i
MAK :
5036.0459B
PROPOSAL PENELITIAN
PENELITIAN HARA MAKRO SEKUNDER,
MIKRO DAN
BENEFICIAL ELEMENT
IR. A. KASNO, MSi
Satker 648680
BALAI PENELITIAN TANAH
BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2012
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RPTP : Penelitian Hara Makro Sekunder, Mikro dan
Beneficial Element
2. Unit Kerja : Balai Penelitian Tanah
3. Alamat Unit Kerja : Jl. Ir. H. Juanda, No. 98, Bogor
4. Sumber Dana : DIPA/RKAKL Satker: Balai Penelitian Tanah Tahun Anggaran 2012
5. Status Penelitian : Baru 6. Penanggungjawab RPTP
a. Nama : Ir. A. Kasno, MSi
b. Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda IV/c, c. Jabatan Fungsional : Peneliti Madya
7. Lokasi Penelitian : Jawa, Sumatera dan Sulawesi Selatan 8. Agroekosistem : Lahan sawah
9. Tahun mulai : 2012 10. Tahun selesai : 2014
11. Output tahunan : 1. Informasi kekahatan hara S, Zn dan Si serta dinamikanya pada lahan sawah intensifikasi
2. Informasi pengelolaan hara Si untuk lahan sawah intensifikasi.
12. Output akhir : Teknologi pengelolaan hara makro sekunder, mikro dan beneficial element sesuai karakteristik tanah dan kebutuhan tanaman untuk meningkatkan produktivitas padi pada lahan sawah intensifikasi
13. Biaya Penelitian : Rp 200.000.000,- (Dua ratus juta rupiah) Koordinator Program Dr. Husnain NIP. 19730910 200112 2 001 Penanggung Jawab RPTP
Ir. A. Kasno, MSi NIP. 19600119 198303 1 001 Mengetahui,
Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian
Dr. Muhrizal Sarwani, M.Sc NIP. 19600329 198403 1 001
Kepala Balai Penelitian Tanah
Dr. Ir. Sri Rochayati, MSc NIP. 19570616 198603 2 002
iii
RINGKASAN USULAN PENELITIAN
1. Judul RPTP : Penelitian Hara Makro Sekunder, Mikro dan
Beneficial Element 2. Nama dan Alamat Unit Kerja : Balai Penelitian Tanah
Jalan Ir. H. Juanda No. 98 Bogor 16123 3. Sifat Usulan Penelitian : Baru
4. Penanggungjawab : Ir. A. Kasno, M.Si
5. Justifikasi 1. Peningkatan produktivitas tanaman pangan telah diupayakan dengan berbagai cara, antara lain melalui program ekstensifikasi dan intensifikasi. Kenyataan di lapang penggunaan pupuk N dan P lebih sering digunakan dibanding K, jerami padi sisa hasil panen tidak dikembalikan sehingga terjadi ketidak seimbangan hara makro dan mikro.
2. Pemupukan hara N dan P yang tinggi menyebabkan ketidak seimbangan hara makro sekunder dan hara mikro dalam tanah. Ketersediaan hara S yang rendah terjadi pada areal dengan pH tinggi, seperti Sulawesi Selatan dan NTB. Di daerah ini, sekitar 52% lahan sawahnya berstatus S rendah (< 10 ppm S), namun demikian pemupukan S pada padi sawah tidak memberikan respon nyata . Hasil ini menunjukkan bahwa terjadi ketidak sesuaian antara metode ekstraksi serta batas kritis S dalam tanah dengan respon tanaman padi sawah. Untuk itu perlu dipelajari identifikasi kekahatan dan dinamika hara S pada tanah sawah intensifikasi.
3. Peta status hara P lahan sawah menunjukkan bahwa sebagian besar lahan sawah sudah jenuh P. Hara P bereaksi dengan Zn menyebabkan tidak tersedia bagi tanaman.
4. Kahat hara mikro Zn telah ditemukan terjadi pada lahan sawah di Jawa, Bali, Lombok dan Sulawesi Selatan. Hara P bereaksi dengan Zn menjadi senyawa Zn-P yang mengendap sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Hasil survei status hara tanah menunjukkan bahwa sebagian besar lahan sawah sudah jenuh hara P sehingga diduga pada tanah-tanah ini terjadi kekurangan Zn. Dengan demikian penelitian identifikasi kekahatan hara Zn perlu dilakukan. 5. Silika merupakan hara yang termasuk beneficial
element bagi tanaman C4 seperti padi dan tebu, kekurangan unsur tersebut menyebabkan tanaman mudah rebah dan terserang hama penyakit. Sehingga pengelolaan hara Si pada lahan sawah perlu dipelajari.
iv
6. Tujuan :
a. Tahunan : 1 Mengidentifikasi kekahatan hara S, Zn dan Si lahan sawah, serta dinamikanya dalam tanah sawah intensifikasi.
2. Mempelajari pengelolaan hara Silika lahan sawah intensifikasi.
b. Jangka panjang : Mengembangkan teknologi pengelolaan hara makro sekunder, mikro dan beneficial element
pada lahan sawah intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas padi.
7. Luaran yang diharapkan :
a. Tahunan : 1. Informasi lahan sawah kahat dan dinamika hara S, Zn dan Si lahan sawah intensifikasi. 2. Satu paket informasi teknologi pengelolaan
hara Si lahan sawah intensifikasi.
b. Jangka panjang Teknologi pengelolaan hara makro sekunder, mikro dan beneficial element pada lahan sawah intensifikasi yang dapat meningkatkan produktivitas padi.
8. Manfaat dan dampak
kegiatan : Dengan diterapkannya teknologi pengelolaan hara makro sekunder, mikro dan beneficial element yang tepat sesuai dengan karakteristik tanah dan kebutuhan tanaman akan dapat meningkatkan produktivitas padi.
9. Sasaran akhir : Peningkatan produktivitas padi sawah intensifikasi.
10. Lokasi penelitian : Jawa, Sumatera, dan Sulawesi Selatan 11. Jangka waktu : Mulai TA 2012, berakhir 2014
12. Sumber dana : DIPA/RKAKL Satker : Balai Penelitian Tanah, TA 2012.
v
SUMMARY
1. Title of RPTP : Research of Secondary Macro, Micro and Beneficial Element
2. Name and addres of
Institution : Indonesian Soil Research Institute Jalan Ir. H. Juanda No. 98 Bogor 16123 3. Property of the Proposed
Reseach : New
4. Responsible : Ir. A. Kasno, M.Si
5. Justification 1. Increased productivity of food crops has been attempted in various ways, including through the extension and intensification program. Reality in the field use of N and P fertilizer is more often used than K, the residue of rice straw at harvest is not returned, causing imbalance of macro and micro nutrients.
2. Fertilizer of N and P nutrients are high causing the unavailability of secondary macro nutrients and micro nutrients. The availability of S nutrient low occurs in areas with a high pH, such as South Sulawesi and West Nusa Tenggara. In this area, approximately 52% of lowland rice fields S status is low (<10 ppm S), however the S fertilizer in rice paddies do not give a real response. These results indicate that there is a discrepancy between the methods of extraction as well as the S critical level in soil with paddy crop response. For it is necessary to study to identification of S nutrient deficiency and dynamic in the lowland rice intencification. 3. The lowland P status map shows that most of
the paddy field was saturated P. The P nutrient reacts with Zn make not available to plants. 4. Deficiency of micro Zn nutrient have been found
to occur in rice fields in Java, Bali, Lombok and South Sulawesi. Phosphorus reacts with Zn to become Zn-P compounds that precipitate thus not available to plants. Soil nutrient status survey results show that most of the rice field already saturated to P so that the land allegedly occurred Zn deficiency. Thus the identification deficiency of Zn needs to be done.
5. Silica is a nutrient that include beneficial element for C4 plants such as rice and sugarcane, deficiency that nutrient causing plant easy to fall down and attacked by pests and diseases. So the nutrient management of Si on the wetland needs to be studied.
vi
6. Purpose :
a. Annual : 1. Identifying the deficiency of S and Zn nutrient on wetland, and study the dynamics nutrient of S, Zn and Si in rice intensification of land.
2. To study the nutrient of silica management on the rice field intenfication
b. Long Term : Develop secondary macro and micro nutrient, beneficial element management technologies of wetland intensification to improve the rice productivity.
7. Expected Outcome :
a. Annual : 1. Information deficiency and nutrient dynamics of S, Zn and Si rice field intensification
2. One packet of information technology Silicon nutrient management on the wetland intensification
b. Long Term Secondary macro and micro nutrient, and beneficial element management technologies in the intensification of wetland that can increase the productivity of rice.
8. Benefits and Impacts : With the implementation of nutrient management technologies secondary macro, micro and beneficial element suitable to the characteristics of soil and crop needs will be able to increase rice productivity
9. The Ultimate of Objective : Increasing of rice production on lowland intensification.
10. Reseach Location : Jawa, Sumatera, dan South Sulawesi 11. Period : Start of TA 2012, the end of 2014
12. Source of Funds : DIPA/RKAKL Satker : Indonesian Soil Research Institute, TA 2012.
1
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Peningkatan jumlah pendukduk yang pesat mengakibatkan kebutuhan pangan terutama beras meningkat. Kementerian Pertanian telah melaksanakan Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN), IP 400, Gerakam Mandiri Pangan dan pengembangan sawah bukaan baru. Dalam mendukung program tersebut telah dilakukan peningkatan inteksifikasi dengan penggunaan pupuk anorganik dan organik yang berimbang. Kenyataan di lapang petani menggunakan pupuk N dan P dengan dosis yang cukup tinggi, sementara pupuk K ditinggalkan selain karena harganya yang mahal juga sangat sulit mendapatkan pupuk KCl di lapang.
Pupuk NPK majemuk merupakan pilihan dan perlu didorong dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman pangan. Selain itu penggunaan bahan organik
in situ juga perlu mendapat dukungan. Kadar C-organik pada lahan sawah intensifikasi sebagian besar sudah < 2% (Kasno et al., 2003). Kenyataan di lapang sebagian besar jerami padi sisa hasil panen dibakar, kadar N dan K pada lahan yang diberi jerami selama 6 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan jerami yang dibakar (Mutters et al., 2006).
Peningkatan penggunaan pupuk N dan P terus-menerus tanpa pengembalian sisa hasil panen atau bahan organik akan menguras hara makro lainnya seperti S, Ca dan Mg, serta unsur mikro seperti Zn, Cu, Mn dan Fe. Hasil penelitian Widowati dan Rochayati (2003) menunjukkan bahwa dari 30 contoh tanah yang diambil di Jawa, P. Lombok dan Sulawesi Selatan 30% diantaranya berkadar Zn < 2 ppm, 10% membutuhkan penambahan hara Mn, penambahan hara S perlu dilakukan pada tanah-tanah sawah dari P. Lombok dan Sulawesi Selatan. Selanjutnya disampaikan juga bahwa hara Ca, Mg, dan Fe terukur mencukupi kebutuhan tanaman.
Silika merupakan beneficial element untuk tanaman padi, status silika dalam tanah berkorelasi dengan debu (-0,85*) dan dengan liat (0,84*) (Kebede, 2009). Selanjutnya disampaikan bahwa status Si tidak berkorelasi dengan pH dan C-organik tanah. Penambahan 200 ppm Si nyata meningkatkan berat kering akar dan tanaman padi gogo (Surapornpiboon et al,. 2008). Penelitian Husnain et al. (2008) menunjukkan bahwa 2 lokasi di daerah aliran Citarum kekurangan Si, dan 10 lokasi mempunyai kadar Si nya rendah. Batas kritis hara Si pada tanah sawah adalah 300 mg SiO2/kg.
2
Pemberian Zn, B, dan Mo dan kombinasinya pada tanah Haplaquepts di Brahmaputra, India nyata meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi serta serapan hara N, P, S, Mg, Zn dan B (Hossain et al., 2001). Pemberian 2 kg B/ha pada pola tanah padi-gandum nyata meningkatkan produksi gandum dan padi (Khan et al., 2006). Pemberian Vanadium pada aqua culture dalam hidroponik justru menurunkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi, pemberian 40 dan 80 mg/l menyebabkan tanaman padi mati (Chongkid et al., 2007).
1.2. Dasar Pertimbangan
Peningkatan produktivitas tanaman pangan telah diupayakan dengan berbagai cara, antara lain melalui program ekstensifikasi dan intensifikasi. Kenyataan di lapang menunjukkan bahwa pupuk N dan P lebih sering digunakan dibandingkan K, dengan demikian diduga telah terjadi ketidakserimbangan hara makro dan mikro di dalam tanah.
Pemupukan hara N dan P yang tinggi menyebabkan tidak tersedianya hara makro sekunder dan hara mikro. Ketersediaan hara S rendah terjadi pada areal dengan pH tinggi, seperti Sulawesi Selatan dan NTB. Di daerah ini, sekitar 52% lahan sawahnya berstatus S rendah (< 10 ppm S), namun demikian pemupukan S pada padi sawah tidak memberikan respon nyata . Hasil ini menunjukkan bahwa terjadi ketidak sesuaian antara metode ekstraksi serta batas kritis S dalam tanah dengan respon tanaman padi sawah. Untuk itu perlu dipelajari identifikasi kekahatan dan dinamika hara S pada tanah sawah intensifikasi.
Kahat hara mikro Zn telah ditemukan terjadi pada lahan sawah di Jawa, Bali, Lombok dan Sulawesi Selatan. Hara P bereaksi dengan Zn menjadi senyawa Zn-P yang mengendap sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Hasil survei status hara tanah menunjukkan bahwa sebagian besar lahan sawah sudah jenuh hara P sehingga diduga pada tanah-tanah ini terjadi kekurangan Zn. Dengan demikian penelitian identifikasi kekahatan hara Zn perlu dilakukan.
Silika merupakan hara yang termasuk beneficial element bagi tanaman C4 seperti padi dan tebu, kekurangan unsur tersebut menyebabkan tanaman mudah rebah dan terserang hama penyakit. Sehingga pengelolaan hara Si pada lahan sawah perlu dipelajari.
3
1.3. Tujuan
Jangka pendek
1. Mengidentifikasi kekahatan hara S, Zn dan Si serta dinamikanya pada tanah sawah intensifikasi.
2. Mempelajari pengelolaan hara Si pada lahan sawah intensifikasi.
Jangka Panjang
Mengembangkan teknologi pengelolaan hara makro, mikro, dan beneficial element lahan sawah intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas padi.
Luaran yang Diharapkan
Jangka pendek
1.
Satu paket informasi kekahatan hara S, Zn, dan Si serta dinamikanya padatanah sawah intensifikasi.
2.
Informasi teknologi pengelolaan hara Si lahan sawah intensifikasi. Jangka PanjangTeknologi pengelolaan hara makro, mikro dan beneficial element pada lahan sawah intensifikasi yang dapat meningkatkan produktivitas padi.
1.4. Manfaat dan Dampak dari Kegiatan yang Dirancang
Dengan diterapkannya teknologi pengelolaan hara makro, mikro dan beneficial element sesuai karakteristik tanah dan kebutuhan tanaman dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi.
1.5. Keterkaitan dengan Program Lain
Penelitian ini terkait dengan program-program strategis yang diluncurkan oleh Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jendral Tanaman Pangan yaitu P2BN dan SL-PTT padi.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis
Hara makro merupakan hara tanaman yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman. Ketersediaan dalam tanah sedikit sementara kebutuhan tanaman banyak sehingga diperlukan penambahan yang banyak ke dalam tanah. Hara makro untuk tanaman dibagi menjadi dua, yaitu makro primer dan makro sekunder. Pembagian tersebut didasarkan oleh kebutuhan tanaman akan hara, hara makro primer dibutuhkan lebih banyak daripada makro sekunder.
Hara N merupakan salah satu hara makro yang sangat mobil di dalam tanah dan dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, disusul oleh hara P dan K. Pengelolaan lahan sawah saat ini lebih banyak menggunakan pupuk N dan P, seementara hara K tidak banyak digunakan. Hal ini disebabkan oleh pupuk KCl di lapang langka dan harganya mahal. Sementara jerami sisa hasil panen tidak dikembalikan ke lahan, atau dibakar. Dengan demikian akan terjadi pengurasan hara K, makro sekunder, mikro dan beneficial element.
Hara makro sekunder seperti Ca dan Mg sangat dibutuhkan pada lahan sawah yang berasal dari tanah masam. Penambahan hara Ca dapat meningkatkan hara Ca tanah dan berat kering tanaman jagung tanah Inceptisol dari Sukabumi (Nursyamsi et al,. 2002). Merurut Widowati dan Rochayati (2003) kadar Cu lahan sawah di Jawa, Sulawesi Selatan dan NTB masih cukup tersedia, 30% lahan sawah memiliki kadar Zn < 2 ppm, 10% lahan sawah berkadar Mn < 5 ppm, hara S dibutuhkan di Sulawesi Selatan dan NTB.
Silika merupakan beneficial element, yang terkuras bersama dengan sisa hasil panen yang tidak dikembalikan. Menurut Husnain et al., (2008) beberapa lahan sawah di DAS Citarum mengalami defisiensi Si.
2.2. Hasil-hasil Penelitian Hara makro
Hara N merupakan salah satu hara makro yang sangat mobil di dalam tanah dan dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak. Pemupukan N nyata meningkatkan hasil padi pada dataran tinggi di Tanah Toraja (Limbongan et al., 2009). Pemupukan urea pada lahan sawah di Tanggilingo, Kabila, Gorontalo nyata
5
meningkatkan berat gabah bernas, hasil tertinggi 6,02 t/ha dicapai pada pemupukan 405 kg urea/ha (Rondonuwu, 2008). Pemupukan N yang didasarkan pada skala BWD dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk N 10-53% dibandingkan takaran rekomendasi (Wahid, 2003). Penggunaan urea tablet dengan dosis yang sama dengan urea pril di Plangitan, Pati, Jateng memberikan peningkatan hasil yang lebih besar (Purnomo, 2000). . Pemupukan urea dengan takaran 200 kg/ha, pemupukan P dan K berdasarkan uji tanah nyata meningkatkan bobot gabah kering, serapan hara N dan K di Inceptisol Karawang dan Sragen serta Vertisol Madiun (Hartatik dan Sri Adiningsih, 2003). Pengkajian pemupukan yang dilaksanakan di Sikku Ale, Cempa, Pinrang pada MT 2001 menunjukkan bahwa pertumbuhan dan hasil tanaman padi pada perlakuan tanpa pemupukan N terendah (Arafah dan Sirappa, 2003).
Hara P merupakan hara makro yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman, hasil penelitian Balittanah (2010 dan 2011) menunjukkan bahwa luas lahan sawah di Jawa yang berstatus P tinggi semakin meningkat. Peningkatan status hara P tersebut disebabkan oleh penggunaan yang terus-menerus setiap musim tanam. Lahan sawah berstatus P tinggi di Lampung Tengah adalah 61,5% dari lahan sawah seluas 41.104 ha, dan berstatus K rendah 77,34% (Barus dan Andarias, 2007). Pada lahan sawah yang sudah diberi kompos jerami selama 3 musim tanam berturut-turut tidak perlu dipupuk SP-36 dan KCl (Arafah, 2004).
Penambahan hara K pada lahan sawah baru di Muarabeliti, Sumsel dan Tatakarya dapat meningkatkan serapan hara K dari 2,93 menjadi 3,31%, dan dari 1,88 menjadi 2,04%, hasil gabah meningkat dari 3,90 menjadi 4,18 t/ha dan dari 5,92 menjadi 6,29 t/ha (Nursyamsi et al., 2000). Pengapuran pada tanah mineral masam akan memicu defisiensi K jika tidak diikuti dengan pemupukan K, terutama pada tanah-tanah dengan status K rendah (Subiksa, et al., 2004). Pemupukan 100 kg MOP/ha nyata meningkatkan hasil jagung pada Inceptisols Cibatok, Bogor dan Ultisols Jagang, Lampung Utara (Nursyamsi et al., 2005).
Hara Makro sekunder
Hara makro sekunder adalah hara Ca, Mg dan S. Kandungan hara Ca dan Mg pada tanah sawah yang berasal dari tanah mineral masam umumnya rendah. Hal ini diduga disebabkan oleh bahan induk yang miskin unsur Mg (Widowati dan Rochayati, 2003). Status hara Mg tanah rendah jika dalam tanah mengandung Mg < 1 cmolc(+)/kg dan tinggi jika mengandung Mg > 3 cmolc/kg. Pupuk Ca meningkatkan
6
berat kering tanaman pada Inceptisols dari Tegallega, Sukabumi, sedangkan pupuk Mg, S, Zn dan Cu tidak berpengaruh terhadap berat kering tanaman jagung (Nursyamsi et al., 2002).
Percobaan korelasi hara S yang dilakukan Sulaeman et al., (1984) diketahui bahwa pengekstrak terbaik hara S untuk tanah sawah adalah Ca(H2PO4)2.500 ppm P.
Dari percobaan pot diketahui bahwa respon pemupukan S terjadi pada tanah Grumosol, Regosol dan Alluvial. Peta status hara S lahan sawah dibuat dengan 3 kategori yaitu rendah (< 10 ppm S), sedang (10 – 20 ppm S) dan tinggi (> 20 ppm S) (Purnomo et al., 1989). Dari 3,04 juta ha lahan sawah di Jawa, berstatus S rendah 52,8%, sedang 41,8 dan tinggi 5,4%. Menurut Al-Jabri (2006) menegaskan bahwa pada tanah dengan kadar S < 10 ppm mutlak harus ditambah. Hasil penelitian lapang yang dilakukan pada lahan berstatus S rendah tidak renspon terhadap pemupukan S. Menurut Blair et al., (1979) diperkirakan 60-70% lahan sawah di Sulawesi Selatan kahat hara S.
Pemupukan S nyata meningkatkan berat gabah di Takalar, hasil tertinggi 6,18 t/ha dicapai pada pemupukan 10 kg S/ha, sedang di Sinjai pemupukan S tidak dapat meningkatkan berat gabah (Buntan dan Rauf, 1995).
Hara mikro
Hara mikro merupakan hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sehingga penggunaan yang tidak tepat dapat meracuni tanaman. Hara tanaman yang termasuk hara mikro adalah B, Zn, Cu, Fe, Mo dan Mn. Selama pertumbuhan jagung, konsentrasi hara Zn, Cu dan Mn tinggi terdapat pada lapisan atas (0 – 15 cm), konsentrasinya menurun dengan kedalaman tanah (Dortzbach et al., 2010). Selain itu juga disampaikan bahwa penggunaan pupuk kandang babi dapat meningkatkan kadar Zn, Cu dan Mn.
Penelitian pemupukan boron di lahan sawah belum banyak dilakukan. Pemberian pupuk B pada tanah Inceptisols Cibatok, Bogor nyata meningkatkan produksi kacang tanah (Widowati et al., 2006). Selanjutnya juga disampaikan bahwa dosis pupuk B optimum adalah 5,53 kg/ha. Pemberian B pada lahan petani di Sindh, Punjab dan Khyber Pakhtunkhawa Pakistan selama 2005-08 dapat meningkatkan hasil padi (Ahmad dan Irshad, 2011). Pemberian 2 kg B/ha yang diberikan 2 musim
7
berturut-turut nyata meningkatkan hasil padi dibandingkan yang diberikan sekali (Khan et al., 2006).
Pemberian hara mikro Zn, B dan Mo nyata meningkatkan hasil padi varietas BRRI DHAN-30 dibandingkan kontrol, pemberian kombinasi Zn dan Mo nyata meningkan lagi (Hossain et al., 2001). Rekomendasi pemupukan NPK ditambah pupuk kandang yang diperkaya dengan 5 kg Zn dapat meningkatkan hasil padi (5,43 t/ha) dan jerami (7,08 t/ha) pada bukan tanah berkapur (Sridevi et al., 2010).
Kahat Zn pada lahan sawah dapat terjadi pada lahan dengan kadar P dan CO3
tinggi atau karena drainase buruk. Hasil penelitian Al-Jabri et al. (1995) menunjukkan bahwa penambahan 5 kg Zn/ha atau perendaman bibit padi ke dalam larutan 0,05% ZnSO4 selama 5 menit dapat meningkatkan hasil padi sebagian besar
lahan sawah. Peta status hara Zn skala 1:250.000 telah disusun menggunakan pengekstrak DTPA-TEA oleh Al-Jabri et al., (1991). Kadar Zn tanah lahan sawah dibedakan ke dalam 2 kelas, yaitu berkadar Zn > 1 ppm dan < 1 ppm. Sebagian besar lahan sawah di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur dan P. Lombok berstatus Zn tinggi.
Penelitian interaksi antara S dan Zn telah dilaksanakan di Bugallon, Pangasinan, Philipina selama musim kering 1986 (7 ppm S dan 0,39 ppm Zn) (Shah dan De Datta, 1991). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 10 kg Zn/ha cukup untuk memperbaiki kekurangan Zn, respon S pada pemberian 40 kg Zn/ha pada pemberian 25 kg S/ha. Pemberian hara Zn dapat meningkatkan serapan N, sebaliknya sumber dan dosis N dan dosis Zn berpengaruh terhadap serapan dan konsentrasi Zn (Hosseiny dan Maftoun, 2008). Kadar dan bentuk-bentuk Zn terutama dipengaruhi oleh pH, CaCO3 dan C-organik.
Beneficial element
Beneficial element (unsur bermanfaat) merupakan unsur yang berguna bagi pertumbuhan tanaman tetapi tidak memenuhi kaidah unsur hara esensial. Unsur yang termasuk menguntungkan bagi tanaman adalah Na, Co, Cl dan Si.
Unsur bermanfaat belum banyak dipelajari terhadap peningkatan hasil tanaman. Menurut Husnain et al., (2009) diketahui bahwa dua lokasi dari 16 lokasi lahan sawah di daerah aliran sungai Citarum mempunyai kadar Si < 300 mg SiO2/kg, sementara di daerah aliran sungai Kali Garang tidak terdapat lokasi yang < 300 mg SiO2/kg.
8
Unsur hara beneficial Si merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman padi dalam jumlah besar. Silika merupakan unsur hara beneficial terutama untuk tanaman padi dan tebu. Tanaman padi membutuhkan sebanyak 230 hingga 470 kg Si/ha untuk mendukung pertumbuhan tanaman padi yang sehat dan berkualitas. Kebutuhan Si pada tanaman padi bahkan dua kali lipat melebihi kebutuhan nitrogen. Tanaman padi merupakan salah satu tanaman akumulator Si sehingga serapannya sangat tinggi. Namun demikian, unsur hara Si belum dianggap sebagai unsur hara esensial untuk tanaman tingkat tinggi termasuk tanaman padi.
Sumber unsur hara Si bagi tanaman berasal dari tanah, air irigasi dan residu tanaman seperti jerami dan sekam padi apabila dikembalikan ke dalam tanah. Kandungan Si tersedia di dalam tanah sawah tidak berbanding lurus dengan kandungan totalnya. Sehingga meskipun total kandungan Si tanah tinggi (43-70%wt), tetapi kandungan Si tersedia bisa sangat rendah. Ketersediaan Si di dalam tanah terutama di daerah tropis sangat rendah disebabkan oleh proses desilikasi. Namun demikian ketersediaan Si dalam tanah juga dipengaruhi oleh sebaran bahan induk, iklim dan pengelolaan lahan. Kandungan Si tersedia pada tanah dilaporkan tertinggi pada tanah yang berasal dari bahan induk abu vulkan dan mengalami penurunan pada tuff intermediate, clay sediment dan alluvial. Selain itu lahan sawah bukaan baru di Propinsi Sumbar juga menunjukkan indikasi kekurangan unsur hara Si.
Rata-rata kandungan Si pada tanah-tanah sawah di daerah tropis di Asia berkisar antara 104 hingga 629 mg SiO2 kg-1 (Kawaguchi and Kyuma et al. 1977).
Batasan kritis unsur hara Silika (SiO2) untuk tanaman padi menurut Sumida (1992)
adalah 300 mg kg-1, sedangkan batas kritis yang lebih rendah dilaporkan sekitar 126
mg kg-1 (Yang et al., 2011), 86 mg kg-1 (Dobermann and Fairhurst, 2000), pada
tanah Histosol sekitar 40 mg kg-1 (Korndorfer et al. 2001). Batasan kritis kebutuhan
Si untuk jenis tanah dapat berbeda-beda. Oleh karena belum ada batasan kritis Si pada tanah untuk tanaman padi di daerah tropis maka sangat diperlukan penelitian penetapan batasan kritis tersebut.
Dengan diketahuinya batasan kritis Si untuk tanaman padi maka dapat diketahui kebutuhan pupuk Si pada tanah untuk mendukung produksi padi yang optimum. Dengan demikian kebutuhan hara Si dapat terpenuhi pada daerah-daerah yang mengalami kekurangan Si.
9
III. METODOLOGI 3.1. Pendekatan
Kegiatan penelitian jangka panjang akan dimulai pada TA 2012 hingga TA 2014. Kegiatan ini merupakan penelitian yang mempelajari hara tanaman terutama hara makro sekunder (Ca, Mg dan S), hara mikro (Zn, Cu, Mn, Mo, Fe, B, dan Cl) dan beneficial element (Si, Va, Na, Ni) yang dapat meningkatkan hasil tanaman padi sawah. Pada tahun pertama akan dilakukan penelitian di rumah kaca untuk mengidentifikasi kekahatan hara S dan Zn pada lahan sawah intensifikasi, mempelajari dinamika dan pelepasan hara S, Zn dan Si, serta penelitian lapang untuk mempelajari pengelolaan hara Si lahan sawah. Pada tahun ke dua akan dilakukan percobaan korelasi untuk mempelajari ekstraksi terbaik untuk analisis hara hara S, Zn dan Si, batas kritis dan batas kecukupan hara S, Zn dan Si. Pada tahun berikutnya akan dilakukan penelitian kalibrasi hara S, Zn dan Si di lapang, serta mengidentifikasi kekahatan hara lain pada lahan sawah.
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Pada TA 2012 akan dilakukan 2 kegiatan penelitian, yaitu :
1.
Identifikasi kekahatan hara S, Zn, dan Si serta dinamikanya pada tanah sawahintensifikasi.
2.
Penelitian pengelolaan hara Si lahan sawah intensifikasi.3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan 3.3.1. Bahan Penelitian
Bahan ATK yaitu alat tulis (pensil dan ball poin), kerta HVS, tinta printer, disket, CD, buku, penghapus, spidol, penggaris, dan sebagainya.
Bahan kimia untuk analisis tanah, tanaman, dan pupuk di laboratorium,
Bahan untuk pelaksanaan percobaan rumah kaca dan lapang untuk mengambil contoh tanah bulk, seperti benih padi, bahan kimia untuk percobaan rumah kaca, pot plastik, pestisida, rafia, kantong plastik, karton manila atau label, dan karung, serta bahan untuk pelaksanaan percobaan lapang, seperti pupuk Urea, SP-36, KCl atau pupuk NPK majemuk, benih padi, pestisida, karung karuna, kantong plastik, label.
10
Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan adalah GPS, timbangan, bor tanah, peralatan untuk mengambil contoh tanah bulk (cangkul, sekop, pisau lapang), peralatan untuk analisis tanah, dan tanaman (pH meter, spektrophotometer dan AAS serta peralatan gelas).
3.3.2. Metodologi Penelitian
Penelitian hara makro sekunder, mikro dan benefficial element terdiri dari 2 kegiatan, yaitu : (1) identifikasi kekahatan hara S, Zn, dan Si serta dinamikanya pada tanah sawah intensifikasi dan (2) penelitian pengelolaan hara Si pada lahan sawah intensifikasi.
1.
Penelitian identifikasi kekahatan hara S, Zn, dan Si serta dinamikanyapada tanah sawah
Kegiatan penelitian terdiri dari 2 sub kegiatan, antara lain (a) penelitian identifikasi lahan sawah kahat hara S, Zn, dan Si, dan (b) penelitian dinamika dan pelepasan hara S, Zn dan Si. Penelitian dilakukan berbagai tahap antara lain (a) pengambilan contoh tanah bulk, dan (b) pelaksanaan percobaan rumah kaca.
Sub Kegiatan 1.1. Identifikasi kekahatan hara S, Zn dan Si serta dinamikanya
Contoh tanah bulk diambil pada tanah sawah intensifikasi di Jawa, Sulawesi, NTB, dan Sumatera pada jenis tanah sebanyak 10 contoh. Contoh tanah bulk diambil pada lahan sawah dari kedalaman 0-15 cm, selain itu juga perlu dilakukan wawancara dengan petani untuk mengetahui pengelolaan lahan terutama praktek pemupukan dan pengelolaan jerami sisa hasil panen.
Contoh tanah bulk segera dikirim ke rumah kaca Balai Penelitian Tanah untuk segera diproses. Contoh tanah diproses dengan pengeringan, dihaluskan dan disaring dengan saringan berdiameter 2 mm, selanjutnya ditimbang dan dimasukkan ke dalam ember plastik.
Percobaan dilakukan dengan metode minus one test, hara makro sekunder, mikro dan beneficial element. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari: (1) N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, B, Mo, Mn, Fe, dan Si, disebut “optimum) (2) optimum –Ca, (3) optimum –Mg, (4) optimum –S, (5) optimum –Cu, (6) optimum –Zn, (7) optimum –B, (8) optimum –Mo,
11
(9) optimum –Mn, (10) optimum –Fe dan (11) optimum –Si, dan (12) kontrol lengkap (tanpa penambahan hara).
Percobaan menggunakan 5 kg contoh tanah kering angin per pot. Dosis pupuk P dan K ditentukan dengan status hara tanah, dosis N 135 kg/ha. Dosis pupuk makro sekunder dan mikro ditentukan berdasarkan hasil analisis tanah awal. Dosis pupuk Ca untuk mencapai 4 me/100 g tanah (2,5 me/100 g tanah untuk tanah berpasir), dan Mg = 1,5 me/100 g tanah (1 me/100 g tanah untuk tanah berpasir), Zn untuk mencapai 2 ppm, Cu untuk mencapai 1,5 ppm, Mn untuk mencapai 5 ppm, S untuk mencapai 14 ppm, dan Fe untuk mencapai 2 ppm. Sedangkan B dengan dosis 5 kg B/ha.
Sumber hara S yang digunakan (ZA, urea S, bentonit S, gypsum dan S) berpengaruh sama, untuk itu sebagai sumber pupuk S yang digunakan adalah ZA.
Pengamatan dilakukan terhadap sifat kimia tanah sebelum digunakan percobaan dan setelah panen, serapan hara Ca, Mg, S, Cu, Zn, Mo, Mn, Fe, B dan Si Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan pada tanaman padi berumur 1 dan 2 bulan setelah tanam, serta menjelang panen. Hasil tanaman diamati berat kering jerami dan berat gabah kering panen.
Data hasil pengamatan dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji DMRT dengan tingkat ketelitian 5%. Lokasi yang dinilai kahat hara S dan Zn apabila renspon terhadap pemupukan S dan Zn.
Sub Kegiatan 1.2. Penelitian dinamika dan pelepasan hara S, Zn dan Si
Penelitian terdiri dari 3 set penelitian, yaitu dinamika dan pelepasan hara S, dinamika dan pelepasan hara Zn, dan dinamika dan pelepasan hara Si. Percobaan dengan dan tanpa tanaman. Penelitian menggunakan contoh tanah bulk yang diambil pada lahan sawah yang memiliki mineral liat 1:1, campuran 1:1 dan 2:1, dan 2:1. Contoh tanah akan diambil di Lampung, Pantura Jawa dan Ngawi. Contoh tanah bulk untuk percobaan dinamika hara 5 kg/pot dan untuk pelepasan hara tanpa tanaman 2 kg/pot.
a. Dinamika dan pelepasan hara S
Penelitian dilakukan dengan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari (1) Kontrol (tanpa S), (2) 12,5 kg S/ha, (3) 25 kg S/ha, (4) 50 kg S/ha, (5) 25 kg S/ha + 2 t kompos jerami/ha. Kompos jerami diberikan seminggu sebelum tanam. Selain hara S dan kompos jerami sebagai perlakuan, setiap pot percobaan ditambah dengan pupuk N, P, dan K. Pupuk N
12
ditambah dengan dosis 300 kg urea/ha dan diperhitungkan dengan jumlah N dari ZA sebagai sumber S. Pupuk P dan K ditentukan berdasarkan status hara tanah.
Pupuk N, P, K, dan S diberikan seminggu setelah tanam. Pupuk N diberikan 3 kali, yaitu pada umur 7, 21 dan 35 hari setelah tanam, masing-masing dengan 100 kg/ha. Percobaan ditanami padi sawah dan dipelihara sampai panen. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan tanaman: tinggi tanaman dan jumlah anakan, hasil padi: berat basah dan kering jerami, berat gabah kering panen dan kering giling. Contoh tanah sebelum tanam: tekstur 3 fraksi, pH (H2O dan 1 M KCl), C-organik,
N-total, P dan K HCl 25%, P Bray 1/Olsen, NTK, KTK, KB, dan hara mikro, hara S dan Si. Analisis tanah setelah panen: NH4, S (total, dan tersedia), dan NTK. Analisis hara
tanaman dalam jerami dan gabah: S. Hara S yang larut dalam air.
Percobaan tanpa tanaman padi dengan contoh tanah 2 kg/pot dilakukan dengan perlakuan yang sama dengan perlakuan yang ditanami padi. Pengamatan dilakukan terhadap pelepasan S (total dan tersedia) yang diamati pada umur 1, 2, 4, 8, 12 dan 16 MST, pencucian hara S, hara S yang larut dalam air.
b. Dinamika dan pelepasan hara Zn
Penelitian dinamika dan pelepasan hara Zn dengan tanaman padi dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap 5 perlakuan dan 3 ulangan. Berapa kg tanahnya?? Perlakuan terdiri dari : (1) kontrol (tanpa Zn), (2) 5 kg Zn/kg, (3) 10 kg Zn/ha, (4) 20 kg Zn/ha, dan (5) 10 kg Zn/ha + 2 t kompos jerami/ha. Pupuk dasar digunakan 300 kg urea, pupuk P dan K ditentukan berdasarkan status hara tanah. Sebagai sumber Zn digunakan ZnCl2.
Percobaan ditanami padi dan dipelihara sampai panen. Pengamatan dilaakukan terhadap: tinggi tanaman dan jumlah anakan, hasil padi: berat basah dan kering jerami, berat gabah kering panen dan kering giling. Analisis tanah sebelum diberi perlakuan dan setelah panen (Zn total dan DTPA, NH4, P Bray 1/Olsen, NTK).
Zn dalam air.
Percobaan tanpa tanaman padi dilakukan dengan perlakuan yang sama dengan perlakuan yang ditanami padi. Pengamatan dilakukan terhadap pelepasan Zn (total dan tersedia) yang diamati pada umur 1, 2, 4, 8, 12 dan 16 MST, pencucian hara Zn, hara Zn yang larut dalam air.
13
c. Dinamika dan pelepasan hara Si
Penelitian dinamika dan pelepasan hara Si dengan tanaman padi dilakukan dalam 2 seri penelitian yaitu dengan tanaman padi dan tanpa tanaman. dengan menggunakan rancangan acak lengkap 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari (1) kontrol (tanpa Si), (2) 150 kg Si/ha, (3) 300 kg Si/ha (4) 2 t kompos jerami/ha + 1 t abu sekam/ha, dan (5) 1 t terak baja/ha. Timbang 5 kg contoh tanah kering halus dimasukkan ke dalam pot, ditanami padi dan dipelihara sampai panen.
Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan tanaman: tinggi tanaman dan jumlah anakan, vigor tanaman, hasil tanaman: berat basah dan kering jerami, berat kering panen dan giling padi. Analisis tanah sebelum diberi perlakuan sudah dianalisis pada percobaan dinamika S, setelah panen dianalisis hara Si total dan tersedia, NTK.
Percobaan tanpa tanaman padi dilakukan dengan perlakuan yang sama dengan perlakuan yang ditanami padi. Pengamatan dilakukan terhadap pelepasan Si (total dan tersedia) yang diamati pada umur 1, 2, 4, 8, 12 dan 16 MST, pencucian hara Si, hara Si yang larut dalam air.
2.
Penelitian pengelolaan hara Si lahan sawah intensifikasiPenelitian pengelolaan hara Si lahan sawah intensifikasi merupakan penelitian lanjutan penelitian yang dibiayai APBNP TA. 2011. Penelitian akan dilakukan di Sulawesi Selatan dan Lampung Timur, pada lahan sawah yang mengandung kadar Si rendah.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan merupakan pemupukan NPK yang dikombinasikan dengan 6 dosis pupuk Si, ditambah perlakuan kontrol (tanpa pupuk), penambahan kompos jerami dan abu sekam, pemberian terak baja. Adapun dosis pupuk Si yang akan dicoba adalah 0, 20, 40, 80, 160 dan 200 kg Si/ha. Perlakuan secara rinci disajikan pada Tabel 1. Dosis pupuk P dan K ditentukan berdasarkan status hara P dan K, status hara tanah di Taman Bogo adalah N, P dan K rendah, Pariaman berstatus N rendah, P tinggi dan K rendah.
14
Tabel 1. Perlakuan respon tanaman padi sawah terhadap pemberian silika di lahan petani
Kode Perlakuan T1 Kontrol
T2 N, P, K tunggal dosis rekomendasi T3 N,P,K tunggal + pupuk 20 kg Si/ha T4 N,P,K tunggal + pupuk 40 kg Si/ha T5 N,P,K tunggal + pupuk 80 kg Si/ha T6 N,P,K tunggal + pupuk 160 kg Si/ha T7 N,P,K tunggal + pupuk 200 kg Si/ha
T8 N,P,K tunggal + kompos jerami + abu sekam T9 N,P,K tunggal + terak baja
Petak perlakuan berukuran 4 m x 5 m, tanaman padi yang digunakan untuk percobaan varietas yang biasa ditanam oleh petani setempat. Pengamatan dilakukan terhadap sifat tanah setelah panen, terutama kadar Si. Contoh tanaman dan gabah diambil setelah panen, yang akan dianalisis hara Si. Pertumbuhan tanaman diamati tinggi tanaman dan jumlah anakan, ketahanan terhadap hama dan penyakit dengan metode skoring tanaman yang terserang hama dan penyakit; berat jerami kering dan berat gabah kering panen. Neraca hara Si dipelajari dengan mengurangi hara Si yang ditambahkan dan yang terangkut panen.
Data hasil pengamatan diolah dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan Duncan dengan tingkat ketelitian 5%.
15
IV. ANALISA RISIKO
DAFTAR RISIKO
No. Risiko Penyebab Dampak 1. Respon pemupukan hara S dan Zn
untuk percobaan rumah kaca tidak diperoleh
Status hara S dan
Zn tidak bervariasi Pengekstrak hara S dan Zn serta batas kritis tidak diperoleh.
2. Tanaman padi tidak respon
terhadap pemupukan Si Pemilihan percobaan kurang lokasi tepat
Pengelolaan hara Si tidak dapat ditentukan
3. Panen pada tahun berikutnya Waktu tanam mundur, sesuai dengan
ketersediaan air dan waktu tanam petani
Data dimasukan untuk perbaikan laporan
DAFTAR PENANGANAN RISIKO
No. Risiko Penyebab Penanganan 1. Respon pemupukan hara S
dan Zn untuk percobaan rumah kaca tidak diperoleh
Status hara S dan
Zn tidak bervariasi Variasi lokasi dan jenis tanah saat pengambilan contoh tanah perlu diperhatikan.
2. Tanaman padi tidak respon
terhadap pemupukan Si Pemilihan percobaan kurang lokasi tepat
Percobaan diletakan pada lokasi yang berkadar hara Si rendah
3. Panen pada tahun berikutnya Waktu tanam mundur, sesuai dengan
ketersediaan air dan waktu tanam petani
Percobaan tetap dilakukan
16
V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANA
5.1. Tenaga yang terlibat dalam kegiatan
Nama lengkap,
Gelar dan NIP
Jabatan
Kedudukan
dalam RPTP
Alokasi
Waktu (OB)
Fungsuional
Struktural
Ir. A. Kasno, Msi Peneliti Madya Staf Kesuburan PJ RPTP dan
Kegiatan-1
6
Dr. Husnain Peneliti Muda Staf Kesuburan PJ Kegiatan-2 4
Tia Rostaman, Ssi Litkayasa Staf Lab Penelitian Anggota 4
Dr. Diah Setyorini Peneliti Muda Staf Kesuburan Anggota 2
Linca Anggria, MSc Peneliti Pertama Staf Lab Penelitian Anggota 4
Ibrahim Adamy, SP Peneliti Pertama Staf Kesuburan Anggota 4
Muchtar, MP Peneliti Pertama Ka KP Taman Bogo Anggota 4
Septiana, SP PNK Staf KP Taman Bogo Anggota 4
Cahyana Litkayasa Staf Lab Penelitian Anggota 6
Jaenudin Litkayasa Staf Rumah Kaca Anggota 6
Edy Sutanto, Amd Teknisi Staf Keseburan Anggota 6
Mulyadi Litkayasa Staf Kesuburan Anggota 4
Imam Purwanto Litkayasa Staf Kesuburan Anggota 6
Prayudi Teknisi Lab Staf Lab Kimia Anggota 4
Yadi Haryadi Teknisi Lab Staf Lab Kimia Anggota 4
Maksum Teknisi Lab Staf Lab Kimia Anggota 4
Pm Teknisi Staf BPTP Sulsel Anggota 6
Puji Wuningrum Teknisi Lab Staf Lab Penelitian Anggota 4
Ikhwan S.K. Teknisi Lab Staf Lab Penelitian Anggota 4
Sunarya Teknisi Lab Staf Lab Penelitian Anggota 4
Mindawati Litkayasa Staf Kesuburan Administrasi 6
Dr. Sri Rochayati Ka Balittanah Nara Sumber 1
5.2. Jangka waktu kegiatan (jadwal palang)
Kegiatan Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Persiapan Pelaksanaan:
Penelitian identifikasi lahan sawah kahat hara S, Zn dan Si
Penelitian dinamika dan pelepasan hara S, Zn dan Si.
Penelitian pengelolaan hara Si lahan sawah intensifikasi
Analisis data
17
5.3.Pembiayaan
Ribu Rupiah (‘000 Rp)
No Sub Pengeluaran Triwulan Total
I II III IV
1. Belanja bahan (521211) 15.750,0 21.250,0 10.500,0 4.500,0 52.000
2. Honor terkait output kegiatan
(521213) 12.501,5 16.999,5 15.499,5 14.999,5 60.000
3. Belanja sewa (522114) 2.000,0 2.000,0 0 0 4.000
4. Belanja perjalanan lainnya
(524119) 15.000,0 30.000,0 25.000,0 14.000,0 84.000
18
V. DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, J.S., D. Santoso and m. Sudjadi. 1989. The status of N, P, K, and S of lowland rice soils in Java. Sulfur Fertilizer Policy for Lowland and Upland Rice Cropping Systems in Indonesia. Aciar Proceedings. No. 29: 68-76.
Ahmad, R., dan M. Irshad. 2011. Effect of boron application time on yield of wheat, rice and cotton crop in Pakistan. Soil Environ. 30(1): 50 – 57.
Al-Jabri, M., M. Soepartini, dan Didi Ardi. 1991. Status hara Zn dan pemupukannya di lahan sawah. Hlm. 427-464 dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Cisarua, 12-13 Nopember 1990. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Al-Jabri, M. Dan M. Soepartini. 1995. Teknik pemupukan hara Zn pada tanah sawah. Hlm. 1-6 dalam Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat No. 2. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Al-Jabri, M. 2006. Penetapan rekomendasi pemupukan berimbang berdasarkan analisis tanah untuk padi sawah. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol. 1, No. 2:25-35.
Arafah dan M.P. Sirappa. 2003. Kajian penggunaan jerami dan pupuk N, P, dan K pada lahan sawah irigasi. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, Vol. 4, No. 1:15-24.
Arafah. 2004. Efektivitas pemupukan P dan K pada lahan bekas pemberian jerami selama 3 musim tanam terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. J. Sains & Teknologi. Vol. 4, No. 2:65-71.
Barus, J. Dan Andarias. 2007. Status hara fosfor dan kalium lahan sawah Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Tanah dan Lingkungan, Vol. 9, No. 1:16-19.
Blair, G.J., Mamaril, C.P. Pangerang Umar, Momuat, E.O. and Momuat, C. 1979. Sulfur nutrition of rice. 1. A survey of soils of South Sulawesi, Indonesia. Agronomy Journal 71:473-477.
Buntan, A., dan M. Rauf. 1995. Pengaruh pemberian belerang pada padi sawah di lahan beririgasi Aluvial takalar dan Latosol Sinjai. Agrikam Vol. 10, No. 1:47-54.
Chongkid, B., N. Vachirapattama and Y. Jirakiattikul. 2007. Effect of Vanadium on rice growth and Vanadium accumulation in rice tissues. Kasetsart J. (Nat. Sci.) 41: 28 – 33.
Dobermann and Fairhurst, 2000. Rice: Nutrient Disorders and Management. Potash and Phosphate Insitute/Potash and Phosphate Institute of Canada.
Dortzbach, D., Cristiane M. Léis, Jucinei J. Comin, P.B. Filho and M.G. Pereira. 2010. Accumulation of zinc, copper and manganese in soil fertilized with pig manure and ureain Southern State of Santa Catarina (Brazil). 2010 19th World
Congress of Soil Sci. 1-6 August 2010, Brisbane, Australia.
Hartatik, W. Dan J. Sri Adiningsih. 2003. Evaluasi rekomendasi pemupukan NPK pada lahan sawah yang mengalami pelandaian produktivitas (levelling off). Pro. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumberdaya Tanah dan Iklim. Bogor, 14-15 Oktober 2003: 17 – 36.
19
Hossain, M.B., Talukder Narayon Kumar and Sultana Ahmed. 2001. Effect of Zinc, Boron and Molybdenum application on the yield and nutrient uptake by BRRI Dhan 30. OnLine J. of Bio. Sci 1 (8): 698 – 700.
Hosseiny, Y., and M. Maftoun. 2008. Effect of nitrogen levels, nitrogen sources and zinc rates on the growth and mineral composition of lowland rice. J. Agric. Sci. Technol. Vol. 10:307-316.
Husnain, T. Wakatsuki, D. Setyorini, Hermansah, K. Sato and T. Masunaga. 2008. Silica availability in soils and river water in two watersheds on Java Island, Indonesia. Soil Science and Palnt Nutrition (2008) 54: 916-927.
Kasno, A., D. Setyorini dan Nurjaya. 2003. Status C-organik lahan sawah di Indonesia. Konggres Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) di Universitas Andalas, Padang.
Kawaguchi K, Kyuma K 1977. Paddy Soils in Tropical Asia, Their Material Nature and Fertility. University Press of Hawaii, Honolulu.
Kebede, F. 2009. Silicon status and its relationship with major physico-chemical properties of Vertisols of Northern Highlands of Ethiopia. Fassil K. (MEJS), Vol. 1(1): 74-81.
Khan, R., A.H. Gurmani, A.R. Gurmani and M.S. Zia. 2006. Effect of Boron application on rice yield under wheat rice system. International Journal of Agriculture & Biology: 805 – 808.
Korndorfer G., H. Snyder., M. Ulloa., G. Powell , and L. E. Datnoff . 2001 Calibration of soil and plant silicon analysis for rice production. Journal of Plant Nutrition. Limbongan Y.L., B.S. Purwoko, Trikoesoemaningtyas dan H. Aswidinnoor. 2009.
Respon genotipe padi sawah terhadap pemupukan Nitrogen di dataran tinggi. J. Agron. Indonesia 37 (3): 175 -182.
Mutters, R.C., W. Horwath, C.V. Kessel and J. Williams. 2006. Fertility and crop nutrition. California Rice Production Workshop. 21 pages
Nursyamsi, D., A. Budiarto, dan L. Anggria. 2002. Pengelolaan kahat hara pada Inceptisols untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung. J. Tanah dan Iklim No. 20: 56 – 68.
Nursyamsi, D., L.R. Widowati, D. Setyorini, dan J. Sri Adiningsih. 2000. Pengaruh pengolahan tanah, pengairan terputus, dan pemupukan terhadap produktivitas lahan sawah baru pada Inceptisols dan Ultisols Muarabeliti dan Tatakarya. J. Tanah dan Iklim No. 18: 33 – 42.
Nursyamsi, D., Husnain, A. Kasno, dan D. Setyorini. 2005. Tanggapan tanaman jagung (Zea mays, L.) terhadap pemupukan MOP Rusia pada Inceptisols dan Ultisols. J. Tanah dan Iklim No. 23: 13 – 23.
Purnomo, J., D. Santoso dan Heryadi. 1989. Status hara S lahan sawah di Jawa. Pusat Penelitian Tanah.
Purnomo J. 2000. Penggunaan urea tablet pada penanaman padi tanpa olah. Agrosains Vol. 2. No. 1: 19 – 22.
Rondonuwu, J.J. 2008. Produksi padi sawah yang dipupuk urea dan ZA di Tanggilingo. Soil Environment Vol. 6, No. 2: 77 -81.
Shah, A.I. and S.K. De Datta. 1991. Sulfur and zinc interactions in lowaland rice. Philipp J. Crop Sci, 26(1): 15-18.
20
Sridevi, G., M. Vijay Sankar Babu, B. Gayathri dan S. Anil Kumar. 2010. Effect of zinc enriched organic manures on nutrient uptake and yield of rice (ADT-45) in zinc deficient Typic Ustopepts. Indian J. Agic. Res., 44 (2): 150 - 153.
Subiksa, I.G.M., J. Sri Adiningsih, Sudarsono, dan S. Sabiham. 2004. Pengaruh ameliorasi dan pemupukan K terhadap parameter hubungan Q-I kalium pada tanah mineral masam. J. Tanah dan Iklim No. 22: 40 – 49.
Sulaeman, M. Supartini, S. dan M. Sudjadi. 1984. Hubungan antara kadar S tersedia dalam tanah dan respon tanaman padi. Pemberitaan Tanah dan Pupuk. No. 3:20-26.
Sumida, H. 1992. Silicon supplying capacity of paddy soils and characteristics of silicon uptake by rice plants in cool regions in Japan. Bull. Tohoku. Agric. Exp. Stn, 85, 1–46 (in Japanese with English summary).
Surapornpiboon, P., S. Julsrigival, C. Senthong and D. Karladee. 2008. Effects of Silicon on upland rice under drought condition. CMU. J. Nat. Sci (2008), Vol. 7 (1): 163-171.
Yang D, Liu MD, Zhang YL. 2011. Evaluation of silicon supplying capacity in
paddy field soil by Isothermal Adsorption. Proceedings of The 5
ThInternational Conference on Silicon in Agriculture.
Wahid A.S. 2003. Peningkatan efisiensi pupuk nitrogen pada padi sawah dengan metode bagan warna daun. Jurnal Litbang Pertanian, 22 (4): 156 – 161. Widowati, L.R. dan S. Rochayati. 2003. Indentifikasi kahat hara S, Ca, Cu, Zn dan Mn
pada tanah sawah intensifikasi. Kongres Nasional HITI VIII Padang, 21-23 Juli 2003: 408-419.
Widowati, L.R. T. Djuanda, dan D. Setyorini. 2006. Jumlah kebutuhan unsur hara mikro Boron (B) pada tanah Inceptisols Cibatok untuk kacang tanah (Arachis Hyphogea). Pros. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor, 14 – 15 September 2006: 343 – 353.