Konsumsi Pakan
Pengambilan data konsumsi pakan sapi dilakukan setiap harinya, data konsumsi pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang diberikan pada pagi hari kemudian dikurangkan dengan penimbangan pakan sisa yang dilakukan pada pagi esok harinya. Data hasil pengamatan terhadap rataan konsumsi pakan dalam bahan kering sapi disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan konsumsi pakan sapi minggu I - IV (g/ekor/hari) (BK)
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4
P0 5480.72 5280.00 5314.74 5464.31 5384.94
P1 5388.99 5709.37 5629.27 5530.84 5564.62
P2 5740.92 5655.04 5620.00* 5479.89 5623.96
Keterangan : * = Missing data (P23)
Tabel 7. Rataan konsumsi pakan sapi minggu I - II (g/ekor/hari) (BK)
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4
P0 5501.47 5276.62 5262.15 5441.64 5370.47
P1 5405.39 5720.95 5735.42 5470.05 5582.95
P2 5687.37 5695.09 5656.00* 5497.26 5633.93
Keterangan : * = Missing data (P23)
Tabel 8. Rataan konsumsi pakan sapi minggu II - IV (g/ekor/hari) (BK)
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4
P0 5459.97 5283.38 5367.33 5486.99 5399.42
P1 5372.58 5697.79 5523.12 5591.64 5546.28
P2 5794.48 5614.99 5587.17* 5462.52 5614.79
Keterangan : * = Missing data (P23)
Tebel 6 memperlihatkan bahwa rataan konsumsi pakan sapi dalam bahan kering tertinggi ditunjukan oleh perlakuan P2 (suplementasi blok multinutrisi B). Tingginya konsumsi pakan perlakuan P2 tidak hanya terlihat pada minggu I
sampai II (tabel 7) yaitu 5633.93 g/ekor/hari, namun juga terlihat pada minggu II sampai IV (5614.79 g/ekor/hari) seperti yang tersaji pada tabel 8. Sedangkan rataan konsumsi pakan terendah diperoleh dari perlakuan P0 (tanpa suplemenatsi blok multinutrisi). Tingkat konsumsi pakan sapi yang hanya diberi hijauan selama penelitian hanya sebesar 5384.94 g/ekor/hari.
Hasil sidik ragam perlakuan terhadap konsumsi pakan sapi (Lampiran 7) menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi (BM) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi pakan sapi per ekor per harinya. Tingkat konsumsi pakan dari perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik konsumsi pakan sapi bali dari ketiga perlakuan
Pada minggu I sampai II tingkat konsumsi pakan sapi yang hanya diberi hijauan (P0) lebih rendah 3.81% dari pakan perlakuan P1 dan lebih rendah 4.68% dari perlakuan P2. Hasil yang sama juga ditunjukan pada minggu II sampai IV,
=P0 =P1 =P2
dibandingkan dengan sapi yang mendapatkan blok multinutrisi. Perbedaan konsumsi pakan ini berlaku pada minggu I sampai minggu IV. Namun demikian, dilihat secara konsumsi pakan sapi dari ketiga perlakuan tidak berbeda nyata, terlihat pada rata – rata konsumsi pakan per ekor per hari seperti pada Gambar 1. Perbedaan konsumsi pakan ini menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi (BM) dapat meningkatkan konsumsi pakan sapi. Kandungan bahan kering blok multinutrisi yang lebih tinggi dari kandungan bahan kering hijauan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pakan sapi yang semakin baik. Kebutuhan bahan kering sapi yang tidak terpenuhi sepenuhnya dari hijauan dapat tercukupi dari kandungan bahan kering blok multinutrisi yang ditambahkan dalam pakan sapi. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman dkk. (1991) yang menyatakan bahwa fungsi bahan kering pakan antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang dinding saluran pencernaan dan menguatkan pembentukan enzim, apabila ternak kekurangan BK menyebabkan ternak merasa tidak kenyang.
Pertambahan Bobot Badan
Pengambilan data pertambahan bobot badan sapi dilakukan pada minggu II dan IV. Data hasil pengamatan pertambahan bobot badan sapi dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu I - IV (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4
P0 233.33 233.33 200.00 300.00 241.67
P1 333.33 300.00 200.00 166.67 250.00
P2 400.00 233.33 216.67* 200.00 262.50
Tabel 10. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu I - II (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4
P0 133.33 200.00 133.33 333.33 200.00
P1 266.67 266.67 200.00 266.67 250.00
P2 333.33 333.33 211.11* 200.00 269.44
Keterangan : * = Missing data (P23)
Tabel 11. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu II – IV (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4
P0 333.33 266.67 266.67 266.67 283.33
P1 400.00 333.33 200.00 66.67 250.00
P2 466.67 133.33 222.22* 200.00 255.56
Keterangan : * = Missing data (P23)
Berdasarkan hasil pertambahan bobot badan sapi dari Tabel 10 dapat terlihat jelas bahwa pada minggu I sampai II, perlakuan P2 memberikan hasil rataan pertambahan bobot badan tertinggi sebesar 269.44 g/ekor/hari dan hasil rataan pertambahan bobot badan terendah diperoleh dari perlakuan P0 sebesar
200.00 g/ekor/hari. Namun pada minggu II – IV (tabel 11), pertambahan bobot badan pada perlakuan P0 (283.33 g/ekor/hari) lebih tinggi dari perlakuan P1` (250.00 g/ekor/hari) dan P2 (255.56 g/ekor/hari). Jika dilihat secara keseluruhan
yakni dari minggu I sampai IV (tabel 9), pertambahan bobot badan yang dihasilkan oleh perlakuan P0 (241.67 g/ekor/hari) lebih rendah dari perlakuan P1 (250.00 g/ekor/hari) dan P2 (262.50 g/ekor/hari). Hal ini menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi (BM) dalam pakan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas pakan sapi.
Analisis keragaman pertambahan bobot badan sapi (Lampiran 11) diperoleh hasil bahwasanya semua perlakuan memberikan hasil yang sama
terhadap pertambahan bobot badan sapi. Rataan pertambahan bobot badan sapi dari ketiga perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pertambahan bobot badan sapi bali dari ketiga perlakuan
Berdasarkan Gambar 2 menunjukan bahwa pertambahan bobot badan sapi dari minggu I sampai II pada perlakuan P1 dan P2 lebih tinggi dari perlakuan P0. Sekalipun pertambahan bobot badan pada perlakuan P0 lebih tinggi pada minggu II sampai IV, namun secara keseluruhan pertambahan bobot badan P0 masih lebih rendah dari perlakuan P1 dan P2. Kualitas pakan dengan kandungan nutrisi yang lengkap pada pakan perlakuan P1 dan P2 memberikan tingkat pertumbuhan yang lebih maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Yamin (2002) yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan pertambahan bobot badan maksimal maka sangat perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas pakan. Pakan tersebut harus mengandung zat
=P0 =P1 =P2
makanan dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat menunjang pertumbuhan maksimal. Suharno danNazaruddin (1994) juga menyatakan bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis ternak dan gizi yang ada dalam pakan.
Konversi Pakan
Konversi pakan adalah perbandingan jumlah yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan) dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan adalah indikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah angka konversi pakan berarti semakin efisien. Rataan konversi pakan sapi dari ketiga perlakuan disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Rataan konversi pakan selama penelitian
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4
P0 23.49 22.63 26.57 18.21 22.73
P1 16.17 19.03 28.15 33.19 24.13
P2 14.35 24.24 25.94* 27.40 22.98
Keterangan : * = Missing data (P23)
Tabel 13. Rataan konversi pakan minggu I - II
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4
Konversi pakan
P0 41.26 26.38 39.47 16.32 30.86
P1 20.27 21.45 28.68 20.51 22.73
P2 17.06 17.09 26.79* 27.49 22.11
Tabel 14. Rataan konversi pakan minggu II - IV Konversi pakan
P0 16.38 19.81 20.13 20.58 19.22
P1 13.43 17.09 27.62 83.87 35.50
P2 12.42 42.11 25.14* 27.31 26.75
Keterangan : * = Missing data (P23)
Berdasarkan Tabel 13 diatas dapat dilihat bahwa rataan konversi pakan terendah pada minggu I sampai II terdapat pada perlakuan P2 sebesar 22.11 dan rataan konversi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P0 sebesar 30.86. Nilai konversi pakan pada perlakuan P0 mulai membaik pada minggu II sampai IV (tabel 14). Dan jika dilihat secara keseluruhan dari minggu I sampai minggu IV (tabel 12), perlakuan P0 (22.73) menunjukan nilai konversi pakan terbaik dibandingkan dengan perlakuan P1 (24.13) dan P2 (22.98).
Analisis keragaman perlakuan terhadap konversi pakan sapi (Lampiran 13) menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konversi pakan sapi. Efisiensi pemanfaatan pakan yang baik menunjukan nilai konversi yang rendah. Seperti yang ditunjukan pada perlakuan R0, rataan konsumsi bahan keringnya yang rendah (5384.94 g/ekor/hari) menghasilkan pertambahan bobot yang cukup tinggi (241.67 g/ekor/hari) sehingga memberikan nilai konversi yang baik (22.73). Hal ini sesuai dengan pernyataan Campbell (1984) yang menyatakan bahwa angka konversi ransum menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien.
Nilai konversi pakan sapi selama penelitian dari ketiga perlakuan dapat dilihat dari Gambar 3.
Gambar 3. Konversi pakan sapi selama penelitian
Hasil yang berbeda ditunjukan oleh perlakuan P1 dan P2, tingkat konsumsi pakan (5564.62 dan 5623.96 g/ekor/hari) dan pertambahan bobot badan sapi (250.00 dan 262.50 g/ekor/hari) yang lebih tinggi dari perlakuan P0 (5384.94 g/ekor/hari dan 241.67 g/ekor/hari) menghasilkan nilai konversi pakan yang buruk/tinggi. Tingginya nilai konversi pakan sapi pada perlakuan P1 dan P2 disebabkan dari pertambahan bobot badan sapi yang dihasilkan masih rendah. Pertambahan bobot badan yang dihasilkan oleh perlakuan P1 dan P2 tidak sesuai dengan tingkat konsumsi pakannya yang tinggi.
=P0 =P1 =P2
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Hasil penelitian baik konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan dari ketiga perlakuan dapat dilihat pada tabel rekapitulasi berikut. Tabel 15. Rekapitulasi hasil penelitian
Perlakuan
Peubah yang diamati Konsumsi pakan
(g/ekor/hari)tn
Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari)tn Konversi pakantn P0 5384.94 241.67 22.73 P1 5564.62 250.00 24.13 P2 5623.96 262.50 22.98
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata
Berdasarkan tabel rekapitulasi dapat dilihat bahwa konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan tertinggi diperoleh dari perlakuan P1 (5564.62 dan 5623.96 g/ekor/hari)dan P2 (250.00 dan 262.50 g/ekor/hari) sedangkan rataan konsumsi pakan (5384.94) dan pertambahan bobot badan (241.67 g/ekor/hari) terendah diperoleh dari perlakuan P0. Akan tetapi, nilai konversi pakan yang terbaik diperoleh dari perlakuan P0 sebesar 22.73. nilai konversi pakan pada perlakuan P0 lebih baik dari nilai konversi pakan dari perlakuan P1 (24.13) dan P2 (22.98).