• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN RUTINITAS HAEMODIALISIS YENI FUSPITASARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIKAP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN RUTINITAS HAEMODIALISIS YENI FUSPITASARI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Mitra Raflesia Vol. 5 No. 1 Januari - Juni 2013

SIKAP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN RUTINITAS HAEMODIALISIS

(ATTITUDE OF PATIENTS WITH CHRONIC RENAL FAILURE ROUTINE HAEMODIALYSIS )

YENI FUSPITASARI

Health Community Program Study, STIKes Bhakti Husada Jl. Kinibalu 8 Kebun Tebeng Bengkulu Telp (0736) 23422

email : stikesbh03@gmail.com ABSTRACT

CRF patients still irregular in execution haemodialisa, while haemodialisa should be done regularly without one single time to be missed. Haemodialisa usually done 2-3 times a week which takes 3-6 hours each time doing haemodialisa. Haemodialisa can not be stopped unless it underwent a kidney transplant. Many factors affect the regularity of patients undergoing haemodialisa. These factors include the level of knowledge of the patient, economic level, attitude, age, family support, the distance to the center haemodialisa. The purpose of the study was to determine the relationship between knowledge and attitudes of patients with Chronic Renal Failure haemodialisa undergoing routine implementation in hospitals Dr. M. Yunus Bengkulu. This type of research is descriptive cross sectional analytic approach. The experiment was conducted at Hospital Dr. haemodialisa space. M. Yunus Bengkulu. The population was all patients undergoing heamodialisa heamodialisa in space dr. M Yunus Bengkulu, amounting to 178 people. Samples numbered 36 people taken by purposive sampling. Univariate and bivariate analysis with the chi-square statistical test. Data collected primary and secondary data. The results showed the value = 0.000.value of Concluded that there is correlation between knowledge and attitudes of patients with chronic renal failure in the routine implementation haemodialisa haemodialisa Hospital Dr. M. Yunus Bengkulu is advised by the hospital to improve the health care program.

Keywords: knowledge, attitudes, routines implementing haemodialisa PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak terhadap kompleksnya permasalahan kesehatan. Sejalan dengan hal tersebut pelayanan kesehatan di rumah sakit juga mengalami perkembangan akibat meningkatnya tuntutan kebutuhan masyarakat. Apalagi dengan adanya pergeseran budaya yang menyebabkan perubahan pola hidup yang

berdampak terhadap munculnya berbagai penyakit terminal. Penyakit terminal adalah suatu keadaan yang menurut akal sehat tidak ada harapan lagi untuk sembuh antaranya carsinoma hati, carsinoma paru, carsinoma mammae, diabetes mellitus, miocard infark dan gagal ginjal kronik (GGK) (Nugroho, 2000).

Penyebab GGK yang paling sering ditemukan di New England adalah

(2)

glomerulonefritis kronik (24%), nefropati diabetic (15%), penyakit ginjal polikistik dan nefritis intenstinal lain ( 85% ) (Price, 2006). Sedangkan di Amerika Serikat, insiden penyakit ini berkisar 1200 penderita persatu juta penduduk dan di Australia berisar 500 penderita persatu juta penduduk.

Gagal ginjal kronik perlu mendapatkan perawatan serius karena dengan penurunan fungsi ginjal yang menahun,secara patofisiologis dapat menimbulkan masalah keperawatan maupun aktual maupun resiko yang berdampak pada penyimpangan kebutuhan dasar manusia seperti kelebihan volume cairan, potensial kekurangan volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, perubahan integritas kulit, intoleransi aktifitas, potensial terhadap infeksi, berduka dan kekurangan pengetahuan.

World Health Organization memperkirakan setiap satu juta jiwa terdapat 23-30 orang yang mengalami gagal ginjal kronik pertahun. Kasus gagal ginjal di dunia meningkat pertahun 50%. Di negara yang sangat maju tingkat gizinya seperti Amerika Serikat, setiap tahunnya sekitar 20 juta orang dewasa menderita gagal ginjal kronik (Santoso, 2007). Jumlah pasien penderita penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia diperkirakan 60.000 orang dengan pertambahan 4.400 paasien baru setiap tahunnya. Sedangkan jumlah pasien cuci darah yang ada di Indonesia sekitar 1.000 unit. Jumlah ini hanya bisa melayani 4.000 orang setiap tahun. Ini berarti jumlah pasien yang dapat dilayani kurang dari 10% (Wijaya, 2009).

Penderita gagal ginjal di provinsi Bengkulu setiap tahunnya mengalami peningkatan, dapat dilihat data yang didapat di rekam medik RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. Pada tahun 2009 jumlah pasien GGK berjumlah 187 orang,

pada tahun 2010 penderita berjumlah 194 orang dan pada tahun 2011 berjumlah 178 orang.

Haemodialisa harus dilakukan secara teratur tanpa boleh dilewatkan satu haripun. Biasanya haemodialisa dilakukan 2-3 kali dalam satu minggu yang membutuhkan waktu 3-6 jam setiap kali melakukan haemodialisa. Haemodialisa tidak bisa dihentikan kecuali jika menjalani pencangkoakan ginjal, kegiatan haemodialisa akan berlangsung terus menerus selama hidupnya (Lubis, 2006). Apabila haemodialisa tidak dilakukan atau dilewatkan satu kali maka pasien akan mengalami penurunan kesehatan dan akan jatuh kembali ke GGK yang hebat sehingga daat mengakibatkan kematian (Rubin, 2005).

Banyak faktor yang mempengaruhi keteraturan pasien dalam menjalani haemodialisa. Faktor-faktor tersebut antara lain, tingkat pengetahuan penderita, tingkat ekonomi, sikap, usia, dukungan keluarga, jarak dengan pusat haemodialisa, nilai dan keyakinan tentang kesehatan, derajat penyakit, lama menjalani haemodialisa, motivasi dan keterlibatan tenaga kesehatan, kepatuhan pasien dalam menjalani haemodialisa dapat memperpanjang umur dan mendapatkan kesehatan yang lebih baik (Fitriani, 2010).

Notoatmodjo (2010), menyatakan faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah faktor predisposisi (predisposing factor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, keyakinan, pendidikan, sosial ekonomi, jarak tempuh, pekerjaan, sikap, keyakinan dan lain sebagainya. Serta faktor pendorong (refording factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, motivasi klien, dorongan dari keluarga dan sebagainya. Pengetahuan seseorang sangatlah mempengaruhi sikap seseorang untuk

(3)

Mitra Raflesia Vol. 5 No. 1 Januari - Juni 2013

melakukan suatu hal. Orang yang tahu tentang pentingnya haemodialisa akan taat menjalani haemodialisa karena tahu akibatnya apabila haemodialisa tidak dilaksanakan dengan rutin. Begitu juga sebaliknya, orang yang tidak tahu apa dampak dari tidak melaksanakan haemodialisa secara rutin, biasanya tidak mau menjalani haemodialisa.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Desember 2011 di ruang hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu, dari 8 orang pasien yang melakukan haemodialisa 5 diantaranya mengatakan tidak tahu manfaat dari haemodialisa dan tidak rutin melaksanakan haemodialisa. Sedangkan 3 diantaranya mengatakan paham tentang manfaat haemodialisa dan rutin menjalani haemodialisa. Dari survei awal juga ditemukan 6 orang pasien GGK, 3 diantaranya setuju dilaksanakan haemodialisa dan 3 orang tidak setuju dilaksanakan haemodialisa.

Melihat fenomena di atas maka peneliti ingin mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pasien GGK dengan rutinitas pelaksanaan menjalani haemodialisa di rumah sakit dr. M. Yunus kota Bengkulu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode deskriptif bersifat analitik dengan rancangan cross sectional, yang bertujuan untuk mencari hubungan pengetahuan dan sikap pasien GGK dengan rutinitas pelaksanaan haemodialisa secara bersamaan.

Populasi adalah semua pasien yang menjalani program heamodialisa di ruang

heamodialisa RSUD dr. M Yunus Bengkulu yang berjumlah 178 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan untuk tujuan tertentu saja. Maka penulis mengambil 20% dari populasi untuk dijadikan sampelyang berjumlah 36 orang.

Analisis univariat untuk memperoleh distribusi dari variabel yang diamati Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji statistic chi-squere, dengan derajat kemaknaan (α = 0,05), dan tingkat kepercayaan95%. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Hasil analisis univariat variabel pengetahuan pasien gagal ginjal kronik di ruang haemodialisa RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dari 36 responden terdapat hampir sebagian dari responden (41,7%) dengan pengetahuan kurang, Variabel sikap pasien gagal ginjal kronik terdapat lebih dari sebagian responden (61,1%) dengan sikap unfavorable, Variabel rutinitas pelaksanaan haemodialisa terdapat lebih dari sebagian responden (52,8%) yang tidak rutin dalam pelaksanaan hemodialisa. Hasil analisis bivariat Hubungan pengetahuan pasien gagal ginjal kronik dengan rutinitas pelaksanaan haemodialisa di ruang haemodialisa RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dapat dilihat pada tabel 1 berikut :

Tabel 1. Hubungan Pengetahuan Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Rutinitas Pelaksanaan Haemodialisa Di Ruang Haemodialisa RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2012

(4)

Pengetahuan Pelaksanaan Rutinitas Haemodialisa

Total ρ

Tidak Rutin Rutin

n % N % n %

Baik 3 30,0 7 70,0 10 100 0,000

Cukup 2 18,2 9 81,8 11 100

Kurang 14 93,3 1 6,7 15 100

Jumlah 19 52,8 17 47,2 36 100

Berdasarkan tabel 1 di atas terlihat hubungan pengetahuan pasien gagal ginjal kronik dengan rutinitas pelaksanaan haemodialisa di ruang haemodialisa RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2012, ternyata dari 15 responden dengan pengetahuan kurang terdapat hampir seluruh responden (93,3%) yang tidak rutin melaksanakan haemodialisa, dari 11 responden dengan pengetahuan cukup terdapat hampir seluruh responden (81,8%) yang rutin melaksanakan haemodialisa serta dari 10 responden dengan pengetahuan baik terdapat sebagian besar dari responden (70,0%) yang rutin melaksanakan haemodialisa.

Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p = 0,000 <  = 0,05, jadi signifikan, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan pengetahuan pasien gagal ginjal kronik dengan rutinitas pelaksanaan haemodialisa di ruang haemodialisa RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2012.

Hasil analisis bivariat Hubungan Sikap Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan rutinitas pelaksanaan haemodialisa di ruang haemodialisa RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dapat dilihat pada tabel 2 berikut

Tabel 2. Hubungan Sikap Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Rutinitas Pelaksanaan Haemodialisa Di Ruang Haemodialisa

RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2012 Sikap Pelaksanaan Rutinitas

Haemodialisa Total ρ

Tidak Rutin Rutin

n % N % N %

Favorable 2 14,3 12 85,7 14 100 0,001 Unfavorable 17 77,3 5 22,7 22 100

Jumlah 19 52,8 17 47,2 36 100

Berdasarkan tabel 2 di atas terlihat hubungan sikap pasien gagal ginjal kronik dengan rutinitas pelaksanaan haemodialisa di ruang haemodialisa RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun

2012, ternyata dari 22 responden dengan sikap unfavorable terdapat sebagian besar responden (77,3%) yang tidak rutin melaksanakan haemodialisa dan dari 14 responden dengan sikap favorable

(5)

Mitra Raflesia Vol. 5 No. 1 Januari - Juni 2013

terdapat hampir seluruh responden (85,7%) yang rutin melaksanakan haemodialisa.

Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact Test diperoleh nilai  = 0,000 <  = 0,05, jadi signifikan, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan sikap pasien gagal ginjal kronik dengan rutinitas pelaksanaan haemodialisa di ruang haemodialisa RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2012.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil ada hubungan pengetahuan pasien gagal ginjal kronik dengan rutinitas pelaksanaan haemodialisa di ruang haemodialisa RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2012 dengan nilai  = 0,000. Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa pasien dengan pengetahuan yang baik rutin dalam pelaksanaan haemodialisa. Pengetahuan sangat berhubungan erat dengan kemauan seseorang. Jika pengetahuan baik, secara otomatis dapat membuat seseorang untuk rutin dalam menjalankan haemodialisa, hal ini disebabkan pasien mengetahui tentang penyakit gagal ginjal seperti penyebab, ciri-cirinya serta penatalaksanaan dari GGK, serta pasien juga mengetahui tujuan dari melakukan haemodialisa secara teratur dan mengetahui akibat apabila tidak melakukan haemodialisa secara teratur. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan responden dengan pengetahuan kurang yang tidak rutin melakukan haemodialisa, hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan memang mempengaruhi rutinitas pelaksanaan haemodialisa, responden dengan pengetahuan kurang akan mengakibatkan kurang mengertinya mengenai pentingnya rutin melaksanakan haemodialisa, pasien juga tidak mengetahui pengertian dari penyakit gagal ginjal kronis, penyebab serta

penatalaksanaan terhadap penyakit gagal ginjal kronis yaitu haemodialisa, kurangnya pengetahuan seseorang mengenai haemodialisa akan membuatnya menganggap bahwa tindakan haemodialisa tidak harus dilakukan secara rutin serta tidak akan mengakibatkan komplikasi lebih lanjut apabila tidak dilakukan secara rutin. Sedangkan responden dengan pengetahuan cukup yang tidak rutin melakukan haemodialisa, hal ini disebabkan responden yang cukup memahami tentang pentingnya rutin melaksanakan haemodialisa tetapi tidak rutin melaksanakan haemodialisa dikarenakan ada permasalahan ekonomi, dimana biaya untuk melaksanakan 1 kali tindakan haemodialisa masih tergolong cukup tinggi, sehingga akan mengakibatkan tindakan haemodialisa akan dilaksanakan hanya pada saat tersedianya dana untuk melakukan tindakan. Sedangkan dengan pengetahuan baik tetapi tidak rutin melaksanakan haemodialisa disebabkan adanya faktor lain yang membuat responden tidak rutin melaksanakan haemodialisa seperti faktor ekonomi, dukungan dari keluarga, dan jarak dengan pelayanan kesehatan yang jauh.

Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan responden dengan pengetahuan kurang yang rutin melakukan haemodialisa, hal ini disebabkan responden mendapatkan dukungan dari keluarga untuk melakukan rutin melakukan haemodialisa dan adanya faktor ekonomi yang cukup mendukung untuk melakukan tindakan haemodialisa. Sedangkan responden dengan pengetahuan cukup yang rutin melakukan haemodialisa, hal ini disebabkan responden yang cukup memahami penyakit gagal ginjal kronis, penyebab serta penatalaksaannya, responden juga mengetahui tentang pentingnya rutin

(6)

melaksanakan haemodialisa serta adanya dukungan keluarga serta faktor ekonomi yang cukup untuk melaksanakan tindakan haemodialisa secara rutin. Terdapat responden dengan pengetahuan baik dan rutin melaksanakan haemodialisa, hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan seseorang akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, dimana responden yang mengetahui tentang perawatan pada pasien GGK yang salah satunya adalah haemodialisa serta tujuan dari penatalaksanaan haemodialisa akan membuatnya rutin untuk terus melakukan haemodialisa.

Hal ini sejalan dengan pendapat menurut Notoatmodjo (2010) bahwa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah faktor predisposisi (predisposing factor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, keyakinan, pendidikan, sosial ekonomi, jarak tempuh, pekerjaan, sikap, keyakinan dan lain sebagainya. Pengetahuan seseorang sangatlah mempengaruhi sikap seseorang untuk melakukan suatu hal. Orang yang tahu tentang pentingnya haemodialisa akan taat menjalani haemodialisa karena tahu akibatnya apabila haemodialisa tidak dilaksanakan dengan rutin. Begitu juga sebaliknya, orang yang tidak tahu apa dampak dari tidak melaksanakan haemodialisa secara rutin, biasanya tidak mau menjalani haemodialisa.

Kepatuhan adalah ketaatan pasien dalam melaksanakan terapi, kepatuhan pasien dalam menjalani rutinitas sangat diperlukan dalam pelaksanaan pasien gagal ginjal kronik. Salah satu faktor pendukung kepatuhan adalah pengetahuan pasien tentang program terapi yang dijalaninya. Tingkat pendidikan merupakan salah satu unsur yang penting bagi sumber pengetahuan seseorang yang akan mempengaruhi pola

berpikir seseorang dalam pengambilan keputusan mengenai kesehatan dirinya, maka makin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan makin besar pula tingkat kepatuhannya dalam melakukan program pengobatan terhadap penyakitnya (Hasbullah, 2001).

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil ada hubungan sikap pasien gagal ginjal kronik dengan rutinitas pelaksanaan haemodialisa di ruang haemodialisa RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2012 dengan nilai  = 0,001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan sikap yang kurang mendukung sebagian besar tidak rutin dalam pelaksanaan haemodialisa. Hal ini disebabkan pasien merasa bahwa tindakan haemodialisa tidak perlu untuk dilakukan secara rutin dan pasien tidak mengetahui perlunya tindakan haemodialisa secara rutin serta akibat yang ditimbulkannya. Sehingga pasien memandang bahwa tindakan haemodalisa hanya perlu dilaksanakan secukupnya saja.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan responden dengan sikap unfavorable yang rutin melakukan haemodialisa, hal ini disebabkan responden mendapatkan dukungan dari keluarga untuk melakukan rutin melakukan haemodialisa dan adanya faktor ekonomi yang cukup mendukung untuk melakukan tindakan haemodialisa. Sedangkan responden dengan sikap favorable yang rutin melakukan haemodialisa, hal ini menunjukkan bahwa sikap seseorang akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan responden dengan sikap unfavorable yang tidak rutin melakukan haemodialisa, hal ini disebabkan responden merasa bahwa GGK bukan merupakan penyakit kotor sehingga harus dilakukan pencucian darah, serta pasien

(7)

Mitra Raflesia Vol. 5 No. 1 Januari - Juni 2013

tidak menganggap bahwa haemodialisa akan dapat meringankan penyakit GGK. Selain itu responden juga beranggapan bahwa haemodialisa tidak harus dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dokter. Sedangkan responden dengan sikap favorable tetapi tidak rutin melakukan haemodialisa, hal ini disebabkan adanya faktor lain yang membuat responden tidak rutin melaksanakan haemodialisa seperti faktor ekonomi, dukungan dari keluarga, dan jarak dengan pelayanan kesehatan yang jauh. Faktor ekonomi sangat mempengaruhi rutinitas pasien dalam melakukan haemodialisa dikarenakan untuk melakukan satu kali haemodialisa dibutuhkan biaya yang mahal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Mar’at (2004), yang menyatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku melewati suatu proses dari pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku. Sikap merupakan suatu penentu dalam tingkah laku seseorang dalam memutuskan untuk selalu taat menjalani haemodialisa. Pengaruh langsung tersebut akan direalisasikan apabila kondisi dan situasi memungkinkan. Apabila individu berada dalam situasi yang betul-betul bebas dari berbagai bentuk tekanan atau hambatan yang mengganggu ekspresi sikapnya maka dapat diharapkan bahwa bentuk-bentuk perilaku yang tampak merupakan ekspresi sikap yang sebenarnya. Terbentuknya suatu perilaku, dimulai dari pemahaman informasi (stimulus) yang baik kemudian sikap yang ditunjukkan akan sesuai dengan informasi. Kemudian sikap akan menimbulkan responden berupa perilaku atau tindakan terhadap stimulus atau objek tadi. Apabila penerimaan perilaku baru melalui proses yang didasari oleh sikap yang positif maka perilaku tersebut akan berlangsung lama. Sikap merupakan penentu dalam

tingkah laku seseorang dalam memutuskan untuk selalu taat menjalani haemodialisa. Sikap mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya.

Sikap dapat didefinisikan dalam banyak versi. Menurut Azwar (2005), sikap dapat dikategorikan ke dalam 3 (tiga) orientasi pemikiran yaitu : yang berorientasi pada respon, yang berorientasi pada kesiapan respon, dan yang berorientasi pada sekema triadic. Sebagai landasan utama dari pengukuran sikap adalah pendefinisian sikap terhadap suatu obyek. Dimana sikap terhadap suatu obyek adalah merasa mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan yang tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) terhadap objek tersebut. Sifat yang mendukung (favorable) maupun tidak mendukung/memihak (unfavorable) akan dapat mempengaruhi tingkat perilaku seseorang (Mar’at, 2004).

SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN

Responden hampir sebagian pengetahuan kurang, lebih dari sebagian dengan sikap unfavorable, dan lebih dari sebagian tidak rutin dalam pelaksanaan hemodialisa serta ada hubungan pengetahuan dan sikap pasien gagal ginjal kronik dengan rutinitas pelaksanaan haemodialisa.

SARAN

Diharapkan petugas rumah sakit meningkatkan pelayanan kesehatan dengan memberikan informasi dan memotivasi mengenai pentingnya menjalani haemodialisa secara rutin kepada penderita gagal ginjal kronis serta melakukan penyebaran leaflet dan brosur tentang manfaat menjalani haemodialisa

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar Syaifuddinn, 2000. Sikap Manusia, Yogyakarta : pustaka Pelajar

Fitriani, 2010. Pengalaman Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Perawatan Haemodialisa di RS Telogorejo Semarang. Diakses dari

: http// keperawatan UNDIP. Ac.

Co.id Pada Tanggal 20 Januari 2012 Hasbullah, 2001. Dasar- dasar ilmu

Pndidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Lubis, A, 2006. Dukungan Sosial Pada Asien Gagal Ginjal Kronik Yang Melaksanakan Hemodialisa. USU Medan

Mar’at, 2004. Sikap Manusia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

(9)

Mitra Raflesia Vol. 5 No. 1 Januari - Juni 2013

(10)
(11)

Mitra Raflesia Vol. 5 No. 1 Januari - Juni 2013

(12)
(13)

Mitra Raflesia Vol. 5 No. 1 Januari - Juni 2013

40

(14)
(15)

Mitra Raflesia Vol. 5 No. 1 Januari - Juni 2013

40 .

(16)

40

Utami, Srirahayu Ningsih, 2008. Psikologi Umum, Sikap (Attitude), online : http// www.google.com. Diakses pada tanggal 19 Februari 2012

Wijaya R, 2009. Data Gagal Ginjal Kronik Di Indonesia. Diakses dari http //www.Wijaya Pada Tanggal 20 Januari 2012

(17)

Mitra Raflesia Vol. 5 No. 1 Januari - Juni 2013

Gambar

Tabel 2. Hubungan Sikap Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Rutinitas  Pelaksanaan   Haemodialisa Di Ruang Haemodialisa

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan modul biologi dengan berbasis karakter adalah salah satu upaya dalam mencegah bahayanya pergaulan bebas karena modul ini adalah salah satu bahan ajar yang

Perencanaan sistem pneumatik yang simulasikan pada software fluidsim dan rangkaian temperatur kontrol pada software EWB dapat berjalan sesuai yang diinginkan sehingga

Lingkungan tersebut mencangkup Lingkungan umum atau sering kali disebut Lingkungan Makro dan Lingkungan Khusus atau Lingkungan Mikro, dari masing-masing lingkungan

Tujuan umum: memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).. Pembahasan:

5 Apabila diperlukan, Bank dapat melakukan wawancara dengan calon Nasabah untuk meneliti dan meyakini keabsahan dan kebenaran dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat 3.131 Jadi,

Dampak yang didapat dari efisiensi delay mengakibatkan semakin banyak paket RREQ yang dikirim, sehingga akan mengakibatkan peluang tabrakan antar paket semakin besar,

Dalam makalah ini akan dibahas tara proses hidridasi logam paduan U- Th-Zr sedemikian rupa sehingga logam paduan padat tidak hancur menjadi serbuk yang diakibatkan

mengatur tenaga kerja (SDM) dan mengatur pemberian gaji pekerja. Program studi entreprenurship melakukan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan soft