SUPLEMENTASI BLOK MULTINUTRISI DALAM PAKAN
TERHADAP PERFORMANS SAPI BALI BETINA
M. RIVAI DEHAN 060306016
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
SUPLEMENTASI BLOK MULTINUTRISI DALAM PAKAN
TERHADAP PERFORMANS SAPI BALI BETINA
SKRIPSI
OLEH :
M. RIVAI DEHAN 060306016
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
SUPLEMENTASI BLOK MULTINUTRISI DALAM PAKAN
TERHADAP PERFORMANS SAPI BALI BETINA
SKRIPSI
Oleh :
M. RIVAI DEHAN 060306016/PETERNAKAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul :iiSuplementasi Blok Multinutrisi Dalam Pakan iiiTerhadap Performans Sapi Bali Betina
Nama : M. Rivai Dehan
NIM : 060306016
Program Studi : Peternakan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, MSi.) (Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP. Ketua Anggota
)
Mengetahui,
(Dr. Ir. Ristika Handarini, MP Ketua Program Studi Peternakan
)
ABSTRAK
M. RIVAI DEHAN : Suplementasi Blok multinutrisi dalam Pakan terhadap Performanss Sapi Bali Betina. Dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan ZULFIKAR SIREGAR.
Kebutuhan nutrisi sapi yang hanya diberikan hijauan masih belum tercukupi sepenuhnya. Suplemen tambahan perlu diberi pada ternak untuk meningkatkan produktivitas dari ternak itu sendiri. Salah satunya adalah blok multinutrisi (BM) yang dapat meningkatkan produktivitas ternak sapi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari suplementasi blok multinutrisi dalam pakan terhadap performans sapi bali. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 3 perlakuan dan 4 kelompok. Perlakuannya yaitu P0 (tanpa blok multinutrisi), P1 (suplementasi blok multinutrisi A) dan P2 (suplementasi blok multinutrisi B). Parameter yang diamati adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan sapi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi dalam pakan memberikan pengaruh yang tidak berbeda terhadap konsumsi pakan (5384.94; 5564.62 dan 5623.96 g/ekor/hari), pertambahan bobot badan (241.67; 250.00 dan 262.50 g/ekor/hari) dan konversi pakan sapi (22.73; 24.13 dan 22.93) dari ketiga perlakuan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah suplementasi blok multinutrisi (BM) dalam pakan sapi belum memberikan pengaruh yang optimal terhadap performans (konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan) sapi bali betina.
ABSTRACT
M. RIVAI DEHAN : The Supplementation of The Multi Nutrient Block in Feed on
Performance of Bali Cattle. Under supervised by MA’RUF TAFSIN and
ZULFIKAR SIREGAR.
The nutrition of cattle from forage hasn’t enough complete to fullfil the nutrition for cattle. The additional suplement is needed to increase the productivity of cattle. The multi nutrient block is a one thing to solve the productivity of cattle. The objective of experiment was to find out the effect of the multi nutrient block in feed on performance of Bali Cattle. The design used of this research was the randomized block design with three treatments and four groups. The treatment were R0 (without the multi nutrient block), R1 (supplementation of
the multi nutrient block A) and R2 (supplementation of the multi nutrient block B).
The parameters were feed consumption, average daily gain and feed conversion. The result of this research showed that the supplementation of the multi nutrient block hasn’t significant different on feed consumption (5384.94; 5564.62 and 5623.96 g/head/day), average daily gain (241.67; 250.00 and 262.50 g/head/day) and feed conversion (22.73; 24.13 and 22.93) of Bali Cattle. It could be concluded that the supplementation of the multi nutrient block hasn’t optimal to increase the performance of Bali Cattle.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada Tanggal 20 Desember 1986 dari Ayah
Alm. Syafruddin Wahid dan Ibu Farida Hanum Hsb. Penulis merupakan putra
pertama dari dua bersaudara.
Penulis lulus dari SMU Negeri 3 Medan pada Tahun 2005 dan pada Tahun
2006 penulis masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui
jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih
Program Studi Ilmu Produksi Ternak.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Peternakan. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Adapun judul skripsi saya ini adalah “Suplementasi Blok Multinutrisi
dalam Pakan terhadap Performans Sapi Bali Betina”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas doa,
semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini.
Kepada Bapak Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, MSi. selaku ketua komisi pembimbing dan
Bapak Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP. selaku anggota komisi pembimbing yang
telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semua
pihak yang ikut membantu.
Semoga skripsi ini dapat membantu memberikan informasi dan
bermanfaat bagi penelitian dan ilmu pengetahuan serta pelaku usaha bidang
peternakan khususnya peternakan sapi.
Medan, Juli 2011
DAFTAR ISI
Produktivitas Ternak Sapi. ... 5
Kebutuhan Nutrisi Ternak Sapi. ... 5
Pakan Sapi. ... 5
Konsumsi Pakan (g/ekor/hari)... ... 18
Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/hari)... ... 18
Konversi Pakan... ... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Pakan ... 21
Pertambahan Bobot Badan ... 23
Konversi Pakan ... 25
Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 28
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29
Saran ... 29 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. ... Hal.
1. Kebutuhan nutrisi sapi untuk tujuan produksi ... 5
2. Kualitas blok multinutrisi (BM) ... 7
3. Kandungan nilai gizi molases ... 8
4. Kandungan nilai gizi bungkil sawit ... 9
5. Susunan blok multinutrisi (BM) ... 20
6. Rataan konsumsi pakan sapi minggu I - IV (g/ekor/hari) (BK) ... 21
7. Rataan konsumsi pakan sapi minggu I - II (g/ekor/hari) (BK) ... 21
8. Rataan konsumsi pakan sapi minggu III - IV (g/ekor/hari) (BK) ... 21
9. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu I - IV (g/ekor/hari) ... 23
10. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu I - II (g/ekor/hari) ... 24
11. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu III - IV (g/ekor/hari) ... 24
12. Rataan konversi pakan selama penelitian minggu I - IV ... 26
13. Rataan konversi pakan selama penelitian minggu I - II ... 26
14. Rataan konversi pakan selama penelitian minggu III - IV ... 27
DAFTAR GAMBAR
No. ... Hal.
1. Grafik konsumsi pakan sapi bali selama penelitian ... 22
2. Grafik pertambahan bobot badan sapi bali selama penelitian ... 24
DAFTAR LAMPIRAN
No. ... Hal.
1. Konsumsi hijauan segar sapi selama penelitian (kg/ekor/hari) ... 33
2. Konsumsi hijauan dalam bahan kering (kg/ekor/hari) (BK) ... 34
3. Konsumsi blok multinutrisi selama penelitian (g/ekor/hari) ... 35
4. Konsumsi blok multinutrisi dalam bahan kering (kg/ekor/hari) (BK) ... 36
5. Konsumsi pakan dalam bahan kering (kg/ekor/hari) (BK) ... 37
6. Rataan konsumsi pakan dalam bahan kering minggu I – II (kg/ekor/hari) (BK) ... 38
7. Analisis keragaman konsumsi pakan sapi minggu I - II ... 38
8. Rataan konsumsi pakan dalam bahan kering minggu II – IV (kg/ekor/hari) (BK) ... 38
9. Analisis keragaman konsumsi pakan sapi minggu II - IV ... 38
10. Rataan konsumsi pakan dalam bahan kering minggu I – IV (kg/ekor/hari) (BK) ... 39
11. Analisis keragaman konsumsi pakan sapi minggu I - IV ... 39
12. Bobot badan sapi selama penelitian (kg/ekor) ... 39
13. Pertambahan bobot badan sapi selama penelitian (g/ekor/hari) ... 40
14. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu I - II (g/ekor/hari) ... 40
15. Analisis keragaman bobot badan sapi minggu I - II ... 40
16. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu II - IV (g/ekor/hari) ... 41
17. Analisis keragaman bobot badan sapi minggu II - IV... 41
18. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu I - IV (g/ekor/hari) ... 41
19. Analisis keragaman bobot badan sapi minggu I - IV ... 41
21. Analisis keragaman konversi pakan sapi minggu I - II ... 42
22. Rataan konversi pakan sapi minggu II - IV ... 42
23. Analisis keragaman konversi pakan sapi minggu II - IV ... 42
24. Rataan konversi pakan sapi minggu I - IV ... 43
ABSTRAK
M. RIVAI DEHAN : Suplementasi Blok multinutrisi dalam Pakan terhadap Performanss Sapi Bali Betina. Dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan ZULFIKAR SIREGAR.
Kebutuhan nutrisi sapi yang hanya diberikan hijauan masih belum tercukupi sepenuhnya. Suplemen tambahan perlu diberi pada ternak untuk meningkatkan produktivitas dari ternak itu sendiri. Salah satunya adalah blok multinutrisi (BM) yang dapat meningkatkan produktivitas ternak sapi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari suplementasi blok multinutrisi dalam pakan terhadap performans sapi bali. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 3 perlakuan dan 4 kelompok. Perlakuannya yaitu P0 (tanpa blok multinutrisi), P1 (suplementasi blok multinutrisi A) dan P2 (suplementasi blok multinutrisi B). Parameter yang diamati adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan sapi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi dalam pakan memberikan pengaruh yang tidak berbeda terhadap konsumsi pakan (5384.94; 5564.62 dan 5623.96 g/ekor/hari), pertambahan bobot badan (241.67; 250.00 dan 262.50 g/ekor/hari) dan konversi pakan sapi (22.73; 24.13 dan 22.93) dari ketiga perlakuan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah suplementasi blok multinutrisi (BM) dalam pakan sapi belum memberikan pengaruh yang optimal terhadap performans (konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan) sapi bali betina.
ABSTRACT
M. RIVAI DEHAN : The Supplementation of The Multi Nutrient Block in Feed on
Performance of Bali Cattle. Under supervised by MA’RUF TAFSIN and
ZULFIKAR SIREGAR.
The nutrition of cattle from forage hasn’t enough complete to fullfil the nutrition for cattle. The additional suplement is needed to increase the productivity of cattle. The multi nutrient block is a one thing to solve the productivity of cattle. The objective of experiment was to find out the effect of the multi nutrient block in feed on performance of Bali Cattle. The design used of this research was the randomized block design with three treatments and four groups. The treatment were R0 (without the multi nutrient block), R1 (supplementation of
the multi nutrient block A) and R2 (supplementation of the multi nutrient block B).
The parameters were feed consumption, average daily gain and feed conversion. The result of this research showed that the supplementation of the multi nutrient block hasn’t significant different on feed consumption (5384.94; 5564.62 and 5623.96 g/head/day), average daily gain (241.67; 250.00 and 262.50 g/head/day) and feed conversion (22.73; 24.13 and 22.93) of Bali Cattle. It could be concluded that the supplementation of the multi nutrient block hasn’t optimal to increase the performance of Bali Cattle.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan
sektor pertanian, dimana sub sektor ini memiliki peran strategis dalam memenuhi
kebutuhan protein hewani. Kebutuhan protein hewani terus meningkat sejalan
dengan pertambahan penduduk dan peningkatan taraf hidup masyarakat.
Keberhasilan pembangunan ternyata berdampak pada perubahan konsumsi
masyarakat yang semula lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat ke arah
konsumsi protein yaitu daging, telur dan susu.
Produktivitas ternak sapi bali atau ternak ruminansia lainnya di Indonesia
sangat tergantung pada ketersediaan hijauan baik berupa rumput atau legum yang
berasal dari alam. Penampilan produksi ternak sapi bali yang dipelihara peternak
tersebut umumnya relatif masih rendah dibandingkan potensi yang dimilikinya.
Salah satu perbaikan yang dapat dilakukan dalam memperbaiki penampilan
produksi ternak melalui perbaikan nutrisi.
Peternakan di Sumatera Utara termasuk peternakan sapi bali masih banyak
mengandalkan sumber hijauan yang berasal dari perkebunan terutama perkebunan
kelapa sawit. Kualitas nutrisi hijauan alam sangat tergantung kepada musim dan
umumnya mempunyai kualitas nutrisi yang lebih rendah dibandingkan hijauan
yang berasal dari sub tropis. Strategi perbaikan nutrisi hijauan yang dapat
dilakukan diantaranya dengan melakukan suplementasi nutrisi yang mencukupi
kebutuhan protein, energi maupun mineral. Penelitian Belli (2006) yang dilakukan
perbaikan penampilan produksi ketika diberikan pada saat pre dan post calving.
Perbaikan penampilan tersebut meliputi peningkatan bobot badan, produksi susu,
penampilan anak sapi, serta tingkah laku menyusu anak sapi.
Keberhasilan teknik suplementasi sangat ditentukan oleh keseimbangan
dan kelengkapan nutrisi yang ditambahkan kedalam ransum pokok (hijauan)
sesuai dengan kebutuhan ternak. Efek yang diharapkan dari suplementasi yang
dapat diterapkan pada peternakan rakyat adalah terjadi saling melengkapi
kekurangan nutrisi yang dimiliki suatu bahan pakan.
Kondisi tersebut menjadikan teknik suplementasi menjadi efektif dan
efisien sejalan dengan perbedaan lokasi dan kualitas hijauan pokok yang
digunakan. Salah satu cara teknik suplementasi yang dapat diterapkan pada
peternakan rakyat adalah penggunaan blok multinutrisi. Komponen bahan yang
digunakan untuk BM antara lain urea, molases, tepung ikan, dedak padi dan
mineral. Beberapa mineral makro yang esensial seperti Zn dan Se terutama dalam
bentuk organik akan meningkatkan produktivitas ternak.
Penelitian mengenai penggunaan BM pada ternak sapi Bali dengan
menggunakan hijauan alam yang berasal dari lahan perkebunan dan bahan MB
yang berasal dari limbah perkebunan kelapa sawit masih terbatas. Penelitian
tersebut penting dilakukan untuk mendapatkan komposisi BM yang paling efektif
dan efisien serta mengetahui dampaknya pada ternak sapi bali yang sedang
tumbuh. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat diterapkan dapat langsung kepada
masyarakat peternak sehingga produktivitas ternak dapat menigkat khususnya
Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek
penggunaan blok multinutrisi terhadap penampilan sapi bali yang meliputi
konsumsi ransum, pertambahan berat badan dan konversi ransum
Hipotesis Penelitian
Pemberian blok multinutrient memberikan pengaruh positif terhadap
konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti,
masyarakat dan kalangan akademik tentang pengaruh pemberian blok multinutrisi
terhadap pertumbuhan sapi bali sebagai komoditas ternak ruminansia yang banyak
dipelihara di Indonesia. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan
sebagai rujukan dalam penggunaan blok multinutrisi untuk ternak ruminansia
TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Bali
Sapi bali adalah sapi asli Indonesia sebagai hasil domestikasi dari banteng
liar yang telah berjalan lama. Kapan dimulainya proses penjinakan banteng belum
diketahui dengan jelas, demikian pula dengan mengapa lebih terkenal di Indonesia
sebagai sapi bali dan bukannya sapi banteng mengingat dalam keadaan liar
dikenal sebagai banteng. Pendapat yang bisa dirujuk adalah dijinakkan di Jawa
dan Bali (Herweijer, 1947; Meijer, 1962; Pane, 1990 dan 1991) dan dalam
perkembangannya ternyata kondisi di Bali lebih sesuai bagi bangsa sapi ini karena
adanya budaya orang bali yang memuliakan ternak sapi. Sementara itu tidak
berhasilnya pengembangan sapi bali di Jawa kemungkinan disebabkan karena
cukup tingginya populasi ternak domba yang kemungkinan besar telah menjadi
carrier dari penyakit Malignant Catarrhal Fever (MCF) yang mudah sekali
menulari sapi bali dengan akibat yang cukup fatal bagi bangsa sapi ini. Hal yang
berbeda terdapat di beberapa wilayah di Indonesia seperti Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku, Sumatera dan Kalimantan.
Menurut Williamson dan Payne (1993) bangsa sapi mempunyai klasifikasi
taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata, Subphylum : Vertebrata, Class :
Mamalia, Subclass : Theria, Infra class : Eutheria, Ordo : Artiodactyla, Sub ordo
: Ruminantia, Infra ordo : Pecora, Family : Bovidae, Genus : Bos (cattle), Group :
Produktivitas Ternak Sapi
Produktivitas adalah hasil yang diperoleh dari seekor ternak pada ukuran
waktu tertentu (Hardjosubroto, 1994) dan Seiffert (1978) menyatakan bahwa
produktivitas sapi potong biasanya dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat
reproduksi dan pertumbuhan. Tomaszewska dkk. (1988) menyatakan bahwa aspek
produksi seekor ternak tidak dapat dipisahkan dari reproduksi ternak yang
bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa tanpa berlangsungnya reproduksi tidak
akan terjadi produksi. Dijelaskan pula bahwa tingkat dan efesiensi produksi
ternak dibatasi oleh tingkat dan efesiensi reproduksinya.
Kebutuhan Nutrisi Ternak Sapi
Kebutuhan nutrisi ternak sapi berbeda sesuai dengan tujuan
pemeliharaannya. Berikut disajikan kebutuhan nutrisi ternak sapi untuk periode
pembibitan dan penggemukan.
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi sapi untuk tujuan produksi
Uraian Bahan Periode
Pembibitan Penggemukan
Pakan yang diberikan sebaiknya jangan sekedar untuk mengatasi rasa
lapar atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar - benar bermamfaat
dan untuk produksi (Widayati dan Widalestari, 1996). Pakan ternak ruminansia
pada umumnya terdiri dari hijauan sperti rumput, leguminosa dan konsentrat.
Pemberian pakan berupa kombinasi kedua bahan tersebut akan menjamin
terpenuhinya zat - zat gizi (Smith dan Mangkoewidjojo,1988).
Teknologi pengolahan limbah pertanian dan limbah agroindustri menjadi
pakan lengkap (Completed Feed) dengan metode prossesing yang terdiri atas: 1)
pencacahan (chopping) untuk merubah ukuran partikel dan melunakan tekstur
bahan agar ternak dapat mengkonsumsi dengan lebih efesien. 2) pengeringan
(drying) dengan panas matahari atau dengan alat pengering untuk menurunkan
kadar air bahan. 3) pencampuran (mixing) dengan menggunakan alat pencampur
(mixer) dan penggilingan dengan alat giling Hammer Mill dan terakhir 4) proses
pengemasan (Wahyono, 2000).
Pemanfaatan limbah pertanian /perkebunan dan limbah agroindustri yang
tersedia secara lokal di masing - masing wilayah, merupakan salah satu upaya
dalam mengembangkan industri pakan yang murah (Hardiyanto, 2000). Ternak
yang mempunyai potensi genetik yang tinggi akan memiliki respon yang baik
terhadap pakan yang diberikan dan memiliki efesiensi pakan yang tinggi dan
adanya keragaman yang besar dalam konsumsi bahan kering rumput disebabkan
oleh oleh beda kualitas, daya cerna dan spesies tanaman (Devendra, 1977).
Blok Multinutrisi (BM)
Blok mutinutrisi merupakan suplemen untuk ternak ruminansia yang
dibuat dari bahan baku urea, molases (tetes tebu) dan bahan lain seperti mineral
memberi kesempatan bagi ternak untuk memperoleh tambahan nutrisi berupa
protein, energi dan mineral. Selain itu BM juga dapat meningkatkan daya cerna
dan konsumsi serat kasar.
Blok multinutrisi (BM) atau Urea Mineral Molases Blok (UMMB) adalah
pakan tambahan (imbuhan), yang menyediakan nutrisi penting bagi ternak seperti
protein, energi dan mineral yang biasanya sangat kurang pada sumber hijauan dan
limbah pertanian. BM diberikan dalam bentuk padat, keras, kompak, tapi bisa
larut dalam air (Hamdan, 2005). Blok multinutrisi diberikan dengan cara diletakan
di tabung bambu atau dikotak pakan. Pakan suplemen ini diberikan pada pagi hari,
jumlahnya disesuaikan dengan tingkat konsumsi yang dianjurkan pada setiap jenis
ternak. Kebutuhan BM untuk ternak besar (sapi dan kerbau) mencapai 350
g/ekor/hari, sedangkan kambing dan domba sebesar 120 g/ekor/hari. Blok
Multinutrisi merupakan hasil proses pengolahan bahan pakan dengan hasil
pengolahan yang bervariasi. Oleh karena BM mempunyai kualitas yang sangat
bervariasi yaitu yang mempunyai kualitas baik dan tidak baik. Berikut gambaran
dari kualitas BM pada Tabel 2.
Tabel 2. Kualitas blok multinutrisi (BM)
Parameter Baik Tidak baik
Warna
Blok multinutrisi (BM) mengandung non-protein nitrogen (NPN), yang di
dalam rumen akan mengaktifkan mikroba rumen dan disintesis menjadi
terdiri atas berbagai bahan penyusun lain, seperti molases, bungkil inti sawit
(BIS), dedak padi, tepung ikan, semen, kapur, garam dapur dan ultra mineral.
Pada domba, pemberian blok multinutrisi (BM) sebesar 4 gram perhari per kg
bobot badan terbukti mampu meningkatkan pertambahan bobot badan harian
domba. Selain itu juga terbukti meningkatkan akseptabilitas domba terhadap
limbah pertanian dengan serat kasar cukup tinggi seperti kulit dan tongkol
jagung (Sodiq dan Abidin, 2002).
Molases
Molases dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan
molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (46 - 60% sebagai
gula), kadar mineral cukup disukai ternak. Molases atau tetes tebu juga
mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak
seperti kobalt, boron, jodium, tembaga, mangan dan seng. Sedangkan
kelemahannya adalah kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare bila
dikonsumsi terlalu banyak (Rangkuti dkk., 1985). Kandungan nilai gizi molases
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan nilai gizi molases
Kandungan Zat Kadar Zat (%)
Bungkil Inti Sawit
Menurut Davendra (1997) bungkil inti sawit adalah limbah hasil ikutan
dari hasil ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau
cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik, tapi karena serat
kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebakan kurang cocok bagi ternak
monogastrik, melainkan lebih cocok bagi ternak ruminansia. Semakin tinggi
persentase bungkil inti sawit dalam pakan, maka kenaikan bobot badan perhari
semakin besar, namun demikian pemberian optimal dari bungkil inti sawit ialah
1,5 % dari bobot badan untuk mempengaruhi pertumbuhan ternak domba.
Kandungan nilai gizi dalam bungkil inti sawit dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan nilai gizi bungkil sawit
Uraian Kandungan (%)
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Departemen Peternakan FP USU (2005) b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)
c. Siregar (2003)
Dedak Padi
Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras
dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan hasil
ikutan penumbukan padi (Parakkasi, 1995). Dedak padi sebagai bahan makanan
asal nabati, dedak memang limbah proses penggilingan padi menjadi beras. Oleh
sebab itu kandungan nutrisinya juga cukup baik, dimana kandungan protein dedak
Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan bahan makanan asal hewan yang sangat kondang
sebagai bahan makanan sumber protein dan asam-asam amino yang baik. Tepung
ikan digunakan untuk menjamin pemenuhan keseimbangan asam-asam amino
dalam formulasi pakan yang dibuat, karena 90% hingga 94% bahan makanan
pembentuk pakan berasal dari sumber nabati yang umumnya miskin akan
Methionine, lysine, Tryptopan dan Cystine. Keempat asam amino yang kurang ini
dapat ditutupi dengan tepung ikan (Parakkasi, 1995).
Ampas Tahu
Tahu banyak diproduksi di daerah Sumedang, yang mencapai 15 ton
kacang kedele per hari, sehingga menghasilkan ampas tahu kering sebanyak 4 ton
per hari (Kopti DT II Sumedang, 1999). Ampas tahu merupakan hasil ikutan dari
proses pembuatan tahu, yang diperoleh dari residu pendidihan bubur kedele yang
memiliki daya tahan tidak lebih dari 24 jam dalam ruangan terbuka. Kandungan
protein maupun zat nutrisi lainnya dari ampas tahu kering cukup baik,
mengandung protein kasar 22,64%; lemak kasar 6,12%; serat kasar 22,65%; abu
2,62%; kalsium 0,04%; fosfor 0,06%; dan Gross Energi 4010 kkal/kg.
Garam Dapur
Garam dapur adalah sejeni
Bentuknya kristal putih, dihasilkan dari
tersedia secara umum adalah Sodium klorida. Garam sangat diperlukan tubuh,
Garam juga merupakan unsur yang sangat dibutuhkan dalam kelancaran faali
tubuh (Sumopraswoto, 1993).
Pada umumnya bahan makanan yang digunakan untuk ternak tidak cukup
mengandung Na dan Cl untuk memenuhi kebutuhan produksi optimum (termasuk
unggas). Hampir semua bahan makanan nabati (termasuk khususnya hijauan
tropis) mengandung Na dan Cl relatif lebih kecil dibanding bahan makanan
hewani. Oleh karena itu bahan makanan ruminan (terutama hijauan) harus
ditambahkan suplemen Na dan Cl dalam bentuk garam dapur, pemberian tersebut
dapat dilakukan secara ad libitum (Parakkasi, 1995).
Urea
Urea bila diberikan kepada ruminansia akan melengkapi sebagian dari
protein hewan yang dibutuhkan, karena urea tersebut disintesa menjadi protein
oleh mikroorganisme dalam rumen. Untuk hal tersebut diperlukan sumber energi
seperti jagung atau molases (Anggorodi, 1979). Parakkasi (1995) menyatakan
bahwa disamping dapat menguntungkan, urea dapat pula merugikan karena dapat
menyebabkan keracunan (minimal tidak bermanfaat) bila penggunaannya tidak
semestinya.
Ultra Mineral
Parakkasi (1995) menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan mineral,
dapat diusahakan bila ruminan bersangkutan dapat mengkonsumsi hijauan yang
cukup. Hijauan tropis umumnya mengandung (relatif) kurang mineral (terutama di
musim kemarau) maka umumnya ruminan di daerah tropis cenderung defisiensi
Diantaranya adalah bangsa ternak, umur, jenis kelamin, pertumbuhan, kesuburan
berkembang biak, laktasi, iklim, pakan, kandungan mineral tanah, keseimbangan
hormonal dan kegiatan fali di dalam tubuh (Sumopraswoto, 1993).
Konsumsi Pakan
Tingkat konsumsi adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak, bila
pakan tersebut diberi secara ad libitum. Kesehatan ternak juga sangat berpengaruh
terhadap konsumsi pakan. Ternak yang sakit, walaupun gejala penyakitnya belum
jelas, nafsu makannya turun dan cenderung malas berjalan ketempat pakan
maupun minum. Pada keadaan suhu lingkungan lebih tinggi dari yang dibutuhkan,
nafsu makan akan menurun dan konsumsi air minum meningkat. Akibatnya,
otot - otot daging lambat membesar dan daya tahan tubuh pun menurun
(Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000).
Tingkat konsumsi (Voluntary feed Intake) adalah jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad libitum.
Dalam mengkonsumsi pakan ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu tingkat
energi, keseimbangan asam amino, tingkat kehalusan pakan, aktivitas ternak,
bobot badan, kecepatan pertumbuhan dan suhu lingkungan. Tingkat perbedaan
konsumsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot
badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Makanan
yang berkualitas baik tingkat konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan
makanan yang berkualitas rendah sehingga bila kualitas pakan relatif sama maka
tingkat konsumsinya juga tidak berbeda (Parakkasi, 1995). Selanjutnya,
Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel
meliputi palatabilitas, jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia serta
kualitas bahan pakan. Parakkasi (1995) menyatakan ketersediaan zat makanan
yang dibutuhkan oleh mikroba rumen untuk menjalankan fungsi yang normal
harus mendapatkan perhatian khusus misalnya pertambahan suplai sumber N pada
bahan makanan yang rendah proteinnya akan meningkatkan konsumsi dari bahan
pakan tersebut.
Pertambahan Bobot Badan
Pengurangan pakan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila
pengurangan pakan yang signifikan akan menyebabkan ternak kehilangan berat
badannya (Tillman dkk., 1991). Laju pertumbuhan dipengaruhi oleh umur,
lingkungan dan genetik dimana bobot tubuh awal fase penggemukan berhubungan
dengan bobot badan dewasa (Tomaszewska dkk., 1993). Tingkat pertambahan
bobot badan yang tinggi dapat dicapai jika ternak tersebut memiliki potensi
genetik yang baik dan ditunjang oleh kondisi lingkungan dan pakan yang
menunjang munculnya potensi genetik tersebut. Perbedaan spesies akan
mempengaruhi strategi pemanfaatan hijauan terutama ketika ketersediaan dan
sebaran sumberdaya pakan yang melimpah. Sebagai contoh pada kambing dan
camelids akan mempertahankan kecernaan pakan dengan mengorbankan asupan
pakan, sedangkan pada rusa merah akan mempertahankan asupan pakan.
Bobot tubuh ternak senantiasa berbanding lurus dengan konsumsi pakan,
makin tinggi bobot tubuhnya, makin tinggi pula tingkat konsumsinya terhadap
pakan. Bobot tubuh ternak dapat diketahui dengan penimbangan
banyaknya konsumsi pakan dan terutama energi yang diperoleh. Energi
merupakan perintis pada produksi ternak dan hal tersebut terjadi secara alami.
Variasi energi yang disuplai pada ternak akan digambarkan pada laju
pertumbuhan (McDonald dkk., 1995). Untuk mendapatkan pertambahan bobot
badan maksimal maka sangat perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas pakan.
Pakan tersebut harus mengandung zat makanan dalam keadaan cukup dan
seimbang sehingga dapat menunjang pertumbuhan maksimal (Yamin, 2002).
Suharno dan Nazaruddin (1994), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan
dipengaruhi oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis ternak dan gizi yang ada
dalam pakan.
Konversi Pakan
Konversi pakan adalah perbandingan jumlah yang dikonsumsi pada waktu
tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan) dalam kurun
waktu yang sama. Konversi pakan adalah indikator teknis yang dapat
menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah angka
konversi pakan berarti semakin efisien (Anggorodi, 1984). Konversi pakan adalah
perbandingan antara jumlah yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan
produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan) dalam kurun waktu yang
sama. Konversi pakan adalah inidikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat
efisiensi penggunaan pakan. Semakin rendah angka konversi pakan berarti
semakin baik (Anggorodi,1979). Konversi pakan khususnya pada ternak
ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, besarnya pertambahan bobot badan
Faktor yang mempengaruhi konversi pakan yaitu lingkungan (suhu, penyakit,
pakan dan minuman), kemampuan genetik, nilai gizi dan tingkat energi pakan.
Konversi pakan diukur dari jumlah bahan kering yang dikonsumsi dibagi dengan
unit pertambahan bobot badan persatuan waktu. Konversi pakan khususnya pada
ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, pertambahan bobot badan dan
nilai kecernaan (Martawidjaya dkk., 1999). Angka konversi ransum menunjukkan
tingkat penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin kecil maka
penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Chairudin P Lubis (CPL) Desa
Simalingkar Kelurahan Kuala Bekala, Medan. Penelitian berlangsung selama 4
bulan yang dimulai dari Januari sampai April 2010.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Adapun sapi bali betina yang digunakan sebanyak 12 ekor dengan kisaran
bobot badan antara 130 – 167 kg. Bahan pakan terdiri dari hijauan (rumput
lapangan), molasses, bungkil kelapa, tepung ikan, ampas tahu, ultra mineral dan
kapur.
Bahan lain yang dibutuhkan antara lain obat - obatan seperti obat cacing
Wormzol-B, Rodalon sebagai desinfektan, vitamin B kompleks, garam serta air
minum.
Alat
Kandang individu sebanyak 12 unit lengkap dengan perlengkapannya
disiapkan sebagai salah satu alat penelitian. Kandang tersebut dilengkapi dengan
tempat pakan yang berfungsi sebagai wadah pakan. Kandang juga harus
dilengkapi dengan alat penerang kandang seperti lampu. Timbangan digital iconix
FX1 kapasitas 1000 kg dengan kepekaan 1% sebagai penimbang bobot badan sapi
untuk menimbang bahan pakan. Beberapa alat lain yang digunakan antara lain
ember sebanyak 12 buah sebagai tempat minum, karung sebagai tempat pakan,
sapu lidi dan sekop sebagai alat pembersih kandang, kereta sorong sebagai alat
pengangkut bahan pakan. Pulpen dan buku untuk mencatat semua data.
Metode Penelitian
Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak
kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 4 kelompok. Perlakuan yang akan
diteliti sebagai berikut :
P0 = Hijauan (rumput lapangan) 100 %
P1 = P0 + BM A
P2 = P0 + BM B
Model linier yang digunakan untuk Rancangan Acak Kelompok (RAK) adalah :
Yij = µ + Ti + Bj +
є
ijDimana :
i = 1,2,3,…r (ulangan)
j = 1,2,3,…t (perlakuan)
Yij = Hasil pengamatan pada ulangan ke- i dan perlakuan ke- j
µ = Nilai rerata (mean) harapan
Ti = Pengaruh perlakuan ke-i
Bj = Pengaruh blok ke-j
є
ij = Pengaruh galat (experimental error)Adapun denah susunan perlakuan didalam penelitian :
P0R1 P0R2 P0R3 P0R4
P1R1 P1R2 P1R3 P1R4
P2R1 P2R2 P2R3 P2R4
Dimana :
P = Perlakuan (P0, P1 dan P2)
R = Kelompok R1 (126 – 133 kg), R2 (135 – 148 kg), R3 (149 – 161 kg) dan R4
iiiiiiiiii(163 – 179 kg)
Peubah yang Diamati
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan dihitung setiap satu hari satu malam (24) jam. Data
konsumsi pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang
diberikan pada pagi hari kemudian dikurangkan dengan penimbangan pakan sisa
yang dilakukan pada pagi esok harinya.
Konsumsi pakan = Pakan yang diberikan – Pakan sisa
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan sapi dihitung berdasarkan selisih dari penimbangan
bobot badan akhir dikurangi dengan bobot badan awal dibagi dengan jumlah
Konversi Pakan
Konversi pakan dihitung berdasarkan perbandingan jumlah pakan yang
dikonsumsi (g/ekor/hari) dengan pertambahan bobot badan (g/ekor/hari)
Konversi Pakan = Konsumsi Pakan PBB
Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Kandang
Kandang terdiri atas 12 unit dengan masing-masing kandang memliki ukuran
1.5 x 2 m dan tempat pakan serta tempat minum.
2. Pengacakan sapi bali.
Sapi bali yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 12 ekor, penempatan
sapi bali dengan sistem pengacakan (random). Sebelumnya dilakukan
penimbangan bobot badan awal sapi bali dengan menggunakan timbangan
digital duduk kapasitas 1000 kg.
3. Pemberian Pakan dan Minum.
Pakan yang diberikan disesuaikan dengan perlakuan. Hijauan yang diberikan
merupakan rumput lapangan yang telah dipotong kecil-kecil sebanyak 10%
bobot badan dan diberikan 2 kali sehari. Sisa rumput yang diberikan
ditimbang keesokan harinya untuk mengetahui konsumsi ternak tersebut.
Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum. Air diganti setiap hari dan
tempatnya dicuci dengan bersih.
Pembuatan blok multinutrisi (BM) menggunakan beberapa bahan antara lain
molases, urea, bungkil inti sawit (BIS), tepung ikan, bungkil kelapa, ampas
tahu, dedak padi, kapur, garam dapur dan ultra mineral serta air. Komposisi
setiap bahan yang akan digunakan sebagai percobaan disesuaikan dengan
perlakuan yang diberikan.
Proses pembuatan dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
a. Premixing yaitu mencampur komponen bahan yang digunakan dalam
jumlah sedikit.
b. Mixing yaitu mencampur semua komponen bahan yang akan digunakan.
c. Pressing yaitu pembuatan blok dengan menggunakan cetakan.
d. Drying; yaitu pengeringan dengan cara penjemuaran.
e. Packaging yaitu pengemasan dengan menggunakan goni plastik.
5. Pemberian blok multinutrisi (BM)
Blok multinutrisi (BM) diberikan secara ad libitum yaitu dengan cara
meletakkannya pada wadah yang mudah dijangkau ternak.
Tabel 5. Susunan blok multinutrisi (BM)
Bahan Pakan Komposisi (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Pakan
Pengambilan data konsumsi pakan sapi dilakukan setiap harinya, data
konsumsi pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang
diberikan pada pagi hari kemudian dikurangkan dengan penimbangan pakan sisa
yang dilakukan pada pagi esok harinya. Data hasil pengamatan terhadap rataan
konsumsi pakan dalam bahan kering sapi disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan konsumsi pakan sapi minggu I - IV (g/ekor/hari) (BK)
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4
P0 5480.72 5280.00 5314.74 5464.31 5384.94
P1 5388.99 5709.37 5629.27 5530.84 5564.62
P2 5740.92 5655.04 5620.00* 5479.89 5623.96
Keterangan : * = Missing data (P23)
Tabel 7. Rataan konsumsi pakan sapi minggu I - II (g/ekor/hari) (BK)
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4
P0 5501.47 5276.62 5262.15 5441.64 5370.47
P1 5405.39 5720.95 5735.42 5470.05 5582.95
P2 5687.37 5695.09 5656.00* 5497.26 5633.93
Keterangan : * = Missing data (P23)
Tabel 8. Rataan konsumsi pakan sapi minggu II - IV (g/ekor/hari) (BK)
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4
P0 5459.97 5283.38 5367.33 5486.99 5399.42
P1 5372.58 5697.79 5523.12 5591.64 5546.28
P2 5794.48 5614.99 5587.17* 5462.52 5614.79
Keterangan : * = Missing data (P23)
Tebel 6 memperlihatkan bahwa rataan konsumsi pakan sapi dalam bahan
kering tertinggi ditunjukan oleh perlakuan P2 (suplementasi blok multinutrisi B).
sampai II (tabel 7) yaitu 5633.93 g/ekor/hari, namun juga terlihat pada minggu II
sampai IV (5614.79 g/ekor/hari) seperti yang tersaji pada tabel 8. Sedangkan
rataan konsumsi pakan terendah diperoleh dari perlakuan P0 (tanpa suplemenatsi
blok multinutrisi). Tingkat konsumsi pakan sapi yang hanya diberi hijauan selama
penelitian hanya sebesar 5384.94 g/ekor/hari.
Hasil sidik ragam perlakuan terhadap konsumsi pakan sapi (Lampiran 7)
menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi (BM) memberikan pengaruh
yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi pakan sapi per ekor per harinya.
Tingkat konsumsi pakan dari perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik konsumsi pakan sapi bali dari ketiga perlakuan
Pada minggu I sampai II tingkat konsumsi pakan sapi yang hanya diberi
hijauan (P0) lebih rendah 3.81% dari pakan perlakuan P1 dan lebih rendah 4.68%
dari perlakuan P2. Hasil yang sama juga ditunjukan pada minggu II sampai IV, =P0
=P1
dibandingkan dengan sapi yang mendapatkan blok multinutrisi. Perbedaan
konsumsi pakan ini berlaku pada minggu I sampai minggu IV. Namun demikian,
dilihat secara konsumsi pakan sapi dari ketiga perlakuan tidak berbeda nyata,
terlihat pada rata – rata konsumsi pakan per ekor per hari seperti pada Gambar 1.
Perbedaan konsumsi pakan ini menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi
(BM) dapat meningkatkan konsumsi pakan sapi. Kandungan bahan kering blok
multinutrisi yang lebih tinggi dari kandungan bahan kering hijauan berpengaruh
terhadap tingkat konsumsi pakan sapi yang semakin baik. Kebutuhan bahan
kering sapi yang tidak terpenuhi sepenuhnya dari hijauan dapat tercukupi dari
kandungan bahan kering blok multinutrisi yang ditambahkan dalam pakan sapi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman dkk. (1991) yang menyatakan bahwa
fungsi bahan kering pakan antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang
dinding saluran pencernaan dan menguatkan pembentukan enzim, apabila ternak
kekurangan BK menyebabkan ternak merasa tidak kenyang.
Pertambahan Bobot Badan
Pengambilan data pertambahan bobot badan sapi dilakukan pada minggu
II dan IV. Data hasil pengamatan pertambahan bobot badan sapi dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu I - IV (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4
P0 233.33 233.33 200.00 300.00 241.67
P1 333.33 300.00 200.00 166.67 250.00
P2 400.00 233.33 216.67* 200.00 262.50
Tabel 10. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu I - II (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4
P0 133.33 200.00 133.33 333.33 200.00
P1 266.67 266.67 200.00 266.67 250.00
P2 333.33 333.33 211.11* 200.00 269.44
Keterangan : * = Missing data (P23)
Tabel 11. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu II – IV (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4
P0 333.33 266.67 266.67 266.67 283.33
P1 400.00 333.33 200.00 66.67 250.00
P2 466.67 133.33 222.22* 200.00 255.56
Keterangan : * = Missing data (P23)
Berdasarkan hasil pertambahan bobot badan sapi dari Tabel 10 dapat
terlihat jelas bahwa pada minggu I sampai II, perlakuan P2 memberikan hasil
rataan pertambahan bobot badan tertinggi sebesar 269.44 g/ekor/hari dan hasil
rataan pertambahan bobot badan terendah diperoleh dari perlakuan P0 sebesar
200.00 g/ekor/hari. Namun pada minggu II – IV (tabel 11), pertambahan bobot
badan pada perlakuan P0 (283.33 g/ekor/hari) lebih tinggi dari perlakuan P1`
(250.00 g/ekor/hari) dan P2 (255.56 g/ekor/hari). Jika dilihat secara keseluruhan
yakni dari minggu I sampai IV (tabel 9), pertambahan bobot badan yang
dihasilkan oleh perlakuan P0 (241.67 g/ekor/hari) lebih rendah dari perlakuan P1
(250.00 g/ekor/hari) dan P2 (262.50 g/ekor/hari). Hal ini menunjukan bahwa
suplementasi blok multinutrisi (BM) dalam pakan mampu meningkatkan kualitas
dan kuantitas pakan sapi.
Analisis keragaman pertambahan bobot badan sapi (Lampiran 11)
terhadap pertambahan bobot badan sapi. Rataan pertambahan bobot badan sapi
dari ketiga perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pertambahan bobot badan sapi bali dari ketiga perlakuan
Berdasarkan Gambar 2 menunjukan bahwa pertambahan bobot badan sapi
dari minggu I sampai II pada perlakuan P1 dan P2 lebih tinggi dari perlakuan P0.
Sekalipun pertambahan bobot badan pada perlakuan P0 lebih tinggi pada minggu
II sampai IV, namun secara keseluruhan pertambahan bobot badan P0 masih lebih
rendah dari perlakuan P1 dan P2. Kualitas pakan dengan kandungan nutrisi yang
lengkap pada pakan perlakuan P1 dan P2 memberikan tingkat pertumbuhan yang
lebih maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Yamin (2002) yang menyatakan
bahwa untuk mendapatkan pertambahan bobot badan maksimal maka sangat perlu
diperhatikan kualitas dan kuantitas pakan. Pakan tersebut harus mengandung zat =P0
=P1
makanan dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat menunjang
pertumbuhan maksimal. Suharno danNazaruddin (1994) juga menyatakan bahwa
pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis
ternak dan gizi yang ada dalam pakan.
Konversi Pakan
Konversi pakan adalah perbandingan jumlah yang dikonsumsi pada waktu
tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan) dalam kurun
waktu yang sama. Konversi pakan adalah indikator teknis yang dapat
menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah angka
konversi pakan berarti semakin efisien. Rataan konversi pakan sapi dari ketiga
perlakuan disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Rataan konversi pakan selama penelitian
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4
P0 23.49 22.63 26.57 18.21 22.73
P1 16.17 19.03 28.15 33.19 24.13
P2 14.35 24.24 25.94* 27.40 22.98
Keterangan : * = Missing data (P23)
Tabel 13. Rataan konversi pakan minggu I - II
Perlakuan Ulangan Rataan
Tabel 14. Rataan konversi pakan minggu II - IV
Berdasarkan Tabel 13 diatas dapat dilihat bahwa rataan konversi pakan
terendah pada minggu I sampai II terdapat pada perlakuan P2 sebesar 22.11 dan
rataan konversi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P0 sebesar 30.86. Nilai
konversi pakan pada perlakuan P0 mulai membaik pada minggu II sampai IV
(tabel 14). Dan jika dilihat secara keseluruhan dari minggu I sampai minggu IV
(tabel 12), perlakuan P0 (22.73) menunjukan nilai konversi pakan terbaik
dibandingkan dengan perlakuan P1 (24.13) dan P2 (22.98).
Analisis keragaman perlakuan terhadap konversi pakan sapi (Lampiran 13)
menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi memberikan pengaruh yang
tidak berbeda nyata terhadap konversi pakan sapi. Efisiensi pemanfaatan pakan
yang baik menunjukan nilai konversi yang rendah. Seperti yang ditunjukan pada
perlakuan R0, rataan konsumsi bahan keringnya yang rendah (5384.94 g/ekor/hari)
menghasilkan pertambahan bobot yang cukup tinggi (241.67 g/ekor/hari)
sehingga memberikan nilai konversi yang baik (22.73). Hal ini sesuai dengan
pernyataan Campbell (1984) yang menyatakan bahwa angka konversi ransum
menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin
kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka
konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien.
Nilai konversi pakan sapi selama penelitian dari ketiga perlakuan dapat
Gambar 3. Konversi pakan sapi selama penelitian
Hasil yang berbeda ditunjukan oleh perlakuan P1 dan P2, tingkat konsumsi
pakan (5564.62 dan 5623.96 g/ekor/hari) dan pertambahan bobot badan sapi
(250.00 dan 262.50 g/ekor/hari) yang lebih tinggi dari perlakuan P0
(5384.94 g/ekor/hari dan 241.67 g/ekor/hari) menghasilkan nilai konversi pakan
yang buruk/tinggi. Tingginya nilai konversi pakan sapi pada perlakuan P1 dan P2
disebabkan dari pertambahan bobot badan sapi yang dihasilkan masih rendah.
Pertambahan bobot badan yang dihasilkan oleh perlakuan P1 dan P2 tidak sesuai
dengan tingkat konsumsi pakannya yang tinggi. =P0
=P1
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Hasil penelitian baik konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan
konversi pakan dari ketiga perlakuan dapat dilihat pada tabel rekapitulasi berikut.
Tabel 15. Rekapitulasi hasil penelitian
Perlakuan
Peubah yang diamati Konsumsi pakan
(g/ekor/hari)tn
Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari)tn
Konversi pakantn
P0 5384.94 241.67 22.73
P1 5564.62 250.00 24.13
P2 5623.96 262.50 22.98
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata
Berdasarkan tabel rekapitulasi dapat dilihat bahwa konsumsi pakan dan
pertambahan bobot badan tertinggi diperoleh dari perlakuan P1 (5564.62 dan
5623.96 g/ekor/hari)dan P2 (250.00 dan 262.50 g/ekor/hari) sedangkan rataan
konsumsi pakan (5384.94) dan pertambahan bobot badan (241.67 g/ekor/hari)
terendah diperoleh dari perlakuan P0. Akan tetapi, nilai konversi pakan yang
terbaik diperoleh dari perlakuan P0 sebesar 22.73. nilai konversi pakan pada
perlakuan P0 lebih baik dari nilai konversi pakan dari perlakuan P1 (24.13) dan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Suplementasi blok multinutrisi (BM) dalam pakan sapi belum memberikan
pengaruh yang optimal terhadap performans (konsumsi pakan, pertambahan bobot
badan dan konversi pakan) sapi bali betina.
Saran
Disarankan kepada penelitian selanjutnya untuk menambahkan level
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.
Belli , H. L. L. 2006. Pre and Postcalving Supplementation of Multinutrient Blocks on Lactation and Reproductive Performances of Grazing Bali Cows. Ilmu Ternak dan Veteriner 11(1) ; 6 - 14.
Campbell, W. 1984. Principles of Fermentation Tegnology. Pergaman Press, New York.
Davendra, C. 1977. Utilization of Feedingstuff From Palm Oil. P. 16. Malaysian Agricultural Research and Development Institute Serdang, Malaysia.
Davendra, C. 1997. Utilization of Feeding Stuff for Livestock in South East Asia, Malaysia Agricultural Research and Development Institute. Serdang Malaysia.
Hamdan. 2005. Integrasi Ternak Ruminansia dalam Ekosistem Pertanian. USU - Press, Medan.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Hardjosworo, P. S. dan Rukmiasih, M. S. 2000. Meningkatkan Produksi Daging. Penebar Swadaya. Jogjakarta.
Herweijer, C. H. 1947. De Ontwikkeling der Runderteelt in Zuid Celebes en de Megelijkheit tot het Stichten Van Ranch bedrijven. Hemera Zoa 56: 222.
Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta.
Kopti D.T. II Sumedang. 1999. Data Pemakaian Kacang Kedele. Laporan Tahunan.
Laboratorium Ilmu Makanan Ternak. 2000. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Martawidjaja, M., Setiadi, B., Sitorus, S. S. 1999. Pengaruh Tingkat Protein Energi Ransum terhadap Kinerja Produksi Kambing Kacang Muda, Balai Penelitian Ternak. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner.
McDonald, P., Edwards, A. R., Green Halg, J. F. D. and Morgan. 1995. Animal Nutrition. Fifth Editing, Ohn Wiley and Sons Inc, New York.
Meijer, W. Ch. P. 1962. Das Balirind A Ziemsen Verslag, Wittenberg Lutherstandt.
Pane, I. 1990. Upaya meningkatkan mutu genetik sapi Bali di P3Bali. Proc. Seminar Nasional Sapi Bali 20 – 22 September. Hlm : A42.
Pane, I. 1991. Produktivitas dan breeding sapi Bali. Proc. Seminar Nasional Sapi Bali 2 – 3 September. Hlm : 50.
Parakkasi, A. 1995. Ilmu Makanan dan Ternak Ruminan. UI Press, Jakarta.
Rangkuti, M. A. Musofie, P. Sitorus, LP. Kompiang, N. Kusumawardhani, dan A. Roejat. 1985. Pemanfaatan Daun Tebu Untuk Pakan Ternak di Jawa Timur. Semianar Pemanfaatan Limbah tebu untuk Pakan Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, 5 Maret 1985, Grati.
Seiffert, G. W. 1978. Simulated Selection for Reproductive Rate in Beef Cattle. J. Anim. Sci. 61 : 402 - 409.
Siregar, S. B. 2003. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Smith dan Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis, Universitas Indonesia, Jakarta.
Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2002. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Penggemukan Domba. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Suharno, B. dan Nazaruddin. 1994. Ternak Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta.
(http://insidewinme.blogspot.com/penggunaan BM)
Sumoprastowo. 1993. Beternak Sapi Pedaging. Bharata, Jakarta.
Tillman, A. D. H. Hartadi, S. REksohadimomodjo dan S. Prawirokusumo, 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Univeritas Gajah Mada, Yogakarta.
Tomaszewska, M. W. J. M. Mastika, A. Djaja Negara, S. Gardiner, dan T. R. Wiradarya, 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press, Surabaya.
Tomaszewska, M. W. T. D. Chaniago and I. K. Sutama. 1988. Reproduction in Relation to Animal Production in Indonesia. Institut Pertanian Bogor -Australia Project. Bogor.
Wahyono, D. E., 2000. Pengkajian Teknologi Complete Feed Pada Usaha Penggemukan Domba. Laporan Hasil Pengkajian BPTP Jawa Timur, Malang.
Widayati. E. dan Widalestari, Y. 1996. Limbah Untuk Pakan Ternak. Trubus Agrisorana, Surabaya.
Wiliamson. G dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis, Universitas Gadjah Mad, Yogyakarta.
LAMPIRAN
1. Konsumsi hijauan segar sapi selama penelitian (kg/ekor/hari)
Hari Perlakuan
Keterangan : BK Hijauan = 28.95%
3. Konsumsi blok multinutrisi segar (g/ekor/hari)
1 0,00 0,00 0,00 0,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300,00
4. Konsumsi blok multinutrisi dalam bahan kering (kg/ekor/hari) (BK)
Hari Perlakuan
P0R1 P0R2 P0R3 P0R4 P1R1 P1R2 P1R3 P1R4 P2R1 P2R2 P2R4
1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,17 0,17 0,17 0,17 0,21 0,21 0,21
2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,17 0,17 0,17 0,17 0,21 0,21 0,21
6 0,00 0,00 0,00 0,00 0,17 0,17 0,17 0,17 0,21 0,21 0,21
5. Konsumsi pakan dalam bahan kering (kg/ekor/hari) (BK)
10 4,86 5,21 5,62 6,02 5,89 5,24 6,08 5,17 5,75 5,45 5,66
6. Rataan konsumsi pakan dalam bahan kering minggu I – II (kg/ekor/hari) (BK)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
Keterangan : FK = 366853324,55
Keterangan : * = Missing data
7. Analisis keragaman konsumsi pakan minggu I - II
Kelompok 3 15783,3907 5261,1302 0,23tn 4.76 9.78
Galat 6 139308,8155 23218,1359
Total 11 311305,9034
Keterangan : KK = 2.76%
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata
8. Rataan konsumsi pakan dalam bahan kering minggu II – IV (kg/ekor/hari) (BK)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
Keterangan : FK = 365666227,11
Keterangan : * = Missing data
9. Analisis keragaman konsumsi pakan minggu II - IV
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
5% 1%
Perlakuan 2 96863,7892 48431,8946 2,18tn 5,14 10,92
Kelompok 3 4313,8545 1437,9515 0,06tn 4,76 9,78
Galat 6 133473,8632 22245,6439
Total 11 234651,5069
Keterangan : KK = 2.70%
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata
10. Rataan konsumsi pakan dalam bahan kering minggu I – IV (kg/ekor/hari) (BK)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
Keterangan : FK = 366242031,68
Keterangan : * = Missing data
11. Analisis keragaman konsumsi pakan minggu I - IV
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
5% 1%
Kelompok 3 5396,3537 1798,7846 0,09tn 4,76 9,78
Galat 6 118555,6518 19759,2753
Total 11 247866,5924
Keterangan : KK = 2.54%
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata
12. Bobot badan sapi selama penelitian (kg/ekor)
Perlakuan Bobot Badan (kg/ekor)
Awal Hari ke-15 Hari ke-30
13. Pertambahan bobot badan sapi selama penelitian (g/ekor)
Perlakuan Pertambahan bobot Badan (g/ekor/hari)
14. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu I - II (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
15. Analisis keragaman pertambahan bobot badan sapi minggu I - II
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
16. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu II - IV (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
17. Analisis keragaman pertambahan bobot badan sapi minggu II - IV
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
5% 1%
Perlakuan 2 2551,44 1275,72 0,15tn 5,14 10,92
Kelompok 3 82469,14 27489,71 3,29tn 4,76 9,78
Total 11 135144,03
Keterangan : KK = 34,76%
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata
18. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu I - IV (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
19. Analisis keragaman pertambahan bobot badan sapi minggu I - IV
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
20. Rataan konversi pakan sapi minggu I - II
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
21. Analisis keragaman konversi pakan sapi minggu I - II
22. Rataan konversi pakan sapi minggu II - IV
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
23. Analisis keragaman konversi pakan sapi minggu II - IV
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
24. Rataan konversi pakan sapi minggu I - IV
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
25. Analisis keragaman konversi pakan sapi minggu I - IV