• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Tentang Pengelolaan Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Tentang Pengelolaan Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TENTANG PENGELOLAAN WAKAF TUNAI PADA LAZISWA MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh

EKA NOVITA SARI 100501004

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Dengan uang tunai, masyarakat tetap dapat berwakaf dalam jumlah berapapun tanpa mengurangi jumlah dananya ketika dilakukan pengelolaan. Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, Muhammadiyah membentuk satu lembaga yang didalamnya menaungi wakaf tunai yaitu LAZISWA (Lembaga Amiil Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf Tunai) Muhammadiyah Sumatera Utara. Dari lembaga tersebut, dapat diketahui bagaimana pengelolaan wakaf tunai dalam aspek kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, maupun sosial. Penelitian ini bersifat deskriptif dan termasuk jenis penelitian lapangan (field research). Metode pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara (interview) dan dokumentasi.

Pengelolaan wakaf tunai pada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara yang menjadi objek penelitian terjaga pokok wakafnya dan termasuk ke dalam wakaf produktif. Karena benar-benar diarahkan kepada aspek kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, dan sosial yang dapat menyejahterakan ummat.

Semua dana wakaf tunai dikelola dengan baik, diarahkan untuk kemaslahatan ummat dalam berbagai aspek seperti kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, dan sosial. Karena wakaf tunai ini termasuk baru di Sumatera Utara, penambahan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai tenaga ahli mumpuni dalam pengelolaan wakaf tunai perlu ditingkatkan. Serta sosialisasi secara berkelanjutan kepada masyarakat juga dapat menambah para calon pewakif yang akan mewakafkan uangnya (secara tunai).

(3)

ABSTRACT

By cash , people still can giving waqf in any amount without reducing the amount of funds. As one of the largest Islamic organization in Indonesia, particularly in North Sumatera, Muhammadiyah form one institution within which the cash waqf shade is LAZISWA (Institute Amiil Zakat, Infaq, Sadaqah and Cash Waqf) Muhammadiyah Sumatera Utara. Of the institution, it can be seen how the cash waqf management aspects of welfare, health, education, and social. This study is descriptive and includes the type of field research. Methods of data collection using interview techniques, and documentation.

Cash waqf management in North Sumatera Muhammadiyah LAZISWA the research object maintained its principal. Belong to the productive waqf. Aspects of well-being, health, education, social and ummah social welfare.

All cash waqf fund is well managed, directed for the benefit of ummah in various aspects such as welfare, health, education, and social. Because it includes a new cash waqf in North Sumatera, the addition of the Human Resources (HR) as a qualified expert in the management of cash waqf needs to be improved. And dissemination to the public on an ongoing basis can also add to the waqif candidate who will waqf their money (in cash).

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum, Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan banyak nikmat dan barokah tiada angka kepada segenap hamba, tidak terkecuali kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitiani ini dengan baik. Sholawat beriringkan salam tak lupa pula penulis tujukan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW., beserta para sahabatnya, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman terang-benderang seperti saat ini.

Skripsi ini berjudul “Studi Tentang Pengelolaan Wakaf Tunai pada

LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara”. Penulis telah banyak menerima

bimbingan, saran, motivasi, dan do‟a dari berbagai pihak selama penelitian ini

berlangsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada kedua orangtua tercinta, Bapak Sadiman dan Ibu Suparni matur nuwun awit tresno lan panggulo wenthahipun ugi nyuwun agunging samudro pangaksami awit sedoyo kalepatan kulo, mugi-mugi kulo saged dados anak sholehah. Adinda tersayang Etika Nanda Aryanti, yang selalu mengingatkan untuk menjadi kakak yang baik dan bijaksana. Sungguh, penulis berterimakasih sebesar-besarnya dan merasa sangat beruntung memiliki kalian dalam hidup penulis. Kalianlah penyemangat, penulis mencintai kalian dengan sepenuh hati penulis. Semoga Allah SWT., selalu memberikan perlindungan-Nya kepada keluarga kita. Aamiin.

(5)

1. Bapak Prof. DR. Azhar Maksum, M.Ec.Ac,Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec., selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan.

3. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan.

4. Bapak Irsyad Lubis, S.E., M.Soc. Sc. Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan dan juga selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun guna terselesaikannya skripsi ini. Dan Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Haroni Doli Hamoraon Ritonga, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan dorongan, masukan dan saran yang berguna dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Syarief Fauzie, S.E., M.Ak, Ak, selaku Dosen Penguji II yang telah kritik dan saran yang membangun guna terselesaikannya skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan berbagai ilmunya beserta staff administrasi Fakultas Ekonomi, khususnya untuk Departemen Ekonomi Pembangunan.

(6)

9. Kepada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam proses penelitian demi menyelesaikan skripsi ini.

10. Terimakasih kepada Om dan Tante yang di Jakarta maupun di Solo, yang

memberikan do‟a, semangat, dan selalu menyempatkan menghubungi

penulis „tuk sekedar menanyakan perkembangan skripsi penulis. Inilah

yang menjadi pendorong penulis untuk sesegera mungkin menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT., selalu melindungi kalian. Aamiin.

11. Terimakasih kepada Sepupu tersayang Ida Setiani, yang memberikan semangat dan menghibur penulis dalam kepenatan. Semoga Allah SWT., selalu memberikan kesehatan kepadamu dan bayimu. Aamiin. *kiss and warm hug*

12. Terimakasih kepada Sepupu tersayang yang paling cantik Bella Safitri, yang selalu menanyakan kabar penulis, dia sangat tahu waktu yang tepat untuk menghibur penulis dengan mengirim voicenote kata-kata lucu dan polosnya. 13. Terimakasih kepada Sahabat kecil penulis yang baik hatinya Intan Purnama

Sari, yang telah bersedia menerima penulis menjadi temannya dari SD hingga sekarang, semoga sampai tua. Aamiin.

(7)

15. Terimakasih kepada Sahabat sejati penulis Karina Pinem, yang telah menerima penulis menjadi temannya hingga saat ini. Yang telah meluangkan waktunya memeriksa skripsi penulis, yang selalu memberikan masukkan agar skripsi ini menjadi baik. Yang selalu menemani penulis ketika merasa penat, dan bersedia mendengarkan keluh kesah penulis.

Terimaksih do‟a dan semangatnya, Karina. Semoga Allah SWT., selalu

memberkahi pertemanan kita. Aamiin.

16. Terimakasih kepada Sahabat sejati penulis Fajarhari Nugroho, A.Md., yang selalu memantau perkembangan skripsi penulis melalui update status di Facebook dan selalu menanyakan via SMS mengenai kesulitan-kesulitan yang penulis hadapi #hehe terimakasih sudah menerima penulis apa adanya, Fajar. Semoga Allah SWT., selalu memberkahi pertemanan kita. Aamiin. 17. Terimakasih kepada sahabat sejati penulis Putra Andika, A.MKG., dan

Muhammad Yusuf Harahap, terimakasih telah menerima penulis menjadi teman hingga saat ini. Terimakasih telah memberikan kebahagiaan, keceriaan dan cerita lucu setiap kali bertemu. Semoga Allah SWT., selalu memberkahi pertemanan kita. Aamiin.

18. Terimakasih kepada teman seperjuangan di Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara, Jurusan Ekonomi Pembangunan ‟10 beserta teman-teman

konsentrasi Syari‟ah, terimakasih sudah menjadi teman penulis yang luar

(8)

19. Terimakasih kepada adik-adik di Hijabers USU, yang selalu memberikan kebahagiaan, keceriaan, dan semangatnya untuk penulis. Semoga kita selalu dalam ikatan ukhuwah yang erat. Aamiin.

20. Terimakasih kepada teman-teman di Klub Buku Medan, yang menerima penulis apa adanya, selalu memberikan kebahagiaan, keceriaan, dan semangatnya untuk penulis. Semoga kita semakin solid. Aamiin.

Akhir kata penulis mengharapakan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Wassalamu‟alaikum, Wr. Wb.

Medan, Maret 2014 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Wakaf Secara Umum ... 9

2.1.1. Dasar Hukum Wakaf ... 11

2.1.2. Rukun Wakaf ... 13

2.1.3. Syarat Wakaf ... 13

2.2. Wakaf Tunai ... 14

2.2.1. Pengertian ... 14

2.2.2. Dasar Hukum Wakaf Tunai ... 16

2.2.3. Macam-macam Wakaf Tunai ... 19

2.3. Manajemen Pengelolaan Wakaf Tunai ... 20

2.4. Penelitian Terdahulu ... 23

2.5. Kerangka Konseptual ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Jenis Penelitian ... 27

3.2. Lokasi Penelitian ... 27

3.3. Batasan Operasional ... 27

3.4. Definisi Operasional ... 28

3.5. Jenis Data ... 28

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 30

4.2. Sejarah Organisasi Muhammadiyah ... 32

4.3. Sejarah Singkat LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara ... 38

(10)

4.3.2. Program Kerja pada LAZISWA Muhammadiyah

Sumatera Utara ... 40

4.4. Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara ... 41

4.4.1. Jenis-jenis Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara ... 42

4.4.2. Cara Berwakaf Tunai ... 43

4.4.3. Pengelolaan Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara ... 45

4.4.4. Kendala dan Tantangan yang Dihadapi LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1. Kesimpulan ... 52

5.2. Saran ... 53

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1. Jumlah Kecamatan, Kelurahan dan Jumlah Penduduk di Kota Medan Tahun 2012 ... 31 4.2. Penghimpunan Dana pada ZISWA (LAZISWA Muhammadiyah

Sumatera Utara) Tahun 2010 ... 45 4.3. Penghimpunan Dana pada ZISWA (LAZISWA Muhammadiyah

Sumatera Utara) Tahun 2011 ... 46 4.4. Penghimpunan Dana pada ZISWA (LAZISWA Muhammadiyah

Sumatera Utara) Tahun 2012 ... 46 4.5. Penghimpunan Dana pada ZISWA (LAZISWA Muhammadiyah

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual Pengelolaan Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara ... 26 4.1. Struktur LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara ... 39 4.2. Cara Menyetorkan Wakaf Tunai Melalui Bank Muamalat Secara

Tunai ... 44 4.3. Contoh Kupon Wakaf Tunai Rp. 5.000,- pada LAZISWA

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

(14)

ABSTRAK

Dengan uang tunai, masyarakat tetap dapat berwakaf dalam jumlah berapapun tanpa mengurangi jumlah dananya ketika dilakukan pengelolaan. Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, Muhammadiyah membentuk satu lembaga yang didalamnya menaungi wakaf tunai yaitu LAZISWA (Lembaga Amiil Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf Tunai) Muhammadiyah Sumatera Utara. Dari lembaga tersebut, dapat diketahui bagaimana pengelolaan wakaf tunai dalam aspek kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, maupun sosial. Penelitian ini bersifat deskriptif dan termasuk jenis penelitian lapangan (field research). Metode pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara (interview) dan dokumentasi.

Pengelolaan wakaf tunai pada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara yang menjadi objek penelitian terjaga pokok wakafnya dan termasuk ke dalam wakaf produktif. Karena benar-benar diarahkan kepada aspek kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, dan sosial yang dapat menyejahterakan ummat.

Semua dana wakaf tunai dikelola dengan baik, diarahkan untuk kemaslahatan ummat dalam berbagai aspek seperti kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, dan sosial. Karena wakaf tunai ini termasuk baru di Sumatera Utara, penambahan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai tenaga ahli mumpuni dalam pengelolaan wakaf tunai perlu ditingkatkan. Serta sosialisasi secara berkelanjutan kepada masyarakat juga dapat menambah para calon pewakif yang akan mewakafkan uangnya (secara tunai).

(15)

ABSTRACT

By cash , people still can giving waqf in any amount without reducing the amount of funds. As one of the largest Islamic organization in Indonesia, particularly in North Sumatera, Muhammadiyah form one institution within which the cash waqf shade is LAZISWA (Institute Amiil Zakat, Infaq, Sadaqah and Cash Waqf) Muhammadiyah Sumatera Utara. Of the institution, it can be seen how the cash waqf management aspects of welfare, health, education, and social. This study is descriptive and includes the type of field research. Methods of data collection using interview techniques, and documentation.

Cash waqf management in North Sumatera Muhammadiyah LAZISWA the research object maintained its principal. Belong to the productive waqf. Aspects of well-being, health, education, social and ummah social welfare.

All cash waqf fund is well managed, directed for the benefit of ummah in various aspects such as welfare, health, education, and social. Because it includes a new cash waqf in North Sumatera, the addition of the Human Resources (HR) as a qualified expert in the management of cash waqf needs to be improved. And dissemination to the public on an ongoing basis can also add to the waqif candidate who will waqf their money (in cash).

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Wakaf merupakan bentuk muamalah maliyah (harta-benda) yang sangat lama dan sudah dikenal oleh masyarakat sejak dahulu kala. Hal ini tidak lain karena Allah SWT., menciptakan manusia untuk mencintai kebaikan dan melakukannya sejak ia dilahirkan hingga hidup di tengah-tengah masyarakat. Demikian juga Allah SWT., telah menciptakan dua sifat yang berlawanan dalam diri manusia agar mereka mencintai yang lain, bekerjasama dan berkorban untuk mereka, tanpa harus menghilangkan kecintaan pada dirinya sendiri (Mundzir Qahaf, 2005: xvii).

Sebelum datangnya Islam, masyarakat telah mempraktekan sejenis wakaf salah satunya seperti praktek sosial, diantaranya adalah dengan cara memberikan harta yang mereka miliki kemudian dikelola guna kepentingan umum. Selama beberapa abad sebelumnya, gereja, sinagoge, dan bentuk bangunan tempat ibadah lainnya didirikan dan diperuntukkan bagi tempat ibadah mereka. Bahkan, para penguasa Mesir kuno telah menetapkan tanah untuk dimanfaatkan oleh para agamawan dari agama mereka.

Pemahaman tentang wakaf pada awal Islam, sedikit demi sedikit mulai berkembang dan telah mencakup beberapa benda, seperti tanah dan perkebunan yang hasilnya dimanfaatkan untuk kepentingan tempat peribadatan dan kegiatan

keagamaan, serta diberikan kepada fakir miskin. Ka‟bah adalah salah satu tempat

(17)

Setelah datangnya risalah kenabian Muhammad SAW., yang menyebarkan agama Islam di kalangan masyarakat muslim atau sekarang sering disebut negara Timur Tengah, menjadikan pula perkembangan wakaf ini yang paling menonjol. Selain itu, wakaf Islam banyak tumbuh dan berkembang di zaman para sahabat, khususnya setelah pembebasan kawasan Arab, seperti wakaf tanah dan perkebunan yang banyak tersebar di Madinah, Mekkah, Khaibar, Syam, Iraq, Mesir dan negara Arab lainnya. Sejak saat itu wakaf berkembang sangat pesat dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Abbasiah, dimana masyarakatnya banyak kaya dan berlimpah harta.

Pada masa berikutnya, wakaf juga telah mencapai puncaknya yang ditandai dengan jumlah wakaf yang meningkat mencapai sepertiga tanah pertanian yang ada di berbagai negara-negara Islam, seperti di Mesir, Syam, Turki, Andalusia dan Maroko. Perkembangan dan penyebaran wakaf terus berlanjut hingga penjajahan oleh bangsa Eropa terhadap Arab dan ekspansi militer secara besar-besaran. Namun, pengelolaan wakaf tidak berhenti, sekalipun penjajahan tersebut telah mengakibatkan masyarakat muslim menjadi tertinggal.

Selanjutnya, kita semestinya menyadari betapa sejarah kita menunjukkan

kedahsyatan syari‟at wakaf. Ketika negara-negara Islam di Timur Tengah tengah

menyadari kegagalan sistem pengembangan ekonomi dan kemasyarakatan berbasis sistem kapitalis Barat, bangsa Arab mulai menyadari betapa pentingya

syari‟at wakaf dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan rakyatnya. Namun,

(18)

Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi, wakaf dalam bentuk tanah telah ada dan berlaku dalam masyarakat Indonesia berdasarkan hukum Islam dan hukum adat, meski belum ada peraturan dan perundangan tertulis yang mengaturnya. Adapun benda yang di wakafkan pada saat itu umumnya adalah benda-benda yang tidak bergerak (seperti: tanah) dan status wujudnya akan terus ada hingga akhir zaman.

Di zaman modern seperti sekarang ini, kebutuhan masyarakat sangat besar dan membutuhkan pembiayaan secara tunai untuk meningkatkan kesejahteraan. Berdasarkan prinsip wakaf tersebut dibuatlah inovasi produk wakaf yaitu wakaf tunai, yakni wakaf yang tidak hanya berupa properti tetapi wakaf dengan dana (uang) secara tunai. Usaha untuk merevitalisasi unsur wakaf agar dapat memberikan berbagai macam manfaat ekonomi memerlukan terobosan pemikiran tentang konsep tersebut sesuai dengan perkembangan yang ada tetapi tidak

meninggalkan unsur syari‟ah.

Gagasan wakaf uang yang dipopulerkan kembali melalui pembentukan Social Investment Bank Limited (SIBL) di Bangladesh yang dikemas dalam mekanisme instrument cash waqf certificate telah memberikan kombinasi alternatif solusi mengatasi krisis kesejahteraan (Suhrawardi K Lubis, 2010: 110).

Adapun tujuan dari produk Sertifikat Wakaf Tunai adalah untuk:

1. Penggalangan tabungan sosial dan mentransformasikan tabungan sosial menjadi modal sosial serta membantu mengembangkan pasar modal sosial;

(19)

3. Menyisihkan sebagian keuntungan dari sumber daya orang kaya (berkecukupan) mengenai tanggung jawab sosial mereka terhadap masyarakat sekitarnya;

4. Menciptakan integrasi antara keamanan sosial dan kedamaian sosial serta meningkatkan kesejahteraan ummat.

Oleh karena itu, model wakaf tunai dianggap tepat memberikan jawaban yang menjanjikan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan membantu mengatasi krisis ekonomi di tengah kegalauan policy pemberian intensif tax holiday untuk merangsang masuknya modal asing. Selain itu juga mempunyai potensi besar untuk menjadi sumber pendanaan abadi guna mengelakkan bangsa dari para jerat utang dan bergantung kepada luar negeri.

Melihat banyaknya keinginan masyarakat untuk mewakafkan harta benda yang mereka miliki serta dikhususkan untuk kepentingan umum, menarik perhatian negara untuk mengatur dan mengelolanya. Dengan sistem pengelolaan wakaf yang baik dan efektif, akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya, strategi pengeloaan wakaf yang baik perlu diciptakan demi mencapai tujuan diadakannya wakaf. Namun, pola manajemen dan sistem administrasi harta wakaf produktif di Indonesia masih sedikit dan ketinggalan dibandingkan dengan negara lain. Begitupun studi perwakafan di tanah air kita yang masih terfokus pada segi hukum fiqih (mu‟amalah) dan belum menyentuh mengenai pengelolaan perwakafan.

(20)

wakaf seperti ini. Selain itu, sosialisasi dari pemerintah mengenai wakaf tunai ini dinilai kurang optimal. Sehingga, pemahaman masyarakat mengenai wakaf tunai itu sendiri masih minim. Hal tersebut tentulah menjadi hambatan dalam penghimpunan wakaf tunai.

Seiring dengan ciri-ciri fikih Islam yang bersifat fleksibel dan mampu menyesuaikan dengan perubahan zaman, wakaf kinipun menjadi sesuatu yang fleksibel dan selalu relevan dengan perkembangan zaman. Wakaf tidak lagi terbatas hanya dalam bentuk sebidang tanah ataupun bangunan. Kini kita mengenal wakaf tunai berupa nominal uang (wakaf al-nuqud), yang sudah dikembangkan di berbagai negara termasuk Indonesia.

Dengan uang tunai, masyarakat tetap dapat berwakaf dalam jumlah berapapun tanpa mengurangi jumlah dananya ketika dilakukan pengelolaan. Selanjutnya, hasil dari wakaf tunai ini akan diberikan untuk kemanfaatan dan sesuai dengan maksud serta niat orang yang berwakaf. Hambatan lainnya adalah kurangnya dukungan dari Lembaga Amiil Zakat (LAZ) yang ditunjukkan dengan belum banyaknya LAZ yang melakukan penghimpunan wakaf tunai.

(21)

Wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga keungan Syari‟ah yang ditunjuk oleh Menteri (Pasal 28 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004). Namun pada era ini beberapa Lembaga Amiil Zakat di Indonesia telah ada yang mulai melakukan penghimpunan wakaf tunai.

Di Indonesia, sudah ada beberapa lembaga yang telah merealisasikan wakaf uang. Dompet Dhuafa yang mempunyai misi kemanusiaan membantu golongan dhuafa melalui zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf mendirikan Tabungan Wakaf sebagai lembaga pengelola wakaf tunainya. Baitul Mal Muamalat dengan Wakaf Tunai Muamalat (Waqtumu), dll.

Selain perorangan, keterlibatan suatu organisasi atau badan hukum dalam pengelolaan dan optimalisasi wakaf tunai telah banyak pula dilakukan. Apalagi pada era modern sekarang ini, dalam persaingan ekonomi yang tinggi menuntut semua orang untuk berlaku kreatif dan inovatif dalam rangka tujuan yang diinginkannya, tidak terkecuali dalam pengelolaan wakaf tunai itu sendiri.

Tidak sedikit praktek pengelolaan wakaf tunai di masyarakat yang pengurusannya di lakukan oleh suatu organisasi keagamaan. Di kota Medan sendiri, telah ada beberapa lembaga amiil zakat yang mulai menghimpun wakaf tunai secara aktif, salah satunya adalah Lembaga Amiil Zakat, Infaq, Shadaqah & Wakaf (LAZISWA) Muhammadiyah Sumatera Utara. Dengan adanya LAZISWA Muhammadiyah tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusinya berupa kesejahteraan bagi masyarakat luas, khususnya yang ada di kota Medan.

(22)

maupun kesehatan. Itu semua memang di arahkan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan kajian tersebut, maka penulis melakukan suatu penelitian melalui penulisan skripsi yang berjudul: “Studi Tentang Pengelolaan Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara”

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan paparan dari latar belakang di atas serta untuk memperjelas objek penelitian, maka penulis membatasi dan merumuskan pokok masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengelolaan Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah di kota Medan dalam aspek kesejahteraan?

2. Bagaimana pengelolaan Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah di kota Medan dalam aspek kesehatan?

3. Bagaimana pengelolaan Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah di kota Medan dalam aspek pendidikan?

4. Bagaimana pengelolaan Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah di kota Medan dalam aspek sosial?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini ada tujuan yang penulis maksudkan adalah untuk menjelaskan:

(23)

2. Pengelolaan Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah di kota Medan dalam aspek kesehatan.

3. Pengelolaan Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah di kota Medan dalam aspek pendidikan.

4. Pengelolaan Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah di kota Medan dalam aspek sosial.

1.4Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan ilmiah, yaitu diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai perwakafan bagi ilmu pengetahuan.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan wakaf tunai di kota Medan serta memberikan gambaran tentang pengelolaan wakaf tunai pada Lembaga Amiil Zakat, Infaq, Shadaqah & Wakaf (LAZISWA) Muhammadiyah di kota Medan khususnya.

3. Dapat menjadi referensi dan pedoman bagi penelitian-penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan wakaf tunai.

4. Sebagai proses pembelajaran dan menambah wawasan serta ilmu

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wakaf Secara Umum

Menurut Imam Ghazali, tujuan syariat adalah memelihara kesejahteraan manusia yang mencakup perlindungan keimanan, kehidupan, akal, keturunan, dan harta benda mereka. Apa saja yang menjamin terlindungnya lima perkara ini adalah maslahat bagi manusia dan yang dikehendaki Allah SWT. (M. Umer Chapra, 2000: 1).

Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi Islam sebagai suatu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan

alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas di dalam kerangka syari‟ah Islam.

Dengan fitrahnya, ekonomi Islam merupakan satu sistem yang dapat mewujudkan keadilan ekonomi bagi seluruh umat (Veithzal Rivai & Andi Buchari, 2009: 1-2). Berdasarkan QS. Ar-Ra‟d (13) ayat 11, yang terjemahannya sebagai

berikut: “…Allah sesungguhnya tidak mengubah keadaan suatu kaum

(masyarakat) sampai mereka mengubah (terlebih dahulu) apa yang ada pada diri

mereka (sikap mental mereka).”

(25)

Menurut Rachmat Djatnika (1984), bagi pemilik harta benda ada kewajiban untuk membelanjakan menurut petunjuk Allah, yaitu nafkah keluarga, zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf (Imam Suhadi, 2002: 7). Adapun pengertian wakaf adalah ibadah atau pengabdian kepada Allah SWT., yang bermotif rasa cinta kasih kepada sesama manusia, membantu kepentingan orang lain dan kepentingan umum. Dengan mewakafkan sebagian harta bendanya, akan tercipta rasa solidaritas seseorang.

Menurut ilmu fiqih, kata wakaf diprediksikan telah sangat populer di kalangan umat Islam dan malah juga di kalangan non-muslim. Kata wakaf yang sudah menjadi bahasa Indonesia itu berasal dari kata kerja bahasa Arab waqafa (fi‟il madhy), yaqifu (fi‟il mudhari), dan (waqfan isim mashdar) yang secara etimologi (lughah, bahasa) berarti bediri, berhenti, berdiam di tempat, atau menahan. Sedangkan, menurut istilah syara‟ wakaf berarti menahan harta dan memberikan manfaatnya dijalan Allah.

(26)

Pada Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (Pasal 215 ayat 4) menyebutkan bahwa, benda wakaf adalah segala benda baik benda bergerak atau tidak bergerak yang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali pakai dan bernilai menurut ajaran Islam.

Sebagai konsep sosial yang memiliki dimensi ibadah, wakaf juga disebut amal sadaqah jariyah, di mana pahala yang di dapat oleh wakif akan selalu mengalir selama harta tersebut masih ada dan bermanfaat. Dengan demikian, harta wakaf tersebut menjadi amanat Allah kepada orang atau badan hukum (sebagai nazhir) untuk mengurus dan mengelolanya (Fiqih Wakaf, 2006: 69). 2.1.1 Dasar Hukum Wakaf

Dasar hukum wakaf dalam firman Allah SWT:

1. Berdasarkan QS. Al-Baqarah (2) ayat 261, yang terjemahannya sebagai

berikut: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang

menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

2. Berdasarkan QS. Ali Imran (3) ayat 92, yang terjemahannya sebagai berikut:

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum

(27)

3. Berdasarkan QS. Al-Hajj (22) ayat 77, yang terjemahannya sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman rukuklah, sujudlah kamu, sembahlah tuhanmu

dan perbuatan kebajikan supaya kamu mendapat keberuntungan.”

Hadist yang didasarkan menjadi hukum wakaf adalah:

1. Hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah yang terjemahannya sebagai

berikut: “Apabila meninggal manusia maka terputuslah pahala dan segala

amalnya kecuali tiga macam yaitu, sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak yang shaleh yang selalu mendo‟akannya” (Hasballah Thaib, 2003: 4)

2. Hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Umar ra., bahwa Umar bin Khattab mendapat sebidang tanah di Khaibar. Lalu ia menghadap Rasulullah SAW.,

“Ya Rasulullah! Saya memperoleh sebidang tanah di Khaibar dan saya belum

pernah mendapat harta lebih baik dari tanah di Khaibar itu. Oleh karena itu, saya mohon petunjukmu tentang apa yang sepatutnya saya lakukan pada tanah

itu. Rasulullah bersabda: “Jika engkau mau, tahanlah zat (asal) bendanya dan

sedekahkanlah hasilnya”. Umar menyedekahkannya dan mewasiatkan bahwa

(28)

2.1.2 Rukun Wakaf

Wakaf harus dilakukan dengan memenuhi rukun-rukunnya. Rukun wakaf dalam fiqih Islam ada empat, yaitu:

1. Orang yang melakukan perbuatan wakaf (al-wakif); 2. Harta benda yang diwakafkan (al-mauquf);

3. Tujuan atau tempat kemana harta diwakafkan (mauquf „alaih); 4. Pernyataan kehendaknya dari yang mewakafkan (sighat). 2.1.3 Syarat Wakaf

Adapun syarat-syarat yang berkaitan dengan yang mewakafkan (wakif) adalah sebagai berikut:

1. Pewakif mempunyai kecukupan bertindak sempurna untuk melakukan

tabarru‟, yaitu melepaskan hak milik tanpa imbalan materi. Orang yang

dikatakan cukup sempurna untuk melakukan tabarru‟ adalah orang yang telah baligh dan berakal sehat;

2. Pewakif tidak dalam keadaan terpaksa dan harus didasarkan kepada keikhlasan dan kerelaan berdasarkan kemauan ikhtiarnya. Unsur kerelaan sangatlah penting yang harus dimiliki pewakif;

3. Benda yang diwakafkan haruslah milik sah dari pewakif. Adapun syarat dari benda yang diwakafkan yaitu: 1. Benda yang diwakafkan mestilah milik sah pewakif; 2. Benda yang tahan lama dan dapat diambil manfaatnya;

(29)

4. Tidak sah mewakafkan benda-benda yang tidak boleh diperjual belikan seperti barang tangguhan (jaminan, gadai, borg), anjing, babi atau benda-benda yang haram lainnya;

5. Kadar benda yang diwakafkan tidak boleh melebihi jumlah sepertiga harta yang berwakaf (wakif).

2.2Wakaf Tunai 2.2.1 Pengertian

Bertambahnya pengetahuan masyarakat terhadap institusi wakaf terbaru yakni wakaf tunai, menjadikan permintaan akan lembaga amiil yang dapat menaungi wakaf tunai ini semakin meningkat. Berdasarkan ilmu ekonomi dalam melihat peluang yang ada, para lembaga amiil yang berkecimpung dalam penghimpunan dana ummat berlomba-lomba menawarkan konsep berwakaf secara tunai, yakni wakaf yang dilaksanakan dengan membayarkan sejumlah uang (tunai) kepada nazhir oleh individu ataupun berkelompok.

(30)

Keunikan institusi wakaf dikarenakan wakaf merupakan salah satu ibadah yang memiliki dimensi hablumminallah dan hablumminannas. Manakala umat Islam berjamaah dalam kegiatan ekonomi, tentunya Allah SWT., akan memberikan rahmat-Nya. Dan jika kegiatan ekonomi dirahmati Allah SWT., tentunya akan berkah, berkeadilan dan melahirkan kesejahteraan umat.

Kenyataannya di masyarakat wakaf uang ini telah lama dipraktikkan, namun dalam akadnya tetap disebutkan wakaf tanah. Misalnya untuk pembelian tanah pertapakan pembangunan masjid seluas 1000 meter persegi dengan harga Rp. 100.000.000. kemudian tanah seluas 1000 meter tersebut dibagi menjadi 1000 kapling. Dengan demikian, diperoleh harga Rp. 100.000 per meternya. Selanjutnya dipasarkan kepada masyarakat luas untuk berwakaf tanah dengan cara per-meter dengan nilai yang dapat dijangkau, dan wakif membayar sesuai jumlah meter yang hendaknya diwakafkannya. Kenyataan tersebut, meskipun akadnya dilakukan dalam bentuk wakaf tanah, namun yang diberikan wakif dalam bentuk uang (Suhrawardi K Lubis, 2010: 103).

(31)

2.2.2 Dasar Hukum Wakaf Tunai

Wakaf uang atau tunai ini telah mendapat respons positif dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), sebelumnya pada tahun 2001, Prof. M. A Mannan, Ketua Social Investment Bank Ltd (SIBL) memberikan seminar di Indonesia mengenai wakaf uang. Akhirnya tanggal 11 Mei 2002 MUI mengeluarkan fatwa tentang di perbolehkannnya wakaf uang (waqf al-nuqud), dengan syarat nilai pokok wakaf wajib dijamin kelestariannya.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui komisi fatwa mengeluarkan fatwa tentang wakaf uang yang berisi:

a. Wakaf uang (cash wakaf/waqf al-nuqud) adalah wakaf yang dilakukan oleh seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai;

b. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga; c. Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh);

d. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar‟iy;

e. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan.

(32)

ia berkata Umar bin Khattab ra. kepada Nabi Muhammad saw., “saya mempunyai seratus sahan (tanah, kebun) di Khaibar belum pernah saya mendapat harta yang lebih saya kagumi melebihi tanah itu, saya bermaksud menyedekahkannya”. (H.R. al-Nasa‟i).

Selanjutnya, pendapat rapat Komisi Fatwa MUI pada hari Sabtu tanggal 11 Mei 2002 tentang perumusan definisi wakaf, yakni: menahan harta yang dapat diimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau pokoknya, dengan cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut (misal: menjual, memberikan, atau mewariskannya), untuk disalurkan (hasilnya) pada sesuatu yang mubah (tidak haram). Keluarnya fatwa MUI ini disambut beragam oleh masyarakat. Perjuangan untuk membuat payung hukum kegiatan wakaf dalam bentuk undang-undang terus berlaku (Suhrawardi K Lubis, 2010: 107).

Akhirnya, pihak pemerintah Indonesia telah pula menetapkan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004. Peraturan perundang-undangan tersebut antara lain mengatur bentuk benda wakaf, yaitu benda tidak bergerak, dan benda bergerak dan uang. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan yang terdapat dalam Pasal 28 s.d 31 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 dan Pasal 22 s.d 27 Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2006.

(33)

penyerahan harta benda wakaf (Pasal 29 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004). Selanjutnya Lembaga Keuangan Syariah atas nama nazhir mendaftarkan harta benda wakaf berupa uang kepada Menteri selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterbitkannya sertifikat wakaf uang (Pasal 30 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004).

Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 ditegaskan mengenai mekanisme wakaf terhadap benda bergerak berupa uang ini. Dalam peraturan ini ditegaskan bahwa wakaf uang yang diwakafkan adalah mata uang rupiah, jika uang yang akan diwakafkan masih dalam mata uang asing, harus dikonversi terlebih dahulu dalam mata uang rupiah (Pasal 22 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006).

Dan yang terbaru adalah Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 4 Tahun 2009 Tentang Administrasi Pendaftaran Wakaf Uang, disebutkan bahwa masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas nazhir (Pasal 13 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 4 Tahun 2009).

Bagi seorang wakif yang akan mewakafkan uangnya diwajibkan untuk (Pasal 22 ayat (3) PeraturanPemerintah No. 42 Tahun 2006):

a. Hadir di Lembaga Keuangan Syari‟ah penerima wakaf uang (LKS -PWU) untuk menyatakan kehendak wakaf uangnya;

(34)

d. Mengisi form pernyataan kehendak wakif yang berfungsi sebagai Akta Ikrar Wakaf (AIW).

Di dalam hal wakif tidak hadir ke LKS-PWU maka wakif dapat menunjuk wakil atau kuasanya, dan wakil dari wakif tersebut dapat menyatakan ikrar wakaf benda bergerak berupa uang kepada nazhir di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) dan selanjutnya nazhir menyerahkan ikrar wakaf (AIW) tersebut kepada LKS-PWU (Pasal 22 ayat 4 dan 5 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006). Beberapa pasal ketentuan peraturan perundang-undangan di atas memperlihatkan bahwa wakaf uang diakui dalam hukum positif di Indonesia. 2.2.3 Macam-macam Wakaf Tunai

Wakaf uang dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya sebagai berikut:

a. Wakaf uang secara langsung; wakaf uang langsung ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) wakaf permanen, dan (2) wakaf berjangka. Wakaf permanen, artinya, uangnya yang diserahkan wakif tersebut menjadi harta wakaf untuk selamanya. Dengan kata lain tidak dapat ditarik kembali oleh wakif. Wakaf berjangka, uang yang diserahkan wakif hanya bersifat sementara, setelah lewat waktu tertentu, uang dapat ditarik kembali oleh wakif. Dengan demikian, yang di-wakif-kan di sini adalah hasil investasinya saja, lazimnya wakaf berjangka nominalnya relatif besar.

(35)

diperoleh dari wakaf saham ini adalah dividen (keuntungan yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham, capital gain, yaitu keuntungan yang diperoleh dari selisih jual beli, dan manfaat non-materiil, yaitu lahirnya kekuasaan/hak suara dalam menetukan jalannya perusahaan.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2006 juga menetapkan objek wakaf selain uang adalah obligasi syariah (dalam bentuk Obligasi Mudharabah, Obligasi Ijarah, dan Emisi Obligasi Syariah) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSB), SBSN ini dapat dalam bentuk SBSN Ijarah, SBSN Mudharabah, SBSN Musyarakah, SBSN Istishna, SBSN dua akad atau lebih. c. Wakaf takaful; wakaf dilaksanakan dengan pola asuransi takaful. Misalnya seseorang bermaksud berwakaf sebesar Rp. 100.000.000.- kemudian yang bersangkutan mengadakan akad dengan Perusahaan Asuransi Syariah, dengan ketentuan akan dibayar secara periodik selama 10 tahun. Seandainya sebelum waktu sepuluh tahun wakif meninggal dunia, pada saat itu perusahaan asuransi membayar wakaf sang wakif kepada nazhir yang ditunjuk wakif.

d. Wakaf pohon; wakaf pohon dilaksanakan dengan pola mewakafkan sejumlah tanaman pohon tertentu (pohon kelapa, pohon sawit, pohon karet, pohon jati dan lain-lain) kemudian uang hasil penjualan dari produksi tanaman tersebut dipergunakan untuk kemaslahatan umum.

2.3 Manajemen Pengelolaan Wakaf Tunai

(36)

itu, uang merupakan komoditas yang siap menghasilkan dan berguna untuk pengembangan aktivitas perekonomian yang lain. Oleh sebab itu, sama dengan komoditi yang lain, wakaf uang juga dipandang dapat menghasilkan sesuatu yang lebih banyak manfaatnya.

Secara ekonomi, wakaf uang sangat besar potensinya untuk dikembangkan, karena dengan model wakaf uang ini mempunyai daya jangkau serta mobilisasinya akan jauh lebih merata di tengah-tengah masyarakat dibandingkan dengan model wakaf tradisional (wakaf dalam bentuk tanah dan bangunan). Sebab, wakaf dalam bentuk tanah dan bangunan hanya dapat dilakukan oleh keluarga atau individu yang terbilang mampu (kaya) saja.

Selain itu, lembaga nazhir wakaf tunai harus dikelola dengan amanah, jujur, transparan, dan professional. Untuk mencapai semua itu diperlukan suatu manajemen yang baik di dalamnya sebagai proses dan fungsi manajemen, antara lain:

1. Perencanaan (planning), yaitu kagiatan menetapkan tujuan organisasi. 2. Pengorganisasian (organization), yaitu kegiatan mengkoordinir

sumberdaya, tugas, dan otoritas diantara anggota organisasi.

3. Pengarahan (leading), yaitu membuat arahan yang baik sehingga anggota organisasi tersebut dapat melaksanakan tugasnya guna mencapai tujuan organisasi.

(37)

Dalam konteks organisasi, perencanaan dapat diartikan sebagai menetapkan visi dan misi, menentukan tindakan serta mengkaji cara-cara terbaik yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan masa depan yang telah ditetapkan. Dalam Islam, konsep ini dibuat berdasarkan hasil pembelajaran dan musyawarah dengan orang-orang yang berkompeten dalam bidang ini, cermat serta luas wawasannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan.

Pengorganisasian merupakan, penentuan pola peran pada suatu organisasi melalui penentuan kagiatan yang dibutuhkan guna tercapainya tujuan dan bagiannya dalam organisasi.

Kegiatan pengarahan tentu tidak lepas dari adanya tugas kepemimpinan. Secara umum, kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas tugas dari orang-orang dalam kelompok. Kepemimpinan dalam Islam bersifat pertengahan, selalu menjaga hak dan kewajiban individu serta masyarakat dengan prinsip keadilan, persamaan, tidak sewenang-wenang dan berbuat aniaya (Ahmad Ibrahim Abu Sinn, 2006: 155).

Pengawasan dalam ajaran Islam terbagi menjadi dua hal, yakni pengawasan yang berasal dari diri sendiri yang bersumber pada tauhid dan keimanan kepada Allah SWT, dan pengawasan yang dilakukan dari luar diri sendiri (Didin Hafidhudin & Hendi Tanjung, 2003: 156-157).

(38)

menggunakan manajemen yang professional yang melibatkan tiga pihak, yaitu pemberi wakaf (wakif), pengelola wakaf (nazhir), dan masyarakat yang diberi wakaf (mauquf „alaih).

Lingkup wakaf tunai menjanjikan kemanfaatan yang lebih maksimal, diperoleh dari sumber-sumber wakaf. Selain itu, pemanfaatan hasil pengelolaan wakaf tunai juga dapat memperluas jangkauan pemberi wakaf dan peningkatan produktivitas harta wakaf. Pengelolaan dana wakaf tunai sebagai alat untuk investasi menjadi menarik, karena manfaat atau keuntungan atas investasi tersebut dalam bentuk keuntungan yang akan dapat dinikmati oleh masyarakat di mana saja (baik lokal, regional maupun internasional). Hal ini dimungkinkan karena manfaat atas investasi tersebut berupa uang tunai (cash) yang dapat di alihkan kemana pun. Di sisi investasi atas dana wakaf tersebut dapat dilakukan dimana saja tanpa batas negara. Hal inilah yang di harapkan mampu meningkatkan keharmonisan antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin.

Wakaf tunai sangat relevan memberikan model mutual funding melalui mobilisasi dana abadi yang dikelola secara profesional yang amanah dalam fund management-nya di tengah keraguan terhadap pengelolaan wakaf serta kecemasan krisis investasi domestik dan syndrome capital flight (Departemen Agama, 2004: 142).

2.4 Penelitian Terdahulu

(39)

perkembangan wakaf tunai tersebut di antaranya diterbitkan oleh Direktorat

Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, yaitu “Strategi Pengembangan Wakaf

Tunai di Indonesia” dan “Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai” yaitu memuat

substansi yang perlu disosialisasikan kepada masyarakat dan lembaga-lembaga Islam yang mengelola wakaf atau memiliki kepentingan terhadap wakaf.

Seorang ekonom Islam yang sangat masyur di dunia, M. A. Mannan telah mengemukakan idenya yang luar biasa dalam upaya pengembangan wakaf tunai

ke dalam sebuah buku “Sertifikat Wakaf Tunai Sebuah Inovasi Instrumen

Keuangan Islam.” Penerbitan Sertifikat Wakaf Tunai diharapkan dapat menjadi

sarana rekonstruksi sosial dan pembangunan, di mana mayoritas dapat ikut berpartisipasi.

Untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan wakaf dan

pendanaannya dapat ditemukan dalam buku yang berjudul “Manajemen Wakaf

Produktif” (DR. Mundzir Qahaf, 2005). Buku ini berisi kajian mengenai

bagaimana mengembangkan wakaf melalui pasal pengembangan wakaf dalam Undang-Undang Wakaf serta memberdayakan wakaf secara produktif.

Acuan tentang lembaga-lembaga sosial ekonomi Islam, termasuk wakaf, dapat berperan dalam menyelesaikan masalah kemiskinan yang sedang dihadapi

bangsa, dapat ditemukan dalam buku “Wakaf & Pemberdayaan Umat”

(40)

Selanjutnya, telah ada beberapa kali dilakukan penelitian oleh para pakar hukum Islam dan juga para mahasiswa yang terjun dalam ilmu hukum Islam. Di antara hasil tersebut berupa skripsi, antara lain skripsi yang berjudul “Wakaf Uang

Dalam Perspektif Hukum Islam” (Helmi Juniawan Fauzi, 2003).

Ada pula skripsi yang membahas mengenai wakaf tunai dengan judul

“Studi Pengelolaan Wakaf Tunai Pada Lembaga Amil Zakat Di Kota Yogyakarta”

yang dibuat pada tahun 2008. Judul penelitian skripsi ini memang hampir sama dengan judul penelitian yang digunakan oleh penulis. Akan tetapi, dengan tidak bermaksud mengulang penelitian, sebab metode yang digunakan penulis adalah penelitian pada satu lembaga saja. Selain itu, dengan tahun dan tempat penelitian yang berbeda, maka skripsi penyusun dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Skripsi lain yang membahas pengelolaan wakaf tunai adalah skripsi yang

berjudul “Pengelolaan Wakaf Tunai Menurut Undang-Undang No. 41 Tahun

2004 Di Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia” (Yoyok Suhartini, 2006).

Skripsi ini membahas mengenai bagaimana mengelola dana wakaf tunai di Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia dengan menggunakan landasan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004.

(41)
[image:41.595.124.496.127.360.2]

2.5 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Pengelolaan Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara

Berdasarkan kerangka konseptual diatas, penulis ingin menjelaskan mengenai awal mula berdirinya LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara, selanjutnya bagaimana wakaf tunai yang ada di lembaga tersebut serta pengelolaan wakaf tunai pada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara dalam berbagai aspek seperti kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, dan sosial.

LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara

Wakaf Tunai

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research). Objek penelitiannya yaitu, Lembaga Amiil Zakat, Infaq, Shadaqah & Wakaf (LAZISWA) Muhammadiyah Sumatera Utara yang ada di kota Medan.

Penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif. Deskriptif adalah metode dengan cara mencari fakta, dalam hal ini tentang pengelolaan wakaf tunai, kemudian menarik interpretasi yang tepat dan mengurai berbagai kecenderungan pola dalam harta wakaf secara terarah dan cermat untuk ditemukan sebuah kesimpulan yang tepat.

Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan informasi yang diperoleh dari subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis (Saifuddin Azwar, 2004: 126).

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di kota Medan dan subjek penelitian adalah LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara.

3.3 Batasan Operasional

(43)

3.4 Defenisi Operasional

1. Kesejahteraan, yaitu dimana wakaf tunai dapat berperan dalam mendanai dan mengembangkan usaha masyarakat melalui pinjaman modal tanpa bunga, tentunya dengan terlebih dahulu melakukan studi kelayakan dan ketentuan yang telah ditetapkan.

2. Kesehatan, yaitu dengan wakaf tunai dapat berperan dalam memberikan bantuan pendanaan dibidang kesehatan.

3. Pendidikan, yaitu dimana hasil investasi wakaf tunai dapat berperan dalam memberikan bantuan berupa beasiswa kepada siswa-siswi kurang mampu maupun sekolah dalam memajukan dunia pendidikan yang ada di kota Medan khususnya.

4. Sosial, yaitu dimana hasil investasi wakaf tunai yang ada di LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara, dapat ikut serta dalam kegiatan sosial. Misalnya, dengan memberikan bantuan kepada korban bencana alam dll.

3.5 Jenis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian sebagai sumber informasi yang diteliti.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

(44)

Dengan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian mempunyai tujuan guna mengungkap fakta pada variabel yang diteliti:

a. Interview (wawancara), yaitu sebuah dialog yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang disusun dalam suatu daftar pertanyaan yang telah disiapkan lebih dulu (Bambang Sunggono, 2007: 214). Dalam hal ini penulis telah melakukan wawancara dengan Bapak Zakirman Sutan Sinaro selaku Direktur Pelaksana pada Lembaga Amiil Zakat, Infaq, Shadaqah & Wakaf (LAZISWA) Muhammadiyah Sumatera Utara. b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan data pada Lembaga Amiil

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Kota Medan terletak antara 3o27‟-3o47‟ Lintang Utara dan 98o35‟-98o44‟ Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5-37,5 diatas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan sebelah utara, selatan, barat dan timur dengan Kabupaten Deli Serdang. Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat, dan timur.

Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2012 berkisar antara 22,49oC-23,78oC dan suhu maksimum berkisar antara 32,53oC-34,40oC serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar 22,40oC-24,00oC dan suhu maksimum berkisar antara 22,40oC-24,00oC.

(46)
[image:46.595.114.513.292.695.2]

hasil Proyeksi Penduduk 2012, terjadi pertambahan penduduk sebesar 5.580 jiwa (0,26%). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km2, kepadatan penduduk mencapai 7.987 km2. Penduduk tersebut menempati beberapa Kecamatan di Kota Medan sebagai berikut:

Tabel 4.1

Jumlah Kecamatan, Kelurahan, dan Jumlah Penduduk di Kota Medan Tahun 2012

No. Kecamatan Jumlah

Kelurahan

Jumlah Penduduk pada Tahun 2012

1 Medan Tuntungan 9 82.042

2 Medan Johor 6 125.913

3 Medan Amplas 7 116.227

4 Medan Denai 6 142.001

5 Medan Area 12 96.675

6 Medan Kota 12 72.685

7 Medan Maimun 6 39.665

8 Medan Polonia 5 53.552

9 Medan Baru 6 39.577

10 Medan Selayang 6 100.455

11 Medan Sunggal 6 112.967

12 Medan Helvetia 7 145.519

13 Medan Petisah 7 61.855

14 Medan Barat 6 70.912

15 Medan Timur 11 108.792

16 Medan Perjuangan 9 93.526

17 Medan Tembung 7 133.841

18 Medan Deli 6 170.931

19 Medan Labuhan 6 112.642

20 Medan Marelan 5 147.318

21 Medan Belawan 6 95.709

Jumlah 151 2.122.804

(47)

4.2 Sejarah Organisasi Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada 8 Dzulhijjah 1330 Hijriah atau 18 November 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, atau yang dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW., sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Latar belakang K.H. Ahmad Dahlan memilih nama Muhammadiyah yang pada masa itu sangat asing bagi telinga masyarakat umum adalah untuk memancing rasa ingin tahu dari masyarakat, sehingga ada celah untuk memberikan penjelasan dan keterangan seluas-luasnya tentang agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW.

Keinginan dari K.H. Ahmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang dapat dijadikan sebagai alat perjuangnan dan dakwah untuk menegakan amar

ma‟ruf nahyi munkar yang bersumber pada Al-Qur‟an, surat Al-Imran (3) : 104

dan surat Al-Ma‟un sebagai sumber dari gerakan sosial praktis untuk mewujudkan gerakan tauhid.

(48)

dengan prinsip aqidah Islam yang menolak segala bentuk kemusyrikan, taqlid,

bid‟ah, dan khurafat. Sehingga pemurnian ajaran menjadi pilihan mutlak bagi

umat Islam Indonesia.

Keterbelakangan umat Islam Indonesia dalam segi kehidupan menjadi sumber keprihatinan untuk mencarikan solusi agar dapat keluar dari keterbelakangan. Keterbelakangan umat Islam dalam dunia pendidikan menjadi sumber utama keterbelakangan dalam peradaban. Pesantren tidak bisa selamanya dianggap menjadi sumber lahirnya generasi baru muda Islam yang berfikir modern. Kesejahteraan umat Islam akan tetap berada dibawah garis kemiskinan jika kebodohan masih melengkupi umat Islam Indonesia.

Maraknya kristenisasi di Indonesia sebagai efek domino dari imperalisme Eropa ke dunia timur yang mayoritas beragama Islam. Proyek kristenisasi satu paket dengan proyek imperialisme dan modernisasi bangsa Eropa, selain keinginan untuk memperluas daerah koloni untuk memasarkan produk-produk hasil revolusi industri yang melanda Eropa.

(49)

Adapun Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al-Qur‟an dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma‟ruf nahyi munkar di segala bidang, sehingga menjadi rahmatan lil „alamin bagi umat, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah swt dalam kehidupan di dunia ini. Misi Muhammadiyah adalah:

1. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT., yang dibawa oleh Rasulullah yang disyariatkan sejak Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad SAW.

2. Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan yang bersifat duniawi.

3. Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur‟an sebagai kitab Allah yang terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.

4. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Lihat Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah ke-39 Muhammadiyah Sumatera Barat tahun 2005 di Kota Sawahlunto.

(50)

Yogyakarta sudah berdiri Muhammadiyah sejak 18 November 1912. Walaupun mereka bukan kategori mubaligh yang terampil dan sengaja dikirim, tetapi mereka simpatisan Muhammadiyah yang tersentuh hatinya dengan gerakan Muhammadiyah di Medan.

Dan mulai menghimpun kawan-kawan yang sepaham, ditandai ketika muzakarah, dan yang shalat disekitar pajak (pekan) bundar (kini sudah di bongkar). Disanalah bertemu St. Juin, Mas Pono, Sutan Marajo, Kari Suib dan kawan-kawan lain dari Tapanuli, mereka sepakat mendirikan Muhammadiyah, gerakan awal ini dirintis sejak tahun 1923, terutama Mas Pono yang datang dari Yogyakarta, maka didekatilah HR. Muhammad Said yang pernah menjadi Ketua Syarikat Islam di Pematang Siantar, sebagai tenaga baru kekuatan Muhammadiyah.

Dengan demikian, sejak 1 Juli 1928 dibentuklah Muhammadiyah secara resmi yang diamanahkan ketua pertama kepada HR Muhammad Said dan Mas Pono sebagai sekretaris serta dilengkapi oleh St. Juin dan Kari Suib, sebagai anggota mereka aktif menjadi orang kepercayaan kerjasama dengan pimpinan pusat dan lembaga-lembaga lainnya.

(51)

Gerakan Muhammadiyah perkotaan ini, meluas sampai kekota pesisir lainnya, mulai muncul gerombolan kecil Muhammadiyah (sekarang pimpinan Ranting Muhammadiyah). Hampir rata-rata pada tahun 1930-an itu berdiri ranting Muhammadiyah di Sumatera Utara, baik didasari oleh ilmu agama yang memadai, tetapi ada juga yang berani-beranian saja. Diantara Cabang Muhammadiyah yang didirikan tahunan 1930-an itu antara lain:

1. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Medan Kota, 25 November 1927 2. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pancurbatu, 18 Januari 1928

3. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pematang Tanah Jawa, 27 April 1920 4. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tebing Tinggi, 1 Mei 1929

5. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kisaran, 23 Desember 1929 6. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pematang Siantar, 27 Januari 1930 7. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kerasaan, 5 Maret 1930

8. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Glugur, 1 Juli 1930

9. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tanjung Balai, 12 Oktober 1930 10.Pimpinan Cabang Muhammadiyah Binjai, 20 November 1930 11.Pimpinan Cabang Muhammadiyah Perdagangan, 7 Desember 1930 12.Pimpinan Cabang Muhammadiyah Indra Pura, 16 Juni 1931

(52)

Wilayah Sumatera Utara. Sedangkan ketua Muhammadiyah Sumatera Timur diamanahkan kepada Bachtiar Yunus yang dijabatnya sampai tahun 1955. Untuk periode 1956-1959, dalam pemilihan pimpinan terpilih Abdul Mu'thi, tetapi karena pergolakan politik (peristiwa Nainggolan), periode tidak sempat sampai selesai perubahan struktur organisasi dimana setiap kabupaten/kodya menjadi daerah (website: http://sumut.muhammadiyah.or.id/content-3-sdet-sejarah.html, akses 1 Maret 2014).

Adapun 11 Program Per-Bidang pada Program Umum PW Muhammadiyah Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

1. Program Bidang Tarjih Tajdid, dan Pemikiran Islam 2. Program Bidang Tabligh.

3. Program Bidang Pendidikan, Iptek, dan Litbang. 4. Program Bidang Perkaderan.

5. Program Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat. 6. Program Bidang Wakaf.

7. Program Bidang Ekonomi dan ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah). 8. Program Bidang Pemberdayaan Masyarakat.

9. Program Bidang Lingkungan Hidup.

10.Program Bidang Seni Budaya dan Olah Raga. 11.Program Bidang Pustaka dan Informasi.

(53)

4.3 Sejarah Singkat LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara

LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara berdiri berdasarkan SK. PW. Muhammadiyah S.U. Nomor: 03/KEP/II.0/D/2009 pada tanggal 13 Februari 2009. LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara termasuk dalam jejaring LAZISMU PP. Muhammadiyah, SK Menteri Agama Nomor: 457 pada tanggal 21 November 2002. Adapun visi dan misi dari LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

a. Visi

Menjadi Lembaga Amil Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf (LAZISWA) yang amanah, tranparan, dan profesional dalam rangka mencapai tujuan menegakkan Ad-Dinul Islam.

b. Misi

1. Mengoptimalkan kualitas pengelolaan ZISWA yang amanah dan profesional.

2. Membantu muzakki dalam menyalurkan ZISWA-nya kepada yang mustahiq atau yang berhak menerimanya.

3. Membantu mustahiq melalui program-program pendayagunaan yang transparan, terukur, berdayaguna, dan dapat dipertanggung-jawabkan dalam mewujudkan kemandirian masyarakat.

LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara terletak di Jl. Sisingamangaraja No. 136-Medan (20217), tepatnya berada dalam gedung

Da‟wah Muhammadiyah Sumatera Utara. Sedangkan jam kerja yang

diberlakukan pada LAZISWA Muhammadiyah adalah di mulai dari pukul 09.00

(54)

4.3.1 Struktur LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara

[image:54.595.114.510.135.674.2]

Gambar 4.1

Struktur LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara Wali Amanah

1. Drs. H. M.Yamin Lubis. 2. Drs. H. Firdaus Naly. 3. Drs. H. Dalail Ahmad.

MA.

Dewan Syari’ah

1. Prof. DR. H. Asmuni, M.A. 2. Prof. DR. H. Hasyimsyah Nst, M.A. 3. Drs. H. Askolan Lubis, M.A.

Badan Pengawas 1. Drs. H. Asmuni, M.A.

2. H. Muis Fauzi Rambe, S.E., M.M. 3. Elizar Sinambela, S.E., M.Si.

Badan Pengurus

1. Drs. H. Bahril Datuk S, S.E., M.M. QIA 2. Karmiati

3. Ottoman

4. Muhammad Syafe‟I Lubis, S.H., Sp.N. 5. Januri S.E., M.M., M.Si.

Bagian Operasional

Direktur

Zakirman Sutan Sinaro

Manager Administrasi dan Keuangan

Rahadian, S.E.

Manager Pemasaran dan Pengembangan

(55)

4.3.2 Program Kerja pada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara Adapun program kerja pada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara dalam rangka menegakkan Ad-Dinul Islam antara lain sebagai berikut:

1. Zakat

Menghimpun harta-benda dari para muzakki sejumlah minimal yang disebut nisab untuk disalurkan kepada para mustahiq. Dengan prinsip Memberi Pelayanan Prima bagi Donatur Tercinta, maka LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara memberikan kemudahan dalam berzakat dan berinfaq melalui layanan Jemput Zakat Kilat.

2. Infaq

Dana infaq yang di peroleh semata-mata ditujukan untuk para mustahiq. 3. Shadaqah

Dana shadaqah yang di himpun dari seseorang dengan sukarela dengan maksud ibadah untuk diberikan kepada para mustahiq.

4. Wakaf Tunai

Dana wakaf yang di himpun dari pewakif yang dapat diandalkan untuk lebih memfungsikan peran Muhammadiyah dalam pemberdayaan umat dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Program pendayagunaan LAZISWA Muhammadiyah bersifat produktif berorientasi pada upaya pembentukkan masyarakat mandiri. Adapun tiga kebijakan program di arahkan pada:

(56)

3. Pelayanan sosial masyarakat melalui ekonomi, pendidikan, dakwah, dan sosial kemanusiaan.

4.4 Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara

Wakaf sebenarnya termasuk program per-bidang yang ada pada Program Umum PW Muhammadiyah Sumatera Utara, yakni Program Per-Bidang ke-6 yang juga terdapat wakaf uang/tunai di dalamnya. Pada Program Bidang Wakaf ini mempunyai visi pengembangan dan program pengembangan sebagai berikut: a. Visi Pengembangan.

Berkembangnya kemampuan dan pengorganisasian ummat untuk berwakaf, berzakat, berinfaq, dan bershadaqah serta meningkatnya sistem pengelolaan,

jalinan kepedulian, dan pelayanan bagi kaum dhua‟fa yang menumbuhkan

keberdayaan dan kesejahteraan masyarakat. b. Program Pengembangan.

1. Inventarisasi dan arbitrase harta benda Persyarikatan yang diperoleh dari wakaf serta mengintensifkan pelaksanaan, penertiban, dan pengelolaan sertifikasi tanah-tanah wakaf Muhamamdiyah.

2. Memasyarakatkan wakaf uang dan wakaf yang tidak bergerak yang terpadu dengan pengorganisasian dan pemanfaatan ZIS menuju pemberdayaan umat.

3. Memanfaatkan tanah wakaf kosong untuk hal-hal produktif dan kegiatan-kegiatan lain sesuai fungsinya.

(57)

Wakaf tunai pada LAZISWA Muhammadiyah, di mulai berdasarkan hasil Muswil PW Muhammadiyah Sumatera Utara pada tahun 2005, di Pematang Siantar. Hasilnya memutuskan bahwa, wakaf tunai ini diwajibkan bagi seluruh anggota Persyarikatan Muhammadiyah dengan membayar iuran senilai Rp. 10.000,- setiap bulannya, juga di buka kesempatan kepada masyarakat umum yang ingin berwakaf secara tunai (dalam bentuk uang). Sedangkan, untuk wakaf benda (seperti: tanah, dll) dapat langsung di salurkan melalui Majelis Wakaf yang ada pada Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara.

4.4.1 Jenis-jenis Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara

Ada 2 (dua) jenis Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah, yaitu sebagai berikut:

1. Wakaf Tunai Permanen atau Abadi

Yaitu, dana yang terkumpul dalam Wakaf Tunai permanen atau abadi ini secara hukum akan menjadi dana wakaf untuk selmanya. Dan wakaf yang terkumpul tidak dapat dialihkan atau dibelanjakan, yang dapat dipergunakan dan atau dibelanjakan adalah bagi hasil yang diperoleh setiap bulannya. Untuk memperluas bagi Persyarikatan Muhammadiyah dan masyarakat umum untuk berwakaf sesuai dengan kemampuan masing-masing, maka nominal wakaf tunai permanen ini dikelompokkan kepada:

a. Sertifikat A

Nominal Rp. 100.000,- s.d Rp. 1.000.000,- b. Sertifikat B

(58)

c. Sertifikat C

Nominal Rp. 10.000.001,- s.d Rp. 100.000.000,- d. Sertifikat D

Nominal lebih besar dari Rp. 100.000.000,- 2. Wakaf Tunai Sementara atau Berjangka

Yaitu, uang tersebut hanya diwakafkan, oleh wakif dalam tempo waktu yang ditetapkan. Dalam hal ini yang diwakafkan adalah keuntungan investasinya saja tanpa mewakafkan uangnya secara langsung. Untuk memudahkan investasi maka nominal dan jangka waktu wakaf tunai berjangka ini ditetapkan sebagai berikut:

a. Nominal wakaf tunai berjangka ini minimal Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

b. Jangka waktu wakaf tunai berjangka terdiri dari dua pilihan, jangka waktu 6 (enam) bulan dan 1 (satu) tahun.

4.4.2 Cara Berwakaf Tunai

Adapun 3 (tiga) cara mudah untuk berwakaf tunai adalah sebagai berikut: 1. Setoran langsung melalui ATM

Transfer dana wakaf melalui ATM Muamalat, ATM Bersama ke rekening Wakaf Tunai Sumatera Utara, yaitu dengan:

- Pilih menu transfer

- Masukkan kode Bank Muamalat (147)

(59)

- Cetak bukti transaksi

[image:59.595.172.453.198.436.2]

- Serahkan bukti transaksi untuk cetak sertifikat wakaf 2. Setoran tunai melalui Bank Muamalat

Gambar 4.2

Cara Menyetorkan Wakaf Tunai Melalui Bank Muamalat Secara Tunai 3. Setoran Tunai melalui LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara

Tata cara berwakaf tunai di LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara, sama seperti tata cara berwakaf tunai pada umumnya, yaitu sebagai berikut:

1. Pewakif datang ke kantor LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara; 2. Menjelaskan kepemilikan dan asal usul yang diwakafkan;

3. Mewakafkan secara tunai sejumlah uang;

4. Mengisi form pernyataan kehendak wakif yang berfungsi sebagai Akta Ikrar Wakaf (AIW).

1) Wakif datang ke BANK MUAMALAT

2) Mengisi Formulir Wakaf Uang (FWU) dan melampirkan fotocopy dan identitas diri yang berlaku

3) Wakif menyetor nominal wakaf dan secara otomatis dana masuk ke rekening Wakaf Tunai

4) Wakif menandatangani formulir wakaf uang (FWU) bersama dengan pejabat saksi

5) Bank Muamalat mencetak Sertifikat Wakaf

Uang

(60)

4.4.3 Pengelolaan Wakaf Tunai pada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara

Pengelolaan dana wakaf tunai dikelola berdasarkan ketentuan yang tertera pada Akta Ikrar Wakaf (AIW) yang telah disepakati antara para pewakif dan nazhir (LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara). Biasanya para pewakif yang mewakafkan uangnya di LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara, pengelolaan dan wewenang sepenuhnya diserahkan kepada LAZISWA MuhammadiSumatera Utara. Dana wakaf tunai yang telah terkumpul dari para pewakif pada LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara ini dikelola secara transparan dan akuntabel. Artinya, setiap akhir periode (selama 1 tahun), selalu dibuatkan pembukuan. Diawasi oleh semua pihak yang terkait di dalam struktur LAZISWA Muhammadiyah Sumatera Utara. Pemasukkan dana tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Penghimpun

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pengelolaan Wakaf Tunai pada LAZISWA
Tabel 4.1
Struktur LAZISWA Muhammadiyah Sumatera UtaraGambar 4.1
Gambar 4.2 Cara Menyetorkan Wakaf Tunai Melalui Bank Muamalat Secara Tunai
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa beban kerja merupakan tugas yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan untuk diselesaikan dalam jangka waktu

Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami respon dan pemahaman tukang becak tentang pelatihan Bahasa Inggris yang dilaksanakan Pemkab Banyuwangi dalam menunjang keberhasilan

Dalam pemilihan jumlah lokasi stasiun penakar hujan pada suatu DAS untuk kepentingan analisis hidrologi yang dapat memberikan hasil dengan ketelitian semaksimal

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa salah satu indikator guru yang profesional adalah dapat menulis karya tulis ilmiah dalam bidang pendidikan sebagai

Bahwa tingkat ketergantungan lansia dalam aktivitas hidup sehari-hari di Panti Sosial Tresna Werdha Jombang sesuai dengan penilaian kemampuan fungsional yang dimodifikasi

Program Manajemen Pembiayaan Pendidikan Program Manajemen Pembiyaan Pendidikan dalam peningkatan prestasi belajar siswa di MA Darul Khairat kota Pontianak yang setiap

Motivasi dalam melakukan vandalisme yang berasal dari dalam individu (intrinsik) adalah untuk mencapai suatu tujuan tertentu, yaitu memperkenalkan suatu ideologi,