• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFIRMASI ENTOMOLOGI KASUS MALARIA PADA SEPULUH WILAYAH PUSKESMAS DI KABUPATEN BULUKUMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONFIRMASI ENTOMOLOGI KASUS MALARIA PADA SEPULUH WILAYAH PUSKESMAS DI KABUPATEN BULUKUMBA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KONFIRMASI ENTOMOLOGI KASUS MALARIA PADA SEPULUH WILAYAH PUSKESMAS DI KABUPATEN BULUKUMBA

ENTOMOLOGY CONFIRMATION OF MALARIA CASES IN TEN REGIONAL HEALTH CENTER IN THE BULUKUMBA DISTRICT

Andi Asniar1, Hasanuddin Ishak2, Isra Wahid3

1

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Palu,

2

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin,

3

Program Studi Kesehatan Lingkungan Universitas Hasanuddin, Makassar

Alamat korespondensi: Andi Asniar

KKP Kls III Palu

Jl. Trans Sulawesi, Kompleks Pelabuhan Palu HP. 085-241-027-707

(2)

Abstrak

Malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang masih sulit diberantas dan merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Konfirmasi Entomologi Kasus Malaria pada sepuluh Wilayah Puskesmas di kabupaten Bulukumba.Metode yang digunakan adalah observasional dengan desain survey entomologi. Penangkapan sampel nyamuk dewasa dilakukan pada malam hari dengan metode Human Landing Collection (HLC). Pengambilan sampel larva dilakukan dengan penangkapan larva pada setiap habitat perkembangbiakan yang didapatkan pada saat penelitian. Hasil penelitian, ditemukan 6 spesies nyamuk Anopheles yang potensial sebagai vektor malaria, yakni An.barbirostris, An.vagus, An.subpictus, An.indefinitus, An.hyrcanus, An.kochi. Kepadatan nyamuk yang tertinggi adalah An.barbirostris dan menggigit orang di dalam dan di luar rumah adalah masing - masing 3,31 ekor/orang/jam dan 3,20 ekor/orang/jam. Perilaku nyamuk menggigit orang di dalam rumah puncaknya terjadi pada pukul 21.00-22.00 wita dan di luar rumah puncaknya terjadi pada pukul 22.00-23.00 wita serta dominan bersifat eksofagik. Titik penangkapan nyamuk sebanyak 30 titik dan tipe habitat potensial perkembangbiakan 20 titik dan positif larva 18 titik, dan spesies diatas berpotensi menjadi vektor malaria di wilayah ini khususnya An.barbirostris dan An.subpictus yang merupakan spesies yang paling dominan dan telah di konfirmasi sebagai vektor di wilayah sulawesi.

Kata kunci: survey entomologi ,vektor malaria, perilaku vektor, tempat perkembangbiakan. Abstract

Malaria remains one of the infectious diseases that are still difficult to eradicate and is a health problem throughout the world, including Indonesia. This study aims to determine how the Entomology Confirmation of Malaria Cases in ten Regional Health Center in Bulukumba district. The method used is an observational survey design entomology. Catching adult mosquito samples carried out at night by Human Landing Catch method (HLC). Sampling was done by catching larvae larvae in each habitat breeding obtained during the study. The results, found 6 species of Anopheles mosquitoes as malaria vector potential, namely An.barbirostris, An.vagus, An.subpictus, An.indefinitus, An.hyrcanus, An.kochi. Highest mosquito density is An.barbirostris and biting people inside and outside the home is one - each 3.31 fish / person / hour and 3.20 fish / person / hour. Behavior of mosquitoes biting people in the house peak occurred at 21.00-22.00 pm and outdoors peak occurred at 22:00 to 23:00 pm and is eksofagik dominant. Point catching mosquitoes by 30 points and a potential breeding habitat types and 20 point 18 point positive larvae, and species on potential malaria vector in this area, especially An.barbirostris and An.subpictus which is the most dominant species and has been confirmed as a vector in Sulawesi region.

(3)

PENDAHULUAN

Malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang masih sulit diberantas dan merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia termasuk Indonesia, Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup di lebih dari 100 negara yang masih endemis dengan penyakit malaria. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka kematian bayi, balita, dan ibu hamil. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan lebih dari 1.000.000 orang meninggal dunia. Kasus terbanyak terdapat di Afrika, Asia Tenggara dan Selatan, Meksiko, Haiti, Amerika Tengah dan Selatan, Papua Nugini dan Kepulauan Salamon, dan beberapa bagian negara Eropa (Soedarto, 2011).

Indonesia pada tahun 2010, jumlah kasus malaria 229.819 kasus dan menempati urutan kedua di wilayah ASEAN setelah Myanmar. Mortality rate malaria di Indonesia tahun 2008 yakni 3,2 per 100.000 penduduk dan berada di urutan keempat setelah Timor Leste, Myanmar dan Kamboja. Persentase kematian balita akibat malaria di Indonesia cenderung meningkat dari 1% pada tahun 2000 menjadi 2% pada tahun 2010 dan menempati urutan ketiga setelah Timor Leste dan Kamboja (WHO, 2012).

Penyakit malaria hanya bisa ditularkan melalui vektornya yaitu nyamuk Anopheles. Jumlah spesies Anopheles di permukaan bumi telah ditemukan tidak kurang dari 422 spesies dan sekitar 60 spesies berperan sebagai vektor malaria yang alami. Di Indonesia menurut pengamatan terakhir terdapat sekitar 80 spesies Anopheles, sedangkan yang dinyatakan sebagai vektor malaria adalah sebanyak 22 spesies. 18 spesies dikonfirmasi sebagai vektor malaria dan 6 spesies berperan besar dalam penularan malaria di Indonesia. Nyamuk tersebut hidup di daerah tertentu dengan kondisi habitat lingkungan yang spesifik seperti daerah pantai, rawa-rawa, persawahan, hutan dan pegunungan (Arsin A., 2012).

Kepadatan populasi vektor merupakan salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi intensitas penularan dan tinggi rendahnya prevalensi penyakit ini. Intensitas penularan juga akan ditentukan oleh derajat kontak antara manusia dengan vektornya.(Hasyimi M., dkk 2010).

Propinsi Sulawesi Selatan saat ini memiliki status endemisitas rendah. Data Tahun 2007, API yang tercatat sebesar 0,008 ‰ sedangkan tahun 2008 meningkat menjadi 0,31 ‰ dengan kasus tertinggi di Kabupaten Bulukumba dan Selayar. Angka ini berubah menjadi 0,47 ‰ pada tahun 2009 dengan kasus tertinggi di Kabupaten Selayar dan Enrekang. API Propinsi Sulawesi Selatan menurun menjadi 0,35 ‰ pada tahun 2010 Kabupaten Bulukumba dan Luwu Utara merupakan daerah dengan kasus tertinggi, tahun 2011 sebesar 0,38 ‰ dan

(4)

kasus tertinggi ditemukan kembali di Kabupaten Bulukumba, Selayar, serta Luwu Utara (Kemenkes RI, 2012: Nur, 2012).

Data 5 tahun terakhir tentang penyakit malaria di Kabupaten Bulukumba yakni tahun 2008 jumlah penderita malaria (klinis/1000 penduduk) yakni 3937 orang, Positif 1920 orang, AMI 10,4 ‰ dan API 5,06 ‰. Pada tahun 2009 sampai tahun 2011 kejadian malaria di Kabupaten Bulukumba lebih tinggi bila dibandingkan Kabupaten lain, hal ini terlihat pada tahun 2009, di temukan 5540 penderita, Positif 1626 orang, AMI 14,34 ‰ dan API 4,29 ‰ , tahun 2010 di temukan penderita 8605 orang , positif 2077 orang, AMI 22,0 ‰ dan API 5,3 ‰, tahun 2011 di temukan penderita 8633 orang, namun yang positif mengalami penurunan menjadi 112 orang, AMI 22,0 ‰ dan API 0,29 ‰, sedangkan tahun 2012 sampai pada bulan Oktober mengalami penurunan yakni 4657 penderita, positif 37 orang, AMI 11,89 ‰ dan API 0,09 ‰ (Dinkes Bulukumba, 2012).

Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menekan angka kesakitan tersebut adalah pengendalian vektor di daerah endemis, pencegahan penyakit dengan memakai kelambu berinsektisida, sosialisasi obat malaria ACT, penemuan dan pengobatan penderita (active dan passive) serta pengamatan vektor penyakit.

Hasil survey awal yang dilakukan di kabupaten Bulukumba diperoleh data malaria yang menunjukkan terjadinya penurunan yang berarti di 3 tahun terakhir 2010 dengan API yakni 5,3 ‰ menjadi 0,29 ‰ di tahun 2011 dan 0,09 ‰ ditahun 2012, Hal ini menunjukkan bahwa program pencegahan penyakit dengan memakai kelambu berinsektisida, sosialisasi obat malaria ACT, penemuan dan pengobatan penderita (active dan passive) serta pengamatan vektor penyakit yang dilaksanakan di kabupaten Bulukumba yang bekerja sama dengan tim

Global Fund ( GF) telah berhasil.

Namun Data malaria tahun 2012 di beberapa puskesmas dari Januari - Desember masih menunjukkan adanya kasus malaria klinis yang cukup tinggi. (Dinkes Kab. Bulukumba, 2012)

Data malaria klinis pada tahun 2012 pada sepuluh wilayah puskesmas di kabupaten Bulukumba, ditemukan data klinis yang cukup tinggi namun tidak ditemukan adanya data yang menunjukkan positif malaria dari semua data klinis yang telah dilakukan pemeriksaan darah secara mikroskopis pada sepuluh wilayah puskesmas tersebut.

Tujuan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana konfirmasi Entomologi kasus Malaria Pada Sepuluh Wilayah Puskesmas di Kabupaten Bulukumba”.

(5)

BAHAN DAN METODE Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan melakukan Survey Entomologi (spot survey) diwilayah yang terpilih berdasarkan data sekunder Annual Malaria Incidance (AMI) dan Annual Paracite Incidance (API) yang didapatkan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba dan rekomendasi dari petugas pengelola program malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba. Dari desa yang dipilih, survey dilakukan berdasarkan data kasus yang diperoleh dari Puskesmas dan melihat topografi serta lingkungan fisik yang potensial sebagai tempat perkembangbiakan vektor malaria.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada sepuluh wilayah Puskesmas di Kabupaten Bulukumba yakni Puskesmas Caile, Ponre, Gattareng, Ujung Loe, Bonto Bahari, Tanete, Bonto Bangun, Bonto Tiro, Balibo dan Borong Rappoa. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013.

Populasi, Sampel dan kriteria sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Vektor Malaria yaitu semua nyamuk dewasa yang ada di lokasi penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah

Nyamuk dewasa betina yang menggigit orang di dalam dan di luar rumah, dan tertangkap oleh kolektor pada malam hari mulai pukul 18.00 s/d 06.00 dengan menggunakan metode

Human Landing Collection (HLC). Kriteria sampel adalah Sampel nyamuk dewasa betina

yang dipilih untuk di identifikasi adalah nyamuk yang sempurna / utuh bagian tubuhnya.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi. Adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain Penangkapan dan identifikasi nyamuk dewasa, alat-alat yang digunakan: Aspirator, senter charger, paper cup, kain kasa, karet gelang, gelas petridish, mikroskop stereo, pinset (ujung runcing). Bahan-bahan yang dibutuhkan: Cloroform 5%, kapas, alkohol 70%, kertas label, kertas tissue, formulir survei, buku catatan, dan alat tulis menulis.

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data hasil pengamatan dan survei entomologi dilakukan dengan pendekatan deskriptif yang dibuat dalam bentuk tabel dan grafik dengan narasi sebagai penjelasan.

(6)

Sedangkan data spasial dilakukan dengan mengumpulkan titik koordinat kepadatan vektor dan rumah tempat penangkapan nyamuk dewasa dilokasi penelitian dengan menggunakan GPS dan selanjutnya ditransfer ke Map Sources sehingga diperoleh informasi dan pemetaan keruangan/wilayah berdasarkan data yang dikumpulkan.

HASIL PENELITIAN

Spesies Nyamuk Anopheles Yang Tertangkap

Gambar 1, terlihat bahwa ditemukan 6 spesies nyamuk Anopheles, yaitu: An. barbirostris 218 ekor (62 %), An. indevinitus 18 ekor (5 %), An, vagus 31 ekor (9 %), An. subpictus 36 ekor (10 %), An. hyrcanus 25 ekor (7 %), An. kochi 24 ekor (7 %).

Tempat penangkapan nyamuk Anopheles yang terbanyak dengan umpan orang di luar

rumah (UOL) adalah wilayah Puskesmas Ujung Loe yaitu 31%, kemudian wilayah Puskesmas Tanete dan Puskesmas Gattareng masing-masing 30% dan 22%, Puskesmas Bonto bahari 7%, Puskesmas Bonto Bangun sebanyak 6%, Puskesmas Caile,Puskesmas Ponre, Puskesmas Bonto Tiro dan Puskesmas Balibo sebanyak 1% sedangkan tempat penangkapan nyamuk Anopheles yang terbanyak dengan umpan orang di dalam rumah (UOD) adalah wilayah Puskesmas Tanete 31%, wilayah Puskesmas Ujung Loe dan Puskesmas Gattareng masing-masing 19% dan 14%, Puskesmas Bonto Bahari 8%, Puskesmas Bonto Bangun dan Puskesmas Balibo sebanyak 7%, Puskesmas Borong Rappoa sebanyak 6%, Puskesmas Bonto Tiro 5%, Puskesmas Caile 4%, dan Puskesmas Ponre 1%.

Spesies nyamuk Anopheles spp. yang dominan tertangkap berdasarkan waktu penangkapan adalah An. barbirotris 218 ekor (62%) dan puncaknya terjadi pada pukul 22.00-23.00, kemudian yang dominan kedua adalah An. subpictus 36 ekor (10%) dan puncaknya terjadi pada awal malam pukul 18.00-20.00 wita, dan yang dominan ketiga adalah An. vagus 31 ekor (9%) dan puncaknya terjadi pada pukul 22.00-23.00 wita. Selanjutnya secara berturut-turut An. hyrcanus 25 ekor (7%), An. kochi 24 ekor (7%) dan An. indefinitus 18 ekor (5%).

Kepadatan (Densitas) Spesies Nyamuk Anopheles Yang Tertangkap

Tabel 1, menunjukkan bahwa di wilayah Puskesmas Tanete, tingkat kepadatan/densitas nyamuk Anopheles s yang tertinggi menggigit umpan orang di dalam rumah (UOD) dengan MHD 0,98 ekor/orang/jam dan kepadatan tertinggi nyamuk yang menggigit umpan orang di luar rumah (UOL) yaitu wilayah Puskesmas Ujung Loe dengan MHD 1,04 ekor/orang/jam.

(7)

Dari sepuluh wilayah Puskesmas dapat dilihat bahwa spesies Anopheles spp yang dominan dengan MHD tertinggi adalah An.barbirotris. Di wilayah Puskesmas Ujung Loe,

An.barbirotris merupakan spesies dengan MHD tertinggi baik di dalam ruangan (UOD)

maupun di luar ruangan (UOL) yakni 0,50 ekor/orang/jam dan 0,94 ekor/orang/jam, kemudian tertinggi kedua adalah An. subpictus, spesies ini terbanyak ditemukan di wilayah puskesmas Bonto Bahari dengan MHD tertinggi baik di dalam ruangan (UOD) maupun di luar ruangan (UOL) yakni 0,41 ekor/orang/jam dan 0,26 ekor/orang/jam, selanjutnya adalah

An. vagus, spesies ini terbanyak ditemukan di wilayah puskesmas Tanete dengan MHD

tertinggi baik di dalam ruangan (UOD) maupun di luar ruangan (UOL) yakni 0,24 ekor/orang/jam dan 0,22 ekor/orang/jam. Namun pada wilayah ini spesies yang dominan adalah An.barbirostris.

Dengan melihat kepadatan nyamuk dari sepuluh puskesmas yang ada di kabupaten bulukumba maka dapat di katakan bahwa spesies yang tertangkap dapat di konfirmasi sebagai vektor penularan malaria yang ada pada sepuluh wilayah puskesmas di kabupaten bulukumba dengan melihat kasus klinis yang ada cukup tinggi.

Perilaku Nyamuk Anopheles spp Menggigit / Menghisap Darah

Gambar 2, menunjukkan bahwa puncak aktifitas nyamuk menggigit orang di dalam

rumah (UOD) terjadi pada awal malam yaitu pukul 19.00 – 22.00 dan penurun secara drastis pada pukul 23.00 – 24.00. Aktifitas nyamuk menggigit manusia di dalam rumah kembali meningkat pada tengah malam (pukul 01.00 – 02.00) dan menjelang pagi hari aktifitas nyamuk kembali menurun secara drastis.

Hasil analisa terhadap perilaku nyamuk yang tertangkap menggigit orang di luar rumah (UOL), diperoleh data bahwa puncak aktifitas menggigit terjadi secara fluktuatif mulai dari awal malam hingga tengah malam. Puncak aktifitas nyamuk menggigit orang di luar rumah terjadi pada pukul 21.00 – 22.00.

Peta Distribusi Penangkapan Nyamuk dan Habitat/Tempat Perkembangbiakan Larva Anopheles spp.

Gambar 3, Peta distribusi lokasi survey entomologi yang dilakukan dengan penangkapan nyamuk dewasa vektor malaria pada sepuluh puskesmas di Kabupaten Bulukumba ditandai dengan simbol (segi tiga biru), sedangkan peta distribusi habitat /tempat perkembangbiakan larva, diberi simbol (lingkaran hijau) untuk tempat perkembangbiakan yang potensial (negatif larva) dan simbol (lingkaran merah) untuk habitat yang positif ditemukan larva nyamuk, dengan jumlah titik penangkapan sebanyak 30

(8)

rumah yang dilakukan di dalam dan di luar rumah, serta titik habitat/ tempat perkembangbiakan larva sebanyak 38 titik.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa dari keenam spesies Anopheles yang ditemukan pada sepuluh wilayah puskesmas di Kabupaten Bulukumba dapat di duga berpotensi menjadi vektor malaria di wilayah ini khususnya An.barbirostris dan An.subpictus yang merupakan spesies yang dominan tertangkap hampir pada semua wilayah puskesmas yang diteliti.

Sesuai teori bahwa dengan mengetahui behavior/kebiasaan yang mendukung yaitu: Ditemukan pada saat pencidukan larva di habitat perkembangbiakan, ditemukan menggigit pada saat penangkapan nyamuk malam dengan metode Human landing Collection (HLC), jumlahnya cukup banyak dibanding spesies yang lain, Host Preferences atau kesukaan menggigit pada manusia atau hewan, kontaknya dengan manusia cukup besar, anggota populasi pada umumnya berumur cukup panjang, sehingga memungkinkan perkembangan dan pertumbuhan plasmodium hingga menjadi sporosoit, ditempat lain terbukti sebagai vektor. ( Hiswani, 2004).

Hasil penelitian ini cenderung sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chadijah dkk (2010) di desa Pinamula yaitu distribusi jumlah nyamuk yang tertangkap berdasarkan tempat penangkapan, yang dominan adalah penangkapan di luar rumah (UOL) yaitu 46,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa nyamuk tersebut cenderung bersifat eksofilik.

Penelitian Anjas,M. (2010), di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba tempat perkembangbiakan larva Anopheles Spp ditemukan larva An. barbirostris pada sawah dan lagun. Sedangkan larva An. subpictus ditemukan pada tipe tempat perkembangbiakan kolam, rawa dan lagun. Penelitian Suwito dkk. (2010), di Ela-Ela dan Caile Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan larva A. barbirostris, A. subpictus dan A. vagus ditemukan pada habitat rawa-rawa, sedangkan larva A. barbirostris, A. vagus dan A. indefinitus ditemukan di sawah.

Dari hasil penelitian ini tentang keberadaan habitat potensial perkembangbiakan larva

Anopheles didukung beberapa penelitian ditempat yang sama dan di tempat lain serta spesies

nyamuk Anopheles yang tertangkap hampir ada sepanjang malam di beberapa puskesmas yang di teliti maka dapat dikatakan bahwa spesies Anopheles yang merupakan vektor penular penyakit malaria yang ditemukan di Kabupaten Bulukumba dapat dikonfirmasi berpotensi dalam peningkatan kasus malaria di wilayah ini.

Hasil analisa terhadap kepadatan / densitas nyamuk yang tertangkap menggigit orang di dalam dan di luar rumah, diperoleh data bahwa tingkat kepadatan tertinggi adalah An.

(9)

Barbirostris yang menggigit orang di dalam dan di luar rumah (UOD dan UOL) pada

sepuluh wilayah puskesmas di Kabupaten Bulukumba dengan tingkat kepadatan (MHD) masing-masing 1,76 ekor/orang/jam dan 2,26 ekor/orang/jam.

Penelitian Rusdiyah (2010), kepadatan nyamuk Anopheles sebagai vektor penular malaria di Desa Wainyapu Kabupaten Sumba Barat Daya tahun 2010 menunjukkan bahwa penangkapan nyamuk dengan metode umpan orang menunjukkan aktivitas menggigit nyamuk di mulai pada pukul 18.00 – 19.00, kecenderungan menggigit tertinggi pada pukul 22.00 – 23.00 sebanyak 20 ekor/orang/jam dan kecenderungan menggigigt terendah adalah pukul 18.00 – 19.00 sebanyak 3 ekor/orang/jam.

Berdasarkan data diatas maka nyamuk Anopheles, khususnya An. barbirotris merupakan nyamuk yang sangat potensial sebagai vektor malaria karena nyamuk tersebut merupakan jenis nyamuk yang tingkat kepadatannya tertinggi di dalam dan di luar rumah.

Penelitian lain yang cenderung sama oleh Jastal, et.al (2007) di Desa Malino, Kecamatan Marawola Kabupaten Donggala yang menemukan 12 spesies Anopheles dengan melakukan penangkapan di dalam dan di luar rumah, di dinding serta di kandang. Namun penangkapan dalam dan di luar rumah di temukan 11 spesies dengan total MHD di dalam rumah adalah 0,62 ekor/orang/jam dan di luar rumah adalah 1,99 ekor/orang/jam.

Hasil analisa terhadap perilaku nyamuk yang tertangkap menggigit orang, diperoleh data bahwa puncak aktifitas nyamuk menggigit orang di dalam rumah (UOD) terjadi pada awal malam yaitu pukul 19.00 – 22.00 dan penurun secara drastis pada pukul 23.00 – 24.00. Aktifitas nyamuk menggigit manusia di dalam rumah kembali meningkat pada tengah malam (pukul 01.00 – 02.00) dan menjelang pagi hari aktifitas nyamuk kembali menurun secara drastis.

Hasil analisa terhadap perilaku nyamuk yang tertangkap menggigit orang di luar rumah (UOL), diperoleh data bahwa puncak aktifitas menggigit terjadi secara fluktuatif mulai dari awal malam hingga tengah malam. Puncak aktifitas nyamuk menggigit orang di luar rumah terjadi pada pukul 21.00 – 22.00.

Penelitian Rusdiyah (2010) bahwa Sebagian besar nyamuk di Desa Wainyapu Kabupaten Sumba Barat Daya mempunyai dua puncak aktivitas pada malam hari, puncak aktivitas pertama terjadi sebelum tengah malam dan puncak kedua menjelang pagi hari, bebeda dengan penelitian ini dimana nyamuk Anopheles spp yang dominan tertangkap pada sepuluh wilayah puskesmas di Kabupaten Bulukumba mempunyai tiga puncak aktivitas pada malam hari, puncak aktivitas pertama terjadi pada awal malam, sebelum tengah malam dan

(10)

puncak ketiga menjelang dini hari. Keadaan ini dapat berubah oleh pengaruh suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin dapat menambah atau mengurangi aktivitas di dalam menggigit.

Pada Peneltian Jastal et.al (2007) di Desa Malino Kabupaten Donggala juga menemukan An. Barbirostris menggigit umpan orang di dalam dan luar rumah namun lebih banyak menggigit di luar rumah (eksofagik) dan terjadi pada tengah malam antara pukul 24.00-01.00 wita.

Uraian diatas memberikan pemikiran bahwa upaya pengendalian harus dilakukan di wilayah Kabupaten Bulukumba dimulai dengan memperkaya pengetahuan masyarakat tentang malaria dengan fokus kepada bioekologi nyamuk Anopheles sehingga dapat ditingkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup di lingkungan sehat yaitu lingkungan yang tidak terprovokasi dengan nyamuk. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat maka kepadatan populasi nyamuk dapat ditekan, sehingga kontak terhadap nyamuk berkurang. Pemasangan kawat kasa pada ventilasi rumah merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi masuknya nyamuk kedalam rumah. Sementara itu, kebiasaan keluar rumah pada malam hari dapat dikurangi atau jika tidak dapat dihindari, mereka harus menggunakan pakaian yang sedapat mungkin menutupi tangan dan kaki atau dengan menggunakan anti nyamuk (repellen).

Berdasarkan hasil penelitian, penetapan titik koordinat lokasi penangkapan nyamuk

Anopheles spp dan habitat/tempat perkembang-biakan larva Anopheles spp dilakukan dengan

menggunakan GPS.

Dengan melihat data diatas bahwa sepuluh wilayah puskesmas yang menjadi lokasi penelitian, seluruhnya memiliki habitat/tempat perkembangbiakan larva Anopheles spp. Hal tersebut dapat mendukung tingginya kepadatan nyamuk Anopheles spp yang dapat menjadi vektor penularan malaria.

Tempat berkembangbiakan nyamuk adalah pada genangan-genangan air. Pemilihan tempat peletakan telur dilakukan oleh nyamuk betina dewasa. Pemilihan tempat yang disenangi sebagai tempat berkembangbiakan dilakukan secara turun temurun oleh seleksi alam. Satu tempat perindukkan yang disukai oleh jenis nyamuk yang lain belum tentu disukai oleh jenis nyamuk yang lain (Depkes RI, 2001).

Pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan aman. Tetapi, apabila diteliti lebih lanjut tiap spesies ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Perilaku nyamuk berdasarkan dataran rendah hanya hinggap di tempat - tempat rendah seperti

(11)

tanah dan ada pula spesies yang hinggap di persawahan, pinggiran sungai, rawa-rawa, kolam, tambak, parit dan lain sebagainya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada penelitian ini ditemukan 6 spesies nyamuk Anopheles yang potensial sebagai vektor malaria, yakni An.barbirostris, An.vagus, An.subpictus, An.indefinitus, An.hyrcanus, An.kochi. Kepadatan nyamuk yang tertinggi adalah An.barbirostris dan menggigit orang di dalam dan di luar rumah adalah masing - masing 3,31 ekor/orang/jam dan 3,20 ekor/orang/jam. Perilaku nyamuk menggigit orang di dalam rumah puncaknya terjadi pada pukul 21.00-22.00 wita dan di luar rumah puncaknya terjadi pada pukul 22.00-23.00 wita serta dominan bersifat eksofagik. Titik penangkapan nyamuk sebanyak 30 titik dan tipe habitat potensial perkembangbiakan 20 titik dan positif larva 18 titik, dan spesies diatas berpotensi menjadi vektor malaria di wilayah ini khususnya An.barbirostris dan An.subpictus yang merupakan spesies yang paling dominan dan telah di konfirmasi sebagai vektor di wilayah sulawesi.

Disarankan untuk proteksi dalam rumah sebaiknya menggunakan kelambu pada saat tidur pada malam hari, jika ada sebaiknya menggunakan kelambu berinsektisida.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih dan penghargaan kepada Tim Pembimbing Penelitian, Fakultas Kesehatan Masyarakat program Pasca Sarjana UNHAS, Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba, serta para kolektor nyamuk yang telah membantu kami dilapangan.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Arsin. A. (2012). Malaria di Indonesia : Tinjauan Aspek Epidemiologi. Masagena Press, Makassar

Anjas M. (2011) Karakteristik Ekologi Dan Kepadatan Larva Anopheles Spp Dan Pengaruhnya Terhadap Kejadian Malaria Di Wilayah Puskesmas Caile Kabupaten Bulukumba. Pascasarjana. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Chadijah S. dkk, 2010. Konfirmasi Nyamuk Anopheles sebagai Vektor Malaria dengan uji ELISA di Desa Pinamula Kecamatan Momunu Kabupaten Buol.

Depkes R.I. (2001). Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, Ditjen PPM & PL, Jakarta. Dinas Kesehatan Kabupaten. (2012), Profil Kesehatan Kabupaten Bulukumba

Hiswani.(2004). Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia. FKM Universitas Sumatera Utara,Medan

Hasyimi M. dan Maria H. (2010), Hubungan Faktor Lingkungan Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Malaria Di Wilayah Timur Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2010). Jastal, dkk. (2007). Bionomik Nyamuk Anopheles spp Pada Daerah Perkebunan Cakelat Di

Desa Malino Kecamatan Marawola Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Jurnal

Vektor Penyakit , (Online),Volume.1, No.1, Desember 2007

(http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%01/Jastal22.pdf, diakses 15 April 2013).

Kemenkes RI. (2012). Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Nur, Mohamad. (2012). Malaria, (Online), (http://dinkes-sulsel.go.id, diakses 10 Desember 2012).

Rusdiyah, (2010), Bionomik Anopheles Sundaicus dan Potensinya Sebagai Vektor Malaria Di Desa Wainyapu Kabupaten Sumba Barat Daya. Pascasarjana. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Soedarto. (2011). Malaria : Referensi mutakhir Epidemiologi Global – Plasmodium –

Anopheles Penatalaksanaan Penderita. Sagung Seto, Jakarta.

Suwito, dkk. 2010. Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk Anopheles dan Kejadian Penyakit

Malaria. (Online). (http://pei-pusat.org, diakses tanggal 11 Januari 2013). WHO. (2012). World Health Statistic 2012. World Health Organization, France

(13)

Gambar 1. Distribusi nyamuk Anopheles yang tertangkap pada sepuluh WilayahPuskesmas di Kabupaten Bulukumba, Maret 2013

Gambar 2. Grafik distribusi perilaku nyamuk menggigit / menghisap darah di dalam dan di luar rumah (UOD & UOL) pada sepuluh Wilayah Puskesmas di Kabupaten Bulukumba, Maret 2013. . 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Ju m la h N ya m u k te rt an gk ap Jam Penangkapan An. Barbirotris An. Indefinitus An. Vagus An. Subpictus An. Hyrcanus An. Kochi 18-19 19-20 20-21 21-22 22-23 23-24 24-01 01-02 02-03 03-04 04-05 05-06 UOD 6 25 28 31 28 7 8 19 7 5 5 2 UOL 16 18 24 18 45 15 6 17 7 6 5 4 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Ju m la h N ya m u k te rt an gk ap

(14)

Tabel 1. Distribusi Kepadatan Spesies Nyamuk Anopheles spp. Yang Tertangkap Pada Sepuluh Wilayah Puskesmas di Kabupaten Bulukumba, Maret 2013

No. Lokasi Survei Spesies UOD UOL

Anopheles spp Jmh MHD Jmh MHD PKM Caile 1 An.Vagus 1 0,02 0 0 2 An.Barbirotris 1 0,02 2 0,04 3 An.Subpictus 1 0,02 0 0 4 An.Indefinitus 1 0,02 0 0 5 An.Hyrcanus 1 0,02 0 0 PKM Gantarang 1 An.Vagus 0 0 1 0,02 2 An.Barbirotris 24 0,44 39 0,72 PKM Ponre 1 An.Barbirotris 1 0,02 1 0,02 PKM Ujung Loe 1 An.Barbirotris 27 0,50 51 0,94 2 An.Indefinitus 0 0 3 0,06 3 An.Subpictus 6 0,11 2 0,04 PKM Bonto Bahari 1 An.Indefinitus 1 0,02 2 0,04 2 An.Subpictus 13 0,24 11 0,2 Tanete 1 An.Vagus 13 0,24 12 0,22 2 An.Barbirotris 20 0,37 21 0,39 3 An.Subpictus 0 0 1 0,02 4 An.Indefinitus 1 0,02 2 0,04 5 An.Hyrcanus 11 0,2 8 0,15 6 An.Kochi 8 0,15 10 0,19 Bonto Bangun 1 An.Hyrcanus 1 0,02 2 0,04 2 An.Vagus 3 0,06 1 0,02 3 An.Barbirotris 9 0,17 7 0,13 Bonto Tiro 1 An.Indefinitus 5 0,09 2 0,04 2 An.Subpictus 2 0,04 0 0 Balibo 1 An.Barbirotris 11 0,2 1 0,02 2 An.Hyrcanus 2 0,04 0 0 Brg. Rappoa 1 An.Barbirotris 3 0,06 0 0 2 An.Indefinitus 1 0,02 0 0 3 An.Kochi 6 0,11 0 0 TOTAL 173 3,2 179 3,31

Sumber: Data primer, Maret 2013

(15)

Gambar 3. Peta distribusi titik penangkapan nyamuk Anopheles spp dan titik breeding site potensial larva pada sepuluh wilayah Puskesmas di Kabupaten Bulukumba, 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Chapter 27: Hydrologic Design for Water Use (Handbook of Water Resources Management) Chapter 23: Water Demand Analysis (Handbook of Hydrology) 17,3 18,1 19,5 22,2 16,2 14 33

Pelatihan pada Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Padang sudah baik, tetapi perlu di tingkatkan lagi dari segi peningkatan keterampilan dan kemampuan agar

Metode yang umum digunakan oleh orang dalam melakukan penetrasi terhadap sistem berbasis komputer ada 6 macam :..

Kung mahihirapang markahan ang lahat ng salita, gamitin ang tuldik upang maipatiyak ang wastong bigkas lalo na sa mga salitang magkakatulad ng baybay ngunit

Pembinaan terhadap pelaku usaha dan pengawasan terhadap barang dan/atau jasa yang beredar di di masyarakat tidak hanya ditujukan untuk melindungi kepentingan konsumen,

Atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto yang terbesar pada triwulan I-2013 adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 4,56 triliun

Melihat fenomena yang terjadi pada masyarakat Islam sekarang yang sebagaian masih melakukan ritual tersebut, tidak sejalan dengan syariat agama Islam, terutama yang