• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kesejahteran Keluarga a. Pengertian Keluarga Sejahtera

Keluarga adalah Suatu unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggota-anggotanya terikat oleh adanya hubungan. Perkawinan yang diatur oleh undang-undang serta hubungan darah (anak kandung) atau ( anak adopsi) dan mengabdi dirinya kepada usaha untuk mencapai tujuan bersama untuk kelangsungan hidup yang dilandasi rasa cinta kasih dan sayang seta tanggung jawab.Sejahtera adalah Suatu keadaan yang meliputi rasa aman, tentram lahir dan batin karena merasa sebagian besar kebutuhan tercapai. Jadi keluarga sejahtera adalah Keluarga yang terbentuk berdasar atas perkawinan yang sah yang mampu memenuhi kebutuhan spritual dan kebutuhan material.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga

a) Faktor Nilai Hidup : Sesuatu yang dianggap paling penting dalam hidupnya. Nilai hidup merupakan “Konsepsi”, Artinya gambaran mental yang membedakan individual atau kelompok dalam rangka mencapai sesuatu yang diinginkan.

b) Faktor Tujuan Hidup : sesuatu yang akan dicapai atau sesuatu yang diperjuangkan agar nilai yang merupakan patokan dapat tercapai dengan demikian tujuan hidup tidak terlepas dari nilai hidup.

(2)

c) Faktor Standart Hidup : Tingkatan hidup yang merupakan suatu patokan yang ingin dicapai dalam memenuhi kebutuhan.

c. Fungsi Keluarga

Menutut BKKBN (1995:4) keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Terdapat delapan fungsi keluarga, yaitu :

a) Fungsi Keagamaan

Untuk mendorong dan mengembangkan kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai luhur, budaya, bangsa sehingga seluruh anggota keluarga dapat menjadi insan-insan agamis yang penuh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b) Fungsi Budaya

Untuk memberikan kesepakatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beranekaragam dalam satu kesatuan.

c) Fungsi Cinta Kasih

Untuk memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami dengan istri, oraang tua dengan anaknya, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi wadah utama berseminya kehidupan yang penuh cinta kasih dan batin.

d) Fungsi Melindungi

(3)

e) Fungsi Produksi

Untuk melanjutkan keturunan sebagai mekanisme yang direncanakan sehingga dapat menunjang terciptanya kesejahteraan manusia yang penuh iman dan takwa di dunia.

f) Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Untuk memberikan peran kepada keluarga dalam mendidik keturunannya agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa depan. g) Fungsi Ekonomi

Untuk mendorong fungsi ekonnomi keluarga sebagai unsur mendukung kemandirian ketahanan keluarga.

h) Fungsi Pembinaan Lingkungan

Untuk memberikan kemampuan kepada setiap keluarga dalam menempatkan diri secara serasi, selaras, dan seimbang sesuai daya dukung alam dan lingkungan yang berubah secara dinamis.

Menurut BKKBN (1995:4) keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang agar anggota keluarga dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

Menurut Buku Petunjuk Teknis Pendapatan dan Pemetaan Keluarga tahun 1994 dlam BKKBN (1995:4) secara operasional, pengertian keluarga sejahtera dijabarkan lebih rinci sebagai berikut :

(4)

a) Keluarga Pra Sejahtera

Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga-keluarag yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan dasar pangan, sandang, papan, dan kesehatan.

b) Keluarga Sejahtera Tetap I (KS I)

Keluarga sejahtera tahap I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya (socio psychological needs) seperti kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.

c) Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)

Keluarga Sejahtera Tahap II adalah keluarga-keluarga yang selain telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan perkembangannya (developmental needs seperti kebutuhan untuk menabung, dan memoperoleh informasi).

d) Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)

Keluarga Sejahtera Tahap III adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh dasar, kemudian sosio psikologisnya, kebutuhan pengembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang teratur kepada masyarakat, seperti memberikan sumbangan dalam bentuk material dan keuangan, serta berperan aktif dengan menjadi pengurus lembaga masyarakat atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga pendidikan dan sebagainya..

(5)

e) Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III+)

Keluarga Sejahtera Tahap III Plus adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, maupun sosial psikologis, dan telah dapat pula memberi sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Menurut BKKBN (1995:36) ada beberapa tahapan keluarga sejahtera, yaitu :

a. Keluarga Pra Sejahtera

Pada Keluarga Sejahtera kebutuhan dasar belum seluruhnya terpenuhi yaitu :

1) Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga. 2) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih. 3) Seluruh anggota keluarag memiliki pakaian berbeda di rumah, bekerja,

sekolah, dan bepergian.

4) Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.

5) Bila anak sakit dam atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sarana kesehatan.

b. Keluarga Sejahtera I

Pada Keluarga Sejahtera I, kebutuhan dasar (a s.d e) telah terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologis belum terpenuhi, yaitu :

1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur .

(6)

3) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 steel pakaian baru per tahun.

4) Luas lantai rumah paling kurang dalam 8 M2 untuk tiap penghuni rumah. 5) Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat.

6) Paling kurang satu anggota keluarga usia 15 tahun keatas berpenghasilan tetap.

7) Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa baca tulis huruf latin.

8) Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini.

9) Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil).

c. Keluarga Sejahtera II

Pada Keluarga Sejahtera II, kebutuhan fisik dan rasio psikologis telah terpenuhi (a sampai n terpenuhi) namun kebutuhan pengembangan belum sepenuhnya terpenuhi, antara lain :

1) Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.

2) Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.

3) Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.

4) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. 5) Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/ 6 bulan. 6) Dapat memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/majalah.

(7)

7) Amggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi sesuai kondisi daerah.

d. Keluarga Sejahtera III

Pada Keluarga Sejahtera III, kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangan telah terpenuhi (a samapi dengan u terpenuhi), namun kepedulian sosial belum terpenuhi, yaitu :

1) Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materil.

2) Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.

e. Keluarga Sejahtera III Plus

Pada keluarga sejahtera III plus, kebutuhan fisik, sosial psikologis, dan pengembangan telah terpenuhi serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi (a sampai w harus terpenuhi).

2. Hakikat Lahan a. Pengertian Lahan

Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,hidrologi dan vegetasi, dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya. Termasuk didalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia, baik pada masa lalu maupun sekarang, seperti reklamasi daerah-daerah pantai, penebangan hutan, dan akibat-akibat yang merugikan seperti erosi dan akumulasi garam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011:19).

(8)

Lahan sebagai sumber bagi manusia dalam hal ini sebagai penyedia air dan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman, meretial dan sebagai pondasi untuk bangunan. Lahan mencakup semua interaksi aspek biofisik seperti iklim, bentuklahan, aspek hidrologi, begetasi, fauna dan perubahan lahan yang relative permanen Sutikno Dan Sunarto (1996:3).

Berdasarkan fungsinya lahan adalah sumber daya yang dapat berupa penghasil primer seperti tanaman, peternakan, memproduksi kayu, penghasil sekunder (penghasil ternak), pelindung (konservasi), penghasil material atau bahan misal mineral batuan, jalan dan lain-lain (Mangunsukardjo, 1996: 2).

Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011:15), kemampuan lahan merupakan kapasitas suatu lahan yang memiliki kecocokan untuk penggunaan tertentu. Kemampuan lahan dapat didasarkan pada faktor penghambat dan merusakkan. Jamulya (1996:4), menyatakan bahwa lahan mempunyai keterbatasan kemampuan untuk dapat digunakan. Kemampuan lahan adalah kemampuan suatu lahan untuk digunakan sebagai usaha pertanian dan pengolahannya tanpa merusak tanah dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Kemampuan dipandang sebagai kapasitas lahan untuk tingkat penggunaan sedangkan kesesuaian dipandang sebagai kenyataan kemungkinan penyesuaian adaptabilitas sebidang lahan bagi penggunaan tertentu.

Lahan sebagai modal alami yang melandasi kegiatan kehidupan dan penghidupan, memiliki dua fungsi dasar, yakni:

1. Fungsi kegiatan budaya; suatu kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan, seperti pemukiman, baik sebagai kawasan perkotaan maupun pedesaan, perkebunan hutan produksi dan lain-lain.

(9)

2. Fungsi lindung; kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utamanya untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang ada, yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa yang bisa menunjang pemanfaatan budidaya.

Penggunaan tanah dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu:

1. Masyarakat yang memiliki tanah luas dan menggarapkan tanahnya kepada orang lain; pemilik tanah menerapkan sistem sewa atau bagi hasil.

2. Pemilik tanah sempit yang melakukan pekerjaan usaha tani dengan tenaga kerja keluarga, sehingga tidak memanfaatkan tenaga kerja buruh tani.

3. Pemilik tanah yang melakukan usaha tani sendiri tetapi banyak memanfaatkan tenaga kerja buruh tani, baik petani bertanah sempit maupun bertanah luas.

b. Manfaat Lahan

Menurut Irawan (2005) menyebutkan bahwa manfaat lahan pertanian dapat dibagi menjadi 2 kategori. Yang pertama use values atau nilai penggunaan yang dapat pula disebut sebagai personal use values. Manfaat ini dihasilkan dari hasil eksploitasi atau kegiatan usahatani yang dilakukan pada sumber daya lahan pertanian. Yang kedua adalah non use values yang dapat pula disebut sebagai intrinsic values atau manfaat bawaan. Yang termasuk kategori ini adalah berbagai manfaat yang tercipta dengan sendirinya walaupun bukan merupakan tujuan dari kegiatan eksploitasi dari pemilik lahan pertanian. Dari teori di atas dapat diketahui bahwa manfaat lahan pertanian sangat besar untuk kelangsungan hidup manusia

(10)

serta makhluk lainnya. Banyaknya alih fungsi lahan akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan alam.

c. Lahan Pertanian

Lahan pertanian adalah bidang lahan yang digunakan untuk usaha tani (UUD 45 pasal 1 butir 2:3). Sedangkan menurut kementrian pertanian, lahan pertanian merupakan slah satu faktor produksi yang sangat penting karena merupakan media tumbuh bagi tanaman. Lahan yang dikelola dengan baik menghasilkan produksi yang optimal. Optimalisasi lahan pertanian merupakan usaha meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan pertanian menjadi lahan usaha tani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan melalui upaya perbaikan dan peningkatan daya dukung lahan, sehingga dapat menjadi lahan usaha tani yang lebih produktif. Kegiatan optimalisai lahan pertanian diarahkan untuk memenuhi kriteria lahan usaha tani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan dari aspek teknis, perbaikan fisik dan kimiawi tanah, serta peningkatan infrastruktur usaha tani yang diperlukan (Kementerian Pertanian 2012: 7)

Lahan pertanian mempunyai manfaat yang sangat luas secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Secara ekonomi, lahan pertanian adalah masukan paling esensial dari berlangsungnya proses produksi, kesempatan kerja, pendapatan, devisa, dan lain sebaginya. Secara sosial, eksistensi lahan pertanian terkait dengan eksistensi kelembagaan masyarakat petani dan aspek budaya lainnya. Dari aspek lingkungan, aktivitas pertanian pada umumnya lebih kompatobel dengan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan.

(11)

d. Kepemilikan Lahan

Kepemilikan adalah kekuasaan yang didukung secara sosial untuk memegang kontrol terhadap sesuatu yang dimiliki secara eksklusif dan menggunakannya untuk tujuan pribadi. Kepemilikan sebenarnya merupakan kepenguasaan orang terhadap sesuatu (barang atau harta) dan barang tersebut dalam genggamannya baik secara riil maupun secara hukum. Dimensi kepenguasaan ini direfleksikan dalam bentuk bahwa orang yang memiliki sesuatu barang berarti mempunyai kekuasaan terhadap barang tersebut sehingga ia dapat mempergunakannya menurut kehendaknya dan tidak ada orang lain, baik itu secara individual maupun kelembagaan, yang dapat menghalang-halanginya dari memanfaatkan barang yang dimilikinya itu.

Pemilikan tanah atau lahan adalah penguasaan formal yang dimiliki seseorang atas tanah atau lahan, yakni hak yang sah untuk menggunakan, mengolah, menjual dan memanfaatkannya yang dapat diperoleh dari warisan maupun transaksi jual beli (Iriani,2008).

e. Status Kepemilikan Lahan

Pada dasarnya ada 6 (enam) sumber kepemilikan lahan yang dikelola oleh petani antara lain dibeli, disewa, disakap, pemberian oleh negara, warisan, dan atau membuka lahan sendiri (Kasryno, 1980 ). Semuanya ini akan memberikan status penguasaan lahan, pengertian status kepemilikan lahan adalah lahan usaha tani yang dikaitkan dengan lahan sebagai faktor produksi. Status lahan tersebut mempunyai berbagai kebaikan dan kelemahan.

(12)

Menurut Kasryno (1980) pengaruh lahan milik atau lahan dengan hak milik terhadap pengelolaan usaha tani memiliki beberapa keuntungan yang dapat dijelaskan, antara lain :

1) Bebas diolah oleh petani.

2) Bebas untuk direncanakan dan menentukan cabang usaha tani diatas lahan tersebut.

3) Bebas menggunakan teknologi dan cara budidaya yang paling dikuasai dan disenangi oleh petani.

4) Bebas diperjualbelikan.

5) Dapat menumbuhkan dan menuntut tanggung jawab atas lahan tersebut. Lahan sewa adalah lahan yang disewa oleh seorang petani dari pihak lain,karenanya petani itu mempunyai kewenangan seperti lahan milik dalam jangka waktu sewa yang disepakati. Diluar batas jangka waktu sewa, penyewa tidak mempunyai kewenangan untuk pengelolaanya. Dalam hal ini penyewa juga tidak berhak menjual ataupun menjaminkan sebagai agunan. Dalam hal perencanaan usaha tani, petani penyewa harus mempertimbangkan jangka waktu sewa demikian pula dalam penentuan cabang usahanya.

Adapun untuk lahan sakap, adalah lahan yang atas persetujuan pemilik digarap oleh orang lain. Dengan demikian, penyakap tidak dapat menjual lahan garapannya tersebut. Dalam setiap kegiatan pengelolaan usaha taninya, petani penggarap lahan tersebut seperti penentuan cabang usaha tani dan pilihan teknologi yang digunakan harus dikonsultasikan dengan pemiliknya.

(13)

Berikut adalah data mengenai gambaran keadaan status kepemilikan lahan garapan berdasarkan jumlah rumah tangga di Indonesia (Anonim, 1989) :

1) Dalam kurun waktu 1973-1980, keluarga yang menguasai lahan pertanian bertambah dengan 3,1 juta rumah tangga atau sekitar 21,5 persen, sehingga luas lahan yang diusahakan semakin sempit.

2) Jumlah rumah tangga yang mengusahakan lahan pertanian kurang dari setengah hektar, bertambah dari 6,56 juta keluarga dalam tahun 1973 menjadi 11,03 juta keluarga dalam tahun 1980, atau meningkat 68,1 persen. Sebaliknya, keluarga yang mengusahakan lebih dari setengah hektar berkurang dari 7,81 juta keluarga dalam tahun 1973 menjadi 6,44 juta keluarga dalam tahun 1980, atau turun 17,6 persen. Data tersebut menunjukan semakin bertambah banyaknya rumah tangga petani yang memiliki lahan sempit.

3) Jumlah rumah tangga yang mengusahakan milik sendiri turun 74,8 persen tahun 1973 menjadi 73,6 persen pada tahun 1980 (meskipun menjadi 12,8 juta rumah tangga). Sedangkan rumah tangga yang mengusahakan lahan milik orang lain (petani penggarap) naik dari 456 ribu rumah tangga (3,2 persen) pada tahun 1973 menjadi 2,6 juta rumah tangga (14,9 persen) pada tahun 1980.

(14)

B. Penelitian Yang Relevan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama

1 Rio Deviriawan, “Pengaruh Tingkat Pendidikan Luas Lahan Dan Lama Usaha Terhadap Efisiensi Usaha Tani Desa Kedung Jati, Bukateja”, Untuk mengetahui efisiensi usaha tani, pengaruh tingkat pendidikan terhadap efisiensi usaha tani padi, pengaruh luas lahan terhadap efisiensi usaha tani padi, metode Quesioner

Dokumentasi, hasilnya Usaha padi sudah evisien, pendidikan kurang ada pengaruhnya terhadap usaha tani, luas lahan berpengaruh terhadap evisiensi usaha tani , lama usaha juga berpengaruh terhadap evisiensi usaha tani

2 Budi Yuwono dkk, “Luas Tanah Optimal Per Tenaga Kerja Dalam Usaha Tani Padi Di Kabupaten Banyumas”, Untuk mengetahui berapa pencurahan tenaga kerja dalam usaha tani pada luas tanah tertentu, Metode Penelitian Survey, Hasilnya Pencurahan tenaga kerja pada usaha tani melalui titik optimal atau telah berlebih

3 Puji Hastuti dkk, “Pengaruh Luas Garapan Terhadap Produksi Dan Pendapatan Petani Jagung Di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas”, Untuk mengetahui luas lahan garapan terhadap produksi dan pendapatan petani, Metode Penelitiannya Survey

Random Sampling, Hasilnya Ternyata bahwa luas lahan garapan berpengaruh nyata terhadap produksi dan pendapatan petai jagung.

4 Tri Budi Setiawan, “Analisis Pengaruh Luas Lahan Tenaga Kerja Dan Intervensi Terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Sektor Pertanian Indonesia”, Untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan pertumbuhan PDB sektor petani indonesia, Metode Penelitiannya Studi kasus melalui data sekunder runtun waktu/time series PDB pertanian sektor indonesia tahun1996-2005, Hasilnya luas lahan berpengaruh signifikan terhadap variabel PDB.

5 Suwana dkk, “Produksi Dan Distribusi Pendapatan Usaha Tani Panili Menurut Luas Lahan Kabupaten Cilacap”, Untuk mengetahui faktor-faktor produksi (tanah,tenaga kerja), terhadap hasil panili per hektar kemudian menganalisa pendapatan dan distribusi pendapatan usaha tani panili pada keadaan luas kepemilikan lahan yang berbeda, Metode Penelitiannya Stratified Random Sampling, Hasilnya penguasaan sebagian besar kurang dari 1 Hektar tetapi nilai ekonominya cukup tinggi.

(15)

C. Kerangka Pikir

Kepemilikan lahan yang dikelola merupakan kemampuan seseorang dalam memiliki, mengelola, memanfaatkan, dan memperoleh keuntungan atas lahan garapan. Kaitannya hubungan antara manusia dan lahan. Kepemilikan lahan bisa diartikan pemilik sebagai penggarap atau bisa juga penggarap bukan pemilik. Keberhasilan dalam pengelolaan lahan dapat dilihat dari kemampuan pengelola/petani dalam mengelola, memanfaatkan dan memperoleh lahan.

Tingkat kepemilikan lahan dapat dilihat dari luas lahan yang dikuasai/dikelola dan status lahan yang dikuasai baik milik sendiri maupun sewa. Luas lahan adalah ukuran lahan yang dimiliki seseorang dalam satuan hektar, sedangkan status lahan adalah suatu ukuran yang dimiliki seseorang dalam hal bentuk hubungan dengan tanah. Luas lahan dan status lahan akan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi petani yang sejahtera karena biasanya semakin luas lahan yang dikelola maka akan menghasilkan hasil yang lebih besar.

(16)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Warisan Kepemilikan Lahan

Status Kepemilikan Lahan

Milik Sendiri Sewa Luas Lahan Pertanian Kesejahtera an Keluarg a Pra Sejahter a Keluarga Sejahtera Tahap I Keluarga Sejahtera Tahap II Keluarga Sejahtera Tahap III Penyakap Pemberian Oleh

Negara

Penghasilan

Tani Non

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Kewenangan pemberian grasi oleh presiden menurut hukum nasional diatur dalam UUD 1945 yaitu dalam ketentuan Pasal 14 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa,

Umumnya beban lebih terjadi pada instalasi tambahan yang tidak dikerjakan oleh tenaga yang kompeten, sehingga tidak memperhitungkan kapasitas dari material

Realitas objektif yang seharusnya ada adalah yang tertuang di dalam surat keputusan Dirjen Dikti, dimana kegiatan ospek merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi mahasiswa baru

Proses pelacakan yang telah dilakukan oleh PMIE memberikan gambaran dalam dua aspek yaitu aspek internal, mengenai kondisi internal program studi dari perspektif alumni

Metode geolistrik resistivitas (tahanan jenis) adalah salah satu jenis metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan cara

Tabel 27 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Barat 38 Tabel 28 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Utara

Sikap  Menghargai para pewarta (guru agama, pastor paroki, dll)  Perilaku baik selama dan sesudah mengikuti pembelajaran Pengetahuan Tes Tertulis/lisan tentang:

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis BTS (Budaya Tudang Sipulung) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam memiliki