ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH DI WILAYAH TONDANO RAYA TAHUN 2014
Merdekawati E. Weken*, Ricky C. Sondakh*, Woodford B.S Joseph* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
ABSTRAK
Pengaturan dan perbaikan lingkungan hidup telah menjadi perhatian dunia. Hal itu dimulai sejak 5 Juni 1972 telah disahkan sebagai hari lingkungan hidup sedunia pada konferensi PBB di Stocholm tentang mengelola lingkungan hidup, termasuk Indonesia memperingati Hari Lingkungan Hidup setiap tanggal 5 Juni. Dari berbagai masalah lingkungan hidup, masalah sampah erat kaitannya dengan tata kehidupan manusia karena besarnya volume sampah, keterbatasan lahan untuk pembuangan akhir diiringi dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan adanya teknis pengelolaan sampah yang masih konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan sampah di wilayah Tondano Raya tahun 2014.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data secara wawancara mendalam kepada 6 informan yaitu Kepala Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Minahasa, anggota DPRD Kabupaten Minahasa, kepala jaga, petugas kebersihan, dan dua orang masyarakat. Penelitian dibantu dengan pedoman wawancara, voice recorder, dan alat tulis menulis. Triangulasi sumber dan metode dilakukan untuk menjaga kualitas dan keakuratan data.
Hasil penelitian pada Input menunjukkan kurangnya jumlah truk sampah dan TPS, serta minimnya gaji petugas kebersihan yang dipengaruhi oleh anggaran yang tersedia belum mencukupi. Process menunjukkan belum optimalnya operasional pengelolaan sampah seperti mayoritas masyarakat belum memilah sampah organik dan sampah anorganik, masih banyak sampah yang tidak terangkut, dan sistem pembuangan akhir di TPA Kulo masih berstatus open dumping yang dapat mencemari lingkungan sehingga output pengelolaan sampah belum terlaksana karena sampah belum diolah dengan baik.
Kata kunci : Analisis, Pengelolaan Sampah
ABSTRACT
The regulatory and improvement of environmental has become concern in the world. It starts since June 5, 1972 was approved as World Environment Day at the United Nations Conference in Stocholm about managing the environment, including Indonesia that commemorate it. From many of environmental problems, the problem of waste has closer relation with human life. This problem arises mainly due to the large volume of waste, limited land for final disposal, and our technical waste management that is still conventional. The aim of this research is to determine waste management in the area of Tondano in 2014.
This research used a qualitative approach of data collection by indepth interview with six informants consisting of Head of Markets and Health Minahasa District, a member of parliament of Minahasa District, a headman of a village, a janitor, and two Tondano people. This research is supported by additional research instrument in the form of interview, voice recorders, and stationery. Triangulation of the sources and methods use to maintain the quality and accuracy of the data.
The results of research, input showed that lack of waste trucks and waste disposal place, and lack of salary janitor influenced by the budget that is not sufficient. The process showed most people do not sort organic
and anorganic waste, a lot of waste that is not transported, and the system at the Kulo landfill which still has open dumping status that can pollute the environment, so that the output of waste management has not been implemented.
PENDAHULUAN
Pengaturan dan perbaikan lingkungan hidup telah menjadi perhatian dunia. Hal itu dimulai sejak 5 Juni 1972 telah disahkan sebagai hari lingkungan hidup sedunia pada konferensi PBB di Stocholm tentang mengelola lingkungan hidup, termasuk Indonesia memperingati Hari Lingkungan Hidup setiap tanggal 5 Juni. Dari berbagai masalah lingkungan hidup, masalah sampah erat kaitannya dengan tata kehidupan manusia karena besarnya volume sampah, keterbatasan lahan untuk pembuangan akhir diiringi dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan adanya teknis pengelolaan sampah yang masih konvensional. Di berbagai tempat sampah telah menjadi masalah yang menuntut kita berpikir serius guna mencarikan solusi penyelesaiannya.
Semakin banyak penduduk yang bermukim di kota atau suatu daerah, makin banyak pula sampah yang terkumpul, ini terjadi khususnya di kota-kota besar di Indonesia. Keadaan ini sudah mengalami perubahan karena masalah sampah bukan hanya terjadi di kota-kota besar tetapi juga di kota-kota, kabupaten dan kecamatan. Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan keadaan di Tondano Raya. Wilayah Tondano Raya terbagi atas 4 kecamatan yaitu, Kecamatan Tondano Barat,
Kecamatan Tondano Selatan, dan Kecamatan Tondano Utara. Jumlah penduduk di wilayah Tondano Raya adalah 66.456 jiwa. Pada tahun 2008 hingga 2009 pernah meraih adipura namun pada tahun 2010, Tondano tidak meraih adipura dan sekarang Tondano tidak lagi ikut dalam program adipura. Hal tersebut, tentunya memberikan pemikiran dalam rangka upaya untuk meningkatkan bahkan memperbaki aspek kebersihan lingkungan, termasuk masalah sampah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data secara wawancara mendalam kepada 6 informan yaitu Kepala Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Minahasa, anggota DPRD Kabupaten Minahasa, kepala jaga, petugas kebersihan, dan dua orang masyarakat. Penelitian dibantu dengan pedoman wawancara, voice recorder, dan alat tulis menulis. Triangulasi sumber dan metode dilakukan untuk menjaga kualitas dan keakuratan data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian melalui wawancara mendalam dan observasi langsung ditemukan kendala-kendala yang mempengaruhi secara keseluruhan untuk pengelolaan sampah di wilayah Tondano
Raya yaitu keterbatasan dana untuk pengelolaan sampah, keterbatasan sarana dan prasarana, operasional pengelolaan sampah yang belum maksimal, kurangnya sosialisasi dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.
a. Keterbatasan Dana
Alokasi dana merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan sebuah sistem. Untuk pengelolaan sampah dibutuhkan dana yang dapat mencukupi setiap operasional kegiatan maupun pembiayaan pegawai dan sarana prasarana.
Hasil wawancara mengenai kendala dalam pelaksanaan pengelolaan sampah pada nforman yaitu anggota DPRD Kabupaten Minahasa dan Kepala Dinas Pasar dan Kebersihan mengatakan bahwa proses pelaksanaan pengelolaan sampah belum berjalan optimal disebabkan kurangnya dana yang tersedia. Anggaran diatur dalam APBD terutama operasional kegiatan dan juga digunakan untuk biaya para pegawai yang berdasarkan data berjumlah 204 yakni 50 orang PNS, 60 orang
tenaga honorer, dan petugas kebersihan 94 orang termasuk didalamnya penyapu jalan 56 orang, sopir truk sampah 7 orang, kneck 28 orang, penjaga TPA 2 orang, dan operator buldoser 1 orang.
Wawancara mendalam dengan petugas kebersihan menunjukkan rendahnya gaji yang diterima setiap bulan. Gaji yang mereka terima dibandingkan dengan daerah lain sangat rendah, yaitu Rp.700.000,- hingga Rp.1.000.000,- setiap bulan yang terlampau jauh dengan UMP yang berlaku yaitu Rp. 2.150.000,- per bulan dan tidak sebanding dengan waktu kerja mereka yakni setiap senin sampai dengan sabtu
b. Keterbatasan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan komponen penunjang dalam pengelolaan sampah.
Hasil observasi langsung dengan penelusuran terhadap dokumen di Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Minahasa melalui data tentang telaan pasar dan kebersihan didapati jumlah sarana yang tersedia memang
masih kurang seperti jumlah truk sampah yang masih beroperasi adalah 5 buah dari 8 buah yang ada, yang sisa tidak beroperasi lagi karena rusak, dan juga motor sampah hanya 3 buah yang beroperasi karena 1 motor rusak. Jumlah kendaraan yang ada hanya 35% dari kondisi ideal (SNI-19-3964-1994). Sehingga tidak semua wilayah dapat dijangkau karena keterbatasan kendaraan yang ada. Ketersediaan TPS yang saat ini baru 60% juga menjadi kendala Alat pelindung diri seperti sepatu, kaos tangan, dan masker seharusnya disediakan oleh pimpinan, namun realita yang ada sarana yang diperlukan petugas untuk keamanan dan kenyaman dalam bekerja tidak diperoleh. c. Operasional Pengelolaan Sampah
Belum Maksimal
Operasional pengelolaan sampah ini berkaitan dengan sistem pengelolaan sampah dengan subsistem-subsistem yang ada. Berdasarkan observasi langsung masih didapati kekurangan-kekurangan dalam operasional kegiatan pengelolaan sampah ini.
Pemilahan sampah belum dilakukan oleh mayoritas masyarakat dan hal ini sejalan dengan penelitian Hariyono (2011) dan Saraswati dkk (2013) dimana mayoritas masyarakat belum memilah sampah. Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan yang mengemukakan bahwa untuk pengumpulan sampah tersedia TPS di lingkungan tempat tinggal. Namun sebagian informan mengungkapkan bahwa belum tersedianya TPS di lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan masyarakat membuang sampah langsung di permukaan tanah. Hal ini diakui informan Kepala Dinas Pasar dan Kebersihan yang mengatakan bahwa TPS memang belum tersebar merata di seluruh wilayah Tondano Raya. Pengangkutan dilakukan oleh petugas kebersihan dengan menggunakan truk sampah. sebagian besar informan mengatakan bahwa waktu pengangkutan setiap hari senin sampai dengan sabtu. Setiap hari 5 truk sampah yang ada beroperasi
untuk mengangkut sampah dari TPS-TPS yang ada.
Observasi langsung yang dilakukan menunjukkan sistem
open dumping masih digunakan di
TPA Kulo. Wawancara mendalam dengan Kepala Dinas mengungkapkan bahwa open dumping masih digunakan untuk
model pembuangan akhir di TPA Kulo dan sudah tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan menyebabkan lahan di TPA Kulo tidak lagi memadai.
Dapat disimpulkan kendala-kendala yang dihadapi dalam operasional pengelolaan sampah ini yaitu rendahnya kesadaran masyarkat dalam memilah sampah, belum meratanya TPS di wilayah Tondano Raya, kurangnya jumlah truk sampah yang ada, dan pembuangan akhir di TPA Kulo yang masih menggunakan sistem
open dumping. Untuk mengatasi
berbagai kendala ini melalui wawancara mendalam dan observasi langsung data telaan
pasar dan kebersihan menunjukkan bahwa pemerintah melalui Dinas Pasar dan Kebersihan sedang mengupayakan penambahan kendaraan operasional pengelolaan sampah dan perluasan areal TPA yang akan terealisasi tahun 2015 sekitar 3 ha dan memungkinkan untuk di operasikan dengan system Sanitary Landfill. Luas lahan TPA Kulo saat ini ialah 0,6 Ha, sehingga masih dibutuhkan sekitar 1,8 Ha (SNI-03-3241-1994).
d. Kurangnya sosialisasi dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah
Sosialisasi menjadi tanggung jawab yang harus dijalankan oleh pemerintah. Kendala yang dihadapi berdasarkann dengan informan menunjukkan informan belum mengetahui dengan jelas mengenai 3R. pemerintah belum gencar dalam memberikan sosialisasi ini dan hal ini berdampak pada partsipasi dari masyarakat.
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan keterlibatan masyarakat secara langsung maupun tidak
langsung dalam upaya mengelola sampah untuk mewujudkan kebersihan baik bagi diri sendiri maupun lingkungan. Semua informan mengungkapkan bahwa kesadaran masyarakat akan kebersihan masih rendah. Hasil observasi langsung menunjukkan masyarakat belum merasa bertanggung jawab akan penanganan sampah, hal ini sejalan dengan penelitian Riswan dkk (2011). UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga telah mengatur peran masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan penanganan sampah yang dilakukan secara mandiri dan/atau bermitra dengan pemerintah kabupaten/kota.
KESIMPULAN
1. Input dalam pengelolaan sampah di wilayah Tondano Raya menunjukkan kurangnya jumlah truk sampah dan TPS, serta minimnya gaji petugas kebersihan
yang dipengaruhi oleh anggaran yang tersedia belum mencukupi. 2. Process menunjukkan belum
optimalnya operasional pengelolaan sampah seperti mayoritas masyarakat belum memilah sampah organik dan sampah anorganik, masih banyak sampah yang tidak terangkut, dan sistem pembuangan akhir di TPA Kulo masih berstatus open dumping yang dapat mencemari lingkungan
sehingga output pengelolaan sampah belum terlaksana karena sampah belum diolah dengan baik. 3. Perilaku dan partisipasi masyarakat
terhadap pengelolaan sampah masih rendah dimana masyarakat belum sepenuhnya merasa bertanggung jawab terhadap pengelolaan sampah
SARAN
1. Pemerintah agar dapat membenahi teknis operasional pengelolaan sampah dengan menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan sampah sesuai kebutuhan ideal seperti pewadahan, alat angkut, dan tempat pembuangan akhir,
meningkatkan pelayanan sampah pada semua sumber timbulan sampah, mengurangi produksi sampah dan mengurangi timbulan sampah dimulai dari sumber sampah dengan menerapkan prinsip 3R.
2. Pemerintah perlu meningkatan sosialisasi tentang pengeloaan sampah dan peran serta masyarakat dalam pengeloaan sampah.
3. Bagi masyarakat disarankan ikut merasa bertanggungjawab dalam penanganan masalah sampah yang bekerja sama dengan pemerintah. 4. Masyarakat untuk ikut
berpartisipasi secara langsung dalam pengelolaan sampah seperti pengurangan pemakaian bahan yang sulit terurai, pemilahan sampah, pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara, pemanfaatan kembali sampah, serta kegiatan kebersihan seperti gotong royong untuk kerja bakti di lingkungan tempat tinggal.
5. Masyarakat juga dapat ikut berpartisipasi secara tidak langsung dalam pengelolaan sampah seperti pembayaran retribusi sampah,
mengikuti penyuluhan/pelatihan mengenai pengelolaan sampah, dan pemberian saran/kritik kepada pemerintah terkait sistem pengelolaan sampah yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Hariyono, P. 2011. Pemilahan Sampah
Organik dan Anorganik serta Pengolahannya menjadi Barang yang Bermanfaat, di Rumah Susun Pekunden Semarang. (Online) http://eprints.unika.ac.id
Joga, N. 2014. Greenesia; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Naatonis, R. 2010. Sistem Pengelolaan
Sampah Berbasis Masyarakat di Kampung Nelayan Oesapa Kupang. Tesis. (Online) http://eprints.undip.ac.id
Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. (Online) http://www.menlh.go.id Riswan. 2011. Pengelolaan Sampah
Daha Selatan. Jurnal Ilmu Lingkungan Volume 9, Nomor 1, April 2011. (Online) http://download.portalgaruda.org Saraswati. 2013. Model Pengangkutan
Sampah di Kota Bangli. Jurnal
Spektran, Volume 1, Nomor 2, Juli 2013. (Online) http://ojs.unud.ac.id Yones, I. 2007. Kajian Pengelolaan
Sampah di Kota Ranai Ibukota Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau. Tesis. (Online)
http://eprints.undip.ac.id
Satori, D. 2013. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sucipto, C. 2012. Teknologi Pengolahan
Daur Ulang Sampah. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Suprapto. 2005. Dampak Masalah Sampah
Terhadap Kesehatan Masyarakat.
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia, Volume 1, Nomor 3, Desember 2005. (Online) http://repository.usu.ac.id
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. (Online) http://www.menlh.go.id