• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI PEMANFAATAN JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN DASAR PADA RANSUM KAMBING PERANAKAN ETAWAH JANTAN MUDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI PEMANFAATAN JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN DASAR PADA RANSUM KAMBING PERANAKAN ETAWAH JANTAN MUDA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI PEMANFAATAN JERAMI PADI

FERMENTASI SEBAGAI PAKAN DASAR PADA RANSUM

KAMBING PERANAKAN ETAWAH JANTAN MUDA

(The Economic Assessment of Utilization of Fermented Rice Straw as Basal

Diets in the Ration of Etawah Grade Goat Ration)

IG.M.BUDIARSANA,I-K.SUTAMA danTATAN KOSTAMAN

Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

ABSTRACT

There is a severe shortage of feed for animals especially during dry season. The aimed of this study was to assess the economic value of the utilization of fermented rice straw as basal diet for goat. This study was conducted at the Indonesian Research Institute for Animal Production Bogor for 4 months using 18 young male Etawah goat aged 5 – 6 months, weigh 16 – 18 kg. The research was done based on completely randomized design. The animal were divided into 3 groups of feeding treatments, which were (T1) fed with un-chopped fermented rice straw +concentrate, (T2) complete feed which is mixed of ground fermented rice straw and concentrate and (T3) fresh chopped King grass + concentrate as a control. The level of concentrate and King grass or fermented rice straw in the ration was 70 : 30 and fed as much as 3% of body weight. The parameters measured were dry matter intake, daily gain and feed cost per gain. All the data subjected to statistical analysis by variance analysis, except for feed cost per gain analyzed descriptively. The research result showed that group (T2) gave the highest average daily gain which was 83.3 g/day, significantly different (P < 0.05) from to the other groups which were 57.9 to 66.7 g/day for T1 and T3 respectively. The average of the dry matter intake were 631, 708 and 602 g/day for T1, T2 and T3 respectively. The analysis on feed cost per gain showed that to increase 1 kg of body weight cost Rp.9.340, Rp.7.330 and Rp.7.453 respectively for T1, T2 and T3. It can be concluded that the use of fermented rice straw as a basal diet in goat ration is as beneficial as fresh King grass.

Key Words: Peranakan Etawah Goat, Fermented Rice Straw, Economic

ABSTRAK

Pada musim kemarau sering ditemui kekurangan pakan ternak. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui nilai ekonomi pemanfaatan jerami fermentasi padi sebagai pakan ternak kambing. Pengamatan ini dilakukan di kandang percobaan Balai Penelitian Ternak, Bogor selama 4 bulan dengan menggunakan 18 ekor ternak kambing PE jantan muda umur 5-6 bulan dengan bobot badan (16 – 18kg), dirancang dengan rancangan acak lengkap menjadi 3 kelompok perlakuan pakan yakni (T1) pakan jerami padi fermentasi utuh + konsentrat; (T2) diberi pakan komplit dengan campuran jerami padi fermentasi giling + konsentrat dan (T3) diberi pakan rumput gajah+konsentrat sebagai kontrol. Imbangan pemberian konsentrat dengan rumput atau jerami yaitu 70 : 30 dengan pemberian 3% dari bobot badan berdasarkan bahan kering. Parameter yang diamati yaitu konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian dan feed cost per gain. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis varian, kecuali feed cost per gain dengan cara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan kelompok (T2) memberikan rataan penambahan bobot badan harian yang paling tinggi yaitu sebesar 83,3g/h, berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan kelompok yang lainnya yaitu 57,9 – 66,7 g/hari untuk masing-masing T1 dan T3. Rataan konsumsi bahan kering pakan harian yaitu 631, 708 dan 602 g/ekor/hari untuk T1, T2 dan T3. Analisis feed cost per gain menunjukkan bahwa untuk meningkatkan bobot badan harian sebesar 1 kg diperlukan biaya sebesar Rp. 9.340; Rp. 7.330 dan Rp.7453/kg untuk masing-masing T1, T2 dan T3. Dapat disimpulkan bahwa ternak kambing dengan pakan jerami padi fermentasi, memberikan keuntungan setara dengan keuntungan pada ternak yang mendapat pakan rumput raja segar pada pakan dasar.

(2)

PENDAHULUAN

Pengukuran nilai ekonomis pada sistem produksi peternakan sangat penting. Tingkat keuntungan yang diperoleh akan sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan usaha pada bidang ini. Secara umum dapat dikatakan aspek ekonomi sering dilupakan, perhatian biasanya diarahkan hanya pada aspek teknis (nutrisi dan reproduksi). Performan ekonomi dapat diukur dengan cara sederhana atau komplek (luas). Pengukuran secara sederhana dilakukan melalui perhitungan keuntungan atas input yang terbatas. Sedangkan pada analisis yang komplek pengukurannya melibatkan berbagai input (tenaga kerja, investasi sarana dan prasarana), selanjutnya diuji melalui berbagai analisis sensitivitas. Analisis ekonomi pada usaha peternakan umumnya didasarkan atas tingkat efisiensi biologis, selanjutnya dikonversikan dengan tingkat harga-harga yang berlaku.

Ternak kambing dikatagorikan sebagai jenis ternak ruminansia. Jenis ternak ini membutuhkan rumput sebagai makanan pokok yang dijadikan sebagai sumber serat. Pemberian pakan hanya satu jenis (rumput) saja tidak memberikan produktivitas yang optimal. Pada derah-daerah tertentu di Indonesia para petani dipedesaan berupaya meningkatkan produktivitas ternak melalui pemberian hijauan yang bervariasi, sehingga diperoleh pertumbuhan yang relatif baik yaitu 60 – 80g/ekor/hari (BUDIARSANA et al., 2001; 2002). Akan tetapi pada daerah yang tidak didukung dengan ketersediaan ragam jenis hijauan yang memadai, maka pemberian hijauan biasanya dari satu jenis saja yaitu rumput lapangan, sehingga ada kecenderungan produktivitas ternak akan rendah.

Permasalahan serius pada upaya penyediaan pakan ternak ini yaitu pada saat musim kering dimana ketersediaan hijauan pakan ternak sangat kurang. Rendahnya kempemilikan lahan juga merupakan salah satu penyebab petani dalam upaya penyediaan pakan ternak. Tidak jarang ditemui di suatu daerah bahwa penjualan ternak meningkat tajam yang disebabkan oleh para peternak merasa kesulitan dalam penyediaan pakan.

Sebenarnya upaya untuk memenuhi kekurangan pakan dapat dilakukan dengan cara penambahan konsentrat pada ransum, akan tetapi rendahnya modal yang dimiliki petani, belum mampu malakukan upaya ini.

Jerami padi merupakan salah satu limbah hasil pertanian (padi) terdapat hampir disemua daerah di Indonesia, yang sampai saat kini belum dimanfaatkan dengan baik. Rendahnya kualitas jerami padi dan persepsi salah dari para petani bahwa jerami padi tidak disukai oleh ternak kambing merupakan kendala mendasar penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak kambing.

Hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa nilai cerna jerami padi dapat ditingkatkan melalui proses fermentasi dan dapat menggantikan rumput dalam ransum sapi (ALI dan NOERYANTO, 1983) maupun ransum kambing dan domba (USRI et al., 1979; CHUZAEMI et al., 1989; HARTUTIK et al., 1989; SITORUS, 1987). Penggantian rumput dengan jerami padi sebanyak 25% pada ransum yang mengandung 1% urea dan 10% molases masih memberikan pertambahan berat badan harian ternak jantan yang tidak berbeda dengan ransum kontrol (26,3 vs 37,2) USRI et al., 1979).

Berbagai penelitian untuk meningkatkan kualitas jerami telah dilaporkan yaitu secara fisik (WINUGROHO et al., 1984; CLOSE dan MANKE, 1986). Secara kimiawai (USRI et al., 1979; WINUGROHO et al., 1984; atau dengan mikroba (SOEYONO et al., 1984; HARYANTO et

al., 1998).

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui nilai ekonomi pada penggunaan jerami padi fermentasi sebagai pakan ternak kambing.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di laboratorium kandang percobaan Balai Penelitian Ternak Bogor selama kurun waktu 4 bulan, menggunakan 18 ekor ternak kambing jantan muda umur 5 – 6 bulan, bobot badan 16 – 17 kg. Diacak untuk menjadi 3 kelompok masing 6 ekor/kelompok. Perlakuan masing-masing kelompok seperti ditunjukkan pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Jumlah ternak dan jenis perlakuan pakan pada masing-masing kelompok Perlakuan Uraian

T1 T2 T3

Jumlah ternak (ekor) 6 6 6

Perlakuan ransum

Jerami padi fermentasi kering utuh (%) 37.5 - -

Rumput Raja (berdasar BK) (%) - - 37.5

Konsentrat K1 (%) 62.5 - -

Konsentrat K3 (%) - 62.5

Pakan Komplit (%) - 100 -

Jerami padi yang digunakan yaitu jerami padi yang telah difermentasi. Proses fermentasi jerami dilakukan dengan cara mencampurkan probiotik, urea dengan jerami padi. Probiotik (Probion) yang digunakan yaitu probiotik produksi Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor. Jumlah urea dan probiotik yang digunakan yaitu masing-masing 2,5 kg untuk 1 ton jerami padi. Jerami padi yang telah dicampurkan dengan probiotik dan urea tersebut kemudian disimpan (proses fermentasi) pada areal yang terlindung dari hujan dan matahari selama 3 minggu. Setelah proses fermentasi selesai, jerami padi tersebut selanjutnya dikeringkan dengan cara penjemuran dibawah sinar matahari, sehingga diperoleh jerami kering dengan kadar air ± 15%. Penggunaan jerami pada perlakuan T1 yaitu tanpa diolah terlebih dahulu, sedangkan pada perlakuan T2 jerami padinya melalui proses penggilingan dengan menggunakan mesin penggilingan (grinder) sehingga diperoleh jerami kering giling dengan ukuran partikel ± 1 mm, untuk kemudian dicampur dengan bahan-bahan lain (bahan pembuatan konsentrat) pada mesin pencampur (mixer).

Jumlah ransum yang diberikan disesuaikan setiap 2 minggu setelah penimbangan ternak. Konsentrat disusun dengan bahan-bahan yaitu dedak padi, pollard, bungkil kelapa, bungkil kedele, onggok, molases dan mineral dengan kandungan protein kasar 17 – 21%. Jumlah pemberian konsentrat pada perlakuan selain T2 yaitu sebanyak 67,5% dan pemberian jerami atau rumput sebanyak 37,5% berdasarkan bahan kering. Dengan komposisi tersebut diperkirakan kandungan PK ransum sekitar

Jumlah pakan yang diberikan yaitu sebanyak 3% dari bobot badan berdasar bahan kering.

Parameter yang diamati yaitu konsumsi pakan diukur setiap hari, sedangkan pertumbuhan diukur setiap dua minggu sekali. Untuk mengetahui kualitas pakan yang dikonsumsi, maka pada akhir penelitian dilakukan uji kecernaan. Semua data dianalisis dengan analisis variance kecuali analisis ekonomi dilakukan secara deskripsi. Perhitungan ekonomi yang digunakan yaitu berdasarkan harga-harga yang berlaku pada saat penelitian yaitu; harga ternak kambing PE Rp. 16.000/kg bobot hidup, harga konsentrat pada perlakuan T1 dan T3 yaitu masing-masing Rp. 1160,7 dan Rp. 1.019.5 sedangkan harga jerami padi fermentasi kering, rumput segar dan pakan komplit masing-masing Rp. 350; Rp. 85 dan Rp. 861,46/kg.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan, konsumsi dan konversi pakan

Respon perlakuan pakan ternak kambing PE jantan muda (umur 4 – 6 bulan) seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Terlihat bahwa kelompok ternak pada perlakuan (T2) yaitu dengan perlakuan pakan komplit tumbuh paling cepat yaitu sebesar (83,3 g/ekor/hari) berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan (T1) dan (T3). Pertumbuhan ternak pada T1 dan T3 yaitu berturut-turut sebesar 57,9 dan 66,7g/ekor/hari. Superioritas pertumbuhan ternak kelompok (T2) telah ditunjukkan sejak

(4)

Tabel 2. Konsumsi pakan dan pertumbuhan kambing PE Jantan muda selama 4 bulan perlakuan pakan Perlakuan

Parameter

T1 T2 T3

Bobot badan awal 17,8 ± 5,6 17,8 ± 5,3 17,6± 6,3

Bobot badan akhir 25,1 ± 6,4b 28,3 ± 9,2a 25,9 ± 5,9b

Pertumbuhan (g/ekor/hari) 57,9 ± 9,8b 83,3 ± 37,0a 66,7 ± 19,7b

Konsumsi BK total (g/ekor/hari) 631,3 708,8 602,8

Kecernaan in-vivo

Protein (%) 78,2 81,6 85,4

Energi (%) 76,4 80,8 80,5

NDF (%) 51,1 55,2 65,6

Konversi pakan 10,90 8,51 9,04

Feed cost per gain (Rp.) 9.340 7.330 7.453

a,bHuruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan (P < 0,05)

Tingginya pertumbuhan pada (T2) didukung oleh tingkat konsumsi bahan kering harian yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Jumlah konsumsi bahan kering pada (T2) yaitu sebesar 708 g/ekor/hari namun tidak berbeda nyata dengan konsumsi bahan kering kelompok lainnya yaitu 631 dan 602 g/ekor/hari berturut-turut untuk (T1) dan (T3). Tingginya konsumsi pada (T2) mungkin dipengaruhi oleh perbedaan ukuran (size) jerami padi yang digunakan yaitu bubuk (mash). Ternak yang mendapat pakan dalam bentuk bubuk kelihatannya tidak perlu melakukan proses pengunyahan (chewing) terlebih dahulu sehingga laju pengosongan pakan dalam saluran pencernaan lebih cepat dan ternak dapat mengkonsumsi ransum lagi, pada akhirnya konsumsi bahan keringnya meningkat. Disamping ukuran (size) pakan yang diberikan, perbedaan konsumsi bahan kering untuk masing-masing kelompok sangat dipengaruhi oleh jenis pakan yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi ternak pada (T3) yang diberi pakan rumput segar mengkonsumsi bahan kering harian paling kecil.

Analisis feed cost per gain

Feed cost per gain yaitu jumlah biaya

pakan dalam nilai uang yang dikeluarkan untuk menghasilkan 1 kg bobot hidup. Dengan

mengetahui nilai ini dapat diketahui kemampuan jenis ransum untuk meningkatkan bobot badan. Semakin tinggi nilai feed cost per gain maka semakin jelek pengaruh ransum tersebut. Hasil perhitungan feed cost per gain pada penelitian ini adalah Rp. 9.340 (T1), Rp. 7.330 (T2) dan Rp. 7.453 (T3). Pada pengamatan ini nilai feed cost per gain pada kelompok ternak perlakuan pakan komplit (T2) menghasilkan nilai terendah. Dengan menggunakan harga ternak kambing dipasaran Rp. 16.000/kg bobot hidup, maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 8.670. Apabila harga kambing setelah digemukkan lebih tinggi dari harga sebelum digemukkan, yaitu akibat kualitas maupun kuantitas daging yang lebih baik, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin tinggi.

Keuntungan yang lebih tinggi mungkin akan dapat dicapai apabila prosesing jerami padi dilakukan pada skala yang lebih besar. Dengan menggunakan alat-alat yang memadai dan melalui perhitungan-perhitungan tertentu akan diperoleh tingkat effisiensi yang optimal. Pada skala yang lebih besar dapat diduga produksi jerami padi fermentasi kering giling dapat ditekan sebesar 30%. Menekan biaya jerami padi sampai 30% dapat meningkatkan keuntungan lebih dari 5% atau setara dengan Rp. 370/per bobot hidup sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi Rp. 9.040/kg bobot hidup.

(5)

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ternak kambing dengan pakan jerami padi fermentasi, memberikan keuntungan setara dengan perolehan keuntungan pada ternak yang mendapat pakan rumput raja segar sebagai pakan dasar.

Penggunaan jerami padi dalam bentuk bubuk untuk dijadikan pakan komplit lebih menguntungkan dan prosfektif dijadikan teknologi penyediaan pakan untuk skala besar.

DAFTAR PUSTAKA

ALI, A. dan NOERYANTO. 1983. Pengunaan jerami padi dalam ransom ternak pengaruhnya pada konsumsi dan berat badan sapi Aceh. Pros. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Puslitbang peternakan, Bogor. hlm. 37 – 41. BUDIARSANA I-G.M., I-KETUT SUTAMA, TATAN

KOSTAMAN, M. MARTAWIDJAJA, HASTONO, MAULANA S. HIDAYATA, RIAD SUKMANA, BACHTIAR,GUNAWAN dan MULYAWAN. 2001. Uji Multilokasi Poduksi Kambing Peranakan Etawah. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Ternak, 2001.

BUDIARSANA I-G.M., I-KETUT SUTAMA, TATAN KOSTAMAN, M. MARTAWIDJAJA, HASTONO, MAULANA S. HIDAYATA, RIAD SUKMANA, BACHTIAR,GUNAWAN dan MULYAWAN 2002. Interaksi Bibit Kambing Peranakan Ettawah Terseleksi di Beberapa Lokasi dengan Agroekosistem yang Berbeda. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Ternak 2002. CHUZAEMI,S., SOEBARINOTO dan SULASTRI. 1989.

Kecernaan dan retensi nitrogen pada kambing yang diberi ransum basal jerami padi dan menir dengan tambahan urea molases blok. Pros. Pertemuan ilmiah Ruminansia Jilid II. Ruminansia Kecil. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 174 – 178.

CLOSE, W. and K.H. MENKE. 1986. Selected Topic in Animal Nutrion. Univ. Hohenheim. Stuttgart, Federal Republic of Germany.

HARTUTIK, S. CHUZAEMI dan N SIMPEN. 1989. Penggunaan feses domba sebagai sumber enzim urease dalam proses amoniasi jerami padi dengan urea. Pros. Pertemuan ilmiah Ruminansia Jilid II. Ruminansia Kecil. Pusat penelitian dan pengembangan Peternakan, Bogor. hlm. 224 – 227.

HARYANTO, B., I-W.MATHIUS, D. LUBIS dan M. MARTAWIDJAJA. 1998. Manfaat Probiotik dalam Meningkatkan Effisiensi Fermentasi Pakan di dalam Rumen. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 635 – 641.

SITORUS, S.S. 1987. The effect of leucaena supplementation to napir grass and rice straw based diets for grazing sheep and goat. Ilmu dan Peternakan 3(2): 75 – 78.

SOEYONO, M., M.D. AREUBI, SOEDOMO dan H HARTADI. 1984. Penggunaan Pleurotus sp. untuk meningkatkan nilai nutrisi jerami padi sebagai pakan domba. Pros. Pertemuan Ilmiah Penelitian Ruminansia Kecil. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 28 – 31.

USRI, T., A.R. TARMIDI dan H. DJUNED. 1979. Pengaruh penggantian rumput lapang segar dengan jerami padi kering dalam ransum terhadap pertumbuhan domba. Pros. Seminar Penelitian dan Penunjang Pengembangan Peternakan. LPP. hlm. 112 – 116.

WINUGROHO,M.,B.BAKRIE,T.PANGGABEAN dan N.G. YATES dan T.D. CHANIAGO. 1984. Pengaruh pemberian urea, molase dan konsentrat komersial pada pertumbuhan kambing muda yang diberi makanan jerami padi dengan perlakuan amonium hidroksida. hlm. 24 – 27.

DISKUSI Pertanyaan:

Apakah penggunaan jerami padi fermentasi sebagai pakan dasar apalagi dilihat dari prosesnya membutuhkan waktu, tenaga dan biaya?

Jawaban:

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini disusun untuk melengkapi sebagian syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Ispitivanjem elektri č ne provodljivosti sistema u kome je C/T odnos 1:2, pokazano je da dati surfaktantni sistem sa pove ć anjem udela vodene faze pokazuje porast elektri č

Sedangkan limit switch dibuat dengan sistem kerja yang berbeda, limit switch dibuat dengan sistem kerja yang dikontrol oleh dorongan atau tekanan (kontak fisik) dari

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk dan Harga Terhadap

yang beramal di antara kamu, baik lelaki maupun perempuan”. Ini berarti bahwa kaum perempuan sejajar dengan laki-laki dalam potensi intelektualnya, mereka juga dapat

Namun kemudian, sebagai- mana dikemukakan oleh Muhammad Hami- dullah, secara bertahap, berdasarkan wahyu (al-Qur’an) dan sunnah Nabi Muhammad, sistem sosial yang

menunjukan hasil regresi secara keseluruhan yang menjelaskan hubungan stres kerja terhadap kinerja karyawan, dimana didapatkan nilai R sebesar 0,776 yang menunjukkan