• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Unsur Nitrogen Pada Daun Kelapa Sawit Dengan Metode Destruksi Basah Secara Titrimetri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Unsur Nitrogen Pada Daun Kelapa Sawit Dengan Metode Destruksi Basah Secara Titrimetri"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA UNSUR NITROGEN PADA DAUN KELAPA SAWIT

DENGAN METODE DESTRUKSI BASAH

SECARA TITRIMETRI

KARYA ILMIAH

SURYADI CIBRO

072401004

(2)

ANALISA UNSUR NITROGEN PADA DAUN KELAPA SAWIT DENGAN METODE DESTRUKSI BASAH SECARA TITRIMETRI

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

SURYADI CIBRO 072401004

PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA UNSUR NITROGEN PADA DAUN KELAPA SAWIT DENGAN METODE DESTRUKSI BASAH \ SECARA TITRIMETRI

Kategori : KARYA ILMIAH Nama : SURYADI CIBRO NIM : 072401004

Program Studi : D3 KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA

(4)

PERNYATAAN

ANALISA UNSUR NITROGEN PADA DAUN KELAPA SAWIT DENGAN METODE DESTRUKSI BASAH SECARA TITRIMETRI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2010

(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan hidayah-Nya berupa kesehatan dan keterbukaan fikiran bagi penulis, serta shalawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di program D3 Kimia Analis Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dengan judul ANALISA UNSUR NITROGEN PADA

DAUN KELAPA SAWIT DENGAN METODE DESTRUKSI BASAH SECARA TITRIMETRI .

Penyusunan karya ilmiah ini dilakukan berdasarkan pengamatan secara langsung yang dilaksanakan di PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS)

MEDAN.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang setinggi – tingginya kepada kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Alm. Ismail Cibro dan Ibunda Kartini Boangmanalu, serta semua kakanda tercinta Rinto Cibro, Erlinawati Cibro, Sudarmi Cibro, Roma Cibro, dan Susilawati Cibro yang telah memberikan dukungan, doa serta kasih sayang kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Saut Nainggolan selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah begitu sabar dan banyak meluangkan waktu, tenaga, memberikan pemikiran serta masukan kepada penulis sehingga telah dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Kepala Departemen Kimia FMIPA USU.

4. Ibu Dr. Marpongahtun, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalankan pendidikan di FMIPA USU.

5. Seluruh staf pengajar dan karyawan di FMIPA USU yang telah memberikan ilmu dan bantuannya kepada penulis.

6. Bapak Drs. Eka Nuryanto, M.Si selaku pembimbing praktek kerja lapangan dan manager laboratorium pelayanan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

(6)

disebutkan namanya satu-persatu, terima kasih atas semangat, bantuan, doa, kebersamaan, nasehat dan sebuah persahabatan terindah yang telah diberikan selama penulis menjalani hari-hari suka dan duka sebagai mahasiswa.

9. Seluruh anggota keluarga yang telah memberikan doa dan semangatnya kepada penulis.

Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun menuju yang lebih baik. Akhir kata penulis mengharapkan semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Medan, Juni 2010

Penulis

(7)

ABSTRAK

(8)

NITROGEN ELEMENTS ANALYSIS IN OIL PALM LEAVES WITH METHOD WET DESTRUCTION

BY TITRIMETRY

ABSTRACT

(9)

DAFTAR ISI

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Tanaman Kelapa Sawit 5

2.2. Daun Kelapa Sawit 5

2.3. Morfologi Daun Kelapa Sawit 7 2.4. Unsur-Unsur Hara Yang Dibutuhkan Kelapa Sawit 8 2.4.1. Unsur Hara Nitrogen 8 2.4.2. Peranan Unsur Hara Nitrogen 10 2.4.3. Gejala Defisiensi Unsur Hara Nitrogen 12

2.5. Analisis titrimetri 13

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 17

3.1. Alat 17

3.2. Bahan 17

3.3. Persiapan Contoh Daun Kering 19 3.3.1. Membersihkan Contoh Daun Kelapa Sawit 19 3.3.2. Mengeringkan dan Menggiling Contoh Daun Kelapa Sawit 19 3.4. Prosedur Destruksi Basah (H2SO4 + H2O2) Daun Kelapa Sawit 20

3.5. Prosedur Penetapan Nitrogen (N) Pada Daun Kelapa Sawit 21

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 22

4.1. Hasil Dan Analisa Data 22

4.2. Perhitungan 22

(10)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 26

5.1. Kesimpulan 26

5.2. Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

ABSTRAK

(13)

NITROGEN ELEMENTS ANALYSIS IN OIL PALM LEAVES WITH METHOD WET DESTRUCTION

BY TITRIMETRY

ABSTRACT

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Daun kelapa sawit mirip daun kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk,

bersisip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang

panjangnya mencapai lebih dari 7,5 - 9 m. Jumlah anak daun di setiap pelepah

berkisar antara 250 - 400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning

pucat. Pada tanah yang subur daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan

fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi.

Semakin lama proses fotosintesis berlangsung semakin banyak bahan makanan yang

dibentuk sehingga produksi akan meningkat. Produksi daun tergantung iklim

setempat. Di Sumatera Utara, misalnya produksi daun mencapai 20 – 24 helai/tahun.

Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6 – 7 tahun. Daun kelapa sawit yang

sehat dan segar berwarna hijau tua.

Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur

tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak.

Begitu pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih

muda. Serta kering satu pelepah dapat mencapai 4,5 kg. pada tanaman dewasa

ditemukan sekitar 40 – 50 pelepah. Saat tanaman berumur sekitar 10 - 13 tahun dapat

(15)

akan berinteraksi dengan tingkat produktivitas tanaman. Semakin luas permukaan atau

semakin banyak jumlah daun maka produksi akan meningkat karena proses

fotosintesis akan berjalan dengan baik. Proses fotosintesis akan optimal jika luas

permukaan daun mencapai 11 m2.

Jumlah kedudukan pelepah daun pada batang kelapa sawit disebut juga

phyllotaxis yang dapat ditentukan berdasarkan perhitungan susunan duduk daun, yaitu

dengan menggunakan rumus duduk daun 1/8. Artinya, setiap satu kali berputar

melingkari batang, terdapat duduk daun (pelepah) sebanyak 8 helai. Pertumbuhan

melingkar duduk daun mengarah ke kanan atau ke kiri menyerupai spiral. Pada

tanaman yang normal dapat dipilih 2 set spiral berselang 8 daun yang mengarah ke

kanan dan berselang 13 daun mengarah ke kiri.

Arah duduk daun sangat berguna untuk menentukan letak duduk daun ke-9 dan

ke-17 saat pengambilan contoh daun. Disamping itu, duduk daun juga berguna untuk

menentukan jumlah daun yang harus tetap di bawah buah terendah yang disebut

songgoh.

Pengambilan contoh daun bertujuan terutama untuk memperoleh data tentang

kandungan unsur hara dalam daun melalui analisis laboratorium, mengingat adanya

hubungan antara kandungan hara daun dengan pertumbuhan tanaman dan produksi

(16)

Kandungan hara daun digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam

menyusun rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit pada masa berikutnya. (

Warta PPKS, 2007).

Unsur Nitrogen merupakan komponen utama dalam tubuh tanaman, terutama

dalam protoplasma sel, protein, asam amino, amida dan alkohol. Klorofil juga

mengandung Nitrogen, dan bila daun kekurangan unsur Nitrogen, daun itu akan

berwarna pucat.Oleh karena itu, penulis tertarik dalam analisa unsur hara Nitrogen

pada daun kelapa sawit secara Titrimetri (Tim Bina Karya 2009).

1.2. Permasalahan

Apakah kandungan Nitrogen total pada daun kelapa sawit sudah mencukupi

kebutuhan akan unsur Nitrogen dalam pertumbuhannya.

1.3. Tujuan

Tujuan karya ilmiah ini adalah :

(17)

1.4. Manfaat

Manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah :

Untuk memberikan informasi tentang kandungan unsur hara Nitrogen yang

terdapat pada daun kelapa sawit yang dapat menyusun rekomendasi pemupukan

tanaman kelapa sawit pada masa berikutnya. Sehingga dapt meningkatkan jumlah

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman kelapa sawit

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial

Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa

dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa

sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911.

Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet,

seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya

yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa

sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai

berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai timur Sumatera

(Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha (Yan, Fauzi. 2008).

2.2. Daun Kelapa Sawit

Daun kelapa sawit mirip daun kelapa yaitu membentuk susunan daun

majermuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun – daun membentuk satu

(19)

setiappelepah berkisar antara 250 – 400 helai. Daun muda yang masih kuncup

berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin

efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai

alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan

makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat. Produksi daun tergantung

iklim setempat. Di Sumatera Utara, misalnya produksi daun mencapai 20 – 24

helai/tahun. Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6 – 7 tahun. Daun kelapa

sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua.

Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur

tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak.

Begitu pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang

masih muda . Pada tanaman dewasa ditemukan sekitar 40-50 pelepah. Saat tanaman

berumur sekitar 10-13 tahun dapat ditemukan daun yang luas permukaannya mencapai

10-15 m2. Luas permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat produktivitas

tanaman. Semakin luas permukaan atau semakin banyak jumlah daun maka

produksinya akan meningkat karena proses fotosintesis akan berjalan dengan baik

(Yan, Fauzi 2008).

Sekalipun proses fotosintesis dapat berlangsung pada bagian lain dari tanaman

dengan sumbangan yang dapat berarti pada saat tertentu seperti fotosintesis dari kulit

(20)

menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi seperti pada pembentukan biomassa

tanaman ( Sitompul, S.M. 1995 ).

2.3. Morfologi Daun Kelapa Sawit

Pengetahuan tentang daun kelapa sawit dan perkembangannya sangat penting

bagi staf perkebunan. Pada daun itulah, terletak “pabrik” yang sebenarnya bagi

produksi MKS dan IKS.

Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian, sebagai berikut :

1. Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak

daun (midrib).

2. Rachis yang mempunyai tempat anak daun melekat.

3. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang.

4. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan

memberi kekuatan pada batang.

Bentuk seludang daun yang terlihat pada daun dewasa sudah tidak lengkap dan

merupakan sisa dari perkembangan yang ada. Pada daun yang sedang berkembang,

seludang berbentuk pipa dan membungkus daun muda secara sempurna. Namun,

karena daun berkembang terus – menerus, sedangkan seludang sudah tidak

berkembang lagi, serabut – serabut seludang menjadi robek dan tercerai membentuk

barisan duri (spine) sepanjang tepi – tepi petiole yang merupakan pangkal dari serabut

(21)

2.4. Unsur – Unsur Hara Yang di Butuhkan Kelapa Sawit

Unsur – unsur hara yang dibutuhkan tanaman biasanya dibagi atas dua

kelompok, yaitu unsur – unsur makro dan mikro. Alasan pembagian ini sederhana,

yaitu : unsur makro adalah yang dibutuhkan dalam jumlah besar, dan unsur mikro

dibutuhkan dalam jumlah kecil. Unsur mikro hanya diberikan dalam bentuk pupuk

bila analisis tanah menunjukkan adanya kekahatan (defisiensi), atau bila tanaman

menunjukkan gejala – gejala defisiensi.

Unsur – unsur yang tergolong unsur makro adalah Nitrogen (N), Fosfor (P),

Kalium (K), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Belerang (S), dan Natrium (Na),

sedangkan unsur mikro adalah Klor (Cl), Mangan (Mn), Besi (Fe), Seng (Zn),

Tembaga (Cu), Molibden (Mo), dan Boron (B).

2.4.1 Unsur hara Nitrogen

Nitrogen atau Zat lemas adalah sebuah unsur kimia dalam table periodic yang

memiliki lambang N dan nomor atom 7. Biasanya ditemukan sebagai gas tanpa warna,

tanpa bau, tanpa rasa dan merupakan gas diatomik bukan logam yang stabil, sangat

(22)

Nitrogen adalah 78,08% dari atmosfir bumi dan terdapat banyak dalam

jaringan hidup. Zat lemas mebentuk banyak senyawa penting seperti asam amino,

amoniak, asam nitrat, dan sianida

Nitrogen merupakan hara mineral esensil paling banyak dimanfaatkan dalam

praktek pertanian yang diberikan dalam bentuk pupuk. Nitrogen merupakan unsure

penyusun asam amino, protein, asam nukleat dan sebagainya disamping unsur hara

lainnya.

Nitrogen yang dapat di manfaatkan oleh tanaman tinggkat tingggi khususnya

tanaman budidaya dapat di bedakan atas empat kelompok utama yaitu: nitrogen nitrat

(NO3-), nitrogen ammonia (NH4+), nitrogen molekuler (N2) dan nitrogen organic.

Tidak semua bentuk – bentuk ini dapat dimanfaatkan oleh suatu jenis tnaman.

Umumnya tanaman pertanian memanfaatkan nitrat dan ammonium kecuali pada

beberapa tanaman legume mampu memanfaatkan N bebas melalui proses fiksasi N

dengan bersimbiosis dengan bakteri. N organic kadang – kadang dapat dimanfaatkan

oleh tanaman tinggi akan tetapi tidak mampu mencukupi kebutuahan N tanaman dan

umumnya dimanfaatkan lewat daun melalui pemupukan lewat daun. Bagi tanaman

pertanian terutama manfaat N dalam bentuk ion nitra, akan tetapi dalam kondisi

tertentu khususnya pada tanah – tanha masam dan kondisi an aerobic tanaman akan

memanfaatkan N dalam bentuk ion ammonium (NH4+).

Pada tanaman – tanaman yang tumbuh aktif dengan cepat nitrat yang

terabsopsi oleh akar tanaman akan terangkut dengan cepat ke daun mengikuti alur

(23)

umumnya terjadi didaun walaupun metabolism nitrogen juga terjadi pada akar

tanaman (http://worldplant.multiply.com/journal/item/13).

2.4.2. Peranan Unsur Hara Nitrogen

Nitrogen (N) telah dikenal bertanggung jawab untuk pertumbuhan vegetative

yang lebat dan warna daun yang hijau gelap setelah ditetapkannya sebagai suatu unsur

mineral yang esensial untuk tanaman berakar pada tahun 1800-an. Cukupnya Nitrogen

untuk tanaman mendorong pertumbuhan vegetatif bagian diatas tanah, meningkatkan

rasio pucuk/akar, dan essensial untuk pembentukan buah dan biji. Sebagai suatu anasir

esensial asam amino, Nitrogen dibutuhkan dalam sintesis protein, merupakan 12-19%

dan berbagai protein dengan rata-rata sekitar 16% atas dasar berat. Karena

pembentukan biji tergantung pada kadar kritik tertentu protein, produksi biji secara

nyata berhubungan dengan pasokan Nitrogen, terutama pada tanaman-tanaman

serealia. Berlimpahnya Nitrogen dalam medium pertumbuhan juga tercermin dalam

kadar protein kasar dari biji dan dalam hijauan. Di antara unsur-unsur mineral esensial

untuk pertumbuhan dan reproduksi tanaman-tanaman hijau tingkat tinggi, terdapat

lebih banyak atom Nitrogen dalam bahan organik kering daripada tiap unsur lainnya

yang berasal dari tanah. Berdasarkan massa, Nitrogen dalam bahan tanaman sering

dijumpai dalam jumlah yang lebih banyak daripada masing-masing unsur yang

(24)

Dengan mengingat berlimpahnya Nitrogen dalam tanaman, peranan sentralnya

dalam fungsi tanaman dan reaktivitasnya dalam biosfer, tidaklah mengherankan jika

unsur ini merupakan yang paling universal kahat untuk produksi tanaman yang

optimum (Engelstad, O.P. 1997).

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada

umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian

vegetative tanaman, seperti daun, batang dan akar.

Fungsi Nitrogen yang selengkapnya bagi tanaman adalah:

1. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman

2. Dapat menyehatkana pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan

warna yang lebih hijau

3. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman

4. Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan

5. Meningkatkan berkembangbiaknya mikro-organisme di dalam tanah.

Sebagaimana deiketahui hal itu penting sekali bagi kelangsungan

pelapukan bahan organis ( Sutedjo,M.M. 1999 )

Nitrogen juga merupakan komponen utama dalam tubuh tanaman, terutama

dalam protoplasma sel, protein, asam amino, amida, dan alcohol. Juga berperan pada

pertumbuhan vegetatif, warna, panjang umur tanaman, dan penggunaan karbohidrat

(25)

2.4.3. Gejala Defisiensi Unsur Hara Nitrogen

Menurut Yan Fauzi (2008) gejala defisiensi unsur hara Nitrogen pada tanaman

kelapa sawit adalah:

1. Warna daun menjadi kuning pucat

2. Pada kondisi buruk, jaringan daun menjadi kering dan mati

3. Helaian daun menjadi pendek dan keras

4. Pertumbuhan tanaman terhambat dan kerdil

Defisiensi Nitrogen biasanya diketahui pertama melalui warna hijau pucat atau

hijau-kekuningan, terutama pada rumput-rumputan, dan nekrosisi premature dari

daun-daun yang lebih tua, mulai dari pucuk dan menyebar sepanjang tulang daun

kearah leher batang dan tepi daun. Asosiasi dengan pewarnaan hijau ini

berkemungkinan disebabkan oleh kenyataan bahwa Nitrogen bersama-sama Mg,

merupakan satu dari dua anasir penyusun klorofil. Kekurangan Nitrogen

menyebabkan khlorosisi pada daun muda berwarna kuning dan partumbuhan tertekan.

(26)

2.5. Analisis Titrimetri

Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakuka n

dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat

, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan

ditetapkan. Larutan dengan kekuatan ( konsentrasi) yang diketahui tepat itu, disebut

larutan standar. Bobot zat yang hendak ditetapkan, dihitung dari volume larutan

standard yang digunakan dan hukum-hukum stoikiometri yang diketahui.

Larutan standard biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret. Proses

penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi, danzat yang

akan ditetapkan, dititrasi. Titik pada mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik

ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis (atau titik akhir steokiometri ). Lengkapnya

titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat disalah lihat

oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar itu sendiri. Pada titrasi yang ideal, titik

akhir yang terlihat, akan terjadi berbarengan dengan titik titik akhir stoikiometri atau

teoriti. Namun dalam prakteknya, biasanya akan terjadi perbedaan yang sangat sedikit.

Ini merupakan sesatan (error) titrasi. Indikator dan kondisi-kondisi eksperimen harus

dipilih sedemikian, sehingga perbedaan antara titik akhir terlihat dan titik ekuivalen,

adalah sekecil mungkin.

Untuk digunakan dalam analisis titrimetri, suatu reaksi harus memenuhi

kondisi-kondisi berikut:

1. Harus ada suatu reaksi yang sederhana, yang dapat dinyattakan dengan

(27)

dengan dengan reagensia dalam proporsi yang stoikiometrik atau

ekuivalen.

2. Reaksi harus praktis berlangsung dalam sekejap atau berjalan dengan

sangat cepat sekali (kebanyakan reaksi ionic memenuhi kondisi ini). Dalam

beberapa keadaan, penambahan suatu katalis akan menaikkkan kecepatan

reaksi itu.

3. Harus ada perubahan yang menyolok dalam energy bebas, yang

menimbulkan perubahan dalam sifat fisika atau kimia larutan pada titik

ekuivalen.

4. Harus tersedia suatu indicator, yang oleh perubahan sifat-sifat fisika

(warna atau pembentukan endapan), harus dengan tajam menetapkan titik

akhir titrasi.

Metode titrasi lazimnya dapat dipakai untuk ketelitian yang tinggi (1 bagian

dalam 1000) dan memiliki beberapa keuntungan, dimana ia dapat diterapkan,

melebihui metode-metode gravimetric. Metode-metode ini memerlukan peralatan

yang lebih sederhana, dan umumnya cepat dikerjakan, pemisahan yang menjemukan

dan sukar sering dapat dihindari.

Reaksi penetralan, atau asidimetri dan alkalimetri. Ini melibatkan titrasi basa

bebas, atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah,

(28)

Volumetri atau titrimetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif

didasarkan pada pengukuran volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit.

Titran merupakan zat yang digunakan untuk mentitrasi. Analit adalah zat yang akan

ditentukan konsentrasi/kadarnya.

Standar primer

Larutan titran haruslah diketahui komposisi dan konsentrasinya. Idealnya kita

harus memulai dengan larutan standar primer. Larutan standar primer dibuat dengan

melarutkan zat dengan kemurnian yang tinggi (standar primer) yang diketahui dengan

tepat beratnya dalam suatu larutan yang diketahui dengan tepat volumnya. Apabila

titran tidak cukup murni, maka perlu distandardisasi dengan standar primer. Standar

yang tidak termasuk standar primer dikelompokkan sebagai standar sekunder,

contohnya NaOH; karena NaOH tidak cukup murni (mengandung air, natrium

karbonat dan logam-logam tertentu) untuk digunakan sebagai larutan standar secara

langsung, maka perlu distandardisai dengan asam yang merupakan standar primer

misal: kalium hidrogen ftalat (KHP).

Persyaratan standar primer

1. Kemurnian tinggi

2. Stabil terhadap udara

3. Bukan kelompok hidrat

4. Tersedia dengan mudah

5. Cukup mudah larut

6. Berat molekul cukup besar

(29)

1. Cukup stabil sehingga penentuan konsentrasi cukup dilakukan sekali

2. Bereaksi cepat dengan analit sehingga waktu titrasi dapat dipersingkat

3. Bereaksi sempurna dengan analit sehingga titik akhir yang memuaskan dapat

dicapai

4. Melangsungkan reaksi selektif dengan analit

Keakuratan hasil metode titrasi amat bergantung pada keakuratan penentuan

konsentrasi larutan standar. Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan standar dapat

digunakan 2 cara:

1. Dengan cara langsung, menimbang dengan tepat standar primer, melarutkannya

dalam pelarut hingga volume tertentu

2. Dengan standarisasi, yaitu titran yang akan ditentukan konsentrasinya digunakan

untuk mentitrasi standar primer/sekunder yang telah diketahui beratnya

Titrasi balik (back-titration)

Terkadang suatu reaksi berlangsung lambat dan tidak dapat diperoleh titik

akhir yang tegas. Untuk itu metoda titrasi balik dapat digunakan untuk mengatasinya.

Caranya dengan menambahkan titran secara berlebih, setelah reaksi dengan analit

berjalan sempurna, kelebihan titran ditentukan dengan menitrasi dengan larutan

standar lainnya. Dengan mengetahui mmol titran dan menghitung mmol yang tak

bereaksi, akan diperoleh mmol titran yang bereaksi dengan analit

(30)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.2. Alat

1. Timbangan analitik Mettler Toledo

2. Mesin giling listrik daun Bra Blender

3. Penangas listrik khusus tabung reaksi Techne

4. Tabung reaksi Pyrex

5. Kjeltec 2200 Auto Destilation FOSS

6. Pipet volume Pyrex

7. Gelas beaker 250 ml Pyrex

8. Oven pengering Gallenhamp

9. Tabung destilasi Pyrex

10.Spatula

11.Desikator

12.Kertas saring whatman No. 40

13.Bola karet

14.Botol akuades

15.Botol plastik bertutup 20 ml

16.Rak botol plastik

17.Corong plastik

18.Rak tabung reaksi

(31)

3.3. Bahan

1. H2SO4 pekat p.a

2. H2O2 30 % p.a

3. Akuades

4. Larutan indikator campuran

Ditimbang 0,2 g Methyl red kemudian dilarutkan dengan Alkohol 95% dalam

labu ukur 100 mL dan 0,1 g Bromcresol green dilarutkan dalam Alkohol 95%

dalam labu ukur 100 mL. Campurkan 100 mL Bromcresol green dengan 34

mL Methyl red.

5. Larutan Asam Borat (H3BO3) 3%

Ditimbang 3 g H3BO3 dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL.Tambahkan

±50 mL air destilasi, lalu dipanaskan hingga H3BO3 larut sempurna, setelah

dingin penuhkan dengan air destilat hingga tanda garis, lalu dihomogenkan.

6. Larutan Asam klorida (HCl) 0,01 N

Larutan HCl 0,1 N

Pipet 8,3 mL HCl 37% p.a kemudian diencerkan dengan air destilasi hingga 1

(32)

Ditimbang 15 g NaOH Kristal kemudian dilarutkan dengan air destilasi dalam

labu takar 100 mL.

3.4. Persiapan Contoh Daun Kering

3.4.1. Membersihkan Contoh Daun Kelapa Sawit

Contoh yang diterima di laboratorium terlebih dahulu dicatat dan diberi

nomor laboratorium secara beraturan. Contoh segera dibersihkan dengan kapas

yang telah dibasahi air destilasi. Bagian tulang yang kasar dibuang dengan

gunting. Begitu juga dengan bagian pinggir daun terutama daun yang agak

lebar digunting dan dibuang. Kemudian contoh daun dimasukkan kedalam

kain kelambu ukuran 15 x 30 cm dan disertai label nomor laboratorium.

3.4.2.Mengeringkan dan Menggiling Contoh Daun Kelapa Sawit

Contoh daun yang sudah bersih di dalam kantongan kelambu

dikeringkan dalam oven pengering pada suhu 105 oC ± 2 jam sampai contoh

daun menjadi kering dengan indikasi terasa rapuh bila diremas dengan tangan.

Contoh daun kering digiling dengan mesin giling listrik menggunakan

saringan kehalusan 35 mesh. Contoh daun yang sudah halus dimasukkan

(33)

3.5. Prosedur Destruksi Basah (H2SO4 + H2O2) Daun Kelapa Sawit

1. Ditimbang 0,1 g contoh kering mutlak 1050 C, lalu dimasukkan kedalam

tabung reaksi 20 mL.

2. Ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat dan 0,5 mL H2O2 30%, digoyang

perlahan-lahan. Larutan contoh didestruksi menggunakan penangas listrik khusus untuk

tabung reaksi, suhu dinaikkan perlahan-lahan sampai dengan ± 1800 C. Contoh

akan menjadi hitam dan agak berbuih. Bila larutan contoh sudah tidak berbuih

lagi, tabung diangkat dan didinginkan.

3. Setelah dingin kemudian ditambah 0,5 mL H2O2 30% dan didestruksi kembali.

Penambahan H2O2 30% diulangi sampai larutan contoh menjadi bening dan

destruksi disempurnakan pada suhu 2800 C selama ± 15 menit. Tabung reaksi

diangkat dan didinginkan.

4. Larutan diencerkan dengan air destilat kedalam labu ukur 100 mL, kemudian

disaringan dengan menggunakan kertas saring whatman No. 40 kedalam botol

platik 100 mL.

5. Filtrat digunakan untuk penetapan N, P, K, Ca dan Mg.

(34)

3.6. Prosedur Penetapan Nitrogen (N) Pada Daun Kelapa Sawit

1. Pipet 20 mL filtrat hasil destruksi contoh daun dalam H2SO4 pekat dan H202

30% (destruksi basah), kemudian dimasukkan kedalam tabung destilasi dan

diletakkan pada alat destilasi. Alat destilasi secara otomatis akan

menambahkan 3 mL larutan NaOH 15% kedalam tabung destilasi.

2. Destilat ditampung kedalam Erlenmeyer 250 mL yang berisi 5 mL Asam borat

serta larutan indikator campuran.

3. Destilasi dilakukan selama ± 3 menit

4. Destilat dititrasi dengan HCl 0,01 N hingga warna larutan menjadi merah

jambu

(35)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Analisa Data

Hasil analisa Nitrogen (N) daun Kelapa Sawit terdapat pada table berikut:

Tabel 4.1. Data Analisa Nitrogen (N)

No

Berat kering

(gr)

Faktor

Pengenceran

Vol. HCl Yang Terpakai

N. HCl N (%)

Volume HCl yang terpakai untuk blanko = 0,30 mL

4.2. Perhitungan

(36)
(37)

Standard Deviasi ( σ) = √σ2

= 8

= 0,076

4.3.Pembahasan

Dari hasil analisa daun kelapa sawit di laboratorium diperoleh kadar

Nitrogen adalah 2,267±0,076 %. Ketersediaan akan Nitrogen dalam tumbuhan kelapa

sawit semakin lama akan semakin berkurang. Hilangnya atau berkurangnya

ketersediaan hara Nitrogen didalam daun sangat di pengaruhi oleh berbagai faktor

yang berawal dari dalam tanah seperti daya serap akar, banyaknya bahan organik,

populasi jasad renik, iklim, karena proses panen, dan proses pencucian akibat hujan,

jenis tanah dan sebagainya. Adanya proses panen mengakibatkan unsur hara tersebut

berpindah secara langsung melalui pemangkasan daun dari pemanenan tandan. Pada

proses pencucian, kadar unsur hara yang hilang bervariasi bergantung pada tipe tanah

dan intensitas curah hujan. Pencucian dapat dikurangi dengan cara menanam tanaman

penutup lahan dengan baik atau mencegah aliran air yang deras. Tanah yang

(38)

Nitrat sangat mudah larut dalam tanah sehingga cepat hilang karena proses

pembusukan. Taraf ketersediaan nitrogen dalam tanah tergantung pada banyaknya

bahan organik, populasi jasad renik, tingkat pembasuhan. Dlm keadaan alami terjadi

keseimbangan antara laju pertumbuhan dan gaya-gaya yangg menentukan penyediaan

nitrogen dalam tanah. Pemanenan menyebabkan terkurasnya nitrogen karena

pengambilan bahan organik dan erosi. Hal ini menyebabkan pertanian intensif sangat

tergantung pada tambahan pupuk nitrogen

Nitrogen memegang peranan sentral dalam pertanian modern. Nitrogen

adalah suatu hara esensial dan juga merupakan hara pembatas utama pada sebagian

besar tanah pertanian yang ditanami tanaman-tanaman bukan legum. Kebutuhan

Nitrogen tanaman terlibat dalam penentuan kebutuhan pupuk Nitrogen. Karena

tanaman adalah konsumen Nitrogen utama dan mengasimilasi sejumlah 30 sampai

70% dari Nitrogen pupuk yang diberikan. Jadi penggantian unsur hara atau

pemupukan harus dilakukan sebelum tanaman menunjukkan gejala defisiensi hara.

Selain itu, perlu diperhatikan perubahan-perubahan tanah akibat pengelolaan tanaman.

Tanah perkebunan yang dipupuk terus-menerus selama berpuluh tahun akan

mengalami degradasi , bias membuat pemupukan tidak respon terhadap tanaman.

Pupuk yang biasa digunakan untuk menambahn Nitrogen adalah pupuk Sulphat of

(39)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh kadar N dalam daun

kelapa sawit adalah sebesar 2,267±0,076 %.

5.2. Saran

Agar dilakukan pemupukan terhadap tanaman kelapa sawit sesuai

rekomendasi yang ditelah ditentukan dari hasil analisa unsur Nitrogen. Dimana pupuk

diberikan dengan kadar yang optimum. Pemupukan harus dilakukan sebelum tanaman

menunjukkan gejala defisiensi hara sehingga tidak akan menimbulkan kerugian yang

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Engelstad, O. P. 1997. Teknologi Dan Penggunaan pupuk. Edisi Ke – 3. UGM-

Press. Yogyakarta.

Fauzi, Y. 2008. Kelapa Sawit , Edisi revisi. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

http://blog.unila.ac.id/widiarto/files/2009/10/volumetri.pdf.

http://id. Wikipedia.org/wiki/Nitrogen.

http://worldplant.multiply.com/journal/item/13

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sitompul, S. M, dan Bambang G. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.

Penerbit UGM-Press. Yogyakarta.

Sutedjo, M. M. 1987. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta.

Jakarta.

Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. Penerbit Yrama

Widya. Bandung.

Vogel. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi Ke-4. Penerbit Buku

Kedokteran-EGC. Jakarta.

(41)
(42)

Tabe 1. Data Hasil Analisa Nitrogen

No Berat kering (gr)

Faktor Pengenceran

Vol. HCl Yang Terpakai

N. HCl N (%) Untuk Contoh (mL)

1 0,1 5 kali 3,50 0,01023 2,29 2 0,1 5 kali 3,38 0,01023 2,21 3 0,1 5 kali 3,64 0,01023 2,39 4 0,1 5 kali 3,50 0,01023 2,29 5 0,1 5 kali 3,45 0,01023 2,26 6 0,1 5 kali 3,32 0,01023 2,16

(43)

BAGAN PROSES ANALISA NITROGEN

Penyaringan dengan kehalusan 35 mesh

Berat sampel (gr)

Dititrasi dengan HCl 0,01 N Penggilingan

Destruksi H2SO4 + H2O2

Didestilasi Pengeringan pada suhu

105 0C

(44)

PROSES PENENTUAN KADAR NITROGEN

DALAM DAUN KELAPA SAWIT

Didestruksi dengan H2SO4 + H2O2

Hasil destruksi diencerkan dengan aquadest

dalam labu ukur 100 mL

Dipipet sebanyak 20 mL dan dimasukkan keda-

lam tabung destilasi, kemudian didestilasi

selama ± 3 menit

Destilat ditampung dalam Erlenmeyer yang

berisi 5 mL asam borat dan indikator campuran

Dititrasi dengan HCl 0,01 N

0,1 g contoh daun kering

Gambar

Tabel 4.1. Data Analisa Nitrogen (N)

Referensi

Dokumen terkait

Sebaiknya dilakukan juga analisa unsur hara makro dan mikro yang terdapat di dalam tanah untuk mengetahui tingkat kesuburan dari tanah sehingga tanah tersebut dapat digunakan

Telah dilakukan analisis kadar unsur hara kalium (K) dari tanah perkebunan kelapa sawit Bengkalis Riau secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) yang dilakukan di Pusat

Pemberian dosis pemupukan yang cukup berperan dalam menambah kandungan unsur hara nitrogen tersedia yang dibutuhkan oleh bibit kelapa sawit untuk mendukung pertumbuhan vegetatif

Jumlah kedudukan pelepah daun pada batang kelapa sawit disebut juga phyllotaxis yang dapat ditentukan berdasarkan perhitungan susunan duduk daun, yaitu dengan menggunakan rumus

Dari hasil ini menunjukkan bahwa kadar Kalsium dalam daun kelapa sawit memiliki unsur hara yang cukup sesuai dengan standar yang telah ditentukan yaitu antara 0,5 – 0,75 %..

Penelitian ini berjudul “Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan 1992 - 2002” ini bertujuan agar mengetahui tentang sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, aktivitas

SEBAGAI ARANG AKTIF DENGAN MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN ”.. Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja praktek di PUSAT

ANALISA KADAR NITROGEN,KADAR C-ORGANIK, DAN KADAR AIR DARI TANDAN KOSONG DI PUSAT PENELITIAN KELAPA