CASE REPORT
DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF DALAM LAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN RESIKO TINGGI IBU HAMIL PADA NY. D.I USIA 38 TAHUN G1P0A0
HAMIL 19 MINGGU DENGAN ANEMIA
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang
.. Disusun oleh: Giri Yurista 012116401 Pembimbing dr. Ratnawati FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG 2016
HALAMAN PENGESAHAN Laporan kasus yang berjudul
DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF DALAM LAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN RESIKO TINGGI IBU HAMIL PADA NY. D.I. USIA 38 TAHUN G1P0A0
HAMIL 19 MINGGU DENGAN ANEMIA Oleh :
Giri Yurista 01.211.6401
Laporan Kasus yang telah diseminarkan, diterima dan disetujui di depan tim penilai Puskesmas Halmahera Kota Semarang.
Telah Disahkan Semarang, Desember 2016
Kepala Puskesmas Halmahera Pembimbing Bagian
dr. Muhammad Hadiyanto dr. Ratnawati
Mengetahui
Kepala Bagian IKM FK Unissula
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan kasus DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF DALAM LAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN RESIKO TINGGI IBU HAMIL PADA NY. D.I USIA 38 TAHUN G1P0A0 HAMIL 19 MINGGU DENGAN ANEMIA
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Laporan ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Muhammad Hadiyanto, selaku Kepala Puskesmas Halmahera Semarang. 2. Sri Sugiyanti, S.Si.T. selaku pembimbing di Puskesmas Halmahera Semarang. 3. Dokter, Paramedis, beserta Staf Puskesmas Halmahera atas bimbingan dan
kerjasama yang telah diberikan.
Kami menyadari sepenunhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus diagnosis holistik dan terapi komprehensif dalam layanan kedokteran keluarga terhadap kejadian demam berdarah dengue pada seorang bayi di puskesmas halmahera semarang dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Januari 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI ... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 2 1.3. Tujuan Penelitian... 3 1.4. Manfaat Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5
2.1. Kehamilan Resiko Tinggi... 6
2.1.1. Definisi... 6
2.1.2. Macam-macam... 6
2.2. Karakteristik Trias Epidemiologi... 8
2.2.1. Host... 8
2.2.2. Agen... 21
2.2.3. Enviroment... 22
BAB III ANALISIS SITUASI... 24
3.1. Cara dan Waktu Pengamatan... 24
3.2. Hasil Pengamatan... 24
3.3. Anamnesis Holistik... 24
3.5. Pemeriksaan Fisik... 30
3.6. Diagnosis Holistik... 32
3.7. Identifikasi Masalah... 33
3.8. Prioritas Masalah... 33
3.9. Segitiga Epidemiologi... 34
3.10. Daftar Penyebab Masalah... 34
3.11. Intervensi... 35
3.12. POA... 51
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN………... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 39
5.1. Kesimpulan……... 39 5.2. Saran…………... 40 DAFTAR PUSTAKA ... 41 LAMPIRAN ………. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Ibu yang tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun 2014 sebanyak 33 kasus dari 26.992 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 122,25 per 100.000 jumlah kelahiran hidup, naik jika dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu 29 kasus dari 26.547 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 109,2 per 100.000. Hal ini masih lebih tinggi dari target MDGs 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup. (DKK Semarang, 2015). Salah satu yang mempengaruhi AKI adalah masih banyaknya jumlah ibu hamil dengan resiko tinggi (Basit, 2013). Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2014 adalah 28.215 (97,2%) tidak mengalami perubahan berarti dibanding dengan tahun 2013 adalah 27.910 bumil (97,2%) (DKK Semarang, 2015).
Kehamilan dengan resiko tinggi memiliki komplikasi yang berbahaya baik bagi ibu maupun janin yang dikandungnya (Rochjati, 2003). Komplikasi yang dapat terjadi antara lain keguguran, infeksi, resiko perdarahan,
persalinan lama dan sulit, persalinan prematur, berat bayi lahir rendah, dan cacat bawaan. Kondisi ini dapat menyebabkan angka kematian perinatal tinggi, demikian pula dengan angka mortalitas dan morbiditas ibu paska persalinan (Prawirohardjo, 2009). Data World Health Organization (WHO) 2010, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan di sebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut, bahkan jarak keduanya saling
berinteraksi. Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama di negara berkembang dengan tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata kehamilan yang disebabkan karena anemia di Asia diperkirakan sebesar 72,6%. Tingginya pravalensinya anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang tengah dihadapi pemerintah Indonesia (Adawiyani, 2013).
Pravalensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia. Hasil survei anemia pada ibu hamil di 15 kabupaten di Jawa Tengah tahun 2007 menunjukkan bahwa pravalensi anemia di Jawa Tengah adalah 57,7%, angka ini lebih tinggi dari angka nasional yakni 50,9% (Dinkes Prov Jateng, 2009). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang (DKK) tahun 2012 jumlah ibu hamil yang menderita anemia sebanyak 19,14%. Data kasus anemia pada ibu hamil di Puskesmas Halmahera Kota Semarang tahun 2016 sebanyak 47 kasus. Angka kematian ibu (AKI) di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2014 sebesar 126,55/100.000 kelahiran hidup (711 kasus), mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada Tahun 2013 yaitu sebesar 118,62/100.000 kelahiran hidup (668 kasus). Penanggulangan anemia pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Cakupan ibu hamil mendapat Fe di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2014 yakni sebesar 92,5% lebih tinggi jika dibandingkan dengan cakupan pemberian tablet Fe 90 di Indonesia yaitu sebesar 85,1% (Kemenkes RI, 2015).
Menurut Maidelwita (2010) kejadian kehamilan risiko tinggi pada ibu hamil dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya kurangnya pengetahuan ibu
tentang kesehatan reproduksi, tingkat pendidikan yang rendah, pekerjaan ibu, dan sikap ibu selama kehamilan. Berbagai upaya untuk mendeteksi dini, melakukan pencegahan, penanganan awal telah dilakukan oleh berbagai pihak, namun masih banyak ditemukan kehamilan dengan resiko tinggi di masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas kasus kehamilan beresiko tinggi khusunya anemia yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana diagnosis holistik dan terapi komprehensif dalam layanan kedokteran keluarga terhadap kejadian resiko tinggi yang dialami ibu hamil pada Ny. D.I. Usia 38 tahun G1P0A0 hamil 19 minggu dengan anemia?”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai diagnosis holistik dan terapi komprehensif dalam layanan kedokteran keluarga terhadap kejadian resiko tinggi yang dialami ibu hamil berdasarkan pendekatan Trilogi Epidemiologi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor host yang mempengaruhi kejadian kehamilan resiko tinggi di wilayah kerja puskesmas halmahera
1.3.2.2 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor agent yang mempengaruhi kejadian kehamilan resiko tinggi di wilayah kerja puskesmas halmahera
1.3.2.3 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor enviroment yang mempengaruhi pada kehamilan resiko tinggi di wilayah kerja puskesmas halmahera
1.3.2.4 Untuk memberikan solusi terhadap penatalaksanaan anemia pada ibu hamil melalui terapi komprehensif meliputi kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa
1.4.1.1 Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di lapangan.
1.4.1.2 Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai penemuan masalah sampai pembuatan plan of action.
1.4.1.3 Sebagai media yang menambah wawasan pengetahuan tentang ilmu kesehatan masyarakat.
1.4.1.4 Sebagai modal dasar untuk melakukan penelitian bidang ilmu kesehatan masyarakat pada tataran yang lebih lanjut.
1.4.2 Manfaat bagi Masyarakat
1.4.2.1 Masyarakat mengetahui mengenai anemia
1.4.2.2 Masyarakat mengetahui tentang kesehatan pada ibu hamil 1.4.2.3 Membangun kesadaran masyarakat tentang pencegahan terhadap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KEHAMILAN RISIKO TINGGI
2.1.1 Definisi Kehamilan Risiko Tinggi
Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya kehidupan atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan yang kebetulan atau unik.. (Irene M. Bobak, add all, 2009).
Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti - peneliti dari berbagai institut berbeda-beda, namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi.
Menurut Poedji Rochyati dkk. Mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut:
Risiko :
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau
kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada ibu dan bayi.
Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut SKOR. Digunakan angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedakan risiko yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok:
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2 Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan
kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10 Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan
baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi tidak darurat.
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12
Kehamilan dengan faktor risiko:
o Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan atau bayinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.
o Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat, yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis. (Poedji Rochjati, 2003).
2.2 KARAKTERISTIK TRIAS EPIDEMIOLOGI 2.2.1 Host
a. Pola Makan
Kadarzi adalah keluarga yang mampu berperilaku gizi yang benar, yaitu sikap dan perilaku dapat secara mandiri mewujudkan keadaan gizi yang sebaik-baiknya yang tercermin pada pola pangan yang beraneka ragam dan bermutu gizi seimbang (Depkes RI, 2007) b. Anemia pada kehamilan
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran prematurs, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia
uteri), perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan (Wiknjosastro, 2007).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Cunningham. F, 2005).
Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil 1. Umur Ibu
Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibuhamil yang berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.
2. Kurang Energi Kronis (KEK)
41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, konsumsi pangan, umur, paritas, dan sebagainya.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita Usia Subur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi KEK dengan ukuran LILA yang rendah mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake makanan sehari hari yang biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK berpeluang untuk menderita anemia (Darlina, 2003).
3. Infeksi dan Penyakit
Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl
memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang dapat terkena anemia karena
(hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi
(Manuaba,2007). Ibu yang sedang hamil sangat peka
terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat
menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006).
4. Jarak kehamilan
Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih.Akhirnya
berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya. 5. Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang di derita masyarakat adalah karena kekurangan
gizi banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi.Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social ekonomi rendah (Manuaba, 2010).
c. Pengetahuan tentang Gizi pada Ibu Hamil
Adapun cara mencegah anemia defisiensi besi antara lain dengan mengkonsumsi sayuran hijau, daging, hati dan produk olahan susu, mengkonsumsi suplemen zat besi, mengkonsumsi vitamin C untuk membantu proses penyerapan zat besi dalam saluran pencernaan, menghindari kafein, misalnya kopi/teh dalam jumlah banyak karena dapat menggangu penyerapan zat besi. Adapun upaya penanggulangan anemia defisiensi besi yang mudah dan murah adalah dengan pemberian tablet besi folat (Fe)
(Hidayah, 2012).
1. Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi adalah keadaan tingkat kecukupan dan penggunaansatu nutrien atau lebih yang mempengaruhi
kesehatan seseorang (Sediaoetama, 2000).Status gizi seseorang pada hakekatnya merupakan hasil keseimbangan antara
konsumsi zat-zat makanan dengan kebutuhan dari orang tersebut (Lubis, 2003).
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa
kehamilan maka kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu selama hamil(Lubis, 2003).
2. Kebutuhan Gizi Selama Hamil
Kebutuhan zat gizi wanita hamil lebih besar bila dibandingkan dengan wanita tidak hamil dan tidak menyusui. Kebutuhan zat gizi tersebut adalah sebagai berikut :
a) Energi.
Kebutuhan tambahan energi yang dibutuhkan selama
kehamilan adalah sebesar 300 kkal per hari menurut DEPKES RI (1996). Namun kebutuhan energi ini tidak sama pada setiap periode kehamilan. Kebutuhan energi pada triwulan pertama pertambahannya sedikit sekali (minimal).Seiring dengan tumbuhnya janin, kebutuhan energi meningkat secara signifikan, terutama sepanjang triwulan dua dan tiga. Kebutuhan energi ini berdasarkan pada penambahan berat badan yang diharapkan yaitu 12,5 kg selama kehamilan (Prasetyono, 2009).
b) Protein.
Kebutuhan tambahan protein tergantung kecepatan
pertumbuhan janinnya.Trimester pertama kurang dari 6 gram tiap hari sampai trimester dua.Trimester terakhir pada waktu
pertumbuhan janin sangat cepat sampai 10 gram/hari.Bila bayi sudah dilahirkan protein dinaikkan menjadi 15 gram/hari (Paath, 2004).Dalam loka karya Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998, beberapa pakar gizi menganjurkan penambahan protein sebesar 12 gram per hari selama kehamilan (Prasetyono, 2009).
c) Vitamin dan Mineral.
Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral, diantaranya adalah :
1) Vitamin A.
Fungsi vitamin A adalah memberikan kontribusi terhadap reaksi fotokimia dalam retina. Vitamin A juga dibutuhkan dalam sintesis glikoprotein, yang mendorong pertumbuhan dan diferensiasi sel, pembentukkan tunas gigi dan pertumbuhan tulang. Sedangkan sumber makanan untuk vitamin A meliputi sayuran berdaun hijau, buah-buahan berwarna kuning pekat, hati sapi, susu, margarin dan mentega (Walsh, 2007).
Kebutuhan normal ibu hamil pada vitamin A menurut DEPKES RI (1996) adalah sebanyak 800 – 2.100 IU (International Unit) per hari. (Prasetyono,2009). 2) Vitamin B.
Vitamin B6 (Piridoksin) adalah ko-enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme asam amino dan glikogen.Asupan janin
yang cepat terhadap vitamin B6 dan meningkatnya asupan protein dalam kehamilan mengharuskan peningkatan asupan vitamin B6 dalam kehamilan. Sedangkan sumber makanan yang banyak mengandung vitamin B6 adalah daging sapi, daging unggas, telur, jeroan, tepung beras, dan sereal (Walsh, 2007). Kebutuhan zat gizi akan vitamin B6 menurut DEPKES RI (1996) adalah sebesar 2,5 mg per hari (Prasetyono, 2009). Vitamin B1 (Tiamin), vitamin B2 (Riboflavin), dan vitamin B3 (Niasin) diperlukan untuk metabolisme energi.
Menurut DEPKES RI (1996) Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk masing-masing vitamin tersebut adalah sebesar 1,4 mg/hari, 1,4 mg/hari, dan 1,8 mg/hari. Sumber-sumber makanan yang banyak mengandung tiamin dan niasin adalah daging babi, daging sapi, dan hati sedangkan riboflavin banyak ditemukan pada gandum, sereal, susu, telur, dan keju
(Prasetyono, 2009).
Vitamin B12 (Kobalamin) diperlukan untuk pembelahan sel, sintesis protein, pemeliharaan sel-sel saraf serta produksi sel darah merah dan darah putih. Vitamin B12 terutama ditemukan dalam protein hewani (daging, ikan, susu) dan rumput laut. Menurut DEPKES RI (1996) kebutuhan vitamin B12 pada masa kehamilan adalah sebesar 2,6 μg/hari (Prasetyono, 2009). 3) Vitamin C.
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan penting dalam metabolisme tirosin, folat, histamin, dan beberapa
obatobatan.Selain itu, vitamin C dibutuhkan untuk fungsi leukosit, respon imun, penyembuhan luka, dan reaksi alergi (Flood and Nutrition Board, 1990). Jumlah vitamin C menurun dalamkehamilan, kemungkinan hal tersebut disebabkan
olehpeningkatan volume darah dan aktivitas hormon.The National Research Council memperkirakan bahwa
penambahan10 mg/hari vitamin C diperlukan dalam kehamilan untuk memenuhi kebutuhan sistem janin dan ibu. Sedangkan menurut DEPKES RI (1996) menganjurkan kebutuhan gizi ibu hamil padavitamin C adalah sebesar 70 mg per hari.Sumber-sumbermakanan yang banyak mengandung vitamin C adalah jeruk,strawberi, melon, brokoli, tomat, kentang, dan sayuran hijau mentah (Walsh, 2007).
4) Vitamin D.
Vitamin D diperlukan untuk absorbsi kalsium dan fosfor dari saluran pencernaan dan mineralisasi pada tulang serta gigi ibu dan janinnya.Hampir semua vitamin D disintesis dalam kulit seiring terpaparnya kulit dengan sinar ultraviolet dari
matahari.Kekurangan vitamin D selama hamil berkaitan dengan gangguan metabolisme kalsium pada ibu dan janin, yaitu berupa hipokalsemia bayi baru lahir, hipoplasia enamel
gigi bayi, dan osteomalasia pada ibu. Untuk menghindari hal-hal tersebut pada wanita hamil diberikan 10 μg (400 iu) per hari selama kehamilan serta mengkonsumsi susu yang diperkaya dengan vitamin D (Arisman, 2004).
5) Vitamin E.
Vitamin E merupakan antioksidan yang penting bagi
manusia.Vitamin E dibutuhkan untuk memelihara integritas dinding sel dan memelihara sel darah merah.Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin E adalah margarin, biji gandum, tepung beras, dan kacang-kacangan (Walsh, 2007). 6) Vitamin K.
Vitamin K dibutuhkan dalam faktor-faktor pembekuan dan sintesis protein di dalam tulang dan ginjal. Sumber-sumber makanan yang banyak mengandung vitamin K adalah sayuran berdaun hijau, susu, daging, dan kuning telur. Tidak ada rekomendasi spesifik untuk kehamilan akan kebutuhan vitamn K, namun dari AKG dapat diketahui kebutuhan vitamin K pada wanita dewasa yaitu sebesar 65 μg/hari (Prasetyono, 2009). 7) Zat Besi.
Kekurangan zat besi dalam kehamilan dapatmengakibatkan anemia, karena kebutuhan wanita hamil akan zat besi
meningkat (untuk pembentukkan plasenta dan sel darah merah) sebesar 200 % – 300 %. Rekomendasi Institute Of Medicine (IOM) terbaru untuk ibu hamil yang tidak anemic adalah 30 mg zat besi fero yang dimulai pada kehamilan minggu ke – 12. Sedangkan ibu hamil dengan anemia defisiensi zat besi harus
menambah asupan zat besi sebesar 60 – 120 mg/hari zat besi elemental. Anjuran tersebut sama dengan AKG pada ibu hamil akan kebutuhan zat besi selama kehamilan. Sumber makanan yang mengandung zat besi diantaranya roti, sereal, kacang polong, sayuran, dan buah-buahan (Walsh, 2007).
8) Kalsium.
Kalsium penting untuk kebutuhan kalsium ibu yang meningkat dan pembentukkan tulang rangka janin dan gigi.Asupan yang dianjurkan kira-kira 1200 mg/hari bagi wanita hamil yang berusia 25 tahun dan cukup 800 mg untuk mereka yang berusia lebih muda. Sumber utama kalsium adalah skimmed milk, yoghurt, keju, udang, sarden, dan sayuran warna hijau tua(Arisman, 2004).
9) Asam Folat.
Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang
kebutuhannya berlipat dua selama kehamilan.Kekurangan asam folat bisa berdampak pada lahirnya bayi – bayi cacat yang sudah terbentuk sejak 2 sampai 4 minggu
kehamilan.Asam folat yang tidak cukup dapat menyebabkan masalah pada tabung saraf bayi yang sedang
berkembang.Kekurangan asam folat juga berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio plasenta, dan neural tubedefect.Jenis makanan yang banyak mengandung asam folat antara lain ragi, hati, brokoli, bayam, asparagus, kacangkacangan,ikan, daging,
jeruk, dan telur. Sedangkan kebutuhan gizi ibu hamil akan asam folat adalah sebesar 400 mcg per hari (Prasetyono, 2009).
10) Yodium.
Kekurangan yodium selama hamil mengakibatkan janin menderita hipotiroidisme yang selanjutnya berkembang menjadi kretinisme.Anjuran dari DEPKES RI (1996) untuk asupan yodium per hari pada wanita hamil dan menyusui adalah sebesar 175 μg dalam bentuk garam beryodium dan minyak beryodium (Prasetyono, 2009).
3. Penilaian Status Gizi
a) Penilaian Status Gizi Secara Langsung.
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
b) Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung.
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi
menjadi tiga penilaian yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi.(Supariasa, 2002).
d. Pengetahuan tentang Ibu Hamil Resiko Tinggi
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba.Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Semakin baik pengetahuan Ibu Hamil tentang kehamilan resiko maka seorang ibu akan sering memeriksakan kehamilannya. Begitu pula sebaliknya (Basit, 2013).
e. Perilaku Konsumsi Tablet Fe
Kebutuhan zat besi pada saat kehamilan meningkat. Beberapa literatur mengatakan kebutuhan zat besi meningkat dua kali lipat dari kebutuhan sebelum hamil.Suplementasi tablet besi merupakan salah satu cara yang bermanfaat dalam mengatasi anemia (Prawirohardjo, 2009). Berdasarkan penelitian Hidayah (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia di Desa Pageraji Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas dengan nilai p = 0,005. Artinya semakin baik kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe maka semakin rendah resiko ibu mengalami anemia
f. Perilaku Minum Susu Ibu Hamil
Pada saat hamil dibutuhkan tambahan kalori untuk
pertumbuhan serta perkembangan janin serta untuk mempertahankan kesehatan si ibu. Oleh karena pertumbuhan janin yang pesat di mana jaringan otak menjadi perhatian utama maka ibu hamil memerlukan protein dan zat gizi lain seperti galaktosa yang ada pada susu sehingga dianjurkan untuk minum susu 400 cc (Simanjuntak, 2010). 2.2.2 Agen
Agen atau sumber penyakit pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu: a). Sosialisasi kader tentang pelayanan posyandu / kelas ibu hamil
Kader tentang pelaynan posyandu menurut Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan kader: “Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela”. (Zulkifli, 2003). Sedangkan menurut Syafrudin, dan Hamidah,(2006) Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah
kesehatan perseorangan maupun masyarakat, serta bekerja di tempat yang dekat dengan pemberian pelayanan kesehatan.
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu , hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat
memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama (Azwar, 2001).
Tujuan Pelayanan Posyandu, (Notoatmodjo, 2001).
1) Kesehatan ibu dan anak :1. Pemberian pil tambah darah (ibu hamil), 2. Pemberian vitamin a dosis tinggi ( bulan vitamin a pada bulan februarii dan agustus), 3. PMT, 4. Imunisasi.,5. Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita melalui pertambahan berat badan setiap bulan.
keberhasilan program terlihat melalui grafik pada kartu kms setiap bulan.
2) Keluarga berencana, pembagian pil KB dan kondom. 3) Pemberian oralit dan pengobatan.
4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui
meja 4 dengan materi dasar dari kms baita dan ibu hamil. keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN
S : semua balita diwilayah kerja posyandu.
K : semua balita yang memiliki KMS.
D : balita yang ditimbang.
N : balita yang naik berat badannya.
2.2.3 Enviroment a). Penghasilan
Faktor ekonomi menjadi penentu dalam pelaksanaan perawatan kehamilan dan persalinan.Keluarga dan ekonomi yang cukup dapat melaksanakan perawatan kehamilannya dengan rutin, merencanakan perawatan kehamilan kepada tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik (Windyastuti, 2015).
Responden dengan penghasilan < Rp 2.000.000,00 cenderung tidak memiliki pendapatan keluarga yang cukup memadai untuk memenuhi biaya pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini terjadi karena biaya persalinan di dukun lebih murah dibandingkan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan (Windyastuti, 2015).
b). Rumah tidak memenuhi syarat kesehatan
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang dan pangan.Rumah sehat dan nyaman merupakan sumber inspirasi penghuninya untuk berkarya.Sehingga dapat
meningkatkan produktivitasnya.Bahan bangunan dan kondisi rumah serta lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan, merupakan faktor resiko dan sumber penularan berbagai penyakit.Selain itu, penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat juga dapat menjadi faktor resiko terhadap penyakit (Evierni, 2012).
BAB III ANALISIS SITUASI
3.1. Cara dan Waktu Pengamatan
Pengambilan kasus anemia pada ibu hamil dilakukan berdasarkan data kunjungan pasien terdiagnosis anemia di Puskesmas Halmahera Desember 2016. Anamnesis holistik dan kunjungan rumah untuk mengamati perilaku dan kondisi lingkungan pasien dilakukan di Leduwi Utara No 41 RT 02 RW 04 pada 17 Desember 2016. Penyebab masalah kesehatan terkait anemia menggunakan pendekatan segitiga epidemiologi, intervensi dilakukan pada tanggal 20 Desember 2016. Terapi berdasarkan terapi komprehensif meliputi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif berdasarkan patient centered, family focus dan community oriented.
3.2. Hasil Pengamatan Identitas Pasien
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta Nama Suami : Tn. I
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : Islam
Alamat : Leduwi Utara No 61 RT 02 RW 04 Sarirejo
3.3...Anamnesis Holistik
ASPEK 1 Personal
Keluhan Utama 2 hari pasien pusing, mudah lelah, demam (-) Harapan Pasien sembuh sehingga bisa sehat seperti
semula dan tidak kambuh lagi.
Kekhawatiran Sakit yang dialami bertambah parah dan adanya komplikasi
ASPEK 2 Anamnesis Medis Umum
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien diantar oleh ibunya datang ke puskesmas Halmahera dengan keluhan pusing berputar selama 2 hari ini dan mudah lelah. Pasien G2P1A0 usia 38 tahun hamil 19 minggu.
Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun HPHT : 2 Agustus 2016
Siklus haid : 28 Hari HPL : 9 Mei 2017
Lama haid : 7-10 Hari Hamil : 19 Minggu Riwayat Pernikahan
Menikah satu kali dengan pria perjaka, pada tanggal 20 Desember 2015, dengan lama pernikahan 1 tahun.
Riwayat Obstetri G1P0A0
No Keterangan
1 Hamil 19 minggu
Riwayat ANC
Terkontrol puskesmas 8 kali (bidan 6x dan puskesmas 2x) Riwayat imunisasi
TT sebanyak 2 kali sebelum hamil pertama Riwayat KB
Pasien belum pernah menggunakan KB Riwayat Operasi
-Riwayat Pijat Saat Kehamilan Tidak pernah pijet saat hamil
Riwayat komsumsi jamu-jamuan atau ramuan Tidak pernah mengkonsumsi jamu-jamuan atau ramuan Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya pernah menderita keluhan seperti ini. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang mengalami keluhan serupa Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang wanita usia 38 tahun bekeraja sebagai karyawan swasta di sebuah perusahaan aksesoris mobil. Suami bekerja sebagai karyawan swasta di sebuah perusahaan mesin. Pasien tinggal bersama suami, ibu kandung, dan satu adik laki-laki nya yang berusia 25 tahun. Penghasilan keluarga satu bulan rata-rata Rp 2.500.000,00. Pasien memiliki fasilitas MCK di rumah, terdapat ventilasi, lantai keramik dan plester, air untuk minum dan memasak dengan air galon isi ulang. Saat ini pasien
menggunakan BPJS Kesehatan untuk pembiayaan ketika berobat.
ASPEK 3 Faktor Risiko Internal
A. Data Individu
Pasien berusia 38 tahun dan sedang hamil 19 minggu. Pendidikan terakhir pasien adalah SMA. Berat badan sebelum hamil adalah 45 kg dan berat badan pasien selama hamil adalah 46,5 kg. Ini adalah kehamilan pertama pasien.
A. Data Perilaku Pasien Data Perilaku Makan
Sebelum hamil pasien makan secara rutin 3 kali dalam sehari. Dengan pembagian porsi makan jam 7 pagi biasanya dengan nasi, lauk ikan dengan sayuran, kemudian jam 12 siang pasien makan dengan separoh centong nasi dengan telur dan tempe, dan malam sekitar jam 7 malam pasien makan nasi telur dan tempe. Sedangkan saat hamil makan 2 kali sehari pada pagi menjelang siang dan malam hari dengan nasi kurang lebih setengah centong dan lauk seadanya. Data terakhir yang diperoleh melalui kunjugan rumah pukul 19.00, pasien mengatakan bahwa makan malam dengan nasi, telur dan sayur kacang panjang. Tadi pagi sarapan pasien makan dengan nasi setengah centong dan tempe goreng. Ibu senang mengkonsumsi sayur-sayuran seperti sop dan tumis. Selama hamil ini pasien sering makan buah-buahan pisang dan pepaya. Pasien rutin mengkonsumsi susu ibu hamil selama kehamilannya ini.
Perilaku ANC
Pasien memeriksakan kehamilannya 8 x selama 19 minggu umur kehamilannya. Pemeriksaan pertama adalah di Bidan Praktek Mandiri saat umur kehamilannya adalah 4 minggu. Kemudian rutin memeriksakan kandungannya 2 x sampai bulan ke-4. Kemudian pasien dirujuk oleh bidan ke puskesmas karena pasien sering mengeluh cepat lelah dan pusing. Pasien lalu periksa ke puskesmas halmahera menggunakan angkot bersama ibunya.
Pada saat periksa di puskesmas halmahera pasien di cek laboratoriumnya dan hasilnya adalah kadar Hb = 8,6 gr%. Perilaku minum suplemen Fe
Perilaku meminum tablet Fe dilakukan baru satu bulan terakhir. Tablet Fe diberikan oleh bidan tempat pasien biasa memeriksakan kandungannya. Pasien mendapat 30 tablet Fe diminum 3x sehari dan vitamin. Saat melakukan kunjungan ke rumah pasien, tablet Fe masih tersisa 3 tablet.
Jadwal kegiatan Pasien sehari-hari
Pasien bangun pada pukul 05.30 lalu olahraga jalan kaki di sekitar rumah. Kemudian pada pukul 06.30 pasien mandi, sarapan lalu mencuci, menjemur pakaian dan bersiap siap untuk bekerja. Jam 7 pasien sarapan. Jam 12.00 istirahat di tempat kerja untuk makan siangs. Pasien pulang kerja pukul 17.00. Lalu, pasien makan malam pukul 19.00 dengan lauk yang biasanya dimasakkan ibunya. Pasien tidur pukul 21.00.
Untuk konsumsi air minum pasien biasanya menggunakan air galon.
Perilaku Seks
Pasien diketahui saat sebelum hamil melakukan hubungan seksual selama 3 kali dalam satu minggu, setelah hamil ini tidak pernah melakukan hubungan seks.
ASPEK 4 Faktor Risiko Eksternal
A. Data Lingkungan
Pasien tinggal di rumah permanen. Luas bangunan 60 m2 Tinggal bersama ayah ibu serta satu kakak laki-lakinya. Dinding rumah terbuat dari bata yang disemen tanpa dicat. Lantai keramik dan plester. Rumah pasien terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan 1 dapur. Sumber air bersih adalah air artetis. Di tempat cuci tangan tidak ada sabun pencuci tangan. Tidak terdapat sumber air mengalir untuk mencuci alat makan sehingga pencucian alat makan masih dilakukan dengan bak. Terdapat satu tempat sampah terbuka di dapur rumah pasien. Tidak terdapat meja dan tutup saji untuk menyajikan makanan jadi sehingga makanan jadi dibiarkan di alat memasak di atas kompor dan tidak diberi penutup.
B. Data Fasilitas Pelayanan yang Terdekat
Ibu pasien membawa pasien ke bidan H jika berobat, jarak dari rumah hingga bidan H sekitar 2 kilometer dan biasanya di tempuh dengan menggunakan sepeda motor.
ASPEK 5 Derajat Fungsional
Derajat 1 = Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan luar rumah
Keterangan :
: Laki – laki
: Laki-laki meninggal
: Perempuan
: Pasien
3.5 Pemeriksaan Fisik Pasien
Pasien berjenis kelamin perempuan, berusia 38 tahun , berat badan 46,5 kg, panjang badan 155 cm Tanda Vital Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 78x/menit RR : 23x/menit Temperature : 36,60 C Antropometri : BB: 46,5 kg TB: 155 cm Status Presens : Kepala : normocephal
Rambut : hitam, uban (+), tidak mudah dicabut Kulit kepala : massa (-)
Wajah : simetris, massa (-)
Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+)
Hidung : deformitas (-), sekret (-/-) Mulut : bibir pucat (-)
Leher : simetris,pembesaran kelenjar limfe (-),deviasi trakhea (-) Thorax
Inspeksi : simetris, retraksi ruang sela iga (-), massa (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), krepitasi (-), gerakan dinding dada simetris, fremitus vocal simetris
Perkusi : sonor seluruh lapang paru Auskultasi
Cor : S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) seluruh lapang paru, rhonki basah (-/-),wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : datar, tanda-tanda inflamasi (-), massa (-), caput meducae (-), spider nevy (-), distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal, bising pembuluh darah (-) Perkusi : timpani (+), nyeri ketok (-), nyeri ketok CVA (-/-) Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), hepar teraba, lien/ren tidak
teraba, tes undulasi (-), shifting dullness (-)
Pelvis : deformitas (-), krepitasi (-), massa (-), nyeri tekan (-) Musculoskeletal: gerakan bebas (+), deformitas (-), krepitasi (-), nyeri
tekan (-) Saraf
Kaku kuduk : Tidak ditemukan
Kulit : ikterik (-), petekhie (-), turgor kulit < 2detik Pemeriksaan Penunjang Hematologi - Golongan darah: O - Hemoglobin : 8,6 g/dL Imunologi - HbsAg : negatif
- PPIA : non reaktif Urin
- Protein :
-3.6 Diagnosis Holistik ASPEK 1 :
Keluhan Utama : lemah, lesu dan mudah lelah
Harapan : Keluhan menghilang, dapat beraktivitas seperti sedia kala, janin yang dikandungnya sehat
Kekhawatiran : Terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada kehamilannya ASPEK 2
Diagnosa Klinis : Wanita 38 tahun G1P0A0 usia kehamilan 19 minggu, janin tunggal hidup intrauterine dengan anemia.
Diagnosis Banding : -ASPEK 3 :
Faktor Resiko Internal Asupan nutrisi kurang
Kurangnya pengetahuan akan konsumsi makanan gizi seimbang Kurangnya pengetahuan tentang ibu hamil resiko tinggi
ASPEK 4 :
Faktor Resiko Eksternal
Kurangnya sosialisasi fungsi posyandu dan kelas hamil untuk ibu hamil Kurangnya penyuluhan mengenai gizi dan kesehatan ibu hamil
Lingkungan rumah kurang sehat ASPEK 5 :
Derajat Fungsional
3.7 Identifikasi Masalah
Berdasarkan kasus tersebut, seorang wanita memeriksakan
kehamilannya di Bidan Praktek Mandiri 8x dan Puskesmas Halmahera 1 kali dengan keluhan sering pusing, badan lemas, dan cepat lelah.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pucat pada konjungtiva palpebra di kedua mata.
Berdasarkan identifikasi dari faktor resiko internal ditemukan bahwa pasien dengan anemia, bekerja sebagai karyawan swasta, pendidikan pasien SMA, kurangnya pengetahuan pasien tentang ibu hamil resiko tinggi, anemia pada ibu hamil, dan kurang konsumsi makanan gizi seimbang.
Berdasarkan identifikasi dari faktor resiko eksternal ditemukan bahwa lingkungan rumah yang kurang sehat menjadi masalah. Selain itu, pasien juga merasa kurang mendapat sosialisasi mengenai fungsi kelas ibu hamil untuk menunjang kesehatan ibu hamil dan penyuluhan mengenai gizi seimbang untuk ibu hamil.
Pada kondisi saat ini, pasien tidak mengalami kesulitan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari sehingga derajat fungsional pasien 1.
Segitiga Epidemiologi
Environment
1. Penghasilan ekonomi kurang 2. Lingkungan sosial tetangga rumah
yang kurang mengetahui adanya bumil resti
DAFTAR PENYEBAB MASALAH 1) Asupan nutrisi yang kurang
2) Kurangnya pengetahuan akan konsumsi makanan gizi seimbang 3) Kurangnya pengetahuan tentang ibu hamil resiko tinggi
4) Penghasilan ekonomi kurang 5) Lingkungan rumah yang buruk
6) Sosialisasi kader tentang pelayanan posyandu / kelas ibu hamil kurang. 3.8 Intervensi
Promotif
Patient Centered
Memberikan edukasi kepada pasien mengenai makanan yang dapat dimakan untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang untuk ibu hamil
Memberikan edukasi kepada pasien tentang fungsi posyandu atau kelas ibu hamil untuk menunjang kesehatan kehamilannya Family Oriented
Diharapkan keluarga dapat menyediakan makanan gizi seimbang untuk menunjang gizi pasien selama kehamilan Diharapkan keluarga dapat mendorong pasien untuk dapat
mengunjungi posyandu atau kelas ibu hamil Community Oriented
Puskesmas atau pihak terkait dapat memberikan makanan tambahan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien
Preventive Patient Centered
Rutin periksa ANC ke puskesmas setiap bulannya Rutin mengkonsumsi tablet Fe setiap harinya Family Oriented
Keluarga pasien harus mendukung, jika perlu mengantarkan pasien untuk rutin memeriksakan kehamilannya ke puskesmas setiap bulan
Keluarga pasien harus mendukung, mengingatkan dan
mengawasi pasien untuk mengonsumsi tablet Fe setiap harinya Kuratif
Patient Centered
Sulfas Ferosus XXX 3x1
Vitamin C XXX 1x1
Ca Lactat XXX 1x1
Susu untuk Ibu Hamil
Family Oriented
Keluarga diharapkan dapat mengingatkan dan mengawasi pasien untuk meminum obat tersebut
Keluarga diharapkan dapat memberikan asupan makanan gizi seimbang kepada pasien.
Community Oriented
Kader diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai pilihan makanan yang dapat dikonsumsi untuk mewujudkan gizi seimbang
Posyandu diharapkan dapat memberikan makanan tambahan kepada pasien.
Rehabilitatif
Patient Centered
Setiap pagi berolahraga rutin ringan (jalan-jalan) ± 30 menit
Family Oriented
Anggota keluarga dapat mengajak pasien untuk berolahraga bersama
Community Oriented
Puskesmas atau pihak terkait diharapkan dapat meningkatkan fungsi kelas ibu hamil untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil di wilayahnya.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Kehamilan pada pasien ini di kategorikan kehamilan resiko tinggi dimana pada ibu hamil ini terdapat faktor resiko seperti, riwayat keluarga hamil anemia (kakak) dan tanda tanda anemia. Dari masing – masing penjelasan tersebut dapat diberi skor 4 untuk penyakit Anemia. Dan jika dijumlah maka jumlah skor untuk pasien ini adalah 4. Menurut pudji rochyati, apabila skor 12 maka di kategorikan
kehamilan resiko sangat tinggi. Dan menurut Pudji Rochyati jika seorang ibu hamil dikategorikan dalam kelompok ibu hamil dengan resiko sangat tinggi maka dari perawatan saat kehamilan harus dengan dokter. Selain itu untuk tempat persalinan harus di rumah sakit dan ditolong oleh dokter yang sudah
berpengalaman. Maka dari itu untuk ANC mulai dari umur kehamilan 6 bulan ke atas harus ke rumah sakit karena mengingat ibu ini termasuk kelompok ibu hamil dengan resiko sangat tinggi. Pasien msih kurang menyadari pentingnya konsumsi tablet Fe bagi kehamilannya. Alasannya pasien merasa tidak enak saat konsumsi tablet Fe karena setelah minum menjadi mual. Sebelum penyuluhan dilakukan
tanya jawab dan observasi didapatkan bahwa perilaku kepatuhan minum tabket pasien hanya 50%, sedangkan setelah diedukasi pentingnya konsumsi tablet Fe saat hamil, sikap kepatuhan pasien menjadi 70%. Berdasarkan penelitian Hidayah (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan ibu hamil
mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia di Desa Pageraji Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas dengan nilai p = 0,005. Artinya semakin baik kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe maka semakin rendah resiko ibu mengalami anemia.
Pola makan dengan nilai nutrisi yang baik sudah dilakukan oleh pasien. Berdasarkan hasil kunjungan ulang dengan recall konsumsi makanan, pasien sudah tidak merasakan mual sehingga pola makan mejadi tiga kali dalam sehari. Pada saat kunjungan pasien sudah makan malam dengan satu centong nasi, telur dan sayur kacang panjang. Pada pagi hari sarapan dengan makan dengan setengah centong nasi dan tempe goreng ditambah dengan. Sumber penghasilan pasien hanya berasal dri suami. Suami pasien bekera sebagai karyawan swasta. Penghasilan keluarga rata-rata Rp 2.500.000,00. Penghasilan suami saja masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Faktor ekonomi menjadi penentu dalam pelaksanaan perawatan kehamilan dan persalinan.
Keluarga dan ekonomi yang cukup dapat melaksanakan perawatan kehamilannya dengan rutin, merencanakan perawatan kehamilan kepada tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik (Windyastuti, 2015).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Angka Kematian Ibu yang tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun 2014 sebanyak 33 kasus dari 26.992 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 122,25 per 100.000 Kelahiran Hidup. Hal ini masih lebih tinggi dari target MDGs 2015 yaitu 102 per 100 ribu penduduk. Salah satu yang mempengaruhi AKI adalah masih banyaknya jumlah ibu hamil dengan resiko tinggi. Kehamilan dengan resiko tinggi memiliki komplikasi yang berbahaya baik bagi ibu maupun janin yang dikandungnya. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain keguguran, infeksi, resiko perdarahan, persalinan lama dan sulit, persalinan prematur, berat bayi lahir rendah, dan cacat bawaan. Kondisi ini dapat menyebabkan angka kematian perinatal tinggi, demikian pula dengan angka mortalitas dan morbiditas ibu pasca persalinan.
Berdasarkan hasil analisa laporan, maka dapat disimpulkan bahwaf aktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kejadian ibu hamil resiko tinggi pada kasus ini berdasarkan pendekatan Trias Epidemiologi adalah :
a. Host
1. Asupan nutrisi yang kurang
2. Pengetahuan tentang gizi pada ibu hamil rendah 3. Pengetahuan tentang ibu hamil resiko tinggi 4. Perilaku Konsumsi Tablet Fe
b. Agen
Sosialisasi kader tentang pelayanan posyandu / kelas ibu hamil kurang c. Lingkungan
1. Penghasilan ekonomi kurang
2. Lingkungan sosial tetangga rumah yang kurang mengetahui adanya bumil resti
3. Lingkungan rumah yang buruk
Pasien sangat memiliki factor resiko yang mendukung terjadinya kehamilan resiko tinggi baik dari aspek perilaku maupun lingkungan berdasarkan Teori Trias Epidemiologi.
Penyuluhan tentang kehamilan yang beresiko dan edukasi untuk dapat menyadarkan bahaya kehamilan resiko tinggi pada pasien. Dengan
meningkatkan kebersihan lingkungan rumah, dan perilaku hidup bersih dan sehat pada seseorang yang sedang hamil dapat mencegah timbulnya penyakit-penyakit tertentu berkaitan kesehatan ibu hamil.
4.2 Saran
a Untuk Pasien
- Menjaga pola makan dan asupan gizi ibu selama masa nifas agar terhindar terjadinya eklamsi pada masa nifas
- Meminum tablet Fe dengan teratur dan sesuai anjuran
- Datang memeriksakan kehamilan ke posyandu dan bidan / puskesmas - Menganjurkan untuk selalu mencari informasi mengenai kehamilannya
pada bidan, posyandu, atau puskesmas - Makan teratur dan gizi seimbang - Istirahat yang cukup
- Suami dan ibu selalu mengingatkan untuk selalu meminum tablet Fe bila waktunya
- Suami dan ibu selalu mengingatkannya untuk makan setiap hari - Suami dan ibu menyediakan waktu untuk mengantarkan pasien ke
sarana pelayanan kesehatan terdekat b Untuk Puskesmas
- Meningkatkan kegiatan kunjungan rumah yang dirasa efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai penyebab, akibat dan cara penanganan kehamilan resiko tinggi dan anemia pada ibu hamil dan dampaknya bagi janin dan ibu hamil. - Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang resiko dan
bahaya kehamilan resiko tinggi dan anemia pada ibu hamil
- Mengadakan konsul gizi bagi setiap ibu hamil yang memeriksakan diri di puskesmas dan dirasa beresiko terkena anemia
- Memberikan makanan sebagai contoh makanan yang seimbang dan penting dikonsumsi saat kehamilan.
c Untuk FK Unissula
- Bekerjasama dengan pihak terkait untuk melakukan penyuluhan mengenai ibu hamil resiko tinggi kepada masyarakat
- Membimbing dokter muda di jejaring dengan lebih baik sehingga data yang diambil oleh dokter muda dapat lebih tepat
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, N.N.M., Ni, L.K.A.A., 2013, Infeksi Menular Seksual dan Kehamilan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.
Amin, Z., Bahar, A., 2006. Tuberkulosis Paru. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., K, M.S., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: Internal Publishing, 988-994
Amiruddin, R dan Wahyudin., 2004. Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap Kejadian Anemia di Puskesmas
Batimurung.http://ridwanamiruddin./2007/05/24/studi-kasus-kontrol-anemia-ibu-hamil-jurnal-medika-unhas/
Arisman. 2004. GiziDalamDaurKehidupan. EGC. Jakarta.
Ayuningsih, N., Rolly, R., Mulyadi, 2014, Pengaruh Penyuluhan tentang HIV-AIDS terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa di SMA Negeri I Manado, Universitas Sam Ratulangi, Manado
Azwar, A., 2001, IlmuKesehatanMasyarakat, Binarupa, Jakarta
Basit, M., Syamsul A., 2013, Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Kehamilan Resiko Tinggi di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (PKIA) Belitung, Dinamika Kesehatan Vol. 12, No. 12
Cunningham, F G,dkk., 2005. Obstetri Williams Volume I. Jakarta : EGC Darlina. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Gizi
pada Ibu Hamil di Kota Bogor Jawa Barat. Bogor :Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi FP IPB
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta.
Depkes RI. 1996. Makanan Ibu Hamil. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta. Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015, Profil Kesehatan Kota Semarang 2014,
Dinas Kesehatan kota Semarang, Semarang
Evierni, Y., Zaidan, Tan M., 2012, Perumahandan Kesehatan, Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat STIK BinaHusada, Palembang
Hidayah, W. dan Tri A. 2012.Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Fe dengan Angka Kejadian Anemia di Desa Pageraji Kec.Cilongok, Kab. Banyumas.Jurna lilmiah KebidananVol 3 (2)
Hidayah, W., Tri, A., 2012, Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia di Desa Pageraji Kecamatan Cilongok
Kabupaten Banyumas, Bidan Prada :Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 3, No. 2. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012, Ayo ke Posyandu Setiap Bulan, Posyandu Menjaga Anak dan Ibu Tetap Sehat, Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Lubis, Zulhaida. 2003. Jurnal Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang Dilahirkan.
Maidelwita Y., 2010, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kehamilan Resiko Tinggi di Puskesmas Nanggalo, Padang. Stikes Mercubaktijaya, Padang. Manuaba, 2012, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.
Manuaba, IBG., 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Monaldi, S.L.S.W., 2015, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi ketujuh, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Notoatmodjo, S., 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta Notoatmodjo, S., 2007.Metodologi Penelitian kesehatan.Rineka Cipta, Jakarta. Paath, E. F. 2004. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC. Jakarta.
Prawirohardjo, S., 2009, Ilmu Kebidanan edisi keempat, Bina Pustaka, Jakarta. Rochjati, P., 2003. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil, Airlangga University Press, Surabaya.
Sediaoetama, A. D. 2000. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi. Dian Rakyat. Simanjuntak, D.H., Etti, S., 2010, Gizi pada Ibu Hamil dan Menyusui, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Supariasa, I. D. N. 2002. Penilaian Status Gizi.EGC. Jakarta. Walsh, L. V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas.EGC. Jakarta.
Windyastuti, E., Sheizi, P.S., Mamat, L., Ahmad, Y., 2015, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Rencana Pertolongan Persalinan pada Ibu Hamil di Kelurahan Margawati Wilayah Kerja Puskesmas Pasundan Kabupaten Garut, Jurnal KesMaDasKa
Zulkifli, 2003, Posyandudan Kader Kesehatan, Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu.