BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telepon Cerdas 2.1.1. Definisi
Telepon cerdas merupakan telepon genggam yang mempunyai kemampuan internet dan fungsi yang luas termasuk fitur-fitur PDA (Personal Digital
Assistant) seperti membaca e-mail, kemampuan membaca buku elektronik (e-book), chatting/instant messaging serta mempunyai banyak aplikasi. (Anderson,2004)
2.1.2. Fungsi-Fungsi Telepon Cerdas
Telepon Cerdas menawarkan akses langsung baik ke informasi yang dipublikasikan maupun sistem jaringan perusahaan seperti intranet. Ketersediaan global dari jaringan telepon broadband dan aplikasi-aplikasi dapat mengubah penyampaian informasi kepada masyarakat bisnis, hukum dan komunitas peneliti. (White, 2010)
Telepon cerdas memiliki fungsi-fungsi antara lain, sebagai aplikasi multimedia dapat digunakan sebagai pemutar musik/music player, memiliki fungsi video kamera dan aplikasi personal lainnya. Untuk produktivitas profesional dan personal dapat dipakai untuk membuka aplikasi instant
messaging/chatting dan jejaring sosial, membaca E-mail pribadi, memiliki
kemampuan navigasi/GPS (Global Positioning System) dan memiliki akses internet. Untuk produktivitas bisnis, digunakan untuk membaca E-mail, membuka aplikasi bisnis, melakukan Voice calling atau Corporate messaging. Telepon cerdas juga memiliki kemampuan manajemen dan implementasi policy, gampang digunakan, dan dapat mengatur dan mengontrol aplikasi. Telepon cerdas juga memiliki keunggulan dalam hal keamanan karena dapat menghapus data dari jauh serta enkripsi dan manajemen data. (Signorini,2010)
2.1.3. Kelebihan Telepon Cerdas
Telepon cerdas menawarkan beberapa manfaat signifikan bagi pengguna melalui kecanggihan telepon tersebut, khususnya kualitas layar dan penggunaan layar sentuh. Perubahan di dalam telepon bahkan lebih revolusioner, dengan ponsel sekarang memiliki browser yang kuat dan sistem operasi perangkat lunak yang menawarkan potensi pengembangan yang sangat besar bagi industri perangkat lunak. Perangkat lunak sendiri memiliki nilai yang luar biasa kepada pengguna. Memberikan informasi yang dapat diakses dan dimanipulasi oleh perangkat lunak, telepon cerdas kini berubah menjadi perangkat informasi mobile yang kuat dan perangkat komunikasi yang mungkin mengubah cara pengguna mengakses informasi secara dramatis. (White, 2010)
2.1.4. Kekurangan Telepon Cerdas
Pada penggunaan telepon cerdas, banyak isu keamanan dan kerahasiaan pribadi yang muncul berupa:
1. Kebocoran data
Telepon yang hilang atau dicuri dengan memori yang tidak dilindungi memberikan kesempatan bagi orang lain untuk mengakses data tersebut. 2. Penonaktifan yang kurang tepat
Telepon dibuang atau diberikan ke orang lain tanpa membuang data sensitif, mengijinkan orang lain untuk mengakses data tersebut.
3. Pengungkapan data yang tak disengaja
Kebanyakan aplikasi memiliki pengaturan privasi, tetapi banyak pengguna yang tidak sadar akan hal itu. Data tersebut ditransmisikan tanpa sepengetahuan pengguna telepon cerdas.
4. Phising
Orang lain dapat mencuri data-data penting kita seperti passwords, nomor kartu kredit menggunakan aplikasi palsu atau pesan (sms, email) yang kelihatannya asli
5. Spyware
Telepon cerdas yang memiliki spyware di dalamnya memberikan kesempatan bagi orang lain untuk mengakses atau mengubah data pribadi pengguna telepon cerdas.
6. Pencurian data menggunakan jaringan palsu
Penyerang menggunakan titik akses jaringan (network access point) palsu dan pengguna telepon cerdas melakukan koneksi dengan jaringan tersebut. Hal ini menyebabkan penyerang dapat melakukan intersepsi atas komunikasi pengguna telepon cerdas dan melancarkan aksi serangan lain seperti pencurian data.
7. Pengawasan
Mengawasi seseorang dengan menggunakan telepon cerdas target. 8. Diallerware
Penyerang mencuri uang dari pengguna telepon cerdas dengan cara menggunakan malware yang menggunakan pelayanan sms premium secara tersembunyi.
9. Financial malware
Malware yang secara spesifik didesain untuk mencuri nomor kartu kredit,
data online banking atau mengalihkan transaksi online banking atau transaksi elektronik.
10. Kongesti jaringan
Beban jaringan berlebihan akibat penggunaan telepon cerdas yang berlebihan dan mengakibatkan terputusnya jaringan pengguna telepon cerdas.
(Hogben, 2010)
2.2. Prestasi Akademis 2.2.1. Definisi
Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak
hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar. (Sobur, 2006)
Prestasi akademik merupakan kesuksesan individu yang diperoleh dalam kegiatan pendidikan di sekolah untuk semua mata pelajaran yang dinyatakan dalam nilai-nilai kuantitatif berupa angka yang tertulis di dalam rapor. (Aryana, 2007)
2.2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademis
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor - faktor yang mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun yang menghambat. Demikian juga dialami belajar, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa itu adalah sebagai berikut:
a. Faktor internal
Faktor internal ada1ah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :
1. Faktor lntelegensi
Intelegensi dalarn arti sernpit adalah kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah yang didalamnya berpikir perasaan. Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi prestasi belajar siswa. Karena tingginya peranan intelegensi dalam mencapai prestasi belajar maka guru harus memberikan perhatian yang sangat besar terhadap bidang studi yang banyak membutuhkan berpikir rasiologi untuk mata pelajaran matematika.
2. Faktor Minat
Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang beminat dalam pelajaran tertentu akan menghambat dalam belajar.
3. Faktor Keadaan Fisik dan Psikis
Keadaan fisik rnenunjukkan pada tahap pertumbuhan (kekurangan gizi akan menghambat pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan), kesehatan jasmani, keadaan alat - alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas / labilitas mental siswa, karena fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dan luar diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi rnenjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Faktor Guru
Guru sebagai tenaga berpendidikan rnemiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, membimbing, melatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta memberikan pelalaran teknik karena itu setiap guru harus memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian dan kemasyarakatan. Guru juga menunjukkan fleksibilitas yang tinggi yaitu pendekatan didaktif dan gaya memirnpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat rnenunjang tingkat prestasi siswa semaksimal mungkin.
2. Faktor Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar. Seperti kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya belajar.
3. Faktor Sumber - Sumber Belajar
Salah satu faktor yang rnenunjang keberhasilan dalam proses belajar adalah tersedianya sumber belajar yang memadai. Sumber belajar itu dapat berupa media /
semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar. Maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih bermakna (Ahmadi, 1998).
2.2.3. Evaluasi Prestasi Akademis
Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa maka dilakukan melalui tes prestasi belajar berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya. Tes prestasi belajar digolongkan dalam penilaian sebagai berikut:
1.Tes formatif
Tes yang diberikan kepada siswa pada akhir program satuan pembelajaran. Fungsinya untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dalam penguasaan bahan atau materi yang bertujuan untuk memperoleh gambaran daya serap siswa terhadap bahasan tersebut.
2.Tes sub sumatif
Tes yang diberikan kepada siswa pada tahap-tahap tertentu misalnya dua minggu sekali atau satu bulan sekali selama catur wulan atau semester yang bersangkutan. Tujuannya selain untuk mengetahui gambaran daya serap materi yang telah diberikan, hasilnya akan digabungkan dengan nilai tes sumatif yang akan menjadi nilai rapor.
3.Tes sumatif
Tes ini biasa diadakan tiap catur wulan sekali atau setiap semester. Fungsi tes tersebut untuk menilai penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan selama jangka waktu tertentu (Purwanto, 2002).
2.3. Hubungan Telepon Cerdas dan Prestasi Akademis
Telepon cerdas memiliki banyak fitur seperti internet, membuka e-mail, membaca buku elektronik (e-book), chatting, sampai membuka jejaring sosial. Griffith mengusulkan sebuah konsep “kecanduan teknologi” yang bukan merupakan kecanduan secara kimiawi melainkan sebuah kecanduan tingkah laku yang melibatkan interaksi manusia-mesin secara berlebihan. (Griffiths, 1996)
Bianchi dan Phillips menemukan bahwa pengguna berat ponsel cenderung orang-orang muda. Selain itu, 2% - 7% dari sampel mereka setuju (1) bahwa mereka memiliki masalah mengontrol waktu yang mereka habiskan pada ponsel mereka, (2) bahwa mereka memiliki masalah membayar tagihan telepon mereka; (3) bahwa ponsel mengalihkan mereka dari lain tanggung jawab, dan (4) ponsel mengakibatkan konflik interpersonal. Selain itu, Bianchi dan Phillips mengamati bahwa orang-orang yang melaporkan masalah dengan ponsel mereka biasanya muda, dan memiliki harga diri rendah. Ini berarti bahwa sudah ada bagian dari masyarakat yang mungkin memiliki masalah pengendalian menggunakan ponsel mereka. (Bianchi,2005)
Chen Y.F (2006) menemukan bahwa penggunaan telepon gengggam yang sering mengakibatkan penurunan performa akademis dan kemampuan belajar mereka. Pierce (2008) juga melaporkan penggunaan telepon genggam, instant
messaging/chatting, jejaring sosial yang sering mengakibatkan penurunan prestasi
akademis yang berarti.
Orang-orang di seluruh dunia telah menjadi semakin antusias dalam merangkul peralatan digital komunikasi (Katz & Aakhus, 2002). Dari laptop terhubung ke internet melalui wireless fidelity (Wi-Fi) sampai menggunakan telepon cerdas, semakin banyak orang yang berkomunikasi satu sama lain dari jarak jauh. Dengan menggunakan berjudi patologis sebagai model, Young mengusulkan kecanduan internet sebagai gangguan pengendalian impuls, yang tidak melibatkan zat-zat berbahaya. (Young,1998)
Penggunaan internet gangguan, juga disebut sebagai kecanduan internet atau menggunakan internet bermasalah, telah diusulkan sebagai penjelasan untuk
mulai muncul dalam literatur psikiatris (Stein,1997). Seseorang yang menggunakan internet bermasalah sering melaporkan meningkatnya jumlah waktu yang dihabiskan menjelajahi situs-situs, perjudian, belanja atau menjelajahi situs porno. Ada juga yang melaporan mereka menghabiskan waktu di chat room atau terkait melalui email. Sering orang-orang mengembangkan keasyikan dengan internet, kebutuhan untuk melarikan diri ke internet dan lekas marah meningkat ketika mencoba untuk mengurangi penggunaan internet mereka. Pada akhirnya, usaha mereka untuk memotong waktu penggunaan internet kembali tidak berhasil. (Beard,2005)
Penggunaan internet bermasalah telah dilaporkan dalam usia berapapun, rentang sosial, pendidikan, dan ekonomi. Namun penelitian sebelumnya menyatakan cenderung stereotip pasien kecanduan internet klasik sebagai seorang introvert muda. Prevalensi gangguan penggunaan internet bermasalah tidak diketahui. (Young KS, 1998)
Gangguan fungsional sebagai akibat dari penggunaan internet bermasalah termasuk perselisihan perkawinan atau keluarga, kehilangan pekerjaan atau penurunan produktivitas kerja, kesulitan hukum atau kegagalan sekolah. (Beard, 2005) Walaupun kriteria diagnostik untuk gangguan ini telah diusulkan, metode menilai gangguan penggunaan internet sangat terbatas. (Cho C, 2000)
Kubey (2001) menemukan pada pelajar yang memilliki performa akademis yang buruk, 40% melaporkan mereka sering atau sangat sering memakai internet sampai larut malam, 42,5% menyatakan mereka kadang-kadang merasa lelah pada hari berikutnya akibat menggunakan internet, dan 20% melaporkan mereka sering bolos sekolah akibat menggunakan internet.
Remaja yang menggunakan fasilitas instant messaging/chatting mengatakan hal itu mempengaruhi performa akademis mereka. Oleh sebab itu, orang tua dan guru harus lebih memerhatikan dan memberikan bimbingan bagi remaja yang menggunakan fasilitas instant messaging. (Huang H.Y, 2009)