KEN AROK
SKRIP KARYA SENI
OLEH :
KADEK SULENDRI NIM : 2006.01.008
PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI JURUSAN SENI TARI
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA
DENPASAR
KEN AROK
SKRIP KARYA SENI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Seni (S-1)
OLEH :
KADEK SULENDRI NIM : 2006.01.008
PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI JURUSAN SENI TARI
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA
DENPASAR
KEN AROK
SKRIP KARYA SENI
Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Seni (S-1)
MENYETUJUI :
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Antonia Indrawati, M.Si Ni Ketut Gadung, SST., M.Si NIP. 19630127 198803 2 001 NIP. 19550107 198703 2 001
SKRIP KARYA SENI
Skrip Karya Seni ini telah diuji dan dinyatakan sah oleh Panitia Penguji Tugas Akhir Sarjana Seni (S1), Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar, pada :
Hari/Tanggal : Selasa, 01 Juni 2010
Ketua : I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn (……….)
NIP. 19681231 199603 1 007
Sekretaris : I Dewa Ketut Wicaksana, SSP.,M.Hum (……….)
NIP. 131878137
Dosen Penguji :
1. I Nyoman Sudiana, SSKar., M.Si
NIP. 19571231 198303 1 035
2. Drs. I Wayan Mardana, M.Pd
NIP. 19541231 198303 1 016
3. I Gusti Ayu Srinatih, SST., M.Si
NIP. 131878132
Disahkan pada tanggal : ...
Mengetahui
Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Ketua Jurusan Tari
ISI Denpasar FSP, ISI Denpasar
I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn I Nyoman Cerita, SST, MFA NIP. 19681231 199603 1 007 NIP. 19611231 199103 1 008
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Mahaesa / Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulisan skrip karya tari yang
berjudul Ken Arok dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Skrip karya tari ini merupakan uraian dari garapan tari Ken Arok yang
diujikan sebagai salah satu syarat untuk menempuh sarjana seni program Strata
Satu (S1) di Institut Seni Indonesia Denpasar.
Penata menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak
yang terkait kegiatan ini tidak akan terlaksana sesuai dengan harapan. Dalam
kesempatan yang baik ini tidak lupa disampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. I Wayan Rai S, M.A., Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar
telah memberikan kesempatan dan kemudahan dalam penggunaan fasilitas
yang tersedia.
2. Bapak I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Institut
Seni Indonesia Denpasar yang telah memberikan fasilitas.
3. Bapak I Nyoman Cerita, S.ST., MFA, Ketua Jurusan Seni Tari Institut Seni
Indonesia Denpasar yang selalu memberikan dorongan serta semangat untuk
4. Bapak I Gusti Ngurah Sueka, S.ST., M.Si, selaku Pembimbing Akademik
yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi dari mulai terdaftar sebagai
mahasiswa hingga menyelesaikan pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI)
Denpasar.
5. Dosen pengajar mata kuliah Bimbingan Penulisan Skrip yang telah
memberikan materi tentang cara penulisan skrip dan memberikan kesempatan
lebih awal dalam tugas pembuatan proposal.
6. Ibu Dra. Antonia Indrawati, M.Si, Pembimbing Ujian Tugas Akhir yang telah
membantu dalam proses karya seni dan skrip karya tari Ken Arok.
7. Ibu Ni Ketut Gadung, S.ST., M.Si, Pembimbing Ujian Tugas Akhir yang telah
membantu dalam proses karya seni dan skrip karya tari Ken Arok.
8. Bapak Tri Haryanto, SSKar.,M.Si, yang membantu penata didalam pengetikan
notasi musik karawitan tari Ken Arok.
9. A.A. Gede Agung Rahma Putra yang membantu penata didalam mengkonsep
tata kostum garapan tari Ken Arok.
10. Panitia ujian tugas akhir Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar periode
2009/2010.
11. I Wayan Sugandya, S.Sn., yang telah membantu dalam penggarapan musik
iringan tari dan selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam
12. I Nyoman Sumpianta, yang selalu memberikan dorongan atau semangat untuk
menyelesaikan karya tari dan skrip karya tari Ken Arok.
13. Para pendukung tari dari mahasiswi IKIP PGRI Denpasar dan siswi SMK N 3
Sukawati-Gianyar : Ni Wayan Lestari, Ni Wayan Phia Widari Eka Tana, Ni
Putu Dian Pranitasari, Ida Ayu Made Dwita Sugiantini, dan Anak Agung Istri
Priskayanti yang telah meluangkan waktu untuk membantu menyukseskan
garapan ini.
14. Pendukung musik iringan dari siswa jurusan karawitan SMKN 3 Sukawati
dan stage crew yang telah meluangkan waktu untuk membantu menyukseskan
garapan ini.
15. Bapak I Made Lila Sardana, ST dan Ida Bagus Dodik, S.SP, yang bertugas di
bagian tata lampu yang telah membantu dalam proses pementasan karya tari
Ken Arok.
16. I Gusti Agung Wijaya Utama yang membantu penata di bagian dokumentasi
garapan tari Ken Arok.
17. Keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam
berbagai macam bentuk yang mampu mempermudah proses garapan ini.
18. Serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu demi satu yang telah
Penata menyadari bahwa skrip karya seni dan karya tulis ini masih jauh
dari sempurna, oleh sebab itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati
dimohon saran dan kritik yang sifatnya membangun dalam penyempurnaan
selanjutnya. Semoga apa yang dipersembahkan dapat bermanfaat.
Denpasar, Mei 2010
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR TABEL ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Ide Garapan ... 3 1.3. Tujuan Garapan ... 4 1.4. Manfaat Garapan ... 4 1.5. Ruang Lingkup ... 5
BAB II KAJIAN SUMBER ... 7
2.1. Sumber Literatur ... 7
2.2. Sumber Audio Visual ... 8
BAB III PROSES KREATIVITAS ... 11
3.1 Tahap Penjajagan (Exploration) ... 11
3.2 Tahap Percobaan (Improvisation) ... 13
3.3 Tahap Pembentukan (Forming) ... 17
BAB IV WUJUD GARAPAN ... 21
4.1. Deskripsi Garapan ... 21
4.2. Analisa Pola Struktur ... 23
4.3. Analisa Simbol ... 24 4.4. Analisa Materi... 26 4.5. Analisa Penyajian ... 32 BAB V PENUTUP ... 58 5.1. Kesimpulan ... 58 5.2. Saran-saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Denah Stage ... 33
Gambar 2 Arah Hadap Penari ... 34
Gambar 3 Foto Kostum Penari Tampak Depan ... 47
Gambar 4 Foto Kostum Penari Tampak Belakang ... 48
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rincian Penuangan Materi Pada Tahap Improvisasi ... 14
Tabel 2 Proses Kreativitas Tari Ken Arok... 20
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bali terkenal dengan keseniannya, salah satunya adalah seni pertunjukan
seperti : seni tari, seni karawitan, seni pedalangan, dan sebagainya. Seni tari
mampu mengalami perkembangan yang sangat pesat baik dari pelaku seni
maupun masyarakat Bali sebagai penikmat seni. Hal ini dapat terjadi terbukti
dari banyaknya karya tari yang bersifat tradisi, kreasi baru, dan kontemporer
yang banyak bermunculan di pulau Bali. Terbukti adanya karya tari yang
diciptakan oleh mahasiswa ISI Denpasar yang kemudian berkembang di
masyarakat dan dipentaskan di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB).
Adapun keinginan penata selain memperdalam di bidang seni tari,
penata juga ingin sekali menjaga dan melestarikan seni dan budaya Bali yang
ada. Terkait dengan ini penata ingin menggarap karya tari kreasi baru
bebancihan. Tari kreasi baru ialah suatu tarian yang sudah diberikan pola
garapan baru, dan tidak terikat oleh pola-pola yang sudah ada. Tari kreasi baru
mengutamakan kebebasan dalam pengungkapannya, tetapi terkadang rasa
geraknya masih berbau tradisi.1
1
Dari beberapa yang disampaikan di atas diharapkan mampu
menumbuhkan rasa keinginan penata untuk mencoba membuat sebuah
garapan tari kreasi baru bebancihan. Kata bebancihan merupakan sebuah
istilah yang digunakan untuk menyebutkan sekelompok tari-tarian Bali yang
bersifat laki-laki dan perempuan (jadi tidak laki-laki dan perempuan) laki-laki
yang bertingkah laku dan berpakaian sebagai perempuan atau sebaliknya.2 Hal
ini sudah dipertimbangkan terlebih dahulu, karena secara fisik atau postur
tubuh penata dan karakter yang dimiliki lebih tepat untuk mengangkat tari
dengan karakter bebancihan, penata juga sering mendukung kakak kelas
dengan karakter tari bebancihan serta penata juga sering menarikan tari
bebancihan. Selain yakin dengan hal ini penata juga sempat melakukan
konsultasi dengan Bapak Kompiang Gede Widnyana yang merupakan salah
satu dosen yang mengajar di kampus ISI Denpasar. Penata memperoleh
masukan tentang cerita yang ingin penata angkat ke dalam garapan
Maka dari itu penata lebih terdorong untuk menggarap tari kreasi
bebancihan dengan judul Ken Arok yang memiliki karakter gagah, agung,
cerdik, keras, berani, dan pintar. Penata mengangkat perjuangan Ken Arok
untuk menjadi seorang raja pada garapan tari ini.
1.2 Ide Garapan
Di dalam penggarapan sebuah karya tari, ide merupakan suatu hal yang
sangat dibutuhkan dan bahkan sangat penting, karena dengan tidak adanya ide
maka garapan tidak akan terwujud. Ide akan muncul dengan sendirinya
melalui pengalaman pribadi, melihat dari fenomena alam, dari pemandangan
alam, sejarah, dari membaca buku, bencana alam, dan sebagainya tentunya
semua ini sangat menarik untuk diangkat ke sebuah garapan karya tari.
Penata memperoleh ide dari membaca buku yang berjudul Ken Arok
Ken Dedes Leluhur Raja-raja Majapahit yang ditulis oleh K.M. Suhardana
pada tahun 2007. Dari buku tersebut penata mengangkat perjuangan Ken Arok
untuk menjadi seorang raja.
Inti cerita dari buku Ken Arok Ken Dedes Leluhur Raja-raja Majapahit
adalah sebagai berikut. Berawal dari lahirnya Ken Arok kemudian tumbuh
menjadi anak yang nakal dan suka mencuri. Kemudian setelah dia dewasa
dijadikan anak angkat oleh Begawan Lohgawe, Ken Arok berubah menjadi
baik dan tidak mencuri lagi. Ken Arok memiliki sifat yang keras, cerdik, dan
berambisi. Dalam buku ini dijelaskan perjuangan Ken Arok untuk menjadi
1.3 Tujuan Garapan
Segala sesuatu yang dibuat tentunya mempunyai tujuan yang ingin
dicapai. Adapun tujuan dari penggarapan ini yaitu :
a. Memberikan warna yang berbeda dari karya tari sebelumnya walaupun
cerita Ken Arok ini sudah pernah ada yang menggangkat, akan tetapi disini
penata memberi kesan yang berbeda dari segi kostum, gerak, dan iringan.
b. Memperkaya daya kreativitas dan wawasan di bidang seni pertunjukan,
khususnya seni tari.
c. Mengukur kemampuan penata sendiri dalam menggarap tari kreasi
bebancihan.
1.4 Manfaat Garapan
Adapun manfaat yang diperoleh dari garapan tari bebancihan ini adalah
sebagai berikut :
a. Sebagai acuan dalam berkreativitas untuk menghasilkan suatu karya seni
tari yang lebih baik lagi.
b. Dengan nilai-nilai yang terdapat dalam karya ini dapat dijadikan panduan
dalam cerminan kehidupan masyarakat saat ini.
c. Dapat dijadikan sebagai salah satu inspirasi untuk melahirkan karya-karya
1.5 Ruang Lingkup
Tari Ken Arok ini adalah sebuah karya tari kreasi bebancihan yang
berbentuk kelompok yang ditarikan oleh enam penari wanita yang
membawakan karakter Ken Arok. Cerita yang diangkat yaitu berawal dari
kehidupan Ken Arok sebagai seorang pencuri dan perampok. Kemudian dia
berubah menjadi orang yang baik setelah diangkat anak oleh Begawan
Lohgawe. Ken Arok yang mempunyai ambisi yang sangat besar dengan
kecerdikannya ia ingin berjuang menjadi seorang raja.
Adapun tema dari garapan ini adalah kepahlawanan. Motif gerak yang
digunakan adalah gerak tari Bali yang dipadukan dengan beberapa gerak tari
Jawa, menggunakan gerak kreasi baru, dan tentunya tidak lepas dari gerak
tradisi yang ada. Secara keseluruhan garapan ini berdurasikan kurang lebih 12
menit, dengan menggunakan iringan Gamelan Semarandana. Tata rias wajah
dan kostum masih berpijak pada tari bebancihan yang ada namun pada
kostum ada perpaduan unsur Jawa dan Bali, karena menggunakan model
batik Jawa yang di prada Bali, karena cerita yang diangkat berasal dari cerita
Struktur dari satu karya tari adalah aspek yang menyangkut
keseluruhan dari karya tersebut. Garapan tari ini terdiri dari 5 bagian yang
sudah disesuaikan dengan ide cerita dan konsep garapan. Adapun 5 bagian
yang dimaksud yaitu meliputi : flash back, pepeson, pengawak, pengecet, dan
BAB II
KAJIAN SUMBER
Dalam mewujudkan garapan tari Ken Arok sangat dibutuhkan buku atau
literatur yang tentunya ada kaitannya dengan garapan agar nantinya dapat
membantu dalam proses terwujudnya garapan tari Ken Arok. Adapun buku-buku
atau literatur yang dimaksud yaitu :
2.1 Sumber Literatur
Sinopsis Tari Bali, I Wayan Dibia, tahun 1979. Dalam buku ini
dijelaskan tentang pengertian tari kreasi baru, yaitu suatu tarian yang diberikan
pola garapan baru dan tidak terikat lagi oleh aturan yang sudah ada. Tari kreasi
baru mengutamakan kebebasan dalam pengungkapannya tetapi rasa geraknya
masih berbau tradisi.
Tari Kekebyaran, I Nyoman Kaler, oleh A.A. Ayu Kusuma Arini,
tahun 2004. Dalam buku tersebut dijelaskan pengertian tari bebancihan yang
merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menyebutkan sekelompok
tarian Bali yang memiliki dua karakter (laki-laki dan perempuan) serta istilah
tersebut digunakan sebagai landasan awal dalam pembentukan garapan tari
Pararaton, Ki J. Padmapuspita, tahun 1966, dalam buku ini
menceritakan tentang asal mula lahirnya Ken Arok dan perjalanan hidupnya
sehingga menjadi seorang raja yang disegani oleh masyarakat. Penata
memperoleh ide dari buku ini dan mengangkatnya ke dalam garapan.
Creating Through Dance, Mencipta Lewat Tari, Alma M. Hawkins,
tahun 1990, dalam buku ini menjelaskan tentang tiga tahapan di dalam proses
kreativitas yaitu tahap penjajagan, percobaan, dan pembentukan. Penata
terinspirasi dari ketiga tahap tersebut dan dituangkan ke dalam proses garapan
tari Ken Arok.
Ken Arok Ken Dedes Leluhur Raja-raja Majapahit, K.M. Suhardana,
tahun 2007, dalam buku ini menceritakan asal mula lahirnya Ken Arok dan
leluhu raja-raja Majapahit. Penata memperoleh ide dari buku ini dan
mengangkatnya ke dalam garapan.
2.2 Sumber Audio Visual
Menonton langsung ujian TA kakak kelas pada tahun 2009 dengan judul
Bhuta Cuil, oleh I Putu Fery Prayadna. Penata tertarik dengan pola lantai
yang terdapat pada garapan tari Bhuta Cuil, kemudian penata kembangkan
ke dalam garapan tari Ken Arok.
Oktober 2009 dengan judul Ken Arok dan Ken Dedes. Dari hasil menonton
acara tersebut, penata memperoleh inspirasi dari segi kostum dan karakter
dari tokoh Ken Arok.
2.3 Sumber Wawancara
Selain penata memperoleh dari sumber literatur atau sumber tertulis,
penata juga memperoleh pengalaman dari mendukung garapan ujian kakak
kelas, menonton pertunjukan, penata juga memperoleh data dari hasil
wawancara dengan beberapa narasumber yang dapat memberikan informasi
yang tentunya berkaitan dengan garapan karya tari Ken Arok. Adapun nara
sumber tersebut yaitu :
1. Bapak Kompiang Gede Widnyana, SST., M.Hum, seorang dosen yang
mengajar di jurusan tari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Disini
penata diberikan dorongan untuk mengangkat cerita Ken Arok dan
meyakini penata agar tidak ragu lagi untuk berkarya.
2. Ida Ayu Wimba Ruspawati, SST., M.Sn, seorang dosen yang mengajar di
jurusan tari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Penata diberikan
masukan untuk mengangkat karakter Ken Arok saja, karena pada saat ujian
komposisi penata dianggap terlalu banyak mengangkat berbagai karakter.
3. I Nyoman Cerita, SST., M.FA, seorang dosen yang mengajar di jurusan
tari ISI Denpasar. Penata diberikan semangat untuk berkarya lebih baik
dan diberikan masukan bahwa penata sangat cocok untuk mengangkat
BAB III
PROSES KREATIVITAS
Sebuah karya seni tari tidak akan terwujud apabila tidak adanya proses
kreatif dalam penggarapannya. Dalam proses tersebut tentunya diperlukan usaha
yang sungguh-sungguh dalam penggarapannya dan banyak menemui tantangan
serta hambatan. Proses kreativitas dan inovasi dalam berkarya tidak pernah lepas
karena dituntut unsur-unsur orisinalitas dan kualitas dari ciptaan.
Kreativitas adalah membuat sesuatu yang baru melalui proses mental yang
berkaitan dengan munculnya gagasan atau konsep baru. Dalam proses
penggarapan tari kreasi bebancihan ini tidak terlepas dari tiga tahapan yang
diambil dari konsep Alma M. Hawkins, yaitu : tahap penjajagan (exploration)
yang berkaitan dengan proses pencarian terhadap ide yang akan dijadikan suatu
karya seni, tahap percobaan (improvisation), tahap pembentukan (forming)3.
Adapun ketiga tahapan yang mencakup dalam penggarapan tari Ken Arok adalah
sebagai berikut :
3.1 Tahap Penjajagan (Exploration)
Tahapan eksplorasi merupakan langkah awal dalam proses
penciptaan atau penggarapan karya seni. Pada tahap ini yang harus dilakukan
3Alma M. Hawkins, Creating Through Dance, Mencipta Lewat Tari, Yogyakarta : ISI
adalah mulai merenung, memikirkan atau mencari ide yang akan digunakan
untuk melengkapi garapan yang berjudul Ken Arok. Penata memperoleh ide
dari membaca buku yang berjudul Ken Arok Ken Dedes Leluhur Raja-raja
Majapahit. Buku ini menceritakan Ken Arok memesan keris kepada Mpu
Gandring, kemudian Ken Arok membunuh Mpu Gandring. Ken Arok
memanfaatkan keris tersebut untuk membunuh Tunggul Ametung dan
merebut kedudukannya sebagai raja. Penata menggarap karya tari dengan
judul Duratmaka untuk ujian komposisi tari (mata kuliah koreografi VI),
hasil dari ujian tersebut penata memperoleh masukan dari para dosen
penguji. Penata mulai merenung dan berpikir untuk mengubah konsep
namun tetap mengangkat cerita tentang Ken Arok. Pada saat ujian komposisi
penata juga merasa sulit untuk mengangkat banyaknya karakter dengan
masukan para dosen, penata mencari sebuah buku lain yang berjudul
Pararaton ditulis oleh Ki J. Padmapuspita pada tahun 1966 yang
mengisahkan tentang perjalanan Ken Arok menjadi seorang raja. Penata
mulai mengangkat cerita yang terdapat dalam buku tersebut, namun hanya
mengangkat tokoh Ken Arok dengan perjuangannya untuk menjadi seorang
raja. Melalui proses tersebut penata akhirnya bertekad untuk menggarap tari
3.2 Tahap Percobaan (Improvisation)
Tahap yang kedua setelah tahap penjajagan adalah tahap percobaan.
Dalam tahapan ini penata sudah mulai mencari gaya yang berbeda,
maksudnya sudah mencari gerak-gerak baru yang akan menjadi ciri khas
dalam garapan tari kreasi bebancihan Ken Arok ini. Awalnya penata
bergerak dan terus bergerak kemudian diulang sampai merasa gerakan
tersebut cocok dan mencoba melihat gerak tersebut di depan cermin, agar
gerak serta posisi tubuh waktu bergerak dapat penata nilai serta tepat atau
tidaknya untuk dijadikan gerak baru. Setelah itu, penata mengingat dan terus
berusaha mencari gerak-gerak baru semampunya, walaupun gerak tersebut
belum tersusun secara structural, namun tidak terlepas dari gerak tradisi.
Setelah semua gerak telah terkumpul, akhirnya penata mulai
memilih gerak yang pasti untuk dijadikan sebagai garapan. Kemudian
gerakan tersebut dirangkai agar membentuk gerakan yang utuh dan terpadu.
Penata biasanya mendapatkan gerak dari mendengarkan musik iringan itu
sendiri dan menyesuaikannya dengan cerita yang akan diangkat. Penata juga
tidak lupa melakukan pencatatan mengenai motif gerak yang sudah terdapat
agar penata tidak lupa dan biasanya penata menyarankan ke pendukung
untuk mengingat gerakan demi gerakan yang sudah penata tuangkan
bimbingan untuk memperoleh masukan dan saran agar tercipta
kesempurnaan pada garapan tari ini.
Rincian penuangan materi pada tahap improvisasi ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 1
Rincian Materi Pada Tahap Improvisasi
No Hari/Tanggal Uraian Kegiatan
1 Minggu,
28 Februari 2010
Kegiatan nuasen di pura Padmasana Ardanareswari di Kampus ISI Denpasar, bersama para pendukung tari, kemudian dilanjutkan nuasen di pura Padmasana SMKN 3 Sukawati, Gianyar bersama para pendukung karawitan karena penata menggunakan siswa kelas I dan II jurusan karawitan SMKN 3 Sukawati Gianyar serta tempat latihan karawitan di lakukan di sana.
2 Rabu, 3 Maret 2010 Melakukan latihan penabuh
Mengingat kembali materi pada ujian komposisi atau mata
kuliah Koreografi VI
3 Kamis, 4 Maret 2010 Melakukan latihan tari bersama pendukung tari untuk
mengingat materi yang digunakan pada saat ujian komposisi
di bagian pepeson dan bagian pengawak karena tidak ada
No Hari/Tanggal Uraian Kegiatan
4 Sabtu, 6 Maret 2010 Mengulang kembali materi gerak pada bagian pepeson dan
bagian pengawak
5 Rabu, 10 Maret 2010 Latihan musik iringan karawitan untuk memantapkan bagian
pepeson, pengawak, dan pengecet
6 Jumat, 12 Maret 2010 Melakukan latihan tari bersama pendukung tari untuk
mencari bagian pengecet dan mengingat lagi bagian pepeson
dan pengawak
7 Minggu, 14 Maret
2010
Latihan bersama pendukung untuk memantapkan bagian
pepeson dan pengawak serta mencari bagian pengecet
8 Rabu, 17 Maret 2010 Latihan penabuh dari bagian pepeson sampai bagian
pengecet
9 Minggu, 21 Maret
2010
Latihan bersama pendukung tari mencari-cari lagi gerak
bagian pengecet
12 Rabu, 31 Maret 2010 Bimbingan karya tari Ken Arok bagian pepeson dan
pengawak
13 Rabu, 7 April 2010 Latihan penabuh untuk memantapkan bagian pepeson
sampai bagian pengawak
14 Senin, 10 April 2010 Latihan bersama pendukung tari untuk memantapkan dari
No Hari/Tanggal Uraian Kegiatan
17 Kamis, 15 April 2010 Bimbingan karya bagian pepeson sampai bagian pengecet
dengan pembimbing perbaikan gerak-gerak dan
keserampakan masih terlihat kurang
18 Minggu,
18 April 2010
Latihan bersama pendukung tari bagian pepeson sampai
pengawak
19 Rabu, 21 April 2010 Latihan penabuh dari bagian flash back, pepeson, pengawak,
pengecet, dan pekaad
Bimbingan karya tari bersama pembimbing untuk
memperlihatkan bagian gerak rampak bagian pepeson,
pengawak, dan pengecet
20 Minggu,
25 April 2010
Latihan bersama pendukung tari mencari bagian Flash back
22 Minggu, 9 Mei 2010 Latihan bersama pendukung tari untuk memantapkan bagian
flash back, pepeson, pengawak, dan pengecet
23 Senin, 10 Mei 2010 Latihan bersama pendukung tari untuk mencari bagian
pengecet
24 Rabu, 12 Mei 2010 Latihan bersama pendukung tari dengan pendukung
karawitan di SMKN 3 Sukawati, GIanyar agar antara gerak
No Hari/Tanggal Uraian Kegiatan
25 Sabtu, 15 Mei 2010 Latihan lagi bersama pendukung tari dengan pendukung
karawitan di SMKN 3 Sukawati, Gianyar dari bagian Flash
back sampai bagian IV (ending)
26 Minggu, 16 Mei 2010 Gladi kotor di gedung tertutup Natya Mandala ISI Denpasar
untuk mencoba stage, layar dan lampu
Bimbingan karya tari Ken Arok dari bagian Flash back
sampai pekaad
27 Selasa, 18 Mei 2010 Gladi kotor di gedung tertutup Natya Mandala ISI Denpasar
di kampus ISI Denpasar untuk mencoba stage, layar, dan
lampu lagi
28 Rabu, 19 Mei 2010 Gladi bersih di gedung tertutup Natya Mandala di kampus
ISI Denpasar
3.3 Tahap Pembentukan (Forming)
Tahap pembentukan adalah tahap yang paling terakhir dalam proses
kreativitas, karena pada bagian ini sudah memastikan bentuk tari dari segi
gerak, ruang dan waktu yang tentunya sudah disesuaikan dengan konsep tari
Penata terlebih dahulu memberitahukan kepada pendukung tentang
ide, konsep ataupun cerita yang akan diangkat agar proses penuangan
berjalan dengan lancar. Mulai menegaskan ekspresi dan penjiwaan di setiap
gerakan. Penata mencoba kostum yang akan digunakan nanti agar dapat
melihat nilai estetisnya dan tidak mengganggu kebebasan dalam bergerak
dan menambah estetis. Pada tahap pembentukan ini harus terwujud,
kemudian dihaluskan, dihayati, karena proses kreatif ini merupakan bagian
paling terakhir. Jadi perlu diperhatikan rasa gerak dan rasa penjiwaannya.
Garapan tari Ken Arok ini berbentuk tari kelompok, oleh karena itu
keseragaman dan kekompakan gerak penari sangat diperlukan. Pada tahap
ini lebih ditekankan pada pemantapan untuk menghaluskan gerak serta
penjiwaan atau ekspresi agar sesuai dengan konsep yang diangkat.
Melalui proses latihan yang dilakukan beberapa kali dari bagian
Flash back, pepeson, pengawak, pengecet dan pekaad, penata melakukan
bimbingan dengan dosen pembimbing. Kemudian dari hasil bimbingan
tersebut memperoleh masukan dan saran-saran yang berguna untuk
kesempurnaan garapan tari Ken Arok. Adapun beberapa hambatan yang
penata temui dalam proses penggarapan, antara lain :
1. Garapan tari Ken Arok merupakan garapan yang berbentuk kelompok,
2. Karena konsep yang diangkat cerita Jawa, penata menginginkan di
bagian gerak terdapat gerak tari Jawa namun dipadukan dengan gerak tari
Bali. Masalahnya para pendukung tidak menguasai teknik tari Jawa
gagah, penata akhirnya membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk
mengajarkan teknik gerak Jawa kepada pendukung.
3. Sulitnya mengatur jadwal pendukung tari maupun pendukung karawitan
yang memiliki kegiatan yang berbeda-beda, maka proses latihan sering
tertunda.
Walaupun ada hambatan dalam proses penggarapan tari Ken Arok,
namun faktor-faktor yang mendukung kelancaran proses penggarapan tetap
ada yaitu :
1. Melalui proses bimbingan, penata merasa lebih mudah didalam
mewujudkan garapan tari Ken Arok.
2. Kesungguhan dan kedisiplinan para pendukung di dalam proses latihan
sangat membantu untuk mempercepat mengingat gerakan-gerakan yang
dituangkan.
3. Dukungan dari teman-teman, pendukung tari, serta pendukung karawitan
yang sangat besar yang membuat penata menjadi lebih semanfat lagi untuk
berproses.
4. Kejelian pembimbing dalam mengoreksi tulisan skrip karya yang tentunya
Rencana jadwal pelaksanaan kegiatan dalam proses penciptaan garapan
tari ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2 Proses Kreativitas
Tahap-tahap Kegiatan
Februari Maret April Mei
M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 Tahap Penjajagan Tahap Percobaan Tahap Pembentukan X O KETERANGAN : : Pencarian pendukung
: Mulai melakukan latihan penuangan gerak kepada pendukung
selama ± 1-2 jam sehari
: Latihan mulai dipadatkan dan menyamakan teknik gerak selama
± 2 jam sehari
: Mulai melakukan pemantapan atau penyempurnaan gerak dan
ekspresi selama ± 2-3 jam sehari
X : Gladi Bersih (19 Mei 2010)
BAB IV
WUJUD GARAPAN
Dalam seni tari wujud garapan merupakan bagian terpenting, karena wujud
adalah suatu kenyataan yang terlihat secara kongkrit di hadapan kita yang
tentunya dapat kita apresiasikan lewat panca indra. Wujud dari apa yang
ditampilkan dapat dinikmati melalui dua unsur mendasar, yaitu bentuk (form) dan
struktur (structure).4 Adapun bagian dari wujud garapan yaitu antara lain :
Deskripsi Garapan, Analisa Pola Struktur, Analisa Simbol, Analisa Materi dan
Analisa Penyajian.
4.1 Deskripsi Garapan
Garapan tari Ken Arok adalah sebuah garapan tari kreasi bebancihan
berbentuk kelompok yang ditarikan oleh enam orang penari putri. Penata
mengangkat karakter Ken Arok yang awalnya sebagai pencuri, kemudian dia
dipilih oleh para dewa sebagai penguasa tanah jawa. Setelah itu Ken Arok
berubah menjadi baik dan dengan perjuangannya Ken Arok berhasil melawan
semua yang menghalanginya dan menjadi seorang raja, garapan tari kreasi
bebancihan ini bertemakan kepahlawanan. Penata memilih garapan tari
berbentuk kelompok karena untuk mempermudah dalam membuat pola lantai
4
yang berbeda, mampu menghasilkan pola gerak yang lebih beragam, gerak
kompak atau rampak dan permainan level sehingga menghasilkan bentuk
garapan tari yang lebih kaya apabila dipandang dari segi koreografi.
Wujud garapan tari kreasi bebancihan ini adalah menggunakan
rangkaian dari gerak murni yaitu gerak yang tidak mengandung arti dan gerak
maknawi yaitu gerak yang memiliki arti. Gerakan yang digunakan telah
disesuaikan dengan kebutuhan garapan sehingga karya ini menjadi utuh dan
jelas dari awal hingga akhir garapan. Perpaduan gerak tari Bali dan gerak tari
Jawa (putra) sehingga memperoleh gerak yang bernuansa baru sebagai
identitas dari garapan, namun masih tetap berpijak pada gerak tari Bali.
Sampur pada garapan ini merupakan bagian dari kostum, namun sampur
juga digunakan sebagai properti untuk mendukung setiap gerakan untuk
menambah nilai estetis dan pada bagian klimaks sampur tersebut digunakan
sebagai senjata untuk perang. Tata kostum (busana) masih berpijak pada
tradisi namun ada unsur Jawa yang digunakan pada kostum, sedangkan tata
rias wajahnya menggunakan tata rias putra keras. Dalam garapan ini
menggunakan seperangkat gamelan Semarandana dengan penata karawitan
I Wayan Sugandya, S.Sn dan didukung oleh siswa jurusan karawitan SMKN
3 Sukawati. Durasi yang digunakan dalam garapan ini berkisar kurang lebih
4.2 Analisis Pola Struktur
Struktur dari suatu karya tari adalah aspek yang menyangkut
keseluruhan dari karya tersebut. Garapan tari ini terdiri dari 5 (lima) bagian
yang sudah disesuaikan dengan ide cerita dan konsep garapan tari. Adapun 5
(lima) bagian yang dimaskud yaitu Flash back, pepeson, pengawak, pengecet,
dan pekaad. Struktur garapan ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Flash back
Pada bagian ini menggambarkan tokoh Ken Arok yang
bersembunyi di tempat sampah yang ditumbuhi dengan semak belukar.
Disini juga menggambarkan para dewa bermusyawarah, sehingga terjadi
suara tujuh nada seperti : guntur, petir, ngempa, kilat, taufan, angin rebut
dan hujan, yang digambarkan melalui gamelan. Untuk lebih memperjelas
suasana dan peristiwa yang ingin diungkap, penata memadukan unsur
sastra yang disajikan oleh Gerong, yang tentunya didukung oleh lampu,
layar dengan tempo musik yang cepat. Suasana pada bagian flash back
suasananya menegangkan.
2. Pepeson
Bagian yang memperkenalkan tokoh Ken Arok yang telah berubah
menjadi baik karena sebelumnya Ken Arok adalah seorang pencuri dan
penjudi, dengan tempo musik sedang.
3. Pengawak
Bagian yang menampilkan tokoh Ken Arok yang menggambarkan
karakter yang gagah, keras, agung dan pintar dengan tempo musik pelan.
Suasana : pada bagian ini suasananya agung, berwibawa dan gagah.
4. Pengecet
Bagian yang menampilkan tokoh Ken Arok yang menggambarkan
keberaniannya, kekuatannya dalam ilmu bela diri, kehebatann Ken Arok
dan kegagahannya.
Suasana : pada bagian ini menggambarkan suasana gembira
5. Pekaad
Pada bagian ini merupakan puncak emosional (klimaks) dari tari
menjelang suatu penyelesaian yang diiringi dengan tempo musik cepat.
Disini menggambarkan keberhasilan Ken Arok menjadi seorang raja
dengan perjuangan melawan siapapun yang menghalangi ambisinya untuk
menjadi raja.
Suasana : pada bagian ini suasananya sangat menegangkan.
4.3 Analisa Simbol
Simbol merupakan salah satu bagian terpenting dalam sebuah karya tari,
tertentu kepada penonton. Simbol dapat disampaikan melalui gerak yang
mampu menampilkan karakter tari yang dibawakan.
Simbol seni pada hakekatnya bukan realita subjektif, sehingga bentuk
simbol yang dihasilkan mempunyai ciri yang khas. Simbol estetis tidak
mempunyai makna untuk dimengerti melainkan pesan untuk diresapi.5
Garapan tari Ken Arok menggunakan beberapa simbol gerak yang memiliki
makna tertentu yang dapat dijadikan ciri khas yaitu sebagai berikut :
Pada bagian pepeson, pengawak, pengecet, dan pekaad terdapat gerakan
seblak sampur sambil meloncat ditandai dengan gerakan kedua atau satu
tangan mengayun ke samping. Terkadang gerakan ini dilakukan pada posisi
kedua kaki berdiri, kedua lutut ditekuk dan satu lutut ditekuk sambil
meloncat. Gerakan ini terinspirasi dari gerak dari tari gagah Jawa (Jogya)
yaitu gerak seblak sampur namun pada garpan ini sudah dirangkai dengan
gerak kreasi baru dan tradisi Bali. Makna dari simbol gerak seblak sampur
adalah untuk menambah nilai estetis setiap gerakan. Selain itu, gerakan ini
terinspirasi dari cerita Ken Arok yang gagah, keras, berani, dan cerdik.
Dilihat dari kostum garapan ini juga memiliki simbol, yakni pada warna
kostum yang dikenakan. Pada warna yang dipilih untuk garapan Ken Arok
adalah warna merah dengan perpaduan kuning dan batik. Merah
melambangkan bahwa Ken Arok adalah anak dari Dewa Brahma, dan merah
5
juga merupakan lambang dari keberanian yang sudah disesuaikan dengan
sifat dan karakter Ken Arok.
Adapun tata rias wajah yang digunakan dalam garapan ini, karena tata
rias sangat mendukung keutuhan pementasan garapan dan pencapaian
karakter tokoh yang diperankan. Tata rias yang digunakan adalah tata rias
putra keras, dengan alis yang agak tebal dan naik. Tentunya dalam tata rias
wajah ini sudah disesuaikan dengan tokoh Ken Arok yang gagah, keras,
berani, dan cerdik.
4.4 Analisa Materi
4.4.1 Desain Koreografi
Dalam garapan tari Ken Arok terdapat banyak gerakan rampak atau
kompak serta beberapa pengulangan-pengulangan yang sudah disesuaikan
dengan suasana di setiap adegannya. Garapan tari ini merupakan garapan tari
kreasi bebancihan yang berbentuk kelompok dan ditarikan oleh 6 (enam)
penari putri. Dalam pembuatan garapan tari Ken Arok ini tetap berpijak
dengan 5 (lima) desain, yaitu desain unison, desain balance, desain canon,
desain alternate dan desain broken.6
Adapun bentuk motif-motif desain yang digunakan yaitu :
1. Desain Sermpak (Unison)
Dalam desain ini lebih menekankan kebersamaan atau kekompakan
yang dilakukan oleh penari kelompok, agar terlihat rapi dan teratur,
diantara penari harus memperhatikan tempo sehingga mampu mencapai
gerakan yang diinginkan. Selain itu untuk menampilkan ketegasan dalam
bergerak.
2. Desain Berimbang (Balance)
Sebuah garapan komposisi tari yang berbentuk kelompok, desain
balance adalah berbentuk kelompok utama menjadi kelompok-kelompok
kecil dan menempatkannya pada daerah-daerah pentas yang seimbang.7
Pada garapan ini dengan penggunaan desain balance lebih menampilkan
gerak-gerak yang sama. Makna yang dihasilkan dari desain ini adalah
untuk menggambarkan keseimbangan pola penataan ruang di atas pentas.
3. Desain Bergantian (Canon)
Merupakan desain gerak yang dilakukan oleh sederetan penari
secara bergantian antara penari satu dengan penari selanjutnya secara
susul-menyusul dengan jarak waktu yang tetap. Makna desain pada
7Sal Murgiyanto, 1992, Koreografi, Jakarta : Perbukuan Departemen Pendidikan dan
garapan ini adalah untuk menggambarkan kegagahan dan kekuatan Ken
Arok.
4. Desain Selang-seling (Alternate)
Desain ini digunakan untuk pola selang-seling pada desain pola
lantainya dan desain gerakan dalam garapan ini adalah gunanya untuk
memberikan kesan selang-seling.
5. Desain Terpecah (Broken)
Merupakan desain gerak yang dilakukan oleh semua penari tidak
sama dan arah berbeda dengan kesan kacau, namun dilakukan di atas
sebuah garis pola lantai yang tegas dan jelas. Adapun makna desain ini
dalam garapan tari Ken Arok adalah untuk menggambarkan kesan kacau,
kurang kebersamaan tiap-tiap penari atau terpecah seperti di bagian akhir
garapan tari yakni pada saat peperangan.
4.4.2 Ragam Gerak
Perbendaharaan gerak karya tari Ken Arok terdiri dari pola gerak-gerak
tari tradisi yang dipadukan dengan beberapa gerak tari Jawa kemudian
dirangkai dengan gerak kreasi yang dikembangkan sehingga menjadi suatu
gerak yang baru. Dalam penyajiannya diwujudkan dengan menggunakan
Agem kanan : Agem dilakukan dengan posisi kaki serong baik serong
kanan maupun serong kiri, dengan jarak kaki kurang
lebih satu sampai dua telapak kaki. Posisi tangan kanan
ke arah samping, sejajar dengan mata dengan jari tangan
ngepel dan tangan kiri ke arah samping sejajar dengan
susu.
Agem kiri : Agem dilakukan dengan posisi kaki serong baik serong
kiri maupun serong kanan, dengan jarak kaki kurang
lebih satu sampai dua telapak kaki. Posisi tangan kiri ke
arah samping, sejajar dengan mata dengan jari tangan
ngepel dan tangan kanan ke arah samping sejajar dengan
susu.
Miles : Merupakan gerakan kaki yang biasanya dipakai untuk
mengubah sikap dari agem kanan ke agem kiri (begitu
sebaliknya).
Negak : Posisi kaki silang dan kedua tumit menyangga pantat
yang duduk.
Nepuk dada : Tangan kanan atau tangan kiri di tekuk dengan jari tengah
menyentuh dada.
Nadab gelang kana : Kedua tangan kanan dan kiri di tekuk, menyiku, jari
Ngangget : Gerakan dada yang diangkat disertai jari tangan
menyentuh dada dan siku tangan ditekuk serta diikuti
dengan gerakan mata.
Mekipekan : Gerakan kepala dan leher ke kanan kiri disertai mata yang
melotot.
Melingser : Gerakan berputar.
Oyod-oyod : Gerakan kaki dengan memindahkan berat badan dari
kanan ke kiri dan sebaliknya dari kiri ke kanan.
Nabdab gelung : Gerakan tangan kiri dan kanan ditekuk ke atas kepala dan
telapak tangan menghadap ke depan sirang susu.
Sledet : Gerakan mata ke samping atau sudut kiri atau kanan
diikuti gerakan kepala kemudian kembali ke arah semula.
Nyegut : Suatu gerakan yang dilakukan dengan mengkerutkan alis
disertai dengan anggukan kepala.
Mecuk alis : Gerakan pangkal alis didekatkan keduanya sehingga
menyatu sebagai ungkapan rasa sedih.
Ulap-ulap : Gerakan maknawi di dalam tari Bali yang gerakannya
seolah-olah melihat sesuatu yang jatuh.
Ngotes : Gerakan tangan memegang sampur dan melempar dari
Dedeling : Gerakan mata mendeling seperti orang marah, yang
menunjukkan ekspresi marah.
Seblak : Gerakan tangan melempar sampur ke arah samping kiri
dan kanan.
Ngeraja Singa : Posisi kaki kiri diangkat setinggi lutut, kaki kanan
menyentuh lantai, tangan kanan sejajar dengan mata dan
jari tangan kanan ngepel, tangan kiri berada di paha kiri.
Metayungan : Gerakan tangan yang diayun yang diimbangi dengan
langkah kaki pada waktu berjalan.
Nyeregseg : Gerakan kaki dengan cepat kesamping kiri kanan dengan
kaki sedikit menjinjit dan berat badan berada di kedua
kaki.
Makelid : Gerakan menghindar agar suatu serangan atau benda
tidak mengenai kita.
Majalan : Gerakan jalan yang sudah diberi tekanan dibarengi
dengan pengaturan energi yang mantap.
Ngelier : Bagian sebelah mata dikecilkan serta diteruskan kipekan
yang berlawanan dengan mata yang dikecilkan.
Bangras : Gerakan ini dapat tercermin dari gerak yang keras serta
4.5 Analisa Penyajian
4.5.1 Tempat Pertunjukan (Stage, Adegan, Pola Lantai dan Tata Lampu)
Garapan tari Ken Arok dipentaskan dan disajikan di panggung gedung
Natya Mandala ISI Denpasar pada hari Rabu tanggal 26 Mei 2010, yang
dimulai dari pukul 19.00 wita sampai selesai. Penataan panggung diawali
dengan bagian flash back dengan posisi 4 penari di belakang centre stage
yang disorot dengan lampu samping 50% dan 1 penari berada di pojok kanan
belakang stage, bersembunyi di sampah yang ditutupi oleh semak-semak.
Pada bagian ini menggunakan lampu khusus dan lampu blitz, di belakang
panggung menggunakan layar putih yang disertai dengan efek bayangan
tangan kanan dan kiri. Bayangan tangan kanan disorot dengan lampu
sehingga menimbulkan bayangan cakra dan tangan kiri bayangan sunggu.
Kemudian layar hitam bagian tengah turun, akibatnya semua penari tidak
terlihat, pada saat itu layar putih bagian belakang naik diganti dengan layar
hitam lalu layar hitam tengah naik kemudian semua penari muncul dari
samping kanan dan kiri stage. Bagian I, II, III menggunakan lampu general
penuh dengan menggunakan layar hitam di belakang. Bagian IV atau pesiat
pertama layar hitam tengah turun dan menggunakan lampu merah dan lampu
tepat berada di centre stage, disorot dengan lampu khusus dan di belakang
menggunakan background candi bentar agar kesannya seperti di kerajaan.
Berikut adalah panggung proscenium Gedung Natya Mandala ISI
Denpasar.
Gambar 1
Denah Stage Natya Mandala
Keterangan :
C = Centre Stage (pusat panggung) LS = Left Stage (kiri panggung) RS = Right Stage (kanan panggung) URS = Up Right Stage (pojok kanan panggung) UCS = Up Centre Stage (bagian belakang pusat) Sisi panggung bagian kanan Sisi panggung bagian kiri 13,7 m Pit Tempat Orchestra Pit Tempat Orchestra Auditorium (Penonton) 20,89 m DRS RS URS ULS DLS LS UCS C DCS
ULS = Up Left Stage (pojok kiri belakang) DRS = Down Right Stage (pojok kanan depan) DCS = Down Centre Stage (bagian depan pusat) DLS = Down Left Stage (pojok kiri depan)
Gambar 2 Arah Hadap Penari
Keterangan :
1 : Penari menghadap ke depan stage
2 : Penari menghadap ke diagonal kanan depan stage 3 : Penari menghadap ke kanan stage
4 : Penari menghadap ke diagonal kanan belakang stage 5 : Penari menghadap ke belakang stage
6 : Penari menghadap ke diagonal kiri belakang stage 7 : Penari menghadap ke kiri stage
8 : Penari menghadap ke diagonal kiri depan stage
1 2 3 4 5 6 7 8
Berikut ini adalah table pola lantai, tata lampu dan latar pada tari Ken
Arok, yaitu :
No Pola Lantai Tata Lampu dan
Suasana Keterangan
1 Lampu :
Khusus dan lampu
blitz Suasana : Menegangkan Layar : Putih di belakang panggung Flash back :
1 orang penari berada di pojok kanan belakang stage, penari bersembunyi di semak-semak, 2 orang penari berada di up left dan 2 orang penari berada di
up right. 2 Lampu : General Layar : hitam tengah turun Kemudian layar putih belakang diganti dengan layar hitam
Semua penari tidak nampak karena sudah ditutupi layar hitam tengah kemudian semua penari bersiap-siap berada di samping kiri kanan panggung untuk melakukan gerakan berikutnya. 3 Lampu : General Suasana : Gembira Layar hitam di belakang Bagian I :
Masing-masing 3 orang penari keluar dari sisi kanan stage dan dari sisi kiri stage menghadap ke belakang. 5 4 6 2 1 5 4 6 2 6 2 1 5 4 3 1
No Pola Lantai Tata Lampu dan
Suasana Keterangan
4 Idem Kemudian semua berputar di
tempat menghadap ke depan dan berputar kembli meng-hadap ke belakang.
5 Idem Semua penari melakukan
gerakan nyeregseg dan bersatu berbaris membentuk garis horizontal. Kemudian bergerak selang-seling dan bersatu lagi.
6 Idem Dari berbaris kemudian pecah
dengan 5 penari melakukan gerak nyeregseg dan 1 orang penari berjalan ke depan. Semua penari mencari posisi masing-masing dan melakukan gerak kompak.
7 Idem Melakukan gerak berputar
untuk mencari pola lantai,
piles, agem kanan, ngelier, seledet kanan 2 kali, nyegut 1
kali. 6 2 1 5 4 3 6 2 1 5 4 3 6 2 1 5 4 3 6 2 1 5 4 3 6 2 1 5 4 3
No Pola Lantai Tata Lampu dan
Suasana Keterangan
8 Idem Pindah agem dari agem kanan
mencari agem kiri, ngelier,
sledet kiri 2 kali, nyegut 1 kali.
9 Idem Mengambil sampur kanan,
dilempar ke belakang, gerak kompak, ulap-ulap, ngangget kanan kiri, posisi penari bentuk huruf “Y”.
10 Idem Melakukan gerak berjalan,
tanjek kanan dan tanjek kiri
dan melilitkan sampur kiri di tangan kiri dan berjalan
11 Lampu : General Suasana : Agung, berwibawa dan gagah Layar hitam di belakang stage Bagian II
Semua penari berjalan menuju ke arah pojok kiri depan stage, mengambil sampur dengan level yang berbeda
6 2 1 5 4 3 6 2 1 5 4 3 6 2 1 5 4 3 6 2 1 5 4 3
No Pola Lantai Tata Lampu dan
Suasana Keterangan
12 Idem Nyeregseg sambil berputar
yang disertai dengan gerak tangan yang berputar.
13 Idem Penari melakukan gerakan
berputar setengah, kemudian
agem kanan. 4 penari berdiri
dan 2 penari melakukan gerakan dengan level rendah
14 Idem Penari melakukan gerak
kompak dengan pola lantai berbentuk huruf “H”
15 Idem Semua penari bergerak dengan
level rendah, saling berhadap- hadapan, membelakangi dan ke depan, kemudian berdiri melakukan gerak bergantian 6 2 1 5 4 3 6 2 1 5 4 3 6 2 1 5 4 3 6 2 1 5 4 3
No Pola Lantai Tata Lampu dan Suasana Keterangan 16 Lampu : General Suasana : Agung, Berwibawa, dan Gagah Layar : hitam di belakang stage
Seblak sampur, berputar
dengan level berbeda
17 Semua penari melakukan
gerakan berputar mencari pola lantai selanjutnya.
18 Idem 3 penari hadap depan dan 3
penari lagi hadap belakang dengan gerak kompak
19 Idem Penari meakukan gerak
kompak, 3 penari berada dipojok kanan depan stage dan 3 penari berada di pojok kiri belakang stage saling
berhadapan 6 2 1 5 4 3 6 2 1 5 4 3 1 6 4 6 2 3 1 6 4 6 2 3
No Pola Lantai Tata Lampu dan
Suasana Keterangan
20 Idem Melakukan gerak selang-seling
dengan level berbeda dan arah penari yang berbeda,
ulap-ulap, kipek, ngangget
21 Idem Melakukan gerak bergantian
sambil memegang sampur kanan
22 Idem Semua penari berputar hadap
belakang, nyeregseg dan menjadi satu
23 Lampu : General
Suasana : Gembira, dan Gagah
Layar : layar hitam di belakang stage
Bagian III
Semua penari berbaris berbentuk garis horizontal, kemudian berputar melakukan gerak selang-seling untuk mencari posisi berikutnya. 1 6 4 6 2 3 5 1 4 6 2 3 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 5 4 3 6 1 2
No Pola Lantai Tata Lampu dan
Suasana Keterangan
24 Idem Memamerkan kehebatan dan
kekuatan Ken Arok
25 Idem Melakukan gerak serempak
kemudian bergantian, kipek, menendang
26 Idem Mekipekan, seledet melakukan
gerak alternit
27 Idem Melompat sambil menyeblak
kan kedua sampur, nyregseg, berjalan mencari pola lantai berikutnya. 5 4 3 6 1 2 5 4 6 3 2 1 5 4 3 6 1 2 5 4 3 6 1 2
No Pola Lantai Tata Lampu dan
Suasana Keterangan
28 Lampu : Remang
Suasana : Menegangkan
3 penari yang berada di pojok kiri depan stage bergerak kompak dengan level rendah. 3 penari yang berada di pojok kanan belakang stage bergerak kompak dengan level sedang, kemudian melakukan gerakan alternit
29 Lampu remang
merah dan blitz Suasana : Menegangkan
Bagian IV
Semua penari saling berhadap-hadapan dengan pola lantai lingkaran dengan gerak kompak
30 Lampu remang,
lampu merah, dan lampu blitz Suasana : Menegangkan Layar : Hitam tengah turun
Semua penari bergerak kompak dengan arah hadap yang berbeda kemudian melakukan gerak broken menuju pola lantai berikutnya. 5 4 3 6 1 2 1 5 6 4 2 3 1 5 6 4 2 3
No Pola Lantai Tata Lampu dan
Suasana Keterangan
31 Lampu : merah dan
blitz Suasana : Menegangkan Layar : Hitam di tengah panggung naik
Satu penari di tengah
melakukan gerak improvisasi dengan level sedang. Lima penari lainnya mengelilingi penari yang ditengah
melakukan gerakan kompak dengan level rendah.
32 Lampu : merah dan
blitz Suasana : Menegangkan Layar : Hitam di tengah panggung naik
Penari yang di centre stage diserang oleh kelima penari yang mengelilinginya yang pada akhirnya kelima penari tersebut kalah dan menuju ke pola lantai berikutnya.
33 Lampu : 5 penari di depan disorot dengan lampu samping 30% , satu penari di centre stage disorot dengan lampu khusus. Di belakang menggunakan background candi bentar
Kelima penari menghadap ke arah penari yang terletak di centre stage dengan level rendah. Satu penari naik ke atas trap kemudian duduk di atas kursi yang menandakan bahwa garapan ini sudah selesai. 5 4 6 1 2 3 6 1 2 4 5 3 5 4 6 1 2 3
Keterangan :
: Lintasan penari
: Layar putih di belakang panggung
: Layar hitam di belakang panggung
: Layar hitam di tengah panggung
: Trap hitam
4.5.2 Kostum
Di dalam garapan karya tari Ken Arok, kostum dan tata rias merupakan
bagian terpenting dalam menunjang terwujudnya suatu karya tari. Adapun
fungsi kostum adalah tidak lain sebagai penutup bagian tubuh penari. Kostum
atau busana mampu memberikan penggambaran karakter dari suatu tokoh
yang akan dimainkan dalam pertunjukan tari. Kostum yang digunakan dalam
garapan ini adalah pengembangan dari kostum tradisional Bali yang telah
dipadukan dengan sentuhan Jawa, karena penata menginginkan pada kostum
terdapat 2 (dua) unsur yaitu unsur Jawa dan unsur Bali, namun masih berpijak
pada kostum tradisional Bali.
Garapan tari Ken Arok merupakan garapan tari kelompok yang
ditarikan oleh 6 penari putri dengan kostum yang sama. Warna yang lebih
Ken Arok yang gagah berani. Selain itu, karena sebenarnya Ken Arok anak
dari Dewa Brahma, maka penata menggunakan warna merah karena sesuai
dengan karakter Dewa Brahma. Kemudian dikombinasikan dengan warna
kuning keemasan yang terdapat dari kostum yang terbuat dari bahan kulit
serta terdapat sentuhan batik agar unsur Bali dan Jawa menyatu dalam
kostum tersebut.
Adapun penjelasan kostum yang akan digunakan dalam garapan tari
Ken Arok ini, yaitu :
Bagian kepala terdiri dari :
1. Gelungan adalah hiasan kepala yang digunakan di kepala
2. Rumbai adalah hiasan yang nempel di gelungan bagian depan telinga
kiri dan kanan
3. Rumbing adalah hiasan yang berada di telinga
4. Rambut palsu
Bagian badan terdiri dari :
1. Baju lengan pendek berwarna merah
2. Celana pendek berwarna merah
3. Sesimping adalah hiasan badan yang berada di pundak penari
4. Badong adalah hiasan yang berada di leher
5. Kalung adalah hiasan yang dipasang di leher yang panjangnya sampai
6. Kancut terbuat dari kain yang berisi hiasan batik Jawa dan ditambah
prada
7. Rempel adalah hiasan yang dikenakan untuk menutup celana
8. Gelang kana adalah hiasan yang berada di lengan yang terbuat dari
kain dan dibuat terkesan terbuat dari kulit, dan pergelangan tangan
penari yang terbuat dari kulit
9. Gelang kaki adalah hiasan yang berada pada pergelangan kaki yang
terbuat dari kain berwarna merah
10. Sampur adalah hiasan yang dibuat menempel pada simping yang
terdapat di kiri kanan bahu penari, gunanya sebagai properti dan untuk
menambah estetis dalam bergerak dan kostum
11. Ampok-ampok adalah hiasan badan yang berada di pinggang penari
Gambar 3
Foto Penari Tampak Depan
Gelungan Rumbai Rumbing Simping Sampur Badong Kalung Ampok-ampok Rempel Gelang kaki Baju
Gambar 4
Foto Penari Tampak Belakang
Gelang kana Rambut palsu
Sabuk
Kain batik
4.5.3 Tata Rias
Selain kotum, tata rias juga bagian terpenting untuk terwujudnya suatu
garapan tari. Tata rias adalah seni yang menggunakan bahan kosmetika untuk
menciptakan wajah dengan peran tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan
lakon.8 Tata rias wajah dikatakan mempunyai peran penting di dalam
penampilan pada saat pementasan karena bertujuan mempertegas garis wajah
dan menguatkan karakter tokoh yang akan dipentaskan. Adapun alat rias dan
tata rias wajah yang digunakan pada garapan tari Ken Arok adalah
menggunakan tata rias putra keras, yaitu :
- Milk cleanser dipergunakan sebagai pembersih wajah
- Face tonic sebagai penyegar setelah menggunakan milk cleanser
- Bedak tabur viva warna merah
- Merah pipi warna merah
- Pensil alis warna hitam untuk mempertebal alis
- Eye shadow warna cream, merah dan biru untuk mempertegas bayangan
mata
- Eye liner warna hitam untuk mempertegas garis mata
- Lipstick warna merah sebagai pemerah bibir
- Lulur badan
8Herman J. Waluyo, 2001, Drama Tai dan Pengajarannya, Yogyakarta : Hanindita Graha
- Caling kidang, riasan muka yang berbentuk melengkung yang dirias di
pipi samping kanan dan kiri penari
- Cundang adalah riasan yang berada di kening penari yang terbuat dari
permata berwarna merah
- Gecek warna putih yang diletakkan diantara alis dan kedua pelipis.
Gambar 5
Foto Tata Rias Tari Ken Arok
Cundang Gecek
4.5.4 Properti
Adapun properti yang digunakan dalam garapan tari Ken Arok adalah
berupa kain sampur yang dikenakan di kedua bahu semua penari. Selain
sebagai properti, sampur tersebut juga merupakan bagian dari kostum yang
akan menambah nilai estetis di setiap gerakan yang dilakukan.
4.5.5 Musik Iringan Tari
Musik iringan merupakan salah satu elemen pendukung yang sangat
penting di dalam mewujudkan sebuah garapan tari. Dalam garapan ini musik
sebagai ilustrasi, akan tetapi digunakan juga sebagai pengiring gerak
sehingga mampu menghidupkan suasana dari ekspresi penjiwaan tari dan
karakter yang diinginkan.
Garapan tari Ken Arok ini diiringi dengan seperangkat gamelan
Semarandana, dengan maksud agar lebih mendukung atau memperkuat rasa kejawen, maka digunakanlah kendang Jawa (ciblon). Selain itu juga
menggunakan kendang lanang, karena dianggap mampu mendukung suasana
yang diinginkan yaitu suasana gagah, berani, tegang dan keras.
Adapun seperangkat gamelan yang dimaksud yaitu :
- Kendang lanang (gupekan dan cedugan)
- Kendang wadon
- Terompong 1 tungguh - Ugal 2 tungguh - Gangsa 4 tungguh - Kantilan 4 tungguh - Penyacah 2 tungguh - Jublag 2 tungguh - Riyong 1 tungguh
- Gong lanang wadon
- Kempur 1 buah
- Bebende 1 buah
- Kelentong 1 buah
- Kempli 1 buah
- Kajar 1 buah
- Ceng-ceng ricik 1 tungguh
- Ceng-ceng kopyak 6 cakup
- Suling 10 buah
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Garapan tari Ken Arok adalah sebuah garapan tari kreasi bebancihan
yang berbentuk kelompok dan bertemakan kepahlawanan. Garapan ini
ditarikan oleh 6 orang penari putri dan membawakan tokoh Ken Arok yang
memiliki karakter gagah, agung, cerdik, keras, berani, dan pintar.
Wujud garapan tari kreasi bebancihan ini adalah menggunakan
rangkaian dari gerak murni yaitu gerak yang tidak mengandung arti dan gerak
maknawi yaitu gerak yang memiliki arti. Gerakan yang digunakan telah
disesuaikan dengan kebutuhan garapan sehingga karya ini menjadi utuh dan
jelas dari awal hingga akhir garapan. Perpaduan gerak tari Bali dan gerak tari
Jawa (putra) sehingga memperoleh gerak yang bernuansa baru sebagai
identitas dari garapan, namun masih tetap berpijak pada gerak tari Bali.
Kostum yang digunakan dalam garapan ini adalah pengembangan dari
kostum tradisional Bali yang telah dipadukan dengan sentuhan Jawa, karena
penata menginginkan pada kostum terdapat 2 (dua) unsur yaitu unsur Jawa
dan unsur Bali, namun masih berpijak pada kostum tradisional Bali. Sampur
menambah nilai estetis dan sampur juga digunakan sebagai senjata pada saat
perang di bagian akhir.
Dalam garapan ini menggunakan seperangkat gamelan Semarandana
dengan penata karawitan I Wayan Sugandya, S.Sn dan didukung oleh siswa
jurusan karawitan SMKN 3 Sukawati. Durasi yang digunakan dalam garapan
ini berkisar kurang lebih 12 menit.
Cerita yang diangkat adalah perjuangan Ken Arok dari mencuri,
kemudian Ken Arok bersembunyi di sampah dan pada saat itu para dewa
mengadakan rapat, akhirnya Ken Arok yang terpilih sebagai penguasa tanah
Jawa. Dari situlah Ken Arok berubah menjadi baik kemudian berjuang
melawan siapa saja yang menghalanginya untuk menjadi seorang raja.
Proses penggarapan karya tari Ken Arok ini digarap kurang lebih
selama 3 bulan, melalui tiga tahap yaitu tahap penjajagan dimana penata
mulai merenung dan mencari ide. Tahap percobaan, penata mulai
mengadakan pencarian gerak serta mencari pendukung dan mulai
menuangkan gerak kepada pendukung. Tahap pembentukan, penata mulai
memadukan semua gerak yang sudah disesuaikan dengan konsep dan
tentunya disertai dengan pencarian teknik-teknik gerak, ekspresi, dan sudah
mulai memantapkan garapan tersebut sehingga menjadi suatu garapan tari
yang utuh.
5.2 Saran-saran
- Kepada para pendukung seharusnya memperhatikan keseriusan dan
kedisiplinannya pada saat latihan, karena apabila tidak serius akan
mempengaruhi kualitas garapan, karena kemampuan setiap penari tidak
sama.
- Diharapkan karya-karya seni yang memiliki kualitas terbaik pada saat
ujian akhir sarjana di ISI Denpasar dapat disosialisasikan kepada
masyarakat.
- Diharapkan bagi adik-adik kelas yang nantinya akan ujian tugas akhir
agar lebih mempersiapkan diri untuk kelancaran ujian karya seni dan
DAFTAR PUSTAKA
Dibia, I Wayan. Bergerak Menurut Kata Hati. Terjemahan dari Alma M. Hawkins, buku Moving From withing : a new method for dance making. Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2003.
________. Sinopsis Tari Bali. Denpasar : Sanggar Tari Bali Waturenggong. 1979.
Djelantik, A.A. Made. Estetis Sebuah Pengantar. Bandung : MSPI. 1999.
Hawkins, Alma M, Creating Through Dance, Mencipta Lewat Tari. Yogyakarta : ISI Yogyakarta, 1990.
Kusuma Arini A.A.A., Tari Kekebyaran, Ciptaan I Nyoman Kaler, Denpasar. 2004.
Padmapuspita, Ki. J. Pararaton. Yogyakarta : Taman Siswa Yogyakarta. 1966.
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka. Jakarta. 1976.
Sachari, Agus. Estetika Makna, Simbol dan Daya, Bandung : ITB. 2002.
Sal Murgiyanto. Koreografi. Jakarta : Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1992.
Soedarsono. Diktat Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yogyakarta : Akademi Seni Tari Indonesia. 1978.
________. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta : ISI Yogyakarta. 1986.
Suhardana, K.M. Ken Arok Ken Dedes Leluhur Raja-raja Majapahit. Surabaya : Paramita. 2007.
Waluyo, Herman J. Drama Tai dan Pengajarannya, Yogyakarta : Hanindita Graha Widya. 2001.
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : I Wayan Sugandya, S.Sn
Tempat/Tgl. Lahir : Pejeng, 24 Mei 1986
Umur : 24 Tahun
Pekerjaan : Guru Karawitan
Alamat : Br. Intaran, Pejeng Tampaksiring, Gianyar
2. Nama : I Made Sue
Tempat/Tgl. Lahir : Pejeng, 11 November 1965
Umur : 45 Tahun
Pekerjaan : Guru Karawitan SMKN 3 Sukawati, Gianyar Alamat : Br. Intaran, Pejeng Tampaksiring, Gianyar
3. Nama : I Gede Anom Ranuara
Tempat/Tgl. Lahir : Denpasar, 7 September 1968
Umur : 42 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa Pedalangan ISI Denpasar Alamat : Jl. Sulatri Gg. 14 No. 5 Denpasar
4. Nama : Tri Haryanto, SSKar., M.Si Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 25 April 1966
Umur : 44 Tahun
Pekerjaan : Dosen Jurusan Tari Kampus ISI Denpasar Alamat : Jl. Raya Nusa Indah No. 35 Denpasar