan. Dalam lingkungan, para siswa menemukan hubungan bermakna antara ide abstrak dan aplikasi praktis dalam kontak dunia nyata. Konsep di internalisasi melalui proses menemukan, memperkuat dan berhubungan.

Pembelajaran kontekstual (CTL) bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan anggota bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya diperlukan guru-guru yang berwawasan CTL, materi pembelajaran yang bermakna bagi siswa, strategi, metode dan

(56)

teknik belajar mengajar yang mampu mengaktifkan semangat belajar siswa, media pendidikan yang bernuansa CTL, suasana dan iklim sekolah yang juga bernuansa CTL sehingga situasi kehidupan sekolah dapat seperti kehidupan nyata di lingkungan siswa.

2. Hakekat Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran Kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning

Community), pemodelan (Modeling), refleksi (reflection) dan penilaian

sebenarnya (Authentic Assessment).

Constructivism (kontruktivisme), yaitu pengetahuan siswa dibangun oleh dirinya sendiri atas dasar pengalaman, pemahaman, persepsi dan perasaan siswa, bukan dibangun atau diberikan oleh orang lain. Jadi, guru hanya berperan dalam menyediakan kondisi atau memberikan suatu permasalahan.

Inquiry (menemukan), dalam hal ini sangat diharapkan bahwa apa

yang dimiliki siswa baik pengetahuan dan ketrampilan diperoleh dari hasil menemukan sendiri bukan hasil mengingat dari apa yang disampaikan guru. Inkuiri diperoleh melalui tahap observasi (mengamati), bertanya (menemukan dan merumuskan masalah), mengajukan dugaan (hipotesis), mengumpulkan data, menganalisa dan membuat kesimpulan.

Questioning (Bertanya) dalam pembelajaran kontekstual, bertanya

(57)

kemampuan siswa. Sehingga siswa pun akan dapat menemukan berbagai informasi yang belum diketahuinya.

Learning Community (Masyarakat Belajar). Hal ini mengisyaratkan bahwa belajar itu dapat diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Masyarakat belajar ini dapat kita latih dengan kerja kelompok, diskusi kelompok, dan belajar bersama.

Modeling (Pemodelan). Agar dalam menerima sesuatu siswa tidak

merasa samar/ kabur dan bingung maka perlu adanya model atau contoh yang bisa ditiru. Model tak hanya berupa benda tapi bisa berupa cara, metode kerja atau hal lain yang bisa ditiru oleh siswa.

Reflection (Refleksi) yaitu cara berpikir tentang apa yang telah

dipelajari sebelumnya, atau apa-apa yang sudah dilakuk dimasa lalu dijadikan acuan berpikir. Refleksi ini akan berguna agar pengetahuan bisa terpatri di benak siswa dan bisa menemukan langkah-langkah selanjutnya.

Authentic Assessement (penilaian yang sebenarnya) yaitu penilaian

yang sebenarnya terhadap hasil belajar siswa. Penilaian yang sebenarnya tidak hanya melihat hasil akhir, tetapi kemajuan belajar siswa dinilai dari proses, sehingga dalam penilaian sebenarnya tidak bisa dilakukan hanya dengan satu cara tetapi menggunakan berbagai ragam cara penilaian.

3. Perbedaan Pembelajaran kontekstual dengan Tradisional Kontekstual

(58)

a. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa. b. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

c. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.

d. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

e. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.

f. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok)

g. Perilaku dibangun atas kesadaran diri.

h. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.

i. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subjektif. j. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut

merugikan.

k. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.

l. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting. m. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik. Tradisional

a. Menyandarkan pada hafalan.

b. Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru. c. Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.

(59)

d. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.

e. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.

f. Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.

g. Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).

h. Perilaku dibangun atas kebiasaan.

i. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.

j. Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.

k. Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.

l. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.

m. Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.

n. Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ ujian/ ulangan.

4. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual a. Kerjasama

b. Saling menunjang

c. Menyenangkan, tidak membosankan d. Belajar dengan bergairah

(60)

f. Menggunakan berbagai sumber g. Siswa aktif

h. Sharing dengan teman i. Siswa kritis guru kreatif

j. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain

k. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.

5. Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas

Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pembelajaran kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini:

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Ciptakan masyarakat belajar.

e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Proses pembelajaran kontekstual (CTL) dapat berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan

(61)

transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi dan proses pembelajaran ini lebih dipentingkan dari pada hasil. Jadi, dengan diterapkannya pembelajaran kontekstual diharapkan terjadi pembelajaran yang menyenangkan , tidak membosankan, siswa bisa kerja sama, belajar secara aktif, berbagai sumber disekitar siswa bisa digunakan sehingga siswa akan lebih kritis, dan guru lebih kreatif. Kalau CTL ini dapat dilakukan dengan baik oleh para pendidik, tentunya sedikit banyak akan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Semoga dengan CTL standar kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik dapat dicapai. (Sudrajat, 2008)

(62)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Tempat Penelitian : SDN Purwokerto 02 Kec. Tayu Kab. Pati Alamat Penelitian : Desa Purwokerto Jln. Raya Pati – Jepara KM. 6

Kab. Pati

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Materi Pokok : Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan Kelas/ Semester : V /1

2. Waktu Penelitian

Siklus I, tanggal 23 Nopember 2009 Siklus II, tanggal 30 Nopember 2009 Siklus III, tanggal 05 Desember 2009 3. Karakteristik Siswa

Siswa yang dijadikan objek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 13 siswa, terdiri dari 6 laki- laki dan 7 perempuan. Adapun nama- nama siswa kelas V sebagai berikut:

(63)

L P 1 Ade R M Pati, 26 Maret 1999 √

2 Alfin F Pati, 28 Agustus 1999 √ 3 Aziz P Pati, 28 Mei 1999 √ 4 Aung P Pati, 25 Mei 1999 √ 5 Bagus E. W Pati , 03 April 1999 √

6 Diani N Pati, 27 Agustus 1999 √ 7 Dwi M. W Pati, 26 Oktober 1999 √ 8 Febri Y Pati, 23 Juli 1998 √

9 Istighfarah Pati, 30 Januari 1999 √ 10 Laily C. R Pati, 11 Agustus 1999 √ 11 Puji L Pati, 25 Februari 1999 √ 12 Retno P. L Pati, 04 Mei 1999 √ 13 Retno P. I Pati, 04 Mei 1999 √

Nama Siswa

No. Tempat dan Tanggal

Lahir

Jenis Kelamin

B. Deskripsi Persiklus

Pembelajaran awal dilakukan pada hari Senin, 23 Nopember 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, direncanakan 3 siklus. Setiap siklus 2 jam pelajaran (1 jam 35 menit) Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu planning (perencanaan), acting (pelaksanaan), observing (pengamatan), dan reflecting (refleksi).

1. Deskripsi Siklus 1

a. Planning (Perencanaan)

Rencana perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam siklus I adalah melakukan pre tes untuk siswa. Setelah mengetahui hasilnya, guru mengadakan perbaikan pembelajaran. Perbaikan yang dilakukan adalah menjelaskan kembali materi tentang mahluk hidup dan proses kehidupan pokok bahasan ciri- ciri makhluk hidup. Ternyata memang sebagian besar siswa belum menguasai. Materi disajikan semenarik

(64)

mungkin sehingga dapat menarik siswa membangkitkan keaktifannya dalam pembelajaran IPA.

Adapun tindakan yang direncanakan penulis adalah :

1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus I.

2) Menyiapkan alat peraga. 3) Menyiapkan sumber belajar.

4) Menyiapkan lembar pengamatan guru dan siswa. 5) Menyiapkan lembar post tes.

b. Acting (Pelaksanaan)

Tindakan perbaikan pembelajaran siklus I dilakukan pada hari Senin tanggal 23 November 2009 pukul 10.10 WIB –11.35 WIB, sesuai jadwal pelajaran kelas V SD Negeri Purwokerto 02, Kec. Tayu, Kab. Pati, (jadwal pelajaran terlampir).

Fokus tindakan perbaikan pembelajaran adalah melakukan pre tes untuk siswa. Setelah melihat hasil dari test tersebut, ternyata sebagian besar siswa belum menguasai pembelajaran tentang mahluk hidup dan proses kehidupan.

Penulis berkolaborasi dengan guru kelas, kemudian menjelaskan kembali materi tentang mahluk hidup dan proses kehidupan. Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

1) Guru menjelaskan dengan menggunakan chart tentang ciri- ciri makhluk hidup.

(65)

2) Membagi kelas menjadi 2 kelompok.

3) Tiap- tiap kelompok diberi tugas ke luar kelas untuk mengumpulkan 10 makhluk hidup yang ada di alam sekitar sekolah, misalnya pergi ke kandang hewan milik warga sekitar atau kebun ketela belakang sekolah.

4) Kelompok 1 mengelompokkan nama- nama makhluk hidup (hewan) yang ada di sekitar sekolah.

5) Kelompok 2 mengelompokkan nama- nama makhluk hidup (tumbuhan) yang ada di sekitar sekolah.

6) Siswa mencatat kesepuluh jenis makhluk hidup tersebut dalam lembar pengamatan.

7) Siswa mengamati ciri – ciri makhluk hidup yang telah di catat. 8) Siswa memberikan tanda (√ ) pada tabel sesuai dengan ciri –ciri

yang diamati.

Tabelnya adalah sebagai berikut :

a b c d e 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

No. Nama Makhluk Hidup Ciri-ciri Makhluk Hidup *)

*) Keterangan :

(66)

b) Bernapas

c) Memerlukan makanan (nutrisi) d) Tumbuh

e) Berkembang

9) Siswa melaporkan hasil diskusi kelompok.

10) Guru bersama siswa membahas hasil diskusi kelompok.

11) Guru memberikan pertanyaan pada siswa mengenai hasil diskusi kelompok.

12) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.

13) Guru memberikan post tes untuk mengukur pemahaman siswa. 14) Guru mengoreksi dan menganalisis hasil tes.

15) Guru mengadakan tindak lanjut. c. Observing (Pengamatan)

Pada kegiatan pengamatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran, penulis memberikan pengamatannya terhadap proses perbaikan pembelajaran yang sedang berlangsung (lembar pengamatan terlampir).

Adapun pengamatan yang dilakukan dalam siklus ini sebagai berikut:

1. Aspek Guru, yaitu :

a) Guru dalam menggunakan alat peraga cukup maksimal. b) Guru dalam pengelolaan kelas cukup maksimal.

Gambar

Ilustrasi  tentang  skema  konseptual,  konsep  dan  sub  konsep  untuk  materi Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (Esler & Esler, 1984):

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Tossige-Gomes (2014) menyebutkan peningkatan jumlah absolut neutrofil dan monosit, kecuali limfosit, berpendapat bahwa beberapa leukositosis diamati

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Analisis hubungan antara umur dan riwayat keluarga menderita Diabetes Melitus dengan kejadian Diabetes Melitus tipe 2 pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam

Telah banyak penelitian menyatakan bahwa tingkat adopsi teknologi konservasi tanah dan air akan meningkat saat suatu bentuk yang tepat dari modal sosial seperti kerjasama,

Efisiensi yang diperoleh alat destilasi dengan kondensor pasif pada variasi tanpa menggunakan pendingin kaca dan reflektor dengan ketinggian air bak 0.5 cm juga

Pengaruh Perceived Ease of Use berpengaruh positif signifikan terhadap Attitude Towards Using pada penggunaan mesin CDM Perceived Usefulness Perceived Ease of Use Attitude

Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa kinerja Kepala Desa dalam penyelengaraan pemerintahan di Desa Bandar Tengah pada prinsipnya merupakan keterlibatan