• Tidak ada hasil yang ditemukan

komponen ekosistem yang lain (Asdak, 2002). Sungai Tutupan dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai penunjang kehidupan mereka, seperti sumber air, ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "komponen ekosistem yang lain (Asdak, 2002). Sungai Tutupan dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai penunjang kehidupan mereka, seperti sumber air, ke"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS AIR SUNGAI TUTUPAN KECAMATAN JUAI

KABUPATEN BALANGAN BERDASARKAN

BIOINDIKATOR MAKROZOOBENTHOS

Aditya Rahman K.N1, Nofianur Elferianto2, Sasi Gendro Sari3

1Jurusan Biologi FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Jl. Raya Jakarta No.4 Pakupatan Serang Banten

2,3Program Studi Biologi FMIPA Unlam

Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan – 70714

Email : aditya_untirta@yahoo.co.id ABSTRACT

Tutupan river communities used as a source of water, household (MCK) and plantations as well as the place of final disposal of waste coal. As a impact, a decline of the quality of Tutupan River water . Therefore, an examination of the quality of Tutupan River water by bioindikator makrozoobenthos. Makrozoobenthos samples taken using Ponar grab, then filtered, put into a sample bottle, identified to the family level, calculated abundance, diversity index and the FBI index (family biotic index). Physical and chemical parameters of water were measured such as temperature, current speed, clarinity, pH, DO, TSS, BOD, COD, ammonia, nitrite, nitrate, total phosphate and C / N ratio of the substrate. Based on FBI index, the quality of Tutupan River water, into category of good to very with the level of contamination of organic matter lightly polluted to heavily polluted organic material. Family Unionidae and Enchytraeidae is makrozoobenthos who have a high tolerance to changes in environmental conditions , while the Family Corduliidae , Ephemerilidae , Hydropsychidae and Psychomyiidae is makrozoobenthos who have a low tolerance to changes in environmental conditions. In April diversity makrozoobenthos significantly correlated with the degree of clarinity and DO. While in May diversity makrozoobenthos not correlate significantly with the physical and chemical parameters of water were measured.

Keywords : Cover River , water quality , makrozoobenthos , environmental parameters PENDAHULUAN

Sungai merupakan habitat bagi berbagai jenis organisme akuatik yang memberikan gambaran kualitas dan kuantitas dari hubungan ekologis yang terdapat di dalamnya, termasuk terhadap perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia (Barus, 2004). Ekosistem sungai terdiri dari komponen biotik dan

abiotik yang saling berinteraksi membentuk satu kesatuan yang teratur dan tidak ada satu komponenpun yang dapat berdiri sendiri melainkan mempunyai keterikatan dengan komponen lain langsung atau tidak langsung, besar atau kecil. Aktivitas suatu komponen selalu memberi pengaruh pada

(2)

komponen ekosistem yang lain (Asdak, 2002).

Sungai Tutupan dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai penunjang kehidupan mereka, seperti sumber air, keperluan rumah tangga (MCK) dan perkebunan. Selain itu, aliran sungai ini dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan akhir limbah batu bara. Hal ini mengakibatkan bahan pencemar secara langsung maupun tidak langsung masuk ke dalam badan sungai, sehingga menyebabkan pencemaran perairan. Menurut Setiawan (2008) berbagai macam aktifitas pemanfaatan sungai pada akhirnya memberikan dampak terhadap penurunan kualitas air.

Penurunan kualitas air akibat pencemaran menyebabkan perairan tersebut tidak dapat digunakan sesuai peruntukannya. Selain itu, penurunan kualitas air juga dapat mengubah keanekaragaman dan kelimpahan organisme akuatik yang hidup di perairan tersebut. Menurut Bahri et al., (2003) pencemaran seperti bahan organik, padatan tersuspensi, nutrien berlebih, substansi toksik, limbah industri dapat menyebabkan gangguan kualitas air dan

menyebabkan perubahan

keanekaragaman dan kelimpahan organisme akuatik di sungai.

Bioindikator merupakan penentuan kondisi lingkungan (perairan) menggunakan organisme yang kehadirannya atau perilakunya di alam berkorelasi dengan kondisi lingkungan. Organisme perairan digunakan sebagai indikator pencemaran karena habitat, mobilitas dan umur yang relatif lama dalam mendiami suatu wilayah perairan tertentu (Zahidin, 2008). Selain itu, organisme juga lebih tegas dalam mengekspresikan kerusakan sungai dalam jangka panjang, sedangkan sifat fisik dan kimia cenderung menginformasikan keadaan sungai pada waktu pengukuran saja (Astirin

et al., 2001). Salah satu organisme

yang dapat digunakan sebagai indikator pencemaran perairan adalah makrozoobenthos.

Makrozoobenthos merupakan organisme yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada didasar

perairan. Penggunaan

makrozoobenthos sebagai indikator biologi kualitas perairan bukanlah merupakan hal yang baru. Beberapa sifat hidup hewan ini memberikan

(3)

keuntungan untuk digunakan sebagai indikator biologi diantaranya mempunyai habitat yang relatif menetap. Dengan demikian, perubahan kualitas air tempat hidup makrozoobenthos akan berpengaruh terhadap keanekaragamannya. Keanekaragaman makrozoobenthos bergantung kepada toleransi ataupun sensitifitasnya terhadap perubahan lingkungan (Asra, 2009).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air Sungai Tutupan berdasarkan bioindikator makrozoobenthos dan mengetahui hubungan keanekaragaman makrozoobenthos dengan parameter fisik dan kimia air di Sungai Tutupan.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2014 s/d Juli 2014. Tempat penelitian berada di Sungai Tutupan Kecamatan Juai Kabupaten Balangan, dimana lokasi pengambilan sampel berada di wilayah Desa Bata, Desa Wonorejo, Desa Sumber Rejeki dan Desa Sirap. Selanjutnya identifikasi makrozoobenthos dan analisis parameter dilakukan di Laboraturium Dasar FMIPA Unlam Banjarbaru.

Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian ditetapkan 5 stasiun pengamatan dengan metode purposive sampling. Metode ini didasarkan atas pertimbangan sumber pencemar berupa pemukiman warga, wilayah perkebunan dan adanya aliran settling

pound tempat pembuangan akhir

limbah batu bara, sehingga didapat gambaran lokasi penelitian secara keseluruhan. Adapun pertimbangan lain dalam penentuan lokasi adalah kemudahan akses dan keamanan dalam pengambilan sampel. Deskripsi lokasi pengambilan sampel di lima stasiun yaitu sebagai berikut:

a. Stasiun I

Stasiun I merupakan bagian hulu Sungai Tutupan yang berada di Desa Bata Kecamatan Juai Kabupaten Balangan dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Tabalong. Secara geografis stasiun I terletak pada 02° 11’ 4,86 LS dan 115° 34’ 30,7 BT. Sungai berwarna kuning kekeruhan, memiliki kedalaman yang relatif dalam ± 0,5 m - 1 m dan terdapat vegetasi di sepanjang aliran sungai. b. Stasiun II

Stasiun II terletak pada 02° 12’21 LS dan 115° 34’59,9 BT

(4)

berdekatan dengan wilayah pertambangan batu bara. Pada stasiun II terdapat banyak ranting pohon kering yang masuk ke badan sungai, sungai berwarna keruh kekuningan, memiliki kedalaman yang relatif dalam ± 0,5 m – 1,5 m dan terdapat vegetasi di sepanjang aliran sungai tersebut.

c. Stasiun III

Stasiun III terletak pada 02° 13’56,7 LS 115° 33’48,6 BT. Lokasi pengambilan sampel berada ± 200 m setelah settling pond I sebagai tempat pembuanagn limbah batu bara dan berada di dalam hutan campuran. Sungai berwarna putih kekeruhan, kedalaman sungai relatif dalam ± 1 m – 1,5 m dan banyak vegetasi di sepanjang aliran sungai.

d. Stasiun IV

Stasiun IV terletak pada 02° 14’24,3 LS dan 115° 33’48,6 BT. Lokasi pengambilan sampel berada ± 200 m setelah settling pond II sebagai tempat pembuanagn limbah batu bara dan berada di dalam hutan campuran. Sungai berwarna putih kekeruhan, kedalaman sungai relatif dalam ± 1 m - 2 m dan banyak vegetasi di sepanjang aliran sungai.

e. Stasiun V

Stasiun V berada di Desa Sirap yang terletak 02° 15’29,6 LS dan 115° 34’27,5 BT. Lokasi stasiun V merupakan bagian hilir dari aliran Sungai Tutupan sebelum bermuara ke Sungai Balangan. Pada lokasi Stasiun V warna airnya cukup jernih, kedalaman sungai relatif dalam ± 1 m – 2 m dan terdapat vegetasi di sepanjang aliran sungai.

Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan Sampel

Makrozoobenthos

Sampel makrozoobenthos pada dasar sungai diambil menggunakan alat ponar grab. Ponar

grab dibuka dan dipasang penguncinya, kemudian diturunkan kedalam sungai. Pada jarak sekitar 1 m dari dasar sungai ponar grab dilepaskan, sehingga secara otomatis pengait terlepas dan ponar grab tertutup bersama dengan masuknya substrat. Sampel yang terambil disaring dengan saringan bertingkat dari atas ke bawah, dengan ukuran mata saringan 2, 1,5 dan 1 mm. Selanjutnya makrozoobenthos yang didapatkan dimasukkan ke dalam botol sampel yang sudah berisi formalin 4%, kemudian diberi label dan dimasukan kedalam box ice.

(5)

Identifikasi makrozoobenthos dilakukan sampai tingkat famili. Proses identifikasi makrozoobenthos menggunakan mikroskop stereo dan buku panduan indentifikasi. Jumlah

kelimpahan dan jenis

makrozoobenthos dihitung dan dicatat kemudian didokumentasikan.

Pengambilan Sampel Air

Sampel air diambil langsung dilapangan menggunakan botol air 1 L sebanyak 3 L. Botol dimasukan kedalam sungai dan dibuka tutup botolnya sampai air terisi penuh, usahakan tidak ada udara yang masuk ke dalam botol. Selanjutnya tutup botol tersebut dan keluarkan dari dalam sungai, lalu diberi label dan dimasukan kedalam box ice.

Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Air

Pengukuran parameter fisika dan kimia air Sungai Tutupan meliputi suhu, kecepatan arus, kecerahan, TSS, pH, DO, BOD, COD, amonia, nitrit, nitrat, total fosfat dan rasio C/N substrat.

Pengumpulan Data

Kelimpahan Makrozoobenthos Kelimpahan makrozoobenthos dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Setiawan 2009):

Keterangan:

K = Kelimpahan makrozoobenthos (Individu/m2)

n = Jumlah ulangan

S = Jumlah individu (Individu/m2) a = Luas ponar grab (cm2)

10000 = Nilai konversi cm2menjadi m2

Indeks Keanekaragaman Makrozoobenthos

Indeks Keanekaragaman yang digunakan sebagai berikut (Sinaga, 2009):

dimana Keterangan:

= Indeks Keanekaragaman (Shannon-Wiener)

= Jumlah individu jenis ke-i = Jumlah total individu

Kategori indeks keanekaragaman

Shannon-Wiener mempunyai kisaran

nilai tertentu yaitu: < 1: keanekaragaman rendah; 1≤ ≤ 3: keanekaragaman sedang; > 3: keanekaragaman tinggi (Setiawan, 2009).

Family Biotic Indeks (FBI)

Rumus FBI yaitu sebagai berikut (Wibisono dan Barti, 2013): Keterangan:

FBI = Family Biotic Indeks = Jumlah individu yang

ditemukan pada tiap famili = Nilai toleransi dari famili = Jumlah keseluruhan individu

(6)

FBI Kualitas air Tingkat Pencemaran

0,00-3,75 Excellent Tidak terpolusi bahan organik

3,75-4,25 Sangat baik Sedikit terpolusi bahan organik

4,26-5,00 Baik Terpolusi beberapa bahan organik

5,01-5,75 Sedang Terpolusi agak banyak bahan organik

5,76-6,50 Agak buruk Terpolusi banyak bahan organik

6,51-7,25 Buruk Terpolusi sangat banyak bahan organik

7,26-10,00 Sangat buruk Terpolusi berat bahan organik

Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara keanekaragaman makrozoobenthos yang terdapat di Sungai Tutupan dengan parameter fisika dan kimia air.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan makrozoobenthos yang berhasil ditemukan berjumlah 27 famili, seperti pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Jumlah dan jenis makrozoobenthos yang ditemukan di lima stasiun pengamatan Sungai Tutupan.

Class Ordo Family Bulan April Stasiun Bulan Mei

I II III IV V I II III IV V

Bivalvia Unionoida Unionidae - - - 6 9 - - 2 6 1

Gastropoda Architaenioglossa Viviparidae - 7 - - -

-Insecta Coleoptera Dytiscidae 1 12 - 1 - - 5 - 3 -

-Dytiscidae 2 1 - - - -Elmidae - - - 1 Diptera Tipulidae 1 - 1 - - - -Tipulidae 2 - 3 1 2 - - 2 1 - -Ceratopogonidae - - - 1 - - -Chironomidae - - - 1 -Ephemeroptera Oligoneuriidae - 2 - - - -Ephemerilidae 1 - - - 1 - -Ephemerilidae 2 - - - 1 Megaloptera Sialidae - - - 1 - - 1 Odonata Aeshnidae 1 - - - -Coenagrionidae 7 5 2 - - 3 3 - - -Corduliidae 1 1 - - - -Corduliidae 2 - - 1 - - - -Corduliidae 3 - - - 1 - 1 - 1 1 -Gomphidae - - - 1 - - - -Trichoptera Hydropsychidae 1 - - 1 - - - -Hydropsychidae 2 - - - 1 - - - -Rhyacophilidae - - - 1 - - -Psychomyiidae - - - 1 -

-Malacostraca Decapoda Crangonidae 1 3 - - -

-Crangonidae 2 - - - 2 - - -

-Parathelphusidae - 1 - - 2 - - - - 3

Oligochaeta Haplotaxida Enchytraeidae - - - 2 - - 7

Jumlah Individu 25 19 14 10 11 12 10 9 8 14

(7)

Kualitas Sungai Tutupan Berdasarkan Family Biotic Indeks (FBI) Makrozoobenthos

Nilai FBI makrozoobenthos di lima stasiun pengamatan Sungai Tutupan pada bulan April dan bulan Mei 2014 dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Grafik FBI makrozoobenthos di lima stasiun pengamatan

Nilai FBI makrozoobenthos di lima stasiun pengamatan pada bulan April berkisar antara 5,14 – 7,64 dan bulan Mei berkisar antara 4,33 – 7,57. Nilai FBI makrozoobenthos tertinggi di kedua bulan terdapat pada stasiun V yaitu 7,64 dan 7,57. Sedangkan nilai terendahnya terdapat di stasiun III yaitu 5,14 dan 4,33. Menurut Susilowati (2007), bahwa nilai FBI yang semakin besar menunjukan kualitas air yang semakin buruk dan sebaliknya, apabila nilai FBI semakin rendah maka kualitas air akan semakin baik.

Kriteria kualitas air Sungai Tutupan di lima stasiun pengamatan pada bulan April dan Mei tergolong baik sampai sangat buruk, dengan

tingkat pencemaran terpolusi beberapa bahan organik sampai terpolusi berat bahan organik. Stasiun V merupakan stasiun pengamatan yang memiliki nilai FBI tertinggi, sehingga diartikan kualitas air di stasiun tersebut tergolong sangat buruk dengan tingkat pencemaran terpolusi berat bahan organik. Hal ini sejalan dengan parameter lingkungan di stasiun tersebut, seperti kecerahan, DO, amonia dan nitrat yang kurang mendukung bagi keberadaan makrozoobnethos. Selain itu, letak lokasi stasiun V yang berada di bagian hilir sungai, menyebabkan adanya akumulasi bahan pencemar dari hulu sungai yang terbawa oleh

(8)

aliran sungai sampai di stasiun tersebut.

Tingginya nilai FBI di stasiun V juga disebabkan karena ditemukan famili Unionidae dan Enchytraeidae yang memiliki jumlah individu terbanyak. Famili Unionidae dan Enchytraeidae merupakan kelompok makrozoobenthos toleran yang memiliki nilai toleransi yang tinggi terhadap perubahan kondisi lingkungan. Selain itu, kandungan substrat di stasiun V berupa lumpur dan pasir halus yang kurang disukai oleh makrozoobnethos. Sehingga hanya makrozoobenthos tertentu saja yang dapat hidup pada kandungan substrat tersebut.

Stasiun III merupakan stasiun pengamatan yang memiliki nilai FBI terendah, sehingga kualitas air di daerah tersebut tergolong baik. Rendahnya nilai FBI di stasiun III disebabkan karena adanya makrozoobenthos jenis intoleran seperti ordo Trichoptera dan

Ephemeroptera, serta

makrozoobenthos jenis fakultatif seperti ordo Odonata yang berhasil ditemukan. Adanya makrozoobenthos jenis tersebut disebabkan karena kandungan substrat di stasiun III

berupa batuan, akar tumbuhan, serasah, ranting pohon dan pasir yang mendukung bagi kehidupannya sebagai tempat berlindung dan mencari makan. Menurut Sahri et al. (2000), bahwa jenis intoleran dan fakultatif umumnya menyukai perairan yang bersubstrat dasar berupa batuan, potong-potongan kayu sebagai tempat berlindung dari arus, mencari makan dan melekatkan diri dari predator.

Makrozoobenthos jenis intoleran seperti ordo Trichoptera dan

Ephemeroptera, serta

makrozoobenthos jenis fakultatif seperti ordo Odonata memiliki jumlah individu lebih banyak dibandingkan jenis toleran dan umumnya memiliki nilai toleransi yang rendah terhadap perubahan kondisi lingkungan. Sehingga nilai FBI di stasiun tersebut menjadi rendah. Selanjutnya Wibisono dan Barti (2013) menyatakan, bahwa nilai FBI makrozoobenthos 5,14 dan 4,33 termasuk perairan yang tingkat pencemarannya terpolusi beberapa bahan organik sampai terpolusi agak banyak bahan organik.

Stasiun I, II dan IV juga merupakan stasiun pengamatan yang

(9)

kualitas airnya mengalami pencemaran. Kualitas air di stasiun I tergolong agak buruk sampai sedang, dengan tingkat pencemaran terpolusi banyak bahan organik sampai terpolusi agak banyak bahan organik. Stasiun II tergolong sedang sampai agak buruk, dengan tingkat pencemaran terpolusi agak banyak bahan organik sampai terpolusi banyak bahan organik. Stasiun IV tergolong agak buruk sampai buruk, dengan tingkat pencemaran terpolusi banyak bahan organik sampai terpolusi sangat banyak bahan organik. Perbedaan kriteria kualitas air di stasiun pengamatan tersebut disebabkan karena adanya pengaruh dari parameter lingkungan. Sehingga makrozoobenthos yang tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan tersebut akan bertahan dan yang sensitif jumlahnya akan berkurang.

Selain itu, terdapat perbedaan jumlah individu makrozoobenthos jenis toleran yang memiliki nilai toleransi tinggi terhadap perubahan kondisi lingkungan. Pada stasiun I ditemukan famili Coenagrionidae, stasiun II ditemukan famili Coenagrionidae, Enchytraeidae dan stasiun IV ditemukan famili Unionidae. Sehingga menyebabkan nilai FBI makrozoobenthos di stasiun tersebut mengalami perbedaan. Kandungan substrat dimasing-masing stasiun juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelimpahan dan komposisi makrozoobenthos yang ditemukan. Pada stasiun I substrat berupa, lumpur, pasir, batu dan akar tumbuhan. Stasiun II substrat berupa pasir, tanah liat, akar tanaman dan ranting pohon. Sedangkan stasiun IV berupa lumpur, pasir dan serasah.

Hubungan antara Keanekaragaman Makrozoobenthos dengan Parameter Fisika dan Kimia Air Sungai Tutupan

Nilai indeks keanekaragaman makrozoobenthos di Sungai Tutupan pada bulan April dan bulan Mei disetiap stasiun pengamatan dapat dilihat pada gambar berikut:

(10)

Gambar 2. Grafik indeks keanekaragaman makrozoobenthos

Pada bulan April,

keanekaragaman makrozoobenthos memiliki korelasi yang signifikan dengan parameter kecerahan. Sedangkan pada bulan Mei, keanekaragaman makrozoobenthos tidak berkorelasi secara signifikan dengan parameter kecerahan. Korelasi tersebut menunjukan nilai negatif (korelasi berlawanan), artinya semakin besar nilai kecerahan maka keanekaragaman makrozoobnethos akan semakin kecil dan sebaliknya. Hal ini disebabkan karena nilai rata-rata parameter kecerahan pada bulan April < 0,30 m dan pada bulan Mei nilai rata-rata parameter kecerahan > 0,30 m. Rendahnya tingkat kecerahan di stasiun V pada bulan April dikarenakan tingginya curah hujan. Sehingga menyebabkan sediman dipinggiran sungai masuk ke badan

sungai dan menyebabkan fluktuasi terhadap sedimen dasar perairan. Rata-rata curah hujan pada bulan April sekitar 129,0 mm. Sedangkan pada bulan Mei, tingkat kecerahan di stasiun V lebih tinggi dibandingkan bulan April. Hal ini disebabkan karena rata-rata curah hujan pada bulan Mei 37,0 mm, lebih rendah dibandingkan bulan April. Tingkat kecerahan yang rendah juga dapat menyebabkan stress bahkan kematian pada makrozoobenthos.

Selain itu, pada bulan April keanekaragaman makrozoobenthos juga memiliki korelasi yang signifikan dengan kandungan oksigen terlarut. Sedangkan pada bulan Mei, keanekaragaman makrozoobenthos tidak berkorelasi secara signifikan dengan kandungan oksigen terlarut. Korelasi pada bulan April

(11)

menunjukan nilai positif (korelasi searah), artinya semakin besar nilai kandungan oksigen maka keanekaragaman makrozoobnethos akan semakin besar dan sebaliknya. Sedangkan korelasi pada bulan Mei menunjukan nilai negatif (korelasi berlawanan), artinya semakin besar nilai kandungan oksigen maka keanekaragaman makrozoobnethos akan semakin kecil dan sebaliknya. Hal ini disebabkan karena oksigen terlarut merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan makrozoobenthos untuk proses respirasi. Menurut Tarigan (2009), makrozoobenthos dapat bertahan hidup pada kandungan oksigen terlarut minimum 4 mg/L, selebihnya tergantung kepada ketahanan biota tersebut. Kekurangan oksigen terlarut dapat menyebabkan berkurangnya jumlah individu dan jenis makrozoobenthos di perairan (Susilowati, 2007). Apabila jumlah individu dan jenis makrozoobenthos berkurang, maka keanekaragaman biota tersebut juga akan mengalami penurunan.

Menurunnya kandungan oksigen terlarut di perairan dikarenakan adanya masukan bahan

organik. Bahan organik tersebut diduga berasal dari adanya pemanfaatan aliran sungai seperti, MCK (mandi cuci dan kakus), tempat pembuangan sampah rumah tangga, lapukan ranting, serasah dan batang pohon. Selain itu, penurunan oksigen terlarut juga disebabkan oleh aktivitas respirasi dari organisme akuatik, termasuk makrozoobenthos. Limbah organik akan mengalami degradasi dan dekomposisi oleh bakteri aerob (menggunakan oksigen dalam air), sehingga lama-kelamaan kandungan oksigen terlarut dalam air akan berkurang. Hal ini akan berakibat kepada penurunan jumlah makrozoobenthos dan hanya jenis tertentu saja yang dapat bertahan hidup.

Selain tingkat kecerahan dan DO (bulan April), parameter suhu, kecepatan arus, TSS, pH, kandungan oksigen terlarut BOD, COD, amonia, nitrit, nitrat, total fosfat, C/N substrat (bulan April dan Mei), kecerahan dan kandungan oksigen terlarut (bulan Mei) tidak berkorelasi secara signifikan dengan keanekaragaman makrozoobenthos. Hal ini disebabkan karena parameter tersebut tidak berkorelasi secara langsung terhadap

(12)

keberadaan dan aktivitas makrozoobenthos.

KESIMPULAN

Berdasarkan FBI (family

biotic indeks), kualitas air Sungai

Tutupan termasuk dalam kategori baik sampai sangat buruk dengan tingkat pencemaran terpolusi beberapa bahan organik sampai terpolusi berat bahan organik. Famili Unionidae dan Enchytraeidae merupakan makrozoobenthos yang dapat tumbuh dan berkembang pada kondisi lingkungan yang tercemar berat. Famili Corduliidae, Ephemerilidae, Hydropsychidae dan Psychomyiidae merupakan makrozoobenthos yang dapat hidup pada kondisi lingkungan yang belum tercemar sampai tercemar sedang. Pada bulan April keanekaragaman makrozoobenthos berkorelasi secara signifikan dengan tingkat kecerahan dan kandungan DO. Sedangkan pada bulan Mei keanekaragaman makrozoobenthos tidak berkorelasi secara signifikan dengan parameter fisika dan kimia air yang terukur.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak C. 2002. Hidrologi dan

Pengolahan Daerah Aliran Sungai. Cetakan ke 2, Penerbit

UGM Press. Yogyakarta.

Asra, R. 2009. Makrozoobenthos Sebagai Indikator Biologi Dari Kualitas Air Sungai Kumpeh dan Danau Arang-Arang Kabupaten Muaro Jambi.

Bisspecies. 2, 23-25.

Astirin, O. P., A. D. Setyawan, & M. Harini. 2002. Keragaman Plankton sebagai Indikator Kualitas Sungai di Kota Surakarta. Biodiversitas. 3, 236-241.

Bahri, S., R. Hidayat, & B. Priadie. 2003. Analisis Kualitas Air

Secara Cepat Menggunakan Makrobenthos Studi Kasus Sungai Cipakundung. Peneliti

Bidang Lingkungan Keairan. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Bandung.

Sahri, A. B & A. Ningrum. 2000. Keragaman Makrobentos pada Berbagai Substrat Buatan di Sungai Cigalah Cilacap.

Jurnal Biosfera 15.

Setiawan, D. 2008. Studi Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Hilir Sungai Lematang Sekitar Daerah Pasar Bawah Kabupaten Lahat. Julnal Penelitian Sains. 9, 12-14.

Sinaga, T. 2009. Keanekaragaman

Makrozoobenthos Sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba Balige Kabupaten Toba Samosir.

Tesis Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Susilowati, E. 2007. Struktur Komunitas Makrozoobenthos Sebagai Indikator Biologi Perairan di Hulu Sungai Cisadane Bogor. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor.

Tarigan, L. C. BR. 2009. Studi

(13)

Makrozoobenthos di Danau Lau Kawar Desa Kuta Gugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.

Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Wibisono, R. W. R. & Barti, S. M. 2013. Penentuan Kualitas Air

Sungai Cihampelas dengan Bioindikator

Makrozoobenthos. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, IPB, Bogor.

Zahidin, M. 2008. Kajian Kualitas

Air di Muara Sungai Pekalongan di Tinjau dari Indeks Keanekaragaman Makrobenthos dan Indeks Saprobitas Plankton. Tesis

Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, Semarang.

Tabel 3. Parameter fisika dan kimia air Sungai Tutupan pada bulan April dan bulan Mei

(14)

Parameter Satuan Bulan April Stasiun Bulan Mei I II III IV V I II III IV V Fisika Suhu oC 26,15 26,3 29,17 26,2 26,02 25,4 25,7 28,8 27,6 28,3 Kecepatan arus cm/dt 0,05 0,03 0,14 0,27 0,11 0,22 0,09 0,21 0,33 2,31 Kecerahan m 0,23 0,22 0,23 0,26 0,33 0,23 0,24 0,26 0,34 0,44 TSS mg/L 0,03 0,02 0,03 0,03 0,02 30,5 158,5 38 26 21,5 Kimia pH - 6,5 6,5 7,0 7,1 6,9 6,7 6,6 6,9 6,8 6,7 DO mg/L 3,5 3,17 2,3 1,98 1,7 3,8 2,6 2,1 1,6 1,4 BOD mg/L 1,72 1,66 1,85 1,74 1,51 3,45 5,83 3,9 3,83 4,05 COD mg/L 15 16 16 16 14 56 56 12 24 12 Amonia mg/L 0,46 0,93 0,1 0,62 0,73 0,83 1,21 0,28 0,93 0,92 Nitrit mg/L 0,005 0,002 0,001 0,003 0.004 0,048 0,038 0,035 0,037 0,042 Nitrat mg/L 0,5 0,6 0,1 0,7 1 0,7 0,7 0,2 1 0,9 P-Total mg/L 0,11 0,14 0,05 0,13 0,12 0,48 2,01 0,35 0,59 0,62 C/N Substrat % 1,64 15,17 5,24 23,02 0,82 2,46 19,36 10,06 20,74 1,29

Tabel 4. Koefisien korelasi antara keanekaragaman makrozoobenthos dengan parameter fisika dan kimia air Sungai Tutupan

Parameter Nilai Koefisien Korelasi

Bulan April Bulan Mei

Fisika Suhu 0,500 0,200 Kecepatan arus -0,700 -0,700 Kecerahan -0,975** -0,200 TSS 0,000 0,700 Kimia pH -0,600 -0,359 Oksigen terlarut 0,900* -0,200 BOD 0,100 0,800 COD 0,100 0,000 Amonia 0,100 0,100 Nitrit -0,200 -0,200 Nitrat -0,600 -0,667 T-Pospat 0,200 0,205 C/N Substrat 0,300 -0,100 Keterangan:

Nilai + = Korelasi searah (Positif) Nilai - = Korelasi berlawanan (Negatif) *) Korelasi signifikan pada α ≤ 0,05 **) Korelasi signifikan pada α ≤ 0,01

Gambar

Tabel 2. Jumlah dan jenis makrozoobenthos yang ditemukan di lima stasiun pengamatan Sungai Tutupan.
Gambar 1. Grafik FBI makrozoobenthos di lima stasiun pengamatan
Gambar 2. Grafik indeks keanekaragaman makrozoobenthos
Tabel 4. Koefisien korelasi antara keanekaragaman makrozoobenthos dengan parameter fisika dan kimia air Sungai Tutupan

Referensi

Dokumen terkait

Sepanjang 2011 kita menyaksikan begitu banyaknya kasus-kasus kekerasan atas nama agama dan berbagai bentuk pelarangan beribadah yang dilakukan sekelompok masyarakat yang begitu

Jika Anda menyambungkan telepon ke komputer kantor menggunakan USB atau sambungan Bluetooth™, Anda dapat menggunakan sambungan ini ke komputer untuk mengakses jaringan dan

konsep tentang hukum dalam kaitannya dengan masyarakat atau

Stresor yang dihadapi oleh para juara olimpiade tersebut tentu akan berbeda dengan stresor yang dihadapi oleh para atlet renang yang mengikuti kejuaraan

32 Menurut McNabb dan Sepic (1995), kepuasan kerja dapat mempengaruhi kesiapan seseorang untuk berubah pegawai dan manager yang nyaman dengan pekerjaan mereka ( yang

Kualitas ikan tuna yang diberi serbuk atung lebih baik dengan nilai organoleptik (rupa, bau dan tekstur) terurut 6,7; 6,8 dan 6,7 pada jam ke-24 paska tangkap bila dibandingkan

Guru dapat memilih cerita rakyat tersebut sebagai objek pembelajaran dalam penyampaian materi memahami cerita rakyat yang dituturkan, (2) hasil penelitian ini

Berdasarkan atas uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Dimensi Kualitas Produk terhadap Minat Beli Konsumen Gelamai Merk