• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Kabupaten Deli Serdang secara geografis, terletak diantara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Kabupaten Deli Serdang secara geografis, terletak diantara"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang secara geografis, terletak diantara 2°57’ - 3°16’ Lintang Utara dan antara 98°33’ - 99°27’ Bujur Timur, merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,72 Km2 dari luas Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa/kelurahan, dengan batas sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera,Sebelah Selatan berbatasan dergan Kabupaten Karo, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.

Topografi

Daerah ini secara geografis terletak pada wilayah pengembangan Pantai Timur Sumatera Utara serta memiliki topografi, kontur dan iklim yang bervariasi. Kawasan hulu yang konturnya mulai bergelombang sampai terjal, berhawa tropis pegunungan, kawasan dataran rendah yang landai sementara kawasan pantai berhawa tropis pegunungan.

Iklim

Sesuai dengan perbedaan geografis, topografis dan ketinggian dari permukaan laut maka iklim daerah ini juga bervariasi yaitu iklim sub tropis dan iklim peralihan antara sub tropis dan tropis. Ketinggian 0-500 meter dari permukaan laut, Kabupaten Deli Serdang beriklim peralihan antara sub tropis dan tropis, sedangkan ketinggian lebih dari 1.000 meter dari permukaan laut beriklim sub tropis.

(2)

Curah hujan rata-rata pertahun 1.936,3 mm, pada umumnya curah hujan terbanyak pada bulan September, Oktober, Nopember dan Desember. Angin yang bertiup melalui daerah ini juga berbeda yakni angin laut dan angin pegunungan dengan kecepatan 0,68 meter/detik, sedangkan temperatur rata-rata 26,7° dan kelembaban 84 %.

Menurut tipe iklim Oldeman, daerah Deli Serdang dibagi kedalam tiga tipe iklim, yaitu :

1. Tipe Iklim A, meliputi wilayah Naga Raja, Sibolangit, Hutaimbaru, Sinembah, Tanjung Muda, Hulu, Gunung Meriah.

2. Tipe Iklim D1 meliputi daerah Pancur Batu, Patumbak, Tanjung Morawa, Sampali, Kelambir Lima, Tanjung Selamat, Bulu Cina, Asam Kumbang, Marendal, Klumpang, Saentis, Medan Krio, Binjai, Amplas, Silau Dunia, Kotarih, Sei Karang, Tuntungan.

3. Tipe Iklim E2, meliputi daerah Galang, Sei Kemayang, Pematang Sijoman, Tanjung Gorbus, Kwala Namu, Batang Kuis, Deli Tua, Pagar Merbau, Sei Putih.

(BMG Sampali, 2008). Penggunaan Lahan

Secara rinci, penggunaan lahan di Kabupaten Deli Serdang dapat dibedakan sebagai berikut :

- Perkampungan / Pemukiman : 12.907 Ha ( 5,39 % ) - Persawahan : 44.444 Ha ( 18.56 % ) - Tegalan / Kebun Campuran : 52.897 Ha ( 22.09 % ) - Perkebunan Besar : 54.286 Ha ( 22.67 % ) - Perkebunan Rakyat : 29.908 Ha ( 12,49 % )

(3)

- H u t a n : 40.157 Ha ( 16.77 % ) - Semak / Alang-Alang : 670 Ha ( 3.28 % ) - Kolam / Tambak : 1.317 Ha ( 0,55 % ) - Rawa – Rawa : 792 Ha ( 0,33 % ) - Peternakan : 49 Ha ( 0,02 % ) - Lain – Lain : 2,035 Ha ( 0,85 % ) Total : 239.462 Ha

Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 25 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan. Menurut data yang diperoleh dari situs pemerintahan Kabupaten Deli Serdang (www.deliserdang.go.id) Luas wilayah kabupaten Deli Serdang saat ini adalah 2.497,72 Km2, terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa/kelurahan, yang terhampar mencapai 3.34 persen dari luas Sumatera Utara.

Sektor Pertanian dan Kehutanan

Sektor Pertanian yang meliputi sub sektor pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, peternakan dan kehewanan, perikanan dan kelautan serta kehutanan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian daerah Kabupaten Deli Serdang.

Sub Sektor Kehutanan selain dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, juga telah diupayakan pelestariannya dengan mengajak masyarakat berpartisipasi untuk melindungi dan melestarikan keberadaan hutan agar terhindar dari bahaya bencana alam seperti banjir dan longsor.

(4)

Sedangkan di sub sektor pertanian tanaman pangan dan holtikultura, daerah Kabupaten Deli Serdang hingga saat ini merupakan salah satu lumbung beras dan memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi Propinsi Sumatera Utara. Berikut ini adalah Peta Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Deli Serdang.

Pakan Lebah Madu

Sama halnya dengan ternak yang lain, menurut Rusfidra (2006) lebah juga membutuhkan pakan yang cukup untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan koloni, produksi madu dan aktivitas reproduksi lebah. Pembudidayaan lebah madu membutuhkan nektar dan pollen dalam jumlah memadai dan tersedia terus menerus sepanjang tahun. Akan tetapi tidak semua tanaman menghasilkan nektar, pollen, atau nektar dan pollen terus menerus. Karena itu, dalam pembudidayaan lebah madu dikenal adanya tanaman penghasil sumber nektar dan pollen utama, sumber nektar lain dan sumber pollen penunjang (Sarwono, 2001)

Nektar adalah zat manis yang berasal dari tanaman, mengandung 15-50% gula. Nektar berfungsi menyediakan energi untuk mempertahankan suhu tubuh koloni lebah, dan juga merupakan sumber bahan baku pembuatan madu (Hasanuddin, 2003).

Pollen atau tepung sari merupakan sumber utama protein dan lemak, tepung sari yang telah dikumpulkan oleh lebah disebut bee pollen. Dalam sebuah koloni lebah madu bersama-sama dengan tepung sari merupakan bahan baku utama pembuatan royal jelly. Royal jelly merupakan makanan utama bagi larva lebah. Kekurangan royal jelly akan menyebabkan kegagalan kehidupan larva, dan jika larva gagal hidup maka kelangsungan koloni akan terancam.

(5)

Jadi tepung sari berfungsi untuk kelangsungan generasi bagi koloni lebah madu. Berbeda dengan madu, jika tidak ada madu maka koloni akan mati dengan cepat. Ketiadaan tepung sari tidak akan membahayakan koloni dalam waktu singkat, artinya kita masih bisa merasakan panen madu meskipun tepung sari tidak ada. Meskipun pada akhirnya kita akan merasakan akibatnya yaitu koloni akan perlahan-lahan mati.

Jenis-Jenis Tanaman Penghasil Pakan lebah

Negara Indonesia merupakan daerah tropis yang ditumbuhi oleh sekitar 25.000 tanaman berbunga yang potensial menghasilkan nektar Rusfidra (2006). Semua jenis tanaman berbunga (tanaman hutan, tanaman pertanian, tanaman perkebunan, tanaman hortikultura, dan tumbuhan liar) yang mengandung unsur nektar sebagai bahan madu, tepung sari, dan propolis dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan lebah. Beberapa jenis dari tanaman tersebut sering dikunjungi lebah. Berikut ini daftar beberapa jenis tanaman yang dikunjungi oleh lebah dan menjadi sumber pakan lebah madu :

Tabel 1. Daftar Sumber Pakan Lebah Madu

No Jenis Tanaman Nektar Pollen

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Aren Lamtoro Puspa Api-api Padi Kelapa Sawit Widara (bidara) Tembakau Jambu Mete Delima - - - - - - - - - - * * * * * * * * * *

(6)

11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. Lobi-Lobi Alpukat Nam-Nam Jambu Bol Salak Jagung Jengkol Turi Kacang Panjang Kentang Ketumbar Wortel Krokot Rumput Blambangan Rumput Kembangan Rumput Jampang Pait Rumput Kerbau Incuran Rumput King Putri Malu Lemuran Wedusan Ketapang Akasia Sengon Sonokeling Sonobrit Asam Jawa Mahoni Kaliandra Pelawan Cendana Karet Kapas Mangga Mancang Langsat Belimbing - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * - - - - - - - - - - - - - - - -

(7)

49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. Rambutan Jambu Air Kacang Gude Petai Cabai Nanas Domba Nanas Sebrang Ubi Jalar Labu Air Oyong Paria Labu Siem Bawang Merah Kumis Kucing Eucalyptus Stoenklaver Randu Tebu Vanili Kelapa Wijen Kopi Kedondong Durian Pepaya Waluh Semangka Kesemek Pisang Belimbing Apel Jeruk Manis Jeruk Besar Lengkeng Leci Anggur Kubis Ketimun * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * - - - - - - - - - - - - - * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

(8)

87. 88. 89. 90. Kacang Tanah Kedelai Bunga Matahari Flamboyan * * * * * * * * Sumber : Hasanuddin (2003)

Jika kita perhatikan jenis-jenis tanaman yang menjadi sumber pakan lebah madu di atas secara umum terdiri dari dua bagian yaitu tanaman pertanian (tanaman semusim) dan tanaman kehutanan (tanaman tahunan/ parennial).

Pembungaan

Pembungaan (flowering) adalah suatu mekanisme perubahan fase dari fase vegetatif ke fase reproduktif, dimana akan terjadi kompleksitas dari perkembangan seperti: pembentukan bunga, buah dan biji. Hal tersebut ditandai dengan adanya proses-proses yang terjadi secara sexual, fisiologi pembungaan tanaman diatur oleh faktor lingkungan secara ekologi meliputi suhu, fotoperiode dan curah hujan (Barus dan Syukri, 2008).

Proses pembungaan mengandung sejumlah tahap penting, yang semuanya harus berhasil dilangsungkan untuk memperoleh hasil akhir yaitu biji. Proses pembungaan tanaman terutama pada tanaman tahunan adalah sangat kompleks. Secara fisiologis proses pembungaan ini masih sulit dimengerti, hal ini disebabkan kurangnya informasi yang tersedia. Dalam perkembangannya, proses pembungaan ini meliputi beberapa tahap dan semua tahap harus dilalui dengan baik agar dapat menghasilkan panen tinggi (Ashari, 1998).

Menurut Barus dan Syukri (2008) terdapat tiga tahap yang terpisah dalam proses pembungaan yaitu :

1. Induksi pembungaan, proses diproduksinya rangsangan pembungaan yaitu terjadinya suatu perubahan kimia pada ujung pucuk.

(9)

2. Permulaan pembungaan. Transformasi dari titik tumbuh yang telah terinduksi, tetapi secara morfologis berbentuk vegetatif menjadi pemula pembungaan.

3. Perkembangan pembungaan. Pertumbuhan dan perkembangan pemula pembungaan menjadi bunga sampai pembungaan dewasa.

Musim Kemarau dan Musim Hujan

Permulaan musim kemarau ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya, sedangkan permulaan musim hujan ditetapkan berdasarkan jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya.Permulaan musim kemarau atau musim hujan bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat dari normalnya (BMG Sampali, 2008).

Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman

Untuk keperluan praktis sangat berguna, khususnya dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di Indonesia dengan menggunakan unsur curah hujan. Kriterianya didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB) dan bulan kering (BK) berturut yang batasannya memperhatikan peluang hujan, hujan efektif, dan kebutuhan air tanaman. Berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman yang dimaksud basah (BB) adalah bulan dengan rata-rata curah hujan>200 mm, sedangkan bulan kering (BK) adalah bulan dengan rata-rata curah hujan<100 mm. Kesesuaian tanaman dengan kondisi iklim tempat tumbuh sangat diperlukan. Untuk berbagai keperluan, para ahli banyak membuat klasifikasi iklim yang didasarkan kepada curah hujan yang perhitungannya didasarkan pada perhitungan

(10)

bulan basah (BB) dan bulan kering (BB), salah satu klasifikasi tersebut dan banyak dipakai adalah klasifikasi iklim menurut Oldeman seperti tampak pada tabel berikut :

Tabel 2. Pedoman penentuan tipe iklim menurut Oldeman

Tipe Bulan Basah Bulan Kering

A >9 < 2 B1 7-9 < 2 C1 5-6 < 2 D1 3-4 < 2 D2 3-4 2 -3 E2 <3 3 -4

Sumber: Buletin BMG Sampali (2009)

Hubungan Faktor Iklim dengan Pembungaan Tanaman

Faktor iklim sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman, terutama pembungaan. Apabila tanaman ditanam di luar daerah iklimnya, maka produktivitasnya sering kali tidak sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Barus dan Syukri (2008) Pengaruh iklim terhadap musim berbuahnya tanaman buah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:

1. Seasional

Tanaman buah-buahan yang musim berbuahnya dipengaruhi oleh iklim tempat tumbuhnya. Contoh : rambutan, duku, mangga, lengkeng, dan sebagainya.

2. Non-seasional

Tanaman buah-buahan yang musim berbuahnya tidak atau sedikit dipengaruhi oleh iklim tempat tumbuhnya. Contoh : Pepaya, pisang, jambu biji, nenas, belimbing dan sebagainya.

(11)

Menurut Ashari (2006) sedikitnya ada 2 unsur yang mempengaruhi hal tersebut, yaitu :

1. Curah hujan dan distribusi hujan 2. Tinggi tempat dari permukaan laut.

Menurut Sunu dan Wartoyo (2006) Beberapa komponen faktor lingkungan yang penting dalam menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman di antaranya adalah : radiasi matahari, suhu, tanah, air.

Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan spesies tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga, sehubungan dengan ini terdapat dua rangsangan yang menyebabkan perubahan itu terjadi, yaitu suhu dan panjang hari (Mugnisjah dan Setiawan, 1995).

Pada wilayah dengan empat musim, pengaruh suhu berlaku ganda. Pada waktu awal pertumbuhan suhu harus cukup tinggi agar pertumbuhan tidak terhambat. Tetapi bagi kebanyakan tanaman terutama tanaman tahunan, suhu sebelum perubahan fase pertumbuhan itu terjadi sangat penting. Cekaman (stress)

air yang diikuti oleh hujan sering merangsang pembungaan tanaman tahunan tropika. Faktor lain yang memicu pembungaan adalah panjang hari, atau panjang periode selama setiap 24 jam. Tanaman berhari panjang tidak akan berbunga jika ditanam di wilayah tropika (Mugnisjah dan Setiawan,1995).

(12)

1. Curah Hujan

Curah hujan merupakan salah satu elemen iklim yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Kepentingan tanaman terhadap besarnya curah hujan sudah dirasakan sejak panen. Adapun titik yang kritis adalah saat pembungaan. Apabila saat pembungaan banyak hujan turun, maka proses pembungaan akan terganggu. Tepung sari menjadi busuk dan tidak mempunyai viabilitas lagi. Kepala putik dapat busuk karena kelembaban yang tinggi. Selain itu,aktivitas serangga penyerbuk juga berkurang saat kelembaban tinggi. Apabila terjadi kerusakan pada tepung sari dan kepala putik berarti penyerbukan telah gagal dan harus menunggu tahun berikutnya (Ashari, 2006).

Tanaman buah-buahan akan berbuah pada bulan-bulan tertentu, kondisi bulan basah dan bulan kering menghendaki tanaman untuk berbuah, tabel 3 menggambarkan kondisi tipe iklim yang dikehendaki tanaman untuk berbuah.

Tabel 3.Tipe iklim yang dikehendaki tanaman bebuahan Tipe Iklim

(jumlah bulan basah)

Jumlah bulan kering

Jenis bebuahan yang sesuai

9,10-12,11,11-12,12 0 Gandaria,kapulasan,kemang,kesemek 9 8 7 6 3 0-3 0-4 4-5 Duku,Durian,mundu,papaya,pisang Rambutan

Lebih dari 4 bulan Jambu biji,jambu monyet,nangka pepaya.

Sumber : Ashari (2006)

Mungkin ini karena pengaruh adaptasi tanaman. Tidak ada jenis tanaman yang memerlukan iklim mutlak seperti pada tabel 3, dengan kata lain ada penyesuaian atau adaptasi tanaman terhadap lingkungannya. Untuk itu pada tabel 4 diperlihatkan contoh jenis tanaman bebuahan yang sesuai dengan kriteria di atas.

(13)

2. Tinggi Tempat dari Permukaan Laut

Tinggi tempat dari permukaan laut menentukan suhu udara dan intensitas sinar yang diterima oleh tanaman.Menurut Guslim (2007) Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu di tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya akan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran rendah.

Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat menentukan pembungaan tanaman. Tanaman berbuahan yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi (Ashari, 2006).

3. Suhu

Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, induksi bunga, pertumbuhan dan differensiasi perbungaan (inflorescence), mekar bunga, munculnya serbuk sari, pembentukan benih dan pemasakan benih. Tanaman tropis tidak memerlukan keperluan vernalisasi sebelum rangsangan fotoperiode terhadap pembungaan menjadi efektif. Tetapi, pengaruh suhu terhadap induksi bunga cukup kompleks dan bervariasi tergantung pada tanggap tanaman terhadap fotoperiode yang berbeda. Suhu malam yang tinggi mencegah atau memperlambat pembungaan dalam beberapa tanaman.

(14)

Tabel 4. Penyebaran Buah Menurut Wilayah Iklim Indonesia

Tinggi Basah ABC Schmidt – Fergusson DEF Tinggi Kering

Markisa Alpukat Apel Semangka

Kasemak Nangka Lengkeng Jambu Biji

Pisang Ambon Terung Belanda Strawberry Nangka

Nenas Biwa Sawo Nenas

Jeruk Keprok Sirsak Jeruk Siam

700 meter

Rendah Rendah Kering

Rambutan Durian Mangga Sawo

Duku Manggis Anggur Semangka

Salak Pepaya Langsat

Pisang Belimbing Jeruk Besar

Jambu biji Jambu air Nangka

Sawo Jambu bol Sirsak

Sirsak Cempedak Jambu biji

Nangka Melon

0.00 meter Sumber : Barus dan Syukri (2008).

Dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman, suhu dapat dibedakan menjadi 3 yaitu; suhu minimum, optimum dan maksimum. Pada suhu minimum dan maksimum pertumbuhan tanaman terhenti seluruhnya, sedangkan suhu optimum dicapai kecepatan pertumbuhan tertinggi dapat dipertahankan. Selain mempengaruhi kecepatan pertumbuhan tanaman dan metabolisme, suhu lingkungan juga berperan dalam pengendalian perkembangan tanaman tertentu. Tanaman buah yang ditanam pada lingkungan di bawah dan di atas kisaran suhu pertumbuhan, maka tanaman akan mengalami stress suhu. Stress suhu adalah adalah pengaruh suhu ekstrem pada pertumbuhan tanaman (Barus dan Syukri, 2008).

(15)

4. Panjang Hari

Allard dan Garner (1940) berusaha membagi tanaman atas dasar tanggapnya terhadap panjang hari. Tanaman berhari pendek (short day),tanaman berhari panjang (long day), dan tanaman berhari netral (day netral) Menurut Ashari (2004) respon pembungaan tanaman terhadap lamanya penyinaran berbeda. Tanaman yang digolongkan tanaman hari pendek (short day) adalah tanaman yang baru berbunga apabila periode gelap lebih lama/ panjang dari kritisnya. Sebaliknya, tanaman hari panjang (long day) adalah golongan tanaman yang hanya mau berbunga apabila periode gelap kurang/ dibawah dari periode kritisnya. Menurut Guslim (2007) nilai-nilai kritis untuk tanaman hari panjang atau hari pendek biasanya akan berbeda untuk tiap macam tanaman, nilai kritis kira-kira 14 jam.

5. Radiasi Matahari

Radiasi matahari berhubungan dengan laju pertumbuhan tanaman, fotosintesis, pembukaan (reseptivitas) bunga, dan aktivitas lebah penyerbuk. Pembukaan bunga dan aktivitas lebah ditingkatkan oleh radiasi matahari yang cerah, wilayah yang sering berawan berpotensi kurang untuk produksi benih.

Di alam cahaya erat kaitannya dengan ketinggian tempat (elevasi) serta keadaan awan. Menurut Barus dan Syukri (2008) Secara umum semakin tinggi tempat, cahaya (besarnya penyinaran) akan semakin rendah seperti di bawah ini:

a. 0-700 meter di atas permukaan laut, besarnya penyinaran adalah 51-70% b. 70-1000 meter di atas permukaan laut, besarnya penyinaran adalah

(16)

c. Di atas 1000 meter di atas permukaan laut, besarnya penyinaran adalah 40-44 %.

Besarnya penyinaran tersebut sangat erat kaitannya dengan ketebalan awan, dimana semakin tinggi tempat di atas permukaan laut akan semakin tebal awan. Semakin tinggi ketebalan awan besarnya penyinaran akan semakin rendah. Berdasarkan besarnya penyinaran maka tanaman buah dapat dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu :

Tabel 5. Penyinaran dan Kesesuaian beberapa Tanaman Buah

Besarnya Penyinaran (%) Kesesuaian Tanaman Buah 40 – 80 % Rambutan, Salak, Pisang,Durian, Apel, Kuini,Sawo.

60 – 70 % Duku, Manggis dan Kapulasan 50 - 80 % Nenas, Mangga, dan jambu-jambuan

60 – 80 % Markisa, Anggur, Melon, Semangka, Pepaya. Sumber : Barus dan Syukri (2008)

Faktor Pembungaan Mangga

Tanaman mangga mempunyai toleransi tumbuh yag tinggi, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi, dengan keadaan volume curah hujan sedikit atau banyak, tetapi untuk memperoleh produksi Mangga yang tinggi membutuhkan temperatur curah hujan, keadaan awan dan angin yang bertoleransi tepat.

Di Indonesia Mangga dapat tumbuh pada ketinggian 0-1000 mdpl, menurut Untung (1998) ketinggian yang ideal adalah 600 mdpl. Masa berbunga tanaman Mangga dipengaruhi oleh ketinggian tempat dari permukaan laut, hal ini

berhubungan dengan radiasi matahari yang dibutuhkan tanaman. Di Indonesia

pada umumnya setiap kenaikan rata-rata 130 m dimana Mangga ditanam, maka masa pembungaan tertunda selama 4 hari (AAK,1991).

(17)

Tanaman Mangga memerlukan temperatur yang panas menjelang pembungaan, karena temperatur tersebut mencegah pertumbuhan vegetatif dan mendorong pertumbuhan reproduktif. Temperatur untuk tanaman Mangga lebih kurang 24 oC-27 oC, pada suhu tersebut pertumbuhan vegetatif dan hasilnya cukup baik, suhu yang dapat ditoleransi adalah 28 oC-30 oC (Untung, 1998).

Keadaan volume curah hujan juga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman Mangga dan proses produksi pembentukan bunga dan buah. Persentase curah hujan setiap tahun secara alami sangat penting pengaruhnya terhadap proses pembungaan, sebab masa primordia bunga akan terjadi setelah musim hujan. Curah hujan yang dapat ditolerir untuk pertumbuhan dan perkembangan mangga berkisar antara 700-2500 mm/ tahun. Ciri khas lain pada tanaman mangga yaitu angat tahan terhadap kekeringan, malahan kondisi inilah yang diinginkan. Kondisi kering yang masih dapat ditolerir adalah 2-6 bulan. (Pracaya,1995).

Di daerah dengan curah hujan yang tinggi tanaman mangga tidak dapat berbuah maksimal, beberapa jenis tanaman Mangga gagal berbunga pada saat cuaca lembab malam hari, berawan dan terjadi tetesan air embun pada bunga Mangga, sehingga mempercepat serangan penyakit.

Faktor Iklim dan Pembungaan Durian

Tanaman durian di habitat aslinya tumbuh di hutan belantara yang beriklim panas (tropis). Pengembangan budidaya tanaman yang paling baik adalah

• Di daerah dataran rendah sampai ketinggian 800 meter diatas permukaan laut (dpl)

• Keadaan (iklim basah),suhu udara antara 250

–320C, kelembaban udara (RH) sekitar 50% - 80%, dan intensitas cahaya matahari 45%-50%.

(18)

Durian berbunga 1-2 kali setahun, di Indonesia musim berbunganya berbeda-beda. Durian termasuk ramiflorous, bunga muncul di cabang atau di ranting. Sekelompok bunga terdiri dari 40-50 kuntum. Waktu yang diperlukan untuk mekarnya bunga sejak kuncupnya 6-8 minggu, bunga akan mekar pada sore hari. Masa berbunga durian 2-3 minggu, sedangkan buah akan muncul 100-150 hari setelah bunga mekar.

Menurut Rukmana (1996) Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan dan pembungaan atau pembuahan tanaman durian adalah 1500-2500 mm/tahun atau lebih dari 100 mm/bulan, dan merata sepanjang tahun. Daerah yang curah hujannya tinggi atau hujan lebat, terutama pada periode pembungaan, sering menyebabkan gugur bunga ataupun buah, selain menyebabkan gugurnya bunga dan buah musim bunganya juga akan terlambat, terutama bila musim kemarau panjang. Pada masa pembungaan dan pembuahan, durian membutuhkan musim kering selama 3 bulan (Redaksi Trubus, 2003).

Faktor Iklim dan Pembungaan Karet

Tanaman Karet adalah tanaman berumah satu (monoceus). Pada satu tangkai bunga yang bebentuk bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan. Penyerbukan dapat terjadi dengan penyerbukan sendiri atau penyerbukan silang, menurut Setyamidjaja (1993) pohon Karet mulai berbunga pada umur ± 7 tahun, dalam pertumbuhan karet diketahui bahwa menjelang berakhirnya musim hujan, daun-daunnya mulai berguguran. Masa gugur daun tidak terjadi secara bersamaan, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis klon dan iklim setempat. Setelah selesai gugur daun pada ranting-ranting, mulai keluar kuncup-kuncup baru bersamaan dengan mulainya pembungaan.

(19)

Musim pembungaan pada tanaman karet terjadi setelah musim gugur daun. Periode pembungaan dalam satu tahun terjadi dua kali yaitu musim besar ( bunga pertama) dan musim kecil (bunga kedua) (Woelan dan Pasaribu, 2007).

Gambar

Tabel 4. Penyebaran Buah Menurut Wilayah Iklim Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

3 Dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif maka data-data yang diperoleh dari lapangan diolah menjadi angka-angka.Kemudian angka-angka tersebut diolah

Penulis ucapkan rasa syukur kepada ALLAH SWT yang selalu memberikan kesehatan dan keselamatan pada diri penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis dengan judul:

Sidik ragam pengaruh perlakuan volume dan interval penyiraman terhadap persen hidup, pertambahan tinggi dan diameter, berat kering daun (BKD), berat kering

Pada tanggal 29 Mei 2008, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mengumumkan peraturan baru mengenai reklamasi tambang dan penutupan tambang yang termaktub dalam

Dilihat dari sudut pandang pihak CNNIndonesia.com dalam pemberitaan polemik ulama dikawasan MUI dibalik konsep “Islam Nusantara” lebih mengarah ke pihak yang pro

Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi faktor strategis untuk peningkatan pemasaran bunga potong, terdiri dari pembinaan tenaga penyuluh, penetapan GAP dan SOP,

Panas yang digunakan sebagai pemanas boiler berasal dari pembakaran sampah. Proses pemanasan pada boiler tersebut, mengubah air yang ada pada boiler berubah