• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

 

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi tanaman perkebunanyang penting di Indonesia. Berdasarkan klasifikasi tumbuhankelapa sawit berasal dari famili Araceae.Tanaman initermasuk ke dalam tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Fungsi sistem akar yang paling nyata adalah untuk mendukung tanaman agar dapat berdiri kokoh dalam tanah. Selain itu, sistem akar membantu tanaman dalam pengambilan zat hara di tanah. Akar pada tanaman kelapa sawit berupa akar serabut yang tersusun dari akar primer, akar sekunder, dan akar tertier. Akar yang memiliki kemampuan paling efektif dalam pengambilan hara dan air dari dalam tanah adalah akar tersier. Pemeliharaan akar tanaman seperti kecukupan air dan hara dalam tanah akan meningkatkan kapasitas absorbsi tanaman (Sunarko, 2009).

Batang pada tanaman kelapa sawit tidak bercabang dan dibungkus oleh pelepah daun. Pertumbuhan awal batang setelah fase muda (seedling) membentuk batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia(Sunarko,2009).

Batang bagian bawah (bonggol batang atau bowl) kelapa sawit memiliki ukuran yang lebih besar.Corley dan Gray (1976) mengemukakan bahwa batang kelapa sawit mengandung banyak serat dengan jaringan pembuluh yang menunjang dalam pengangkutan hara. Mite et al. (1999) menyatakan bahwa batang pohonadalahsinkbagihara yangdikumpulkan olehtanamanselamatahapan vegetatif.Peran karbohidrat yang terkandung dalam batang kelapa sawit adalah sebagai sumber asimilat. Dengan demikian, batang merupakan organ yang penting dalam proses fisiologi tanaman.

Kelapa sawit memiliki daun yang memiliki bentuk susunan daun majemuk. Bagian pangkal pelepah daun terbentuk daridua baris duri yang tajam dan keras di kedua sisinya. Daun pertama yang keluar pada stadia bibit berbentuk lanceolate, kemudian muncul bifurcate, dan disusul bentuk pinnate. Bibit yang berumur mulai dari 5 bulan biasanya dijumpai 5 lanceolate, 4 bifurcate, dan 3 pinnet(Lubis, 1992).

(2)

 

Persyaratan Tumbuh

Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu aspek lingkungan (iklim dan tanah), aspek genetis (jenisdan varietas), dan aspek teknis agronomis (eksternal dan internal). Lingkungan tumbuh sangat mempengaruhi kemampuan tanaman kelapa sawit terhadap pertumbuhan dan produksi Tandan Buah Segar (TBS). Kelapa sawit termasuk tanaman famili Araceae yang cocok hidup di daerah tropis basah di sekitar 120 LU – 120 LS dengan ketinggian tempat 0 – 500 m dari atas permukaan laut. Curah hujan yang ideal bagi kelapa sawit adalahantara 2 000 – 2500 mm per tahun dan tersebar merata sepanjangtahun. Curah hujan berguna untuk meminimalkan penguapan dari tanah dan tanaman serta menjamin ketersediaan air bagi tanaman.

Cahaya matahari berperan penting dalam proses fotosintesis tanaman yang dibutuhkan untuk pembentukan bunga dan buah. Lama penyinaran matahari minimal 1 600 jam per tahun atau berkisar 5 – 7 jam/hari, sedangkan suhu optimal berkisar 240 – 280 C. Selain itu, kelembaban dan angin berperan penting dalam menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Fungsi kelembaban adalah membantu mengurangi penguapan, sedangkan angin dibutuhkan dalam proses penyerbukan alami (Lubis, 1992).

Tanah merupakan faktor penting yang sangat menentukan kelangsungan hidup tanaman selama pertumbuhan dan perkembangannya. Selain tanaman memperoleh unsur hara dari udara (C, H, O),tanaman juga membutuhkan unsur- unsur yang berasal dari dalam tanah seperti air dan mineral untuk proses fisiologis tanaman. Kiswantoet al. (2008) menyebutkan beberapa jenis tanah yang dapat ditanami kelapa sawit antara lain Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu (HK), dan Alluvial atau Regosol.Solum tebal tanah yang ideal adalah 80 cm. Derajat kemasaman (pH) menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada kondisi pH tanah berkisar 4 – 6.5 dan optimal pada pH 5 – 5.5 (Lubis, 1992).

(3)

 

Pembibitan

Pembibitan adalah salah satu tahapan penting dalam teknik budidaya tanaman kelapa sawit. Pahan (2008) menyatakan bahwa pembibitan yang baik dilakukan setahun sebelum penanaman di lapang.Pembibitan dimulai dari pengecambahan benih kelapa sawit sampai menjadi bibit tanaman yang siap untuk dipindahkan ke lapang. Tujuan akhir dari pembibitan ini adalah memperoleh bibit dengan kondisi pertumbuhan yang baik.

Sunarko (2009) menyatakan terdapat dua teknik dalam pembibitan tanaman kelapa sawit yaitu cara langsung (double stage) dan cara tidak langsung (single stage). Teknik pembibitan secara langsung dilakukan dengan menanam kecambah pada polybag dengan ukuran besar seperti pembibitan pada umumnya, sedangkan teknik secara tidak langsung terdiri dari dua tahapyaitu tahappembibitan awal (pre nursery) selama 3 bulan, dan pembibitan utama (main nursery) selama 9 bulan. Pembibitan dua tahapini meliputi pemindahan (transplanting) bibit dari pembibitan awal ke pembibitan utama, apabila pemindahan tidak dilakukan dengan tepatakan menyebabkan shockatau kejut tanaman pada waktu pemindahan. Pemisahan bibit yang abnormal harus dilakukan ketika pemindahan bibit.

Menurut Mutertet al. (1999) penggunaan teknik pembibitan tidak langsunglebih menguntungkan dibandingkan dengan teknik pembibitan langsung, hal ini karena teknik secara tidak langsung memiliki keunggulan yaitu dapat menekan biaya pengawasan, pemeliharaan, pemupukan,dan pengendalianterhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lebih murah. Selain itu, penggunaan tanah dan polybag dapat dikurangi, serta dapat menekan jumlah kematian bibit.

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan dari tahapan teknik budidaya yang sangat penting dalam pemeliharaan semua jenis tanaman budidaya.

Pengertian pemupukan menurut Hardjowigeno (2007) adalah penambahan zat hara tanaman ke dalam tanah. Mangoensoekarjo (2007) menambahkan bahwa aplikasi pupuk adalah salah satu upaya untuk memacu pertumbuhan. Sasaran akhir dari pemupukan ini untuk meningkatkan produktivitassuatu tanaman.

(4)

 

Pemupukan yang dilakukan pada tanaman kelapa sawit harus menjamin agar pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga memberikan produksi dalam jumlah yang tinggi.

Pemupukan memegang peranan penting dalam penyediaan bahan makanan atau unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur hara tanaman yang dibutuhkan oleh tanaman dibedakan menjadi dua berdasarkan fungsinya yaitu hara esensial dan non-esensial. Hara esensial merupakan hara yang terlibat langsung dalam proses metabolisme, sedangkan hara non-esensial adalah hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlahtertentu. Suatu unsur dinyatakan esensial apabila tanaman gagal tumbuh dan tidak dapat melengkapi daur hidupnya karena tidak memenuhi unsur tersebut.

Terdapat 16 unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman(Gardner et al., 1991).

Hara esensial dibagi menjadi dua tipe yaitu hara makro dan hara mikro, keduanya dibedakan berdasarkan banyak sedikitnya jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar, sedangkan hara mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Hara makro meliputikarbon (C), hidrogen(H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor(P), kalium(K), magnesium (Mg), kalsium(Ca),dan sulfur(S). Tiga unsur hara yang paling utama dari unsur makro tersebut adalah N, P, dan K.

Peran Nitrogen (N) bagi Tanaman

Nitrogen merupakan unsur hara makro yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman khususnya pada fase vegetatif. Salah satu sumber hara N adalah pupuk Urea. Unsur Nmerupakan hara yang bersifat higroskopis. Hara N diserap tanaman dalam bentuk NH4+ dan NO3-.Unsur N bersifat mobil di dalam tanah (Kasno, 2009).

Unsur N memiliki peran penting dalam proses fisiologi tanaman. Unsur ini merupakan komponen penting dari protein, asam nukleat, berbagai aktivator enzim, danmembantu tanaman dalam penyusunan klorofil.Corleydan Gray (1976) mengemukakan bahwa gejala umumdefisiensi N pada tanaman kelapa sawit adalah klorosis pada daun. Hal ini karena sintesis klorofil menjadi terhambat,

(5)

 

sehingga berdampak pada laju pertumbuhan kelapa sawit. Selain itu, gejala lain yang dapat dilihat adalah daun berwarna hijau pucat kekuningan (Firmansyah, 2006).

Unsur N dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang banyak, namun demikian N dalam tanah harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Unsur N yang berlebih akan memberikan dampak yang buruk bagi tanaman kelapa sawit yaitu menyebabkandaun menjadi lemah, tanaman menjadi rentan terhadap hama dan penyakit, kekahatan boron, white stripe, dan berkurangnya buah.

Peranan Fosfor(P) bagi Tanaman

Fosfor merupakan salah satu komponen unsur hara makro yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Peran utama P adalah membantu perkembangan tanaman khususnya akar tanaman. Hara P merupakan penyusun dari senyawa-senyawa tanaman seperti enzim dan protein serta komponen struktural bahan pembentuk RibonucleicAcid(RNA) dan Deoxyribonucleic Acid (DNA). Selain itu, P dapatberperan dalam proses metabolisme tanaman yaitu dalam penyimpanan dan pemindahan energi melalui transformasi Adenosin Di Phosphate (ADP) ke Adenosin Tri Phosphate (ATP).

Sumber unsur hara P antara lain pupuk SP-18, RP (Rock Phosphat), dan SP-36.

Unsur P diserap oleh tanaman dalam bentuk H2PO4 dan HPO42-(Hardjowigeno, 2007).

Menurut Mangoensoekarjo (2007) jika pada tanaman memiliki P yang rendah dan menggunakan pupuk yang tidak memenuhi standar, maka akan memberikan dampak yang buruk bagi efisiensi unsur hara lain dan mengakibatkan pertumbuhan serta produksi menurun. Kendala umum dari pemupukan P pada tanaman adalah rendahnya efisiensi P di dalam tanah. Alasan yang terkait dikemukakan Mangoensoekarjo (2007) bahwa rendahnya tingkat efisiensi tersebutkarena P tergolong ke dalam unsur hara yang lambat untuk berdifusi ke arah akar.

Tanaman yang mengalami kekurangan hara P dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perakaran yang berkembang tidak baik, serta daun tua yang rontok. Hartley (1977) mengemukaakan bahwa sebenarnya defisiensi P pada

(6)

 

tanaman kelapa sawit tidak mudah terlihat. Tetapi ada beberapa gejala yang dapat dilihat yaitu batang tanaman yang mengkerucut, kerdil, dan pelepah daun yang pendek (Rankine dan Fairhurst, 1999).

Kelebihan P mengakibatkan dampak negatif pada kelangsungan hidup tanaman. Pupuk P yang berlebih akan mengakibatkan level kandungan P pada akar-akar kelapa sawit menjadi tinggi, sehingga terjadi depresi terhadap pertumbuhan tanaman dan memperlambat penyerapan dan translokasi hara mikro seperti tembaga (Cu), seng (Zn), dan besi (Fe) (Goh danHardter, 2003).

Peranan Kalium (K) bagi Tanaman

Kalium merupakan salah satu unsur hara makro yang sangat penting bagi tanaman dan banyak dibutuhkan untuk proses fisiologis tanaman. Unsur K dapat diperoleh oleh tanaman dari dalam tanah maupun pupuk. Tanaman menyerap kalium dalam bentuk K+. Unsur K dalam tanah berasal dari mineral-mineral primer tanah (Hardjowigeno, 2007).

Unsur K merupakan komponen utama dari berbagai substansi penting dalam tanaman. Corley dan Gray (1976) menyebutkan fungsi utama K pada tanaman adalah sebagai aktivator sejumlah enzim karena kehadiran ion K+ dibutuhkan dalam aktivitasenzim. Selain itu, K berperan juga dalam membantu transportasi asimilat-asimilat dari fotosintesis, membuka dan menutupnya stomata, pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat tegakan tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, serta ketahanan terhadap penyakit.

Unsur hara yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit adalah K, lalu berturut-turut N, Mg, dan P.Kalium diambil secara aktif oleh akar tanaman kelapa sawit dan pasokan tersebut digunakan dalam aktivitas metabolisme. Mangoensoekarjo (2007) menyatakan bahwa fungsi K bagi tanaman kelapa sawit sangat penting dalam sintesis minyak kelapa sawit. Selain itu, K berperan dalam pengangkutan hasil-hasil fotosintesis, aktivasi enzim serta berpengaruh terhadap jumlah dan ukuran tandan buah.Unsur K yang berada pada ujung akar merangsang proses pemanjangan akar (Khaswarina, 2001).

(7)

 

Lubis (1992) menyebutkan defisiensi K bagi tanaman kelapa sawit ditunjukkan dengan bercak kuning atau transparan, white stripe, daun tua mengering, dan mati. Selain itu, defisiensi K berasosiasi dengan munculnya penyakit seperti Ganoderma. Firmansyah (2006) menjelaskan bahwa kekurangan unsur K akan terjadi pada daun tua karena K diangkut ke daun muda. Kebutuhan K bagi tanaman harus cukup dan tidak berlebih. Kelebihan K pada tanaman akan memberikan dampak yang buruk bagi tanaman. Kelebihan K pada tanaman kelapa sawit akan merangsang gejala kekurangan boron (B) yang menyebabkan rasio minyak terhadap tandan menurun.

Kriteria Bibit Kelapa Sawit

Ketersediaan bibit siap salur sangat penting dalam menentukan sukses tidaknya tanamankelapa sawit dalam berproduksi. Tanaman kelapa sawit ditanam untuk dalam jangka waktu yang panjang, sehingga sangat penting untuk memperhatikan bahan tanam yang digunakan. Bibit kelapa sawit yang digunakan harus memenuhi kriteria tertentu. Secara umum kriteria bibit siap salur dapat ditentukan berdasarkan tiga parameter penting yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Standar pertumbuhan bibit kelapa sawit disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar Pertumbuhan Morfologi Bibit PT Dami Mas Umur

(bulan)

Tinggi Tanaman (cm)

Jumlah Daun (helai)

Diameter Batang (cm)

1 8.4 2.0 0.4 2 17.7 3.0 0.5 3 27.8 4.0 0.9 4 33.0 6.5 1.3 5 40.0 8.5 1.6 6 57.6 11.1 2.2 7 75.9 13.3 4.1 8 87.9 15.2 5.5 9 102.5 17.1 6.1

10 104.2 18.8 7.6

11 142.2 20.4 7.6

12 159.6 22.5 8.0

Sumber : Hairin (Dami Mas, Riau)

Gambar

Tabel 1. Standar Pertumbuhan Morfologi Bibit PT Dami Mas  Umur   (bulan)  Tinggi Tanaman (cm)  Jumlah Daun (helai)  Diameter Batang (cm)  1 8.4  2.0  0.4  2 17.7  3.0  0.5  3 27.8  4.0  0.9  4 33.0  6.5  1.3  5 40.0  8.5  1.6  6 57.6 11.1  2.2  7 75.9 13.3

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap semangat kerja, untuk mengetahui pengaruh iklim kerja terhadap

Arca manusia III dipahatkan lengkap sebagaimana manusia yang mempunyai kaki, badan, dan kepala, kepala arca III ditemukan di dalam parit berjarak 17 meter dari

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana landasan pemikirannya dalam mengkaji sejarah Islam awal, sebagai pengantar untuk memahami pemikiran kritis Michael Cook terhadap

KUMPULAN LEMBAR KERJA BIMBINGAN TEKNIS IMPLEMENTASI..

Pembelajaran biologi pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dipelajari pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Hasil wawancara dengan guru IPA SMP Negeri 7

Jika Carry Flag = 0, maka program akan melompat ke alamat yang disebutkan dalam perintah; jika tidak, maka program akan melanjutkan ke baris berikutnya (tidak terjadi

Planning atau suatu rencana adalah langkah selanjutnya yang harus dilakukan berdasarkan informasi yang telah terkumpul dari proses environmental scanning dan formative

Ketuntasan belajar secara individu ini digunakan untuk mengetahui siswa mana yang sudah tuntas belajar dan siswa mana yang belum tuntas belajar. Kriteria ketuntasan