• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Sebuah karya sastra yang baik memiliki sifat-sifat yang abadi dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Sebuah karya sastra yang baik memiliki sifat-sifat yang abadi dengan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat. Sebuah karya sastra yang baik memiliki sifat-sifat yang abadi dengan memuat kebenaran-kebenaran hakiki yang selalu ada selama manusia masih ada (Sumardjo dan Saini, 1991:9). Setiap karya sastra memerlukan metode analisis yang sesuai dengan sifat dan strukturnya (Teeuw, 1984:113). Tidak mungkin kita menyusun teori sastra tanpa kritik sastra dan teori sastra; kritik sastra tanpa teori sastra dan sejarah sastra. Teori sastra hanya dapat disusun berdasarkan studi langsung terhadap karya sastra (Wellek & Warren, 1989: 39).

Strukturalisme merupakan salah satu teori sastra yang sering dianggap sebagai formalisme modern (Teeuw, 1984:31). Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993:32).

Salah satu genre karya sastra adalah naskah drama. Istilah drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat. Pengertian drama adalah pertunjukan cerita atau lakon kehidupan manusia yang dipentaskan. Drama sebagai karya sastra berupa naskah drama. Berkaitan dengan hal itu, dalam proses terjadinya drama biasa dirumuskan dalam formula 4 M yaitu mengkhayal,

(2)

menuliskan, memainkan, dan menyaksikan. Drama sebagai karya sastra hanya sampai pada tahapan kedua yakni menuliskan (Noor, 2007:27).

Naskah drama “Syifa>hu al-Bana>diqi” dalam antologi ad-Dunya> bi Khairin merupakan salah satu karya Ibra>hi>m Sa‘i>d Abu>-S}iya>m yang bercerita tentang ketertekanan hidup dan perjuangan orang-orang yang tinggal di Palestina dalam menghadapi kaum Zionis Israel. Naskah drama ini terdiri atas tiga babak. Babak yang pertama merupakan gambaran kehidupan sebuah keluarga Fida>`i> dan kebenciannya terhadap Zionis. Babak kedua, merupakan gambaran orang-orang Yahudi pendatang di Palestina yang sangat membenci Zionis dan ingin segera kembali ke negara asalnya. Babak ketiga merupakan gambaran para pasukan Fida>`i> dan pasukan milisi lainnya yang hendak melakukan perlawanan terhadap Zionis.

Teori struktural memandang naskah drama “Syifa>hu al-Bana>diqi” dalam antologi ad-Dunya> bi Khairin karya Ibra>hi>m Sa‘i>d Abu>-S}iya>m sebagai struktur yang terdiri dari berbagai macam unsur yang saling berkaitan satu sama lainnya. Untuk itu, naskah drama tersebut akan dianalisis secara struktural dengan memanfaatkan teori struktural.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, permasalahan yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah unsur-unsur intrinsik dalam naskah drama “Syifa>>hu al-Bana>diqi” dalam antologi ad-Dunya> bi Khairin karya Ibra>hi>m Sa‘i>d Abu>-S}iya>m dan keterkaitan antarunsurnya.

(3)

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian naskah drama “Syifa>hu al-Bana>diqi” dalam antologi ad-Dunya> bi Khairin karya Ibra>hi>m Sa‘i>d Abu> S}iya>m mempunyai tujuan untuk mengungkapkan unsur-unsur intrinsik dalam naskah drama ini dan menjelaskan keterkaitan antar unsur-unsur tersebut.

1.4. Tinjauan Pustaka

Sejauh pengamatan penulis di beberapa perpustakaan online yang memiliki jurusan sastra/bahasa Arab dan pencarian di berbagai media, penelitian terhadap naskah drama “Syifa>>hu al-Bana>diqi” dalam antologi ad-Dunya> bi Khairin karya Ibra>hi>m Sa‘i>d Abu>-S}iya>m belum pernah dilakukan oleh peneliti mana pun. Naskah drama “Syifa>>hu al-Bana>diqi” merupakan satu-satunya naskah drama yang terdapat dalam antologi ad-Dunya> bi Khairin karya Ibra>hi>m Sa‘i>d Abu> S}iya>m dan karya lainnya dalam antologi ini berupa cerpen.

Terkait dengan analisis struktural pada penelitian ini, penulis menemukan empat penelitian terdahulu (2008-2015) yang telah dilakukan terhadap karya sastra berupa drama dengan menggunakan analisis struktural di perpustakaan FIB-UGM. Penelitian tersebut di antaranya adalah naskah drama “al-Mut{a>radah” dalam antologi al-Jari>mah karya Naji>b Mah{fu>z{ yang diteliti oleh Rury Sawitri (2009). Tema yang terdapat dalam naskah drama tersebut adalah kehidupan seseorang yang selalu diliputi ketakutan yang menyebabkan ketidaktenangan dalam menjalaninya.

Penelitian lainnya yang menggunakan analisis struktural juga dilakukan pada naskah drama “an-Naja>h” dalam antologi Tah{ta al-Miz{allah karya Naji>b

(4)

Mahfuz{ oleh Yoni Widyasworo (2009). Tema pada naskah drama tersebut adalah perjuangan seorang wanita dalam melepaskan diri dari permasalahan yang dihadapinya. Kemudian pada naskah drama “al-Makhba` Raqm 13” karya Mah}mu>d Taimu>r oleh Ahmad Fauzan (2008), yang menyimpulkan bahwa tema pada naskah drama tersebut adalah ketamakan akan membawa kehancuran. Kemudian pada naskah drama “Masyru>‘un li Muna>qasyati” dalam antologi al-Masra>h}iyatu karya Naji>b Mah}fu>z} oleh Firdha Rizki Amalia (2015), yang menyimpulkan bahwa tema pada naskah drama tersebut adalah sebuah rencana tidak akan berhasil apabila individu-individu di dalamnya bekerja tidak sesuai dengan bidangnya.

1.5. Landasan Teori

Karya sastra dibangun atas dasar bahasa, memiliki ciri, bentuk (form), dan isi (content) atau makna (significance) yang otonom dan memiliki struktur. Artinya, pemahaman karya sastra dapat diteliti dari teks sastra itu sendiri. Hanya saja, pemahaman harus mampu mengaitkan keterkaitan antarunsur pembangun karya sastra (Endraswara, 2003:50)

Struktur dalam drama yang saling terikat adalah tema, tokoh, alur, dan latar. Struktur dalam drama berbeda antara naskah drama dengan drama pentas. Di dalam naskah drama tidak ada gerak, sedangkan dalam drama pentas ada gerak. Naskah drama merupakan salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa. Naskah drama merupakan salah satu jenis karya sastra yang berbentuk dialog dan mempunyai kemungkinan untuk dipentaskan (Waluyo, 2006:2-3). Oleh karena itu, teori yang diterapkan dan metode tuntunan dalam penelitian naskah

(5)

drama ini sama dengan yang digunakan untuk menganalisis prosa, novel ataupun cerita pendek.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural Robert Stanton (2007) yang mengelompokkan unsur-unsur pembangun struktur fiksi menjadi tiga bagian, yaitu fakta-fakta cerita, tema dan sarana-sarana sastra.

Fakta-fakta cerita meliputi karakter, latar, dan alur. Elemen-elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan “struktur faktual‟ atau tingkatan faktual cerita. Struktur faktual merupakan salah satu aspek cerita. Struktur faktual adalah cerita yang disorot dari satu sudut pandang (Stanton, 2007:22).

Tokoh, atau biasa disebut “karakter”, biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita. Konteks kedua, karakter merujuk pada berbagai percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu tersebut. Dalam sebagian besar cerita, dapat ditemukan satu “tokoh utama” yaitu tokoh yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita. Alasan seorang tokoh untuk bertindak sebagaimana yang dilakukan dinamakan “motivasi” (Stanton, 2007:33).

Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlansung. Latar dapat berwujud dekor. Latar juga dapat berwujud waktu-waktu tertentu. Latar terkadang berpengaruh pada karakter-karakter. Latar juga terkadang menjadi contoh representasi tema (Stanton, 2007:35-36).

(6)

Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan atau yang menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain yang tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya (Stanton, 2007:26).

Alur merupakan tulang punggung cerita. Berbeda dengan elemen-elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya sendiri meskipun jarang diulas panjang lebar dalam sebuah analisis. Sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan keberpengaruhannya. Sama halnya dengan elemen-elemen lain, alur memiliki hukum-hukum sendiri. Alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang nyata, meyakinan dan logis, dapat menciptakan bermacam-macam kejutan, dan memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan-ketegangan (Stanton, 2007:28).

Nurgiyantoro (2005:153-154) membedakan alur berdasarkan kriteria urutan waktu, menjadi dua macam. Pertama adalah alur lurus atau alur maju, atau dapat juga dinamakan alur progresif, yaitu jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa selanjutnya. Kedua adalah alur sorot-balik, mundur, flash back, atau dapat juga disebut regresif, yaitu jika peristiwa yang dikisahkan tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian pengisahan awal.

(7)

Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat (Stanton, 2007:36). Tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak. Bagian awal dan akhir akan menjadi pas, sesuai, dan memuaskan berkat keberadaan tema (Stanton, 2007:37). Tema hendaknya memenuhi kriteria sebagai interpretasi baik yang selalu mempertimbangkan berbagai detail menonjol dalam sebuah cerita, tidak terpengaruh oleh berbagai detail cerita yang saling berkontradiksi, tidak sepenuhnya bergantung pada bukti-bukti yang tidak secara jelas diutarakan (hanya secara implisit), dan diujarkan secara jelas oleh cerita bersangkutan (Stanton, 2007:44-45).

Sarana-sarana sastra dapat diartikan sebagai metode (pengarang) memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna. Metode semacam ini perlu karena dengannya pembaca dapat melihat berbagai fakta melalui kacamata pengarang, memahami apa maksud fakta-fakta tersebut sehingga pengalaman pun dapat dibagi (Stanton, 2007:46-47). Sarana sastra di antaranya yaitu, judul, sudut pandang, gaya dan nada, simbolisme, dan ironi.

Judul selalu berkaitan terhadap karya sastra yang diampunya sehingga keduanya membentuk satu kesatuan. Pendapat ini diterima ketika judul mengacu pada karakter utama atau satu latar tertentu. Perlu juga untuk melacak konteks asli dari judul-judul cerita karena nantinya akan bermanfaat (Stanton, 2007: 51-52).

Sudut pandang adalah sebuah posisi pusat kesadaran tempat seseorang dapat memahami peristiwa dalam cerita. Sudut pandang terbagi menjadi empat tipe, yaitu yang pertama, orang pertama utama, sang karakter utama bercerita

(8)

dengan kata-katanya sendiri. Kedua, orang pertama sampingan, cerita dituturkan oleh satu karakter bukan utama. Ketiga, orang ketiga terbatas, pengarang mengacu pada semua karakter dan memposisikannya sebagai orang ketiga tetapi hanya menggambarkan yang dapat dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu karakter saja. Keempat, orang ketiga tidak terbatas, pengarang mengacu pada setiap karakter dan memposisikan sebagai orang ketiga (Stanton, 2007: 53-54).

1.6. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode struktural. Menurut Teeuw (1984:135-136) analisis struktural bertujuan membongkar dan memaparkan dengan cermat keterikatan semua anasir karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Analisis struktural bukanlah penjumlahan anasir-anasirnya, melainkan yang penting adalah sumbangan apa yang diberikan oleh semua anasir pada keseluruhan makna dalam keterikatan dalam keterjalinan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyalin data berupa unsur-unsur intrinsik dalam lembar catatan data dan mengelompokkan unsur-unsur intrinsik tersebut sesuai jenisnya. Adapun unsur-unsur intrinsik yang dimaksud, yaitu fakta cerita, tema, dan sarana cerita. Analisis data dilakukan dengan cara menelaah lebih dalam unsur-unsur intrinsik tersebut sesuai teori, kemudian mencari keterkaitan antarunsur intrinsik naskah drama “Syifa>hu al-Bana>diqi”. Hasil analisis data disajikan dengan cara

(9)

mengungkapkan unsur-unsur intrinsik naskah drama “Syifa>hu al-Bana>diqi” beserta keterkaitannya dalam bentuk laporan penelitian.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini terbagi menjadi empat bab, yaitu: Bab I adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi Arab-Latin. Bab II meliputi biografi penulis dan sinopsis naskah drama “Syifa>hu al-Bana>diqi”. Bab III merupakan analisis struktural naskah drama “Syifa>hu al-Bana>diqi” dalam antologi ad-Dunya> bi Khairin karya Ibra>hi>m Sa‘i>d Abu>-S}iya>m yang mengungkap unsur-unsur intrinsiknya. Bab IV berisi kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan.

1.8. Pedoman Transliterasi Arab-Latin

Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 158 tahun 1987 Nomor : 0543b/U/1987

1. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda dan sebagian yang lain dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf Latin

(10)

No Huruf Arab Nama Huruf Latin

1

ا

Alif Tidak dilambangkan

2

ب

Ba>` B 3

ت

Ta>` T 4

ث

S|a>` s\ 5

ج

Jim J 6

ح

H{a>` h{ 7

خ

Kha>` Kh 8

د

Da>l D 9

ذ

Za|>l Z>>| 10

ر

Ra>` R 11

ز

Za` Z 12

س

Si>n S 13

ش

Syi>n Sy 14

ص

S{a>d S} 15

ض

D{a>d D{ 16

ط

Ta>` T{ 17

ظ

Z}a>` Z{ 18

ع

‘ain ‘ 19

غ

Gain G 20

ف

Fa>` F 21

ق

Qa>f Q 22

ك

Ka>f K 23

ل

La>m L 24

م

Mi>m M 25

ن

Nu>n N 26

و

Wau W 27

ه

Ha>` H 28

ء

Hamzah ` 29

ي

Ya>` Y

(11)

2. Vokal

Di dalam bahasa Arab, dikenal dengan tiga vokal, yaitu vokal tunggal, rangkap, dan panjang. Penulisan ketiga vokal sebagai berikut.

Vokal tunggal Vokal rangkap Vokal panjang

Tanda Huruf latin Tanda Gabungan Harakat Huruf dan dan huruf huruf dan huruf tanda

a

يَــ

ai

اَــ

a>

i

وَــ

au

يِــ

i>

u

وُــ

u> Contoh:

بتك

kataba

فيك

kaifa

لاق

qa>la 3. Ta>` Marbu>t}ah

Ta>`marbu>t}ah hidup atau mendapat harakat fath{ah, kasrah, atau d}ammah transliterasinya adalah /t/, sedangkan ta>` marbu>t}ah mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah /h/.

Contoh:

ةرونلما ةنيدلما

al-Madīnah} al-Munawwarah

al-Madīnatul-Munawwarah 4. Syaddah (Tasydi>d)

Syaddah atau tasydi>d dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda syaddah atau tasydi>d. Dalam transliterasinya, tanda syaddah itu

(12)

dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut.

Contoh :

بران

Rabbana>

5. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf al. Kata sandang tersebut dibedakan menjadi kata sandang yang diikuti oleh h}uru>f syamsiyyah dan h}uru>f qamariyyah. Kata sandang yang diikuti h}uru>f syamsiyyah adalah kata sandang yang ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut. Adapun kata sandang yang diikuti h}uru>f qamariyyah adalah kata sandang yang ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda hubung (-).

Contoh :

لج رلا

ar-rajulu

ملقلا

al-qalamu

6. Hamzah

Hamzah yang ditransliterasikan dengan apostrof hanya berlaku untuk hamzah yang terletak di tengah dan belakang. Hamzah yang terletak di depan tidak dilambangkan dengan apostrof karena dalam tulisan Arab berupa ali>f.

(13)

Contoh :

ءيش

syai`un

7. Penulisan Kata

Pada dasarnya, setiap kata ditulis terpisah, tetapi untuk kata-kata tertentu yang penulisannya dalam huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka transliterasinya dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya.

Contoh :

ينقزارلا يرخ وله للها

نإو

wa innalla>ha lahuwa khair ar-ra>ziqi>n

Wa innalla>ha lahuwa khairur-ra>ziqi>n

8. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi dalam ransliterasinya huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Diantaranya adalah huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri, dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang dituliskan dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.

Contoh :

لا دممح امو

لوور

wa ma> Muh{ammadun illa> rasu>l

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan

(14)

dengan kata lain sehingga ada huruf atau h{arakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan.

Contoh :

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan besarnya arus dan besarnya nilai ruang pejalan kaki untuk pejalan kaki pada interval 15 menitan yang terbesar tersebut, maka tingkat pelayanan pejalan

Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa likuiditas yang diukur dengan Current Ratio, Quick Ratio, solvabilitas yang diukur dengan Debt to Asset Ratio, Debt to

Orang tua peneliti, Mama Ipa dan Papa Mato tersayang, terima kasih atas kepercayaan yang mama dan papa berikan sehinga Nhu bisa berkuliah di Yogyakarta juga

dan atau segala obyek fisik lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu sehingga mencapai hasil yang optimal.. Pengoperasian peralatan

Wanita dan konsumen yang berpendapatan menengah keatas adalah karakteristik konsumen yang paling puas dan loyal terhadap Ultramilk, selain itu mereka juga cenderung

Untuk memasang mata pisau, pasang pelat penyetel dengan bebas pada pelat pengatur menggunakan baut kepala bulat lalu atur mata pisau serut mini pada dudukan pengukur sehingga

Dari Tabel 2 terlihat bahwa lama duduk statis 91-300 menit meningkatkan risiko untuk terjadinya nyeri punggung bawah 2,35 kali lebih besar dibandingkan dengan subyek yang duduk

Sebagai komponen elektronika, relay mempunyai peran penting dalam sebuah sistem rangkaian elektronika dan rangkaian listrik untuk menggerakan sebuah perangkat