• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP

PELAKSANAAN KEMITRAAN

7.1 Analisis Kepuasan Petani Mitra

Evaluasi kemitraan dapat juga dilihat dari tingkat kepuasan petani mitra yang menjalankannya. Kepuasan petani terhadap kemitraan menunjukkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan inti terhadap kemitraan. Atribut yang digunakan dalam mengevaluasi kemitraan ditentukan berdasarkan lima dimensi kualitas pelayanan (service quality) menurut Rangkuti (2003), yaitu keandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance), empati (emphaty) dan berwujud (tangible). Hasil penilaian ini akan menunjukkan atribut-atribut apa saja yang perlu diperbaiki kinerjanya oleh perusahaan inti agar meningkatkan kualitas pelayanan.

7.1.1 Tingkat Kesesuaian Atribut

Tingkat kesesuaian petani mitra merupakan persentase perbandingan antara total skor kinerja atau kepuasan dengan total skor kepentingan atau harapan. Skor kinerja atau kepuasan menunjukkan pelaksanaan serta pelayanan yang telah diberikan PT. SHS selama kemitraan berlangsung berdasarkan masing-masing atribut yang telah ditetapkan. Sedangkan skor kepentingan atau harapan menunjukkan sejauh mana harapan dan keinginan petani terhadap jalannya kemitraan sesuai dengan atribut yang telah ditetapkan. Petani responden dianggap puas terhadap kinerja suatu atribut bila tingkat kesesuaiannya lebih dari atau sama dengan seratus persen. Sebaliknya bila tingkat kesesuain atribut kurang dari seratus persen maka petani responden belum puas terhadap kinerja atribut tersebut. Tingkat kesesuaian atribut pelayanan kemitraan antara PT. SHS dan petani mitra disajikan pada Tabel 23.

(2)

Tabel 23. Tingkat Kesesuaian Atribut Pada Responden Petani Mitra No Atribut KepentinganSkor Kinerja Skor

Tingkat Kesesuaian

(%)

1 Prosedur Penerimaan Mitra 3,33 3,43 103 2 Kualitas Benih Pokok 3,47 2,77 79,81 3 Harga benih pokok 3,13 2,00 63,83 4 Harga sarana produksi 3,33 1,63 48,99 5 Ketersediaan dan kemudahan dalam

memperoleh sarana produksi 3,33 1,83 55 6 Frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma 2,47 1,50 60,81 7 Pelayanan dan materi yang diberikan

dalam pembinaan plasma 2,90 2,63 90,81 8 Respon inti terhadap keluhan petani 3,40 2,40 70,59 9 Bantuan inti dalam menangulangi hama

dan penyakit tanaman 3,13 2,70 86,17 10 Pengetahuan dan kemampuan komunikasi

pendamping 3,40 3,30 97,06

11 Pendamping mudah ditemui dan

dihubungi 3,23 3,53 109,28

12 Bantuan biaya panen 3,50 2,73 78,10 13 Ketepatan waktu pemberian biaya panen 3,50 3,13 89,52 14 Penyediaan sarana transportasi untuk

panen 3,57 2,23 62,62

15 Harga beli gabah benih sebar oleh inti 3,60 2,23 62,04 16 Ketepatan waktu pembayaran hasil panen

oleh inti 3,63 1,50 41,28

Dari Tabel 23 diketahui bahwa dari enam belas atribut hanya dua atribut yang memiliki tingkat kesesuain atribut lebih dari seratus persen, yaitu prosedur penerimaan petani mitra serta pendamping yang mudah ditemui dan dihubungi. Hal ini menunjukkan bahwa petani mitra sudah puas dengan kinerja dari kedua atribut tersebut. Sedangkan atribut ketepatan waktu pembayaran hasil panen oleh inti memiliki tingkat kesesuain atribut yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa petani masih belum puas dengan waktu pembayaran hasil panen yang sering terlambat.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanannya, perusahaan harus mampu memahami apa yang diinginkan oleh petani mitra berkaitan dengan upaya memuaskan kebutuhannya. Karena itu perlu dilihat seberapa penting atribut-atribut pelayanan yang telah diberikan kepada petani, serta seberapa puas petani akan pelaksanaan atribut-atribut pelayanan tersebut.

(3)

7.1.2 Importance Performance Analysis (IPA) Tabel 24. Koordinat Atribut Kepuasan

No Atribut Kepentingan

(X)

Kepuasan

(Y) Kuadran

Input 1 Prosedur Penerimaan Mitra

(responsiveness) 3,33 3,43 II

2 Kualitas Benih Pokok (tangible) 3,47 2,77 II 3 Harga benih pokok (tangible) 3,13 2,00 III 4 Harga sarana produksi (tangible) 3,33 1,63 I 5 Ketersediaan dan kemudahan dalam

memperoleh sarana produksi (tangible) 3,33 1,83 I Produksi

6 Frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma

(reliability) 2,47 1,50 III

7 Pelayanan dan materi yang diberikan dalam

pembinaan plasma (reliability) 2,90 2,63 IV 8 Respon inti terhadap keluhan petani

(responsiveness) 3,40 2,40 I

9 Bantuan inti dalam menangulangi hama

dan penyakit tanaman (responsiveness) 3,13 2,70 IV 10 Pengetahuan dan kemampuan komunikasi

pendamping (assurance) 3,40 3,30 II 11 Pendamping mudah ditemui dan dihubungi

(emphaty) 3,23 3,53 IV

Output

12 Bantuan biaya panen (reliability) 3,50 2,73 II 13 Ketepatan waktu pemberian biaya panen

(responsiveness) 3,50 3,13 II

14 Penyediaan sarana transportasi untuk panen

(tangible) 3,57 2,23 I

15 Harga beli hasil panen (reliability) 3,60 2,23 I 16 Ketepatan waktu pembayaran hasil panen

oleh inti (responsiveness) 3,63 1,50 I

(4)

Metode IPA digunakan untuk menggolongkan atribut-atribut pelayanan kemitraan ke dalam skala prioritas, sehingga dapat diukur sejauh mana kinerja atribut pelayanan yang dilaksanakan oleh PT.SHS, serta sejauh mana pelaksanaan atribut tersebut yang mempengaruhi harapan petani, sehingga petani merasa puas. Berdasarkan Tabel 24 diketahui bahwa hasil nilai rata-rata untuk tingkat kepentingan adalah 3,31. Atribut-atribut dengan nilai kepentingan berada di atas rata-rata berjumlah 11 atribut. Sedangkan untuk tingkat kepuasan didapat nilai rata-ratanya adalah 2,47. Atribut dengan nilai kepuasan berada di atas rata-rata berjumlah 8 atribut. Untuk dapat melihat posisi atribut di dalam skala prioritas, maka digunakan matriks kepentingan-kepuasan. Posisi koordinat (X,Y) suatu atribut dalam matriks ditentukan dari skor kepentingan dan skor kepuasan, di mana skor kepuasan menjadi koordinat X dan skor kepentingan menjadi koordinat Y.

Matriks kepentingan-kepuasan menggolongkan atribut ke dalam empat kuadran, yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III dan kuadran IV. Atribut yang berada pada kuadran I merupakan atribut dengan prioritas utama, dimana petani merasa bahwa atribut tersebut penting pengaruhnya bagi kepuasan petani, namun PT. SHS belum melaksanakannya sesuai dengan harapan petani sehingga petani merasa tidak puas. Atribut yang berada pada kuadran II merupakan atribut yang harus dipertahankan prestasinya, karena merupakan atribut yang dianggap penting oleh petani mitra dan telah dilaksanakan oleh PT. SHS sesuai dengan yang diharapkan sehingga sangat memuaskan. Atribut yang berada pada kuadran III merupakan atribut prioritas rendah, karena kurang dianggap penting oleh petani mitra dan pelaksanaannya oleh PT. SHS biasa-biasa saja. Sedangkan atribut yang berada pada kuadran IV merupakan atribut yang dianggap berlebihan pelaksanaannya oleh petani, karena dirasa kurang penting namun PT. SHS melaksanakannya secara berlebihan. Diagram yang menggambarkan tingkat kepentingan-kepuasan responden petani mitra dapat dilihat pada Gambar 13.

(5)

 

Gambar 13. Diagram Kartesius Hasil Perhitungan IPA

Keterangan:

1 = Prosedur penerimaan mitra 2 = Kualitas benih pokok 3 = Harga benih pokok 4 = Harga sarana produksi

5 = Ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi 6 = Frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma

7 = Pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan plasma 8 = Respon inti terhadap keluhan petani

9 = Bantuan inti dalam menanggulangi hama dan penyakit tanaman 10 = Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping

11 = Pendamping mudah ditemui dan dihubungi 12 = Bantuan biaya panen

13 = Ketepatan waktu pemberian biaya panen 14 = Penyediaan sarana transportasi untuk panen 15 = Harga beli hasil panen

16 = Ketepatan waktu pembayaran hasil panen

Berdasarkan Gambar 13 dapat dilihat bahwa masih terdapat enam atribut yang harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan kepuasan petani terhadap jalannya kemitraan. Keenam atribut tersebut adalah harga sarana produksi, ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi, respon inti terhadap keluhan, penyediaan sarana transportasi untuk panen, harga

Kepuasan K e pe n ti n ga n 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 3,75 3,50 3,25 3,00 2,75 2,50 2,473 3,308 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

Scatterplot of Kepentingan vs Kepuasan

Kuadran I Kuadran II

(6)

beli hasil panen dan ketepatan waktu pembayaran hasil panen. Atribut yang harus dipertahankan kinerjanya adalah prosedur penerimaan petani mitra, kualitas benih pokok, pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping, bantuan biaya panen dan ketepatan pemberian bantuan biaya panen. Atribut dengan prioritas rendah diantaranya adalah harga benih pokok dan frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma. Sebaliknya terdapat tiga atribut yang termasuk ke dalam kategori berlebihan, yaitu pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan plasma, bantuan inti dalam menanggulangi hama dan penyakit tanaman serta pendamping mudah ditemui dan dihubungi. Berikut adalah penjelasan mengenai keenam belas atribut berdasarkan analasisi IPA:

1. Prosedur Penerimaan Mitra

Menurut responden petani mitra, prosedur penerimaan mitra sudah memuaskan dan tepat. Prosedur penerimaan mitra pada PT. SHS tergolong tidak rumit dan pelayanannya sangat ramah. Selain itu persyaratan yang harus dipenuhi cukup mudah. Walaupun tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usahatani, namun prosedur penerimaan mitra berhubungan dengan kenyamanan petani terhadap PT. SHS dan jalannya kemitraan. Atribut ini berada pada kuadran II, dimana perusahaan inti harus mempertahankan kinerja atribut tersebut karena pelaksanaannya yang dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.

2. Kualitas Benih Pokok

Kualitas benih pokok yang diberikan oleh PT. SHS sangat memuaskan petani mitra. Walaupun dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya, namun kualitas benih pokok jelas merupakan faktor utama keberhasilan suatu usahatani. Petani mitra menyatakan hasil panennya dapat mencapai enam ton per hektar bahkan lebih setiap musimnya. Kualitas benih milik PT. SHS memang sudah tidak diragukan lagi, karena perusahaan juga dituntut untuk menghasilkan benih sebar dengan kualitas tinggi pula. Atribut ini berada pada kuadran II, dimana perusahaan inti harus tetap mempertahankan kualitas benih pokoknya, karena dianggap sangat penting dan dianggap sudah sangat memuaskan.

(7)

3. Harga Benih Pokok

Harga benih pokok termasuk ke dalam atribut prioritas rendah pada kuadran III, karena dianggap kurang penting pengaruhnya bagi petani dan pelaksanaanya oleh perusahaan yang biasa-biasa saja. Petani menganggap bahwa harga beli benih pokok yang ditawarkan PT. SHS sudah tepat dan bukan merupakan masalah, karena harga benih pokok sesuai dengan kualitas benih itu sendiri. Bila dibandingkan dengan harga pasaran, harga benih pokok PT. SHS memang sedikit lebih mahal, sehingga menjadi kurang memuaskan. Hal ini dapat diatasi dengan menurunkan harga benih pokok.

4. Harga sarana produksi

Atribut ini berada pada kuadran I yang merupakan prioritas utama dalam peningkatan kepuasan petani mitra. Atribut ini dinilai penting oleh petani, karena petani berharap mendapatkan harga sarana produksi yang jauh lebih murah dibandingkan bila membeli di kios. Namun pada kenyataannya, PT. SHS menyediakan sarana produksi dengan harga yang jauh lebih mahal. Menurut PT. SHS hal ini dikarenakan sarana produksi yang dijual oleh PT. SHS tidak bersubsidi seperti yang dijual di kios-kios. Karena itu PT. SHS tidak pernah memaksa petani untuk membeli sarana produksi di perusahaan. Namun petani menyatakan bahwa akan lebih baik bila perusahaan menyediakan sarana produksi dengan harga yang jauh lebih murah dan berkualitas.

5. Ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi

Ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi merupakan atribut yang menjadi prioritas utama dan terdapat pada kuadran I. Karena sebagian besar responden mengharapkan ketersediaan serta kemudahan dalam memperoleh sarana produksi dari PT. SHS. Sedangkan pada kenyataannya, tidak jarang PT. SHS tidak memiliki stok sarana produksi atau tidak menyediakan jenis pupuk atau pestisida yang diinginkan petani, sehingga tidak memuaskan.

(8)

6. Frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma

Menurut responden petani mitra, atribut ini kurang penting pengaruhnya bagi petani, karena pelaksanaan pembinaan dirasa kurang perlu bagi petani. Para petani menganggap bahwa mereka sudah terbiasa dan mampu melakukan usahatani penangkaran benih padi secara benar, karena sudah berpengalaman. PT. SHS pun termasuk jarang melakukan pembinaan plasma. Sehingga atribut ini termasuk ke dalam atribut prioritas rendah pada kuadran III, karena kurang penting dan kurang memuaskan. 7. Pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan plasma

Atribut ini berada pada kuadran IV dimana pelaksanaanya dianggap berlebihan. Responden petani merasa pemberian materi pembinaan kurang penting, karena menganggap dirinya sudah berpengalaman dalam usahatani penangkaran benih padi. Walaupun begitu PT. SHS, dalam pelaksanaannya memberikan pembinaan serta penyuluhan terutama dalam pengenalan teknologi-teknologi baru seperti penggunaan threser, serta memperkenalkan padi hibrida kepada petani. Penyuluhan-penyuluhan mengenai budidaya serta penggunaan pupuk dan pestisida juga sering diadakan dengan mendatangkan produsen sarana produksi tertentu, sehingga atribut ini dirasa sangat memuaskan, walaupun dianggap kurang penting pada awalnya.

8. Respon inti terhadap keluhan petani

Dalam merespon keluhan petani, kinerja PT.SHS dianggap belum memuaskan oleh petani mitra padahal atribut ini sangat penting pengaruhnya bagi petani. Sehinggu atribut ini berada pada kuadran I yaitu kuadran prioritas utama. Walaupun PT. SHS melalui pendamping lapang selalu siap memberikan arahan serta respon terhadap keluhan petani, namun petani mengharapkan adanya solusi nyata dari permasalahan tersebut, terutama mengenai masalah ketepatan pembayaran hasil panen. Untuk keluhan lain seperti harga dan ketersediaan sarana produksi, serta harga beli hasil panen, PT. SHS memberikan respon yang dianggap kurang memuaskan bagi petani.

(9)

9. Bantuan inti dalam menanggulangi hama dan penyakit tanaman

Atribut ini berada pada kuadran IV dimana petani merasa bahwa pelaksanaannya kurang penting pengaruhnya bagi petani, namun PT. SHS melaksanakannya secara berlebihan. Contohnya dalam penanggulangan tikus, PT. SHS mengadakan wajib gropyok tikus, tetapi dalam pelaksanaannya tidak semua petani merasa hal ini penting, karena tidak di semua lokasi lahan PT. SHS terdapat hama tikus. Namun hal ini dirasa memuaskan petani. PT. SHS juga sering mengadakan pembinaan yang mendatangkan perusahaan-perusahaan produsen pestisida untuk memberikan penyuluhan mengenai penggunaan pestisida yang tepat. Sedangkan petani merasa mereka sudah bisa melakukannya dengan benar. 10. Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping

Menurut petani pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping sangatlah penting untuk menunjang kegiatan usahatani. Atribut ini berada pada kuadran II, dimana PT. SHS dianggap telah memberikan pelayanan yang memuaskan melalui pendamping lapangnya, sehingga wajib untuk terus dipertahankan. Pendamping mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan petani, memberikan masukan dan memberikan respon yang baik terhadap semua keluhan petani. Pendamping juga mampu berkomunikasi menggunakan bahasa daerah, serta mampu menjelaskan dengan baik sehingga mudah dimengerti oleh petani.

11. Pendamping mudah ditemui dan dihubungi

Atribut ini termasuk ke dalam kuadran IV yaitu kategori berlebihan karena hampir setiap hari pendamping mendatangi lokasi lahan petani. Petani menganggap atribut ini kurang penting mempengaruhi petani, karena tidak perlu setiap hari pendamping datang ke lokasi karena petani bisa mencari ke kantor yang lokasinya tidak jauh dari lokasi. Namun petani merasa sangat puas, karena dapat kapan saja menemui pendamping, terutama bila ada kendala atau masalah yang tiba-tiba terjadi.

(10)

12. Bantuan biaya panen

Atribut ini termasuk ke dalam kuadaran II dimana PT. SHS harus mempertahakan kinerjanya yang sudah baik. Petani menganggap bantuan biaya panen sangat penting karena membantu petani dalam kegiatan panen dan sangat memuaskan. Bantuan biaya panen yang diberikan oleh PT. SHS adalah sebesar Rp 1.500.000,00.

13. Ketepatan waktu pemberian biaya panen

Ketepatan waktu pemberian biaya panen termasuk ke dalam kategori pertahankan prestasi pada kuadran II, dimana PT. SHS dianggap telah memberikan bantuan panen sesuai dengan kebutuhan petani, yaitu sebelum panen atau ketika panen. Atribut ini memberikan kepuasan dan PT. SHS diharapkan mampu mempertahankan kinerjanya dengan baik. 14. Penyediaan sarana transportasi untuk panen

Atribut ini merupakan atribut prioritas utama pada kuadran I dimana pelaksanaannya masih mengecewakan bagi petani namun sangat mempengaruhi kepuasan petani. PT. SHS menyediakan truk sebagai sarana pengangkutan hasil panen, namun dalam pelaksanaannya jumlah truk yang disediakan tidak mencukupi, sehingga banyak petani yang sudah panen namun belum bisa membawa hasil panennya ke perusahaan. Hal ini mengakibatkan banyak petani yang harus bermalam di sawah untuk menjaga hasil panennya. Panas serta hujan juga memperngaruhi kadar air serta kotoran yang nantinya akan merugikan petani.

15. Harga beli hasil panen

Dalam menetukan harga beli PT. SHS melakukan rafaksi harga di mana harga beli ditentukan berdasarkan kadar air serta kotoran yang dikandung. Hal ini menyebabkan harga beli yang diterima petani jauh lebih rendah dibanding di pasaran. Rafaksi harga dimaksudkan agar petani lebih memperhatikan kualitas hasil panennya. Walaupun begitu atribut ini termasuk ke dalam kuadran I dimana dalam pelaksanaannya belum sesuai dengan keinginan petani. PT. SHS dapat membantu terutama dengan melakukan kontrol mutu melalui penetapan SOP serta memperbanyak jumlah truk panen, sehingga kualitas hasil panen tetap terjaga.

(11)

16. Ketepatan waktu pembayaran hasil panen

Ketepatan waktu pembayaran hasil panen merupakan hal yang sangat penting dan mempengaruhi kepuasan petani. Atribut ini berada pada kuadran I yaitu kuadran prioritas utama. Dalam pelaksanaanya PT. SHS sering terlambat memberikan pembayaran untuk hasil panen sehingga memberikan rasa tidak puas bagi petani. Keterlambatan pembayaran hasil panen disebabkan karena PT. SHS menunggu pencairan dana dari pusat. Menurut petani, keterlambatan pembayaran dapat terjadi lebih dari satu bulan bahkan hingga musim tanam berikutnya. Uang atau modal merupakan hal yang sangat penting dalam suatu usahatani sehingga hal ini sangat merugikan petani mitra. Permasalahan ini dapat diatasi melalui pengalokasian dana yang tepat oleh perusahaan.

7.1.3 Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Keseluruhan Pelayanan dalam Kemitraan

Untuk mengukur tingkat kepuasan petani mitra secara keseluruhan digunakan alat analisis CSI (Customer Satisfaction Index). Pada penelitian ini petani mitra dianggap sebagai konsumen dari pelayanan jasa kemitraan yang diberikan oleh PT. SHS. Tingkat kepuasaan secara keseluruhan diukur berdasarkan rataan total dari tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan. Berdasarkan hasil perhitungan CSI, diperoleh hasil CSI untuk keseluruhan atribut pelayanan kemitraan adalah sebesar 62,08 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan petani mitra merasa cukup puas terhadap jalannya kemitraan, karena nilai tersebut berada pada selang 0,51-0,65. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan dalam kemitraan belum maksimal, untuk itu perlu dilakukan perbaikan atribut pelayanan terutama atribut yang berada pada kuadran prioritas utama. Hasil analisis tingkat kepuasan dapat dilihat pada Tabel 25.

(12)

Tabel 25. Customer Satisfaction Index (CSI) Atribut Rataan Tingkat

Kepentingan WF (%) Rataan Tingkat Kepuasan WS 1 3,333333 6,297228748 3,433333 0,216204833 2 3,466667 6,549119183 2,766667 0,181192319 3 3,133333 5,919394985 2,000000 0,118387900 4 3,333333 6,297228748 1,633333 0,102854715 5 3,333333 6,297228748 1,833333 0,115449173 6 2,466667 4,659950369 1,500000 0,069899256 7 2,900000 5,478589559 2,633333 0,144269507 8 3,400000 6,423173965 2,400000 0,154156175 9 3,133333 5,919394985 2,700000 0,159823665 10 3,400000 6,423173965 3,300000 0,211964741 11 3,233333 6,108311867 3,533333 0,215826999 12 3,500000 6,612090847 2,733333 0,180730461 13 3,500000 6,612090847 3,133333 0,207178824 14 3,566667 6,738036064 2,233333 0,150482783 15 3,600000 6,801007728 2,233333 0,151889150 16 3,633333 6,863979392 1,500000 0,102959691 Total 52,933332 100 39,566664 2,483270191

Gambar

Tabel 23.   Tingkat Kesesuaian Atribut Pada Responden Petani Mitra  No Atribut  Skor  Kepentingan Skor  Kinerja  Tingkat  Kesesuaian  (%)
Tabel 25.   Customer Satisfaction Index (CSI)  Atribut  Rataan Tingkat

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa demikian juga selanjutnya, dengan dikwalifisirnya terdakwa sebagai nelayan kecil tidak berarti pula Majelis Hakim Tingkat Pertama menjadi keliru

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh penambahan Minyak Buah Merah (MBM) dalam pakan memberikan dampak pada semua variable pengamatan, semakin tinggi level

Berdasarkan penelitian dapat disim- pulkan bahwa Rata-rata N-gain keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Septiansyah (2014) bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara istirahat mata dengan kelelahan

Hasil uji parsial yang diperoleh bahwa kompensasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Bidang Pengelolaan Aset kabupaten Konawe Selatan,

“Anggaran penjualan adalah proyeksi yang disetujui oleh komite anggaran, yang menjelaskan penjualan yang diharapkan dalam satuan unit dan uang.” Penyusunan anggaran penjualan ini

Metode branch and bound telah digunakan secara luas dalam beberapa dekade terakhir dalam memecahkan masalah CVRP yang merupakan perluasan masalah yang erat kaitannya dengan

Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penerapan teknologi yang sudah ada.Selain itu juga manfaat yang didapat yaitu