5 2.1
2.12.12.1 KajianKajianKajianKajian TeoriTeoriTeoriTeori 2.2
2.22.22.2 LatarLatarLatarLatar BelakangBelakangBelakangBelakang PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran IPSIPSIPSIPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi,Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan pesertadidik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
2.2.1
2.2.12.2.12.2.1 TujuanTujuanTujuanTujuan PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran IPSIPSIPSIPS
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya
b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.(KTSP: 2006)
2.2.2
2.2.22.2.22.2.2 RuangRuangRuangRuang LingkupLingkupLingkupLingkup PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran IPSIPSIPSIPS
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) Manusia, Tempat, dan Lingkungan
b) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan c) Sistem Sosial dan Budaya
d) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.
2.2.3
2.2.32.2.3 Standar2.2.3StandarStandarStandar KompetensiKompetensiKompetensiKompetensi dandan KompetensidandanKompetensiKompetensiKompetensi DasarDasarDasarDasar
Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minium yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPS yang ditujukan bagi siswa kelas IV SD disajikan melalui table berikut ini.
Tabel 2.1
SK dan KD mata pelajaran IPS Kelas IV Semester 1 Standar
Standar
StandarStandar KompetensiKompetensiKompetensiKompetensi KompetensiKompetensiKompetensiKompetensi DasarDasarDasarDasar 1. Memahami sejarah,
kenampakan alam dan keragaman suku bangsa di lingkungan kebupaten/kota dan provinsi
1. Memahami sejarah, kenampakan
1.1 Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan
kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial budaya 1.3 Menunjukkan jenis dan
alam dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di Iingkungan setempat
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)
2.3 2.3 2.3
2.3 HasilHasilHasilHasil belajarbelajarbelajarbelajar
Gagne dalam Rifai (2009:82) belajar merupakan perubahan kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Menurut Morgan dalam Suprijono (2009:2) belajar merupakan perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. (Hamalik, 2008 :27)
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Oleh karena itu pebelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep. Maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan tingkah laku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi. ( gerlach dan Ely, 1980 dalam Ani 2007: 5 - 6).
Hasil belajar menurut Anni (2007: 4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek–aspek perilaku tergantung pada apa yang dipelajari oleh pebelajar.
Dimyati dan Mudjiono hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Menurut Hamalik, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan lain sebagainya.
2.3.1
2.3.12.3.12.3.1 PengukuranPengukuranPengukuranPengukuran
Tes adalah salah satu contoh instrumen atau alat pengukuran yang paling banyak dipergunakan untuk mengetahui kemampuan intelektual seseorang. Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Suryanto Adi, dkk., 2009).
Penetapan angka kemampuan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai cara atau teknik yang sistematis, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik penetapan angka tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor (Balitbang Depdiknas, 2006). Secara umum teknik penilaian dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu teknik tes dan nontes.
2.3.1.1 2.3.1.1 2.3.1.1
2.3.1.1 Tes.Tes.Tes.Tes. Tes bisa terdiri atas tes lisan (menuntut jawaban secara lisan), tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk (a) objektif, ada juga yang disusun dalam bentuk (b) esai atau uraian.
2.3.1.2 BukanBukanBukanBukan testestestes (nontes).(nontes).(nontes).(nontes). Bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi atau pengamatan, angket, kuesioner, interviews (wawancara), skala penilaian, sosiometri, studi kasus, work sample analysis (analisa sampel kerja), task analysis (analisis tugas), checklists dan rating scales dan portofolio
Teknik penilaian juga dapat dibedakan menjadi: 1 . Tes tertulis
Tes tertulis adalah teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa tes objektif dan uraian pada peserta didik di
lembaga penyelenggara pendidikan keterampilan. Ujian tertulis, untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan peserta didik berkenaan dengan tugas/pekerjaan dengan cara merespon secara tertulis tentang aspek-aspek yang diujikan.
2. Tes kinerja/tindakan
Tes kinerja adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan kemahirannya dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan tertentu, misalnya kemahiran mengidentifikasi kerusakan pada alat-alat yang diperlukan untuk melakukan kinerja tertentu, bersimulasi, ataupun melakukan pekerjaan yang sesungguhnya. Tes kinerja dapat dilakukan untuk menilai proses, produk, serta proses dan produk. Tes kinerja, untuk memperoleh data tentang kinerja atas bidang keterampilan tertentu yang dipertunjukkan oleh seseorang peserta didik. Penilai mengajukan sejumlah tugas atau pekerjaan untuk dilakukan oleh peserta didik dengan cara memperagakan secara psikomotor. Misal seorang peserta didik disuruh memperagakan cara perambatan panas melalui zat padat.
3. Tes lisan
Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik denganseorangatau beberapa penguji. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan dan spontan. Ujian lisan, untuk memperoleh data tentang performansi tertentu, dengan cara berkomunikasi dua arah antara penilai atau guru dengan peserta didik melalui tanya jawab atau wawancara langsung, berkenaan dengan pemahaman, perilaku, kinerja, dan tugas tertentu yang berkaitan dengan materi pelajaran yang telah dipelajari.
4. Observasi
Observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan cara mencatat hasil pengamatan terhadap objek tertentu. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya sesuai dengan jenis perilaku yang akan diamati dan situasi yang akan diobservasi, misalnya dalam kelas, waktu bekerja dalam bengkel/laboratorium. Metode pencatatan, berapa lama dan berapa kali observasi dilakukan disesuaikan dengan tujuan observasi. Metode ini digunakan juga untuk memeriksa proses melalui analisis tugas tentang beroperasinya suatu kegiatan/pekerjaan tertentu maupun produk yang dihasilkannya. Penilaian atau guru dapat secara langsung mengamati dan mencatat perilaku yang muncul, dan dapat juga menggunakan lembar observasi atau daftar ceklis mengenai aspek-aspek tugas atau pekerjaan tertentu yang akan diamati.
5. Penugasan
Penugasan adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik menyelesaikan tugas di luar kegiatan pembelajaran di kelas, laboratorium atau bengkel. Penugasan dapat diberikan dalam bentuk individual atau kelompok dan dapat berupa tugas rumah atau projek. Tugas rumah adalah tugas yang harus diselesaikan peserta didik di luar kegiatan kelas. Tugas projek adalah tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Proyek, untuk memperoleh data tentang kinerja atas suatu tugas/pekerjaan tertentu yang dikerjakan dalam jangka waktu tertentu, baik melalui pengawasan maupun tanpa pengawasan. Misalnya penilai mempersiapkan dan merancang suatu tugas/pekerjaan tertentu untuk dikerjakaan peserta didik kemudian hasil dari pekerjaannya dinilai. 6. Penilaian portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai hasil karya peserta didik. Portofolio adalah kumpulan karya peserta didik
dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan kreativitas peserta didik. Portofolio, untuk memperoleh data dengan cara mengumpulan bukti-bukti fisik yang bersifat pribadi, atau hasil karya dan pencapaian dijadikan sebagai dasar untuk menilai kinerja seseorang sebelum, dan setelah mengikuti pendidikan.
7. Penilaian diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya. Penilaian diri untuk memperoleh data tentang kelebihan dan kekurangan yang dimiliki peserta didik dan bersumber dari peserta didik sendiri. Dalam penilaian diri peserta didik menyampaikan sendiri secara jujur apa yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai setelah atau sebelum mengikuti pembelajaran. Bentuk penilaian diri adalah laporan tentang keadaan diri peserta didik yang disusun sendiri oleh peserta didik. Misal laporan tentang keterampilan yang telah dikuasai dan yang belum dalam membuat tusuk rantai pada pelajaran keterampilan.
8. Penilaian antar teman
Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya. Teknik penilaian antar teman dilakukan dengan melalukan observasi terhadap temannya sendiri. Instrumen observasi, skala penilaian, dan daftar ceklist yang digunakan berisikan aspek-aspek kemampuan atau kelebihan dan kesulitan atau kekurangan temannya dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Misal peserta didik diberikan tugas untuk menilai kinerja temannya dalam merawat tanaman hias dengan menyiraminya mempergunakan skala penilaian.
Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap atau penilaian portofolio. Dengan demikian, Hasil belajar yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah besarnya skor siswa yang diperoleh dari skor tes, pengamatan, diskusi, dan laporan.
2.4 2.4 2.4
2.4 PendekatanPendekatanPendekatanPendekatan SainsSainsSainsSains TeknologiTeknologi MasyarakatTeknologiTeknologiMasyarakatMasyarakatMasyarakat (((( STMSTMSTMSTM ))))
Pendekatan STM merupakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi dan masyarakat dengan tujuan agar peserta didik mampu memecahkan masalah dengan memanfaatkan sains dan teknologi serta kondisi masyarakat yang ada di lingkungannnya.Dengan pendekatan STM diharapkan siswa memiliki pengalaman dengan proses ilmiah. Penerapan ilmu harus selalu dikembangkan agar pengetahuan yang diperoleh di sekolah menjadi relevan dengan kehidupan sehari-hari.antara sains, teknologi, dan masyarakat sangat erat kaitannya.Kemajuan sains dan teknologi berdampak terhadap masyarakat,misalnya terjadi perubahan sosial, timbul masalah-masalah sosial, dan terjadi goncangan fisik maupun psikis di dalam masyarakat.
Peran IPS dalam kaitannya dengan kemajuan sains dan teknologi,adalah mengkounter berbagai masalah sosial. IPS juga dijadikan media dalam memberikan pemahaman tentang sains dan teknologi kepada masyarakat, khususnya siswa sebagai peserta didik.
Pendekatan STM dalam IPS tidak perlu disusun dalam pokok bahasan baru,melainkan dapat disisipkan pada pokok-pokok bahasan yang telah ada.dengan pendekatan STM ini dapat memberikan gambaran utuh tentang berbagai aspek kehidupan manusia. Tetapi harus diketahui bahwa dengan digunakannya pendekatan STM dalam pembelajaran IPS akan dibangun suatu dimensi baru, yang lebih menekankan pada segi pragmatis yang mengungkapkan hal-hal yang bermanfaat dan berhubungan langsung dengan aspek kehidupan siswa.
Secara rinci Yager (1996) merumuskan karakteristik pendekatan STM adalah : a. Berawal dari identifikasi masalah- masalah lokal yang ada kaitannya dengan
sains dan teknologi oleh siswa (dengan bimbingan guru)
b. Penggunaan sumberdaya setempat baik sumber daya manusia maupun material
c. Keikutsertaan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
d. Pengidentifikasian cara-cara yang memungkinkan sains dan teknologi untuk memecahkan masalah hari depan
e. Dilaksanakan menurut strategi pembuatan keputusan. Setiap siswa harus menggunakan informasi sebagai bukti, baik untuk membuat keputusan tentang kehidupan sehari- hari maupun keputusan tentang masa depan masyarakat f. Belajar tidak hanya berlangsung di dalam kelas atau sekolah, tetapi juga di
luar sekolah atau di lapangan nyata
g. Penekanan pada ketrampilan proses yang dapat digunakan siswa dalam memecahkan masalah mereka sendiri
h. Membuka wawasan siswa tentang pentingnya kesadaran karir/ profesi, terutama karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi
i. Adanya kesempatan bagi siswa untuk memperoleh pengalaman dalam berperan sebagai warganegara untuk mencoba memecahkan masalah-masalah yang telah mereka identifikasi.
Pendekatan STM menurut Aikenhead (1994) adalah :
a. Pelajaran sains dipandang sebagai usaha manusia yang berkembang melalui aktivitas manusia dan akan mempengaruhi hidup manusia.
b. Memandang pendidikan sains dalam konteks yang lebih luas, tidak hanya menyangkut konsep-konsep yang ditemukan oleh para ilmuwan saja tetapi juga menyangkut proses yang digunakan dalam menemukan konsep yang baru. c. Setiap pokok bahasan dikaitkan dengan konteks sosial dan teknologi
sehinggasiswa diharapkan dapat melihat adanya integrasi antara alam semesta sebagai sains dengan lingkungan buatan manusia sebagai teknologi dan dunia sehari-hari para siswa sebagai lingkungan sosial/ masyarakat.
Dari uraian tersebut dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran STM yang baik harus memenuhi tahapan antara lain: Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi, dan eksplorasi) yang mengemukakanisu/masalah actual yang ada di masyarakat. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkonstruksi
pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasar konsep yang telah dipahami siswa.Tahap pemantapan konsep, dimana guru memberikan pemahaman konsepagar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa. Tahap evaluasi, dapat berupa evaluai proses maupun evaluasi hasil.
2.5
2.52.52.5 KajianKajianKajianKajian Hasil-HasilHasil-HasilHasil-HasilHasil-Hasil PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian yangyangyangyang RelevanRelevanRelevanRelevan
Penelitian yang dilakukan oleh Kharisma Lestari dengan judul “Penerapan Pendekatan STM Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Umbulan Winongan Pasuruan” yang dilakukan pada tahun 2009. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa : penerapan STM dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Umbulan Winongan Pasuruan ditunjukkan dengan skenario pembelajaran STM pada siklus I belum bisa dilaksanakan semua, tetapi pada siklus II skenario pembelajaran telah dilaksanakan sesuai rancangan yang dibuat. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pada pratindakan adalah 57,3 siklus I adalah 67,4 dan siklus II adalah 85,3.Kelebihan penelitian ini adalah kesuksesan pada siklus I,sedangkan kelemahannya adalah...
Penelitian Pratiwi, Retna Ambar (dalam jurnal L Education General.Edisi V)Dalam penelitianya yangberjudulPeningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kompetensi Dasar Sistem Pencernaan Manusia Dengan Menggunakan Metode STM Kelas V SDN 3 Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010. Menyatakan bahwa hasil penelitianya menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS.http://www.garuda.kemdiknas.go.id/jurnal/detil/id/19:7412/q/STM%20IPS%20 SD/offset/0/limit/3
Penelitianlain dilakukan oleh Hakim, Muh Arif Rahman (dalam jurnal L Education General.Edisi V) Dalam penelitianya yang berjudul Implementasi Metode STM Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Dalam Mengidentifikasi Alat Pernapasan Manusia Pada Pembelajaran IPS Kelas V di SD
Negeri 1 Kemusu Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Menyatakan bahwa hasil penelitianya adanya peningkatan penguasaan materi IPSdalam pembelajaran. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa dengan kriteria ketuntasan siswa dari 24 siswa pada pembelajaran Pra Siklus ada 66,6 % siswa yang belum menguasai materi/belum tuntas, pada pembelajaran menggunakan metode STM pada siklus I sampai siklus III, sklus I masih ada 62,1% siswa yang belum tuntas, sedangkan siklus II terdapat 37,5% siswa yang belum tuntas, dan siklus III telah mencapai taraf tuntas secara keseluruhan. Dari prosentase siswa tersebut pada pembelajaran pra siklus 16 siswa belum tuntas, siklus I menurun menjadi 15 siswa yang belum tuntas, sedangkan siklus II tinggal 9 siswa yang belum tuntas, sedangkan siklus III seluruh siswa yakni 24 siswa dapat mencapai taraf tuntas. (http://www.garuda.kemdiknas.go.id/jurnal/detil/id/19:5990/q/STM%20IPS%20SD/ offset/0/limit/3).
Penelitian yang dilakukan oleh Panji Kusumah yang dilatarbelakangi oleh hasil pengamatanpenelititerhadap pembelajaran IPS di kelas V SDN
Panggungrejo Kota Pasuruan. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan beberapa siswa kelas V diperoleh berbagai permasalahan, yaitu: (1) dalam mengajar media yang digunakan guru hanya berupa gambar, (2) metode yang digunakan guru hanya ceramah dan tanya jawab, (3) guru tidak memberikan kesempatan siswa untuk menemukan sendiri pemecahan suatu masalah, (5) hasil belajar yang dicapai siswa pada kompetensi dasar daur air dan peristiwa alam secara klasikal hanya 56,7. Untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran IPS khususnya tentang daur air dan peristiwa alam diterapkan pendekatan STM dimana siswa didorong dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna dan mudah dipahami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan STM oleh guru dapat dilakukan dengan baik dan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 18% dari 72,5% menjadi 90,5%. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari pra tindakan ke siklus I sebesar 21% dan dari siklus I ke siklus II sebesar 13%. Hasil belajar siswa meningkat sebesar 15,64 dari pra tindakan ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II
meningkat sebesar 8,83.
(http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/12509).
Widayati, Nanik. 2010. Peningkatan Belajar Operasi Pecahan Melalui STM Mengacu Pada Model Spiral Dari Kemmis dan Taggartdi Kelas III SDN Soko I Bojonegoro.Penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IIIA SDN Soko I Bojonegoro yang ditunjukkan dari data peningkatan ketuntasan belajar pada siklus I yaitu 14 siswa tuntas dari 20 siswa dengan nilai 60 ke atas, sedangkan 6 siswa belum tuntas dengangnilai kurang dari 60. Jadi ketuntasan pada siklus I adalah 70%. Pada siklus II 20 siswa tuntas semua sehingga ketuntasan klasikal 100%. Pada tahap pra tindakan ketuntasan 50% pada siklus I meningkat 20%, sehingga ketuntasan menjadi70%. Pada siklus II ketuntasan klasikal meningkat 30%, sehingga ketuntasan klasikal menjadi 100%.
Berdasarkani beberapa hasil penelitian tindakan kelas terhadap penggunaan pendekatan STM di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan STM dapat meningkatkan motivasi belajar, aktivitas siswa dalam pembelajaran, serta hasil belajar siswa sehingga menjadi acuan peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan pendekatan STM.
2.6
2.62.62.6 KerangkaKerangkaKerangkaKerangka BerpikirBerpikirBerpikirBerpikir
Berdasarkan latar belakang masalah, banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPS, guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan dan berpusat pada guru, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak menggunakan metode ceramah dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran. Sehingga siswa kurang kreatif dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka digunakan pembelajaran dengan pendekatan STM yang terdiri dari tahap apersepsi, tahap pembentukan konsep, tahap aplikasi konsep, tahap pemantapan konsep dan tahap evaluasi. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan STM akan mendorong siswa mampu memecahkan masalah dengan memanfaatkan sains dan teknologi serta kondisi
masyarakat yang ada di lingkungannnya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir tentang
Hubungan Pembelajaran Dengan Pendekatan STM dan Hasil Belajar Siswa
2.7
2.72.72.7 HipotesisHipotesisHipotesisHipotesisTindakanTindakanTindakanTindakan
Berdasarkan paparan diatas, penulis mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : Melalui penggunaan pendekatan pembelajaran STM, hasil belajar IPS meningkat pada siswa kelas IV semester 1 tahun 2013/2014 SD N Tambahrejo 02 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang.
Hasil Hasil Hasil
Hasil BelajarBelajarBelajarBelajar MeningkatMeningkatMeningkatMeningkat
Penilaian Penilaian Penilaian
Penilaian ProsesProsesProsesProses DanDanDanDan Penilaian
Penilaian Penilaian
Penilaian HasilHasilHasilHasil BelajarBelajarBelajarBelajar Pembelajaran
Pembelajaran Pembelajaran
Pembelajaran STMSTMSTMSTM DenganDenganDenganDengan Langkah Langkah Langkah Langkah :::: 1.Tahap 1.Tahap 1.Tahap
1.Tahap ApersepsiApersepsiApersepsiApersepsi 2.Tahap
2.Tahap 2.Tahap
2.Tahap PembentukanPembentukanPembentukanPembentukan KonsepKonsepKonsepKonsep 3.Tahap
3.Tahap 3.Tahap
3.Tahap AplikasiAplikasiAplikasiAplikasi KonsepKonsepKonsepKonsep 4.Tahap
4.Tahap 4.Tahap
4.Tahap PemantapanPemantapanPemantapanPemantapan KonsepKonsepKonsepKonsep 5.
5. 5.
5. TahapTahapTahapTahap EvaluasiEvaluasiEvaluasiEvaluasi Berpusat Berpusat Berpusat
Berpusat PadaPadaPadaPada GuruGuruGuruGuru DominasiDominasiDominasiDominasi DenganDenganDenganDengan Ceramah Ceramah Ceramah Ceramah Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran Konvensional KonvensionalKonvensionalKonvensional
Hasil Hasil Hasil
Hasil BelajarBelajarBelajarBelajar Rendah Rendah Rendah Rendah