BAB 2
TINAJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tanah
Tanah merupakan campuran dari beberapa komponen seperti mineral, senyawa organik, senyawa anoganik dan air. Tanah juga mengandung udara dan memiliki bentuk yang lepas sehingga dapat mendukung kehidupan tanaman di bumi. Mineral
di dalam tanah dapat berasal dari batu-batuan yang melapuk secara proses fisika, kimia dan biologi yang sebagian juga akan menjadi senyawa anorganik di dalam
tanah. Sedangkan senyawa organik terdiri atas humus dan tanaman biomassa yang membusuk dalam berbagai tingkatan. Populasi mikroorganisme yang cukup banyak seperti bakteri, jamur, dan cacing akan membantu memperbaiki tekstur tanah
sehingga tanah mempunyai kemampuan yang memadai untuk mendukung kehidupan makhluk hidup dan menjadi tempat hidup. Fraksi keras dari tanah yang produktif
mengandung sekitar 5% senyawa organik dan 95% senyawa anorganik.
Sifat-sifat fisika dan kimia yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut :
• Drainase baik da pertumbuhan air tanah cukup dalam atau menghindari
tanah-tanah yang berdrainase buruk dengan permukaan air tanah-tanah yang dangkal. • Solum cukup dalam (sekitar 80 cm) dan tidak berbatu agar perkembangan akar
tidak terganggu.
• Ketinggian tempat yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit antar
1-400 m dpl.
• Topografi datar dan berombak sampai bergelombang.
• Kelerengan ideal berkisar antara 0 sampai 25%.
Tanah-tanah yang tidak memenuhi syarat untuk kelapa sawit antara lain : • Tanah pantai yang sangat berpasir.
• Tanah gambut yang tebal, yang menyebabkan akar tidak dapat mencapai
lapisan mineral sehingga tanaman mudah tumbang atau pertumbuhannya
miring (Sulaiman,2005).
Tanah merupakan campuran bahan padat (organik dan anorganik) dan udara,
fase ini saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya, reaksi – reaksi bahan padat berpengaruh terhadap kualitas udara dan air, berpengaruh terhadap pelapukan bahan padat, dan reaksi–reaksi kimia dari jasad renik. Berdasarkan keterangan tersebut di
atas pada tanah telah terjadi, sedang dan akan berlangsung berbagai reaksi kimia yang bentuk dan kecepatannya dipengaruhi oleh bahan-bahan yang bereaksi dan
keadaan lingkungan. Dapat dikatakan bahwa tanah merupakan laboratorium kimia alam yang melangsungkan aktivitas yang berkesinambungan sepanjang zaman. Secara sederhana dapat dikemukakan suatu batasan atau defenisi bahwa kimia tanah
adalah semua peristiwa yang bersifat kimia yang terjadi pada tanah, baik pada permukaan maupun didalamnya. Rentetan peristiwa kimia inilah yang menentukan ciri dan sifat kimia tanah yang terbentuk atau yang akan berkembang. Walaupun
batasan ini kedengarannya sederhana, tetapi rentetan peristiwa kimia yang terjadi sangat rumit dan belum semuanya dapat dipantau, sehingga sebagian besar belum
2.2 Unsur – Unsur yang Diperlukan Tanaman
Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi
tandan buah segar secara maksimum dan ekonomis serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Selain itu untuk mendapatkan kondisi tanah yang subur maka perlu
kombinasi pemakaian pupuk organik dan anorganik.
Unsur hara utama yang mendapat perhatian dalam pemupukan tanaman kelapa sawit meliputi N, P, K, Ca, Mg, Cu dan B. Masing-masing unsur hara tersebut
diharapkan tersedia cukup dalam tanah. Ketersediaan hara dalam tanah yang rendah dapat berakibat tanaman mengalami defesiensi hara. Tanaman memperoleh unsur
hara dari beberapa sumber, yaitu tanah, residu bahan organik, dan pupuk buatan yang diberikan pada tanaman.
Seperti makhluk hidup yang lain, tanaman memerlukan makanan. Dari
penelitian telah diketahui 16 jenis unsur yang harus terdapat dalam zat makanan tanaman. Unsur-Unsur itu disebut unsur hara. Unsur yang diperlukan dalam jumlah
besar disebut unsur makro, terdiri dari C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S. Unsur yang diperlukan dalam jumlah kecil disebut unsur mikro, terdiri dari Cl, Fe, Mn, Zn, B dan Mo (Baharuddin, 2005).
2.3 Unsur Hara Makro Nitrogen
klorofil dengan Mg sebagai pusat, yang dikelilingi oleh 4 cincin, dimana tiap cincin mengandung N dengan 4 atom C. Unsur ini juga berperan penting terhadap
pertumbuhan yang jagur dan membuat daun berwarna hijau. Jika nitrogen berlebihan mengakibatkan pertumbuhan vegetatip yang berlebihan, sehingga memperlambat panen.
Defisiensi unsur nitrogen ini, menunjukkan gejala tanaman yang kerdil, daun menjadi kuning mulai dari daun terbawah, sedangkan daun sebelah atas tetap hijau
(Effendi, 1981).
Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian–bagian
vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar, tetapi kalau terlalu banyak dapat menghambat pembuangan dan pembuahan pada tanamannya.
Fungsi nitrogen yang selengkapnya bagi tanaman adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman
2. Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna
yang lebih hijau, kekurangan N menyebabkan khlorosis (pada daun muda berwarna kuning)
3. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman 4. Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan
5. Meningkatkan berkembang biaknya mikro-organisme di dalam tanah.
Sebagaimana diketahui hal itu penting sekali bagi kelangsungan pelapukan bahan organik.
banyak dari pada unsur lainnya, akan dapat dihasilkan rotein lebih banyak. Semakin tinggi pemberian Nitrogen semakin cepat pula sintesis karbohidrat yang diubah
menjadi protein dan protoplasma.
Udara merupakan sumber nitrogen yang tersebar. Seperti telah dikemukakan di atas, dalam pemanfaatannya bagi tanaman harus mengalami perubahan terlebih
dahulu dalam bentuk amoniak dan nitrat dan hal ini dapat dihasilkan oleh :
1. Terjadinya halilintar di udara ternyata dapat menghasilkan zat nitrat, yang
kemudian dibawa air hujan meresap ke bumi
2. Bahan organis dalam bentuk sisa-sisa tanaman di alam terbuka (misalnya dalam bentuk kandang)
3. Pabrik-pabrik pupuk buatan (seperti urea, dll) 4. Dan oleh bakteri-bakteri (Mulyani, 1987)
2.4 Analisa Nitrogen Dengan Menggunakan Metode Kjeldhal
Analisis N total metode Kjeldhal merupakan prosedur analisis yang tertua
diantara semua metode analisis. Pertama sekali diperkenalkan oleh John
Kjeldhalpada pertemuan The Danish Chemistry Society pada 7 Maret 1883 dan
dipublikasikan pada Zeitschrifte fur anaystisch pada tahun yang sama. Prinsip dasar
dari metode Kjeldhal yang pertama ini masih banyak digunakan hingga sekarang. Analisis N total tanah didasari oleh prinsip mengubah organik menjadi
Digestasi. Asam digest yang mengandung amonium dibasakan dengan NaOH sehingga ion ammonium dikonversi menjadi ammoniak. Lalu didestilasi menjadi
amonium hidroksida. NH4OH ditentukan jumlahnya dengan mentitrasi dengan HCl. Analisa protein cara Kjeldhal pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.
1.Tahap Destruksi
Pada tahap ini sampel dipanaskan, dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Asam
sulfat yang dipergunakan untuk destruksi diperhitungkan adanya bahan protein lemak dan karbohidrat.
Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator yaitu selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke
valensi rendah atau sebaliknya. Penggunaan selenium lebih reaktif dibandingkan merkuri dan kupri sulfat tetapi selenium mempunyai kelemahan yaitu karena sangat
cepatnya oksidasi maka nitrogennya justru mungkin ikut hilang. Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian selenium yang sangat sedikit yaitu kurang dari 0,25 gram. Proses destruksi sudah selesai apabila larutan menjadi jernih atau tidak berwarna.
2. Tahap Destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia dengan
selanjutnya akan ditangkap oleh larutan asam standar. Asam standart yang dapat dipakai adalah asam klorida atau asam borat 4% dalam jumlah yang berlebihan.
Agar supaya kontak antara asam dengan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator misalnya BCG + MR atau PP. Destilasi
diakhiri bila semua ammonia telah teroksidasi sempurna dengan ditandai destilat tidak bereaksi basa.
3. Tahap Titrasi
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam
borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi dengan menggunakan asam klorida 0,1 N dengan indikator BCG + MR, akhir titrasi ditandai
dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda. Selisish jumlah titrasi sampel dan blanko merupakan jumlah ekuivalen nitrogen (Sudarmaji, 1989).