• Tidak ada hasil yang ditemukan

AnalisaKalsium (Ca) Dalam Daun Kelapa Sawitdengan Metode Destruksi Basah(H2SO4 + H2O2) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AnalisaKalsium (Ca) Dalam Daun Kelapa Sawitdengan Metode Destruksi Basah(H2SO4 + H2O2) Secara Spektrofotometri Serapan Atom"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daun kelapa sawit mirip daun kelapa yaitu membentuk susunan daun

majemuk, bersisip genap, dan bertulang sejajar. Daun daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5- 9 m. Jumlah anak daun di

setiap pelepah berkisar antara 250 - 400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis

dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat.

Produksi daun tergantung iklim setempat. Di Sumatera Utara, misalnya produksi daun mencapai 20 – 24 helai/tahun. Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6 – 7 tahun. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua.

Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak. Begitu pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan dengan

tanaman yang masih muda. Serta kering satu pelepah dapat mencapai 4,5 kg. pada tanaman dewasa ditemukan sekitar 40 – 50 pelepah. Saat tanaman berumur sekitar

10 - 13 tahun dapat ditemukan daun yang luas permukaannya mencapai 10 – 15 m2. Luas permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat produktivitas tanaman. Semakin luas permukaan atau semakin banyak jumlah daun maka

(2)

13

produksi akan meningkat karena proses fotosintesis akan berjalan dengan baik. Proses fotosintesis akan optimal jika luas permukaan daun mencapai 11 m2.

Jumlah kedudukan pelepah daun pada batang kelapa sawit disebut juga phyllotaxis yang dapat ditentukan berdasarkan perhitungan susunan duduk daun, yaitu dengan menggunakan rumus duduk daun 1/8. Artinya, setiap satu kali

berputar melingkari batang, terdapat duduk daun (pelepah) sebanyak 8 helai. Pertumbuhan melingkar duduk daun mengarah ke kanan atau ke kiri menyerupai

spiral. Pada tanaman yang normal dapat dipilih 2 set spiral berselang 8 daun yang mengarah ke kanan dan berselang 13 daun mengarah ke kiri. Arah duduk daun sangat berguna untuk menentukan letak duduk daun ke-9 dan ke-17 saat

pengambilan contoh daun. Disamping itu, duduk daun juga berguna untuk menentukan jumlah daun yang harus tetap di bawah buah terendah yang disebut

songgoh.

Pengambilan contoh daun bertujuan terutama untuk memperoleh data tentang kandungan unsur hara dalam daun melalui analisis laboratorium,

mengingat adanya hubungan antara kandungan hara daun dengan pertumbuhan tanaman dan produksi tandan buah segar kelapa sawit. Kandungan hara daun

digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit pada masa berikutnya. (Warta PPKS, 2007)

Dimana Peran unsur kalsium (Ca) sangat dominan, terutama mempercepat

pertumbuhan akar, mempermudah penyerapan Kalium oleh tanah, menetralkan kemasaman tanah sebagian besar unsur mikro dalam keadaan tersedia bagi

tanaman. Kelebihan unsur kalsium tidak terlalu banyak mempengaruhi pertumbuhan tanaman, akan tetapi jika kelebihannya terlalu banyak (misalnya

(3)

14

pada tanah berkapur) pada musim kering tanaman bisa mengalami dehidrasi (keluarnya zat cair pada tanaman). Kekurangan unsur kalsium pada tanaman

ditunjukkan dengan gejala daun-daun muda dan ujung-ujung titik tumbuh tanaman berkeriput kemudia mengering. Daun-daun tua tampak lebih banyak berkeriput. Gejala yang terjadi pada daun ini merupakan akibat dari terhambatnya

pertumbuhan sistem perakaran. Efek langsung akibat kekurangan Kalsium dapat menghambat pertumbuhan akar, dan menyebabkan kemasaman tanah tinggi yang

berakibat klorosis pada daun. (Tjahjadi,N.1989)

Berdasarkan hal ini, maka penulis tertarik melakukan analisa terhadap “Kadar Unsur Hara Kalsium Pada Daun Kelapa Sawit di PPKS Medan”

1.2. Permasalahan

Permasalahan penulisan Karya ilmiah ini adalah:

1. Apakah kandungan kalsium pada daun kelapa sawit yang diperoleh

sesuai dengan nilai optimum kadar kalsium yang telah ditetapkan untuk daun kelapa sawit.

1.3. Tujuan

Tujuan penulisan Karya Ilmiah ini adalah:

1. Untuk menentukan kadar unsur hara kalsium pada daun kelapa sawit 2. Untuk mengetahui metode analisis yang digunakan dalam penentuan

kadar kalsium secara laboratorium

3. Untuk mengetahui apakah kadar kalsium dalam daun kelapa sawit memenuhi nilai optimum yang telah ditetapkan perusahaan

(4)

15

1.4. Manfaat

Manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah :

1. Untuk meningkatkan kualitas kelapa sawit di Indonesia dengan mengoptimumkan kadar Kalsium pada tanaman.

2. Untuk memberikan informasi kepada pembaca bahwa kandungan

unsur hara daun digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit pada

masa berikutnya

3. Untuk memberikan informasi kepada pembaca bahwa terdpat hubbungan antara kandungan hara daun dengan pertumbuhan tanaman

kelapa sawit

Referensi

Dokumen terkait

KUMPULAN LEMBAR KERJA BIMBINGAN TEKNIS IMPLEMENTASI..

Jika terdapat indikasi, entitas akan menghitung nilai terpulihkan dengan membandingkan mana yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan dan nilai pakai..

The objectives of the research were (1) to identify the drought characteristics such as duration, severity, and areal extent, (2) to assess impacts of ENSO on agricultural

Dari hasil yang didapat menyatakan bahwa corporate governance dapat memoderasi hubungan asimetri informasi dengan praktik manajemen laba dan mendukung penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan terhadap kinerja keuangan lima perusahaan telekomunikasi dengan menggunakan empat metode pengukuran yang berbasis value

The initial solution for the Multi-Level heuristic is obtained by Dijkstra’s algorithm based on a cost network constructed by the sweep algorithm and the 2-opt procedure..

Pada penelitian ini, konsep frekuensi pemindahan bahan pada konsep TS dianalogikan dengan nilai kedekatan yang diperoleh dari ARC, sehingga kriteria yang diinginkan

Chazawi, Adami, 2011, Pelajaran Hukum Pidana 1 (Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori-Teori Pemidanaan, & Batas Berlakunya Hukum Pidana ), Jakarta, Rajawali