ANALISA UNSUR HARA Cu DAN Zn PADA DAUN KELAPA
SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN AAS DI PUSAT
PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN
KARYA ILMIAH
Disusun Oleh :
072401046
ARDIANSYAH
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISA UNSUR HARA Cu DAN Zn PADA DAUN KELAPA
SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN AAS DI PUSAT
PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya
072401046
ARDIANSYAH
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : ANALISA UNSUR HARA Cu DAN Zn PADA
DAUN KELAPA SAWIT DENGAN
MENGGUNAKAN AAS DI PUSAT PENELITIAN
KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : ARDIANSYAH
NIM : 072401046
Program Studi : D3 KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
Disetujui di :
Medan, Juli 2010
Diketahui/Disetujui Oleh :
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua , Dosen Pembimbing
Dr. Rumondang Bulan , MS
PERNYATAAN
ANALISA UNSUR HARA Cu DAN Zn PADA DAUN KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN AAS DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT
(PPKS) MEDAN
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali
beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2010
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang mencurahkan rahmat, berkah dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan karya ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan Studi Program Diploma 3 pada Fakults Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Semoga niat dan amalan ini dapat dinilai sebagai ibadah. Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang syafaatnya kita harapkan dikemudian hari.
Karya ilmiah ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, dengan judul “ ANALISA UNSUR HARA Cu DAN Zn PADA DAUN KELAPA
SAWIT DENGAN METODE AAS”.
Selesainya Karya Ilmiah ini juga tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya :
1. Orang tua tercinta Ayahanda Alinur dan Ibunda Zubaidah Hanim yang telah memberikan do’a restunya yang tiada terhingga, dan telah banyak memberikan pengorbanan moril maupun materil serta kesabaran yang tulus, dan adinda tersayang yaitu Faisal, Syah Reza, Nurfaizi, serta seluruh keluarga saya yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
2. Bapak Drs. Abdi Negara.Sitompul sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan kepada penulis. 3. Ibu DR. Rumondang MS, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU, dan
Ibu Dr, Marpongahtun, M.Sc selaku Ketua Program Studi D3 Kimia Analis 4. Bapak Baharuddin AR,B.Sc, selaku penanggung jawab laboratorium tanah dan
daun, seluruh karyawan PPKS Medan khususnya laboratorium tanah dan daun terima kasih atas dukungan dan bantuannya kepada penulis.
5. Kawan-kawan kost Ajo 82 yang telah memberikan bantuan kepada penulis diantaranya adalah abangda Zulham Effendi, Muammar Zia Nst, Andang Budi Purwono, M. Ridho Qhadafi, Abdul Hadi Siregar dan seluruh kawan – kawan yang namanya tidak dapat disebutkan.
6. Rekan-rekan mahasiswa/i Kimia Analis D-3 angkatan 2007 sekaligus sahabat-sahabat yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesmpurnaan dalam materi dan penyajian. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak yang dapat menjadi bahan masukan bagi penulis. Semoga penulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Medan, Juli 2010
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa unsur hara Cu (Tembaga) dan Zn (Seng) pada daun kelapa
sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penentuan kadar Cu (Tembaga) dan Zn
(Seng) pada daun kelapa sawit dilakukan dengan metode destruksi basa dengan
metode Atomic Absorption Spectrophotometer . Hasil analisa menunjukkan bahwa
kadar Cu (Tembaga) yang diperoleh dari daun Kelapa Sawit pada sample No. 12329,
12330, 12331, 12332 dan 12333 adalah 5 ppm, 7 ppm, 6 ppm, 7 ppm, dan 8 ppm.
Sedangkan Kadar Zn (Seng) yang diperoleh dari daun Kelapa Sawit pada sample No.
12329, 12330, 12331, 12332, dan 12333 adalah 30 ppm, 44 ppm, 25 ppm, 24 ppm,
dan 26 ppm. Dari hasil ini menunjukkan bahwa kadar Cu dan Zn berada di atas
ANALYSIS ELEMENT OF HARA Cu AND Zn AT PALM LEAF BY USING AAS IN INDONESIA OIL PALM RESEARCH INSTITUTE (PPKS) MEDAN
ABSTRACT
Nutrient analysis has been carried out Cu (Copper) and Zn (zinc) on palm leaves on
Palm Research Center in Medan. Determination of Cu (copper) and Zn (zinc) in the
leaves of palm oil with alkaline destruction method with Atomic Absorption
Spectrophotometer method. The result showed that the concentration of Cu (Copper)
obtained from palm leaves in the sample No. 12 329, 12 330, 12 331, 12 332 and 12
333 is 5 ppm, 7 ppm, 6 ppm, 7 ppm and 8 ppm. While the levels of Zn (Zinc) obtained
from palm leaves in the sample No. 12 329, 12 330, 12 331, 12 332 and 12 333 is 30
ppm, 44 ppm, 25 ppm, 24 ppm and 26 ppm. From these results suggest that Cu and Zn
DAFTA ISI
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 3
1.3. Tujuan 3
1.4. Manfaat 3
BAB II TINJAUN PUSTAKA 4
2.1. Daun Kelapa Sawit 4
2.2. Penyakit pada daun dan tajuk Kelapa Sawit 6 2.3. Gejala Defisiensi Unsur hara tanaman Kelapa Sawit 8
2.4. Daun Kelapa Sawit 9
2.4.1. Penentuan Kesatuan Contoh Daun (KCD) 10
2.4.2. Penomoran KCD 11
2.4.3. Cara Penentuan letak daun 11
2.5. Peranan Unsur hara Mikro Pada Tanaman Kelapa Sawit 11
2.5.1. Tembaga (Cu) 12
2.5.2. Seng (Zn) 13
2.6. Spektroskopi Serapan Atom 15
2.6.1. Teori Spektroskopi Serapan Atom 15
2.6.2. Cara Kerja AAS 17
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 19
3.1. Alat 19
3.2. Bahan 20
3.3. Persiapan Contoh Daun Kering 21
3.3.1. Membersihkan Contoh Daun Tanaman Kelapa Sawit 21
3.3.2. Mengeringkan dan Menggiling 21
3.4. Prosedur Destruksi Basa (H2SO4 + H2O2) Daun Kelapa Sawit 21
3.5. Prosedur Penetapan Cu dan Zn Daun Kelapa Sawit Secara
Spektroskopi Serapan Atom 22
3.6. Cara kerja AAS 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26
4.1. Hasil 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 30
5.1. Kesimpulan 30
5.2. Saran 31
DAFTAR TABEL
Tabel-1 Kisaran Optimal Unsur – unsur mikro Lampiran 1
Tabel-2 Absorbansi Larutan Cu Standar Lampiran 2
Tabel-3. Kadar Tembaga (Cu) Contoh Daun Lampiran 2
Perhitungan Analisis Tembaga (Cu) Lampiran 2
Tabel-4 Absorbansi Larutan Zn Standar Lampiran 3
Tabel-5. Kadar Seng (Zn) Contoh Daun Lampiran 3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Atomiser Nyala 18
Gambar 1.2. Grafik Kurva Standard Cu (ppm) Lampiran 4
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa unsur hara Cu (Tembaga) dan Zn (Seng) pada daun kelapa
sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penentuan kadar Cu (Tembaga) dan Zn
(Seng) pada daun kelapa sawit dilakukan dengan metode destruksi basa dengan
metode Atomic Absorption Spectrophotometer . Hasil analisa menunjukkan bahwa
kadar Cu (Tembaga) yang diperoleh dari daun Kelapa Sawit pada sample No. 12329,
12330, 12331, 12332 dan 12333 adalah 5 ppm, 7 ppm, 6 ppm, 7 ppm, dan 8 ppm.
Sedangkan Kadar Zn (Seng) yang diperoleh dari daun Kelapa Sawit pada sample No.
12329, 12330, 12331, 12332, dan 12333 adalah 30 ppm, 44 ppm, 25 ppm, 24 ppm,
dan 26 ppm. Dari hasil ini menunjukkan bahwa kadar Cu dan Zn berada di atas
ANALYSIS ELEMENT OF HARA Cu AND Zn AT PALM LEAF BY USING AAS IN INDONESIA OIL PALM RESEARCH INSTITUTE (PPKS) MEDAN
ABSTRACT
Nutrient analysis has been carried out Cu (Copper) and Zn (zinc) on palm leaves on
Palm Research Center in Medan. Determination of Cu (copper) and Zn (zinc) in the
leaves of palm oil with alkaline destruction method with Atomic Absorption
Spectrophotometer method. The result showed that the concentration of Cu (Copper)
obtained from palm leaves in the sample No. 12 329, 12 330, 12 331, 12 332 and 12
333 is 5 ppm, 7 ppm, 6 ppm, 7 ppm and 8 ppm. While the levels of Zn (Zinc) obtained
from palm leaves in the sample No. 12 329, 12 330, 12 331, 12 332 and 12 333 is 30
ppm, 44 ppm, 25 ppm, 24 ppm and 26 ppm. From these results suggest that Cu and Zn
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam pertumbuhannya tanaman kelapa sawit membutuhkan adanya
ketersediaan unsur hara. Unsur hara yang dibutuhkan terdiri dari 16 jenis. Unsur
tersebut adalah karbon (C), hidrogen (H), Oksigen (O), nitrogen (N), belerang (S),
fosfor (P), klor (Cl), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg), seng (Zn), borium (Bo), dan molibdum (Mo).
Unsur C, H, dan O diperoleh tanaman dari udara dan air, sedangkan ketiga
belas unsur yang lainnya diperoleh dari lahan pertanaman. Ketiga belas unsur hara
tanaman ini digolongkan kedalam unsur hara makro yaitu N, P, K, Ca, Mg, dan S dan
unsur hara mikro yaitu Cl, Fe, Mn, Cu, Zn, Bo, dan Mo. Unsur hara makro dibutuhkan
tanaman dalam jumlah banyak, sedangkan unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah
sedikit.
Telah disebutkan di muka bahwa penyimpangan fisiologis ini dapat
disebabkan oleh adanya kekurangan unsur hara, di samping itu dapat pula disebabkan
oleh kelebihan unsur hara. Sering kali penyakit ini menghasilkan suatu gejala pada
tubuh tanaman. Untuk beberapa tahapan, gejala dari penyimpangan fisiologis ini tidak
Ada bermacam unsur hara yang apabila kekurangan maupun kelebihan dapat
menimbulkan gejala pada tanaman. Ada dua kelompok unsur hara yang essensial bagi
tanaman, kelompok pertama disebut unsur makro dan yang kedua adalah unsur hara
mikro. Unsur hara makro relatif lebih banyak diperlukan oleh tanaman, sedangkan
unsur hara mikro juga sama pentingnya dengan unsur hara makro, hanya dalam hal
kebutuhan akan zat – zat ini hanya sedikit.
Kekurangan unsur hara Cu dianggap hanya terjadi pada tanah-tanah gambut
tetapi ternyata juga dilaporkan terjadi pada tanah-tanah berpasir. Tanaman yang
menderita defisiensi Cu di pembibitan, terlihat sangat kerdil. Gejala awal adalah
terjadinya klorosis pada daun muda yang sudah terbuka dan warna anak daun yang
menderita defisiensi Cu berubah menjadi kuning yang dimulai dari ujung daun dan
akhirnya kering.
Penyebab umumnya kekurangan unsur hara Cu terjadi pada :
1. Tanah berpasir
2. Tanah gambut
Kekurangan unsur hara Cu terjadi jika kadar Cu daun 30 kg tandan buah segar
pertanaman. Tanaman – tanaman tersebut harus diracun dan ditebang untuk
memungkinkan enam tanaman disekitarnya tumbuh lebih baik. Kondisi ini
menunjukkan pentingnya sensus tanaman secara rutin untuk menyeleksi tanaman –
tanaman yang abnormal dan yang menunjukkan gejala kekurangan unsur hara.
Beberapa jumlah kadar unsur hara Cu dan Zn yang dibutuhkan oleh tanaman
kelapa sawit untuk menghindari daun kekurangan unsur hara Cu dan Zn dapat
ditentukan berapa banyak pupuk Cu dan Zn yang harus diberikan pada tanaman
sehingga diperoleh pertumbuhan yang cepat dan hasil buah yang maksimal.
1.3.Tujuan
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah :
Untuk mengetahui tingkat pemupukan tanaman kelapa sawit berdasarkan unsur hara
pada daun kelapa sawit dengan metode AAS.
1.4. Manfaat
Analisa ini digunakan untuk mengetahui apakah daun kelapa sawit kekurangan
unsur hara dan mempersiapkan beberapa banyak unsur hara yang dibutuhkan daun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Daun Kelapa Sawit
Daun kelapa sawit mirip daun kelapa yaitu membentuk susunan daun
majemuk, bersirip genap, dan bertulang belakang sejajar. Daun – daun membentuk
satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5 – 9 m. Jumlah anak daun di
setiap pelepah berkisar antara 250 – 400 helai. Daun muda yang masih kuncup
berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin
efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai
alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan
makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat. Produksi daun tergantung
iklim setempat. Di Sumatera Utara, misalnya produksi daun mencapai 20 – 24
helai/tahun. Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6 – 7 tahun. Daun kelapa
sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua. Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan
jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman.
Pemangkasan adalah pembuangan daun - daun tua atau yang tidak produktif
pada tanaman kelapa sawit. Pada tanaman muda sebaiknya tidak dilakukan
pemangkasan, kecuali dengan maksud mengurangi penguapan oleh daun pada saat
tanaman akan dipindahkan dari pembibitan ke areal perkebunan. Tujuan pemangkasan
1. Memperbaiki sirkulasi udara di sekitar tanaman sehingga dapat membantu
proses penyerbukan alami.
2. Mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan
buah terjepit pada pelepah daun.
3. Membantu dan memudahkan pada waktu panen.
4. Agar proses metabolisme tanaman berjalan lancer, terutama pada
fotosintesis dan respirasi.
Dalam satu tahun tanaman kelapa sawit mampu menghasilkan 20 - 30 pelepah
daun. Kemampuan produksi tanaman tersebut menurun menjadi 18 - 25 pelepah daun
seiring dengan pertambahan umur tanaman. Dengan demikian rata – rata produksi
pelepah adalah 1,5 - 2,5 pelepah/bulan. Namun, hanya sekitar 8 – 22 pelepah daun
yang ditemukan bunga atau buah, sedangkan pelepah lainnya tidak menghasilkan
bunga atau buah. Pelepah daun yang menghasilkan bunga atau buah disebut pelepah
penyangga (songgoh) dan pelepah yang tidak bisa menghasilkan bungaan atau buah
disebut pelepah kosong. pelepah penyanggah akan ditunas bersamaan dengan panen
buah, sedangkan pelepah kosong akan ditunas secara rutin dengan interval waktu
tertentu di luar waktu panen.
Untuk terus melangsungkan metabolisme yang baik, seperti proses fotosintesis
dan respirasi maka jumlah pelepah pada setiap batang tanaman harus dipertahankan
dalam jumlah tertentu sesuai umur tanaman. Untuk tanaman berumur antara 3 – 8
lingkaran duduk daun). Pemangkasan dilakukan 6 bulan sekali untuk tanaman belum
menghasilkan dan 8 bulan sekali untuk tanaman menghasilkan. Pemangkasan dapat
dilakukan dengan menggunakan alat Chisel (alat pahat), egrek (arit bergagang), atau
kampak petik. Salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan
bertujuan untuk menanmbah ketersediaan unsur hara di dalam tanah terutama agar
tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Dengan pemupukan dapat
meningkatkan produktivitas tanaman.
2.2. Penyakit Pada Daun dan Tajuk ( Helai Daun) Kelapa Sawit
Beberapa jenis penyakit yang banyak ditemukan di areal perkebunan kelapa sawit
serta cara pengendalian dan pemberantasannya.
1. Penyakit daun bibit muda (anthracnose)
Gejala
Terdapat bercak – bercak dikelilingi warna kuning yang merupakan batas
antara bagian daun yang sehat dan yang terserang. Gejala yang lain yang tampak
adalah adanya warna coklat dan hitam diantara tulang daun. Daun – daun yang
diserang menjadi kering dan akhirnya mengalami kematian.
Penyebab
Jamur Melanoconium elaedeis, Glomerella singulata dan Botryodiplodia
palmarum.
Pengendalian dengan mengurangi naungan bibit sesuai dengan perkembangan
umur tanaman. Serangan yang bersifat sporadic, dapat dilakukan tindakan
pemangkasan ringan pada tajuk bibit yang terinfeksi.
Jika mengalami serangan berat, sebaiknya bibit dimusnahkan. Pemberantasan secara
kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida, seperti Dithane M – 45 80
WP yang berbahan aktif mancozeb 80% dengan kosentrasi 0,2% atau dengan Captan
dengan kosentrasi 0,2%.
2. Penyakit Tajuk ( Crown Disease)
Gejala
Helai daun mulai dari pertengahan sampai ujung pelepah kecil – kecil, sobek
atau tidak ada sama sekali. Pelepah yang bengkok dan tidak berhelai daun merupakan
gejala yang cukup serius. Jaringan yang terinfeksi pada pelepah yang tidak membuka
berwarna coklat kemerah – merahan. Gejala ini tampak pada tanaman yang berumur 2
– 4 tahun.
Penyebab
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi kemungkinan faktor fisiologis
tanaman atau faktor genetis. Namun, tingkat serangan ditentukan oleh faktor
keturunan.
Pengendalian dan pemberantasan
dengan kosentrasi 0,25%. Namun, yang terpenting adalah melakukan penyeleksian
yang ketat terhadap bibit yang akan ditanam yaitu memilih tanaman yang berasal dari
pohon induk yang resisten terhadap penyakit tajuk.
2.3. Gejala Defisiensi Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit
Salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk
menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah terutama agar tanaman dapat
menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Dengan pemupukan dapat meningkatkan
produktivitas tanaman.
Kekurangan unsur hara tanaman, dapat diketahui dari gejala – gejala yang
tampak pada tanaman. Kekurangan unsur hara yang berlebihan dapat menurunkan
produktivitas tanaman bahkan dapat menyebabkan kematian.
Pemberian pupuk pada tanaman harus memperhatikan beberapa hal yang
menjadi kunci keefektifan pemberian pupuk, diantaranya daya serap akar tanaman,
cara pemberian dan penempatan pupuk, waktu pemberian, serta jenis dan dosis pupuk.
- Cara pemupukan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memupuk tanaman sebagai
berikut :
1. Bersihkan terlebih dahulu piringan dari rumput, alang – alang dan kotoran
2. Pada area datar semua pupuk di tabur merata mulai 0,5 m dari pohon
sampai pinggir piringan.
3. Pada areal yang berteras pupuk disebar pada piringan kurang lebih 2/3 dari
dosis dibagian dalam teras dekat dinding bukit, sisanya (1/3 bagian)
diberikan pada bagian luar teras.
2.4. Daun Kelapa Sawit
Pengambilan contoh daun bertujuan terutama untuk memperoleh data tentang
kandungan unsur hara dalam daun melalui analisis laboratorium, mengingat adanya
hubungan antara kandungan hara daun dengan pertumbuhan tanaman dan produksi
tandan buah segar kelapa sawit.
Dengan demikian kandungan hara daun digunakan sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam dalam penyusun rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit
pada masa berikutnya. Cara pengambilan contoh daun dilapangan sangat
mempengaruhi hasil analisis laboratorium.
2.4.1. Penentuan kesatuan contoh daun (KCD)
Pengambilan contoh daun didasarkan pada satu unit yang dikenal dengan
kesatuan contoh daun (KCD) atau leaf sampling unit (LSU). Satu KCD harus
mencerminkan keseragaman meliputi :
- Umur tanaman
- Topografi dan Drainase
Luas satu KCD berkisar 20 – 30 ha, namun jika keadaannya sangat seragam
maka luas KCD dapat diperluas menjadi 40 ha. Luas KCD tidak dianjurkan kurang
dari 10 ha agar tidak menyulitkan dalam aplikasi pemupukan dan mengefisienkan
biaya analis.
2.4.2. Penomoran KCD
Nomor KCD ditulis pada pohon dipinggir jalan produksi, untuk mempermudah
petugas pengambilan contoh daun maupun untuk pengawasan. Penomoran KCD di
sarankan dengan sistem afdeling. Nomor terdiri atas tiga digit, digit pertama
menunjukkan nomor afdeling, sedangkan digit kedua dan ketiga menunjukkan nomor
KCD di afdeling tersebut. Nomor pohon umumnya dibuat pada bekas tunas an
pelepah dengan warna biru.
2.4.3. Cara Penentuan Letak daun
- Daun ke 1 adalah daun termuda yang helai daunnya telah terbuka seluruhnya
dan jarak antara helai daun tersebut dengan daun yang lain sudah jelas nampak
pada pangkal pelepah.
- Daun ke 9 letaknya dibawah daun ke 1 agak ke sebelah kiri pada spiral arah
kanan dan agak kesebelah kanan pada spiral arah kiri.
- Daun ke 17 letaknya di bawah daun ke 9 agak kesebelah kiri pada spiral arah
2.5. Peranan Unsur Hara Mikro Pada Tanaman Kelapa Sawit
Meskipun unsur hara mikro diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang sangat
kecil, kegunaan bagi tanaman sama pentingnya dengan unsur hara lainnya.
Kekurangan unsur hara mikro dapat menurunkan hasil panen secara drastis seperti
pada kekurangan unsur hara makro . Pengamatan yang seksama diperlukan untuk
menganalisa gejala kekurangan unsur hara mikro, karena gejala kekurangan unsur
mikro sering kali mirip.
Pemupukan untuk mencegah terjadinya kekurangan unsur hara mikro tidak
perlu dilakukan secara terus – menerus karena jika jumlahnya berlebih, unsur ini
gampang sekali meracuni tanaman. Pemupukan dilakukan jika tanaman benar – benar
terlihat mengalami gejala defisiensi ( kekurangan ) unsur hara mikro. Keenam unsur
hara mikro (Zn, Fe, Mn, Mo, Cu, B ) berbeda – beda reaksinya pada setiap jenis tanah.
Setiap jenis tanaman juga membutuhkan unsur hara mikro dalam jumlah yang berbeda
– beda.
2.5.1. Tembaga (Cu)
Tembaga diserap tanaman dalam bentuk ion Cu2+ atau ion Cu3+. Unsur mikro
ini adalah aktifator enzim dalam proses penyimpanan cadangan makanan. Di dalam
tanaman, tembaga memiliki beberapa peran, yakni sebagai katalisator dalam proses
pemapasan dan peromabakan karbohidrat. Sebagai salah satu elemen dalam proses
pembentukan vitamin A, dan secara tidak langsung berperan dalam proses
Kekurangan Cu dapat terjadi pada tanah berpasir atau pada tanah yang
mengandung banyak kapur. Ketersediaan Cu di dalam tanah akan menurun seiring
dengan peningkatan pH. Pada tanah organik seperti gambut, Cu terikat sangat kuat
sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Unsur ini jarang ditambahkan lewat
pemupukan, karena kelebihan Cu dalam jumlah sedikit saja akan meracuni tanaman
dan menurunkan penyerapan Mn. Karena itu, pemupukan Cu tidak disarankan, kecuali
gejala defisiensi sudah dapat dipastikan. Aplikasi menjadi lebih aman jika diberikan
lewat penyemprotan pupuk daun. Pada daerah pertanian intensif, kelebihan Cu di
dalam tanah diakibatkan oleh tingginya pemakaian fungisida.
Tanaman seperti gandum, lettuce, bawang, bayam, dan jagung sangat peka
terhadap kekurangan Cu. Gejala yang ditimbulkan akibat kekurangan Cu tidak
spesifik. Hanya hasil analisis tanah dan analisis jaringan tanaman yang akan
memastikan terjadinya defisiensi Cu. Gejala awal yang ditunjukkan adalah daun muda
akan menguning, pertumbuhannya tertekan, kemudian berubah memutih. Sementara
itu, daun – daun tua akan gugur. Kekurangan Cu pada padi ditunjukkan lewat gejala
daun muda yang memutih dengan ujungnya mengering.
A. Cuprum (Cu)
1. Gejala jika kekurangan unsur Cu, daun menjadi klorosis dan bagian
ujungnya berwarna putih.
2.5.2. Seng (Zn)
Seng diserap tanaman dalam bentuk ion Zn2+ . Seng merupakan bagian dari
sistem enzim tanaman. Fungsi seng cukup penting, antara lain sebagai katalisator
dalam pembentukan protein, mengatur pembentukan asam indoleasetik (asam yang
berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh tanaman), dan berperan aktif dalam
transformasi karbohidrat. Seperti unsur hara mikro lainnya, kebutuhan Zn sangat
kecil. Jika terjadi kelebihan sedikit saja, tanaman akan keracunan. Kekurangan Zn
dapat terjadi pada tanah yang mengandung kadar phosphat tinggi atau di daerah yang
bersuhu rendah, misalnya di pegunungan.
Ketersediaan Zn di dalam tanah akan menurun seiring dengan peningkatan pH.
Pada tanah ber – pH 5 – 6 , Zn banyak tersedia. Pada tanah ber – pH 6 – 9 ,
ketersediaan Zn semakin menurun. Pada pH di atas 9, Zn tidak lagi dapat diserap oleh
tanaman. Pemberian pupuk Zn lewat tanah atau daun sebaiknya dilakukan saat
tanaman masih muda, yakni begitu gejala kekurangan unsur Zn terlihat. Jika hal ini
diterapkan dengan benar, hasil panen akan meningkat dengan nyata. Untuk tanaman
yang disemprot Zn secara rutin, pemberian lewat daun adalah langkah yang paling
efisien.
Gejala lain yang umum terjadi akibat kekurangan Zn sebagai berikut :
- Ruas pada bagian pucuk lebih pendek sehingga membentuk gejala ”roset”
(saling bertumpukan pada satu titik tumbuh).
- Pembentukan warna kuning diantara tulang daun (interveinal clorosis) pada
B. Zinkum (Zn)
- Gejala jika kekurangan Zn, daun kekuningan bahkan kemerah – merahan
terutama pada daun yang agak tua – kondisi parah, daun dan pelepah
mengering sehingga dapat menyebabkan kematian.
Ada beberapa penyebab kekurangan seng diantaranya sebagai berikut :
- Tanah secara umum memang tidak mengandung seng.
- Tanah asam dan tanah berpasir mengandung seng rendah sekali.
- Tanah kelebihan kapur, pH menjadi tinggi, kelarutan seng berkurang.
- Pemupuka n fosfat berlebihan selama bertahun – tahun dapat menyebabkan
kekurangan seng.
2.6. Spektroskopi Serapan Atom
2.6.1. Teori Spektroskopi Serapan Atom
Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom – atom
menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya. Misalkan natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm,
sedangkan kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai
cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu
unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak
energi, suatu atom pasda keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ketingkat eksitasi.
Tingkat – tingkat eksitasinya pun bermacam – macam. Misalkan unsur Na dengan
nomor atom 11 mempunyai konfigurasi elektron 1s22s22p63s1, tingkat dasar untuk
tereksitasi ke tingkat 3p dengan energi 2,2 eV ataupun ke tingkat 4p dengan energi
3,6 eV, masing – masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589 nm dan 330
nm. Kita dapat memilih diantara panjang gelombang ini yang menghasilkan garis
sepktrum yang tajam dan dengan intensitas maksimum. Inilah yang dikenal dengan
garis resonansi. Spektrum atomik untuk masing – masing unsur terdiri atas garis –
garis resonansi. Garis – garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa spektrum
yang berasosiasi dengan tingkat energi molekul, biasanya berupa pita – pita lebar
ataupun garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses
atomisasinya.
Keberhasilan analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan cara memperoleh
garis resonansi yang tepat. Temperatur nyala harus sangat tinggi. Ini dapat
diterangkan dari persamaan distribusi Boltzman :
Jika Nj dan No masing – masing jumlah atom tereksitasi dan atom pada keadaan dasar
K tetapan Boltzman (1,38 x 10-16 erg/K), T temperatur absolute (K) Ej perbedaan
energy tingkat eksitasi dan tingkat dasar. Pj dan Po faktor statistik yang ditentukan
oleh banyaknya tingkat yang mempunyai energi setara pada masing – masing tingkat
kuantum. Pada umumnya fraksi atom tereksitasi yang berada pada gas yang menyala,
kecil sekali. Pengendalian temperature nyala penting sekali.
Kita membutuhkan kontrol tertutup dari temperatur yang digunakan untuk
eksitasi. Kenaikan temperatur menaikkan efisiensi atomisasi. Tenaga radiasi emisi
PT = h v Nj AT
Dengan keterangan PT = tenaga radiasi dalam nyala h tetapan planck = 6,6 x 10-34
joule/det, V frekuensi uncak garis spektral, AT koefesien Eistein yaitu jumlah transisi
tiap atom tiap detik, nilainya sekitar 108 transisi. Persamaan ini hanya digunakan
untuk metode emisi nyala.
2.6.2. Cara Kerja AAS
Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen berikut :
a) Unit atomisasi
b) Sumber radiasi
c) Sistem pengukur fotometrik
Atomisasi dapat dilakukan baik denagn nyala maupun dengan tungku. Untuk
mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi panas.
Temperatur harus benar – benar terkendali dengan sangat hati – hati agar proses
atomisasinya sempurna. Ionisasi harus dihindarkan dan ini dapat terjadi bila
temperatur terlalu tinggi. Gambar 1.1 menunjukkan suatu tipe atomiser nyala. Bahan
bakar dan gas oksidator dimasukkan kedalam kamar pencampur kemudian dilewatkan
melalui baffle menuju ke pembakar, nyala akan dihasilkan. Sampel dihisap masuk ke
kamar penampur. Hanya tetesan kecil yang dapat melalui baffle. Tetapi hal ini tidak
selalu sesempurna ini, karena kadangkala nyala tersedot balik ke dalam kamar
pencampur sehingga meghasilkan ledakan. Untuk itu biasanya lebih disukai pembakar
dengan lubang yang sempit dan aliran gas pembakar serta oksidator dikendalikan
maksimum yang tercapai adalah 1200o C. Untuk temperatur tinggi biasanya digunakan
N:O (2:1). Karena banyaknya interferensi dan efek nyala yang tersedot balik, nyala
mulai kurang digunakan, sebagai gantinya digunakan proses atomisasi tanpa nyala,
misalkan suatu perangkat pemanas listrik. Sampel sebanyak 1 – 2 µ l diletakkan pada
batang grafit yang porosnya horizontal atau pada logam tantalum yang berbentuk pita.
Pada tungku grafit temperatur dapat dikendalikan secara elektris. Biasanya temperatur
dinaikkan secara bertahap, unutk menguapkan dan sekaligus mendisosiasi senyawa
[image:30.595.102.486.323.620.2]yang dianalisis.
Gambar 1.1 Atomiser nyala.
Pembakar Nyala
Penggerak Bahan bakar
Udara
Saluran Terisap
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat – alat
1. Gelas labu 250 mL
2. Pipet skala 10 mL
3. Timbangan analitik Mettler Toledo
4. Hot plate
5. Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)
6. Botol aquades
7. Rak tabung reaksi
8. Botol plastik tertutup
9. Kertas saring Whatman No.40
10. Corong saring plastik
11. Labu ukur 100 mL pyrex
12. Mesin giling listrik dengan kehalusan 1 mm Bra Blender
13. Oven pengering Gallenhamp
- Larutan H2SO4 pekat : HNO3 pekat (1:5)
- Larutan HClO4 pekat
- Larutan Standar 1000 ppm Cu {Cu(NO3)2.3H2O} dan Zn (Zinc acetat)
- Larutan standar 100 ppm Cu dan Zn dalam H2O
Pipet 20 mL larutan Standar 1000 ppm Cu dan Zn, masing – masing
dimasukkan kedalam labu ukur 200 mL dan dipenuhkan dengan air destilasi
hingga tanda garis.
- Larutan seri standar 0-10 ppm Cu dalam H2SO4 0,54N
Pipet masing-masing 1,5 mL H2SO4 pekat p.a ke dalam labu ukur 100 mL
yang telah berisi air destilasi kira – kira 20 mL, dikocok hingg rata dan
dibiarkan sampai dingin.
Pipet 0, 1, 2, 4, 6, 8, 10 mL larutan standar 100 ppm Cu dalam H2O ke dalam
masing-masing labu ukur 100 mL yang telah diberi 1,5 mL H2SO4 pekat dalam
H2O, kemudian penuhkan dengan H2O hingga tanda garis. Kocok hingga
homogen.
- Larutan seri standar 0-5 ppm Zn dalam H2SO4 0,54 N
Pipet masing-masing 1,5 mL H2SO4 pekat p.a ke dalam labu ukur 100 mL
yang telah berisi air destlasi kira – kira 20 mL, dikocok hingga rata dan
dibiarkan sampai dingin.
Pipet 0, 1, 2, 3, 4, 5 mL larutan standar 100 ppm Zn dalam H2O ke dalam
masing-masing labu ukur 100 mL yang telah diberi 1,5 mL H2SO4 pekat dalam
3.3.1. Membersihkan contoh daun tanaman kelapa sawit
Contoh yang telah diterima dilaboratorium terlebih dahulu dicatat dan diberi
nomor laboratorium secara beraturan. Contoh segera dibersihkan dengan kapas yang
telah dibasahi air destilasi. Bagian tulang kasar (lidinya) dibuang dengan gunting,
begitu juga bagian pinggir daun terutama daun daun yang agak lebar digunting dan
dibuang. Kemudian contoh daun dimasukkan kedalam kain kelambu ukuran 15 x 30
dan disertai label nomor contoh / nomor laboratorium.
3.3.2. Mengeringkan dan menggiling
Contoh daun yang sudah bersih didalam kantong kelambu dikeringkan di
dalam oven pengering pada suhu 600 C-700 C terus-menerus sampai contoh daun
menjadi kering dengan indikasi terasa rapuh bila diremas dengan tangan. Contoh daun
kering digiling dengan mesin giling listrik menggunakan saringan kehalusan < 1 mm.
Contoh daun yang sudah halus dimasukkan kedalam mangkuk plastik pakai tutup
disertakan label contoh dan siap untuk dianalisis.
3.4. Prosedur Destruksi Basa (H2SO4 + H2O2) Daun Kelapa Sawit
Prinsip
Bahan organik dapat di destruksi oleh Hydrogen peroksida pada suhu yang
relative rendah. Destruksi disempurnakan lebih lanjut oleh asam sulfat pekat pada
suhu yang tinggi.
Cara Kerja
- Timbang 1 gram contoh daun kering 1050C kedalam gelas labu 250 mL.
- Didiamkan selama 1 malam didalam lemari asam
- Contoh yang ada dalam gelas labu ditambahkan 2,5 mL HClO4 pekat
- Dipanaskan sampai semua uap HNO3 habis hingga cairan berwarna kekuning –
kuningan.
- Gelas labu diangkat dan didinginkan. Cairan dipindahkan ke dalam labu ukur
100 mL sampai dibilas dengan air destilasi dan dipenuhkan hingga tanda
garis.Kocok hingga merata dan disaring.
3.5. Prosedur Penetapan Cu dan Zn Daun Kelapa Sawit Secara Spektroskopi Serapan Atom
- Filtrat dari hasil destruksi contoh daun dengan HNO3, H2SO4, dengan HClO4
diukur dengan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS), dimana alat
sebelumnya dikalibrasi dengan larutan standard (0-10) ppm Cu dan (0-5) ppm
Zn.
3.6 Cara kerja SSA Cara penggunaan SSA
1. Isi buku pengendali pengunaan alat
2. Hidupkan kompresor udara, tekanan 70 psi dan blower
3. Buka gas acytilene (tekanan minimal 70 psi), tekanan ke SSA 10-15 psi. Ingat:
gas di buka hanya sesaat akan dinyalakan
4. Periksa drainase trap harus berisi air dan tankidi isi air sekitar 1/3 dari volume
5. Power ON
8. Tekan param entry, param entry hidup
8.1 LAMP CUR (0,5 MA)
--- (isikan, sesuai dengan continuous masing-masing lampu)
8.2 INT. TIME (0,5-60 sec)
--- (isikan 1, 2, atau 3 detik)
8.3 REPLICATION (1-99)
--- (isikan 1, 2, atau 3 detik)
8.4 CAL: NON LIN (1), LIN (2) ADD (3)
--- (isikan pilih nomor berapa)
8.5 FLAME (1), PK AREA (2)
--- (isikan pilih nomor 1, 2, atau 3)
8.6 STD: 1. ---), 2. ---), 3. ---)
--- (isikan konsentrasi masing-masing standar nomor 1, 2 dan
seterusnya)
8.7 RESLOPE (0,0001-99), salah satu dari nomor standar yang diinginkan
9. Tekan ENERGY. AA CTS: ……….. EN
9.1 Atur kecepatan
9.1.1 Panjang gelombang s/d CTS ………. max
9.1.2 Panjang lampu maju mundur s/d CTS ………. max
9.1.3 Posisikan lampu vertikal s/d CTS ……….. max
9.1.4 Posisi lampu horizontal s/d CTS ……… max
10. Tekan GAIN
11. Tekan CONTINUOUS
12.1 Ukuran blanko sampel, tekan A/Z – 0,000
12.2 Calibrasi s. b. b
- Tekan konsentrasi STD 1, tekan Calib
- Tekan konsentrasi STD 2, tekan Calib
- Tekan konsentrasi STD 3, tekan Calib
13. Baca konsentrasi sampel s. b.b
Masukkan sampel, tekan READ, terbaca konsentrasi catat atau printer
Cara mematikan SSA
1. Aspirasi H2O beberapa menit
2. OFF-kan oxidant (nyala api mati)
3. Tekan “Param Entry” ketik 0 untuk Lamp Cur
4. Tutup gas acytiline. Bila menggunakan gas nitrous, maka gas nitrous terlebih
dahulu dimatikan
5. Matikan kompresor udara
6. Buang gas yang tersisa pada tubing-tubing selang
7. Tutup tangki gas acytiline
8. Putar tombol oxidant pada posisi AIR sampai Fuel-0
9. Putar tombol oxidant pada posisi AIR sampai Oxidant-0
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Tabel-1 kisaran optimal unsur – unsur mikro dilampirkan pada lampiran pertama.
Tabel-2 Kosentrasi larutan Cu standar dilampirkan pada halaman lampiran kedua.
Gambar 1.2 Grafik kurva standar Cu dilampirkan pada halaman lampiran keempat.
Tabel-3 Kadar tembaga (Cu) Contoh Daun dilampirkan pada halaman lampiran kedua.
Perhitungan analisa tembaga (Cu) dilampirkan pada halaman lampiran kedua.
Tabel-4 kosentrasi larutan Zn standar dilampirkan pada halaman lampiran ketiga.
Gambar 1.3 Grafik kurva standar Zn dilampirkan pada halaman lampiran kelima.
Tabel-5 Kadar seng (Zn) Contoh Daun dilampirkan pada halaman lampiran ketiga.
4.2. Pembahasan
Dari hasil analisis daun yang diperoleh di laboratorium kemudian
dibandingkan dengan angka optimum unsur hara mikro untuk daun Kelapa Sawit,
maka akan dapat disimpulkan bahwa tanaman tersebut kekurangan unsur hara.
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh bahwa analisis ini digunakan sebagai
pedoman yang mudah untuk memberikan indikasi kebutuhan unsur hara buatan baik
unsur hara mikro dan unsur hara makro pada daun Kelapa Sawit yang merupakan
bagian yang paling penting atau efektif dari tanaman.
Serta dapat diperoleh petunjuk seberapa besar unsur hara yang diserap oleh
tanaman baik yang berasal dari tanah, air hujan, dan pupuk. Pedoman ini sebagai
petunjuk yang efektif untuk menjadikan tanaman yang memiliki produksi yang unggul
dibandingkan dengan tanaman – tanaman lain tanpa penambahan unsur hara yang
dibutuhkan.
Selain jumlah unsur hara secara individu, jumlah relatif salah satu unsur hara
terhadap unsur hara yang lain juga berpengaruh pada ketersediaan unsur hara. Dengan
kata lain, jumlah salah satu unsur hara harus berada dalam keadaan seimbang dengan
unsur hara yang lain supaya penyerapan oleh tanaman menjadi optimal. Menjaga
keseimbangan unsur hara adalah tujuan penting dari pengolahan kesuburan tanah.
Dengan menggunakan pupuk, kekurangan unsur hara yang ada di dalam tanah dapat
ditambahkan supaya pertumbuhan tanaman menjadi lebih optimal. Namun, jika
Berdasarkan hasil analisis yang di dapatkan, tembaga (Cu) berada di atas
kisaran optimum. Sehingga tembaga (Cu) yang terkandung pada daun Kelapa Sawit
dengan nomor laboratorium 12329 – 12333 disarankan dianalisa lebih lanjut untuk
memastikan pemupukan Cu, karena berada dalam batasan berbahaya, apabila
kelebihan Cu sedikit saja akan meracuni tanaman. Aplikasi menjadi lebih aman jika
diberikan lewat penyemprotan pupuk daun. Pupuk daun yang berkualitas memiliki
daya larut yang tinggi sehingga akan memudahkan dalam aplikasi pupuk, terutama
tidak perlu teralu lama mengaduk. Pupuk berdaya larut tinggi memungkinkan seluruh
unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun dapat sampai dan diserap oleh
permukaan daun. Jika dalam campuran pupuk dan air masih terdapat endapan, bahan
yang mengendap tersebut tidak dapat digunakan oleh tanaman. Sedangkan seng (Zn)
pada daun kelapa Sawit dengan nomor laboratorium 12329 – 12333 berada dibawah
kisaran optimum atau berada dalam batasan berbahaya (gejala defisiensi), maka perlu
ditambahkan unsur hara Zn yang dibutuhkan melalui penyemprotan pupuk Zn secara
rutin, pemberian lewat daun adalah langkah yang paling efisien. Keuntungan
menggunakan pupuk daun antara lain respon terhadap tanaman sangat cepat karena
langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, tidak menimbulkan kerusakan sedikit
pun pada tanaman, dengan catatan aplikasinya dilakukan secara benar.
Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi atau pada sore hari
karena bertepatan dengan saat membukanya stomata. Prioritaskan penyemprotan pada
bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata. Faktor cuaca termasuk
sampai terkena hujan karena akan mengurangi efektivitas penyerapan pupuk. Tidak
disarankan menyemprot pupuk daun pada saat suhu udara sedang panas karena
kosentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat
terbakar.
DAFTAR PUSTAKA
Yudiarti, T, 2007, Ilmu Penyakit Tumbuhan, Edisi Pertama, Yogyakarta :
Graha Ilmu.
http://eone87.wordpress.com/2010/04/05/gejala-defisiensi-hara-dan-kelainan-pada-tanaman, diakses tanggal 12 April 2010.
Djafaruddin, 2000, Dasar – Dasar Pengendalian Penyakit Tanaman, Edisi I,
Cetakan 1, Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.
Novizan, 2005, Petunjuk Pemupukan Yang Efektif, Cetakan 1, Jakarta:
Penerbit Agromedia Pustaka.
Pracaya, 2009, Hama & Penyakit Tanama, Edisi Revisi, Jakarta: Penebar
Swadaya.
Van , F, 2008, Kelapa Sawit, Budi Daya Pemanfaatan Hasil & Limbah
Analisis Usaha, Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Khopkar, S.M, 1990, Konsep Dasar kimia Analitik, Jakarta : Universitas
Indonesia (UI – Press).
Aldin, U.L, 2008, Kelapa Sawit di Indonesia, Medan : PPKS.
Baharuddin, A.R, 2005, Prosedur Analisis Pengujian Kimia Tanah
Laboratorium Tanah Dan Daun, Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit
LAMPIRAN-1
Tabel-1 Kisaran optimal unsur – unsur mikro
Unsur Mikro
Kisaran Optimum
(ppm)
Batasan Berbahaya
(ppm)
Zn
4,01 – 6,00
<4,01 dan > 12,00 ppm
Mn
18,01 – 24,00
<18 dan > 48 ppm
Cu
1,80 – 2,40
<1,8 dan > 4,8 ppm
Fe
24,10 – 36,00
<24,1 dan > 96,10 ppm
Sumber : Ir. Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Cetakan
LAMPIRAN-2
[image:43.595.107.252.205.322.2]Data analisis tembaga (Cu)
Tabel-2 Absorbansi Larutan Cu standar Kosentrasi Absorbansi
0.00 0.0000 0.05 0.0022 0.10 0.0052 0.20 0.0118 0.40 0.0255 0.60 0.0370
Tabel-3 Kadar Tembaga ( Cu ) Contoh Daun
No Lab Abs a B Kosentrasi Cu B.C Cu (ppm)
Contoh Blanko
12329 0.0025 0.0633 -0.0006 0.0490 0 1 5
12330 0.0037 0.0633 -0.0006 0.0679 0 1 7
12331 0.0029 0.0633 -0.0006 0.0553 0 1 6
12332 0.0038 0.0633 -0.0006 0.0695 0 1 7
12333 0.0043 0.0633 -0.0006 0.0774 0 1 8
Perhitungan analisa tembaga (Cu)
[image:43.595.112.583.379.497.2]Keterangan : CS = Kosentrasi sampel Cu
CB = Kosentrasi blanko
LAMPIRAN-3
Data analisis seng (Zn)
Tabel-4 Absorbansi Larutan Zn Standar
Kosentrasi Absorbansi
0.00 0.0000
0.20 0.0281
0.40 0.0621
0.60 0.0981
0.80 0.1361
[image:45.595.106.277.235.353.2]1.00 0.1686
Tabel-5 Kadar Seng ( Zn ) Contoh Daun
No Lab Abs a b kosentrasi Zn B.C Zn (ppm)
Contoh Blanko
12329 0.0483 0.1719 -0.0038 0.3031 0 1 30
12330 0.0719 0.1719 -0.0038 0.4404 0 1 44
12331 0.0397 0.1719 -0.0038 0.2531 0 1 25
12332 0.0367 0.1719 -0.0038 0.2356 0 1 24
12333 0.0408 0.1719 -0.0038 0.2595 0 1 26
Perhitungan Analisa Seng (Zn)
Keterangan : CS = Kosentrasi sampel Zn
CB = Kosentrasi blanko
LAMPIRAN-4
Gambar 1.2. Grafik kurva Standar Cu ( ppm )
[image:47.595.111.494.391.544.2]BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Dari hasil analisa daun diperoleh bahwa :
Kadar Zn (Seng) yang diperoleh dari daun kelapa sawit pada sampel No. 12329,
12330, dan 12331, 12332, dan 12333 adalah 30 ppm, 44 ppm, 25 ppm, 24 ppm dan 26
ppm, dimana tingkat kesuburan tanaman kelapa sawit berdasarkan unsur hara yang
terdapat pada daun secara AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) berbeda –
beda. Dari hasil yang diperoleh, kadar Zn berada dalam batasan berbahaya (< 4,01
ppm – > 12,00 ppm), hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan,
cuaca, curah hujan, dan keadaan tanah.
Kadar Cu (Tembaga) yang diperoleh dari daun kelapa sawit pada sample No. 12329,
12330, 12331, 12332, dan 12333 adalah 5 ppm, 7 ppm, 6 ppm, 7 ppm, dan 8 ppm, hal
ini menunjukkan tingkat kesuburan tanaman berada dalam batasan berbahaya (< 1,8
ppm dan > 4,8 ppm), hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan,
cuaca, curah hujan, dan keadaan tanah.
Sebaiknya tanaman yang sudah pasti mengalami gejala defisiensi, diberikan
unsur hara yang dibutuhkan agar berada dalam keadaan yang setimbang dengan unsur