ANALISIS PENGARUH INFLASI DAN BOPO (Beban
Operasional dan Pendapatan Operasional) TERHADAP
PROFITABILITAS BANK SYARIAH
(Studi Kasus Bank Umum Syariah 2012
–
2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
RIFKI RAMADHAN FUADY
NIM 21313171
PROGAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
MOTTO
“Kalau hidup hanya urusan perut dan punya anak, maka hidupmu tidak beda jauh dengan kambing. Kambing 5 tahun yang akan datang akan tetap jadi kambing, bahkan 1000 tahun yang akan datang akan tetap jadi kambing”
(KH. Syukri Zarkasyi)
“Pejuang yang memikirkan anak istrinya besok makan apa
maka dia adalah sampah perjuangan” (Ustaz Hasan Abdullah Sahal)
“Jadilah engkau seseorang yang pada hari kelahiranmu semua orang tertawa
dan hanya dirimu yang menangis. Dan pada hari kematianmu semua orang
menangis dan hanya dirimu yang tertawa”
(Jalaludin El-Rumi)
“Bermain kartu soal keyakinan, kita tidak pernah tahu sampai kartu itu
dibalik. Begitu pula beragama, kita tidak akan tahu mana yang benar sampai
hari kiamat yang menjawab”
(Rifki Ramadhan Fuady)
“Pencapaian menurut kita berbeda dengan pencapaian versi Allah. Kita hanya
bisa meraba seperti apa pencapaian yang Dia restui”
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah AWT yang memiliki sifat rahman
rahim, karena sifat itulah Dia memberikan izin agar penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan . Shalawat serta salam penulis haturkan kepada
Nabi Muhammad SAW, karena nur Muhammadlah Tuhan memiliki alasan
menciptakan dunia dan isinya.
Skripsi ini diajukan guna memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh
gelar strata satu (S1) dalam Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Ucapan terikasih
sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan
pengarahan, bimbingan dan bantuan dalam berbagai bentuk. Ucapan terima kasih
terutama penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
2. Dr. Anton Bawaono, M. Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga dan sebagai dosen
pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam
Negeri Salatiga yang telah membekali berbagi ilmu pengetahuan, sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
5. Kedua orangtua yang menjadi wasilah hadirnya saya di dunia, kakak serta keluarga yang senantiasa memberikan semangat, doa, dan menjadi alasan
penulis untuk menyelesaikan studi strata satu.
6. Teman-teman Perbankan Syariah S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
angkatan 2013.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi
rasa hormat, terimakasih atas dukungan dan bantuannya selama ini
sehingga karya penuh perjuangan ini dapat menjadi wujud dan bermanfaat
untuk kepentingan bersama.
Penulis menyadari bahwa proses pembuatan skripsi ini tidaklah mudah
dan memiliki banyak kendala. Sehingga penyusunan skripsi ini sangatlah jauh
dari kesempurnaan dan tak luput dari kekurangan-kekurangan. Dengan rendah
hati, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dan memperbaiki karya ilmiah ini sehingga menjadi lebih baik dalam penyusunan
di masa mendatang.
Salatiga, 11 September 2017
Penulis
Rifki Ramadhan Fuady
ABSTRAK
Fuady, Rifki Ramadhan 2017. Pengaruh Inflasi dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bank Syriah dn Perbandingan Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus
Bank Umum Syariah 2012-2016). Skripsi, FakultasEkonomidanBisnis
Islam Program Studi S1-Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr. Anton Bawaono, M. Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi dan BOPO terhadap profitabilitas Bank Syariah di Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan populasi Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2012-2016. Pengambilan jumlah sampel menggunakan teknik non probability sampling. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan menggunakan alat bantu analisis SPSS versi 21 dan Eviews 9.5. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap profitabilitas yang diwakili ROA, variabel BOPO secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas bank yang diwakili oleh ROA. Dan hasil perbandingan menyatakan bahwa terdapat perbedaan ROA antar Bank Umum Syariah baik secara signifikan maupun tidak.
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v
BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka ... 9
B. Kerangka Teori... 13
1. Bank Syariah ... 13
a. Pengertian Bank Syariah ... 13
b. Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional ... 15
c. Ciri–Ciri Bank Syariah ... 16
d. Definisi Riba Dan Perspektif Islam... 18
a) Definisi Riba ... 18
b) Hukum Larangan Riba ... 19
c) Jenis Atau Macam-Macam Riba ... 23
e. Konsep Akad Bank Syariah ... 25
f. Fungsi Bank Syariah Dalam Mendapatkan Laba ... 31
2. Profitabilitas ... 31
3. Beban Operasinal dan Pendapatan Operasional (BOPO) ... 35
4. Inflasi... 37
C. Kerangka Penelitian ... 39
D. Hipotesis Penelitian ... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 44
B. Populasi dan Sampel ... 44
C. Teknik Pengumpulan Data... 44
D. Definisi Konsep Dan Operasional ... 45
1. Variabel Dependen (Y) ... 45
a. Inflasi (X1) ... 46
b. BOPO (X2) ... 46
E. Uji Instrumen Penelitian ... 48
a. Uji Stasioneritas ... 48
F. Uji Analisis Statistik Deskriptif ... 48
G. Uji Statistik ... 48
a. Koefisien Determinasi (R-Square) ... 48
b. Uji F-Statistik ... 49
c. Uji Heteroskedastisitas ... 52
d. Uji Autokorelasi ... 53
e. Uji Hipotesis ... 53
I. Uji Anova (Analysis of Variance ... 54
J. Alat Analisis ... 54
BAB IV ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Bank Umum Syariah ... 55
B. Analisis Data ... 56
1. Uji Stasioneritas ... 56
2. Uji Analisis Statistik Deskriptif ... 59
3. Uji Regresi Linear Berganda ... 59
4. Uji Asumsi Klasik ... 61
a. Uji Normalitas ... 61
b. Uji Multikolonieritas ... 62
c. Uji Heteroskedastisitas ... 63
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1: Data BOPO Inflasi dan ROA 2016 Bulan Juli-Desember ... 2
Tabel 1.2: Daftar BUS di Indonesia ... 5
Tabel 2.1: Rangkuman Penelitian Yang Relevan ... 12
Tabel 2.2: Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konevensional ... 15
Tabel 2.3: Kriteria Penilaian ROA ... 35
Tabel 2.4: Data ROA Bank Umum Syariah 2016 ... 42
Tabel 3.1: Rangkuman Definisi Konsep dan Operasional ... 47
Tabel 4.1: Kelompok Bank Umum Syariah ... 55
Tabel 4.2: Hasil Uji Stationer Variabel ROA (Y) ... 56
Tabel 4.3: Hasil Uji Stationer Variabel Inflasi (X1) ... 57
Tabel 4.4: Hasil Uji Stationer Variabel BOPO (X2)... 58
Tabel 4.5: Hasil Uji Analisis Deskriptif ... 59
Tabel 4.6: Hasil Uji Regresi Berganda ... 60
Tabel 4.7: Hasil Uji Normalitas ... 61
Tabel 4.8: Hasil Uji Regresi Variabel (X1-X2) ... 62
Tabel 4.9: Hasil Uji Regresi Variabel (X2-X1) ... 63
Tabel 4.10: Hasil Uji Regresi Variabel (Y-X1&X2) ... 63
Tabel 4.11: Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 64
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Dunia perbankan telah menjadi penggerak roda perekonomian di banyak
negara.Bahkan pada tahun 1997 saat Indonesia mengalami krisis moneter, bisnis
perbankan yang sedang meledak menjadi kambing hitam penyebab krisis yang
terjadi di Indonesia. Karena ketika perbankan mengalami keterpurukan
perekonomian juga mengalami hal yang sama, demikian sebaliknya (Kiryanto,
2007). Semakin berkembangnya dunia jasa keuangan membuat banyak pengusaha
dalam bidang ini berinovasi untuk mencukupi kebutuhan masyarakat akan uang
untung bersaing dengan kompetitor yang ada. Sehingga dari inovasi itu lahirlah
jasa keuangan yang beragam.Mulai dari BPR, BPD, BMT, Bank Syariah dan
masih banyak jenis jasa keuangan lainnya.
Pada tahun 1991 Bank Muamalatmuncul sebagai Bank Umum Syariah,
dapat dikatakan menjadi pelopor bank dengan sistim syariah di Indonesia.
Kemudian bank konvensional melakukan inovasi dengan mengadakan bank
bersisitim syariah. Pemerintah mengambil tindakan perihal inovasi tersebut
dengan mengeluarkan undang-undang nomor 10 tahun 1998 dimana bank
konvensional diizinkan untuk membuka bank dengan sistim syariah (Heykal,
2013). Menurut undang-undang nomor 21 tahun 2008 bank syariah adalah sebuah
segala kegiataanya berpijak pada fatwa lembaga negara yang bergerak dalam
bidang tersebut yaitu Majelis Ulama Indonesia.
Sebagai sebuah badan usaha yang bertujuan untuk mendapatkan laba,
banyak faktor yang mempengaruhi pendapatan sebuah bank.Faktor-faktor tersebut
dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah pengaruh dari bagian dalam bank dimana akan berpengaruh
langsung kepada pendapatan bank. Sementara fakor eksternal adalah faktor yang
secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap bank, biasanya faktor ini datang
dari luar bank dan tidak dapat dihindari. Biaya operasional terhadap pendapatan
operasional atau yang sering disebut dengan BOPO, merupakan satu faktor
internal dari empat faktor internal yang ada.Bopo berpengaruh negative signifikan
terhadap ROA atau profitabilitas bank (Rafsanjani, 2016: 167). Bahwa semakin
kecil rasio BOPO maka semakin efisien kinerja operasional bank. Pendapat ini
diperkuat oleh penelitian (Fuady, 2015: 58) yang mengatakan efisiensi
operasional berpengaruh negative signifikan terhadap profitabilitas bank, peneliti
membuktikan bahwa semkin rendah BOPO akan diikuti dengan meningkatnya
pendapatan bank. Penelitian lain (Heykal, 2013: 195) mendukung bahwa BOPO
berpengaruh negative signifikan pada profitabilitas bank. Dalam penelitian yang
sependapat (Syaichu, 2013: 8) mendukung bahwa BOPO berpengaruh negative
signifikan terhadap profitabilitas bank.Penelitian dengan hasil serupa (Nugroho,
2011: 12) dalam sebuah jurnal menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negative
Faktor selanjutnya yang secara tidak langsung mampu mempengaruhi
profitabilitas bank dan tidak dapat dihindari adalah inflasi. Inflasi adalah kondisi
dimana terjadi kenaikan harga barang di pasar secara terus menurus. Pendapat
inflasi mampu mempengaruhi profitabilitas bank ini dibantah oleh penelitian
(Kewal, 2012: 63) yang menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap hal
tersebut. Serupa dengan penelitian tersebut (Syaichu, 2013: 8) menyatakan bahwa
inflasi tidak mempengaruhi profitabilitas bank.Berseberangan dengan pendapat
sebelumnya, (Sahara, 2013: 155) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif
terhadap profitabilitas bank.Sementara (Naomi, 2009: 95) menyatakan adanya
pengaruh negative inflasi terhadap profitabilitas bank.Pendapat lain tentang
pengaruh inflasi terhadap profitabilitas bank umum syriah yang diwakili oleh
ROA adalah (Sodiq, 2014: 223) menyatakan bahwa keadaan tersebut tidak
menunjukkan pengaruh signifikan terhadap ROA.
Dalam kurun 2011-2016 ditemukan 13 bank umum syariah. Dari ketiga
belas bank tersebut terdapat kejanggalan antara pengaruh BOPO dan inflasi
terhadap profitabilitas bank umum syariah. Berikut adalah tabel yang menjelaskan
pergerakan rasio BOPO dan ROA disertai dengan peningkatan inflasi rata-rata
pada setiap bulannya yang disebarkan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Tabel 1.1
Tabel Data ROA BOPO dan Inflasi 2016 Bulan Juli-Desember
Sumber: www.bi.go.id
Dari table di atas, ditemukan adanya perbedaan antara hasil penelitian terdahulu
dengan kenyataan lapangan. Dimana terdapat bulan yang meyatakan BOPO
meningkat tapi ROA justru mengalami hal yang sama yaitu pada bulan
Januari-Februari dimana BOPO menurun secara komultif dari angka 95.28 ke angka 94.49
justru mengakibatkan turunnya ROA secara komulatif sebesar 0.2 yaitu dari
angka 1.01 ke angka 0.81 (ojk.co.id). Dan terdapat dalam beberapa bulan dimana
BOPO menurun inflasi meningkat yang diikuti dengan menurunnya ROA.Bahkan
pada bulan Desember dimana inflasi lebih rendah dari bulan sebelumnya, terjadi
peningkatan BOPO dan diikuti dengan penurunan ROA secara komulatif.
Pada dasarnya bank syariah memiliki perbedaan dengan bank
konvensional dalam mendapatkan laba.Maka seharusnya lebih memiliki
ketahanan terhadap inflasi yang merupakan masalah perekonomian. Dimana
inflasi akan memaksa pemerintah untuk menurunkan atau menaikkan BI rate agar dapat mengembalikan keadaan harga-harga seperti semula. Efek domino akibat
inflasi salah satunya adalah semua kebutuhan naik, dalam hal ini berhubungan
dengan kemampuan bank syariah untuk mengelola dengan baik dana operasional
Bulan 7 8 9 10 11 12
ROA 0.63 0.48 0.59 0.46 0.67 0.63
BOPO 96.15 96.96 96.27 97.21 95.91 96.23
mereka. Selain kemampuan bank syariah untuk bertahan dari efek inflasi yaitu BI rate, perlu diketahui pula kemampuan mereka dalam optimalisasi dana operasional sehingga mampu mengelola dana dengan sebaik-baiknya. Hubungan
antara bank syariah dengan nasabah adalah kemitraan, dimana ada amanah yang
harus dijaga oleh pihak bank syariah sebagai mudharrib.Maka optimalisasi pengelolaan dana untuk operasional sangatlah penting. Karena bukan hanya pada
pemilik saham tapi pembagian keuntungan juga dilakukan kepada shohibul mal
yaitu nasabah. Berikut data seluruh bank syariah di Indonesia
Tabel 1.2
Daftar BUS di Indonesia
No Nama Bank
1 Bank Muammalat Indonesia
2 Bank BCA Syariah
3 Bank Panin Dubai Syariah
4 Bank Mandiri Syariah
5 Bank BJB Syariah
6 BRI Syariah
7 BNI Syariah
8 Bank Victoria Syariah
9 Bank Aceh Syariah
10 Maybank Syariah
11 BTPN Syariah
12 Bank Bukopin Syariah
13 Bank Mega Syariah
(Wibowo, 2012: 6) berpendapat bahwa ROA lebih dipilih Bank Indonesia
untuk menjadi tolak ukur pendapatan sebuah bank. Sebagai pembina perbankan
BI lebih mengutamakan kemampuan mendapatkan keuntungan dengan
pengelolaan dana yang sebagian besar dari masyarakat. Semakin besar ROA
semakin besar pula keuntungannya dan semakin besar pula kemampuan mereka
dlam mengelola asset.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini ingin mengetahui kemampuan
Bank Umum Syariahuntuk bertahan dari inflasi. Serta kemampuan BUS
mengoptimalkan dana yang ada memenuhi operasionalnya untuk mendapatkan
ROA dengan cakupan bank lebih luas serta tahun yang terbaru yaitu mulai 2012
hingga periode 2016. Titik perbedaan dengan penelitian lain adalah terletak pada
adanya komparasi atau perbandingan ROA dari masing-masing bank sehingga
dapat diketahui kemampuan bertahan hidup dari setiap bank umum syariah.
Dengan demikian penelitian tentang“Analisis Pengaruh Inflasi dan
BOPO (Beban Operasional dan Pendapatan Operasional) Terhadap
Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus Bank Umum Syariah Tahun
2012-2016)”dianggap penting untuk mengetahui ketahanan BUS dari inflasi dan
kemampuannya untuk mengoptimalkan amanah shohibul mal yang telah
dititipkan.Serta untuk mengetahui perbandingan kemampuan bertahan hidup bank
umum syariah dengan membandingkan ROA masing-masing bank.
B. Rumusan Masalah
2. Apakah BOPO berpengaruh terhadap proftabilitas Bank Umum Syariah?
3. Adakah perbedaan perbandingan profitabilitas Bank Umum Syariah pada tahun
2012-2016.
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh inflasi terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah yang
diwakili oleh ROA.
2. Mengetahui pengaruh BOPO terhadap proftabilitas Bank Umum Syariah yang
diwakili oleh ROA.
3. Mengetahui perbedaan perbandingan profitabilitas Bank Umum Syariah pada
tahun 2012-2016.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat seutuhnya bagi
pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat meningkatkan dan memperluas serta
mengembangkan keilmuan peneliti dalam mengetahui tingkat profitabilitas
perbankan syariah.
2. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
kajian tingkat profitabilitas perbankan syariah, serta menjadi rujukan
pendapatan operasional (BOPO) terhadap tingkat profitabilitas perbankan
syariah yang diwakili ROA.
3. Bagi Perbankan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan
tentang pengaruh inflasi dan rasio beban biaya operasional (BOPO)
terhadap tingkat profitabilitas perbankan syariah.Serta memberikan
gambaran perbandingan pendapatan antar bank syariah.
E. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitin, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menerangkan tentang landasan teori yang mendasari
penelitian ini dan penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan
hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan populasi dan sampel, variabel penelitian,
metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang deskripsi objek penelitian, analisis
data, serta pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memberikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang
telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Di bawah ini terdapat penelitian terdahulu relevan mengenai
pengaruh inflasi dan BOPO terhadap profitabilitas bank yang diwakili oleh
Retuen on Asset (ROA), diantanranya:
Ningsuka Hakim dan Haqiqi Rafsanjani (2016) dalam penelitian
mereka yang berjudul “Pengaruh Internal Capital Adequency (CAR), dan Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) dalam
Meningkatkan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”,
menyatakan bahwa BOPO sebagai salah satu variabel dependent secara
parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
Misbach Fuady (2015) dalam sebuah penelitian tentang “Faktor
-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah” menyimpulkan
bahwa efisiensi operasional berpengaruh negative signifikan terhadap
profitabilitas bank, peneliti membuktikan bahwa semakin rendah BOPO
akan diikuti dengan meningkatnya pendapatan bank.
Era Rizkita Alhamdita dan Muhammad Heykal (2013) dalam
sebuah penelitian tentang “Analisis Estimasi dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia (Studi
Kasus PT Bank Mandiri Syariah Periode 2008-2011)”, menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negative signifikan pada profitabilitas bank dalam
Edy Satrio Wibowo dan Muhammad Syaichu (2013) dalam
penelitian mereka tentang “Analisis Pengaruh Suku Bunga, CAR, BOPO,
NPF Terhadap Profitabilitas Bank”, menyatakan bahwa Bopo berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas bank.
Aluisius Wishnu Nugroho (2011) dalam penelitian tentang
“Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NPF,KAP, dan PLO Terhadap Return
Of Asset” menyataka bahwa ada pengaruh BOPO secara negative
signifikan terhadap ROA.
Edhi Saputro Wibowo dan Muhammad Syaichu (2013) dalam
penelitian mereka tentang “Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, dan NPF Terhadap Profitabilitas Bank” menyatakan bahwa inflasi
tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank.
Surawaya Suci Kewal (2012) dalam penelitiannya tentang
“Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Profitailitas Bank”, menyatakan bahwa inflasi tidak berpenaruh terhadap
profitabilitas bank.
Febriana Dwijayanthi dan Prima Naomi (2009) dalam penelitian
tentang “Pengruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang Terhadap
Profitabilitas Bank” menyatakan bahwa Inflasi berpengaruh negatif
terhadap profitabilitas bank, semakin tinggi inflasi maka akan
mempengaruhi tingkat masyarakat untuk meminjam uang di bank.
Ayu Yanita Sahara (2013) dalam penelitiannya tentang “Analisis
Profitabilitas Bank”, menyatakan Inflasi berpengaruh positif terhadap
profitabilitas bank.
Tabel 2.1
Rangkuman Penelitian Yang Relevan
Peneliti Judul Hasil Penelitian
Ningsuka Hakim
Biaya Operasional per
Pendapatan Operasional
Analisis Estimasi dan
Faktor-Faktor Yang
negative signifikan pada
Indonesia (Studi Kasus
PT Bank Mandiri Syariah
Periode 2008-2011)
Edy Satrio
Wibowo dan
Muhammad
Syaichu (2013)
Analisis Pengaruh Suku
Bunga, CAR, BOPO,
Analisis Pengaruh CAR,
BOPO, NPF,KAP, dan
PLO Terhadap Return Of
Asset
Analisis Pengaruh Suku
Bunga, Inflasi, CAR,
Pengaruh Inflasi, Suku
Bunga, Kurs, dan
Pertumbuhan PDB
Terhadap Profitailitas
Bank
Inflasi tidak memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap profitabilitas
semakin tinggi inflasi
maka akan
mempengaruhi tingkat
masyarakat untuk
Ayu Yanita
a. Pengertian Perbankan Syariah
Pengertian bank yang tertulis pada Undang-Undang No. 21
Tahun 2008 tentang perbankan syariah, bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Menurut ketentuan yang tercantum di dalam Peraturan
Bank Indonesia nomor 2/8/PBI/2000, Pasal I, tertulis Bank Syariah
adalah bank umum sebagaimana yang dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariat Islam,
termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang bank asing yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariat Islam.
Bank Islam atau bisa juga disebut dengan Bank Syariah
bunga.Bank Syariah adalah lembaga keuangan atau perbankan
yang operasional dan produknya dikembangkan berdasarkan pada
Qur’an dan Sunnah (Hadis nabi Muhammad SAW). Atau dengan
kata lain Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam
lalu lintas sebuah pembayaran serta peredaran uang yang
disesuaikan dengan prinsip syariat islam. Bank ialah lembaga
perantara atau biasa disebut financial intermediary.Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam kegiatannya berkaitan
dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu
dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan alat pelancar
terjadinya perdagangan yang utama. Kegiatan dan usaha bank akan
selalu terkait dengan komoditas, antara lain (Muhammad, 2005: 15)
mengemukakan:
a) Memindahkan uang
b) Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening
koran
c) Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat
berharga lainnya
d) Membeli dan menjual surat-surat berharga
e) Membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas dagang
Bank yang tata cara operasionalnya mengacu kepada Al
Qur’an dan Hadits adalah bank yang tata cara beroperasinya
mengikuti perintah dan larangan yang tercantum dalam Al Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Pendapat (Dewi, 2010: 53)
berpendapat, sesuai dengan perintah dan larangan itu maka wajib
bagi ekonom untuk selalu menelaah lagi konsep-konsep Islam agar
tidak menyimpang dari ajaran Nabi Muhammad SAW.
b. Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional
Bank syariah merupakan perbankan yang mengedepankan
prinsip syariah tanpa adanya unsur maghrib(maisir, gharar, haram,
dan riba). Beberapa perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional diantaranya (Ismail, 2011: 38) berpendapat sebagai:
Tabel 2.2
Perbedanaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
No Bank Syariah Bank Konvensional
1
Investasi, hanya untuk
kegiatan yang halal serta
menguntungkan
Return yang dibayar/diterima berasal dari bunga, bukan
dari bagi hasil
3 hukum positif
Hubungan antara bank dan
nasabah adalah sebagai mitra
kerja
Hubungan antara bank dan
nasabah adalah sebagai
Dewan pengawas terdiri dari
BI, Bapepam, Komisaris,
dan DPS
Dewan pengawas terdiri dari
BI, Bapepam, dan Komisaris
Sumber: Ismail, 2011: 38
c. Ciri-Ciri Bank Syariah
Bank syariah dalam mekanisme pelaksanaannya sangat
jauh berbeda dengan bank konvensional. Karakteristik bank syariah
yang dikemukakan (Iska, 2012: 54) diantaranya:
1) Berdimensi keadilan dan pemerataan
Sebagai bukti dari sistem keadilan adalah
dengan adanya system bagi hasil. Jika terdapat
kesepakatan. Dengan demikian, secara tidak langsung
perekonomian umat akan terwujud secara merata dalam
bentuk penyebaran modal dan kesempatan untuk
berusaha sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.
2) Mandiri
Prinsip operasinal bank syariah tidak dengan
menggunakan bunga, maka secara otomatis akan
terlepas dari gejolak moneter, baik dalam negeri
ataupun dunia internasional. Bank syariah dapat
bergerak sesuai kemauannya sesuai ajaran Nabi
Muhammad SAW tanpa dipengaruhi oleh inflasi.
3) Persaingan secara sehat
Sebagai bentuk persaingan yang berlaku antara
bank syariah dengan bank syariah yang lainnya adalah
dengan memberikan keuntungan bagi hasil yang tinggi
kepada nasabah dan bukan mencari kelemahan bank
syariah yang lainnya.
4) Adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS)
DPS bersifat independen yang dibentuk
sebagai bagian dari Dewan Syariah Nasional
(DSN).Fungsi DPS adalah untuk mengawasi
operasional bank syariah, sehingga bank syariah harus
d. Definisi Riba dan Perspektif Islam
Islam sebagai agama yang sempurna.Telah mengatur
segala keseharian pengikutnya.Baik dalam beribadah maupun
berkomunikasi dengan sekitar. Berikut permbahasan mengenai riba
dan sudut pandang islam mengenainya.
a) Definisi Riba
Riba menurut bahasa berasal dari ”raba” yang
memiliki sinonim: nama wa zada yang berarti tumbuh dan bertambah. Menurut Az-Zuhaili dalam (Rumsida,2016: 19)
mendifinisikan riba adalah tambahan dalam
perkara-perkara tertentu. Selain itu riba dalam pengertian istilah
adalah kelebihan yang sunyi (tidak disertai) dengan
imbalan yang disyaratkan dalam jual beli (Hidayanto, 2008:
800).Pendapat lain mengeni riba (Nawatmi, 2010: 28)
pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal dengan
batil. Lainnya (Sulaemang, 2015: 159) menyatakan bahwa
riba adalah tambahan harta tanpa ada akad penyeimbang
atau pengganti.
Dari keempat definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa riba adalah sejumlah harta yang bertumbuh atau
bertambah tanpa adanya usaha bisa juga didapatkan dari
peminjaman sebuah harta yang diisyaratkan lebih saat
meminjam uang sebesar Rp. 2.000.000,00 kemudian dia
mengembalikannya kepada shahibul mal sebesar Rp. 2.200.000,00 maka yang demikian tidak dapat dikatakan
riba, mengapa? Karena saat peminjaman shahibul mal tidak mensyaratkan untuk mengembalikannya lebih, jadi uang
200.000 itu adalah murni sebagai ucapan terima kasih.
b) Hukum Larangan Riba
Pendapat yang menyatakan bahwa riba itu haram
diperkuat dengan dalil dari quran dan sunnah. Dalam
al-quran disebutkan dalam beberapa ayat, yaitu:
1. Surat Al-Baqarah 275
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya”.
2. Surat Al-Baqarah 278
َ ٍِيَ ًِق بَب يَ أُس ر َٔ َّللٱَ إُقَّحٱَ إُُ يا ءَ ٌٍِزَّنٱَب ٌُّٓ أٰٓ ٌ
َ ٍٍُِِي ۡؤُّيَىُخُُكٌَِإَ إٰٓ بِّشنٱ
٥٧٢
َ
278. Hai orang-orang yang beriman,
riba (yang belum dipungut) jika kamu
itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)
Dilihat pada tiga ayat yang pertama, dengan tegas Allah
menyatakan hukum riba adalah haram.Sedangkan pada ayat
keempat dapat kita lihat bahwa Allah tidak menyatakan
larangan terhadap zakat, namun membandingkan riba
dengan zakat. Meskipun dimata manusia riba akan
menambah nominal harta akan tetapi dimata Allah harta itu
tidaklah bertambah. Sebaliknya zakat yang sepertinya
mengurangi harta justru membuat harta tersebut bertambah
nilainya dimata Allah.Dapat diartikan sebenarnya Allah
melarang riba dan menganjurkan kita sebagai manusia untuk
berzakat.
Sala satu landasan islam dalam menentukan hukum
adalah dengan memperhatikan hadis Rasul. Dari ribuan
hadis yang telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad,
ditemukan beberapa hadis yang melarang muslim untuk
melakukan perbuatan yang menimbulakn riba. Diantaranya
1. (Al Bukhari,1426H) meriwayatkan dari hadis Abu
Hurairah yang artinya:
“Dari Abu Hurairah dari Nabi beliau bersabda: jauhilah tujuh perbuatan yang merusak. Para sahabat
bertanya “ya Rasulullah, apakah itu tujuh perbuatan tersebut?” Nabi menjawa: “menyekutukan Allah, sihir,
membunuh jiwa yang diharamkan oleh kecuali dengan hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri pada saat pertempuran (desersi), dan menuduh wanita yang bersih, lengah dari perbuatan
maksiat, dan mukmin”.(HR.Al-Bukhari).
2. (At-Tirmidzi,1426H) meriwayatkan sebuah hadis
Abdullah ibnu Mas’ud yang artinya:
“Dari Ibnu Mas’ud dia berkata: Rasullah mengutuk
orang yang memakan riba, orang yang mewakilinya,
saksinya, dan orang yang menulisnya”. (HR.
Ar-Tirmidzi)
Dari kedua hadis tersebut jelaslah bahwa Nabi Muhammad
melarang ummatnya untuk bersentuhan dengan riba.Bahkan
Nabi mengutuk muslim yang memakan riba, mewakilkan,
c) Jenis Atau Macam-Macam Riba
Syafi’iyah atau mereka yang menganut mazhab Imam
Syafi’i membagi riba kepada tiga bagian, yaitu:
1. Riba fadhal. (Mughits, 2009: 80) mengartikan bahwa
riba fadhal adalah tambahan benda dalam akad jual beli
atau tukar-menukar yang menggunakan ukuran
timbangan atau literan yang jenis barangnya sama.
Sementara lainnya (Nawatmi, 2010: 80) berpendapat
riba fadhal adalah riba yang dilibatkan pada transaksi
pembelian dari tangan ke tangan dan penjualan
komoditas. Jadi dapat kita simpulkan bahwa riba fadhal
adalah harta yang bertambah melalui praktek jual beli
atau pinjaman atau harta yang bertambah melalui
tukar-menukar uang atau makanan disertai dengan tambahan.
2. Riba al-yad. (Sulaemang, 2015: 162) berpendapat
bahwa riba al-yad yang terjadi dalam jual beli atau
penukaran terjadi tanpa ada kelebihan, tetapi salah satu
pihak meninggalkan majelis akad sebelum terjadi
penyerahan barang atau harga.
3. Riba nasi’ah. Adalah suatu jumlah tambahan yang dikemukakan atau disebutkan dalam perjanjian jual beli
atau tukar-menukar sebagai imbalan atas ditundanya
4. Riba Qardli. Adalah keuntungan dari meminjamkan
uang dengan tambahan pada saat pengembalian lebih
dari jumlah uang yang dipinjam sebeumnya
(Sulaemang, 2015: 162)
e. Konsep Akad Bank Syariah
Dari hasil musyawarah para ahli ekonomi muslim beserta
para ahli fikih di Mekah tahun 1973, dapat disimpulkan bahwa
konsep dasar hubungan ekonomi Islam dapat diterapkan dalam
operasional lembaga keuangan bank maupun non bank. Secara
garis besar, hubungan ekonomi sesuai syariah dapat ditentukan
oleh hubungan akad yang terdiri dari 5 konsep akad, yaitu
(Imaniyati, 2013:99):
1) Prinsip simpanan murni (Al Wadi’ah)
Fasilitas simpanan murni biasa diberikan untuk tujuan
investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya
deposito dan tabungan, akan tetapi Al Wadi’ah dalam bank konvensional identik dengan sebutan giro.
Dalam bukunya,(Antonio, 2001: 85): mengatakan bahwa dasar
َ أُّد ؤُحٌَ أَ ۡىُكُشُيۡأ ٌَ َّللٱٌََِّإ
َ ٍٍۡ بَىُخ ًۡ ك حَا رِإ َٔب ِٓهْۡ أَٰٓى نِإَِجٰ ُ ٰ ي ۡلۡٱ
ٌََِّإَ ٓۦِِّبَىُكُظِع ٌَبًَِّعََِ َّللٱٌََِّإَ ِل ۡذ عۡنٲِبَ إًُُك ۡح حٌَ أَِسبَُّنٱ
َ
َ ٌب كَ َّللٱ
شٍِص بَب َۢ عًٍِ س
َا
٢٢
َ
58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (An-nisa- 58)
Akad wadi’ah ini terbagi menjadi dua (Ascarya, 2012: 42) yaitu wadi’ah yad amanah dimana pihak yang menitipkan barang akan dikenai biaya untuk barang yang dititipkan
sebagai uang pemeliharaan, diikuti dengan pihak yang dititipi
tidak diizinkan untuk mengambil manfaat dari barang yang
dititipkan. Yang kedua adalah wadi’ah yad dhamanah yaitu pihak bank bertanggung jawab apabila terjadi kerusakan
terhadap barang yang dititipkan dengan izin untuk
memanfaatkan barang yang dititipkan, diikuti dengan
kewajiban memberikan bonus dengan nominal menjadi
2) Bagi hasil (Syirkah)
Bentuk produk sesuai dengan bagi hasil adalah
Mudharabah dan Musyarakah.Lebih jauh lagi, Mudharabah
dipergunakan sebagai dasar untuk produk pendanaan
(tabungan dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan
Musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan. Secara lebih luas
(Ascarya, 2012: 51) Musyarakah merupakan bagi hasil ketika dua atau lebih pengusaha pemilik dana berkerja sama sebagai
mitra usaha membiayai investasi usaha baik baru maupun
lama. Dan Mudharabah merupakan akad ketika pemodal
shohibul mal menyediakan total dana yang dibutuhkan
pengusaha atau mudharib untuk menjalankan usaha dengan syarat bahwa keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan yang
telah dilakukan kedua pihak (Ascarya, 2012: 60).
Dasar hukum mudharabah dan musyarakah (Antonio, 2001: 90 dan 95) memberikan pendapat 2 ayat. Yaitu:
...
....
”….. dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian karunia Allah SWT….” (Al-Muzammil: 20).
...
...
“…maka mereka berserikat pada sepertiga…” (An Nisa’:12).
3) Prinsip jual beli (At Tijarah)
Prinsip ini adalah suatu sistem yang menerapkan tata
cara jual beli dengan margin sesuai dengan kesepakatan. Pola
jual beli yang kemudian diadopsi bank syariah secara luas
terbagi menjadi 3 (Ascarya, 2012: 78) yaitu:
a) Murabahah adalah istilah dalam Fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan
biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan
biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang
tersebut, dan tingkat keuntungan yang dinginkan.
b) Salam adalah adalah jual beli dengan pembayaran di muka
dan penyerahan barang di kemudia hari dengan harga,
spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal dan tempat
penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelumnya dalam
perjanjian.
c) Istishna adalah memesan pada perusahaan untuk
memproduksi barang atau komoditas tertentu untuk
pembeli. Dasar hukum jual beli menurut(Antonio, 2001:
102)khususnya murabahah adalah
...
..
“...Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba...” (Al Baqarah: 275).
4) Prinsip sewa (Al Ijarah)
Hakikatnnya prinsip ini adalah penjualan manfaat.
Prinsip ini hampir sama dengan leasing pada sistim keuangan konvensional karena keduanya terdapat pengalihan sesuatu
dari satu pihak ke pihak lain atas dasar manfaat (Ascarya,
2012: 100).Secara garis besar terbagi atas 2 jenis, yaitu:
a) Ijarah: sewa murni tanpa adanya kepemilikan bagi
penyewa.
b) Bai at tajiri atau ijarah muntahiya bit tamlik adalah penggabungan antara sewa dan beli, yang pada
akhirnya penyewa mempunyai hak untuk memiliki
barang tersebut pada akhir masa sewa.
Dasar hukum ijarah (Antonio, 2001: 117)
mengemukakan sebuah ayat dari kitab suci yaitu:
ََّيَىُخ ًَّۡه سَا رِإَ ۡىُكٍۡ ه عَ حب ُُجَ لَ فَ ۡىُك ذٰ ن ۡٔ أ
pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al Baqarah: 233).5) Prinsip jasa/fee (Al Ajr)
Al-ajr atau ujroh (upah) adalah imbalan yang
diberikan atau diminta atas suatu pekerjaan yang dilakukan
(Ascarya, 2012: 110).Prinsip ini merupakan prinsip yang
meliputi seluruh layanan non pembiayaan bank, seperti:
transfer, kliring, atm dll.
Dasar hukum fee khususnya al wakalah (Antonio, 2001: 121) adalah ayat berikut
َ
“Jadikanlah aku bendaharawan Negara (Mesir).
Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi
Dalam konteks ini, Nabi Yusuf siap untuk menjadi
wakil untuk mengemban amanah negeri Mesir.
f. Fungsi Bank Syariah Dalam Memperoleh Laba
Fungsi utama bank syariah adalah untuk menghimpun
dana, menyalurkan dana dan pelayanan jasa kepada seluruh
masyarakat. Bank syariah juga sebagai perantara antara pihak yang
membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Dalam
menghimpun dana masyarakat, bank syariah akan memberikan bagi
hasil atas simpanan dari masyarakat. Pembayaran bagi hasil sesuai
dengan akad antara pihak ketiga dengan pemilik dana (Ismail,
2011: 43).
Gambar 2.1
Fungsi Bank Syariah Dalam Memperoleh Keuntungan Bank Syariah
Pelayanan Jasa Penyaluran Dana
Penghimpunan Dana
Pendapatan Fee
Pendapatan:
-Margin Keuntungan
-Bagi Hasil
-Sewa Biaya:
-Bonus
2. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan hasil akhir yang dicapai manajemen
dari setiap kebijaksanaan dan keputusan.Rasio profitabiliyas adalah
rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba
(Suwiknyo, 2010: 64).Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan didalam usahanya memperoleh keuntungan
dengan menggunakan aktiva yang dimiliki (Dwijayanthi dan Naomi,
2009: 88). Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur dan
membandingkan kinerja profitabilitas adalah Return On Asset
(ROA). ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh earning dalam perusahaan (Siamat, 2005: 290).
Profitabilitas atau laba dalam bahasa arab mempunyai makna
pertumbuhan dalam dagang. Dalam ekonomi Islam, keutungan
diartikan sebagai tambahan dari hasil jual beli atau hasil yang
berkaitan dari setiap pekerjaan yang dilakukan. Keuntungan ini ada
kalanya dinisbahkan kepada pemilik barang atau dinisbahkan kepada
barang itu sendiri (www.islampos.com).Tidak ada batasan tertentu
dalam pengambilan keuntungan karena ayat-ayat dan hadits-hadits
tentang jual beli tidak menjelaskan tentang batasan tertentu dalam hal
tersebut. Akan tetapi, bahwa dalam pengambilan keuntungan tidak
diperbolehkan melebihkan keuntungan yang bisa membahayakan
“Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan
petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah
mereka mendapat petunjuk” (Al Baqarah: 16).
At-Tabari mengulas ayat tersebut dengan menyatakan bahwa
seseorang yang melakukan perniagaan akan memperoleh keuntungan
apabila ia melakukan aktivitas pertukaran komoditas yang dimilikinya
dengan komoditas lainnya yang berharga. Sebaliknya jika ia
menukarkan komoditas yang dimilikinya dengan komoditas yang
lebih murah maka perniagaan tersebut akan mengalami kerugian.
Berdasarkan ta’rif ini, dapat disimpulkan bahwa keuntungan akan diperoleh apabila suatu barang itu dijual dengan harga lebih tinggi
daripada pengeluarannya.
Dalam hadist Nabi Muhammad SAW dijelaskan bahwa
رارض لاو ررض لا
“Tidak ada bahaya dan tidak ada pembahayaan.”(Riwayat
beberapa orang shahabat.Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam
Rentabilitas atau profitabilitas bank adalah suatu kemampuan bank untuk memperoleh laba/keuntungan yang dinyatakan dalam
persentase. Rasio ini digunakan untuk menganalisis dan mengukur
tingkat efisiensi usaha dan keuntungan yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan.Profitabilitas menunjukkan tidak hanya jumlah kuantitas
dan trend earning tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi
ketersediaan dan kualitas earning. Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap profitabilitas bank yang diukur dengan
dua rasio yang mempunyai bobot yang sama (Hasibuan dalam
Suryani, 2011). Menurut Bank Indonesia, terdapat dua indikator
tentang kondisi profitabilitas, yaitu: (1) Return on Asset (ROA) atau tingkat pengembalian aset, dan (2) Rasio Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO).
Menurut kodifikasi peraturan Bank Indonesia kelembagaan
penilaian tingkat kesehatan bank tahun 2012 menyatakan bahwa
tujuan ROA adalah untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
menghasilkan sebuah keuntungan.Semakin kecil rasio ini
mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal
pengelolaan aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan
biaya.
Return on Asset (ROA) yang mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset
pengelolaan asset yang semakin baik.Suatu bank dapat dimasukkan ke
dalam klasifikasi sehat, apabila: (1) Rasio tingkat pengembalian atau
Return on Asset (ROA) mencapai sekurang-kurangnya 1,2% dan (2)
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
tidak melebihi 93,5%.
Dalam penelitian ini, Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah menjadi variabel dependen. ROA dirumuskan sebagai
berikut (Taswan, 2010:165):
ROA
=
x100 %
Tabel 2.3
Kriteria Penilaian ROA
Peringkat Prosentase Keterangan
1 ROA > 1.5% Sangat baik
2 1.25%< ROA ≤ 1.5% Baik 3 0.5% < ROA ≤ 1.25% Cukup baik 4 0% < ROA ≤ 0.5% Kurang baik
5 ROA ≤ 0% Buruk
Sumber: www.bi.go.id
3. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio Beban Operasional (BOPO) yaitu perbandingan antara beban
operasional dengan pendapatan operasional.Rasio yang sering disebut
rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
operasional.Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga
kemungkinan suatu bank dalamkondisi bermasalah semakin kecil.
(Wibowo, 2012: 22) Berpendapat bahwa biaya operasional dihitung
berdasarkanpenjumlahan dari total beban bunga dan total beban
operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari
total pendapatan bunga dantotal pendapatan operasional lainnya.
BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang
mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan
jalur membandingkan satu terhadap lainnya.Berbagai angka pendapatan
dan pengeluaran dari laporan rugi laba dan terhadap angka-angka dalam
neraca.Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya
operasional dan pendapatan operasional.Rasio biaya operasional
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasi (Wibowo, 2012: 22). Semakin rendah BOPO
berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya
operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang
diperoleh bank akan semakin besar.
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional atau
dapat disingkat rasio BOPO, merupakan rasio yang menunjukkan tingkat
efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokonya terutama
pembiayaan.Penilaian aspek efisiensi dimaksudkan untuk mengukur
yang dilakukan untuk mengoperasikan dana tersebut (Suwiknyo, 2010:
150).
BOPO =
x 100 %
4. Inflasi
Sebagai sebuah negara, salah satu hal lumrah yang dihadapi
dalam masalah perekonomian adalah inflasi.Definisi singkat inflasi
adalah kenaikan harga-harga secara terus –menerus.Kenaikan harga-harga secara terus-menerus sehingga mengakibatkan daya beli
masyarakat menurun (Putong, 2002:254). Definisi lain tentang inflasi
yaitu suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu
perekonomian (Sukirno, 1998:15).Inflasi merupakan salah satu masalah
perekonomian yang harus dipecahkan.Namun menjadikan inflasi pada
tingkat 0% bukan merupakan tujuan utama dari pemerintah (Sukirno,
2010:333).Dengan inflasi pemerintah mampu mengukur seberapa buruk
masalah perekonomian yang dihadapi oleh negaranya.Untuk
menggambarkan tingkat permasalahan ekonomi tersebut biasanya
pemerintah menggunakan tingkat inflasi, yaitu persentase kecepatan
kenaikan harga-harga dalam suatu tahun tertentu (Sukirno, 1998:
302).Kenaikan harga yang terjadi pada satu atau dua barang saja tidak
(mengakibatkan kenaikan secara luas) pada barang-barang lainnya
(Boediono, 1998: 161).
Menurut Bank Indonesia, inflasi timbul karena adanya tekanan
dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga
komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi
negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.
Masalah kenaikan harga pada beberapa negara biasanya terjadi
karena banyak faktor. Pada negara industry, inflasi dapat terjadi
bersumber dari salah stu atau gabungan dari dua masalah berikut
(Sukirno, 1998:15):
a) Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemmpuan
perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan
jasa-jasa. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan akan
mendorong konsumen untuk membeli barang-barang yang
mereka butuhkan dengan meminta barang yang lebih tinggi.
Sebaliknya, para pengusaha akan mencoba menahan
barangnyadan hanya menjual kepada konsumen yang bersedia
membayar dengan harga yang lebih tinggi. Kedua-dua hal ini
b) Pekerja-pekerja di barbagai kegiatan ekonomi menuntut
kenaikan upah. Apabila para pengusaha mulai mengalami
kesukaran untuk mendapatkan tambahan tenaga kerja untuk
produksinya, pekerja-pekerja yang ada akan terdorong untuk
menuntut kenaikan upah. Apabila tuntutan tersebut meluas,
akan terjadi kenaikan biaya produksi berbagai barang dan jasa
yang dihasilkan dalam sebuah perekonomian. Kenaikan biaya
produksi tersebut akan mendorong perusahaan untuk
meningkatkan harga barang danjasa yang mereka produksi.
C. Kerangka Penelitian
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
Y = b0 + b1x1 + b2x2 + e
Keterangan:
Y = Variabel dependent perbankan
b0 = Konstanta
b1-b2 = Koefisien regresi variabel independent
x1 = Inflasi
x2 = BOPO
Inflasi (X1)
BOPO (X2)
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku,
fenomena ataupun keadaan tertentu yang sudah terjadi ataupun belum
terjadi (Kuncoro, 2009: 59). Berdasarkan telaaah pustaka diatas maka
hipotesis yang dapat diajukan sebagai jawaban sementara terhadap
permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh inflasi terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah (ROA)
Inflasi merupakan proses kenaikan harga-harga umum suatu
barang secara terus-menerus, atau dengan kata lain adanya penurunan
dari nilai mata uang yang berlaku (Nopirin, 1998:25).Abdullah
(2010:63) dalam Kalengkongan (2013) mendefinisikan inflasi sebagai
suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya
masyarakat dalam membeli sesuatu yang diikuti dengan merosotnya
nilai riil mata uang suatu negara.
Di bidang moneter, laju inflasi yang tinggi yang tidak tekendali
sangat menggangu upaya perbankan dalam mengerahkan dana
masyarakat/dana pihak ketiga. Tingkat inflasi yang tinggi
menyebabkan tingkat suku bunga riil menurun. Fakta demikian akan
mengurangi keinginan masyarakat untuk menabung, sehingga
pertumbuhan dana perbankan yang bersumber dari masyarakat
menurun. Kemudian berdampak terhadap profitabilitas yang akhirnya
Pendapat inflasi mampu mempengaruhi profitabilitas bank ini
dibantah oleh penelitian (Kewal, 2012) yang menyatakan bahwa inflasi
tidak berpengaruh terhadap hal tersebut. Serupa dengan penelitian
tersebut (Syaichu, 2013) menyatakan bahwa inflasi tidak
mempengaruhi profitabilitas bank.Berseberangan dengan pendapat
sebelumnya, (Sahara, 2013) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh
positif terhadap profitabilitas bank.
H1: Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap Return of Asset(ROA).
2. Pengaruh BOPO terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah (ROA)
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional atau
sering disebut rasio BOPO merupakan rasio yang menunjukkan tingkat
efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokonya terutama
pembiayaan.Penilaian aspek efisiensi dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memanfaatkan dana yang dimiliki dan biaya
yang dilakukan untuk mengoperasikan dana tersebut (Suwiknyo, 2010:
150).
Semakin tinggi rasio BOPO mencerminkan rendahnya
kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan meningkatkan
pendapatan operasionalnya sehingga menimbulkan
biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank sehingga bank
mendapatkan keuntungan (Wibowo dan Syaichu, 2013).
Pendapat ini diperkuat oleh penelitian Rafsanjani (2015),
Fuady (2005), Heykal (2015), Syaichu (2013), dan Nugroho (2011)
dimana semuanya menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
H2: Biaya Opersional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) berpengaruh negatif signifikan terhadap Return on Asset
(ROA).
3. Keadaan perbedaan ROA dari masing – masing bank syariah.
Return of Asset (ROA) adalah kemampuan perusahaan untuk
mendapat laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu. Dalam lima
tahun terakhir terhitung sejak 2012 hingga 2016, tentunya masing – masing bank syariah memiliki persentase ROA yang berbeda. Berikut
adalah data ROA bank syariah pada tahun 2016:
Tabel 2.4
Data ROA Bank Umum Syariah 2016
No NAMA BANK ROA
1 PANIN DUBAI SYARIAH BANK 0,37%
2 MAY BANK SYARIAH 1,60%
3 BRI SYARIAH 0,95%
4 BCA SYARIAH 1,1%
5 BANK BUKOPIN SYARIAH 0,76%
6 BNI SYARIAH 1,44%
7 BANK MEGA SYARIAH 2,36%
8 BJB SYARIAH 2,22%
10 BANK MUAMMALAT 0,22% Sumber: Annual Report Setiap Bank
Dari tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa ada perbedaan ROA
antara bank baik secara signifikan maupun tidak signifikan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang saya gunakan adalah berjenis kuantitatif, (Ruslan,
2010: 29) yaitu penelitian yang memberikan data kongkret dan terukur.
Jenis ini saya gunakan karena lebih mampu memberikan hasil kongkrit
pada penelitian dan lebih memberikan gambaran nyata lapangan tentang
apa yan terjadi di lapangan.
B. Populasi dan Sempel
Penelitian ini akan mengambil data dari Bank Umum Syariah yang
masuk dalam Otoritas Jasa Keungan (OJK). Dimana pada tahun 2017
terdapat 13 BUS. Akan tetapi dari ketiga belas BUS tersebut tidak
semuanya akan masuk dalam penelitian ini dikarenakan tidak memenuhi
syarat data yang akan digunkan. Yaitu:
1. Melaporkan data keuangan tahunan kepada masyarakat.
2. Memiliki data laporan keuangan yang disebar-luaskan sejak
tahun 2012-2016.
3. Melampirkan data ROA dan BOPO dalam laporan keuangan
tahunan.
C. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan melalui
teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpul data dengan mencari
buku, surat, notulen rapat, serta laporan keuangan yang telah
dipublikasikan dan laporan lain yang berkaitan dengan permasalahan.
D. Definisi Konsep dan Operasional
1. Variable Dependen (Y)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain.Atau sering disebut sebagai variable output, criteria,
konsekuen (Sugiyono, 2010: 4).Return on Asset (ROA) yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat asset tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan
efisiensi dan efektivitas pengelolaan asset yang semakin baik.Dalam
penelitian ini, Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah menjadi variabel dependen. ROA dirumuskan sebagai berikut
(Taswan, 2010:167):
ROA
=
x100 %
2. Variable Independen
Variable independen adalah variable yang tidak dapat
dipengaruhi oleh variable lain namun dapat mempengaruhi variable
dependen sehingga mampu merubah variable dependen
tersebut.Variable ini disebut juga sebagai variable stimulus, predictor,
yang digunakan adalah inflasi dan BOPO. Definisi dari masing-masing
variable sebagai berikut:
a. Inflasi (x1)
Inflasi merupakan kecenderungan kenaikan
harga-harga umum (barang dan jasa) yang terjadi secara terus
menerus, tetapi kenaikan harga tersebut tidak selalu dalam
presentase yang selalu sama (Waluyo, 2013: 159).
Sedangkan menurut Case (2009: 223), inflasi adalah
kenaikan tingkat harga-harga secara keseluruhan.
Pengertian lain tentan inflasi menurut putong (2002,254)
adalah kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus.
b. BOPO (x2)
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional atau sering disebut rasio BOPO merupakan
rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam
menjalankan usaha pokonya terutama
pembiayaan.Penilaian aspek efisiensi dimaksudkan untuk
mengukur kemampuan bank dalam memanfaatkan dana
yang dimiliki dan biaya yang dilakukan untuk
mengoperasikan dana tersebut (Suwiknyo, 2010: 150).
BOPO =
Tabel 3.1
Rangkuman Definisi Konsep dan Operasional
No. Variabel Pengertian dan Pengukuran
1 Profitabilitas
(Y)
Return on Asset (ROA) yang mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba
bersih berdasarkan tingkat asset tertentu.
ROA
=
x100%
2 Inflasi (X1) Kenaikan tingkat harga-harga secara
keseluruhan. Pengertian lain tentan inflasi
menurut putong (2002: 254) adalah kenaikan
harga-harga umum secara terus-menerus.
3 BOPO (X2) BOPO merupakan rasio yang menunjukkan
tingkat efisiensi bank dalam menjalankan usaha
pokonya terutama pembiayaan. Penilaian aspek
efisiensi dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memanfaatkan dana
yang dimiliki dan biaya yang dilakukan untuk
mengoperasikan dana tersebut (Suwiknyo, 2010:
150).
BOPO =
x100 %
E. Uji Instrument Penelitian
a. Uji Stasioneritas
Uji stasioner digunakan untuk menguji data time series agar data yang digunakan bersifat flat, tidak mengandung komponen trend,
dengan keragaman konstan dan tidak terjadi fluktuasi periodic
(Winarno, 2015: 6). Uji yang digunakan adalah uji Unit Root Test yang dikembangkan oleh Dickey-fuller, berdasarkan data yang diperoleh
dari laporan keuangan tahunan Bank Umum Syariah periode
2012-2016.
F. Uji Analisis Statistik Deskriptif.
Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi mendiskriptifkan
atau member gambaran terhadap obyek penelitian melalui sempel atau
populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2010: 29).Statistik
deskriptif meberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar defiasi, varia, maksimum, minimum, sum, range, purtosis, dan skewness (Ghozali, 2013: 19).
G. Uji Statistik
a. Koefisien Determinasi (R-Square)
Suatu model mempunyai kebaikan dan kelemahan jika
diterapkan dalam masalah yang berbeda. Untuk mengukur
determinasi (R2). Nilai koefisien determinasi merupakan suatu
ukuran yang menunjukkan besar sumbangan dari variabel
independen terhadap variabel dependen, atau dengan kata lain
koefisien determinasi menunjukkan variasi turunnya Y yang
diterangkan oleh pengaruh linier X.
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen.Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.Ketika
nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghazali, 2013: 97).
b. Uji F-Statistik
Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar
pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama
terhadap variabel dependen (Ghazali, 2013: 98). Pengujian ini dapat
dilakukan dengan uji nilai signifikansi F. Uji ini merupakan uji