UJI KETAHANAN KLON IRR SERI 200 TERHADAP PENYAKIT GUGUR DAUN (Colletotrichum gloeosporioides Penz. et Sacc.) PADA TANAMAN
KARET (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) DI LABORATORIUM
S K R I P S I
OLEH :
AHMAD RIVAI SAZALI SIREGAR 040302038
HPT
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DAUN (Colletotrichum gloeosporioides Penz. et Sacc.) PADA TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) DI LABORATORIUM
S K R I P S I
OLEH :
AHMAD RIVAI SAZALI SIREGAR 040302038
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui oleh : Komisi pembimbing
Ir. Zulnayati
Ketua Anggota
Ir. Syamsinar Yusuf, MS
Pembimbing Laboratorium Ir. Aidi Daslin Sagala, MS.
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRACT
Ahmad Rivai S. Srg” Uji Ketahanan Klon IRR Seri 200 Terhadap
Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum gloeosporioides Penz. et Sacc.) Pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) Di Laboratorium”. With the
conselling Mrs. Ir. Zulnayati as leader, Mrs. Ir. Syamsinar Yusuf, MS as couthor and Mr. Ir. Aidi Daslin Sagala, MS as counselling field.
The research was conducted in Laboratory Plant Protection Sungei Putih Rubber Research Center since August 2007 to October 2007.
The aims of the research was to know level of resitance of rubber IRR 200 clones to fall of leaf C. gloeoesporioides disease.
The research used the desigen Complete Random Device (CRD) non factorial with 25 treatmens (21 clones treatment of IRR 200 series and 4 control clone) and 3 mutliplication. The rubber IRR 200 series were used is IRR 250, IRR 253, IRR 255, IRR 256, IRR 259, IRR 262, IRR 263, IRR 264, IRR 266, IRR 267, IRR 268, IRR 270, IRR 271, IRR 272, IRR 276, IRR 277, IRR 278, IRR 284, IRR 285, IRR 292, IRR 293 and RRIC 100, BPM 24, PB 217 and PB260 is control clones.
ABSTRAK
Ahmad Rivai S. Srg” Uji Ketahanan Klon IRR Seri 200 Terhadap
Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum gloeosporioides Penz. et Sacc.) Pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) Di Laboratorium”. Dengan
komisi pembimbing Ibu Ir. Zulnayati selaku ketua, Ibu Ir. Syamsinar Yusuf, MS selaku anggota dan Bapak Ir. Aidi Daslin Sagala, MS selaku pembimbing lapangan.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Balai Penelitian Sungei Putih dari bulan Oktober sampai Desember 2009.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat ketahanan klon IRR seri 200 tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) terhadap penyakit gugur daun (Colletotrichum gloeosporioides Penz. et Sacc.) di laboratorium.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 25 perlakuan (21 perlakuan klon IRR seri 200 dan 4 klon pembanding) dan 3 ulangan. Klon IRR seri 200 yang digunakan dalam penelitian adalah IRR 250, IRR 253, IRR 255, IRR 256, IRR 259, IRR 262, IRR 263, IRR 264, IRR 266, IRR 267, IRR 268, IRR 270, IRR 271, IRR 272, IRR 276, IRR 277, IRR 278, IRR 284, IRR 285, IRR 292, IRR 293 dan klon pembanding yang digunakan adalah, RRIC 100, BPM 24, PB 217 dan PB 260.
Hasil rata-rata penelitian menunjukkan bahwa klon IRR seri 200 dan 4 klon pemanding yang di uji menunjukkan tingkat resistensi yang tidak bervariasi terhadap
C. gloeoesporioides. Klon PB 260, PB 217, BPM 24 dan IRR 277 tergolong dalam
RIWAYAT HIDUP
Ahmad Rivai Sazali Siregar, lahir di Dumai pada tanggal 28 Januari 1984, anak
ke-3 dari 8 bersaudara dari Ayahanda Mara Ongku Siregar dan Ibunda Syaddiah
Harahap.
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1997 lulus dari SD Negeri 142777, Kab. Padang Lawas Utara.
2. Tahun 2000 lulus dari SLTP Negeri 4 Padangsidimpuan, kota madya
Padangsidimpuan.
3. Tahun 2003 lulus dari SMU Negeri 6 Padangsidimpuan, kota madya
Padangsidimpuan.
Pengalaman Kegiatan Akademis
1. Tahun 2004-2010 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman
(IMAPTAN) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Tahun 2005 menjadi anggota Gerakan Mahasiswa Padang Lawas (GEMA
Padang Lawas) di bidang kerohanian.
3. Tahun 2007 menjadi ketua Komunikasi Muslim Hama dan Penyakit Tanaman
(KOMUS HPT) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
4. Tahun 2007 mengikuti seminar ilmiah Lokakarya Pengelolaan dan Pembentukan
Forum DAS Wampu Sei Ular.
5. Tahun 2008 mengikuti seminar ilmiah Pelatihan Teknologi Pasca Panen dan
6. Tahun 2008 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juni
sampai Juli di PTP Nusantara IV, Kebun Teh Bah Butong, Kabupaten
Simalungun.
7. Tahun 2009 – 2010 melaksanakan penelitian di Balai Penelitian Karet Sungai
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul skripsi ini adalah “ Uji Ketahanan Klon IRR Seri 200
Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. et Sacc. Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di Laboratorium.” yang merupakan
salah satu syarat untuk dapat menempuh ujian sarjana di Departemen Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ir. Zulnayati dan Ir. Syamsinar Yusuf, MS sebagai komisi pembimbing di Departemen
Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman serta Ir. Aidi Daslin Sagala, MS selaku pembimbing
dilapangan yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnan
skripsi ini di masa mendatang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Medan, Mei 2009
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesa Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 4
Gejala Serangan ... 8
Perkembangan Penyakit ... 9
Iklim ... 9
Ketinggian Tempat... 10
Faktor Kesuburan Tanah ... 10
Resistensi Klon Tanaman Karet ... 10
Pengendalian Penyakit ... 12
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
Bahan dan Alat ... 13
Metode Penelitian ... 13
Pelaksanaan Penelitian ... 16
Persiapan Bahan Inokulasi ... 16
Inokulasi Pada Cakram Daun (Leaf Disc) ... 19
Parameter Pengamatan ... 20
Warna Morfologi dan Koloni jamur C. gloeosporioides ... 20
Intensitas Serangan Pada Cakram Daun (Leaf Disc) ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Judul Hlm
1. Pengaruh Faktor Klon (V) Terhadap Rataan Intensitas
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hlm
1. Acervulus dan Misellium C. gloeosporioides………. 5
2. Konidia C. gloeosporioides……… 6
3. Konidiofor C. gloeosporioides………... 7
4. Gejala Serangan Gugur Daun C. gloeosporioides………….. 8
5. Haemocytometer……… 18
6. Biakan Murni C. gloeosporioides………... 22
a. Biakan jamur 2 hsi……….. 22
b. Biakan jamur 9 hsi……….. 22
c. Biakan jamur 16 his……… 22
d. Biakan jamur 22 hsi……… 22
7. Konidia C. gloeosporioides (foto langsung) ……….. 23
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hlm
1. Bagan Penelitian………. 32
2. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 1 (2 hsi) ……….. 34
3. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada Pengamatan 1 (2 hsi) Setelah Di Transformasi
Arc . Sin√x. ……… 35
4. Uji Jarak Duncan (UJD) Pengamatan Intensitas Serangan (%)
C. gloeosporioides pada Pengamatan 1 (2 hsi) Setelah
Di Transformasi Arc . Sin√x……… 36 5. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 2 (4 hsi) hsi………. 37
6. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada Pengamatan 2 (4 hsi) Setelah Di Transformasi
Arc . Sin√x. ……… 38
7. Uji Jarak Duncan (UJD) Pengamatan Intensitas Serangan (%)
C. gloeosporioides pada Pengamatan 2 (4 hsi) Setelah
Di Transformasi Arc . Sin√x……… 39 8. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 3 (6 hsi) ……….. 40
9. Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada Pengamatan 3 (6 hsi) Setelah Di Transformasi
Arc . Sin√x. ……… 41
10.Uji Jarak Duncan (UJD) Pengamatan Intensitas Serangan (%)
C. gloeosporioides pada Pengamatan 3 (6 hsi) Setelah
Di Transformasi Arc . Sin√x……… 42 11.Data Pengamatan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada
Pengamatan 4 (8 hsi) Setelah Di Transformasi
Arc . Sin√x. ……… 44
13.Uji Jarak Duncan (UJD) Pengamatan Intensitas Serangan (%)
C. gloeosporioides pada Pengamatan 4 (8 hsi) Setelah
Di Transformasi Arc . Sin√x……… 45
14.Gambar skala bercak serangan C. gloeosporioides pada
cakram daun ... 46
ABSTRACT
Ahmad Rivai S. Srg” Uji Ketahanan Klon IRR Seri 200 Terhadap
Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum gloeosporioides Penz. et Sacc.) Pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) Di Laboratorium”. With the
conselling Mrs. Ir. Zulnayati as leader, Mrs. Ir. Syamsinar Yusuf, MS as couthor and Mr. Ir. Aidi Daslin Sagala, MS as counselling field.
The research was conducted in Laboratory Plant Protection Sungei Putih Rubber Research Center since August 2007 to October 2007.
The aims of the research was to know level of resitance of rubber IRR 200 clones to fall of leaf C. gloeoesporioides disease.
The research used the desigen Complete Random Device (CRD) non factorial with 25 treatmens (21 clones treatment of IRR 200 series and 4 control clone) and 3 mutliplication. The rubber IRR 200 series were used is IRR 250, IRR 253, IRR 255, IRR 256, IRR 259, IRR 262, IRR 263, IRR 264, IRR 266, IRR 267, IRR 268, IRR 270, IRR 271, IRR 272, IRR 276, IRR 277, IRR 278, IRR 284, IRR 285, IRR 292, IRR 293 and RRIC 100, BPM 24, PB 217 and PB260 is control clones.
ABSTRAK
Ahmad Rivai S. Srg” Uji Ketahanan Klon IRR Seri 200 Terhadap
Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum gloeosporioides Penz. et Sacc.) Pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) Di Laboratorium”. Dengan
komisi pembimbing Ibu Ir. Zulnayati selaku ketua, Ibu Ir. Syamsinar Yusuf, MS selaku anggota dan Bapak Ir. Aidi Daslin Sagala, MS selaku pembimbing lapangan.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Balai Penelitian Sungei Putih dari bulan Oktober sampai Desember 2009.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat ketahanan klon IRR seri 200 tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) terhadap penyakit gugur daun (Colletotrichum gloeosporioides Penz. et Sacc.) di laboratorium.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 25 perlakuan (21 perlakuan klon IRR seri 200 dan 4 klon pembanding) dan 3 ulangan. Klon IRR seri 200 yang digunakan dalam penelitian adalah IRR 250, IRR 253, IRR 255, IRR 256, IRR 259, IRR 262, IRR 263, IRR 264, IRR 266, IRR 267, IRR 268, IRR 270, IRR 271, IRR 272, IRR 276, IRR 277, IRR 278, IRR 284, IRR 285, IRR 292, IRR 293 dan klon pembanding yang digunakan adalah, RRIC 100, BPM 24, PB 217 dan PB 260.
Hasil rata-rata penelitian menunjukkan bahwa klon IRR seri 200 dan 4 klon pemanding yang di uji menunjukkan tingkat resistensi yang tidak bervariasi terhadap
C. gloeoesporioides. Klon PB 260, PB 217, BPM 24 dan IRR 277 tergolong dalam
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) berasal dari Brazilia, Amerika
Selatan tepatnya di wilayah Amazon Brazilia. Tanaman karet mulai dibudidayakan di
Indonesia pada tahun 1864 di Jawa Barat. Sedangkan perkebunan karet dimulai di
Sumatera Utara tahun 1903, dam di Jawa tahun 1906 (Semangun, 2000).
Tahun 1987, negara-negara di Afrika, Amerika Tengah dan Selatan serta Asia
merupakan penghasil karet terbesar di dunia. Saat ini 80% karet dunia dihasilkan oleh
Indonesia, Thailand dan Malaysia. Perkebunan karet Indonesia sebagian besar berada
di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat
mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya
85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara
serta 8% perkebunan besar milik swasta (Anwar, 2008).
Pengelolaan perkebunan karet sering mengalami kendala, antara lain masalah
Organisme pengganggu Tanaman (OPT) terutama masalah penyakit. Hampir seluruh
bagian tanaman karet menjadi sasaran infeksi dari sejumlah penyakit tanaman, mulai
dari jamur akar, penyakit bidang sadap, jamur upas sampai pada penyakit gugur daun.
Penyakit karet telah mengakibatkan kerugian ekonomis dalam jumlah miliaran rupiah
karena tidak hanya kehilangan produksi akibat kerusakan tanaman tetapi juga mahalnya
biaya yang diperlukan dalam pengendaliannya. Diperkirakan kehilangan produksi setiap
Salah satu penyakit yang perlu diperhatikan adalah penyakit gugur daun
(Colletotrichum gloeosporioides) yang sering menyerang daun muda. Serangan C.
gloeosporioides pada klon yang rentan dapat menyebabkan gugur daun yang
terus-menerus selama terjadi pembentukan pucuk baru dalam musim penghujan. Pada
umumnya Patogen ini banyak menyerang dan merugikan fase pembibitan (Anonimous,
1991).
Di lapangan yaitu pada tanaman yang belum menghasilkan atau pada tanaman
yang telah menghasilkan, serangan C. gloeosporioides terjadi pada musim hujan pada
tunas-tunas atau daun-daun muda yand baru tumbuh. Hal tersebut dapat terjadi apabila
penanggulangan penyakit gugur daun dan oidium yang melanda sebelumnya kurang
sempurna. Apabila hal tersebut terjadi, maka tanaman akan gundul sepanjang tahun
(Pawirosoemarjdo, 2004).
Bibit yang terserang berat C. gloeosporioides mengakibatkan pertumbuhan
terhambat, sulit diokulasi karena kulit lengket dan di kebun entres mengakibatkan
merosotnya kualitas kayu entres. Pada tanaman yang belum menghasilkan, serangan C.
gloeosporioides menyebabkan tanaman menjadi gundul, tumbuh terhambat, dan mati.
Sebagai akibatnya tumbuh tunas-tunas ketiak sehingga bentukan tegakan menjadi tidak
beraturan. Serangan C. gloeosporioides pada tanaman yang menghasilkan
mengakibatkan tanaman menjadi gundul, mati pucuk dan menurunnya produksi lateks.
Kerugian produksi lateks akibat penyakit gugur daun Colletotrichum yang berat sebesar
7-45% tergantung dari intensitas serangan patogen (Pawirosoemarjdo, 2004).
Ketahanan tanaman merupakan komponen pengendalian penyakit penting di
perkebunan karet Indonesia. Klon-klon resisten ternyata telah mampu mengurangi
daun Colletotrichum. Penggunaan klon-klon unggul dalam pertanaman karet terbukti
dapat meningkatkan produksi karet lebih tinggi. Hal ini dikarenakan klon-klon unggul
yang resisten mampu mengurangi kerugian akibat kerusakan penyakit dan memiliki
kualitas serta kuantitas yang lebih unggul, maka perlu diciptakan klon-klon unggul baru
yang mempunyai ketahanan poligenik (Situmorang dkk, 1998).
Pada lokakarya nasional pemuliaan tanaman karet 2005, telah direkomendasikan
klon-klon unggul baru generasi 4 yaitu klon IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR
112, dan IRR 118. klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan
klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi (Daslin dan Lasminingsih, 2001).
Berdasarkan uraian di atas penulis melakukan penelitian yang berjudul Uji
Ketahanan Klon IRR Seri 200 Terhadap Penyakit Gugur Daun
Colletotrichum gloeosporioides Penz. et Sacc. pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Laboratorium.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat ketahanan klon IRR seri 200 tanaman karet
(Hevea brasiliensis Muell. Arg.) terhadap penyakit gugur daun
(Colletotrichum gloeosporioides Penz. et Sacc.) di laboratorium.
Terdapat perbedaan ketahanan klon IRR seri 200 (21 klon yaitu, IRR 250,
IRR 253, IRR 255, IRR 256, IRR 259, IRR 262, IRR 263, IRR 264, IRR 266,
IRR 267, IRR 268, IRR 270, IRR 271, IRR 272, IRR 276, IRR 277, IRR 278, IRR 284,
IRR 285, IRR 292, dan 1RR 293) dan klon pembanding (4 klon pembanding yaitu,
RRIC 100, BPM 24, PB 217, dan PB 260) tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell.
Arg.) terhadap penyakit gugur daun (Colletotrichum gloeosporioides Penz. et Sacc.).
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat menempuh ujian sarjana di Departemen
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Penyakit
Menurut Alexopoulus dan Mims (1979) penyakit gugur daun
(C. gloeosporioides) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Myceteae
Divisio : Amastigomycota
Sub Divisio : Deuteromycotina
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Melanconiales
Famili : Melanconiceae
Genus : Colletotrichum
Species : Colletotrichum gloeosporioides Penz. et Sacc.
Miselium terdiri dari beberapa septa, inter dan intraseluler hifa. Aservulus dan
stroma pada batang berbentuk hemispirakel dan ukuran 70-120µm. Septa menyebar,
berwarna coklat gelap sampai coklat muda, serta terdiri dari beberapa septa dan ukuran
± 150µm. Massa konidia nampak berwarna kemerah-merahan atau seperti ikan salmon.
Konidia berada pada ujung konidiofor. Konidia berentuk lilin, uniseluler, ukuran
17-28 x 3-4 µm (Singh, 2001).
Acervulus tersusun di bawah epidermis tumbuhan inang. Epidermis pecah
apabila konidia telah dewasa. Konidia keluar dari jaringan daun ada yang berwarna
Gloeosporium dan Colletotrichum, keduanya mempunyai konidia yang memanjang
dengan penyempitan di bagian tengah (Agrios, 1978).
a
b
Gambar 1. Acervulus dan Miselium C. gloeosporioides Sumber : Singh (2001)
Keterangan : a » Acervulus b » Miselium
Konidia terbentuk dalam acervulus (seperti bantalan) bersel berwarna terang.
Acervuli berlilin berbentuk cakram, tetapi tidak mempunyai duri-duri, berwarna gelap
dan berada diantara konidiofor. Konidia berbentuk oval memanjang, agak melengkung
dalam jumlah yang banyak berwarna kemerahan (seperti warna salmon) merupakan
turunan konidia (Rubert, 1992).
C. gloeosporioides umumnya mempunyai konidia hialin, berbentuk silinder
dengan ujung- ujung tumpul, kadang-kadang berbentuk agak jorong dengan ujung yang
agak membulat dan pangkal yang sempit terpancung, tidak bersekat, berinti satu dengan
ukuran 9-24 x 3-6 µm dan terbentuk pada konidiofor seperti fialid, berbentuk silinder,
hialin atau agak kecoklatan (Semangun, 2000).
Konidiofor
Gambar 3. Konidiofor C. gloeospoerioides Sumber : Singh (2001)
C. gloeosporioides merupakan parasit fakultatif yang termasuk ordo
melanconiales. Colletorichum mempunyai stroma yang terdiri dari massa miselium
yang berbentuk acervulus (seperti bantalan), bersepta dengan panjang antara 30-90 µm.
Colletorichum mempunyai konidiofor yang pendek dan terletak pada permukaan yang
tipis (Bailey and Jeger, 1992).
Pada medium agar PDA (Potato Dextrose Agar) C. gloeosporioides dapat
tumbuh dan bersporulasi dengan baik. Biakan murni pada medium tersebut berwarna
kelabu kehitaman dan keputih-putihan, serta konidia yang dihasilkan bersel satu dan
Gejala Serangan
Adanya bercak coklat kehitaman, tepi daun menggulung merupakan gejala
serangan Colletorichum. Pada daun umur lebih dari 10 hari terdapat bercak coklat
dengan halo warna kuning, selanjutnya bercak tersebut berlubang (Judawi dkk,
2006).
Serangan C. gloeosporioides pada daum muda menimbulkan bercak berwarna coklat kehitaman pada bagian tengahnya, yang berturut-turut diikuti
oleh mengeriputnya lembaran daun, timbulnya busuk kebasahan pada bagian yang
terinfeksi dengan akibat yang lebuh jauh gugurnya daun. Pada daun tua (umur daun
lebih dari 10 hari) serangan C. gloeosporioides, bercak daun berwarna coklat dengan
warna kuning dan permukaan daun menjadi kasar. Serangan lebih lanjut menyebabkan
bercak tersebut menjadi berlubang. Apabila bercak tersebut berbatasan dengan tepi daun
maka serangan lebih lanjut mengakibatkan daum menjadi sobek (Pawirosoemardjo,
2004).
a
b
Gambar 4. Gejala serangan gugur daun C. gloeosporioides Sumber : Judawi dkk (2006)
Keterangan : a » bintik-bintik coklat kehitaman pada daun muda b » daun seperti terbakar (gosong) oleh serangan
Bercak yang besar mudah pecah bila ditiup angin dan membentuk lubang yang
disebut shot hole (robek). Dalam cuaca lembab tunas akan terbentuk berulang-ulang,
tetapi setiap keluar tunas akan diikuti oleh serangan penyakit sehingga daun gugur
kembali. Gugur daun yang terus menerus menyebabkan mati pucuk (die back).
Pertumbuhan tanaman terhambat dan menyebabkan produksi getah turun
(Soepena, 1991).
Serangan berat pada tanaman okulasi yang baru berumur beberapa bulan dapat
menyebabkan tunas menjadi busuk dan mati. Di pembibitan dapat menyebabkan
gugurnya daun-daun muda sehingga pertumbuhan bibit terhambat dan pelaksanaan
okulasi akan mengalami kesulitan. Hal ini karena kulit akan menjadi tipis dan melekat
pada kayu di kebun entres, akibatnya kualitas kulit kayu menurun (Anonimous, 1991).
Perkembangan Penyakit
Kondisi iklim yang sesuai pada saat terjadinya infeksi sangat menentukan
terjadinya epidemi penyakit. Spora hanya dapat berkecambah bila ada air bebas, atau
bila kelembaban nisbi udara tidak kurang dari 95%. Infeksi tidak akan terjadi bila
kelembaban udara tidak kurang dari 96%. Spora tumbuh paling baik pada suhu 25o-28o
C, sedang dibawah 5o C dan di atas 40o C spora tidak dapat berkecambah.. Pernyataan
Bailey and Jeger (1992) bahwasanya pada percobaan di rumah kaca dan laboratorium
ternyata infeksi jamur terjadi pada kelembaban lebih dari 96% pada suhu 26o-31o C
(Semangun, 2000).
Secara umum tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada kisaran curah hujan
1500-3000 mm/tahun. Serangan penyakit gugur daun Colletotrichum yang berat terjadi
25o-28o C bersamaan pada waktu tanaman membentuk daun muda merupakan kondisi
kritis terjadinya epidemi penyakit gugur daun Colletotrichum (Thomas dkk, 2004).
Ketinggian Tempat
Kebun yang terletak pada tempat yang lebih rendah dari 300 m dpl mendapat
serangan jamur yang lebih berat, dibandingkan dengan kebun-kebun yang terletak di
tempat yang lebih tinggi. Keadaan suhu yang lebih rendah pada tempat yang lebih tinggi
tersebut merupakan faktor penghambat bagi perkembangan jamur. Hal ini terlihat
bercak-bercak hitam pada daun yang terserang terhambat perkembangannya dan
bentuknya kurang lebih bundar yang tidak begitu jelas pada permukaan daun
(Situmorang dkk, 1998).
Faktor Kesuburan Tanah
Kebun-kebun yang terdapat pada lahan yang kurang subur atau tanpa diberi
pupuk sehingga kondisi tanaman menjadi lemah, atau kebun yang dipupuk dengan
nitrogen dalam dosis yang terlalu tinggi akan mengakibatkan serangan C.
gloeosporioides yang lebih berat (Situmorang dkk, 1998).
Resistensi Klon Tanaman Karet
Klon memiliki keunggulan dibandingkan dengan tanaman yang dikembangkan
melalui biji. Keungulan yang dimiliki oleh klon antara lain tumbuhnya tanaman lebih
seragam, umur produksinya lebih cepat dan produksi lateks yang dihasilkan juga lebih
banyak. Adapun klon juga memiliki kekurangan seperti daya tahan masing-masing klon
mempunyai sifat yang ideal yaitu produksi lateks yang tinggi, resisten terhadap
pengaruh hama, penyakit dan pengaruh angin dan batang yang tumbuh lurus
(Anonimous, 2008).
Resistensi tanaman adalah suatu sifat yang dimiliki tanaman dalam menerima
serangan pathogen yang ditujukan dengan kurang atau tidak adanya gejala penyakit.
Sifat resistensi tanaman dikendalikan oleh gen yang diperoleh melalui berbagai cara
seperti seleksi dari varietas/kultivar/klon yang ada, introduksi materi genetik yang
resisten, perlakuan mutasi buatan, persilangan buatan antar klon, bahkan dengan spesies
liar maupun antar spesies tanaman (Lasminingsih dkk, 2004).
Klon IRR merupakan klon primer yang diseleksi dari pohon induk (ortet) yang
berasal dari semaian PBIG tahun tanam 1977. Sejumlah ortet diuji pendahuluan di
kebun percobaan Sungai Putih pada tahun tanam 1982 dengan jarak tanam 2 x 2 m.
Evaluasi dilakukan selama 8 tahun meliputi potensi produksi karet kering, pertumbuhan
dan berbagai karakteristik sekunder. Klon IRR adalah klon yang memiliki pola produksi
awal tinggi (quick starter), dan potensi volume kayu log dan kayu percabangan yang
besar sera berbagai kelebihan karakteristik sekunder yang mendukung produktifitas
klon, sehingga klon ini memiliki prospek yang baik dimasa mendatang untuk
dikembangkan dipertanaman komersial (Anonimous, 2008).
Setiap masing-masing klon baik yang tergolong anjuran maupun komersial
mempunyai sifat ketahanan yang berbeda-beda terhadap intensitas serangan
C. gloeosporioides. Klon RRIC 100 ketahanannya terhadap penyakit daun
(Colletotrichum, Corynespora, dan Oidium) cukup baik. Potensi produksi awal rendah
berwarna putih. Pengembangan dapat dilakukan pada daerah beriklim sedang sampai
basah (Woelan dkk, 1999).
Beberapa klon yang cukup handal mengatasi beberapa penyakit penting karet
terutama penyakit gugur daun Colletotrichum di berbagai daerah perkebunan Indonesia
adalah BPM 1, BPM 24, PR 260, dan RRIC 100. Klon anjuran IRR juga termasuk klon
yang mempunyai resistensi yang baik terhadap penyakit karet. Penggunaan klon yang
resisten merupakan metode pengendalian yang efektif karena kemampuannya
memperkecil kerusakan tanaman (Situmorang dkk, 1998).
Pengendalian Penyakit
Metode yang paling efektif dan efisien untuk pengendalian penyakit gugur daun
Colletotrichum dapat diusahakan melalui pemeliharaan tanaman dan menanam varietas
tahan seperti PR 261, RRIC 100, BPM 1, BPM 24, BPM 109, PB 260, IRR 5, IRR 32,
IRR 39, IRR 104, IRR 118, dan klon unggul lainnya (Situmorang, 1998).
Memelihara tanaman seoptimal mungkin agar tanaman tetap tumbuh normal.
Perlakuan kultur teknis yang meliputi perbaikan saluran drainase, pemupukan, intensitas
matahari, dan sistem penyadapan akan sangat mempengaruhi terhadap serangan
Colletorichum. Tanaman yang kurang perawatanakan mudah terserang
(Soekirman, 2004).
Untuk mengurangi serangan Colletotrichum diusahakan agar lokasi pembibitan
tidak terlalu lembab. Dipembibitan tanaman okulasi dalam kantong plastik jangan
disusun terlalu rapat dan dianjurkan agar tidak menanam satu klon pada satu hamparan
Pada serangan ringan diberikan pupuk nitrogen dua kali dosis anjuran pada saat
daun mulai terbentuk. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara dibenamkan dalam
tanah agar mudah diserap oleh akar. Pada serangan berat dikendalikan dengan cara
disemprot dengan fungisida kontak (Belkute 40 WP) yang direkomendasikan, dilakukan
pada saat daun mulai terbentuk sampai dengan daun berwarna hijau dengan interval satu
minggu (umur daun 21 hari) (Judawi dkk, 2006).
Awal aplikasi fungisida yang tepat adalah pada waktu tunas/daun muda baru
tumbuh. Fungisida yang efektif untuk penyakit Colletotrichum adalah Mancozeb
(Dithane M45 80 WP). Untuk melindungi tanaman dipeletakan biji, pembibitan, dan
kebun entres dari serangan penyakit Colletotrichum dapat disemprotkan fungisida
tersebut dengan konsentrasi 0.25% formulasi dalam air, dosis 400-600l/ha, dan interval
5-7 hari. Pengendalian penyakit daun Colletotrichum pada tanaman yang belum
menghasilkan (4-5 tahun), dan tanaman yang telah menghasilkan dapat dilakukan
dengan penghembusan fungisida dengan dosis 2 kg/ha dan interval 5-7 hari. Sebagai
carier biasanya digunakan belerang (Stamulus 80 WP) sebanyak 3-5 kg/ha
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di laboraturium Proteksi Tanaman Balai Penelitian
Tanaman Karet Sungai Putih, dengan ketinggian ± 80 meter dari permukaan laut.
Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian antara lain 25 klon tanaman karet
yaitu 21 klon IRR seri 200 (IRR 250, IRR 253, IRR 255, IRR 256, IRR 259, IRR 262,
IRR 263, IRR 264, IRR 266, IRR 267, IRR 268, IRR 270, IRR 271, IRR 272,
IRR 276, IRR 277, IRR 278, IRR 284, IRR 285, IRR 292, IRR 293) dan 4 klon
pembanding (RRIC 100, BPM 24, PB 217, PB 260) sebagai objek penelitian, isolat
C. gloeosporioides yang berasal dari lapangan perkebunan sungai putih, aquadest steril,
Potato Dextrosa Agar (PDA), bahan-bahan kimia seperti kloroks 0,1 %, dan alkohol
96 %.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian antara lain autoclave untuk
sterilisasi alat, beacker glass, glass ukur, gunting, pisau, hot plate, lampu Bunsen,
petridish, pinset, erlenmeyer, haemocytometer, mikroskop, inkubator, jarum inokulasi,
jarum kait, kapas, kertas saring, cork borer (pelubang gabus) dan loupe (kaca
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakn metode Rancangan Acak Lengkap
(RAL) non faktorial yang terdiri atas 25 perlakuan dengan ulangan 3 kali.
Perlakuan terdiri dari :
V1 : IRR 250 V10 : IRR 267 V18 : IRR 284
V2 : IRR 253 V11 : IRR 268 V19 : IRR 285
V3 : IRR 255 V12 : IRR 270 V20 : IRR 292
V4 : IRR 256 V13 : IRR 271 V21 : IRR 293
V5 : IRR 259 V14 : IRR 272 V22 : RRIC 100
V6 : IRR 262 V15 : IRR 276 V23 : BPM 24
V7 : IRR 263 V16 : IRR 277 V24 : PB 217
V8 : IRR 264 V17 : IRR 278 V25 : PB 260
V9 : IRR 266
Jumlah perlakuan : 25
Jumlah ulangan : 3
Jumlah cakram daun tiap klon : 10
Diameter cakram daun : 1 cm
(t – 1) (r – 1) ≥ 15
(30 - 1) (r – 1) ≥ 15
29r ≥ 44
r ≥ 1,52
Jumlah r (ulangan yang dipakai) = 3
Metode linier yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = µ + ρi + τj + εij
Dimana :
Yij = data percobaan
µ = efek nilai tengah
ρi = efek blok dari taraf ke-i
τj = efek perlakuan dari taraf ke-j
εij = efek error
Jika sidik ragam menunjukkan efek nyata maka dilanjutkan Uji Jarak Duncan
(UJD) atau Duncan Multiple Range Test (DMRT).
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Bahan Inokulasi
Isolat C. gloeosporioides diambil dari lapangan kebun Sungai Putih, kemudian
yang sehat) dan dibiakkan diatas media PDA. Isolat C. gloeosporioides yang diperoleh
dibiakkan kembali sampai diperoleh biakan yang benar-benar murni. Dari biakan murni
isolat diperbanyak dalam media PDA, kemudian diinkubasikan dalam inkubator selama
4 - 6 hari pada suhu 280 C dan RH 60-70 %. Biakan murni dari Colletorichum
dirontokkan dari petridish dengan cara ditetesi aquadest steril secukupnya, kemudian
dikikis dengan menggunakan jarum ose, sehingga seluruh konidia yang terdapat pada
ujung konidifor terlepas dan masuk ke dalam larutan. Campuran larutan disaring dengan
menggunakan kain muslin, sehingga potongan-potongan misellium atau bagian yang
kasar dari media akan tertinggal pada kain muslin, sedangkan yang dapat lolos hanya
filtrat. Filtrat konidia yang diperoleh disentrifuge dengan tujuan untuk mendapatkan
suspensi konidia. Suspensi konidia Colletotrichum diencerkan dengan aquadest steril
pada kerapatan 4 x 104 konidia/ml.
Jumlah konidia C. gloeosporioides dihitung dengan menggunakan alat hitung
[image:33.595.180.426.487.706.2]Haemocytometer
Kotak a,b, c, d dan e adalah kotak yang dihitung jumlah konidianya. Adapun cara
kerjanya sebagai berikut:
1. Bersihkan permukaan kamar hitung dengan air mengalir dan kemudian
keringkan dengan tissue atau kain yang lembut.
2. Tempatkan gelas penutup di atas slide, kemudian dijepit dengan penjepit yang
ada disebelah kanan-kiri.
3. Siapkan suspensi sel yang dihitung, usahakan sel yang tersuspensi dalam cairan
menyebar merata.
4. Ambil sedikit suspensi sel dengan dropping pipet dan teteskan sebanyak 2 tetes
di tepi gelas penutup. Suspensi akan masuk ke kamar hitung dan mengisi seluruh
ruangan yang ada pada bilik tersebut. Suspensi yang berlebih akan terbuang ke
dalam parit pembuangan.
5. Biarkan selama 1 – 2 menit, agar sel yang ada di dalam bilik stabil.
6. Tempatkan haemocytometer pada meja mikroskop dan hitung jumlah sel yang
ada dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah konidia/ml = ∑(a + b + c + d + e) x 50000
Hasil perhitungan konidia jamur C. gloeosporioides :
a = 6 konidia d = 5 konidia
b = 4 konidia e = 3 konidia
c = 7 konidia
Jumlah konidia = ∑(a + b + c + d + e) x 50000
= (6 + 4 + 7 + 5 + 3) x 50000
Maka untuk mendapatakan kerapatan 4 x 104 konidia ml/air digunakan rumus
pengenceran sebagai berikut :
V1.N1 = V2.N2
100 x 125.104 = V2 x 4.104
V2 = 3125 ml
Inokulasi Pada Cakram Daun (Leaf Disc)
Inokulasi penyakit dilakukan dengan menggunakan metode cakram daun. Daun
sehat diambil dari lapangan kebun Balai Penelitian Sungai Putih umur 10-15 hari
setelah muncul dan membuka sempurna. Daun yang diambil adalah daun yang ditengah
dari tangkai anak daun dan disterilkan dengan kloroks 0,1%. Pembuatan cakram daun
dilakukan dengan melubangi daun sehat dengan alat pelubang gabus (cork borer)
sehingga terbentuk cakram daun dengan diameter 2 cm. Cakram daun yang terbentuk
direndam pada suspensi konidia C. gloeosporioides dengan kerapatan 4 x 104
konidia/ml selama 1-2 menit. Kemudian cakram daun disusun didalam petridish yang
telah dilapisi kertas saring yang terlebih dahulu dilembabkan dengan aquadest steril.
Satu cawan petridish diletakkan 10 cakram daun yang disusun acak, kemudian petridish
ditutup. Petridish yang berisi cakram daun dimasukkan kedalam inkubator pada suhu
Parameter Pengamatan
Pengamtan warna Koloni dan Morfologi jamur C. gloeosporioides
Biakan murni sebelum diinokulasi diamati warna koloni secara visual dan
morfologinya secara mikroskopis.
Intensitas Serangan Pada Cakram Daun (Leaf Disc)
Potongan cakram daun yang telah diinokulasi dengan suspensi C.
gloeosporioides diamati 2 hari sekali sebanyak 4 kali pengamatan untuk masing-masing
isolat pada hari 2, 4, 6, 8 hari setelah inokulasi (hsi). Pengamatan dilakukan secara
visual dengan menggunakan loupe. Besarnya intensitas serangan penyakit dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
∑ (nx v)
I = x 100 %
N x Z
Keterangan : I = intensitas serangan
n = jumlah daunsetiap kategori serangan
v = nilai skala dari setiap kategori serangan
Z = nilai skala dari kategori yang tertinggi
N = jumlah daun yang diamati
Adapun pengukuran skala bercak pada cakram daun dilaboratorium adalah
Skala 0 : tidak terdapat bercak pada daun
Skala 1 : terdapat bercak daun < ¼ bagian
Skala 2 : terdapat bercak daun < ½ bagian
Skala 3 : terdapat bercak daun > ½ - ¾ bagian
Skala 4 : terdapat bercak daun > ¾ bagian
(Pawirosoemadjo, 2004).
Penilaian intensitas serangan penyakit adalah sebagai berikut :
Resisten : 0 – 20 %
Agak resisten : 21 – 40 %
Moderat : 41 – 60 %
Agak rentan : 61 – 80 %
Rentan : 81 – 100 %
HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfologi dan Warna Koloni Jamur C. gloeosporioides.
Dari hasil pengamatan dapat dilihat warna koloni pada media sebelum
diinokulasikan pada cakram daun berwarna putih. Massa spora berwarna merah jambu
atau berwarna salmon. Pada media yang telah tua ditumbuhi miselium berwarna putih
cerah. Hal ini sesuai dengan literatur Agrios (1978) yang menyatakan bahwa diantara
ordo Melanconiales yang konidianya cerah adalah C. Gloeosporium seperti yang telah
tersaji pada gambar 6a, 6b, 6c dan 6d.
Gambar 6a. Biakan jamur 2 hsi Gambar 6b. Biakan Jamur 9 hsi
Gambar 6c. Biakan jamur 16 hsi Gambar 6d. Biakan jamur 22 hsi Sumber : Foto langsung
Hasil pengamatan morfologi jamur yang di amati secara mikroskopik, konidium
berbentuk silinder dengan ujung-ujung tumpul sampai meruncing, kadang-kadang
terpancung. Tidak bersekat, berinti satu, berbentuk oval memanjang bergaris ramping.
Panjang 10-15 μm dan lebar 5-7 μm. Konidia tidak berwarna dan transparan, seperti
yang telah tersaji pada gambar 7.
Massa spora berwarna kemerah-merahan atau warna salmon, hal ini sesuai
dengan literature Singh (2001) yang menyatakan Massa konidia nampak berwarna
[image:39.595.195.367.256.412.2]kemerah-merahan atau seperti ikan salmon.
Gambar 7. Konidia C. gloeosporioides Perbesaran 40x
Sumber : Foto langsung
Hasil pengamatan morfologi jamur secara mikroskopik, spora jamur
C. gloeosporioides berukuran sangat kecil dan banyak, berbentuk silinder dengan
ujung-ujung tumpul sehingga pada waktu pengamatan di bawah mikroskop
bertumpuk-tumpuk, hal ini sesuai dengan literatur Semangun (2000) yang menyatakan C.
gloeosporioides umumnya mempunyai konidia hialin, berbentuk silinder dengan
ujung-ujung tumpul, kadang-kadang berbentuk agak jorong dengan ujung-ujung yang agak
membulat dan pangkal yang sempit terpancung, tidak bersekat, berinti satu dengan
ukuran 9-24 x 3-6 µm. Konidia terbentuk tunggal pada ujung-ujung konidiofor,
pada aservuli dari jamur Colletotrichum, tetapi tidak tetap tergantung kondisi tempat
tumbuhnya.
Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides
Berdasarkan hasil pengamatan 2, 4, 6, dan 8 hsi (hari setelah inokulasi), dari
analisa sidik ragam diperoleh bahwa klon berpengaruh sangat nyata. Untuk mengetahui
perlakuan mana yang berbeda sangat nyata dilakukan Uji Jarak Duncan (UJD). Hasilnya
[image:40.595.84.485.363.757.2]dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Uji Beda Rataan Intensitas Serangan (%) C. gloeosporioides pada Perlakuan Klon (V) dari Pengamatan 2 hsi sampai 8 hsi
Perlakuan
Intensitas Serangan (%)
2 hsi 4 hsi 6 hsi 8 hsi
IRR 250 (V1) 24,17 A 49,17 B 78,33 A 96,67 A
IRR 253 (V2) 23,33 A 51,67 B 80,83 A 97,50 A
IRR 255 (V3) 16,67 A 47,50 B 73,33 B 86,67 B
IRR 256 (V4) 19,17 A 44,17 B 70,83 B 94,17 A
IRR 259 (V5) 8,33 B 37,50 C 63,33 C 87,50 B
IRR 262 (V6) 0,83 C 32,50 D 62,50 C 85.00 B
IRR 263 (V7) 16,67 A 43,33 B 64,17 C 85,83 B
IRR 264 (V8) 20.00 A 43,33 B 67,50 C 90.00 B
IRR 266 (V9) 23,33 A 53,33 A 86,67 A 100.00 A
IRR 267 (V10) 17,50 A 40,83 C 66,67 C 89,17 B
IRR 268 (V11) 19,17 A 51,67 B 76,67 B 95.00 A
IRR 270 (V12) 8,33 B 36,67 C 61,67 C 86,67 B
IRR 272 (V14) 20,83 A 50.00 B 75.00 B 95,83 A
IRR 276 (V15) 8,33 B 60.00 A 82,50 A 100.00 A
IRR 277 (V16) 8,33 B 8,33 E 34,17 E 74,17 C
IRR 278 (V17) 19,17 A 44,17 B 69,17 B 84,17 B
IRR 284 (V18) 17,50 A 48,33 B 73,33 B 94,17 A
IRR 285 (V19) 13,33 B 46,67 B 71,67 B 92,50 A
IRR 292 (V20) 10,83 B 61,67 A 86,67 A 99,17 A
IRR 293 (V21) 10,83 B 37,50 C 60.00 C 85,83 B
RRIC 100 (V22)* 9,17 B 32,50 D 57,50 D 66,70 C
BPM 24 (V23)* 5,83 B 13,33 E 38,33 E 51,93 E
PB 217 (V24)* 6,67 B 23,33 D 48,33 D 61,20 D
PB 260 (V25)* 13,33 B 30,83 D 50.00 D 64,83 D
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 1 %.
hsi = Hari setelah inokulasi
* = Klon pembanding
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan klon terhadap intensitas serangan
memiliki variasi ketahanan yang berkisar antara 51,93 – 100%. Hal ini disebabkan oleh
masing-masing klon mempunyai ketahanan yang berbeda-beda terhadap jamur C.
Gloeosporioides walaupun klon pembanding BPM 24 V(23), RRIC 100 (V22), PB 217
(V24), dan PB 260 (V25) masih terinfeksi penyakit, tetapi masih memiliki ketahanan
yan lebih baik dari semua klon lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Woelan dkk
(1999) yang menyatakan bahwa setiap masing-masing klon baik yang tergolong anjuran
maupun komersial mempunyai sifat ketahanan yang berbeda-beda terhadap intensitas
Pada pengamatan I (2 hsi) tabel 1 dapat dilihat bahwa klon PB 260 (V25)
berbeda sangat nyata dengan perlakuan klon IRR 262 (V6), IRR 250 (V1), IRR 253
(V2), IRR 255 (V3), IRR 256 (V4), IRR 263 (V7), IRR 264 (V8), IRR 266 (V9),
IRR 267 (V10), IRR 268 (V11), IRR 271 (V13), IRR 272 (V14), IRR 278 (V17), dan
IRR 284 (V18) tetapi tidak berbeda nyata dengan IRR 259 (V5), IRR 270 (V12), IRR
276 (V15), IRR 277 (V16), IRR 285 (V19), IRR 292 (V20), IRR 293 (V21), RRIC 100
(V22), BPM 24 (V23), dan PB 217 (V24). Intensitas serangan terendah terdapat pada
perlakuan IRR 262 (V6) sebesar 0.83 % dan tertinggi IRR 250 (V1) sebesar 24.17 %.
Pada pengamatan I (2 hsi) ini klon IRR 262 tergolong resisten dan klon IRR 250
tergolong agak resisten.
Pada pengamatan II (4 hsi) tabel 1 dapat dilihat bahwa intensitas serangan
terendah terdapat pada perlakuan IRR 277 (V16) sebesar 8.33 % dan yang tertinggi IRR
292 (V20) sebesar 61.67 %. Klon IRR 277 (V16) pada pengamatan II (4 hsi) tergolong
resisten dan klon 292 (V20) tergolong agak rentan.
Pada pengamatan III (6 hsi) tabel 1 dapat dilihat bahwa intensitas serangan
terendah terdapat pada perlakuan IRR 277 (V16) sebesar 34.17 % dan yang tertinggi
IRR 266 (V9) dan IRR 292 (V20) sebesar 86.67 %. Klon IRR 266 (V9) dan IRR 292
(V20) tergolong rentan.
Pada pengamatan IV (8 hsi) tabel 1 dapat dilihat bahwa intensitas serangan
terendah terdapat pada perlakuan BPM 24 (V23) sebesar 51.93 % dan yang tertinggi
IRR 266 (V9) dan IRR 276 (V15) sebesar 100 %. Pada pengamtan IV ini klon BPM 24
(V23) sudah termasuk ke dalam moderat dan klon IRR 266 (V9) dan IRR 276 (V15)
Pada pengamatan IV (8 hsi) tabel 1 dapat dilihat bahwa klon PB 260 (V25)
berbeda sangat nyata dengan perlakuan klon IRR 250 (V1), IRR 253 (V2), IRR 255
(V3), IRR 256 (V4), IRR 259 (V5), IRR 262 (V6), IRR 263 (V7), IRR 264 (V8), IRR
266 (V9), IRR 267 (V10), IRR 268 (V11), IRR 270 (V12), IRR 271 (V13), IRR 272
(V14), IRR 276 (V15), IRR 278 (V17), IRR 284 (V18), IRR 285 (V19), IRR 292 (V20),
IRR 293 (V21) dan BPM 24 (V23) tetapi tidak berbeda nyata dengan IRR 277 (V16),
RRIC 100 (V22), dan PB 217 (V24). Intensitas serangan terendah terdapat pada
perlakuan BPM 24 (V23) sebesar 51,93 % dan tertinggi IRR 266 (V9) dan IRR 276
(V15) sebesar 100 %. Pada pengamatan IV (8 hsi) ini klon BPM 24 (V23) tergolong
moderat dan klon IRR 266 (V9), IRR 276 (V15) tergolong rentan.
Hasil penelitian pada pengamatan IV (8 hsi) menunjukkan bahwa BPM 24
(V23) termasuk ke dalam kategori moderat, RRIC 100 (V22), PB 217 (V24), PB 260
(V25), IRR 277 (V16) termasuk ke dalam kategori agak rentan, IRR 250 (V1), IRR 253
(V2), IRR 255 (V3), IRR 256 (V4), IRR 259 (V5), IRR 262 (V6), IRR 263 (V7),
IRR 264 (V8), IRR 266 (V9), IRR 267 (V10), IRR 268 (V11), IRR 270 (V12), IRR
271 (V13), IRR 272 (V14), IRR 276 (V15), IRR 278 (V17), IRR 284 (V18), IRR
285(V19), IRR 292 (V20), dan 1RR 293 (V21) termasuk ke dalam kategori rentan.
Histogram Intensitas Serangan C. Gloeosporioides (%) dapat dilihat pada
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Warna koloni awalnya berwarna putih kemerah jambuan, dan jika semakin tua
(16 – 22 hsi) warnanya koloninya menjadi putih.
2. Pada pengamatan IV umur 8 hsi jenis klon yang memiliki intensitas serangan
tertinggi terdapat pada perlakuan IRR 266 (V9) dan IRR 276 (V15) sebesar
100% dan yang terendah pada perlakuan BPM 24 (V23) sebesar 51,93%.
3. Pada pengamatan IV umur 8 hsi jenis BPM 24 (V23) tergolong dalam kategori
moderat.
4. Pada pengamatan IV umur 8 hsi jenis klon IRR 277 (V16), RRIC 100 (V22), PB
217 (V24), dan PB 260 (V25) tergolong agak rentan.
5. Pada pengamatan IV umur 8 hsi klon IRR 250 (V1), IRR 253 (V2), IRR 255
(V3), IRR 256 (V4), IRR 259 (V5), IRR 262 (V6), IRR 263 (V7), IRR 264 (V8),
IRR 266 (V9), IRR 267 (V10), IRR 268 (V11), IRR 270 (V12), IRR 271 (V13),
IRR 272 (V14), IRR 276 (V15), IRR 278 (V17), IRR 284 (V18), IRR 285
(V19), IRR 292 (V20), dan IRR 293 (V21) tergolong rentan.
Saran
Disarankan penelitian lanjutan mengenai uji ketahanan klon IRR seri 200
tanaman karet (H. brassiliensis Muell. Arg.) terhadap penyakit gugur daun (C.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G. N. 1978. Plant Pathology Second Edition. Academic Press. New York. Pp. 272.
Alexopoulus, C. J and C. W. Mims. 1979. Introductory Mycology Third Edition. John Wiley and Sons. New York. pp. 559-560.
Anonimous. 1991. Pengendalian Beberapa Penyakit Tanaman Karet Terpenting. Asosiasi Penelitian dan Perkembangan Perkebunan Indonesia (AP3I) Pusat Penelitian Sungai Putih. Medan
Anonimous, 2008. Klon Karet IRR. Diakses dari
Tanggal 11 November 2008.
Anonimous, 2010. Haemocytometer. Diakses dari
Januari 2010.
Anwar, C. 2008. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Diakses dari
Bailey, J. A and J. Jeger. 1992. Colletotrichum : Biology, Pathology, and Control. The Britis Society For Plant Pathology. London. pp. 88-337.
Daslin, A. S. 2007. Resistensi Klon Anjuran dan Harapan Terhadap Penyakit
Utama Karet. Kumpulan Materi Management Pengendalian Penyakit Gugur
Daun, Cabang, Akar dan Pemupukan Tanaman Karet. Pusat Penelitian Karet, Sungai Putih.
Daslin, A dan M. Lasminingsih. 2001. Klon Karet Unggul Anjuran IRR Seri 00
Judawi, S. D.,Halomoan, L. dan Retno, B. S. 2006. Pedoman Pengendalian Tanaman
Karet. Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, Jakarta.
Lasminingsih, M., A. Situmorang dan Thomas. 2004. Difersifikasi Horizontal dan
Penempatan Klon Sebagai Upaya Pengendalian Beberapa Penyakit Karet.
Prosiding Pertemuan Teknis Strategi Pengelolaan Penyakit Tanaman Karet Untuk Mempertahankan Potensi Produksi mendukung Industri Perkaretan Indonesia Tahun 2020. Pusat Penelitian Karet, Sumbawa. pp. 160 173.
Pawirosoemarjdo, S. 2004. Manajemen Pengendalian Penyakit Penting dalan Upaya
mengamankan Produksi Karet Nasional Tahun 2020. Prosiding Pertemuan
Teknis Strategi Pengelolaan Penyakit Tanaman Karet Untuk Mempertahankan Potensi Produksi mendukung Industri Perkaretan Indonesia Tahun 2020. Pusat Penelitian Karet, Sumbawa. pp. 21-44.
Rubert, B. S. 1992. Diagnosis Plant Diseases. The University Of Arazona Press. Tuscon Arizona USA. pp. 8-16.
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Penting Tanaman Perkebunan Di
Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. pp. 84-90.
Situmorang, A. M., Lasminingsih, dan Thomas.1998. Resistensi Klon Karet Anjuran
dan Strategi Penggunaan Dalam Pengendalian Penyakit Penting Tanaman Karet Di indonesia. Prosiding Lokakarya Nasional Pemuliaan Karet 1998 dan
Diskusi Nasional Prospek Karet Alam Abad 21. Medan. pp. 103
Singh, R.S., 2001. Plant Disease. Oxford & IBH Publishing, New Delhi. pp. 444-454
Soekirman, P.2004. Manajemen Pengendalian Penyakit Penting Dalam Upaya
Mengamankan Target Produksi Karet Nasional Tahun 2020. Prosiding
Soepena, H. 1991. Shourt Corse On South American Leaf Blight and Other
Diseases of Rubber. Reserch Institute for Estate Crops of Sungai Putih In
Colaboration With Association Of Natural Rubber Producing Countris Asean Plant Qarantine Centre and Training Institute Rubber Risearch Institute Of Malaysia Centre Agriculture Qarantine. Medan. pp. 3-6.
Thomas. A. Situmorang dan M. Lasminingsih. 2004 Pemilihan Klon Karet
Berdasarkan Kondisi Agroklimat. Prosiding Pertemuan Teknis Strategi
Pengelolaan Penyakit Tanaman Karet Untuk Mempertahankan Potensi Produksi mendukung Industri Perkaretan Indonesia Tahun 2020. Pusat Penelitian Karet, Sumbawa. pp. 46-56.
Woelan, S. I.Suhendry. A. Daslin. R. Azwar. 1999. Karakteristik Klon Anjuran
Rekomendasi 1999-2001. Warta Pusat Penalitian Karet, Pusat Penelitian Karet
LAMPIRAN
Bagan percobaan di laboratorium
U
S
V
6U
1V
18U
3V
15U
2V
10U
3V
22U
2V
4U
1V
21U
3V
24U
1V
1U
2V
7U
1V
24U
2V
13U
3V
25U
2V
22U
1V
5U
2V
9U
3V
23U
3V
2U
1V
25U
3V
8U
2V
11U
3V
7U
2V
14U
1V
20U
3V
16U
2V
5U
1V
11U
2V
3U
3V
17U
1V
10U
1V
20U
2V
21U
1V
13U
2V
17U
3V
1U
1V
18U
2V
6U
2V
4U
2V
25U
1V
12U
2V
2U
3V
23U
1V
14U
3V
8U
1V
24U
3V
15U
1V
8U
3V
19U
2V
9U
1V
12U
3V
5U
3V
16U
1V
22U
3V
3U
2V
15U
3V
21U
2V
18U
1V
6U
3V
1U
3V
23U
2V
19U
3V
11U
1V
17U
2V
3U
1V
7U
3V
13U
1V
2U
2V
14U
2V
19U
1V
9U
2V
20U
1V
4U
3V
10U
2V
16U
3Keterangan :
V1 : IRR 250 V10 : IRR 267 V18 : IRR 284
V2 : IRR 253 V11 : IRR 268 V19 : IRR 285
V3 : IRR 255 V12 : IRR 270 V20 : IRR 292
V4 : IRR 256 V13 : IRR 271 V21 : IRR 293
V5 : IRR 259 V14 : IRR 272 V22 : RRIC 100
V6 : IRR 262 V15 : IRR 276 V23 : BPM 24
V7 : IRR 263 V16 : IRR 277 V24 : PB 217
V8 : IRR 264 V17 : IRR 278 V25 : PB 260
V9 : IRR 266
Lampiran 2. Data Intensitas Serangan C. Gloeosporioides Pada Pengamatan I (2 hsi)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
V1 25.00 20.00 27.50 72.50 24.17
V2 25.00 20.00 25.00 70.00 23.33
V3 12.50 15.00 22.50 50.00 16.67
V4 12.50 22.50 22.50 57.50 19.17
V5 7.50 15.00 2.50 25.00 8.33
V6 0.00 0.00 2.50 2.50 0.83
V7 20.00 15.00 15.00 50.00 16.67
V8 30.00 20.00 10.00 60.00 20.00
V9 22.50 25.00 22.50 70.00 23.33
V10 7.50 22.50 22.50 52.50 17.50
V11 20.00 25.00 12.50 57.50 19.17
V12 5.00 7.50 12.50 25.00 8.33
V13 17.50 15.00 22.50 55.00 18.33
V14 22.50 22.50 17.50 62.50 20.83
V15 7.50 7.50 10.00 25.00 8.33
V16 7.50 10.00 7.50 25.00 8.33
V17 17.50 20.00 20.00 57.50 19.17
V18 12.50 20.00 20.00 52.50 17.50
V19 7.50 15.00 17.50 40.00 13.33
V20 10.00 2.50 20.00 32.50 10.83
V21 12.50 7.50 12.50 32.50 10.83
V22 17.50 0.00 10.00 27.50 9.17
V23 2.50 2.50 12.50 17.50 5.83
V24 5.00 5.00 10.00 20.00 6.67
V25 10.00 10.00 20.00 40.00 13.33
Total 337.50 345.00 397.50 1080.00
Lampiran 3. Data Intensitas Serangan (%) C. Gloeosporioides Pada Pengamatan I (2 hsi) Transformasi Arcsin Vx
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
V1 30.00 26.57 31.63 88.19 29.40
V2 30.00 26.57 30.00 86.57 28.86
V3 20.70 22.79 28.32 71.81 23.94
V4 20.70 28.32 28.32 77.34 25.78
V5 15.89 22.79 9.10 47.78 15.93
V6 6.42 6.42 9.10 21.94 7.31
V7 26.57 22.79 22.79 72.14 24.05
V8 33.21 26.57 18.43 78.21 26.07
V9 28.32 30.00 28.32 86.63 28.88
V10 15.89 28.32 28.32 72.53 24.18
V11 26.57 30.00 20.70 77.27 25.76
V12 12.92 15.89 20.70 49.52 16.51
V13 24.73 22.79 28.32 75.83 25.28
V14 28.32 28.32 24.73 81.36 27.12
V15 15.89 15.89 18.43 50.22 16.74
V16 15.89 18.43 15.89 50.22 16.74
V17 24.73 26.57 26.57 77.86 25.95
V18 20.70 26.57 26.57 73.83 24.61
V19 15.89 22.79 24.73 63.41 21.14
V20 18.43 9.10 26.57 54.10 18.03
V21 20.70 15.89 20.70 57.30 19.10
V22 24.73 6.42 18.43 49.58 16.53
V23 9.10 9.10 20.70 38.90 12.97
V24 12.92 12.92 18.43 44.28 14.76
V25 18.43 18.43 26.57 63.43 21.14
Total 517.68 520.21 572.36 1610.26
Rataan 20.71 20.81 22.89 21.47
Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01
Perlakuan 24 2360.29 98.35 4.53 ** 1.74 2.18
Galat 50 1084.78 21.70
Total 74 3445.07
** sangat nyata
FK 34572.41 * nyata
Lampiran 6. Data Intensitas Serangan C. Gloeosporioides Pada Pengamatan II (4 hsi)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
V1 50.00 45.00 52.50 147.50 49.17
V2 50.00 55.00 50.00 155.00 51.67
V3 42.50 47.50 52.50 142.50 47.50
V4 37.50 47.50 47.50 132.50 44.17
V5 37.50 47.50 27.50 112.50 37.50
V6 42.50 35.00 20.00 97.50 32.50
V7 45.00 40.00 45.00 130.00 43.33
V8 50.00 45.00 35.00 130.00 43.33
V9 52.50 50.00 57.50 160.00 53.33
V10 32.50 42.50 47.50 122.50 40.83
V11 57.50 57.50 40.00 155.00 51.67
V12 35.00 37.50 37.50 110.00 36.67
V13 42.50 40.00 47.50 130.00 43.33
V14 50.00 52.50 47.50 150.00 50.00
V15 57.50 57.50 65.00 180.00 60.00
V16 7.50 10.00 7.50 25.00 8.33
V17 42.50 45.00 45.00 132.50 44.17
V18 37.50 45.00 62.50 145.00 48.33
V19 52.50 45.00 42.50 140.00 46.67
V20 62.50 60.00 62.50 185.00 61.67
V21 42.50 32.50 37.50 112.50 37.50
V22 42.50 25.00 30.00 97.50 32.50
V23 12.50 10.00 17.50 40.00 13.33
V24 17.50 20.00 32.50 70.00 23.33
V25 30.00 25.00 37.50 92.50 30.83
Total 1030.00 1017.50 1047.50 3095.00
Lampiran 7. Data Intensitas Serangan C. Gloeosporioides Pada Pengamatan II (4 hsi) Transformasi Arcsin Vx
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
V1 45.00 42.13 46.43 133.56 44.52
V2 45.00 47.87 45.00 137.87 45.96
V3 40.69 43.57 46.43 130.69 43.56
V4 37.76 43.57 43.57 124.90 41.63
V5 37.76 43.57 31.63 112.96 37.65
V6 40.69 36.27 26.57 103.52 34.51
V7 42.13 39.23 42.13 123.49 41.16
V8 45.00 42.13 36.27 123.40 41.13
V9 46.43 45.00 49.31 140.75 46.92
V10 34.76 40.69 43.57 119.01 39.67
V11 49.31 49.31 39.23 137.86 45.95
V12 36.27 37.76 37.76 111.79 37.26
V13 40.69 39.23 43.57 123.49 41.16
V14 45.00 46.43 43.57 135.00 45.00
V15 49.31 49.31 53.73 152.36 50.79
V16 15.89 18.43 15.89 50.22 16.74
V17 40.69 42.13 42.13 124.95 41.65
V18 37.76 42.13 52.24 132.13 44.04
V19 46.43 42.13 40.69 129.25 43.08
V20 52.24 50.77 52.24 155.25 51.75
V21 40.69 34.76 37.76 113.20 37.73
V22 40.69 30.00 33.21 103.90 34.63
V23 20.70 18.43 24.73 63.87 21.29
V24 24.73 26.57 34.76 86.05 28.68
V25 33.21 30.00 37.76 100.97 33.66
Total 988.83 981.42 1000.17 2970.43
Rataan 39.55 39.26 40.01 39.61
Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01
Perlakuan 24 4797.37 199.89 13.47 ** 1.74 2.18
Galat 50 741.78 14.84
Total 74 5539.14
** sangat nyata
FK 117645.86 * nyata
Lampiran 10. Data Intensitas Serangan C. Gloeosporioides Pada Pengamatan III (4 hsi)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
V1 80.00 77.50 77.50 235.00 78.33
V2 80.00 85.00 77.50 242.50 80.83
V3 70.00 72.50 77.50 220.00 73.33
V4 62.50 72.50 77.50 212.50 70.83
V5 65.00 72.50 52.50 190.00 63.33
V6 75.00 62.50 50.00 187.50 62.50
V7 65.00 57.50 70.00 192.50 64.17
V8 72.50 70.00 60.00 202.50 67.50
V9 90.00 87.50 82.50 260.00 86.67
V10 57.50 67.50 75.00 200.00 66.67
V11 80.00 82.50 67.50 230.00 76.67
V12 60.00 62.50 62.50 185.00 61.67
V13 67.50 65.00 72.50 205.00 68.33
V14 75.00 77.50 72.50 225.00 75.00
V15 82.50 82.50 82.50 247.50 82.50
V16 32.50 35.00 35.00 102.50 34.17
V17 67.50 70.00 70.00 207.50 69.17
V18 62.50 70.00 87.50 220.00 73.33
V19 77.50 70.00 67.50 215.00 71.67
V20 87.50 85.00 87.50 260.00 86.67
V21 67.50 57.50 55.00 180.00 60.00
V22 65.00 50.00 57.50 172.50 57.50
V23 37.50 35.00 42.50 115.00 38.33
V24 42.50 45.00 57.50 145.00 48.33
V25 55.00 42.50 52.50 150.00 50.00
Total 1677.50 1655.00 1670.00 5002.50
Lampiran 11. Data Intensitas Serangan C. Gloeosporioides Pada Pengamatan III (4 hsi) Transformasi Arcsin Vx
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
V1 63.43 61.68 61.68 186.80 62.27
V2 63.43 67.21 61.68 192.33 64.11
V3 56.79 58.37 61.68 176.84 58.95
V4 52.24 58.37 61.68 172.29 57.43
V5 53.73 58.37 46.43 158.53 52.84
V6 60.00 52.24 45.00 157.24 52.41
V7 53.73 49.31 56.79 159.83 53.28
V8 58.37 56.79 50.77 165.93 55.31
V9 71.57 69.30 65.27 206.13 68.71
V10 49.31 55.24 60.00 164.56 54.85
V11 63.43 65.27 55.24 183.95 61.32
V12 50.77 52.24 52.24 155.25 51.75
V13 55.24 53.73 58.37 167.34 55.78
V14 60.00 61.68 58.37 180.06 60.02
V15 65.27 65.27 65.27 195.81 65.27
V16 34.76 36.27 36.27 107.30 35.77
V17 55.24 56.79 56.79 168.82 56.27
V18 52.24 56.79 69.30 178.32 59.44
V19 61.68 56.79 55.24 173.72 57.91
V20 69.30 67.21 69.30 205.80 68.60
V21 55.24 49.31 47.87 152.43 50.81
V22 53.73 45.00 49.31 148.04 49.35
V23 37.76 36.27 40.69 114.72 38.24
V24 40.69 42.13 49.31 132.13 44.04
V25 47.87 40.69 46.43 134.99 45.00
Total 1385.83 1372.34 1381.00 4139.17
Rataan 55.43 54.89 55.24 55.19
Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Perlakuan 24 5027.52 209.48 12.94 ** 1.74 2.18 Galat 50 809.60 16.19
Total 74 5837.12
** sangat nyata
FK 228436.65 * nyata
Lampiran 14. Data Intensitas Serangan C. Gloeosporioides Pada Pengamatan III (4 hsi)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
V1 100.00 97.50 92.50 290.00 96.67
V2 92.50 100.00 100.00 292.50 97.50
V3 95.00 87.50 77.50 260.00 86.67
V4 87.50 97.50 97.50 282.50 94.17
V5 90.00 92.50 80.00 262.50 87.50
V6 92.50 85.00 77.50 255.00 85.00
V7 87.50 80.00 90.00 257.50 85.83
V8 92.50 92.50 85.00 270.00 90.00
V9 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00
V10 82.50 92.50 92.50 267.50 89.17
V11 95.00 97.50 92.50 285.00 95.00
V12 85.00 87.50 87.50 260.00 86.67
V13 92.50 90.00 97.50 280.00 93.33
V14 95.00 97.50 95.00 287.50 95.83
V15 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00
V16 72.50 80.00 70.00 222.50 74.17
V17 85.00 75.00 92.50 252.50 84.17
V18 87.50 95.00 100.00 282.50 94.17
V19 95.00 90.00 92.50 277.50 92.50
V20 100.00 97.50 100.00 297.50 99.17
V21 95.00 82.50 80.00 257.50 85.83
V22 90.00 75.00 82.50 247.50 82.50
V23 62.50 60.00 67.50 190.00 63.33
V24 67.50 70.00 82.50 220.00 73.33
V25 77.50 70.00 77.50 225.00 75.00
Total 2220.00 2192.50 2210.00 6622.50
Lampiran 15. Data Intensitas Serangan C. Gloeosporioides Pada Pengamatan III (4 hsi) Transformasi Arcsin Vx
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
V1 90.00 80.90 74.11 245.01 81.67
V2 74.11 90.00 90.00 254.11 84.70
V3 77.08 69.30 61.68 208.06 69.35
V4 69.30 80.90 80.90 231.10 77.03
V5 71.57 74.11 63.43 209.11 69.70
V6 74.11 67.21 61.68 203.00 67.67
V7 69.30 63.43 71.57 204.30 68.10
V8 74.11 74.11 67.21 215.43 71.81
V9 90.00 90.00 90.00 270.00 90.00
V10 65.27 74.11 74.11 213.48 71.16
V11 77.08 80.90 74.11 232.09 77.36
V12 67.21 69.30 69.30 205.80 68.60
V13 74.11 71.57 80.90 226.57 75.52
V14 77.08 80.90 77.08 235.06 78.35
V15 90.00 90.00 90.00 270.00 90.00
V16 58.37 63.43 56.79 178.60 59.53
V17 67.21 60.00 74.11 201.32 67.11
V18 69.30 77.08 90.00 236.37 78.79
V19 77.08 71.57 74.11 222.75 74.25
V20 90.00 80.90 90.00 260.90 86.97
V21 77.08 65.27 63.43 205.78 68.59
V22 71.57 60.00 65.27 196.84 65.61
V23 52.24 50.77 55.24 158.25 52.75
V24 55.24 56.79 65.27 177.30 59.10
V25 61.68 56.79 61.68 180.16 60.05
Total 1820.07 1799.33 1821.98 5441.38
Rataan 72.80 71.97 72.88 72.55
Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam
SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Perlakuan 24 6742.14 280.92 9.25 ** 1.74 2.18 Galat 50 1519.06 30.38
Total 74 8261.20
** sangat nyata
FK 394781.88 * nyata
Lampiran 8. Gambar skala bercak serangan C. Gloeosporioides pada cakram daun
Skala 0 Skala 1
Skala 2 Skala 3