• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komposisi Asam Lemak Udang Windu (Penaeus monodon) dari Perairan Laut dan Tambak Budidaya Daerah Percut Sei Tuan Deli Serdang Dengan Metode GC-MS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Komposisi Asam Lemak Udang Windu (Penaeus monodon) dari Perairan Laut dan Tambak Budidaya Daerah Percut Sei Tuan Deli Serdang Dengan Metode GC-MS"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMPOSISI ASAM LEMAK UDANG WINDU

(

Penaeus monodon)

DARI PERAIRAN LAUT DAN

TAMBAK BUDIDAYADAERAH PERCUT

SEI TUAN DELI SERDANGDENGAN

METODE GC-MS

TESIS

Oleh

ROBBY RUDIANSEN PURBA 117006127/KIM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS KOMPOSISI ASAM LEMAK UDANG WINDU

(

Penaeus monodon)

DARI PERAIRAN LAUT DAN

TAMBAK BUDIDAYADAERAH PERCUT

SEI TUAN DELI SERDANGDENGAN

METODE GC-MS

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

ROBBY RUDIANSEN PURBA 117006127/KIM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis :ANALISIS KOMPOSISI ASAM LEMAK UDANG WINDU(Penaeus monodon) DARIPERAIRAN LAUT DAN TAMBAK BUDIDAYA DAERAH PERCUT SEI

TUAN DELI SERDANG DENGAN METODE GC-MS Nama Mahasiswa : Robby Rudiansen Purba

Nomor Pokok : 117006127/KIM Program Studi : Ilmu Kimia

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.Dr. Tonel Barus)

Ketua Anggota

(Lamek Marpaung. M.Phil, Ph.D)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D) ( Dr. Sutarman, M. Sc)

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

ANALISIS KOMPOSISI ASAM LEMAK UDANG WINDU (Penaeus monodon)

DARI PERAIRAN LAUT DAN TAMBAK BUDIDAYA DAERAH PERCUT SEI TUAN DELI SERDANG

DENGAN METODE GC-MS

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dalam tesis ini tidak terdapat karya yangpernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggidan sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernahditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam

naskahdan disebut sumbernya dalam daftar pustaka

Medan, April 2013

(Robby Rudiansen Purba NIM. 117006127

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Sebagai sivitas academia Universitas Sumatera Utara saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Robby Rudiansen Purba

NIM : 117006027

Program Studi : Magister Ilmu Kimia

Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalty Non-Ekslusif ( No-Exclusive Royalty Free Righ) atas Tesis saya yang berjudul :

Analisis Komposisi Asam Lemak Udang Windu (Penaeus monodon) dari Perairan Laut dan Tambak Budidaya Daerah Percut Sei Tuan Deli Serdang Dengan Metode GC-MS

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty Non-Ekslusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data- base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya.

Medan, 30 April 2013

(6)

Telah diuji pada

Tanggal : 26 April 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.Dr. Tonel Barus

Anggota : 1.Lamek Marpaung, M.Phil, Ph.D 2.Dr. Hamonangan Nainggolan, MSc. 3.Prof.Dr. Jamaran Kaban, MSc. 4.Dr. Mimpin Ginting, MS

(7)

RIWAYAT HIDUP

Nama : ROBBY RUDIANSEN PURBA

Tempat/ Tanggal lahir : M.Pematang, 19 Juli 1971

Riwayat Pendidikan : Tahun 1983 tamat dari SD inpres No 102003 Gunung

Meriah, Tahun 1986 tamat dari SMP Swasta Masehi

Gunung Meriah, Tahun 1989 tamat dari SMA Negeri

1 Bangun Purba, Tahun 1995 tamat dari IKIP Negeri

Medan dan mengikuti Sekolah Pascasarjana di

Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 dan tamat

Tahun 2013.

Nama Istri : Dra.Desevita Simanjuntak

Nama Anak : Yolanda Septifanny Purba

David Criston Hamonangan Purba

Nigel Hiskia Purba

Nama Ayah : J. Purba

Nama Ibu : H. Br Sembiring

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

karena berkat dan anugerahnya lah saya dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini

sebagai tugas akhir dalam jenjang Magister.

Saya menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, baik dalam

penulisan kata mungkin juga bobot ilmiahnya.Kritik dan saran dari pembaca diterima

dengan senang hati untuk kesempurnaan tesis ini.

Selesainya penulisan tesis ini, bukanlah semata-mata karena kemampuan saya

sendiri, tetapi berkat saran, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu

saya ucapkan terima kasih kepada :

1. Universitas Sumatera Utara, karena telah memberi wadah pendidikan kepada

saya untuk melanjutkan pendidikan.

2. Bapak Prof.Dr.dr.Syahril Pasaribu,DTM&H, M.Sc (CTM),Sp.A(K) sebagai

Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan dan fasilitas

kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan Magister Kimia.

3. Bapak Prof.Dr.Ir.Rahim Matondang,MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumareta Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas

kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan Magister Kimia.

4. Pemerintah provinsi Sumatera Utara yang telah memfasilitasi saya untuk

mendapatkan beasiswa pendidikan dari BAPEDA.

5. Seluruh staf dosen yang memberi kuliah di Program Magister Kimia maupun

pegawai yang telah banyak membantu.

6. Bapak Prof.Dr.Tonel Barus dan Lamek Marpaung, M.Phil,Ph.D., sebagai

pembimbing saya, dan juga Bapak Prof.Basuki Wirjosentono,MS,Ph.D. (Ketua

Program), Prof.Dr.Jamaran Kaban,MSc., Dr.Mimpin Ginting, MS,

Dr.Hamonangan Nainggolan, MSc. Serta Prof. Dr. Yunazar Manjang sebagai

dosen penguji yang telah banyak memberi saran dan masukan.

(9)

7. Sembah sujud kepada almarhum kedua orang tua saya J.Purba dan

H.br.sembiring yang telah membiayai pendidikan saya sampai meraih gelar

Sarjana Pendidikan dari IKIP Negeri Medan.

8. Istri tercinta D.Br.Simanjuntak, S.Pd. dan anak-anakku Yolanda Septifany Purba,

David Christon H.Purba, Nigel Hiskia Purba yang telah banyak memberi

semangat dan dorongan.

9. Pihak-pihak yang tidak dapat saya tuliskan satu per satu tetapi begitu banyak

bantuannya selama saya mengerjakan tesis ini.

Medan, 30 April 2013

Hormat saya,

Robby Rudiansen Purba

(10)

ANALISIS KOMPOSISI ASAM LEMAK UDANG WINDU (Penaeus monodon) DARI PERAIRAN LAUT DAN TAMBAK BUDIDAYADAERAH

PERCUT SEI TUAN DELI SERDANG DENGAN METODE GC-MS

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan skala laboratorium. Sebagai objek (bahan) dalam penelitian ini adalah Udang Windu (Penaeus monodon) dari perairan laut dan

tambak budidaya. Perlakuan yang diperlakukan yaitu memisahkan lemak dari Udang

Windu dengan cara maserasi menggunakan pelarut n-heksana, kemudian lemak yang diperoleh dimetanolisissebelum dianalisis komponen asam lemaknya dengan Kromatografi Gas –Spektrometri Massa. Data GC-MS memberikan informasi kromatogram terhadap metil ester asam lemak udang windu dari habitat tambak sebanyak 9 jenis asam lemak yaitu :asam iso caproat (1,30 %), asam miristat (1,26 %), asam pentadekanoat (5,83%), asam palmitat (0,93%),asam heptadekanoat (4,01%), asam stearate (0,38%), asam palmitoleat (21,10%), asam oleat(3,42%), asam linoleat (11,30%), dan asam lemak dari udang windu habitat laut teridentifikasi 8 jenis asam lemak yaitu : asam miristat (1,32%), asam pentadekanoat (1,41%), asam palmitat (18,77%), asam heptadekanoat (4,40%), asam stearate (15,19%), asam palmitoleat (5,41%), asam oleat (10,0%), asam linoleat (2,07%),

Kata kunci : Minyak udang windu, metanolisis, metil ester asam lemak, GC-MS

(11)

THE ANALYSISCOMPOSITION OF FATTY ACID ON WINDU SHRIMP (Penaeus monodon) FROM THE SEA WATERS ANDFISHPOND

ON PERCUT SEI TUAN DELI SERDANG WITH GC-MS METHOD

ABSTRACT

This study adapted a laboratory scale. The object involved the Windu Shrimp (Penaeus monodon) from sea waters and taken from fishpond. In research, the treatment was to separate its fat from the windu shrimp by airing them used n-hexane solvent, then the fat as oftained provided in metanolisis before analyzing its fatty acid component with a Gas Chromatography- Mass Spektrometry. The data by GC-MS present information abaut chromatogram over metyl ester af fatty acid in windu shrimp as taken from fishpond habitat totally 9 items fatty acid such as : iso hexanoat acid (1,30%), miristat acid (1,26%),pentadecanoat acid (5,83%), palmitat acid (0,93%), heptadecanoat acid (4,01%), stearate acid(0,38%), palmitoleat acid ( 21,10%), oktadecanoat acid (3,42%), linoleat acid (11,30%), and fatty acids from windu shrimp in sea habitat was identified 8 sorts fatty acid namely : miristat acid (1,32%), pentadecanoat acid (1,41%), palmitat acid (18,77%), heptadecanoat acid (4,40%), stearate acid (15,19%), palmitoleat acid (5,41%),oktadecanoat acid (10,0%) and linoleat acid (2,07%).

Keyword : shrimp oil, metanolisis, fatty acid methyl ester, GC-MS

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ii

ABSTRAK iv

1.2.Perumusan Masalah 2

1.3.Pembatasan Masalah 2

1.4.Tujuan Penelitian 3

1.5.Manfaat Penelitian 3

1.6.Tempat Penelitian 3

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Udang Windu (Penaeus monodon) 4

2.1.1.Deskripsi 4

2.1.2.Habitat 7

2.1.3.Komposisi Nilai Gizi 8

2.1.4.Pakan Udang Windu 9

2.2.Minyak dan Lemak 13

2.3.Pengaruh Lingkungan Terhadap Kandungan Lemak Ikan 16

2.4.Ester Asam Lemak 17

2.4.Kromatografi Gas- Spektrometri Massa 19

(13)

BAB 3.METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Tempat Penelitian 28

3.2.Bahan-bahan 28

3.3.Peralatan 28

3.4.Rancangan penelitian 28

3.5.Diagram Alur Penelitian 31

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Penelitian 33

4.2.Pembahasan 37

4.3.Variasi Asam Lemak 67

BAB 5.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan 71

5.2. Saran 71

DAFTAR PUSTAKA 72

LAMPIRAN 78

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Komposisi kimia dan zat gizi udang windu 8

4.1 Kadar lemak daging udang windu 33

4.2 Kromatogram GC-MS udang windu tambak 34

4.3 Kromatogram GC-MS udang windu laut 36

4.4 Kandungan PUFA dari udang windu 68

4.5 Kandungan MUFA dari udang windu 69

4.6 Kandungan SAFA dari udang windu 69

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Reaksi pembentukan trigliserida 14

3.1 Diagram alur penelitian 31

4.1 Kromatogram GCMS asam lemak udang windu tambak 34

4.2 Kromatogram GCMS asam lemak udang windu laut 36

4.3 Reaksi metanolisis trigliserida membentuk metil ester asam lemak 38

4.4 Spektrum metil iso hexanoat udang windu tambak 39

4.5 Fragmentasi metil iso hexanoat udang windu tambak 40

4.6 Spektrum metil myristat udang windu tambak 41

4.7 Fragmentasi metil miristat udang windu tambak 42

4.8 Spektrum metil pentadekanoat udang windu tambak 43

4.9 Fragmentasi metil pentadekanoat udang windu tambak 44

4.10 Spektrum metil palmitoleat udang windu tambak 45

4.11 Fragmentasi metil palmitoleat udang windu tambak 46

4.12 Spektrum metil hexadekanoat udang windu tambak 46

4.13 Fragmentasi metil hexadekanoat udang windu tambak 47

4.14 Spektrum metil heptadekanoat udang windu tambak 48

4.15 Fragmentasi metil heptadekanoat udang windu tambak 49

4.16 Spektrum metil linoleat udang windu tambak 50

4.17 Fragmentasi metil linoleat udang windu tambak 50

4.18 Spektrum metil 9-oktadekanoat udang windu tambak 51

4.18 Fragmentasi metil 9-oktadekaviinoat udang windu tambak 52

4.19 Spektrum metil stearat udang windu tambak 53

4.20 Fragmentasi metil stearat udang windu tambak 53

4.21 Spektrum metil miristat udang windu laut 54

4.22 Fragmentasi metil miristat udang windu laut 55

(16)

4.23. Spektra metil pentadekanoat udang windu laut 56

4,24 Fragmentasimetil pentadekanoat udang windu laut 67

4,25 Spektrum metil palmitoleat udang windu laut 58

4,26 Fragmentasi metil palmitoleat udang windu laut 59

4.27 Spektrum metil palmitat udang windu laut 60

4.28 Fragmentasi metil palmitatudang windu laut 61

4.29 Spektrum metil heptadekanoat udang windu laut 71

4.30 Fragmentasi metil heptadekanoat udang windu laut 63

4.31 Spektrum metil linoleat udang windu laut 63

4.32 Fragmentasi metil linoleat udang windu laut 64

4.33 Spektrum metil 11-oktadekanoatudang windu laut 65

4.34 Fragmentasimetil 11-oktadekanoatudang windu laut 65

4.35 Spektrum metil stearatudang windu laut 66

4.36 Fragmentasi metil stearatudang windu laut 67

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Pengelompokan asam lemak udang windu 76

2. Kromatogram GC-MS metil ester asam lemak udang windu tbk 77

3. Spektrum MS metil iso hexanoat udang windu tambak 78

4. Spektrum MS metil miristat udang windu tambak 79

5. Spektrum MS metil pentadekanoat udang windu tambak 80

6. Spektrum MS metil pelmitoleat udang windu tambak 81

7. Spektrum MS metil palmitat udang windu tambak 82

8. Spektrum MS metil heptadekanoat udang windu tambak 83

9. Spektrum MS metil linoleat udang windu tambak 84

10. Spektrum MS metil oleat udang windu tambak 85

11. Spektrum MS metil stearate udang windu tambak 86

12. Kromatogram GC-MS metil ester asam lemak udang windu laut 87

13. Spektrum MS metil miristat udang windu laut 88

14. Spektrum MS metil pentadekanoat udang windu laut 89

15. Spektrum MS metil palmitoleat udang windu laut 90

16. Spektrum MS metil palmitat udang windu laut 91

17. Spektrum MS metil heptadekanoat udang windu laut 92

18. Spektrum MS metil linoleat udang windu laut 93

19. Spektrum MS metil oktadekanoat udang windu laut 94

20. Spektrum MS metil stearate udang windu laut 95

21. Gambar udang windu laut dan tambak 96

22. Proses Maserasi lemak udang windu 97

23. Filtrat lemak hasil maserasi udang windu 98

24. Seperangkat alat Rotary epaporator 99

25. Ekstrak pekat lemak udang windu 100

(18)

ANALISIS KOMPOSISI ASAM LEMAK UDANG WINDU (Penaeus monodon) DARI PERAIRAN LAUT DAN TAMBAK BUDIDAYADAERAH

PERCUT SEI TUAN DELI SERDANG DENGAN METODE GC-MS

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan skala laboratorium. Sebagai objek (bahan) dalam penelitian ini adalah Udang Windu (Penaeus monodon) dari perairan laut dan

tambak budidaya. Perlakuan yang diperlakukan yaitu memisahkan lemak dari Udang

Windu dengan cara maserasi menggunakan pelarut n-heksana, kemudian lemak yang diperoleh dimetanolisissebelum dianalisis komponen asam lemaknya dengan Kromatografi Gas –Spektrometri Massa. Data GC-MS memberikan informasi kromatogram terhadap metil ester asam lemak udang windu dari habitat tambak sebanyak 9 jenis asam lemak yaitu :asam iso caproat (1,30 %), asam miristat (1,26 %), asam pentadekanoat (5,83%), asam palmitat (0,93%),asam heptadekanoat (4,01%), asam stearate (0,38%), asam palmitoleat (21,10%), asam oleat(3,42%), asam linoleat (11,30%), dan asam lemak dari udang windu habitat laut teridentifikasi 8 jenis asam lemak yaitu : asam miristat (1,32%), asam pentadekanoat (1,41%), asam palmitat (18,77%), asam heptadekanoat (4,40%), asam stearate (15,19%), asam palmitoleat (5,41%), asam oleat (10,0%), asam linoleat (2,07%),

Kata kunci : Minyak udang windu, metanolisis, metil ester asam lemak, GC-MS

(19)

THE ANALYSISCOMPOSITION OF FATTY ACID ON WINDU SHRIMP (Penaeus monodon) FROM THE SEA WATERS ANDFISHPOND

ON PERCUT SEI TUAN DELI SERDANG WITH GC-MS METHOD

ABSTRACT

This study adapted a laboratory scale. The object involved the Windu Shrimp (Penaeus monodon) from sea waters and taken from fishpond. In research, the treatment was to separate its fat from the windu shrimp by airing them used n-hexane solvent, then the fat as oftained provided in metanolisis before analyzing its fatty acid component with a Gas Chromatography- Mass Spektrometry. The data by GC-MS present information abaut chromatogram over metyl ester af fatty acid in windu shrimp as taken from fishpond habitat totally 9 items fatty acid such as : iso hexanoat acid (1,30%), miristat acid (1,26%),pentadecanoat acid (5,83%), palmitat acid (0,93%), heptadecanoat acid (4,01%), stearate acid(0,38%), palmitoleat acid ( 21,10%), oktadecanoat acid (3,42%), linoleat acid (11,30%), and fatty acids from windu shrimp in sea habitat was identified 8 sorts fatty acid namely : miristat acid (1,32%), pentadecanoat acid (1,41%), palmitat acid (18,77%), heptadecanoat acid (4,40%), stearate acid (15,19%), palmitoleat acid (5,41%),oktadecanoat acid (10,0%) and linoleat acid (2,07%).

Keyword : shrimp oil, metanolisis, fatty acid methyl ester, GC-MS

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Udang merupakan salah satu primadona ekspor perikanan Indonesia, yang telah

memberikan pemasukan devisa yang cukup besar bagi negara. Indonesia merupakan

salah satu negara pengekspor udang terpenting didunia disamping Cina, Thailand,

India,Vietnam dan beberapa negara di Amerika Latin. Pada tahun 2004 produksi

udang Indonesiaberada di urutan ke-6 dunia . Negara tujuan ekspor terpenting bagi

Indonesia adalah Amerika Serikat dan Jepang.Indonesia merupakan pengekspor

produk udang beku nomor dua terbesar bagi Jepang, sedangkan untuk Amerika

Serikat, Indonesia berada ditempat ketiga (Rangkuti 2007).

Kondisi geografis Indonesia dengan 2/3 dari wilayahnya adalah perairan

telah memberikan keuntungan tersendiri, yaitu tersedianya sumber daya perairan

yang telah memberi manfaat secara nyata diantaranya adalah udang.Karena

permintaan pasarnya yang cukup besar, udang saat ini tidak hanya ditangkap dari

alam tetapi juga telah berkembang menjadi industri budi daya.

Tingginya permintaan akankomoditas udang baik dipasar lokal maupun

dipasar dunia, dikarenakan udang mempunyai banyak kelebihan dibandingkan hasil

perikanan lainnya. Salah satu keistimewaan udang diantaranya memiliki aroma yang

spesifik, tekstur udang yang keras dan mempunyai nilai gizi yang tinggi.

Aspek gizi dan hasil perikanan yang telah diakui banyak manfaatnya adalah

tingginya kandungan asam lemak disamping protein dan mineral. Mengingat udang

hidup dilingkungan yang bersuhu relatif rendah , maka lemak udang lebih banyak

mengandung asam lemak tidak jenuh ganda (poly unsaturated fatty acid) seperti

linoleat, linolenat, arakhidonat, eikosapentaenoat (EPA) dan decosaheksaenoat

(DHA), merupakan asam lemak essensial bagi tubuh untuk dapat mempertahankan

(21)

Menurut data propil daerah Kabupaten Deli Serdang, komoditas unggulan

dari budidaya tambak produksi udang windu tahun 2012 sebesar 3473,1 ton dan

udang vaname sebesar 1185,3 ton. Kecamatan Percut Sei Tuan merupakan salah satu

daerah di Deli Serdang yang mempunyai wilayah pantai perairan laut Belawan,

dimana banyak terdapat tambak budi daya udang windu.

Tingginya kandungan asam lemak tak jenuh ganda dan rendahnya kadar

kolesterol pada ikan telah diakui, sehingga ikan merupakan makanan sehat yang

dianjurkan untuk dikonsumsi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan

tidak dapat memproduksi semua asam lemak yang diperlukannya, dan sintesis asam

lemak pada hewan tersebut sangatlah rendah.Tingginya kandungan asam lemak pada

ikan diduga berasal dari pakan, khususnya fitoplanton seperti chlorella, diatomae dan

dinoflagellata.Pada organisme tersebut sintesa asam lemak berlangsung sangat

efisien, mengingat rantai makanannya yang pendek.

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk menganalisis kandungan asam

lemak pada udang windu(Penaeus monodon) dari perairan laut dan tambak budidaya

dari daerah Percut Sei Tuan Deli Serdang.

1.2.Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana komposisi asam lemak yang terdapat pada udang windu yang berasal dari

perairan laut dan tambak budi daya di daerah Percut Sei Tuan Deli Serdang.

1.3.Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti hanya menganalisis komposisi asam lemak yang

terdapat pada udang windu dari perairan laut dan tambak budi daya yang berasal

dari daerah Percut Sei Tuan Deli Serdang Sumatera Utara. Untuk mendapatkan

senyawa asam lemak dari udang windu, maka terlebih dahulu daging udang

diekstraksi dengan pelarut n-heksan melalui perendaman (maserasi) selama 3 hari

dengan maksud untuk memisahkan lemak dari udang, selanjutnya lemak yang telah

(22)

Kemudian metil ester asam lemak yang diperoleh dianalisis kandungan komposisinya

menggunakan GC-MS.

1.4.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui komposisi asam lemak yang terdapat pada udang windu yang

berasal dari perairan laut dan tambak budi daya di daerah Percut Sei Tuan Deli

Serdang.

1.5.Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi komposisi kandungan asam

lemak dalam udang windu dari perairan laut dan tambak budi daya yang berasal

dari daerah Percut Sei Tuan Deli Serdang.

2. Memberikan informasi komposisi asam lemak jenuh dan tak jenuh pada udang

windu dari laut dan tambak budidaya yang berasal dari daerah Percut Sei Tuan

Deli Serdang.

1.6.Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam FMIPA USU

Medan dan untuk analisis asam lemak dari ekstrak lemak hasil maserasi dilakukan

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Udang Windu (Penaeus monodon)

2.1.1.Deskripsi

Udang Windu (Penaeus monodon) diklasifikasikan Suwignyo (1989) sebagai berikut:

Phylum :Arthropoda

Udang windu (Penaeus monodon)yang dikenal dengan sebutan black tiger

shrimp adalah spesies udang laut yang dapat mencapai ukuran besar, dialam bebas

dapat mencapai 35 cm dan berat sekitar 260 gram, sedangkan yang dipelihara

ditambak, panjang tubuhnya hanya mencapai 20 cm dan berat sekitar 140 gram

(Mujiman dan Suyanto,1989).

Udang windu memiliki kulit tubuh yang keras, berwarna hijau kebiruan dan

berloreng-loreng besar.Namun udang dewasa yang hidup dilaut memiliki warna kulit

merah muda kekuningan dengan ujung kaki renang yang berwarna merah.Sedangkan

udang muda memiliki kulit dengan ciri khas totol-totol hijau.

Pada dasarnya badan udang dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian

cephalathorax, dan abdomen. Caphalathorax merupakan gabungan dari kepala dan

(24)

didalamnya terkandung sebagian besar daging yang dapat dimakan dan bagian ekor

(telson).Bagian kepala udang terdiri dari 6 ruas, tiga ruas pertama merupakan

penyangga mata dan perangkat mulut, sedangkan pada tiga ruas terakhir dilengkapi

dengan anggota badan yang berfungsi sebagai pembantu mulut yang disebut rostum

(cucuk kepala).Gigi rostum bagian atas biasanya 7 buah dan bagian bawah 3 buah,

sehingga sering ditulis gigi rostrum 7/3 (M.Ghufran, 2010).

Bagian dada udang terdiri atas 8 ruas yang tiap ruasnya memiliki sepasang

anggota badan (tracopoda). Tracopoda pada ruas pertama sasmpai ketiga (maxipila)

berperan sebagai pelengkap mulut dalam memegang makanan.sedangkan tracopoda

keempat sampai kedelapan (periopoda) berperan sebagai kaki jalan (M.Ghufran,

2010).

Bagian abdomen udang terdiri atas 6 ruas.Ruas pertama sampai kelima

mempunyai sepasang anggota badan pendek sebagai kaki renang (pleopoda).

Pleopoda pada ruas keenam (inopoda) berubah menjadi pipih melebar yang bersama

dengan telson berfungsi sebagai kemudi renang (M.Ghufran, 2010).

Habitat udang windu adalah laut dan dikenal sebagai penghuni dasar

laut.namun hanya udang windu dewasa yang mencari tempat yang dalam di tengah

laut. Saat muda, udang windu berada diperairan yang dangkal di tepi pantai, bahkan

ada yang memasuki muara sungai dan tambak berair payau.Udang termasuk hewan

euryhaline (dapat mentolelir kisaran salinitas yang luas).Udang windu dapat hidup

pada salinitas 3-35 ppt. bahkan kini udang windu telah dipelihara dikolam air tawar di

Gresik.Penelitian yang dilakukan oleh Harianto (2002) menunjukkan bahwa ternyata

udang windu dapat diadaptasi ke air tawar (salinitas 0 ppt) secara bertahap.

Selain bersifat euryhaline, udang windu juga bersifat eurythermal yaitu hewan

yang dapat mentolelir perubahan suhu yang luas. Goncangan suhu yang besar

dimedia kultur, terutama ditambak pada musim kemarau, yaitu pada siang hari suhu

(25)

ditolelir oleh udang, walaupun pada kondisi demikian, udang sensitif terhadap

serangan penyakit.

Udang windu dikenal sebagi hewan yang rakus. Hal ini erat kaitannya dengan

system pencernaannya, dimana udang memiliki usus yang tidak panjang sehingga

proses pencernaan makanan cepat sekali berlangsung dan perut cepat menjadi

kosong. Sifat udang yang demikian perlu diketahui agar dalam kulturnya perlu

diusahakan ketersediaan makanan secara terus-menerus, baik dalam jumlah maupun

mutunya.

Berdasarkan kebiasaan makan, udang windu dapat dikelompokkan dalam

golongan hewan pemakan segala (omnivore), baik hewan maupun tumbuhan.Pada

awal fase kehidupannya, yaitu disaat kuning telur habis, udang mulai mencari

makanan alami berupa plankton nabati seperti skeletoma, amphora, navicula,

tetraselmis dan sebagainya.

Pada tingkat Mysis, udang mulai memakan plankton hewan seperti protozoa,

rotifer, anak teritip, kutu air dan lain-lain. Setelah burayak mencapai tingkat post

larva dan juga setelah menjadi udang muda (juvenile), selain memakan makan

tersebut udang muda juga memakan diatomae dan cyanophyceae yang tumbuh

didasar perairan, anak tiram, anak teritip, anak udang-udangan, cacing annelida dan

juga detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk di dasar perairan).

Sedangkan pada udang yang telah mencapai ukuran dewasa memakan berbagai

daging hewan lunak seperti Mollusca (kerang, tiram, siput), cacing annelida,

udang-udangan, anak-anak seranga dan sebagainya. Udang yang dipelihara ditambak

memakan makanan alami yang tumbuh ditambak seperti plankton,klekap, lumut dan

(26)

2.1.2.Habitat

Udang pada umumnya bersifat bentik, yaitu hidup dipermukaan dasar

perairan.Kondisi habitat laut yang disukai adalah dasar perairan laut yang lumer (saft)

yang biasanya terdiri dari campuran lumpur dan pasir.Perairan berbentuk teluk

dengan aliran sungai yang besar merupakan habitat yang baik bagi udang. Sedangkan

khusus untuk udang windu lebih menyukai kondisi tekstur dasar perairan lempung

berdebu atau lumpur pasir (M.Ghufran, 2010)

Udang windu pada perkembangannya mempunyai beberapa bentuk stadia

yaitu stadia nauplius (enam substadia), stadia zoea (tiga sub stadia), stadia mysis (tiga

sub stadia), stadia pasca larva dan stadia dewasa (Villaluz et al, yang dikutif

M.Ghufran, 2010)..

Selama daur hidupnya udang windu mempunyai pase hidup dilaut dan pase

hidup diperairan muara sungai dan pantai.Udang berada dilaut pada stadia menuju

dewasa, telur, nauplius, zoea, mysis dan pasca larva.Stadia awal pasca larva yang

bersifat planktonic terbawa arua kepase hidup perairan muara sungai dan pantai,

selanjutnya mengalami perkembangan pasca larva yang bersifatbentik di dasar

perairan hingga juvenile (M.Ghufran, 2010).

Udang pada umumnya bersifat omnivora, juga pemakan detritus dan sisa –sisa

bahan organik lainnya baik hewani maupun nabati.Dari kenyataan bahwa udang

mempunyai pergerakan yang hanya terbatas dalam mencari makanan, tampaknya

udang mempunyai sifat yang dapat menyesuaikan diri dengan makanan yang tersedia

dilingkungannya dan tidak bersifat terlalu memilih-milih (M.Ghufran, 2010).

Pada tingkat mysis, makanan udang windu terdiri dari campuran diatomae,

zooplankton yang terdiri dari Trochopora, Calanus, Veliger, Copepoda dan Larva

(27)

dewasa udang sering memakan molusca kecil (seperti kerang, tiram dan

siput),Crustaceae, cacing dan anak serangga (Mujiman dan Suyanto, 1989).

2.1.3.Komposisi Nilai Gizi

Komposisi daging udang sangat berpariasi, tergantung pada jenis, tingkat umur,

musim, habitat dan pakan tersebut. Menurut Chanmugan et.el, 1983, jumlah

kandungan lemak udang laut tidak berbeda nyata dengan udang dari air tawar, yaitu

1,0 – 1,1 gram dalam 100 gram daging, sedangkan kadar kolesterol dapat mencapai

125 mg pada 100 gram daging yang dapat dimakan (Mahmud dan Hermana, 1987).

Disamping kadar proteinnya yang tinggi, udang juga mempunyai kandungan

asam amino yang lengkap baik asam amino essensial maupun non essensial. Udang

merupakan hasil perikanan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.Komposisi

kimia dari jenis udang sangat penting artinya, dilihat dari segi manfaatnya sangat

memenuhi kebutuhan gizi manusia seperti kandungan protein, vitamin dan mineral

lainnya (Hadiwiyoto, 1993.

Komposisi kimia dan nilai gizi daging udang windu selengkapnya tersaji pada

(28)

Tabel 2.1.Komposisi kimia dan nilai gizi daging udang windu (penaeus spp)

Kalsium 145-320 mili gram/gram

Magnesium 40-105 milli gram/gram

Fosfor 170-250 mili gram/gram

Besi 1,6 mili gram/gram

Natrium 140 mili gram/gram

Kalium 220 mili gram/gram

Senyawa nitrogen non

Protein 0,80 %

Sumber : J.A. Shelf and J.M. Jay, 1971 (dalam Hadiwiyoto, 1993)

2.1.4.Pakan Udang Windu

Pakan yang baik dan sesuai akan memacu pertumbuhan udang windu dan

menghasilkan udang windu yang sehat. Pakan merupakan bagian yang penting dalam

agribisnis udang windu karena menempati 40-50 % dari total biaya produksi yang

dikeluarkan. Pakan yang lengkap mempunyai kandungan protein, karbohidrat, lemak

dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan udang windu.

(M.Ghufran,2010). Pakan terdiri atas pakan alami dan pakan buatan.Pakan alami

udang windu banyak terdapat didalam tambak.Yang tergolong pakan alami adalah

plankton dan bentos, sedangkan pakan buatan adalah pakan tambahan yang bibuat

(29)

Dalam budi daya udang, pakan merupakan salah satu faktor penting dalam

menentukan keberhasilan usaha.Karena itu pengelolaan pakan, yang terdiri atas

pemilihan jenis pakan, penyimpanan, pemberian dan sebagainya harus dilakukan

sesuai dengan kebutuhan udang budi daya dan target produksi.

2,1.4.1.Pakan Alami

Keberhasilan agribisnis udang windu ditentukan oleh tersedianya pakan yang

memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya.Pakan merupakan unsur utama dalam

pertumbuhan udang.Penyediaan pakan sering menjadi kendala karena harganya yang

tinggi, serta biaya pembuatannya yang cukup mahal.

Keberadan plankton dalam media pemeliharaan udang, khususnya

phytoplankton yang menguntungkan, sangat dibutuhkan baik dari keanekaragaman

maupun melimpahnya pakan.Fungsi plankton pada media pemeliharaan, diantaranya

sebagai pakan alami untuk pertumbuhan organisme yang dipelihara, penyangga atau

buffer intensitas cahaya matahari dan bioindikator kestabilan lingkungan media

pemeliharaan.

2.1.4.2.Pakan Buatan

Dalam budi daya udang, ketersediaan pakan buatan berkualitas dan secara kontinu

adalah hal yang penting.Pakan buatan adalah pakan yang diramu dari bahan-bahan

sesuai dengan kebutuhan udang budi daya.Pakan buatan dapat diperoleh dari toko

atau diproduksi sendiri.Pakan buatan harus memenuhi standar kebutuhan nutrisi

udang budi daya. Apabila pakan yang diberikan kepada udang peliharaan mempunyai

kandungan nutrisi yang cukup tinggi, maka hal ini tidak saja akan menjamin hidup

dan aktifitas udang, tetapi juga akan mempercepat pertumbuhannya.

Udang yang kekurangan gizi juga merupakan sumber dan penyebab penyakit.

Pakan yang kandungan proteinnya rendah atau tidak sesuai dengan kebutuhan akan

(30)

dapat menyebabkan udang menjadi mudah terserang penyakit.Selain kandungan

nutrisinya lengkap, dalam artian seluruh zat gizi telah dikandung oleh pakan,

komposisi pakan juga harus berimbang. Menurut M.Ghufran ,beberapa komponen

nutrisi yang penting dan harus tersedia dalam pakan udang antara lain : protein,

lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

1.Protein

Protein sangat penting bagi tubuh karena zat ini mempunyai fungsi sebagai

bahan-bahan dalam tubuh serta sebagai zat pembangun, zat pengatur dan zat

pembakar.Sebagai zat pembangun, protein berfungsi membentuk berbagai jaringan

baru untuk pertumbuhan, mengganti jaringan yang rusak, maupun yang bereproduksi.

Sedangkan sebagai zat pengatur, protein berperan dalam pembentukan enzim dan

hormon penjaga dan pengatur berbagai proses metabolisme didalam tubuh udang.

Dan sebagai zat pembakar, adalah karena unsur karbon yang terkandung didalamnya

dapat difungsikan sebagai sumber energi pada saat kebutuhan energi tidak terpenuhi

oleh karbohidrat dan lemak.

2.Lemak

Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang paling besar diantara protein dan

karbohidrat.Pada udang, asam lemak mempunyai peranan penting baik sebagai

sumber energi maupun sebagai zat yang essensial untuk udang. Satu gram lemak

dapat menghasilkan 9 kkal per gram, sedangkan karbohidrat dan protein hanya

menghasilkan 4 kkal per gram. Lemak juga menjadi sumber asam lemak , posfolipid,

kolesterol dan sebagai pelarut pada proses penyerapan vitamin A, D, E, K. selain itu ,

lemak juga berfungsi membantu proses metabolisme, osmoregulasi dan menjaga

keseimbangan organisme dalam air serta untuk memelihara bentuk dan fungsi

membran atau jaringan. Kelebihan lemak dapat disimpan sebagai cadangan energi

dalam jangka panjang selama melakukan aktifitas atau selama periode tanpa

(31)

Lemak mengandung asam lemak yang diklasifikasikan sebagai asam lemak

jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh ditandai dengan adanya

ikatan rangkap atau rantai jamak (polyunsaturated fatty acid = PUFA) yang lebih

banyak seri omega-3 dari pada seri omega-6 nya. Asam lemak jenuh ditandai dengan

tidak adanya ikatan rangkap. Sebagaimana pada protein yang telah diketahui adanya

asam amino non essensial, pada lemakpun terdapat asam amino essensial, seperti

pada linoleat, linolenat, eikosapentaenoat /EPA, decosaheksaenoat /DHA dan asam

arakidonat yang merupakan asam lemak penting untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidup udang.

3.Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa organik yang terdiri atas serat kasar dan bahan

bebas tanpa nitrogen. Unsur-unsur karbohidrat terdiri atas : karbon, hydrogen, dan

oksigen dalam perbandingan yang berbeda-beda. Karbohidrat dalam bentuk yang

sederhana umumnya lebih mudah larut dalam air dari pada lemak dan protein.

Pada pakan udang, dasar perhitungan penggunaan energi masih sulit

dilakukan. Hal ini disebabkan udang mempunyai system pencernaan yang masih

sederhana. Pada hewan lain terdapat organ hati dan pankreas. Pada udang windu

(penaeus monodon) umur diatar 3 bulan perlu waktu sekitar 2 jam 30 menit untuk

proses mencerna. Ini mulai proses pakan masuk ke mulut sampai menjadi tinja.

4.Vitamin

Vitamin adalah zat organik yang diperlukan tubuh udang dalam jumlah yang sedikit,

tetapi sangat penting untuk mempertahankan pertumbuhan dan pemeliharaan kondisi

tubuh. Pada umumnya vitamin tidak dapat disintesis dalam tubuh udang sehingga

harus tersedia dalam pakan. Ditinjau dari sifat-sifat fisiknya, vitamin dibagi kedalam

dua golongan, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam

(32)

(B2), asam pentotenat (B6), biotin dan kobalamin (B12), vitamin C dan lain-lain.

Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak antara lain retinola (vitamin A),

kolekalsiferol atau elgoklasiferol (vitamin), alfa tokoferol (vitamin E) dan menadion

(vitamin K).

Fungsi utama vitamin secara umum adalah :

1) Sebagai bagian dari enzim atau ko-enzim sehingga dapat mengatur berbagai

proses metabolism.

2) Mempertahankan fungsi berbagai jaringan tubuh

3) Mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel-sel baru

4) Membantu dalam pembuatan zat-zat tertentu dalam tubuh.

5.Mineral

Mineral merupakan bahan anorganik yang dibutuhkan udang dan ikan dalam jumlah

yang sedikit, tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting. Beberapa proses didalam

tubuh memerlukan zat-zat mineral. Fungsi utama mineral adalah sebagai komponen

utama dalam struktur gigi dan tulang eksoskeleton, menjaga keseimbangan asam

basa, menjaga keseimbangan tekanan osmosis dengan lingkungan perairan, struktur

dari jaringan dan sebagai penerus dalam system syaraf dan kontraksi otot, fungsi

metabolisme, sebagai komponen utama dari enzim, vitamin, hormone, pigmen, dan

sebagai enzim aktivator.

Menurut fungsinya, mineral dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu fungsi

struktural, pernapasan dan metabolisme umum. Fungsi struktural adalah fungsi

mineral untuk pembentukan struktur tubuh seperti tulang, gigi dan sisik untuk ikan.

Mineral yang paling banyak berperan dalam fungsi ini adalah Ca, P, F, dan Mg. yang

membantu pernapasan adalah Fe, Cu, dan Co. sedangkan mineral yang membentu

proses metabolism adalah semua mineral essensial baik makro maupun mikro,

(33)

keseimbangan cairan tubuh dan beberapa fungsi lainnya. Kekurangan mineral dapat

berpengaruh pada pertumbuhan.

2.2. Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak termasuk salah satu dari anggota golongan lipid yaitu merupakan

lipida netral. Lipida itu sendiri dapat di klasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu : lipid

netral, fosfolipida, sfingolipid dan glikolipid. Semua jenis lipid ini banyak terdapat di

alam. Minyak dan lemak telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung

sejumlah komponen selain trigliserida yaitu : lipid kompleks (lesitin, cephalin,

fosfatida lainnya serta glikolipid), sterol berada dalam keadaan bebas atau terikat

dengan asam lemak, asam lemak bebas, lilin, pigmen yang larut dalam lemak dan

hidrokarbon. Minyak merupakan trigliserida yang berwujud cairan pada suhu kamar

dan umumnya diperoleh dari sumber nabati.Sedangkan lemak merupakan trigliserida

yang pada suhu kamar berwujud padatan dan pada umumnya berasal dari hewani.

Minyak dan lemak adalah merupakan trigliserida yang merupakan bagian

terbesar dari kelompok lipida. Pembentukan trigliserida dihasilkan dari proses

esterifikasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak dapat sama atau

berbeda ( Gambar :2.1 ), membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air.

+ + 3H2O

Gliserol Asam Lemak Trigliserida Air

Gambar :2.1. Reaksi pembentukan terigliserida dari gliserol dan asam lemak. Jika R1 = R2 = R3, maka trigliserida yang terbentuk adalah trigliserida

(34)

gliserol hanya mengikat satu molekul asam lemak maka hasilnya disebut

monogliserida dan apabila dua molekul asam lemak disebut digliserida.

Modifikasii dari lemak dapat dilakukan dengan mengubah komposisi dari

pada asam lemak sebagai trigliserida untuk membentuk lemak baru misalnya lemak

dengan titik lebur yang tinggi atau titik lebur yang rendah.

Menurut Lehnigerlipid diklasifikasikan atas 2 kelompok, yaitu :

1. Lipid kompleks (yang bias mengalami safonifikasi) contoh: trigliserida.

2. Lipid sederhana (yang tidak bisa mengalami safonifikasi karena tidak mengandung

gliserol).

Sedangkan menurut Bloor, lipid diklasifikasikan atas 3 kelompok, yaitu :

1. Lipid sederhana : ester asam lemak dengan berbagai alkohol.

a.Lemak : ester asam lemak dengan gliserol

b.Malam/ Wax : ester asam lemak dengan alkohol mono hidrad berat molekul

tinggi.

2. Lipid komplek : ester asam lemak yang mengandung gugus lain disamping alkohol

dan asam lemak.

a.Fosfolipid : mengandung residu asam fospat, contoh gliserofosfolipid, sfingosin.

b.Glukolipid : mengandung karbohidrat, contoh sfingosin,

c. Lipid komplek lainnya, contoh : Sulfolipid, amino lipid, lipoprotein.

3. Derivat lipid / precursor lipid.

Bentuk ini mencakup asam lemak, gliserol, aldehid lemak, benda-benda keton,

vitamin larut lemak dan hormon..

Lemak atau lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang

tidak larut dalam air, dapat diekstrak dari sel atau jaringan oleh pelarut non polar,

seperti kloroform, eter atau n-heksan. Jenis lipid yang paling banyak adalah lemak

(35)

Lemak didefinisikan sebagai komponen makanan yang tidak larut dalam

pelarut organik. Defenisi lain dari lemak adalah suatu molekul yang disintesis oleh

system biologis yang memiliki rantai alifatik hidrokarbon yang panjang sebagai

struktur utamanya, dapat bercabang atau tidak bercabang dapat membentuk cincin

karboksilat yang dapat mengandung rantai tak jenuh. yang paling tinggi

menghasilkan 9 kkal untuk tiap gramnya, yaitu 2,5 kali energi yang dihasilkan oleh

karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama (Almatsier 2000). Satu molekul

lemak tersusun atas satu hingga tiga asam lemak dan satu gliserol.Gliserol adalah

alkohol terhidrat, yaitu mempunyai tiga gugus hidroksil.

Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.

Asam lemak jenuh memiliki titik cair lebih tinggi dari pada asam lemak tak jenuh dan

merupakan dasar dalam menentukansifat fisik lemak dan minyak. Lemak yang

tersusun oleh asam lemak tak jenuh akan bersifat cair pada suhu kamar, sedangkan

lemak yang tersusun oleh asam lemak jenuh akan berbentuk padat. Asam lemak tak

jenuh yang mengandung satu ikatan rangkap disebut asam lemak tak jenuh tunggal

(monounsaturated fatty acid /MUPA).Asam lemak yang mengandung dua atau lebih

ikatan rangkap disebut asam lemak tak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acid /

PUFA). (. Muchtadi et al.1993). semakin panjang rantai karbon dan semakin banyak

jumlah ikatan rangkapnya , maka semakin besar kecendrungan untuk menurunkan

kadar kolesterol dalam darah.

2.3.Pengaruh lingkungan Terhadap Kandungan Lemak Ikan

Komposisi lemak dan asam lemak pada ikan sangat bervariasi, banyak faktor yang

mempengaruhi kandungan lemak pada ikan,yaitu sfesies ikan, jenis kelamin, ukuran,

tingkat kematangan atau umur, siklus bertelur, lokasi geografis, jenis makanan dan

musim.

Komposisi lemak ikanlaut lebih kompleks bila dibandingkan dengan lemak

ikan air tawar. Hal ini terlihat dari kandungan asam lemak ikan laut yang lebih

(36)

banyak. Asam lemak tidak jenuh tidak jenuh berantai panjang pada lemak ikan laut

terdiri dari asam lemak rantai C18, C20 dan C22. Biasanya kandungan asam lemak C20

dan C22 lebih banyak dari pada C16 dan C18 (Herold dan Kinsella, 1986).sedangkan

hasil penelitian Nair dan Gopakumar (1978), menunjukkan bahwa ikan iar tawar

mengandung asam lemak C16 dan C18 lebih tinggi dari pada asam lemak C20 dan C22.

Perbedaan ini lebih disebabkan oleh komposisi jenis lemak yang dikonsumsi dari

lingkungan tempat hidupnya.

Hasil penelitian Suwerya (1993) menunjukkan bahwa kelompok asam lemak

linoleat (n=6) dan asam lemak omega 3 penting peranannya bagi pertumbuhan udang

windu. Pakan buatan yang baik untuk udang windu yang dibudi dayakan adalah

mengandung 1,75 % asam lemak omega-6 dan 1,86 % asam lemak omega-3. Asam –

asam lemak essensial yang banyak dibutuhkan udang windu adalah asam linoleat,

asam linolenat, EPA, dan DHA.Asam-asam lemak tersebut hanya dapat dipenuhi dari

pakannya saja.

2.4.Ester Asam Lemak

Ester asam lemak dialam terdapat dalam bentuk ester antara gliserol dengan

asam lemak ataupun dengan phospat seperti phospholipid. Ester asam lemak sering

dimodifikasi baik untuk bahan makanan maupun untuk surfaktan, aditif, detergen

danlain sebagainya (Endo, dkk, 1997). Senyawa ester dapat dibentuk dengan

beberapa cara, yaitu :

(37)

c. Alkoholisis

Ketiga reaksi yang terahir diatas dikelompokkan menjadi reaksi trans

esterifikasi (Gandhi, 1997).

Esterifikasi adalah suatu reaksi ionic yang merupakan reaksi addisi dan reaksi

penataan ulang eleminasi (Davidek, 1990).

ester

Esterifikasi juga dapat didefinisikan sebagai reaksi antara asam karboksilat

dan alkohol (Gandhi, 1997).Esterifikasi dapat di lakukan dengan menggunakan

katalis enzim (lipase) dan asam anorganik (asam sulfat dan asam klorida) dengan

berbagai variasi alkohol, biasanya methanol, etanol, 1-propanol dan lain sebagainya.

Jika dianggap oksigen dari karbonil yang diprotonasi maka mekanisme

(38)

+ H2O

Interesterifikasi merupakan reaksi pertukaran atau penataan ulang

(rearrangement) gugus asil antara dua buah ester. Interesterifikasi lemak sudah

menjadi perhatian pada saat ini untuk dapat menggantikan proses hidrogenasi lemak

oleh karena pada proses ini dapat terbentuk lemaktrans yang dapat membahayakan

kesehatan. Pada minyak atau lemak jika reaksi pertukaran gugus asil berlangsung

antara molekul trigliserida yang berbeda disebut sebagai intererterifikasi.

Interesterifikasi menyebabkan penataan ulang atau randomisasi residu asil

melalui pertukaran grup asil diantara ester-ester dalam trigliserol dan menghasilkan

lemak atau minyak dengan sifat-sifat baru.

Interesterifikasi dapat terjadi dengan batuan katalis kimia atau denganadanya

biokatalis enzim. Selama interesterifikasi akan terjadi redistribusi yang mengubah

komposisi asam lemak dalam trigliserol sehingga mempunyai karakter fisik minyak

dan lemak, seperti sifat pelelehan dan kristalisasi (Hilda, 2010).

Interesterifikasi memanfaatkan pengaruh suhu terhadap titik leleh komponen,

sehingga mengahsilkan reaksi pembentukan kembali komponen lemak untuk

mencapai kestabilan pada strukturnya.Reaksi interesterifikasi dapat disebabkan oleh

beberapa reaksi, yaitu reaksi alkoholisis, asidolisis, dan transesterifikasi (Gupta,

(39)

2.5.Kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GC-MS)

GC-MS adalah metoda analisa dimana sampel dipisahkan secara fisik menjadi bentuk

molekul-molekul yang lebih kecil (hasil pemisahan dapat dilihat pada kromatogram).

Sedangkan spektroskopi massa adalah metode analisis dimana sampel yang dianalisis

akan diubah menjadi ion-ion gas dan ion-ion tersebut dapat diukur berdasarkan hasil

deteksi berupa spektrum massa.

Pada GC hanya terjadi pemisahan untuk mendapatkan komponen yang

diinginkan sedangkan bila dilengkapi dengan MS (berfungsi sebagai detektor) akan

dapat mengidentifikasi komponen tersebut karena bisa membaca spektrum bobot

molekul pada suatu komponen karena dilengkapi refrensi yang ada pada software,

secara instrument MS adalah detektor GC.

Pemisahan komponen senyawa dalam GC terjadi dalam kolom (kapiler)

dengan melibatkan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam adalah zat

yang ada dalam kapiler, sedangkan fasa gerak adalah gas pembawa (He atau H2)

dengan kemurnian tinggi yaitu 99,95%. Proses pemisahan dapat terjadi karena

kecepatan alir dari tiap molekul dalam kolom. Perbedaan tersebut disebabkan oleh

perbedan affinitas antar molekul dengan fasa diam yang ada dalam kolom.

Spektrometer massa menembaki bahan yang sedang diteliti dengan berkas

elektron dan secara kuantitatif mencatat hasilnya sebagai suatu spektrum fragmen ion

positif.

Catatan ini disebut spektrum massa. Terpisahnya fragmen-fragmen ion positif

didasarkan pada massanya.

2.4.1.Kromatografi Gas

Kromatografi gas adalah metode kromatografi pertama yang dikembangkan

pada zaman instrument dan elektrokimia yang telah merefolusikan keilmuan selama

lebih dari tiga puluh tahun.

Kromatografi gas dapat dipakai untuk setiap campuran yang setiap campuran

yang sebagian komponennya atau akan lebih baik lagi jika semua komponennya

(40)

Tekanan uap atau keatsirian akan memungkinkan komponen menguap dan bergerak

bersama-sama dengan fase gerak yang berupa gas. Waktu yang diperlukan untuk

memisahkan campuran sangat beragam, tergantung banyaknya komponen dalam

suatu campuran, semakin banyak komponen yang terdapat dalam campuran maka

waktu yang diperlukan semakin lama.Komponen campuran dapat diidentifikasi

berdasarkan waktu tambat (waktu retensi) yang khas pada kondisi yang tepat. Waktu

tambat adalah waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan dalam

kolom.

a.Memilih Sistem

Dalam kromatografi gas terdapat empat peubah utama yaitu gas pembawa, jenis

kolom dan fase diam dan suhu untuk pemisahan.

Gas Pembawa.Faktor yang mempengaruhi suatu senyawa bergerak melalui kolom kromatografi gas ialah keatsirian yang merupakan sifat senyawa itu dan aliran gas

melalui kolom. Nitrogen, helium,argon, hydrogen dan karbon dioksida merupakan

gas yang sering digunakan sebagai gas pembawa karena tidak reaktif serta dapat

dibeli dalam keadaan murni dan kering dalam tangki bervolume besar dan bertekanan

tinggi.

Detektor. Detektor pilihan pertama untuk kromatografi gas adalah Detector Ionisasi Nyala (DIN) yang memiliki kepekaan yang tinggi untuk beberapa jenis senyawa.

Fase Cair Diam. Dua segi fase harus diketahui, pertama bagaimana cairan ditahan dalam kolom yaitu cairan itu disaputkan pada permukaan serbuk padat dalam kolam,

dan yang kedua yaitu sifat kimia dari cairan itu.

b.Sistem

Suhu Kolom. Kromatografi gas didasarkan pada dua sifat senyawa yang dipisahkan, kelarutan senyawa itu dalam cairan tertentu dan tekanan uapnya atau keatsiriannya.

Karena tekanan uap bergantung langsung pada suhu, maka suhu merupakan faktor

utama dalam kromatografi gas. Suhu kolom berkisar – 100oC-4000C tergantung sifat

(41)

patokan dapat dipakai bahwa setiap kenaikan suhu 30oC waktu tambat menjadi

setengahnya.

Gas Pembawa.Laju aliran gas tergantung pada diameter kolom.Aliran berbanding lurus dengan penampang kolom dan penampang bergantung jari-jari pangkat dua

(��2). Misalnya jika pemisahan yang baik dengan kolom 2 mm pada aliran 20

ml/menit, maka untuk menghasilkan hasil yang sama dengan kolom 4 mm diperlukan

aliran 80 ml/menit. Untuk mendapatkan system kolom yang optimal yaitu dengan

cara mengatur laju aliran gas dan menghasilkan tingkat puncak yang maksimum.

Kolom.Ada dua kolom dalam kromatografi gas yaitu : kolom kemas, terdiri atas fase cair berdiameter 1-3 mm dan panjangnya 2 m, kolom kapiler : berdiameter 0,02- 0,2

mm dan panjangnya 15-25 m, yang berfungsi sebagai penyangga lembam untuk fase

diam cair.

Detector.Detector adalah gawai yang ditempatkan pada ujung kolom kromatografi gas yang menganalisis aliran gas yang keluar dan memberikan data kepada perekam

data yang menyajikan hasil kromatogram secara grafis.

DHB (Detector Hantar Bahang) : didasarkan pada bahang dipindahkan dari

benda panas dengan laju yang bergantung pada susunan gas yang mengelilingi benda

panas. Daya hantar ini merupakan fungsi dari laju pergerakan molekul gas.Gas yang

mempunyai bobot molekul yang rendah mempunyai daya hantar paling tinggi.

Detector Ionisasi Nyala (DIN), pendeteksian DIN ialah jika dibakar, senyawa

organik terurai membentuk pecahan sederhana bermuatan positif, biasanya trediri atas

satu karbon. Pecahan ini meninggikan daya hantar tempat lingkungan nyala, dan

peningkatan daya hantar ini dapat diukur dengan mudah dan direkam.

Penanganan Sinyal

Data Kualitatif.Data kromatografi gas biasanya terdiri atas waktu tambat berbagai komponen campuran.Waktu tambat diukur mulai dari titik penyuntikan sampai ketitik

maksimum puncak dan sangat khas untuk senyawa tertentu dan pada kondisi tertentu.

(42)

tersedia senyawa murninya. Senyawa murni ditambahkan kedalam cuplikan yang

diduga mengandung senyawa itu dan cuplikan kromatografi.

Data Kuantitatif.Pengukuran sebenarnya yang dilakukan pada kertas grafik ialah pengukuran luas puncak.Jika puncak itu simetris atau berupa kurva gauss tinggi

puncak dapat dipakai untuk mengukur luas puncak.

2.4.2.Spektrum Massa

Spektrum massa biasa diambil pada energi berkas elektron sebesar 70 elektron volt.

Kejadian tersederhana ialah tercampaknya satu elektron dari satu molekul dalam fase

gas oleh sebuah elektron dalam berkas elektron dan membentuk suatu ion molekul

yang merupakan suatu kation radikal (M+).

Suatu spektrum massa menyatakan massa-massa sibir-sibir bermuatan positif

terhadap (konsentrasi) nisbinya. Puncak paling kuat (tinggi) pada spektrum disebut

puncak dasar (base peak), dinyatakan dengan nilai 100 % dan kekuatan (tinggi x

factor kepekaan) puncak-puncak lain, termasuk puncak ion molekulnya, dinyatakan

sebagai persentase puncak dasar tersebut.

Puncak ion molekul biasanya merupakan puncak-puncak dengan bilangan

massa tertinggi, kecuali jika terdapat puncak-puncak isotop. Puncak-puncak

isotopnya yang biasa.

a.Penentuan Rumus Molekul

Penentuan rumus molekul yang mungkin dari kekuatan puncak isotop hanya dapat

dilakukan jika puncak ion olekul termaksud cukup kuat hingga puncak tersebut dapat

diukur dengan cermat sekali.

Misalnya suatu senyawa mengandung satu atom karbon, maka untuk tiap 100

molekul yang mengandung satu atom 12C, sekitar 1,08 % molekul mengandung satu

atom 13C. Karenanya molekul-molekul ini akan menghasilkan sebuah puncak M + 1

yang besarnya 1,08 % kuat puncak ion molekulnya, sedangkan atom-atom 2H yang

akan memberikan sumbangan tambahan yang amat lemah pada puncak M + 1 itu.

Jika suatu senyawa mengandung sebuah atom sulfur, puncak M + 2 akan menjadi 4,4

(43)

b.Pengenalan Puncak Ion Molekul

Ada dua hal yang menyulitkan pengidentifikasian puncak ion molekul yaitu :

1. Ion molekul tidak nampak atau amat lemah. Cara penanggulanganya adalah

mengambil spektrum pada kepekaan maksimum, jika belum diketahui dengan jelas

dapat juga dilihat berdasarkan pola pecahnya.

2. Ion molekul nampak tetapi cukup membingungkan karena terdapatnya beberapa

puncak yang sama atau lebih menonjol. Dalam keadaan demikian, pertama-tama

soal kemurnian harus dipertanyakan. Jika senyawa memang sudah murni, masalah

yang lajim ialah membedakan puncak ion molekul dari puncak M-1 yang lebih

menonjol. Satu cara yang bagus ialah dengan mengurang energi berkas elektron

penembak mendekati puncak penampilan.

Kuat puncak ion molekul tergantung pada kemantapan ion molekul.Ion-ion

molekul paling mantap adalah dari sisten aromatik murni. Secara umum golongan

senyawa-senyawa berikut ini akan memberikan puncak –puncak ion menonjol :

senyawa aromatik, (alkane terkonjugasi), senyawa lingkar sulfida organik (alkane

normal, pendek), merkaptan. Ion molekul biasanya tidak nampak pada alkohol

alifatik, nitrit, nitrat, senyawa nitro, nitril dan pada senyawa-senyawa

bercabang.Puncak-puncak dalam arah M-3 sampai M-14 menunjukkan

kemungkinan adanya kontaminasi (Silverstein, dkk, 1981).

a. Kaidah Umum untuk Mengenali Puncak-Puncak dalam Spektra

Sejumlah kaidah umum untuk mengenali puncak-puncak menonjol dalam spektra

dampak elektron dapat ditulis dan dipahami dengan konsep-konsep buku kimia

organikfisik :

1. Tinggi nisbi puncak ion molekul terbesar bagi senyawa rantai lurus dan akan

menurun jika derajat percabangan bertambah.

2. Tinggi nisbi puncak ion molekul biasanya makin kecil dengan bertambahnya

bobot molekul deret homolog, kecuali untuk ester lemak.

3. Pemecahan/ pemutusan cenderung terjadi pada karbon terganti gugus alkil :

(44)

mantapnya karboksasi tersier dari pada sekunder yang lebih mantap dari pada

yang primer.

4. Adanya ikatan rangkap, stuktur lingkar dan terlebih-lebih cincin aromatik

(heteroatom) memantapkan ion molekul hingga meningkatkan pembentukannya.

5. Ikatan rangkap mendukung pemecahan alil dan menghasilkan ion karbonion alil.

6. Cincin jenuh cenderung melepas rantai samping pada ikatan-α. Hal ini tidak lain

dari pada kejadian khusus percabangan. Muatan positif cenderung menyertai

sibir cincin. Cincin tak jenuh dapat mengalami reaksi Retro-Diels-Alder.

7. Dalam senyawa aromatik terganti gugus alkil, pemecahan paling mungkin terjadi

pada ikatan beta terhadap cincin menghasilkan ion benzyl taluunan termantapkan

atau iontropilium.

8. Ikatan C-C yang bersebelahan dengan heteroatom cenderung terpecah,

meninggalkan muatan pada sibiran yang mengandung heteroatom yang elektron

tak-ikatannya menciptakan kemantapan talunan.

9. Pemecahan sering berkaitan dengan penyingkiran molekul netral mantap yang

kecil, misalnya karbon monoksida, olefin, ammonia, hydrogen sulfida, hydrogen

sianida, merkaptan, ketene, atau alkohol. (Silverstein,dkk, 1981).

Kaidah-kaidah penyibiran diatas berlaku untuk spektrometri Dampak Elektron

(DE).

2.4.3.Spektra Massa Beberapa Golongan Senyawa Kimia a.Hidrokarbon.

Hidrokarbon Jenuh.Puncak ion molekul (M) hidrokarbon jenuh berantai lurus selalu ada kendati puncaknya rendah untuk senyawa-senyawa rantai panjang. Pola

penyibiran (fragmentasi) ditandai oleh kumpulan atau kluster puncak dan puncak

yang bersangkutan pada tiap kluster terpisah oleh 14 (CH2) satuan massa. Puncak

terbesar pada tiap kluster ini mewakili sibiran CnH2n+1 ; disertai juga sibiran CnH2n

dan CnH2n-1. Sibiran terbanyak terdapat pada daerah C3 dan C4 dan kelimpahan sibiran

itu menurun teratur sampai M-C2H5 ; puncak M-CH3 biasanya lenyap sama sekali.

(45)

molekul dan mendukung pemecahan ikatan yang menghubungkan cincin dengan

bagian molekul lainnya. Penyibiran atas cincin biasanya oleh lepasnya dua atom

sebagai C2H4 dan C2H5.

b.Eter

Eter Alifatik. Penyibiran eter alifatik berlangsung dengan 2 cara :

1. Pemutusan ikatan C-C bersebelahan atom oksigen :

RCH2-CH2-CH-O+-CH2-CH3 RCH2CH2CH=O+-CH2-CH3

2. Pemutusan ikatan C-O dengan muatan tetap berada pada sibir alkil,

R – O+ - R’ R+

c.Ester

Pola fragmentasi pada senyawa ester terdapat pada pemutusan ke karbon karbonil.

Hilangnya gugus alkoksi adalah yang paling penting dari fragmentasi ini, seperti yang

(46)

Gambar :2.2. Fragmentasi senyawa golongan ester

Penataan ulang Mc Lafferti dapat berlangsung untuk ester di bagian alkil. Lihat

gambar :2.3

(47)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dan uji analisis

asam lemak dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Universitas Gajah Mada

Yokyakarta.

3.2. Bahan-bahan

Bahan yang digunakan adalah udang windu yang diambil secara acak dari Tempat

Pelelangan Ikan di Daerah Percut Sei Tuan, Deli Serdang, n-Heksana, Metanol,

LarutanNaCl jenuh, BF3 – Metanol 14%, Larutan NaOH 0,5 N dalam metanol, gas

Helium.

3.3. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : toples kaca, erlenmeyer,

neraca analitik, desikator, blender, beaker gelas, rotari evaporator, corong kaca, kertas

saring, pipet tetes, water bath, botol vial, GC-MS, thermometer, kertas whatman 42.

Gas Chromatography – Mass Spectroscopy (GC-MS) model Shimadzu QP 2010 pada

kondisi sebagai berikut :

Temperature oven kolom 80 oC, temperature injeksi 310 oC, tekanan 16,5 kPa, total

aliran 40,0 mL/ menit, aliran kolom 0,50 mL/ menit dan kecepatan aliran 26,1 cm/

detik.

3.4.Rancangan Penelitian

(48)

1. Mengambil udang windu secara acak dari hasil tangkapan nelayan di tempat

pelelangan ikan bagan Percut Sei Tuan, serta dari tambak udang yang terdapat di

daerah Percut Sei Tuan sebagai sampel.

2. Udang windu dibersihkan kulitnya

3. Daging udang windu dihaluskan dengan menggunakan blender

4. Mengeringkan daging udang windu dengan menggunakan sinar matahari sampai

tampak kering

5. Daging udang windu setelah kering karna berbentuk lembaran, maka dihaluskan

lagi dengan menggunakan blender.

6. 200 gram daging udang windu dimaserasi dengan pelarut n-heksan selama 3 hari.

7. Menyaring hasil maserasi dengan mengambil filtratnya/ ekstraknya yang

berwarna kuning keemasan.

8. Ekstrtrak hasil maserasi diuapkan pelarutnya menggunakan rotary evaporator.

9. Ekstrak pekat hasil rotary evaporator dimasukkan dalam gelas vial, selanjutnya

diuapkan lari pelarut yang masih terkandung dengan menggunakan waterbath.

10. Lemak yang diperoleh ditimbang dengan neraca analitik.

3.4.2.Tahap Metanolisis lemak hasil maserasi.

1. Sebanyak 1,0 gram lemak hasil maserasi dari masing-masing sampel dimasukkan

dalam tabung reaksi .

2. Ditambahkan 8 mL larutan NaOH 0,5 N dalam metanol lalu dikocok hingga

sampel larut.

3. Kemudian dipanaskan dalam water bath selama 5 menit pada temperature 65 oC,

kocok dan letakkan lagi pada pemanas selama 10 menit.

4. Setelah didinginkan selama 5 menit tambahkan 10 mL larutan BF3-Metanol 14 %..

5. Panaskan kembali dalam water bath selama 10 menit dengan temperature 65 oC.

tambahkan larutan NaCl jenuh sebanyak 10 mL dan kocok denga kuat selama 30

detik.

(49)

7. Diamkan selama 5 menit dan terbentuk 2 lapisan larutan.

8. Fraksi metil ester (lapisan atas) dipisahkan dan disaring dengan mikro filter dan

siap dianalisa dengan GC-MS.

3.4.3.Analisis komposisi asam lemak dengan GC-MS.

1. Sebanyak 1 µ L sampel yang telah dimetanolisis diinjeksikan kedalam kolom

GC-MS dengan menggunakan auto sampler

2. Pemisahan dilakukan dalam kolom RTX-MS Restech

3. Hasil analisa berupa spectrum MS dibandingkan dengan library (refrence) Willey

147 dan N1ST47 yang terdapat pada GC-MS untuk mengetahui komposisi asam

(50)

3.5.Diagram Alur Penelitian

Tahap Maserasi udang windu

- Dibersihkan dan dibuang kulit dan kepala

- Dihaluskan dengan blender - Dikeringkan di sinar matahari

- Dimasukkan dalam toples kaca - 1000 mL n-heksana dimaserasi 3

hari

- Disaring untuk memisahkan ampasnya

- Di uapkan pelarutnya dengan rotavapor

- Pemanasan dalam waterbath untuk memastikan semua pelarut tak tersisa

- Ditimbang dengan neraca analitik 200 gram sampel

Udang Windu

Filtrat berwarna kuning

(51)

Tahap metanolisis asam lemak

+ 8 ml NaOH – methanol 0,5N

Dinginkan selama 5 menit 10 mL BF3-metanol 14 %

-

Panaskan selama 10 menit pada temperature 650C

+ 10 mL Larutan NaCl jenuh dan kocok kuat

+ 10 mL n-heksana dan kocok selama 1 menit

Analisa MEAL dengan alat GC-MS

Gambar 3.1. : Diagram alur penelitian 1,0 gram lemak hasil maserasi

Ekstrak asam lemak dingin Direfluks dalam waterbath selama 15

menit, sampai seluruh minyak larut

(52)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian

4.1.1.Metode Penentuan Kadar Lemak Daging Udang Windu

Kadar lemak udang windu(Penaeus monodon) dari tambak budi daya diperoleh 1,26 %, sedangkan udang windu dari laut sebesar 1,57 %, berarti kadar lemak nya tidak berbeda jauh (table 4.1).

Tabel.4.1 : Kadar lemak total dari daging udang windu

Habitat Berat daging Berat lemak Kadar lemak

4.1.2.Hasil Analisis dengan GC-MS

Lemak daging udang windu hasil maserasi yang sudah dimetilasi, kemudian dianalisis dengan Gas Cromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS).

Analisis dengan GC-MS dilakukan dengan kondisi sebagai berikut :

(53)

Liniear Velocity : 26,1cm/sec

Purge Flow : 3,0 mL/min

Split Ratio : 73,0

High Pressure Injection : OFF

Carrier Gas Saver : OFF

Oven Temp.Program

Rate Temperatur (oC) Hold Time (min)

80,0 5,00

10,0 305,0 7,50

4.1.3.Data Kromatogram GC-MS

Hasil analisis melalui pemeriksaan GC-MS terhadap metil ester asam lemak

dari daging udang windu tambak budi daya diperoleh kromatogram dengan

memberikan puncak sebanyak 23 jenis senyawa seperti pada gambar 4.1

Gambar4.1 :Kromatogram metil ester asam lemak udang windu Tambak

(54)

Tabel.4.2. : Hasil analisisGC-MS metil ester asam lemak udang windu

(55)

Pemeriksaan (analisis) dengan GC-MS metil ester asam lemak udang windu laut menhasilkan spectrum dengan 25 peak (puncak) seperti pada gambar 4.2

Gambar4.2 : Kromatogram metil ester asam lemak udang windu laut

(56)
(57)

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pembuatan Metil Ester Asam Lemak Udang Windu

Untuk analisis komposisi asam lemak masing-masing udang windu yang berasal dari tambak maupun laut, terlebih dahulu dilakukan metanolisis. Metanolisis dalam hal ini untuk analisis dilakukan menggunakan katalis BF3 dengan reaksi (Gambar 4.3)

Metil ester asam lemak Gambar :4.3 Reaksi Metanolisis trigliserida membentuk metil ester asam lemak

4.2.2. Analisis GC-MS Metil Ester Asam Lemak Udang Windu Tambak

Untuk menentukan komposisi asam lemak yang terdapat pada udang windu

dari tambak maka hasil spektrum massa dari masing-masing puncak unknown

dibandingkan dengan spektrum massa senyawa yang ada pada daftar library GC-MS.

Dari sebanyak 23 jenis senyawa yang dapat teridentifikasi,dilakukan fragmentasi

terhadap 9 jenis senyawa yang massa rumus senyawa dapat disesuaikan dengan

spektrum standard dari library.

A.Puncak (peak) 1 dengan Rt 12,581 (1,13 %)

(58)

Data spektrum massa menunjukkan ion molekul m/e 130.Dengan membandingkan

data spektrum unknown dengan spektrum massa yang diperoleh dengan dataspektrum

pada standar, yang lebih mendekati adalah asam iso hexanoat atau metil ester,

4-metil pentanoat (Gambar4.4.)

a.

.

b.

(59)

Dimana spektrum massa memberikan puncak ion molekul pada m/e 130 yang

merupakan berat molekul dari metil iso hexanoat atau metil ester 4-metil pentanoat.

Selanjutnya diikuti fragmen m/e = 99 (130-31) sebagai hasil terlepasnya radikal

OCH3, fragmen m/e = 57 (99 – 42) sebagai hasil terlepasnya C3H6 , dan fragmen m/e

= 43 (57 – 12) sebagai hasil terlepasnya CH2.

+ e

-2e

m/e = 130

OCH3 C3H6

m/e = 99 m/e = 57

CH2

m/e = 43

Gambar

Gambar 3.1. : Diagram alur penelitian
Tabel.4.2.   : Hasil analisisGC-MS  metil ester asam lemak udang windu     tambak
Tabel 4.3. :      Hasil Analisis GC-MS metil ester asam lemak udang windu laut
Gambar 4.4. : Spektrum metil iso hexanoat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Model berbasis akrual menggunakan akrual sukarela sebagai indikator manajemen laba. Total akrual digunakan untuk mengukur akrual sukarela karena terdapat kesulitan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan logical thinking , yaitu (1) Keruntutan Berpikir, yaitu siswa dapat menentukan langkah yang ditempuh

Skripsi dengan judul “SISTEM INFORMASI PEMINJAMAN BUKU PADA PERPUSTAKAAN SMA KRISTA MITRA SEMARANG “ diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Pada tahapan seleksi Nasional pelaksanaan dilakukan di Jakarta, dihadapan Dewan Juri dalam bentuk audio-video (VCD) yang dikirimkan dari dan atau sebagai juara pada

1. Korteks sensoris, pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau bagian tubuh

Berdasarkan identifikasi dari faktor resiko internal ditemukan bahwa pasien dengan anemia, bekerja sebagai karyawan swasta, pendidikan pasien SMA, kurangnya pengetahuan pasien

membangunkan sntu aplikasi \\ eb yang berorientas1kan Perdn g angnn Elct...tronik (E-Commerce), iaitu menubuhkan s ebuah g edun g buku elektronik sc carn dalam tnlian