ANALISA ION KALIUM (K) PADA DAUN KELAPA SAWIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DI
PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya
ARDIANSYAH TANJUNG 072401038
PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ANALISA ION KALIUM (K) PADA DAUN KELAPA SAWIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DI
PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN
KARYA ILMIAH
ARDIANSYAH TANJUNG 072401038
PROGRAM STUDI D 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERSETUJUAN
Judul : ANALISA ION KALIUM (K) PADA DAUN
KELAPA SAWIT SECARA SPEKTRO-FOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : ARDIANSYAH TANJUNG
NIM : 072401038
Program Studi : D3 KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di : Medan, Juni 2010
Diketahui/Disetujui Oleh :
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua , Dosen Pembimbing
PERNYATAAN
ANALISA ION KALIUM (K) PADA DAUN KELAPA SAWIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DI
PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2010
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang mencurahkan rahmat, berkah dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan karya ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan Studi Program Diploma 3 pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Semoga niat dan amalan ini dapat dinilai sebagai ibadah. Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang syafaatnya kita harapkan dikemudian hari.
Karya ilmiah ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, dengan judul “ ANALISA ION KALIUM (K) PADA DAUN KELAPA SAWIT
SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) ”.
Selesainya Karya Ilmiah ini juga tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya :
1. Orang tua tercinta Ibunda Masroihanah.S.pd dan Ayahanda Abdul Hakim Tanjung yang telah memberikan do’a restunya yang tiada terhingga, dan telah banyak memberikan pengorbanan moril maupun materil serta kesabaran yang tulus, serta seluruh keluarga saya yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
2. Ibu DR. Rumondang MS, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 3. Ibu Dr,Marpongahtun,M.Sc selaku Ketua Program Studi D3 Kimia Analis 4. Bapak Prof.Dr.Zul Alfian,M.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan kepada penulis.
5. Bapak Drs.Eka Nuryanto,MSi, yang telah meluangkan waktu dan membimbing penulis dalam penulisan laporan PKL dan Karya Ilmiah ini.
6. Bapak Baharuddin AR,B.Sc, selaku penanggung jawab laboratorium tanah dan daun, seluruh karyawan PPKS Medan khususnya laboratorium tanah dan daun terima kasih atas dukungan dan bantuannya kepada penulis.
7. Abang dan kakak yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
8. Rekan-rekan mahasiswa/I Kimia Analis D-3 angkatan 2007 sekaligus sahabat-sahabat yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesmpurnaan dalam materi dan penyajian. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak yang dapat menjadi bahan masukan bagi penulis. Semoga penulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Medan, Juni 2010
ABSTRAK
ANALYSIS ION POTASSIUM (K) AT PALM LEAF WITH METHOD BY ATOMIC ABSORPTION SPECTROFOTOMETRY (AAS) IN INDONESIA
OIL PALM RESEARCH INSTITUTE (PPKS) MEDAN
ABSTRACT
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 2
1.3. Tujuan 2
1.4. Manfaat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1. Kelapa Sawit 3
2.2. Perkebunan Kelapa Sawit 3
2.3. Daun Kelapa Sawit 5
2.3.1. Kesatuan Contoh Daun (KCD) 7
2.3.2. Susunan Letak Daun Kelapa Sawit 9 2.4. Pengambilan Contoh Daun Tanaman Muda Kelapa Sawit 9 2.4.1. Syarat Dalam Pengambilan Contoh Daun Kelapa Sawit 10 2.5. Unsur Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit 11
2.6. Serapan Daun 11
2.7. Kalium 12
2.7.1. Sejarah Kalium 12
2.7.2. Sifat-sifat Kalium 13
2.8. Manfaat Kalium Pada Tanaman 13
2.9. Gejala Kekurangan Unsur Hara Kalium Bagi Tanaman 13
2.10. Spektrofotometri Serapan Atom 15
2.10.1. Pendahuluan 15
2.10.2. Prinsip Dasar Analisa SSA 17
2.10.3. Instrumentasi 17 2.10.3.1.Skema Peralatan SSA 17 2.10.3.2.Cara Kerja SSA 18
2.11. Persiapan Contoh Daun 19
2.11.1. Membersihkan Contoh Daun Kelapa Sawit 19 2.11.2. Mengeringkan dan Menggiling 19
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 20
3.1. Alat 21
3.2. Bahan 22
3.4. Prosedur Penetapan Kalium (K) Pada Daun Kelapa Sawit 3.4.1.Prosedur Destruksi Basa (HNO3 + HClO4) Daun
Kelapa Sawit 22 3.4.2.Prosedur Penetapan Kalium (K) Daun Kelapa Sawit
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23
4.1. Hasil 23
4.2. Perhitungan 24
4.2.2. Menghitung Kadar Kalium (K) Daun Kelapa Sawit 24
4.3. Pembahasan 25
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 26
4.1. Kesimpulan 26
4.2. Saran 26
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 . Data hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar
Unsur Kalium (K)
Tabel 2 Tanaman Sawit Muda ( < 6 tahun ) daun ke 17
Tabel 3 Tanaman Sawit Dewasa ( > 6 tahun ) daun ke 17
Tabel 4.1. Absorbansi Larutan K Standar 24
Tabel 4.2.1. Data dan Perhitungan Kadar Kalium (K) dari sampel daun kelapa
sawit pada minggu pertama 24
Tabel 4.2.2. Data dan Perhitungan Kadar Kalium (K) dari sampel daun kelapa
sawit pada minggu kedua 25
Tabel4.2.3. Data dan Perhitungan Kadar Kalium (K) dari sampel daun kelapa
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar.1.Bagan Alat Spektrofotometer Serapan Atom 28
ABSTRAK
ANALYSIS ION POTASSIUM (K) AT PALM LEAF WITH METHOD BY ATOMIC ABSORPTION SPECTROFOTOMETRY (AAS) IN INDONESIA
OIL PALM RESEARCH INSTITUTE (PPKS) MEDAN
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan unsur hara untuk tanaman kelapa sawit biasanya diduga melalui analisis
dari bahan panen dan daun batang sebagai pedoman yang mudah untuk dapat
memberikan indikasi kebutuhan unsur hara buatan tanaman kelapa sawit adalah dari
hasil analisis daun.
Hal ini disebabkan karena daun merupakan bagian yang paling efektif dari
tanaman. Dari hasil analisis daun akan dapat diperoleh petunjuk secara kuantitatif
unsur hara yang diserap oleh tanaman baik yang berasal dari tanah, air hujan, dan
pupuk yang ditambahkan.
Interpretasi hasil analisis daun secara nyata dapat menunjukkan defisiensi yang
terjadi dengan membandingankan angka tarif krisis untuk daun kelapa sawit. Dari
angka hasil analisis daun yang diperoleh dari laboratorium kemudian dibandingkan
dengan angka tarif krisis, maka akan dapat disimpulkan gejala kekurangan unsur hara
Pada tanaman, Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion yang
tergantung pada jenis mineral pembentuk tanah dan kondisi cuaca setempat, Kalium di
dalam jaringan tetap berbentuk ion dan tidak ditemukan dalam bentuk senyawa
organik yang bersifat mudah bergerak sehingga siap dipindahkan dari satu organ ke
organ lain yang membutuhkan.Secara umum peran kalium berhubungan dengan
proses metabolisme seperti fotosintesis dan respirasi, sedangkan Gejala awal
defesiensi Kalium pada tanaman adalah terlihat pada daun yang muncul warna kuning
di pinggir dan diujung daun yang sudah tua, yang akhirnya mengering dan rontok
yang diikuti dengan batang dan cabang yang lemah dan mudah rebah.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan analisa unsur hara Kalium pada
daun kelapa sawit secara spektrofotometri.
1.2. Permasalahan
Beberapa jumlah kadar unsur hara Kalium yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa
sawit untuk menghindari tanah kekurangan Kalium dapat ditentukan berapa banyak
pupuk Kalium yang harus diberikan pada tanaman sehingga diperoleh pertumbuhan
yang cepat dan hasil buah yang maksimal.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah :
Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanaman kelapa sawit berdasarkan ion Kalium
1.4. Manfaat
Analisa ini digunakan untuk mengetahui apakah daun kelapa sawit kekurangan unsur
hara Kalium dan mempersiapkan berapa banyak ion Kalium yang dibutuhkan daun
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelapa Sawit
Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria,
Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut dari
Amerika yakni dari Brazilia. Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal
dari daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung yang terletak antara Afrika
dan Amerika. Kedua daratan ini kemudian terpisah oleh lautan menjadi banua Afrika
dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini tidak lagi
dipermasalahkan orang.
Kelapa sawit (Elaeis guineesis) saat ini telah bekembang pesat di Asia
Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika barat atau
Amerika yang dianggap sebagai daerah asal-usulnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke
Indonesia pada tahun 1948 hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari Bourbon
(Mauritius) dan Amsterdam. Keempat batang bibit kelapa sawit tersebut ditanam di
Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara.
2.2. Perkebunan Kelapa Sawit
Menurut Hunger (1924) pada tahun 1869 Pemerintah Kolonia Belanda
Pelopor perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet yang
berasal dari Belgia. Beliau pada tahun 1911 membudidayakan kelapa sawit secara
komesial dalam perkebunan Sungai Liput (Aceh) dan Pulu Raja (Asahan).
Pada masa penjajahan Jepang 1942, pemerintah pendudukan meneruskan
perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya dikirim ke Jepang sebagai bahan mentah
industri perang. Kemudian semua terhenti karena terjadinya serangan sekutu pada
tahun 1943.
Pada tahun 1947 Pemerintah Belanda merebut kembali dua pertiga dari
perkebunan yang pernah dikuasai kelaskaran. Kemudian menjelang akhir tahun 1948
maskapai-maskapai perkebunan asing hampir memperoleh perkebunan mereka
masing-masing dan menjadi milik mereka kembali.
Pada akhir tahun 1957 seluruh perusahaan milik maskapai Belanda diambil
alih oleh Pemerintah Indonseia. Namun milik perusahaan Inggris, Prancis, Belgia, dan
Amerika dikembalikan lagi kepada miliknya pada akhir Desember 1967.
Pada masa pemerintahan Orde Lama relatif perkebunan sawit sangat terlantar,
karena tidak ada peremajaan dan rehabilitasi pabrik. Akibatnya produksi sangat
menurun drastis dan kedudukan Indonesia di dipasar internasional sebagai pemasok
minyak sawit nomor satu terbesar sejak tahun 1966 telah digeser oleh Malaysia hingga
sekarang ini.
Pada masa Orde baru telah mulai membangun kembali perkebunan kelapa
sawit secara besar-besaran dengan mengadakan peremajaan dan penanaman baru.
Selanjutnya pemerintah telah bertekad pula membangun perkebunan kelapa sawit
dengan mengembangkan melalui berbagai pola.
Sejak 1975 muncul berbagai pola pengembangan kelapa sawit seperti pola
Sumatera Utara (P3RSU). Kemudian proyek PIRBUN sejak 1977/1978, antara lain:
PIR Khusus, PIR Berbantuan. Selanjutnya sejak tahun 1986 muncul lagi PIR TRANS.
Sejak 1984 berdasarkan Surat Keputusan Mentri Pertanian No.853/1984,
pengembangan perkebunan besar kelapa sawit dilakukan dengan pola PIR,
(Risza,S.1994).
2.3. Daun Kelapa Sawit
Daun (folium) pertama yang keluar pada stadia bibit adalah berbentuk anceolate,
kemudian muncul bifurcate dan menyusul bentuk pinnate. Pada bibit yang berumur 5
bulan misalnya akan dijumpai 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate. Pada 12 bulan
akan ada 5 anceolate, 4 bifurcate dan 10 pinnate. Pangkal pelepah daun atau petiole
adalah bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya helaian daun .
Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8, lingkaran atau spiralnya ada yang
berputar kekiri dan kekanan tetapi kebanyakan putar kekanan. Pengenalan ini penting
diketahui agar kita dapat mengetahui letak daun ke-9, ke-17 dan lain-lain yang dipakai
sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun dan
pengamatan lainnya. Produksi pelepah daun tergantung pada umur tanaman. Produksi
pelepah daun pada tanaman selama setahun dapat mencapai 20-30 kemudian akan
berkurang sesuai umur menjadi 18-25 atau kurang. Panjang cabang daun diukur dari
pangkalnya dapat mencapai 9 m pada tanaman dewasa sedang pada tanaman muda
kurang dari pangkal tersebut. Panjang pelepah ini dapat bervariasi tergantung pada
tipe varitasnya dan pengaruh kesuburan tanah. Pada tiap pelepah diisi oleh anak daun
di kiri kanan rachis. Jumlah anak daun pada tiap isi dapat mencapai 125-200. anak
daun yang tengah dapat mencapai panjang1,2 m. Berat satu pelepah dapat mencapai
Daun pertama yang keluar pada stadium benih berbentuk lanset (lanceolate),
beberapa minggu kemudian terbentuk daun berbelah dua (bifurcate) dan setelah
beberapa bulan terbetuk daun seperti bulu (pinnate) atau menyirip. Misalnya pada
bibit berumur lima bulan susunan daun terdiri atas 5 lanset, 4 berbelah dua, dan 10
berbetuk bulu. Susunan daun kelapa sawit mirip dengan kelapa (nyiur), yaitu
membentuk daun menyirip. Letak daun pada batang mengikuti pola tertentu yang
disebut filotaksis. Daun yang berurutan dari bawah ke atas membentuk suatu spiral,
dengan rumus daun 1/8. Terdapat dua pola filotaksis, yang secara sederhana dapat
dikatakan yang satu berputar kekiri, dan yang lain berputar kekanan, dimana
menunjukkan secara umum jumlah pohon yang jumlah filotaksisnya berputar kekiri
tidak berbeda dengan yang ke kanan, dan produktivitas pohon dengan kedua pola ini
pun tidak berbeda nyata. Hal ini berbeda dengan pendapat beberapa pakar mengenai
mengenai kalapa nyiur (cocos nucifera), yang kecendrungannya lebih banyak pohon
yang berpola filotaksis ke kiri, dan yang filotaksisnya ke kiri produktivitasnya dapat
20% lebih tinggi ketimbang yang kekanan. Sebenarnya pola filotaksis pada kelapa
sawit sangat rumit dan memiliki genetis.
Daun terdiri atas tangkai daun (petiole) yang pada kedua tepinya terdapat dua
baris duri (spines). Tangkai daun bersambung dengan tulang daun utama (rachis),
yang jauh lebih panjang dari tangkai dan pada kiri kanannya terdapat anak-anak daun
(pinna;pinnata). Tiap anak daun terdiri atas tulang anak daun (lidi) dan helai daun
(lamina). Anak daun terpanjang (pada pertengahan daun) dapat mencapai 250-300
helai per tahun pada pohon-pohon yang berumur 5-6 tahun, setelah itu di produksi
daun menurun menjadi 20-25 daun per tahun, (Semangun,H.2003).
Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang
mencapai 380 helai. Panjang anak daun dapat mencapai 120 cm. pelepah daun sejak
mulai terbentuk sampai tua mencapai waktu ±7 tahun, jumlah pelepah dalam 1 pohon
dapat mencapai 60 pelepah.
Luas permukaan daun tanaman dewasa dapat mencapai 15 meter. Daun kelapa
sawit berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan alat respirasi. Oleh
karena itu pemangkasan pelepah daun sejauh mungkin dihindarkan, kecuali pangkas
pendahuluan dan pangkas pemeliharaan.
Jika pelepah dapat dipertahankan lebih lama berarti semakin lama pula proses
fotosintesis berlangsung dan semakin banyak bahan makanan yang dikirim ke buah.
Hal ini berarti tandan akan meningkat lebih berat, (Risza,S.1994).
2.3.1. Kesatuan Contoh Daun (KCD)
Kesatuan contoh daun adalah satu unit areal yang dipakai sebagai tempat pengambilan
contoh daun dari pokok yang ditetapkan. Unit areal ini harus dapat mewakili suatu
luasan yang tertentu yang seragam dalam hal jenis tanah dan kesuburannya, umur
tanaman, perlakuan yang diberikan dan memiliki variasi yang kecil dalam hal-hal
lainnya. Luasnya tergantung pada keseragaman tanaman dan tanah, misalnya 20, 25,
32, ha sesuai dengan luas blok. Dari tiap KCD dipilih 30 pokok yang memenuhi syarat
untuk dipakai sebagai pokok contoh. Untuk mendapat keseragaman yang lebih baik
dan mengurangi faktor kebetulan maka dikenal sistim tersebar yang ditetapkan
berdasarkan luas dan jumlah pokok. Sebagai contoh untuk areal yang luasnya 20,25,
30 dan 35 ha akan terdapat penyebaran pokok contoh. Pengambilan contoh daun dapat
Untuk areal yang bergelombang atau berbukit penetapan pokok contoh tentu
tidak semudah diatas. Dalam hal ini diperlukan peta situasi yang benar dan
penempatan pokok secara tersebar agar mewakili tanaman pada areal tersebut.
Disamping cara tersebar ini, terdapat sistim lainnya yaitu sistim terpusat yakni
pokok contoh tersebut terkumpul pada 2 atau 3 barisan yang umumnya berada dengan
areal yang dianggap mewakili. Sistim ini dipakai kalau kondisi area dan tanaman
benar-benar homogen.
Pokok yang dipakai sebagai pokok contoh haruslah memenuhi beberapa
ketentuan seperti berikut :
a. Pokok normal
b. Sehat dan tidak terserang penyakit.
c. Tidak dekat dari jalan, parit atau bangunan.
d. Tidak bersebelahan dengan pokok mati atau sisipan
Pokok yang telah ditentukan ditandai dengan jelas, dinomori dan pokok ini
akan terus dipakai setahun sekali sebagai pokok contoh. Jika pokok contoh mati dapat
digantikan dengan pokok pada barisan yang sama. Untuk mempermudah mencari
pohon KCD, perlu dibuat tanda panah yang jelas dipinggir jalan atau pinggir blok.
Sementra itu, untuk rekomendasi pemupukan, contoh daun yang diambil dari pokok
contoh adalah daun yang ke-17. Daun ke-17 ini terpilih sebagai daun indikator yang
sensitiv atas perubahan yang terjadi dalam status hara. Jika karena suatu sebab daun
ke-17 rusak, maka dapat digantikan dengan daun dari pelepah ke-9 dari pokok yang
sama. Pokok yang sakit dapat digantikan oleh pokok tetangganya asal jelas disebut
nomornya dan pokok ini seterusnya akan dipakai sebagai gantinya. Pengenalan letak
2.3.2. Susunan Letak Daun Kelapa Sawit
Daun ke-9 maupun 17 ditentukan dengan memperhatikan susunan letak daun dapat
ditentukan dengan pedoman sebagai berikut :
a. Daun pertama adalah daun termuda, dimana helai daun telah mekar
seluruhnya.
b. Daun ke-3 letaknya 274 dari daun yang pertama dihitung dari daun kearah kiri
pada tanaman yang mempunyai pusingan spiral ke kanan dihitung kearah
kanan pada tanaman yang mempunyai pusingan ke kiri.
c. Daun ke-9 berada dibawah 1 agak kesebelah kiri pada spiral kanan agak
kekanan pada pokok yang berspiral kiri.
d. Daun ke-17 letaknya dibawah daun ke-9 agak ke kiri pada pokok yang
berspiral kanan dan agak ke kanan pada pokok yang berspiral kiri.
2.4. Pengambilan Contoh Daun Tanaman Muda Kelapa Sawit
Pengambilan contoh daun pada tanaman muda sampai umur 1,5 tahun menggunakan
daun pelepah ke-3 dan pada tanaman umur 1,5-2,5 tahun dipakai daun pelepah ke-9.
Pekerjaan pengambilan contoh daun ini harus dilakukan dengan hati-hati dan tim yang
tetap hendaknya dibentuk pada setiap kebun atau afdeling. Pengambilanya hanya satu
kali setahun anggota tim dapat melakukan pekerjaan lain di luar waktu pengambilan
contoh daun tersebut. Cara lain adalah dengan meminta tenaga bantuan dari balai atau
PPKS. Setiap tim minimal terdiri 2 orang dan setiap hari hanya dapat menyelesaikan
satu KCD. Pengambilan sampel biasanya dilakukan minimal 2 bulan sesudah aplikasi
pupuk terakhir, tidak pada kemarau panjang dan dilakukan pada bulan yang sama
Contoh daun diambil mulai jam 7.00-12.00 dan tidak waktu hujan. Dari
pelepah daun ke-17 ini diambil masing-masing 3 helai anak daun sebelah kiri dan
kanan. Letak anak daun yang diambil ini berada kira-kira diantara 1/2-1/3 bagian dari
ujung pelepah atau pada titik ujung permukaan daun bagian atas pelepah.
Helai daun dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan aquadest, lalu 1/3
dari ujung dan pangkal daun dipotong, sedangkan bagian tengahnya dipakai sebagai
contoh setelah dibuang lidinya. Helai daun dari pokok-pokok satu KCD dikumpulkan
menjadi satu dan dimasukkan ke dalam kantong plastik dengan label yang berisi :
nama kebun, No.KCD, Afdeling, Blok, No.pelepah, tahun tanam, tanggal
pengambilan , dan nama petugas pencatat, (Adlin,U.L.2008).
2.4.1. Syarat Dalam Pengambilan Contoh Daun Kelapa Sawit
a. Dilakukan minimal 2 buah setelah pemupukan terakhir.
b. Tidak dilakukan pada musim kemarau panjang.
c. Tidak dilakukan pada bulan dengan curah hujan lebih dari 400 mm.
d. Untuk dapat membandingkan hasil analisa daun hendaknya pengambilan contoh
daun dilakukan pada bulan yang sama setiap tahunnya.
e. Untuk Tandan Buah Masak (TBM) pengambilan contoh daun dilakukan hanya
jika diperlukan dan pengambilan contoh daun mulai dapat dilakukan pada 6-12
bulan sesudah penanaman.
f. Pengambilan contoh daun dapat dilakukan oleh tim yang terdapat di setiap
afdeling atau divisi yang sebelumnya dilatih oleh lembaga yang terkait.
g. Satu tim untuk pengambilan contoh daun terdiri dari 2 orang, 1 orang untuk
mengambil daun dan 1 orang lagi untuk mengumpulkan contoh daun yang sudah
h. Pembuatan peta Pesatuan Kesatuan Daun (KCD) yang baik akan sangat
membantu kelancaran pengambilan contoh daun, (Warta PPKS, 2007).
2.5. Unsur Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit
Menurut penelitian, setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur (ada yang
menyebut zat) agar pertumbuhannya normal. Dari ke 16 unsur tersebut, tiga unsur
yaitu karbon hidrogen, dan oksigen diperoleh dari udara, sedangkan dari 13 unsur lagi
disediakan oleh tanah. Jadi tanah sebagai dapur bagi tanaman setidaknya harus
tersedia 13 jenis menu agar pertumbuhannya normal. Ke-13 unsur tersebut adalah
Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalsium (Ca), Kalium (K), Magnesium (Mg), Sulfur atau
Belerang (S), Klor (Cl), Ferum (fe), Mangan (Mn), Kuprum atau Tembaga (Cu), Zinc
atau Seng (Zn), Boron (B), dan Molibdenum (Mo). Akan tetapi terkadang tanah pun
tidak mengandung unsur-unsur tersebut secara lengkap, atau biasa pula terjadi karena
sudah habis tersedot.
2.6. Kalium
Kalium adalah unsur kimia yang memiliki lambang K dengan nomor atom 19. Kalium
merupakan logam ketujuh paling banyak dan terkandung sebanyak 2.4%( berat) di
dalam kerak bumi.Kebanyakan mineral kalium tidak terlarut di dalam air dan unsur
kalium sangat sulit diambil dari mineral – mineral tersebut. Kegunaan kalium yang
terpenting adalah dalam pembuatan pupuk, dan secara luas digunakan dalam
pembuatan kaca dan dalam proses pembuatan
2.6.1. Sejarah Kalium
Unsur ini ditemukan oleh Humphry Davy pada tahun 1807 di inggris.Dia menemukan
unsur ini dari caustic soda (KOH) dan ini logam pertama yang diisolasi melalui
elektrolisis. Nama kalium berasal dari ” alkali ” yang merupakan kata berbahasa Arab
al qaly yang memiliki arti gugus karbon sisa pembakaran.Dan kata potasium berasal
dari potash yang merupakan kata berbahasa inggris yang berarti ekstrak alkali sisa
pembakaran dari kulit kayu dan daun,pada saat itupun strukturnya belum tergambar
dengan jelas, hanya gambaran sebagai potassium karbonat yang kita kenal saat ini.
(http:www.otsuka.co.id/conten=article)
2.6.2. Sifat-sifat Kalium
Secara umum Kalium sangat reaktif dan yang paling elektropositif diantara logam -
logam, kalium sangat lunak, ringan dan memiliki warna keperak-perakan , kalium
sangat cepat teroksidasi dengan udara, dan sangat reaktif terutama dalam air, dan
secara kimiawi memiliki sifat yang mirip dengan
natrium.(http://chem-is-try.org/tabel_periodik/kalium)
2.8 Manfaat Kalium Pada Tanaman
Kalium merupakan unsur untuk pertumbuhan di dalam tanaman, berfungsi untuk
mensintesa protein, lemak, dan biji-bijian. Kebutuhan tanaman terhadap ion K+ tidak
dapat diganti secara lengkap oleh ion alkali lain, Tanpa kalium tanaman tidak mampu
mencapai pertumbuhan yang maksimal. Adapun manfaatnya sebagai berikut :
b. Memperkuat tubuh tanaman sehingga daun,bunga dan buah tidak mudah
rontok.
c. Memperluas pertumbuhan akar yang baik sehingga tanaman dapat mengambil
unsur hara lebih banyak dan pertumbuhan tanaman menjadi sehat.
d. Memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa panen.
2.9 Gejala Kekurangan Unsur Hara Kalium Bagi Tanaman
Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan
tanaman tidak sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau
penyimpangan-penyimpangan dan banyak pula tanaman yang mati muda
Gejala kekurangan ini cepat atau lambat akan terlihat pada tanaman,
tergantung pada jenis dan sifat tanaman. Ada tanaman yang cepat sekali
memperlihatkan tanda-tanda kekurangan atau sebaliknya ada yang lambat. Pada
umumnya pertama-tama akan terlihat pada bagian tanaman yang melakukan kegiatan
fisiologis terbesar yaitu pada bagian yang ada di atas tanah terutama pada
daun-daunnya.
Bila tidak ada faktor lain yang mempengaruhi, maka tanda-tanda kekurangan
unsur hara terlihat sebagai berikut:
Kekurangan unsur hara Kalium (K)
a. Terhambatnya perkembangan tunas ujung tanaman sehingga menjadi lemah
yang mungkin berakhir dengan berpucuk kecil dan mati(dieback)
b. Warna kuning di pinggir dan diujung daun yang sudah tua,yang akhirnya
mengering dan rontok
d. Hasil tanaman yang berupa bunga, buah dan biji merosot. Buahnya
kerdil-kerdil, nampak jelas warna buah tidak merata. (Novizan.,2005)
2.10. Spektrofotometri Serapan Atom 2.10.1. Pendahuluan
Spektrofotomteri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer
dan fotometer. Spektrofotometer manghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk
mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer,ketika
mengamati garis – garis hitam pada spektrum matahari.Spektroskopi serapan atom
pertama kali digunakan pada tahun 1955 oleh Walsh.Sesudah itu, tidak kurang dari 65
unsur diteliti dan dapat dianalisis dengan cara tersebut.Spektroskopi serapan atom
digunakan untuk analisis kuantitatif unsur – unsur logam dalam jumlah sekelumit
(trace) dan sangat sekelumit ( ultratrace).Cara analisis ini memberikan kadar total
unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari
logam dalam sampel tersebut.Cara ini cocok untuk analisis sekelumit logam karena
mempunyai kepekaan yang tinggi karena pelaksanaannya relatif sederhana , dan
interfensinya sedikit.Spektroskopi serapan atom di dasarkan pada penyerapan energi
sinar oleh atom-atom netral ,dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau
ultraviolet. Di dalam garis besarnya prinsip spektroskopi serapan atom sama saja
dengan spektroskopi sinar tampak dan ultraviolet. Perbedaannya terletak pada bentuk
2.10.2.Prinsip Dasar Analisa SSA
Metode Spektroskopi serapan atom (SSA) mendasarkan pada prinsip absorbsi cahaya
oleh atom. Atom – atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu,tergantung pada sifat unsurnya (Rohman.A.2007).
Perpanjangan spektrofotometri absorpsi atom ke unsur – unsur lain semula
merupakan akibat perkembangan spektroskopi pancaran nyala. Telah lama ahli kimia
menggunakan pancaran radiasi oleh atom yang dieksitasikan dalam suatu nyala
sebagai alat analitis.Dalam tahun 1955 Walsh menekankan bahwa dalam suatu nyala
yang lazim, kebanyakan atom berada dalam keadaan elektronik dasar bukannya dalam
keadaan tereksitasi.Misalnya untuk transisi yang menghasilkan garis natrium kuning
pada 589 nm, rasio banyaknya atom tereksitasi terhadap keadaan dasar,pada 2700O C,
kira – kira adalah 6 x 10-4.Absorpsi atom berkembang dengan cepat selama tahun
1960, instrument komersial menjadi tersedia, dan teknik itu sekarang sanagat meluas
digunakan untuk penetapan sejumlah unsur, kebanyakan logam, dan sampel yang
sangat beraneka ragam.
Pada prinsipnya tentu saja tidak ada masalah yang harus dikaitkan dengan pengukuran
absorbans dari populasi atom keadaan dasar yang terkungkung dalam dalam suatu
ruang cocok,namun terdapat jumlah kesulitan dalam memperoleh populasi tersebut
dengan cara yang dapat diulang.lazimnya suatu larutan yang mengandung logam yang
harus ditetapkan – misalnya Pb2+ atau Cu2+ dimasukkan kedalam nyala sebagai suatu
aerosol, suatu kabut yang terdiri dari tetesan yang sangat halus.Ketika butiran ini
melaju melewati nyala ,pelarutnya menguap, dan dihasilkan bintik – bintik halus dari
untuk menghasilkan atom – atom logam.Semua tahap ini berlangsung dengan jarak
beberapa sentimeter ketika partikel partikel-partikel sampel itu diangkat dengan
kecepatan tinggi oleh gas – gas nyala.Bila disinari dengan benar kadang -kadang dapat
terlihat tetes-tetes sampel yang belum menguap keluar dari puncak nyala, dan gas –
gas nyala itu terencerkan oleh udara yang menyerobot masuk sebagai akibat tekanan
rendah yang diciptakan oleh kecepatan tinggi itu. Karena masalah kinetic yang serius
dengn atomisasi nyala dank arena kepekaan menurun sangat banyak oleh diencerkan
populasi atom analit oleh gas – gas dalam nyala mata telah dikembangkan tanur
istimewa untuk menggantikan nyala dalam spektrofotometri absorpsi atom akhir –
akhir ini.Tanur ini membawa masalahnya sendiri namun menawarkan juga
keunggulan (Underwood.1998).
2.10.3.Instrumentasi
2.10.3.1.Skema Peralatan SSA
[image:30.595.105.527.369.590.2]
Gambar .1.Bagan Alat Spektrofotometer Serapan Atom
Keterangan Gambar : A : Lampu katoda berongga
B : Nyala
C : Monokromator
D : Detektor
E : Amplifier
A.Lampu Katoda Berongga
Lampu katoda berongga terdiri dari tabung kaca tertutup yang mengandung suatu
katoda atau anoda.Katoda tersebut berbentuk silinder berongga yang terbuat dari atau
yang permukaannya dilapisi dengan unsur yang sama dengan unsur yang akan
dianalisa. Tabung lampu tersebut diisi dengan gas mulia neon atau argon, intensitas
pancaran lampu yang lebih tinggi (Khopkar,SM.2003)
B.Nyala
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi
bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Suhu yang dapat dicapai
oleh nyala tergantung pada gas-gas yang digunakan. Pemilihan macam bahan
pembakar dan gas pengoksida serta komposisi perbandingannya sangat mempengaruhi
suhu nyala.Sumber nyala yang paling banyak digunakan adalah campuran asetilen
sebagai bahan pembakar dan udara sebagai pengoksidasi. Propana-udara dipilih untuk
logam-logam alkali karena suhu nyala yang lebih rendah akan mengurangi banyaknya
ionisasi.(Rohman.A.2007)
C.Monokromator
Tujuan monokromator adalah untuk memilih garis pancaran tertentu dan memencilkan
dari garis-garis lain dan kemungkinan dari pancaran pita molekul.kisi difraksi pada
umumnya lebih sering digunakan karena sebaran yang dilakukan oleh kisi lebih
seragam dari pada yang dilakukan oleh kisi lebih seragam dari pada yang dilakukan
oleh prisma dan akibatnya instrument kisi dapat memelihara daya pisah yang lebih
D.Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat
pengatoman(Rohman,A.2007).
Detektor dapat diatur sedmikian rupa pada nilai frekuensi tertentu, sehingga tidak
memberikan respon terhadap emisi yang berasal dari eksitasi
termal(Khopkar,SM.2003).
E.Rekorder(Readout)
Rekorder merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem
pencatat hasil.Pencatat hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk
pembacaan suatu transmisi atau absorbsi.Hasil pembacaan dapat berupa angka atau
berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas
emisi.(Rohman,A.2007).
2.10.3.2.Cara Kerja SSA
Setiap alat Spektrofotometri serapan atom (SSA) terdiri atas tiga komponen berikut :
a) Unit atomisasi
b) Sumber radiasi
c) Sistem pengukur fotometrik
Atomisasi dapat dilakukan dengan baik dengan nyala maupun dengan tungku. Untuk
mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energy
panas.Temperatur harus benar – benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses
atomisasinya sempurna.Ionisasi harus dihindarkan dan ini dapat terjadi bila temperatur
terlalu tinggi.Bahan bakar dan gas oksidator dimasukkan kedalam kamar pencampur
sampel dihisap masuk kekamar pencampur.Dengan gas asetilen dan oksidator udara
tekan,temperature dapat dikendalikan secara elektris.Biasanya temperature dinaikkan
secara bertahap, untuk menguapkan dan sekaligus mendisosiakan senyawa yang
dianalisis(Khopkar,S.M.2003).
2.11. Persiapan Contoh Daun
2.11.1.Membersihkan Contoh Daun Tanaman Kelapa Sawit
Contoh yang telah diterima dilaboratorium terlebih dahulu dicatat dan diberi nomor
laboratorium secara beraturan. Contoh segera dibersihkan dengan kapas yang telah
dibasahi air destilasi. Bagian tulang kasar (lidinya) dibuang dengan gunting, begitu
juga bagian pinggir daun terutama daun yang agak lebar digunting dan dibuang.
Kemudian contoh daun dimasukkan ke dalam kain kelambu ukuran 15 x 30 cm dan
disertai label nomor contoh/nomor laboratorium.
2.11.2. .Mengeringkan dan Menggiling
Contoh daun yang sudah bersih di dalam kantong kelambu dkeringkan dalam oven
pengering pada suhu 105oC terus menerus sampai contoh daun menjadi kering dengan
indikasi terasa rapuh bila diremas dengan tangan. Contoh daun kering digiling dengan
mesin giling listrik menggunakan saringan kehalusan <1 mm. contoh daun yang sudah
halus dimasukkan ke dalam mangkuk plastik pakai tutup disertai label nomor contoh
dan siap untuk dianalisa.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat
1. Spektrofotometer Serapan atom Perkin Elmer
2. Rak botol plastic
3. Tabung digestion 50 mL Pyrex
4. Labu ukur 200 ml Pyrex
5. Labu ukur 100 mL Pyrex
6. Pipet volum 2 mL Pyrex
7. Pipet volum 5 mL Pyrex
8. Pipet volum 10 mL Pyrex
9. Timbangan Mettler Toledo
10.Oven pengering Gallenhamp
11.Eksikator
12.Kertas saring Whatman No.40
13.Botol aquadest
14.Botol plastik bertutup
15.Corong plastik
16. Digestion blok
17.Mesin giling listrik dengan kehalusan 1 mm Bra Blender
3.2. Bahan
1. H2SO4(pekat) ( 98%)
2. Standard baku 1000 ppm K
4. Larutan seri standard 0, 2, 5, 10, 15, ppm K
5 Daun kelapa sawit
6 Akuadest
3.3. Pembuatan Larutan
1. Larutan standard 100 ppm K dalam H2O
Pipet masing-masing 20 mL larutan standard baku 1000 ppm K ke dalam labu
ukur 200 mL, kemudian penuhkan dengan air destilasi hingga tanda garis,
kocok hingga homogen.
2. Larutan seri standard 0, 2, 5, 10, 15, ppm K
Pipet masing-masing 1 mL H2SO4 p.a ke dalam labu ukur 100 mL yang telah
berisi air destilasi ±20 mL, kocok hingga homogen dan diamkan sampai
dingin. Pipet 0, 2, 5, 10, 15, mL larutan standard 100 ppm K dalam H2O ke
dalam masing-masing labu ukur 100 mL yang mengandung 1 mL H2SO4 pekat
3.4.Prosedur Penetapan Kalium (K) Pada Daun Kelapa Sawit 3.4.1. Prosedur Destruksi Basa (HNO3 + HClO4) Daun Kelapa Sawit
1. Ditimbang 0,5 g contoh kering, lalu dimasukkan ke dalam tabung digestion
50mL.
2. Ditambahkan 5 mL HNO3(pekat) dan 0,5 mL HClO4(pekat) biarkan satu malam.
3. Setelah satu malam dipanaskan dalam digestion blok dengan suhu 1000 C
selama satu jam, kemudian suhu ditingkatkan menjadi 1500 C.
4. Setelah uap kuning habis suhu digestion blok ditingkatkan menjadi 2000 C,
destruksi selesai setelah keluar asap putih dan siasa ekstrak kurang lebih
0,5mL.
5. Tabung diangkat dan dibiarkan dingin.
6. Larutan diencerkan dengan air bebas ion ke dalam labu ukur 50 mL, dikocok.
7. Disaring dengan menggunakan kertas whatman No. 40 ke dalam botol plastik
100 mL.
8. Filtrat dipergunakan untuk pengukuran unsur-unsur makro : P, K, Ca, Mg, Na,
S, dan unsur-unsur mikro : Fe, Al, Mn, Cu, Zn, dan B.
9. Dilakukan juga destruksi blanko.
3.5. Penetapan Kalium (K) Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometer Serapan Atom
1. Filtrat (Hasil destruksi dalam HNO3 (pekat) dan HClO4 (pekat) )
2. Di ukur absorbansinya dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan Analisa Data
[image:37.595.106.271.276.480.2]Hasil analisa Kalium (K) Daun Kelapa Sawit terdapat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Data Absorbansi Larutan Kalium Standar
Larutan Standar K
Absorbansi (A)
0,0 0,000
2,0 0,189
5,0 0,467
10,0 0,924
15,0 1,340
4.2.Perhitungan
Tabel 4.2.1. Data dan Perhitungan Kadar Kalium (K) dari sampel daun kelapa sawit pada minggu pertama tanggal 12 Januari 2010
No Tanggal
No.
Lab Absorbansi
Konsentrasi (mg/l)
Sampel
(g) K(%)
Blanko 0,00
1 12/01/2010 558 0,92 10,32 0,100 1,04
2 12/01/2010 559 0,98 11,00 0,100 1,10
3 12/01/2010 560 0,96 10,77 0,100 1,08
K % =
[image:37.595.102.552.587.710.2]4.2.1 Perhitungan
K% =
100 , 0 0,01 x 0,000) 32 , 10 ( − = 1,04%
Data Selengkapnya dapat dilihat pada table 4.2.1
Tabel 4.2.2 Data dan Perhitungan Kadar Kalium (K) dari sampel daun kelapa sawit pada minggu kedua tanggal 17 Januari 2010
No Tanggal
No.
Lab Absorbansi
Konsentrasi (mg/l)
Sampel
(g) K(%)
Blanko 0,00
1 17/01/2010 1177 0,93 10,08 0,100 1,01
2 17/01/2010 1179 0,88 9,87 0,100 0,98
3 17/01/2010 1180 0,95 10,66 0,100 1,07
4.2.2.Perhitungan
K % =
C 105 Contoh Berat 0,01 x Blanko) -(Contoh K i Konsentras 0
K% =
100 , 0 0,01 x 0,000) 08 , 10 ( − = 1,02%
Data Selengkapnya dapat dilihat pada table 4.2.2
Tabel 4.2.3 Data dan Perhitungan Kadar Kalium (K) dari sampel daun kelapa sawit pada minggu ketiga tanggal 27 Januari 2010
No Tanggal
No.
Lab Absorbansi
Konsentrasi (mg/l)
Sampel
(g) K(%)
Blanko 0,00
1 27/01/2010 11778 0,89 9,68 0,100 0,97
2 27/01/2010 11779 0,93 10,08 0,100 1,01
[image:38.595.106.550.269.389.2] [image:38.595.108.550.643.764.2]4.2.2.Perhitungan
K % =
C 105 Contoh Berat 0,01 x Blanko) -(Contoh K i Konsentras 0
K% =
100 , 0 0,01 x 0,000) 68 , 9 ( − = 0,97%
Data Selengkapnya dapat dilihat pada table 4.2.3
4.3. Pembahasan
Pada tumbuhan Senyawa Kalium berperan penting untuk pembentukan protein,
mengeraskan batang tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman dari penyakit, dan
meningkatkan kualitas biji.Oleh karena itu Kalium dibutuhkan dalam jumlah relatif
besar.
Jika tanah kekurangan kalium menyebabkan tanaman tersebut tumbuh dengan
tidak subur dan terhambat. Daun hijau muda berubah menjadi daun yang terlihat lebih
tua dan munculnya warna kuning di pinggir dan di ujung daun yang sudah tua,yang
akhirnya mongering dan rontok. Di dalam tubuh tanaman, kalium bersifat dinamis
sehingga jika terjadi kekurangan kalium pada bagian tanaman,kalium yang tersimpan
pada daun tua akan dipindahkan ke organ yang lebih muda.Dengan demikian, pada
daun-daun yang lebih tua gejala kekurangan kalium akan terlihat lebih awal.
Pemberian unsur hara pada tanaman kelapa sawit merupakan usaha yang
penting untuk meningkatkan produksi persatuan luas dengan tujuan akhir keuntungan
ekonomis yang maksimal. Kebutuhan unsur hara untuk tanaman kelapa sawit melalui
hasil analisis dari bahan panen dan daun sebagai pedoman yang memudahkan untuk
memberikan indikasi kebutuhan unsur hara buatan tanaman kelapa sawit. Hal ini
Dari hasil analisa daun kelapa sawit secara Spektrofotometri Serapan Atom di
laboratorium diperoleh hasil kadar Kalium Pada minggu pertama yaitu 1,04%,pada
minggu kedua adalah 1,02%, dan pada minggu ketiga adalah 0,97%, dibanding
dengan nilai tarif krisis antara 1,1 – 1,3%, maka dapat disimpulkan unsur hara dalam
daun kelapa sawit untuk minggu pertama dan minggu kedua menunjukkan nilai
optimum, sedangkan untuk minggu kedua menunjukkan nilai yang defisiensi.Hasil
yang diperoleh untuk memudahkan para petani untuk mengetahui beberapa kebutuhan
unsur hara buatan yaitu berupa pemupukan sesuai dosis yang dibutuhkan karena
pemupukan merupakan menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah.
Pada analisis kalium pada daun kelapa sawit ini diperoleh kalium yang
defisiensi dan kalium yang optimal dimana tingkat kesuburan tanaman kelapa sawit
berdasarkan unsur hara yang terdapat pada daun berbeda-beda, hal ini disebabkan
faktor cuaca, curah hujan, lingkungan dan keadaan tanah disetiap tempat
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa daun diperoleh bahwa :
Kadar Kalium yang diperoleh dari daun kelapa sawit pada minggu pertama, minggu
kedua dan minggu ketiga adalah 1,04; 1,02; dan 0,97%, dimana tingkat kesuburan
tanaman kelapa sawit berdasarkan Ion terdapat pada daun secara Spektrofotometri
Serapan Atom berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh faktor cuaca, curah hujan,
lingkungan dan keadaan tanah disetiap tempat berbeda-beda.
5.2. Saran
1. Agar mahasiswa/i selanjutnya dapat menganalisa unsur kalium (K) dengan
menggunakan metode yang lain.
2. Diharapkan dalam menganalisa kadar unsur hara kalium (K) pada daun kelapa
sawit dilakukan secara teliti agar diperoleh hasil yang baik supaya tidak keliru
DAFTAR PUSTAKA
Aldin, U.L. 2008. Kelapa Sawit di Indonesia. Medan. : PPKS.
Basset,J.et.al.1994.Buku Ajar Vogel Kimia Kuantitatif Anorganik. Terjemahan
Handyana Pujaatmaka.Edisi-4.Jakarta.EGC Kedokteran.
http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/kalium, diakses tanggal 20 April 2010.
http://www.otsuka.co.id/content=article_detail/kalium, diakses tanggal 25 April
2010.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Analitik. Jakarta. : Universitas Indonesia Press.
Novizan,2005.Petunjuk Pemupukan Yang Efektif.Cetakan-1.Jakarta.AgroMedia
Pustaka
Risza, S. 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta. :
Kanisius.
Rohman,A. 2007. Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta.: Pustaka Pelajar
Semangun, H. 2003. Managemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta. : Gajah Mada
University Press.
Underwood,A.L.2001.Analisis Kimia Kuantitatif.Edisi Keenam.Jakarta.Penerbit
Tabel. 1.Data hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Unsur Kalium (K) Larutan
Standar K
Absorbansi (A)
0,0 0,000
2,0 0,189
5,0 0,467
10,0 0,924
15,0 1,340
[image:43.595.106.527.156.557.2]KADAR HARA DAUN KELAPA SAWIT YANG MENUNJUKKAN DEFISIENSI, OPTIMUM DAN TINGGI
TABEL .2. TABEL TANAMAN SAWIT MUDA ( < 6 TAHUN ) DAUN KE 17
Hara Defisiensi Optimum Tinggi
N (%) < 2,50 2,6 – 2,9 >3,1
P (%) <0,15 0,16 – 0,19 >0,25
K (%) <1,00 1,1 – 1,3 >1,8
Mg (%) <0,20 0,3 – 0,45 >0,7
Ca (%) <0,30 0,5 -0,7 >0,7
S (%) <0,20 0,25 – 0,40 >0,6
Cl (%) <0,25 0,5 – 0,7 >1,0
B (µg g-1) <8 15 – 25 >40
Cu (µg g-1) <3 5 - 8 >15
Zn (µg g-1) <10 12 – 18 >80
TABEL.3. TABEL TANAMAN SAWIT DEWASA ( > 6 TAHUN ) DAUN KE 17
Hara Defisiensi Optimum Tinggi
N (%) < 2,30 2,4 – 2,8 >3,0
P (%) <0,14 0,15 – 0,18 >0,25
K (%) <0,75 0,9 – 1,2 >1,6
Mg (%) <0,20 0,25 – 0,40 >0,7
Ca (%) <0,25 0,5 -0,75 >1,0
S (%) <0,20 0,25 – 0,35 >0,6
Cl (%) <0,25 0,5 – 0,7 >1,0
B (µg g-1) <8 15 – 25 >40
Cu (µg g-1) <3 5 - 8 >15
Zn (µg g-1) <10 12 - 18 >80
Sumber : Von Uexkull,H.R amd Fairhurst,T.H.(1991) IPI Bulletin 12. The Oil Palm,
[image:44.595.102.532.462.701.2]