D
DAFTAR ISI
HALAMAN
BAB I PENDAHULUAN
1
BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN
3
A. Geografi & topografi
3
B. Keadaan Penduduk
4
C. Tingkat Pendidikan
11
D. Peran serta masyarakat
12
BAB III PROGRAM KESEHATAN
15
BAB IV DERAJAT KESEHATAN
23
A. Data Keadaan morbiditas
23
B. Data Keadaan mortalitas
30
C. Data Status Gizi
34
BAB V UPAYA KESEHATAN
37
A. Pelayanan Kesehatan Ibu & Anak
37
B. Kesehatan Lingkungan
40
C. Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan
42
D. Situasi kecelakaan lalu lintas
42
BAB VI SUMBER DAYA KESEHATAN
45
A. Sarana & Prasarana Kesehatan
45
B. Tenaga Kesehatan
45
BAB VII PENUTUP
4747
47
LAMPIRAN
TABEL STANDART PELAYANAN MINIMAL
TABEL INDIKATOR INDONESIA SEHAT
BAB I
PENDAHULUAN
Pentingngya penerapan paradigma pembangunan kesehatan baru,
yaitu Paradfigma Sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan
kesehatan bangsa yang lebih bersifat proaktif. Paradigma sehat
tersebut merupakan modal pembangunan kesehatan yang dalam
jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap
mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melallui kesadaran
yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif dan preventif
Untuk terwujudnya paradigma sehat sebagai paradigma
pembangunan kesehatan yang baru, kajian yang seksama mengenai
dasar-dasar, visi serta misi pembangunan kesehatan perlu segera
dilakukan,dasar-dasar, visi serta misi pembangunan kesehatan
seyogyanya tidak hanya mampu menghadapi tantangan konvensional
pembangunan kesehatan tetapi juga harus mengantisipasi pelbagai
perubahan yang terjadi.
Salah bentuk perubahan saat ini adalah kebijakan desentraliasi
di bidang kesehatan, kebijakan itu dikembangkan menjadi langkah
strategis untuk menyelesaikan berbagai hambatan dan tantangan
yang dihadapi Pusat dan Daerah karena berbagai peraturan untuk
mendukung pelaksanaan desentralisasi.
Desentraliasasi
menyebabkan perubahan mendasar dalam
tatanan pemerintahan sehingga terjadi juga perubahan peran dan
fungsi birokrasi mulai dari tingkat pusat sampai kedaerah. Perubahan
yang mendasar itu memerlukan juga pengambangan kebijakan yang
mendukung penerapan desentralisasi dalam mewujudkan
pembangunan kesehatan sesuai kebutuhan daerah dan
diselenggarakan secara efisien, efektif dan berkualitas.
Salah satu wujud desentralisasi dalam bidang kesehatan adalah
terbitnya beberapa peraturan perundang-undangan antara lain : (a)
Keputusan Menkes tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan
menuju Indonesia Sehat, (b) Keputusan Menkes tentang Standart
Pelayanan Minimal.
Salah satu bentuk perwujudan dari keputusan Menkes tersebut,
maka Kabupaten/kota menindaklanjutinya dengan membuat laporan
standar pelayanan minimal dalam bnetuk profil kesehatan, yang setiap
tahun dibuat oleh kabupaten/kota.
Profil kesehatan kabupaten Tana Toraja yang diterbitkan setiap
tahun adalah gambaran situasi kesehatan di kabupaten Tana Toraja
setiap tahunnya, yang dapat dijadikan acuan dalam membuat
perencanaan berbasis data.
Diharapkan dengan adanya profil kesehatan ini dapat membantu
semua pihak dalam mendapatkan data-data serta membuat
Memang disadari bahwa masih banyak kelemahan- kelemahan
yang perli dibenahi, terutama didalam mendapatkan data yang
berbasis masyarakat, oleh karena itu diharapkan dukungan dari
semua pihak dalam membantu penyempurnan profil ini.
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN
A. GAMBARAN GEOGRAFI & TOPOGRAFI
Kabupaten Tana Toraja memiliki luas wilayah 3.206Km²
dengan jumlah kecamatan 40, lembang 310 lembang/kelurahan.
Adapun batas-batas wilayah kabupaten Tana Toraja yaitu :
Sebelah Utara berbatasan dengan Sulawesi Barat
Sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Luwu
Sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Enrekang
Sebelah barat berbatasan dengan Polewali
Dengan letak koordinat yaitu :
Bujur Timur
: 119° - 120°
Lintang Selatan
: 2,40° - 3,23°
Kabupaten Tana Toraja termasuk daerah pegunungan
dengan ketinggian antara 300 s/d 2889 m diatas permukaan
laut, dengan suhu udara antara 14° s/d 26° C dan kelembaban
udara berkisar anatar 82% -86%
Dari kondisi topografi Kabupaten Tana Toraja, maka dapat
dikelompokkan sbb :
8,42% datar
11,27% landai
18,61% agak curam
26,67% Curam
35,03% sangat curam
B. KEADAAN PENDUDUK
1. Jumlah dan pertumbuhan penduduk
Pada dasarnya ada tiga permasalahan kependudukan di
Indonesia yaitu jumlah penduduk yang besar, komposisi penduduk
yang kurang menguntungkan serta penyebaran penduduk yang
tidak merata, dimana terjadi penumpukan penduduk pada
daerah-daerah tertentu.
Keadaan penduduk di Kabupaten Tana Toraja juga setiap
tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan, seperti pada
gambar 1.
Penduduk merupakan sumber daya bagi suatu negara, tetapi
disisi lain penduduk juga merupakan sumber permasalahan yang
cukup besar , dimana jumlah penduduk yang setiap tahun semakin
meningkat, persebaran penduduk yang tidak merata serta tingkat
ketergantungan yang masih cukup tinggi.
Keadaan penduduk dikabupaten Tana Toraja setiap tahun
mengalami peningkatan, dengan pertumbuhan penduduk sebesar
2,9%. Bertambahnya penduduk setiap tahun dimungkinkan kerena
arus mobilisasi tinggi serta tingkat kelahiran juga semakin
meningkat.
Peningkatan penduduk setiap tahunnya akan menimbulkan
permasalahan, terutama dalam hal kesempatan kerja, banyaknya
angka pengangguran karena tidak seimbang dengan lapangan kerja
Gambar 1
Penduduk kabupaten Tana Toraja
Tahun 2002-2006
380,000
390,000
400,000
410,000
420,000
430,000
440,000
450,000
Tahun
2002
Tahun
2003
Tahun
2004
Tahun
2005
Tahun
2006
Sumber data : BPS Tator
Terjadinya peningkatan penduduk setiap tahun
kemungkinan disebebkan oleh beberapa faktor, yaitu : Jumlah
kelahiran meningkat, Jumlah penduduk yang masuk ke Tana
Toraja meningkat dan jumlah penduduk yang keluar menurun
Kemungkinan pula ada peningkatan penduduk di tahun
2007, hanya kami belum mandapatkan data dari BPS Tana
Toraja, karena sementara diolah.
2.
Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk yang tidak merata merupakan juga
merupakan permasalahan yang sampai saat ini belum tuntas,
keadaan ini dipegaruhi oleh banyak faktor antara lain
pendidikan, kesempatan kerja, dll. Di kabupaten Tana Toraja
kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Rantepao
( 2.402 / Km² ), dan kec. Tallung Lipu ( 1.602/Km²), sementara
itu kec. yang kepadatannya sangat rendah adalah kecamatan
Bonggakaradeng dan kec. Simbuang.
Tabel 1.
Kepadatan penduduk per kecamatan
Di Kabupaten Tana Toraja, thn 2006
No Kecamatan
Kepadatan
penduduk/KM
1 Makale
Utara
771
2 Makale
Utara
463
3 Makale
Selatan
198
4 Rantepao
2402
5 Tallung
Lipu
1602
6 Tikala
450
7 Gandang
Batu
Sillanan
178
8 Mengkendek
151
9 Sangalla
194
10 Sangalla
Utara
295
11 Sangalla
Selatan
176
12 Tondon
259
13 Nanggala
142
14 Sopai
272
15 Kesu
563
16 Sanggalangi
286
17
Dende Piongan Napo
123
18 Rantetayo
179
19 Kurra
95
20 Rembon
141
21 Malimbong
Balepe
45
22 Saluputti
125
23 Sesean
279
24 Seselean
Suloara
273
25 Bangkelikila
268
26 Balusu
160
27 Sadan
175
28 Buntao
182
29 Rantebua
107
30 Masanda
42
31 Bittuang
82
32 Buntu
Pepesan
101
33 Baruppu
39
34 Rindingallo
113
35 Kapala
Pitu
141
36 Awan
Rantekalua
86
37 Bonggakaradeng
31
38 Rano
69
39 Mappak
36
40 Simbuang
32
Sumber data : BPS Tator
Secara keseluruhan, maka kepadatan penduduk di
kabupaten Tana Toraja tahun 2006 sebesar 139/KM, dengan
rata-rata jiwa per rumah tangga adalah 5 orang.
3. Komposisi penduduk menurut kelompok umur
Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat
memberikan beberapa gambaran pada suatu daerah, antara
lain : beban tanggungan, tinggi rendahnya tingkat kelahiran,
dan umur harapan hidup.
Penduduk kabupaten Tana Toraja yang berusia muda
masih lebih besar terutama pada kelompok umur 5-9 tahun,
10-14 tahun dan 15-19 tahun. Disamping itu jumlah penduduk
usia 65 tahun keatas lebih banyak dibandingkan dengan
kelompok umur 60-64 tahun, yang berarti bahwa usia harapan
harapan hidup di kabupaten Tana Toraja mengalami
peningkatan.
Banyaknya usia muda dan usia tua menggambarkan beban
ketergaantungan di Tana Toraja cukup besar, yaitu sekitar
%. Proporsi kelompok umur 0-14 thn dan 65 tahun keatas
sekitar 47,657%, dan proporsi usia produktif sebesar 52,43%
Gambar 2
Komposisi penduduk menurut kelompok umur
Kabupaten Tana Toraja, thn 2006
-5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 0-4 t ahun 5-9 t ahun 10-14 tahu n 15-19 tahu n 20-24 tahu n 25-29 tahu n 30-34 tahu n 35-3 9 tahu n 40-4 4 tahu n 45-4 9 tahu n 50-5 4 tahu n 55-5 9 tahu n 60-64 tah un 65 ta hun > TAHUN J U M L AH P E NDUDU K Laki-laki Perempuan
Sumber data : BPS Tana Toraja
4. Angka Kelahiran Kasar ( Crude Birth rate)
Gambar. 3
CBR tahun 2002-2007
Di Kabupaten Tana Toraja
17.65
16.63
18.48
17.2
17.98
13.35
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
tahun
2002
tahun
2003
tahun
2004
tahun
2005
tahun
2006
tahun
2007
tahun
A
n
g
ka kel
a
h
ir
a
n
kasar
Angka kelahiran kasar tahun 2002-2007 berfluktuasi,
keadaan ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu :
1. Tidak semua kelahiran tercatat.
2. Jumlah lahir mati dan kematian bayi cukup besar
3. Program KB belum berjalan dengan baik
Gambar. 4
Persentase peserta KB Aktif
tahun 2004-2007 Kab.Tana Toraja
66.95
57.38
52.75
54.10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
tahun 2004
tahun 2005
tahun 2006
tahun 2007
Tahun
P
e
rs
ent
a
se K
B
akt
if
Sumber data : Lap.BKKBN
Salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya
jumlah penduduk adalah tiingginya jumlah kelahiran, yang
berarti merupakan gambaran dari program keluarga berencana
yang belum berjalan optimal.
Peserta KB aktif di kabupaten Tana Toraja mengalami
peningkatan dari tahun 2006 ke 2007, walapun pada tahun
sebelumnya mengalami penurunan.
Gambar. 5
Persentase peserta KB Baru tahun 2004-2007
Kab.Tana Toraja
12.23
11.01
11.49
9.11
0
2
4
6
8
10
12
14
tahun 2004
tahun 2005
tahun 2006
tahun 2007
Sumber Data : lap BKKBN
Nampak dalam gambar 4, peserta KB aktif mengalami
kenaikan dari tahun 2005 ke 2006. Kenaikan peserta KB aktif
sejalan dengan menurunnya jumlah kelahiran di tahun 2006
5. Persebaran & Kepadatan Penduduk
Penduduk Kabupaten Tana Toraja tersebar pada 40
Kecamatan dan 310 lembang/kelurahan dengan jumlah
penduduk terbanyak pada kecamatan Mengkendek, Makale dan
Rantapao yang paling sedikit dikecamatan Kurra. Tidak
meratanya penyebaran penduduk mengakibatkan ada
sedikit. Penyebaran penduduk yang tidak merata dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti pendidikan, pekerjaan, transportasi
dll, dimana ada beberapa kecamatan yang sarana pendidikannya
belum lengkap sehingga masyarakat mencari tempat dimana
sarana pendidikannya lebih baik demikian juga kesempatan
untuk memperoleh pendidikan
6. Ekonomi
Anggaran kesehatan perkapita di kabupaten Tana Toraja
pada tahun 2004 sebanyak Rp.43.095, 2005 sebesar
Rp.71.948. tahun 2006 sebesar Rp. 11. 033 dan tahun 2007
sebesar Rp. 10.742
C. TINGKAT PENDIDIKAN
Pendidikan memegang peranan yang penting dalam dalam
kemajuan suatu bangsa. Partisipasi pendidikan yang tinggi
dapat menjadi motivator dalam peningkatakan tingkat
pendidikan di kabupaten Tana Toraja.
Betapa berartinya nilai suatu pendidikan bagi kehidupan
masyarakat terlebih lagi orang tua sehingga masyarakat yang
sudah sadar akan pentingnya pendidikan tentu lebih terpacu
untuk menyekolahkan anaknya sampai selesai, sehingga tidak
didapati lagi adanya putus sekolah.
Meskipun disadari bahwa begitu berharganya pendidikan
bagi setiap orang tetapi masih juga dijumpai adanya anak-anak
yang putus sekolah, baik karena alasan ekonomi maupun
karena alasan-alasan yang lain, yang pasti bahwa putus
sekolah merupakan suatu tindakan yang sangat merugikan.
Rendahnya partisipasi pendidikan merupakan suatu
pemicu tingginya angka putus sekolah. Peranan pemerintah
terutama dalam hal pemberian bantuan beasiswa bagi anak
berprestasi lebih tingkatkan, disamping peranan kelurga dalam
membangkitkan semangat belajar pada anak-anak, sehingga
jumlah anak yang putus sekolah dapat diperkecil.
Tabel.2
Jumlah lulusasn SD,SLTP,SLTA dan SMK negeri/Swasta
Di Kabupaten Tana Toraja, thn 2003-2006
No
Tahun SD
SLTP
SLTA
SMK
1.
2003 8.636
7.219 2.470
2.923
2.
2004 8.663
7.448 2.670
2.827
3.
2005 8.017 6.782 2.779 1.571
4. 2006 8.141 6.782 2.779 1.571
Sumber data : BPS Tator
D. PERAN SERTA MASYARAKAT
Keberhasilan suatu pembangunan bukan hanya ditentukan
oleh peranan pemerintah tetapi juga partisipasi dari segenap
lapisan masyarakat.
Wujud serta partisipasi masyarakat sangat beragam,
sesuai dengan pekerjaan sehari-hari yang mereka tekuni, seperti
peranan kader kesehatan di posyandu dalam melayani
penimbangan, mendeteksi dini, kunjungan rumah, dll.
Gambar.6
Persentase Posyandu Purnama & Mandiri
Di Kabupaten Tana Toraja
Tahun 2002 – 2007
0
5
10
15
20
25
Tahun
P
e
rs
en
ta
se
Posy Purnama Posy mandiri Posy Purnama 12.13 7.80 16.13 20.42 22.27 19.07 Posy mandiri 5.20 2.68 3.47 2.55 3.94 6.36 tahun 2002 tahun 2003 tahun 2004 tahun 2005 tahun 2006 tahun 2007Sumber data : Lap.Promosi
Terjadi peningkatan persentase posyandu mandiri dari tahun
2005 sampai tahun 2007.
E. KECELAKAAN LALU LINTAS
Kasus kecelakaan lalu lintas pada tahun 2004 sebanyak 8 kasus
dengan korban jiwa 24 orang ( meninggal 21 org dan luka berat 3
orang.) Untuk tahun 2005 terdapat 26 kasus kecelakaan 22
meninggal dunia dan 13 mengalami luka berat. Tahun 2006
jumlah kasus kecelakaan 13 kasus, korban meninggal 55%, luka
berat 35%, dan luka ringan 27%, sementara itu tahun 2007
jumlah kasus kecelakaan 23 kasus, korban meninggal 32,26%,
luka berat 38.71%, luka ringan 29,03%
Gambar 7
Kasus kecelakaan lalu lintas
Di kabupaten Tana Toraja, tahun 2005
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
Kondisi korban kecelakaan
P
e
rs
en
ta
se
tahun 2006
tahun 2007
tahun 2006
55.00
35.00
27.00
tahun 2007
32.26
38.71
29.03
Meninggal
Luka berat
Luka ringan
Sumber data :Polres Tana Toraja
Jumlah kasus kecelakaan Lalu lintas di kabupaten Tana
Toraja mengalami peningkatan dari tahun 2006 ke tahun 2007
BAB lll
PROGRAM KESEHATAN
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang bermuara pada peningkatan
pembangunan disektor kesehatan.
Pelaksanaan pembangunann kesehatan merupakan tanggung
jawab bersama, setiap individu, kelompok dan masyarakat, yang
merupakan suatum silklus tak tidak dapat dipisahkan.
Dalam rangka untuk meningkatkan pemabngunan sektor
kesehatan, maka tidak terlepas dari pembangunan dan perlusan
jaringan pelayanan kesehatan termasuk sumber daya manusia.
VISI DAN MISI
Visi Pembangunan kesehatan
MIsi pembangunan kesehatan
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
2. Meningkatkan lingkungan yang sehat
3. Mendorong kemandirian lokal dalam pemabngunan
kesehatan
4. Mendorong pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat
termasuk pola Hidup bersih Dan sehat (PHBS)
5. Mememlihara & meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata dan terjangkau
Arah kebijakan
1. Peningkatan jumlah sarana & prasarana Puskesmas dan
jaringannya sehingga kualitas pelayanan kesehatan dalam
bentuk upaya kesehatan masyarakat mencapaui upaya
kesehatan perorangan
2. Peningkatan kualitas & kuantitas tenaga medis & paramedis
sesuai kemampuan daerah secara optimal sehingga standart
operasional pelaksanaan dapat terlaksana
3. Pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin
4. Pengembangan sosialisasi kesehatan lingkungan
5. Peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak
usia dini terutama pada anak sekolah
6. Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan
dasar
7. Peningkatan dan pengembangan pariwisata sehat
8. Pengembangan media tradisional sebagai wadah sosialisasi
program kesehatan
Program – program pembangunan
1. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
• Tujuan
: untukm memberdayakan individu, keluarga
dan masyarakat agar mampu mengembangkan upaya
kesehatan bersumber masyarakat
• Kegiatan :
a. Pengembangan media promosi kesehatan dan
tenologi komunikasi, informasi dan edukasi
b. Pengembangan upaya kesehatan bersumber
masyarakat dan terutama generasi muda
c. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat
d. Peningkatan peran serta masyarakat terutama
generasi muda
2. Program lingkungan sehat
• Tujuan
:
Mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih
sehat
• Kegiatan
:
1. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
2. Pengawasan kualitas lingkungan
3. Pengendalian dampak resiko lingkungan
4. Pengawasan kesehatan matra dan daerah
transmigrasi
3. Program upaya kesehatan masyarakat
• Tujuan
:
Meningkatkan jumlah, pemerataan dan
kualitas pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan
jaringannya meliputi Puskesmas Pembantyu, Pusling
dan bidan di desa
• Kegiatan
:
1. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas
Dan jaringannya
2. Pengadaan,peningkatan dan perbaikan sarana &
prasarana Puskesmas & jaringannya
3. Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan
termasuk obat generik esensial
4. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang
mencakup promosi kesehatan, kesehatan ibu dan
anak, KB, petbaikan gizi, kesehatan lingkungan,
pemberantasan penyakit menular dan pengobatan
dasar
5. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
4. Program Upaya kesehatan perorangan
• Tujuan
:
Meningkatkan akses, keterjangkauan dan
kualitas pelayanan kesehatan di Rumah sakit
• Kegiatan
:
1. Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas
lll RS
2. Perbaikan sarana & prasarana RS Lakipadada
3. Pengadaan peralatan & perbekalan RS
4. Peningkatan & pelayanan kesehatan rujukan
5. Pengembangan pelayanan dokter keluarga
6. Penyediaan operasional dan pemeliharaan
7. Peningkatan peran sektor swasta dalam upaya
kesehatan perorangan
5. Program pencegahan & pemberantasan penyakit
•
Tujuan
:
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan
kecacadan akibat penyakit menular & tidak
menular.
• Kegiatan :
1. Pencegahan & penanggulangan faktor resiko
2. Peningkatan imunisasi
3. Penemuan & tatalaksana penderita
4. Peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan wabah
5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi
pencegahan & pemberantasan penyakit
6. peningkatan pelayanan kesehatan matra
7. Pencegahan & penanggulangan penyakit berbasis
wilayah terutama penyakit rabies
6. Program perbaikan gizi masyarakat
•
Tujuan
:
Meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam
upaya meningkatkan gizi masyarakat terutama pada ibu
hamil, bayi dan balita
• Kegiatan :
1. Peningkatan pendidikan gizi
2. Penanggulanagn KEP, anemi gizi , GAKY, kurang
vitamin A dan kekurangan sat mikro lainnya
4. Peningkatan surveilans gizi
5. Survey status gizi masyarakat
7.
Program sumber daya kesehatan
• Tujuan
:
Meningkatkan jumlah, mutu dan penyebaran
tenaga ke4sehatan, serta meningkatkan jaminan
pembiayan kesehatan bagi penduduk miskin
•
Kegiatan
:
1. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan
2. Peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga
kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan sesuai kemampuan pemda
3. Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan, terutama
untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas dan
jaringannya serta rumah sakit
4. Pembinaan tenaga kesehatan termasuk pengembangan
karir tenaga kesehatan
5. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan bagi
penduduk miskin yang berkelanjutan
8. Program obat dan perbekalan kesehatan
•
Tujuan
:
menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu
keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan
•
Kegiatan
:
1. Peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan
kesehatan
2. Peningkatan pemerataan obat & perbekalan
kesehatan
9. Program pengawasan obat & makanan
Tujuan
:
Menjamin produk terapeutik/obat, obat tradsional,
kosmetik, perbejkalan kesehatan, produk komplemen dan
produk pangan yang memenuhi persyaratan mutu,
kemampuan dan kemanfaatan/khasiat
Kegiatan :
1. Peningkatan pengawasan oabat & makanan
2. Penanggualangan penyalahgunaan narkotika,
psikotropikja, zat adiktif lainnya ( NAPZA)
10. Program pengembangan obat asli Tana Toaraja
Tujuan
:
Peningkatan pemanfaatan tanaman obat di Tana
Toraja
Kegiatan :
1. Pengembangan & penelitian tanaman obat
2. Peningkatan & promosi obat bahan alam Tana Toraja
11. Program kebijakan dan manajemen pembangunan
kesehatan
Tujuan : Mengembangkan kebijakan dan manajemen
pembangunan kesehatan
Kegiatan :
1. Pengkajian kebijakan
2. Pengembangan sistem perencanaan dan penganggaran,
pelaksanaan dan pengendalian, pengawasan dan
penyempurnaan administrasi keuangan
3. Pengembangan sistem informasi kesehatan
4. pengumpulan data base kesehatan
12. Program pariwisata sehat
Tujuan : untuk menjamin obyek wisata beserta sarana
pendukungnya layak dari aspek kesehatan
Kegiatan :
1. Pemeriksaan secara berkala obyek wisata
2. Pemeriksaan secara berkala obyek wisata
3. Lomba obyek wisata sehat
BAB IV
DERAJAT KESEHATAN
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu mobiditas,
mortalitas dan status gisi.Berikut ini akan diuraikan ketiga faktor
tersebut .
A. Data keadaan Morbiditas
Keadaan morbiditas dapat menggambarkan trend /kecenderungan
suatu penyakit serta upaya untuk penanggulangannya.
Tabel 3.
Sepuluh Jenis penyakit terbanyak, di Kab.Tana Toraja
Tahun 2007
No Jenis
Penyakit Jumlah
%
1
Penyakit saluran pernapasan akut
44.780
5.76
2 Diare
11.301
1.45
3
Hipertensi primer essensial
5.917
0.76
4 Batuk
5.822
0.75
5
Peny.lain pd saluran pernapasan
bagian atas
4.961 0.64
6 Dermatitis
(eksema)
4.786
0.62
7
Kecelakaan & rudapaksa
4.034
0.52
8 Influensa
3.914
0.50
9
Penyakit kulit alergi
3.777
0.49
10 Gastritis
3.679 0.47
Jumlah
92.971 11.97
Gambar 8.
Persentase 10 Penyakit menonjol di kab.Tana Toraja
Tahun 2007
-1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 Peny.saluran pernapasan atas akut tdk spesifik Diare Hipertensi primer essensilBatuk Peny.lain pada sal pernapasan bagian atas Dermatitis (eksema) Kecelakaan & rudapaksa
Influensa Penyakit kulit alergi
Gastritis
Sumber data : lap.SP2TP
Dengan melihat situasi morbiditas diatas nampak bahwa selain
penyakit menular juga didapatkan penyakit tidak menular seperti
hipertensi, penyakit pd sistem otot, dll. Jadi sudah mulai terjadi
pergesesaran pola penyakit, dimana penyakit tidak menular juga
sudah banyak dijumpai, kemungkinan keadaan dipengaruhi oleh life
Style terutama dalam pola makan.
Angka kesakitan masih banyak di sebabkan oleh
penyakit-penyakit menular, sementara itu penyakit-penyakit degeneratif juga sudah
mulai nampak.
• Penyakit Menular
1. ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
ISPA merupakan salah satu penyakit yang paling banyak
menyerang anak bayi & balita. Berdasarkan sepuluh penyakit
terbanyak di kabupaten Tana Toraja tahun 2007 penderita ISPA
menempati urutan pertama, dengan jumlah penderita 5,76%
dari jumlah seluruh kunjungan yang ada di Puskesmas.
2. TB Paru
Indonesia merupakan negara penyumbang kasus TB terbesar
ke 3 di dunia, yang setiap tahunnya diperkirakan penderita baru
TB menular sebayak 262.000 orang (44,9%) dan diperkirakan
sekitar 140.000 org meninggal karena TB Paru
Besarnya kasus TB sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan terutama lingkungan perumahan yang tidak sehat,
serta faktor ekonomi masyarakat yang masih rendah
Jumlah penderita TB Paru (+) di kabupaten Tana Toraja
tahun 2006 ke tahun 2007mengalami penurunan yaitu dari 327
penderita menjadi 314 penderita
Gambar 8
Situasi penderita TB paru (+)
Di Kabupaten Tana Toraja, tahun 2006-2007
tahun 2006,
327
tahun 2007,
314
Sumber data : Lap.P2P
3. Diare
Kondisi kesehatan lingkungan serta hygiene perorangan
mempunyai peranan dalam terjadinya diare. Buruknya kondisi
kesehatan lingkungan dan hygiene perorangan maka akan
menambah kasus diare. Diare dapat menyebabkan kematian
pada anak, karena terlalu banyak cairan yang hilang dari
tubuh.
Gambar 9
Penderita diare pada Balita di Kabupaten Tana Toraja
Tahun 2005-2007
tahun 2005,
44.81
tahun 2006,
82.09
Tahun 2007,
46.52
Sumber data : Lap.P2P
Walaupun ada penurunan jumlah kasus diare tahun 2006
ke tahun 2007, akan tetapi diare masih sering menimbulkan
KLB, bahkan di tahun 2007 terdapat tiga (3) penderita yang
meninggal karena diare.
4. Kusta
Selain TB paru ,penyakit kusta di Indonesia juga
merupakan penyumbang no 3 di dunia setelah India dan Brasil.
Walaupun program pemerintah untuk eliminasi kusta
tahun 2000 sudah dapat dicapai, namun kenyataanya penderita
kusta masih saja ada.
Upaya untuk menanggulangi penderita kusta sangat
diperlukan kerjasama antara semua, terutama dalam
mendeteksi secara dini gejala-gejala penyakit kusta, sehingga
penaggulangan secara dini juga dapat dilakukan sebelum terjadi
kecacatan.
Gambar 10
RFT penderita kusta di kabupaten Tana Toraja
Tahun 2006-2007
tahun 2005,
44.81%
tahun 2006,
24.24%
Tahun 2007,
14.29%
5. AFP( Acute Flasic Paralytis)
Kasus AFP Kabupaten Tana Toraja tahun 2001-2006 setiap
tahunnya didapai 3 kasus, kemuadian tahun 2007 terdapat 4
kasus AFP
Gambar 11
Kasus AFP per 100.000 anak umur < 15 thn
Di Kabupaten Tana Toraja, thn 2001 s/d 2007
0.57
1.23
0.59
1.61
2.15
1.65
0.58
0
0.5
1
1.5
2
2.5
Tahun
2001
Tahun
2002
Tahun
2003
Tahun
2004
tahun
2005
tahun
2006
Tahun
2007
Tahun
Pe
rs
e
n
ta
s
e
Sumber data : lap.surveilans
• Penyakit bersumber binatang
1. Penyakit rabies.
Rabies sampai sekarang masih menjadi permasalahan
di kabupaten Tana Toraja, karena pada umumnya masyarakat
Tana Toraja gemar memelihara hewan piaraan terutama
anjing. Pada umumnya rabies yang terjadi di Tana Toraja
karena gigitan anjing, dibandingkan dengan hewan piaraan
lain.
Pemberantasan rabies perlu dukungan dan kerjasama
dengan lintas sektor terutama yang menangani hewan
penular rabies. Disamping itu sangat perlu dukungan dari
pemerintah terutama dalam menetapkan perda tentang
hewan penular rabies, sehingga kasus gigitan, dan rabies
dapat ditekan seminimal mungkin
Kabupaten Tana Toraja setiap tahunnya terjadi
kematian karena rabies. Kasus rabies di kabupaten Tana
Toraja untuk tahun 2005 sebesar 9 kasus dan semuanya
meninggal (100%). Keadaan ini mengalami kenaikan
dibandingkan dengan tahun 2004 ( 7 kasus). Tahun 2007
kasus rabies mengalami penurunan, yaitu terdapat 2 kasus.
Terjadinya penurunan tersebut, karena pada saat yang
bersamaan petugas pengelola rabies di setiap Puskesmas
dilatih dalam menangani rabies terutama didalam pencucian
luka, sehingga setiap kali mendapatkan kasus gigitan mereka
sudah meampu melakukan pertolongan pertama sebelum
dilakukan tindakan pengobatan yang lebih lanjut.
2. Penyakit malaria
Penyakit malaria meruapakan salah satu penyakit yang
hampir merata terdapat disetiap daerah, meskipun bukan
daerah endemis.
Menurut SKRT di Indonesia diperkirakan setiap
tahunnya 15 juta penderita malaria dan 3.000 diantaranya
meninggall dunia.
Berdasarkan data profil kesehatan Prop.Sul-sel tahun
2004 didapatkan 6.922 pemdeita malaria klinis, 962 malaria
(+)
Gambar 12
Penderita malaria ( Klinis dan Positif) perseribu penduduk
Di Kabupaten Tana Toraja
Tahun 2002 s/ d tahun 2007
0.67
2.37
1.79
3.13
1.56
1.07
0.57
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Tahun
2001
Tahun
2002
Tahun
2003
Tahun
2004
tahun
2005
tahun
2006
Tahun
2007
tahun
P
e
nde
ri
ta
/1
0
0
0
pdd
Sumber data : Lap P2P
Penderita malaria per 1000 penduduk di kabupaten
Tana Toraja selama tiga tahun berturut – turut, yaitu tahun
2005-2007 mengalami kenaikan.
Arus mobiliasi yang tinggi di Tana Toraja merupakan
salah satu faktor yang berperan dalam penularan penyakit
malaria.
B. Data keadaan mortalitas
Data mortalitas (kematian) dapat memberikan gambaran
tentang kematian bayi,Balita, kematian ibu dan kematian kasar.
1. Kematian Bayi
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kematian bayi,
tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling
dominan dan yang tidak dominan. Ketersediaan tenaga medis
yang terampil, kesediaan masyarakat untuk mau mengubah
perilaku tradisional ke modern serta faktor lain merupakan
faktor l yang sangat berpengaruh terhadap kematian bayi.
Gambar 13
Jumlah kasus kematian bayi, di Kab.Tana Toraja
Tahun 2005-2007
tahun 2005,
181
tahun 2006, 86
Tahun 2007,
105
Sumber data : Lap.KIA dan surveilans
Penyebab kematian bayi & balita di Kabupaten Tana Toraja al :
a.
BBLR
=
10,42%
b.
Asfiksia
=
7,29%
c. Sepsis
= 2.08%
d. neonatorum
= 1.04%
e. Pnemoni
= 3,87%
f. Demam Thypoid
= 0,65%
g. Diare
= 5,16%
h. DBD
= 0,65%
i. Kecelakaan
= 0,65%
j. Lahir mati
= 5,81%
k. Lain-lain
= 69,79%
2. Kematian Balita
Kematian Balita yaitu kematian anak umur 0-4 tahun per
1000 anak. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kematian
anak balita seperti sosial ekonomi , lingkungan, kecelakaan,
penyakit, dll.
Menurut hasil susenas thn 2001 AKABA sebesar 64/1000
kh, sedangkan hasil SDKI tahn 2002-2003 AKABA di sulawesi
selatan sebesar 72/1000 KH.
Berdasarkan laporan LB2 dan lap.KIA tahun 2005
didapatkan 13 kasus kematian Balita, tahun 2006 ada 17 kasus
kematian balita dan tahun 2006 terdapat 10 kasus kematian
balita .
3. Kematian Ibu (AKI)
Ibu dalam kondisi hamil, melahirkan dan nifas sangat
rentan terhadap berbagai macam penyakit, sehingga jika
seorang ibu kurang memperhatikan kesehatannya, maka risiko
besar untuk terjadinya kematian .
Kematian Ibu dapat menggambarkan tingkat pelayanan
kesehatan, kondisi status gizi ibu terutama pada ibu hamil,
kondisi kesehatan lingkungan, dan perilaku dari ibu sendiri
Menurut data SKRT tahun 1986 AKI di Indonesia sebesar
450/100.000 KH dan menmgalami penurunan di tahun 1992
menjadi 425/100.000 KH
Kematian ibu di kabupaten Tana Toraja tahun 2005
berdasarkan lap.KIA didapatkan 6 kasus kematian ( 3 kasus
kematian ibu hamil dan 3 kasus kematian ibu nifas), tahun
2006 ada 5 kasus kematian ibu dan tahun 2007 terdapat 17
kasus kematian ibu. Penyebab kematian ibu di tahun 2007
yaitu perdarahan 5 orang, infeksi 1 orang, eklamsia 4 orang,
lain-lain 6 orang
4. Angka Kematian Kasar (AKK)
Angka kematian kasar kasar nasional dari tahun 1995 s/d
tahun 2000 cenderung mengalami penurunan, sedangkam
untuk sulawesi Selatan berfluktuasi dari tahun 1995 s/d tahn
1997 mengalami penurunan dan thn 1998 s/d 2000 terjadi
kenaikan.
Gambar 14
Angka kematian kasar per 1000 pdd
Nasional & Sulsel, thn 1995 s/d 2000
Sumber data : Indikator kesejahteraan anak( estimasi Supas 1995)
0
5
10
Nasional
7,69
7,6
7,54
7,69
7,51
7,34
Sul-Sel
8,4
6,1
6,1
5,5
5,5
6,29
5. Umur Harapan hidup
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat berarti terjadi
pula penigkatan pada umur harapan hidup pada waktu lahir.
Dari hasil estimasi oleh BPS umur harapan hidup penduduk
Indonesia mangalami peningkatan dari 45,73 th pada tahun
1967 menjadi 67,97 tahun 2000
Gambar 15
Umur harapan hidup waktu lahir
Di Indonesia tahun 1995 s/d 2000
Sumber data : Profil Kesehatan Indonesia 2003
Sementara itu umur harapan hidup Prop. Sul-sel juga
mengalami peningkatan dimana pada tahun 1971 umur harapan
hidup Pro.sul-sel 43 tahun, tahun 2003 menjadi 68 tahun
C. Data Status gizi
Keadaan status gizi seseorang/masyarakat sangat erat kaitannya
dengan sosial ekonomi masyarakat itu sendiri disamping faktor
pengetahunan masyarakat/ individu.
1. Bayi Lahir Badan Rendah ( BBLR)
Seorang bayi dikatakan BBLR jika pada saat dia lahir berat
badannya < dari 2.500 gr. Kategori BBLR ada 2 yaitu
55
60
65
70
laki-laki
61,54
61,91
62,29
62,63
63,55
63,45
perempuan
65,31
65,71
65,71
66,45
67,41
67,31
a. Bayi yang lahir prematur
b. Bayi yang lahir cukup bulan tetapi Berat badannya < 2.500
gr
Kategori yang ke dua inilah yang menimbulkan masalah gizi
yang paling banyak.
Gambar 16
Jumlah bayi BBLR di Kabupaten Tana Toraja
Tahun 2005-2007
0.58
0.22
1.61
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
tahun 2005
tahun 2006
Tahun 2007
tahun
p
e
rsen
tase b
ayi
BB
L
R
Sumber data : lap KIA
2. Status gizi Balita
Status gizi seorang bayi yang baru lahir akan memberi
pengaruh hingga mencapai umu Balita, oleh karena itu untuk
menghasilkan generasi yang cerdas, maka seharusnya dimulai
sejak dari dalam kandungan, bukan pada saat sudah mencapai
umur balita.
Menurut hasil susenas tahun 2001 Balita dengan gizi
kurang/buruk adalah 9,35%. Sedangkan menurut data PSG
prop.sul-sel thn 2004 KEP sebesar 14,48%
Kabupaten Tana Toraja tahun 2007 Balita dengan BGM
sekitar 17,19%, Balita BGT 38,37% dan Balita yang naik BB
64,73%
BAB V
UPAYA KESEHATAN
Adapun upaya kesehatan yang dilakukan dalam upaya mencapai
mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan anak
a. Pelayanan antenatal (K4)
Pelayanan antenatal merupakan salah satu pelayanan
kesehatan dasar bagi ibu hamil sejak usia kandungan 3 bulan
samapai 9 bulan, dimana minimal kunjungan sampai melahirkan
adalah 4 kali.
Gambar 17
Cakupan pelayanan Atenatal (K4)
Di kabupaten Tana Toraja tahun 2005-2007
59.03
65.35
67.42
54
56
58
60
62
64
66
68
70
tahun 2005
tahun 2006
Tahun 2007
tahun
P
e
rs
en
ta
se
ca
ku
p
a
n
Walaupun terjadi peningkatan dari tahun 2005 sampai
tahun 2007, akan tetapi belum mencapai target tahun 2007
sebesar 90%.
Banyak faktor yang mempengaruhi sehingga cakupan K4
di kabupaten Tana Toraja masih rendah antara lain kinerja bidan
di desa, kesadaran ibu, serta sarana yang mendukung,
mengingat kondisi geografis Tana Toraja yang masih banyak
daerah terpencil yang belum terjangkau kendaraan.
b. Persalinan oleh tenaga kesehatan
Komplikasi dan kematian ibu maternal lebih banyak
didominasi karena persalinan. Keterlambatan pertolongan
persalinan, persalinan yang tidak ditangani oleh bidan & dokter,
peranan kelurga, serta perilaku dari siibu yang dapat
mempengaruhi besarnya angka kematian karena ibu bersalin.
Dalam kurun waktu tiga (3) tahun cakuopan persalinan
oleh tenaga kesehatan di kabupaten Tana Toraja
Gambar 18
Persentase persalinan oleh tenaga kesehatan
Di kabupaten Tana Toraja, tahun 2005-2007
tahun 2005 32% tahun 2006 33% Tahun 2007 35%
c. Kunjungan Neonatus
Neonatus yaitu bayi dengan umur 0-28 hari. Kunjungan
nonatus diharapkan minimal 2 x . yaitu 1 x pada umur 0-7 hr
dan 1 kali pada umur 8-28 hari.
Gambar 19
Persentase kunjungan neonatus
Di kabupaten Tana Toraja, thn 2005-2007
12.38
82.53
65.36
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun
P
e
rs
en
tase
Sumber data : Lap.KIA
d. Kunjungan Bayi
Kunjungan bayi diharapkan dapat dilakukan setiap bulan
untuk mengetahui kondisi kesehatan seorang bayi sekaligus
untuk memberikan imunisasi, akan tetapi kunjungan bayi
biasanya hanya sebatas hingga bayi berumur 9 bulan, yaitu
pada saat bayi telah mendapat imunisasi lengkap dan setelah itu
tidak pernah lagi datang ke Posyandu. Diharapkan kunjungan
sampai pada umur Balita dengan tujuan untuk mendeteksi dini
tumbuh kembang anak balita, sehingga kelainan secara dini
dapat diketahui.
Gambar 20
Persentase kunjungan bayi di Kabupaten Tana Toraja
Tahun 2005-2007
Tahun 2005,
81.75
Tahun 2006,
82.04
tahun 2007,
83.90
Sumber data : Lap KIA
2. Kesehatan lingkungan
Menurut teori Hendril L.Blum derajat kesehatan dipengaruhi
oleh empat faktor, yaitu lingkungan, perilaku, herediter dan
pelayanan kesehatan.
Lingkungan ini ada berberapa macam seperti lingkungan fisik,
sosial dan ekonomi, yang turut berpengaruh terhadap timbulnya
berbagai penyakit dalam masyarakat.
Banyak pula penyakit yang disebabkan oleh faktor
lingkungan, seperti diare, DBD, malaria, ISPA, Kecacingan, dll.
Kondisi perumahan yang kurang sehat serta tidak ditunjang dengan
sarana kesehatan lingkungan seperti jamban yang layak
merupakan sumbangan terbesar untuk berjangkitnya penyakit.
Berikut ini akan disajikan hal-hal yang berhubungan dengan
sanitasi dasa
Gambar 16
Persentase cakupan sanitasi dasar
Di Kabupaten Tana Toraja , thn 2007
69.92
60.1
14.5
0
10
20
30
40
50
60
70
jamban
air bersih
air minum
Sumber data : lap kesling
Tabel 4
Pengamatan penyakit berbasis lingkungan
Melalui media konselign klinik sanitasi
Di Kabupaten Tana Toraja, thn 2007
No Jenis Penyakit melalui media lingkungan Jml
Air
Makanan
Udara
tanah
penderita
1.
Diare
86
86
2. Kecacingan
20
20
3.
ISPA
115
115
4. TB Paru
6
6
5.
Gatal-gatal
67
67
TOTAL
153
121 20
294
3. Pemanfaatan Sarana pelayanan kesehatan
Kecenderungan peningkatan kunjungan ke Puskesmas
memberikan gambaran bahwa kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan sudah mulai meningkat.
Gambar 17.
Kunjungan Puskesmas ( rawat inap & jalan)
Per 100.000 pdd di kab.Tana Toraja
Tahun 2005-2007
7.76
5.02
4.76
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tahun 2005
Tahun 2006
tahun 2007
Tahun
K
unj
unga
n/
1
0
0
.0
0
0
pdd
Sumber data : lap.SP2TP
4
.
Situasi Kecelakaan lalu lintas
Kasus kecelakaan lalu lintas di kabupaten Tana Toraja sejak
tahun 2005 sampai tahun 2007 naik turun, demikian pula dengan
jumlah korban keceklakaan. Sementara itu ratio kecelakaan per
100.000 pdd juga naik turun.
Anjuran pemerintah sejak awal tahun 2006 kepada setiap
pengendara kendaraan roda 2 untuk selalu menyalakan lampu
kendaraannya selama berada dijalanan ternyata tidak mengurangi
jumlah kasus kecelakaan lalu lintas, karena di kabupaten Tana
Toraja jumlah kasus tahun 2006 ke tahun 2007 mengalami
peningkatan, demikian pula dengan jumlah korban kecelakaan juga
mengalami peningkatan.
Gambar 18
Jumlah kecelakaan lalu lintas
Di kabupaten Tana Toraja, tahun 2005-2007
26
13
23
0
5
10
15
20
25
30
Tahun 2005
Tahun 2006
tahun 2007
Tahun
Ju
m
la
h
ke
ce
la
k
a
a
n
Gambar 19
Persentase korban kecelakaan lalu lintas
berdasarkan tingkat keparahan
di kabupaten tan
0
10
20
30
40
50
60
Meninggal
Luka berat
Luka ringan
kategori korban
p
e
rsen
tase
Tahun 2005
Tahun 2006
tahun 2007
BAB Vl
SUMBER DAYA KESEHATAN
Sumber daya kesehatan terdiri atas 3 bagian yaitu sarana,
tenaga dan dana. Ketiga fator tersebut saling mendukung didalam
mencapai pembagunan kesehatan.
1. Sarana & Prasarana kesehatan
a. RSU
= 1 unit
b. Puskesmas = 28 unit ( ada 3 unit di bangun
thn 2007, nanti tahn 2008 baru
beropreasional
c. Puskesmas Pembantu
= 73 unit
d. Polindes
= 99 buah
e. Puskesmas Keliling
= 27 unit
f. Gudang farmasi
= 1 unit
g.
Apotik =
12
buah
f. Praktek dokter perorangan = 68 buah
g.
Posyandu
=
440
buah
h. RS bersalin
= 2 unit (swasta)
i. RS
= 2 unit (swasta)
j. Balai pengobatan
= 1 unit
2. Sumber daya tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan yang ada tersebar di 28 Puskesmas dan
jaringannya baik yang PNS maupun pegawai tidak tetap
Adapun ratio tenaga kesehatan per 100.000 pdd per jenis
tenaga adalah sbb :
a. Ratio dr umum
= 9,85/100.000 pdd
b. Ratio perawat & bidan
= 146,64/100.000 pdd
c. Ratio dokter ahli
= 2,24 /100.000 pdd
d. Ratio dokter gigi
=3,58/100.000 pdd
e. Ratio farmasi
= 4,48/100.000 pdd
f. Gizi
= 6,27 / 100.000 pdd
g. Sanitasi
= 6,04 / 100.000 pdd
h. Kesehatan masyarakat
= 10,07 / 100.000 pdd
3. Pembiayaan kesehatan
Sumber daya biaya merupakan salah satu dari sumber daya
yang penting dalam pembangunan kesehatan, karena tanpa biaya
kegiatan tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya .Alokasi
pembiyaan untuk sektor kesehatan tahun 2004 dikabupaten Tana
Toraja sebesar 5,79% dari total APBD dan mengalamim kenaikan
ditahun 2005 sebesar 8,48% dari total APBD. Tahun 2006 sebesar
8,89%, dan taghun 2007 sebesar 8,06%
Sementara itu anggaran kesehatan perkapita tahun 2004
sebesar Rp.42,629 dan tahun 2005 sebesar Rp.71.948, tahun 2006
sebesar Rp.11.033 dan tahun 2007 sebesar Rp. 10.769. Adanya
penuunan % APBD kes terhadap APBD kab dari tahun 2006 ke
tahun 2007. melihat kondisi tersebut, maka sangat diharapkan
dukungan dana dari Pusat maupun Propinsi.
BAB VII
P E N U T U P
Tidak dapat dipungkiri bahwa sudah banyak kemajuan sektor
kesehatan yang telah dirasakan masyarakat, pembangunan,
perbaikan sarana kesehatan, serta pengadaan peralatan kesehatan
merupakan bukti kepedulian pemerintah.
Memang disadari bahwa upaya untuk mencapai derajat
kesehatan mastarakat yang optimal bukanlah pekerjaan mudah,
semudah membalik telapak tangan, banyak kendala yang dihadapii
terutama didalam mendapatkan data dan informasi yang akurat,
Disadari selama ini bahwa data yang didapatkan kebanyakan
bersumber dari sarana pelayanan kesehatan, dan belum mampu untuk
menjangkau data yang berupa survey, penelitian, oleh karena faktor
biaya.
Walaupun demikian data dan informasi yang ada dapat dijadikan
acuan didalam proses perencanaan yang akan dilakukan, meskipun
data yang ada hanya bersumbar dari sarana pelayanan kesehatan .
Dengan harapan semoga ditahun mendatang data yang berbasis
masyarakat juga sudah mampu untuk diakses sehingga data dan
informasi yang ada dapat mendukung proses perencanaan.
Akhir kata semoga profil kesehatan ini dapat bermanfaat
didalam melakukan perencanaan yang berbasis data.
JML K4 % JML RISTI DIRUJUKRISTI % JML DITOLONG TENKES %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Makale 2 Makale Utara
3 Makale Selatan Sandabilik 304 150 49.34 54 11 20.37 304 161 52.96
Rantepao 381 280 73.49 80 1 1.25 381 320 83.86
Laang Tanduk 224 232 103.57 69 0 0 224 214 95.54
5 Tikala Soloara 6 Tallung Lipu
7 Gandang Batu Sillanan Buntu Limbong 562 319 56.76 84 5 5.952 562 336 59.79
8 Mengkendek Getengan 707 647 91.51 177 6 3.39 707 578 81.75
9 Sangalla 10 Sangalla Utara
11 Sangalla Selatan Rante Alang 198 172 86.87 75 3 4 198 165 83.33
12 Tondon Tondon 372 91 24.46 107 1 0.935 372 199 53.49
13 Nanggala Nanggala 196 150 76.53 46 2 4.348 196 110 56.12
14 Sopai
15 Kesu 860 471 54.77 47 1 2.128 860 548 63.72
16 Sanggalangi
17 Dende Piongan Napo Pasang 263 74 28.14 39 1 2.564 263 108 41.06
18 Rantetayo 19 Kurra 20 Rembon 21 Malimbong Balepe 22 Saluputti Ulusalu 325 315 96.92 125 9 7.2 325 277 85.23 23 Sesean 24 Bangkeilikila
25 Sesean Suloara Lempo 303 149 49.17 48 1 2.083 303 262 86.47
26 Balusu 27 Sa'dan 28 Rantebua Rantebua' 388 173 44.59 82 6 7.317 388 176 45.36 29 Buntao Buntao 228 54 23.68 12 0 228 43 30 Masanda Ratte 31 Bittuang Bittuang 32 Baruppu Baruppu 33 Rindingallo
34 Kapala Pitu Pangala
35 Awan Rantekalua
36 Buntu Pepasan Ta'ba 311 255 81.99 30 1 3.333 311 145 46.62
37 Bonggakaradeng 38 Rano
39 Mappak 40 Simbuang
Jumlah 11,253 7,587 67.42 2,139 99 4.628 11,253 7,800 69.31
Sumber: Lap. KIA
46.44 50.32 Kondodewata 407 194 47.67 21 2 9.524 407 189 51.25 Buakayu 316 237 75.00 83 6 7.229 316 159 232 50.11 640 399 62.34 99 0 0 640 328 524 316 60.31 463 244 52.70 124 2 1.613 463 321 313 97.51 Sa'dan Malimbon 524 322 61.45 30 0 0 550 219 39.82 Rante Pangli 321 292 90.97 41 0 0 442 311 70.36 Rembon 550 191 34.73 134 5 3.731 345 91.76 Tombang Kalua Madandan 442 300 67.87 105 6 5.714 461 82.91 Kondoran 376 278 73.94 93 0 0 376 41 0 0 556 Tikala 556 515 92.63 10.24 1,036 Makale 1,036 1,083 4 Rantepao 293 30 104.54
NO KECAMATAN PUSKESMAS IBU HAMIL IBU BERSALIN
1,285
JML KN % JML BAYI KUNJ % JML LAHIR BBLR % BBLR BBLR DITANGANI % BBLR DITANGANI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 Makale 2 Makale Utara
3 Makale Selatan Sandabilik 304 216 71.05 276 164 59.42 158 - 0.00 - 0
Rantepao 381 696 182.68 346 218 63.01 577 46 7.97 46 0
Laang Tanduk 224 171 76.34 194 76 39.18 192 - 0.00 - 0
5 Tikala Soloara 6 Tallung Lipu
7 Gandang Batu SillananBuntu Limbong 562 336 59.79 511 101 19.77 317 7 2.21 7 100
8 Mengkendek Getengan 707 587 83.03 643 705 109.63 527 2 0.38 2 0
9 Sangalla 10 Sangalla Utara
11 Sangalla Selatan Rante Alang 198 181 91.41 180 238 132.10 157 - 0.00 -
-12 Tondon Tondon 372 203 54.57 257 182 70.82 190 - 0.00 -
-13 Nanggala Nanggala 196 121 61.73 289 62 21.61 106 - 0.00 - 0
14 Sopai
15 Kesu 860 692 80.47 945 615 65.08 539 3 0.56 3
-16 Sanggalangi
17 Dende Piongan Napo Pasang 263 131 49.81 213 161 75.59 94 8 8.51 8 0
18 Rantetayo 19 Kurra 20 Rembon 21 Malimbong Balepe 22 Saluputti Ulusalu 325 319 98.15 377 423 112.20 268 5 1.87 5 100 23 Sesean 24 Bangkeilikila
25 Sesean Suloara Lempo 303 289 95.38 275 233 84.73 293 3 1.02 3
-26 Balusu 27 Sa'dan 28 Rantebua Rantebua' 388 229 59.02 155 141 90.97 193 3 1.55 3 -29 Buntao Buntao 228 78 34.21 78 54 68.59 39 7 17.95 7 30 Masanda Ratte 31 Bittuang Bittuang 32 Baruppu Baruppu 33 Rindingallo
34 Kapala Pitu Pangala
35 Awan Rantekalua
36 Buntu Pepasan Ta'ba 311 244 78.46 283 49 17.31 244 3 1.23 3
-37 Bonggakaradeng 38 Rano 39 Mappak 40 Simbuang 11,253 9,287 82.53 10,260 8,609 83.90 7,833 126 1.61 126 100 Sumber: Lap.KIA NO KECAMATAN PUSKESMAS Makale 1,036 1,445 139.48 942 2,077 220.49 1,132 19 1.68 19 100 4 Rantepao Tikala 556 571 102.70 505 519 102.77 397 - 0.00 - -Kondoran 376 295 78.46 382 304 79.58 260 - 0.00 - 0 Tombang Kalua Madandan 442 358 81.00 506 371 73.32 318 6 1.89 6 -Rembon 550 235 42.73 440 613 139.32 236 3 1.27 3 -Rante Pangli 321 347 108.10 297 271 91.25 293 1 0.34 1 -Sa'dan Malimbong 524 380 72.52 506 19 3.75 381 - 0.00 - -463 297 64.15 421 669 158.91 282 - - - -640 425 66.41 582 159 27.32 296 5 1.69 5 -Buakayu 316 226 71.52 287 102 35.54 152 3 1.97 3 100 Kondodewata 407 215 52.83 370 83 22.43 192 2 1.04 2 0 JUMLAH
JML DI DETEKSI % JML DIPERIKS A % JML DILAYAN I KES % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Makale 2 Makale Utara
3 Makale Selatan Sandabilik - - - 2,549 2,534 99.41 - - -Rantepao - - - 9,397 9,297 98.94 - - -Laang Tanduk - - - 871 871 100.00 - - -5 Tikala Soloara
6 Tallung Lipu
7 Gandang Batu Sillan Buntu Limbong - - - 6,032 6,032 100.00 - - -8 Mengkendek Getengan - - - 5,059 5,030 99.43 - - -9 Sangalla
10 Sangalla Utara
11 Sangalla Selatan Rante Alang - - - 1,693 1,693 100.00 - - -12 Tondon Tondon - - - 3,463 3,463 100.00 - - -13 Nanggala Nanggala - - - 1,614 1,504 93.18 - - -14 Sopai - -
-15 Kesu - - - 97.47 - - -16 Sanggalangi
17 Dende Piongan NapoPasang - - - 4,413 4,413 100.00 - - -18 Rantetayo 19 Kurra 20 Rembon 21 Malimbong Balepe 22 Saluputti Ulusalu - - - 2,439 2,418 99.14 - - -23 Sesean 24 Bangkeilikila
25 Sesean Suloara Lempo - - - 3,723 2,472 66.40 - - -26 Balusu 27 Sa'dan 28 Rantebua Rantebua' 29 Buntao Buntao 30 Masanda Ratte 31 Bittuang Bittuang 32 Baruppu Baruppu 33 Rindingallo
34 Kapala Pitu Pangala 35 Awan Rantekalua
36 Buntu Pepasan Ta'ba - - - 3,562 3,562 100.00 - - -37 Bonggakaradeng 38 Rano 39 Mappak 40 Simbuang - - 102,067 99,532 97.52 - - 0.00 Sumber data : Lap KIA & Promkes
JUMLAH Kondodewata - - - 2,278 2,278 100.00 - Buakayu - - - 1,986 1,979 99.65 - -4,385 99.07 - - - 4,426 - - 4,065 4,065 100.00 - - - - 2,394 2,394 100.00 - -Sa'dan Malimbon - - - 860 860 100.00 -Rante Pangli - - - 4,028 4,023 99.88 -Rembon - - - 4,106 4,106 100.00 -5,534 4,892 88.40 -Madandan - - -Tombang Kalua 4,630 4,513 -Kondoran - - - 1,992 1,983 99.55 -7,194 7,194 100.00 -Tikala - - -4 Rantepao 13,759 13,571 98.63 -Makale - - -NO KECAMATAN PUSKESMAS