• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KINERJA PENYULUH PERTANIAN TERHADAP PERILAKU PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PTT PADI DAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN BULELENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KINERJA PENYULUH PERTANIAN TERHADAP PERILAKU PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PTT PADI DAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN BULELENG"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

ii

PENGARUH KINERJA PENYULUH PERTANIAN

TERHADAP PERILAKU PETANI DALAM PENERAPAN

TEKNOLOGI PTT PADI DAN PRODUKTIVITAS PADI

DI KABUPATEN BULELENG

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Udayana

PUTU SUGIARTA NIM. 1591161022

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2017

(2)

iii

Lembar pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL ………. 2017

Pembimbing I,

Prof. Ir. I Gusti Agung Ayu Ambarawati, M.Ec., Ph.D. NIP. 19600901 198403 2 002

Pembimbing II,

Dr. I Gede Setiawan Adi Putra,SP,M.Si NIP. 19780914 200012 1 001

Mengetahui

Ketua Dekan

Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana Universitas Udayana

Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, MP. NIP. 19590506 198702 2 001

Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS. NIP.19630515 198803 1 001

(3)

iv

Tesis ini Telah Diuji pada Tanggal 30 Mei 2017

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, Nomor 257/UN14.2.6/PD/2017

Tanggal 30 Mei 2017

Ketua : Prof. Ir. I Gusti Agung Ayu Ambarawati, M.Ec., Ph.D.

Anggota : Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP, M.Si. Prof. Dr. Ir. Nyoman Suparta, MS., MM. Dr. Ir. I Dewa Putu Oka Suardi, M.Si.

(4)

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Putu Sugiarta

NIM : 1591161022

Program Studi : Magister Agribisnis

Judul Tesis : Pengaruh Kinerja Penyuluh Pertanian Terhadap Perilaku Petani dalam Penerapan Teknologi PTT Padi dan Produktivitas Padi di Kabupaten Buleleng

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 23 Mei 2017 Yang Membuat Pernyataan

M 6000

Putu Sugiarta NIM. 1591161022

(5)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas karunia-Nya tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Ir. I Gusti Agung Ayu Ambarawati, M.Ec., Ph.D. selaku pembimbing pertama yang dengan penuh perhatian telah memberikan semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP, M.Si. selaku pembimbing dua yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih untuk komentar, saran dan kritik dari dosen pembahas yaitu Prof. Dr. Ir. Nyoman Suparta, MS., MM., Dr. Ir. I Dewa Putu Oka Suardi, M.Si. dan Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, MP.

Terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana, terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Studi Magister Agribisnis. Ibu Dr. Ir Ni Wayan Sri Astiti, MP. selaku Ketua Program Magister Agribisnis beserta staf pegawai tata usaha yaitu Putu Ari Awidiya, Ni Kadek Sumarni, dan Ni Nyoman Pariani penulis juga ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah mendukung proses dalam kegiatan akademik baik aktivitas di dalam kelas maupun di luar kelas sehingga proses pembelajaran lancar dan berjalan dengan baik.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian atas kesempatan yang diberikan kepada penulis yaitu berupa bea siswa sehingga penulis memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi diri dengan mengikuti Program Magister Agribisnis di Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Kepada Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali beserta seluruh rekan-rekan pegawai di BPTP, penulis juga mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan baik dari kegiatan akademik maupun penelitian dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng, Koordinator Penyuluh dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) beserta petani binaan di tiga kecamatan yaitu Sawan, Buleleng dan Sukasada serta Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Buleleng atas informasi yang diberikan kepada penulis terkait dengan penelitian ini. Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada orang tua, istri, anak beserta seluruh keluarga yang selalu memberi dukungan dan doa selama penulis mengikuti proses pembelajaran baik yang dilaksanakan didalam maupun diliuar kampus Universitas Udayana.

(6)

vii

Demikian juga kepada rekan-rekan magister agribisnis angkatan XVIII atas semangat dan kekompakan selama kuliah dan penyusunan tesis ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada kita dan semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Denpasar, 24 Januari 2017

(7)

viii

RIWAYAT HIDUP

Ni Luh

Selanjutnya, tahun 1988 s.d. 1991 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Sukasada. Pendidikan Sekolah Menengah Atas ditempuh di Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP-SPMA) Dati I Bali di Kubutambahan pada tahun 1991 s.d. 1994. Tahun 2005 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup Kementerian Pertanian dan diberikan kesempatan untuk mengikuti program DIV di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang jurusan Penyuluhan Pertanian pada tahun 2006 s.d. 2010. Berkat dukungan dari keluarga dan kesempatan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian melalui program tugas belajar maka penulis melanjutkan studi ke jenjang magister di Fakultas Pertanian, Program Studi Magister Agribisnis Universitas Udayana pada tahun 2015.

Pada saat diangkat jadi PNS di Kementerian Pertanian, penulis bertugas sebagai calon penyuluh pertanian dan ditetapkan sebagai penyuluh pertanian ahli setelah memperoleh gelar DIV di STPP Malang serta mengikuti diklat dasar ahli penyuluh pertanian lingkup Badan Litbang. Jabatan fungsional penulis saat mengikuti Program Magister di Universitas Udayana sampai sekarang adalah Penyuluh Pertanian Pertama.

Putu Sugiarta lahir di Buleleng pada 8 Desember 1975, merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara pasangan I Nengah Bales dan Ni Ketut Rencaning. Pendidikan dasar ditempuh di SD Negeri 1 Runuh (1982 s.d. 1988).

(8)

ix ABSTRAK

Putu Sugiarta. Pengaruh Kinerja Penyuluh Pertanian Terhadap Perilaku Petani dalam Penerapan Teknologi PTT dan Produktivitas Padi di Kabupaten Buleleng. Komisi Pembimbing Prof. Ir. I Gusti Agung Ayu Ambarawati, M.Ec., Ph.D dan Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP. M.Si.

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi adalah paket teknologi yang bersifat spesifik lokasi, digunakan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas padi. Keberhasilan penerapan paket teknologi PTT oleh petani tidak terlepas dari keterlibatan peran lembaga penyuluhan. Hal ini dapat dilihat dari perilaku (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) petani pada penerapan teknologi PTT yang berpengaruh terhadap produktivitas padi petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui kinerja penyuluh pertanian, (2) pengaruh faktor-faktor penyuluh pertanian terhadap kinerja penyuluh pertanian, (3) pengaruh kinerja penyuluhan pertanian terhadap perilaku petani dan (4) pengaruh perilaku petani terhadap produktivitas padi di Kabupaten Buleleng.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian penjelasan (eksplanatory research design). Jumlah responden sebanyak 156 orang yang terdiri dari penyuluh pertanian dan petani padi yang ditentukan dengan dua teknik, yaitu purposive sampling untuk sampel penyuluh (39 orang) dan teknik Simple

Random Sampling untuk sampel petani (117 orang). Analisis data menggunakan

analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (SEM-PLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Buleleng tergolong kategori baik, (2) faktor-faktor penyuluh pertanian berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap kinerja penyuluh pertanian, (3) kinerja penyuluhan pertanian berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap perilaku petani dalam penerapan teknologi PTT padi, serta (4) perilaku petani berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap produktivitas padi di Kabupaten Buleleng. Saran bagi pemerintah agar meningkatkan peran penyuluh pertanian melalui pendampingan kepada petani dalam penerapan paket teknologi PTT padi dengan memilih metode dan teknik serta media yang tepat sesuai dengan keadaan sasaran dalam mendiseminasikan teknologi PTT padi. Pemerintah diharapkan juga meningkatkan ketersediaan sarana, prasarana dan informasi teknologi dalam mendukung kegiatan penyuluhan.

Kata kunci: Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), penyuluh pertanian, kinerja, produktivitas padi.

(9)

x ABSTRACT

Integrated Crop Management (ICM) is a technology package rice plant which is specific locations, used to increase the production and productivity of rice. The success implementation of the ICM technology by farmers can not be separated from the role of extension agency. It can be seen from the farmer’s behavior (knowledge, attitude and skills) on the application of ICM technology which is influential affect the productivity of rice. The purpose of this study is to (1) determine the performance of agricultural extension, (2) to find out the influence of agricultural extension factors to their performance, (3) influence of the agricultural extension performance to the behavior of farmers and (4) the impact of farmer’s behavior to the rice productivity in Buleleng Regency.

The research design used the explanatory research design. Total respondents 156 people consisting of agricultural extension and rice farmers are determined by two techniques, namely purposive sampling to sample the extension (39 people) and a simple random sampling technique to sample the farmer (117 people). Data were analyzed using descriptive statistical analysis and inferential statistics (SEM-PLS).

The study states that the (1) performance of agricultural extension in Buleleng in both categories, (2) factors of agricultural extension influence positively and significantly to the performance of agricultural extension, (3) the performance of agricultural extension has positive and highly significant to the behavior of farmers in the application of ICM rice technology and (4) farmer’s behavior has positive effect and very significantly to the rice productivity in Buleleng. Suggestions to the government are to increase the role of agricultural extension through mentoring farmers in the application of ICM technology packages with selecting methods and techniques as well as appropriate media a according to the targets in disseminating technology. The government is also expected to increase the availability of facilities, infrastructure and information technology to support extension activities.

Keywords: integrated crop management, agricultural extension, performance, rice productivity

(10)

xi RINGKASAN

Program pembangunan pertanian yang dicanangkan pemerintah melalui Kementerian Pertanian adalah empat target sukses pembangunan pertanian. Salah satunya adalah mencapai target swasembada dan swasembada berkelanjutan. Usaha yang dilakukan pemerintah untuk mencapai target tersebut adalah melalui pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi. Upaya pemerintah untuk menyukseskan program PTT adalah melibatkan pihak atau lembaga penyuluhan yang berada di pusat maupun di daerah. Faktor yang perlu diperhatikan agar dapat mencapai sasaran dan tujuan tersebut adalah diperlukannya penyuluh pertanian yang mempunyai kinerja yang baik. Keberhasilan program PTT juga merupakan indikasi baiknya kinerja penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas, pokok dan fungsi penyuluhan yang dilihat dari perilaku petani dalam penerapan teknologi PTT dan produktivitas yang diperoleh petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) mengetahui kinerja penyuluh pertanian, 2) mengetahui pengaruh faktor karakteristik, motivasi dan organisasi penyuluh pertanian terhadap kinerja penyuluh pertanian, 3) mengetahui pengaruh kinerja penyuluhan pertanian terhadap perilaku petani dalam penerapan teknologi PTT padi dan, 4) mengetahui pengaruh perilaku petani dalam penerapan teknologi PTT padi terhadap produktivitas padi di Kabupaten Buleleng.

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Buleleng pada tiga kecamatan, yaitu Sawan, Sukasada dan Buleleng. Penentuan lokasi menggunakan metode purposive

sampling karena Kabupaten Buleleng memiliki SDM penyuluh pertanian

terbanyak dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Bali, tiga kecamatan yang dipilih ditentukan berdasarkan luas lahan sawah ketiga terluas. serta produksi dan produktivitas padi tertinggi pada tahun 2015 di Kabupaten Buleleng. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai dengan bulan Januari 2017.

Penelitian ini merupakan penelitian survey yang dirancang sebagai penelitian penjelasan (explanatory research design). Sampel penelitian adalah penyuluh pertanian dan petani binaan yang ada di ketiga wilayah kecamatan tersebut. Penentuan sampel penyuluh pertanian menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu penyuluh pertanian yang memiliki wilayah binaan yang

berpotensi untuk usahatani padi sawah (39 orang). Petani yang dijadikan sampel penelitian adalah petani binaan dari penyuluh pertanian dengan teknik Simple

Random Sampling dengan jumlah sampel petani keseluruhan adalah 117 orang.

Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (SEM-PLS). Analisis statistik inferensial (SEM-PLS) yang dilakukan dalam penelitian ini dilihat dari evaluasi model pengukuran (outer model), menunjukkan bahwa convergent validity semua indikator yang digunakan untuk mengukur konstruk memiliki nilai outer loading > 0,7 dan t-statistik > 2,64, sehingga sudah memenuhi kriteria uji validitas convergen. Discriminant validity

menunjukkan kedelapan konstruk tersebut memiliki nilai Cross Loading diatas

0,70 dan nilai akar AVE lebih tinggi dari koefisien korelasi variabel laten. Hal ini berarti pengujian discriminant validity akar AVE menunjukkan bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini dikatakan baik/valid. Uji reliabilitas (convergent validity dan discriminant validity) menunjukkan bahwa kedelapan

(11)

xii

konstruk menunjukkan nilai di atas 0,70. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dinyatakan bahwa semua indikator dinyatakan reliabel atau handal untuk mengukur variabel-variabel penelitian.

Evaluasi model struktural (inner model) dapat dilihat dari nilai R-Square, Q2 (predictive relevance), dan GoF (Goodness of Fit). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja penyuluh pertanian (Y1) memiliki skor R2 sebesar 0.799,

pengetahuan petani tentang teknologi PTT padi (Y2) memiliki skor R2 0.748,

sikap petani tentang teknologi PTT Padi (Y3) memiliki skor R2 0.707, ketrampilan

petani tentang teknologi PTT padi (Y4) memiliki skor R2 0.628 dan konstruk

produktivitas padi (Y5) memiliki skor R2 0,704. Hasil evaluasi model struktural

dengan melihat skor Q2 sebesar 0,998 (Q2>0) yang menunjukkan bahwa model struktural ini memiliki predictive relevance. Evaluasi model struktural dengan melihat skor GoF (Goodness of Fit) menunjukkan skor 0,846. Hal ini menunjukkan bahwa model struktural memiliki kesesuaian yang baik dengan informasi yang terkandung dalam data sebesar 84,6 % dapat dijelaskan oleh model, sisanya 15,4 % dijelaskan variabel lain yang belum terdapat dalam model.

Pada evaluasi koefisien indikator menunjukkan semua indikator memiliki nilai t-statistik > 2,64 (alpha 1%), hal ini berarti semua indikator yang digunakan untuk mengukur karakteristik penyuluh pertanian (X1), motivasi kerja

(X2), iklim organisasi (X3), kinerja penyuluh pertanian (Y1), pengetahuan (Y2),

sikap (Y3), ketrampilan petani (Y4) dan produktivitas padi (Y5) dapat digunakan

sebagai instrumen pengukur variabel laten.

Hasil analisis deskriptif berdasarkan klasifikasi untuk konstruk karakteristik penyuluh pertanian (X1) yang terdiri dari variabel umur (X1.1), tingkat pendidikan

(X1.2), jumlah petani binaan (X1.3), jumlah diklat yang diikuti (X1.4) dan masa kerja

(X1.5) dan menunjukkan bahwa umur penyuluh pertanian di lokasi penelitian

rata-rata berada pada klasifikasi cukup dan kurang produktif dengan jumlah masing-masing 38,46% serta sangat produktif 23,08%. Tingkat pendidikan penyuluh pertanian terbanyak adalah S1/DIV yang berada pada klasifikasi cukup tinggi (43,56%), jumlah petani binaan terbanyak berada pada klasifikasi rendah yaitu sebesar 56,41%. Jumlah diklat yang diikuti penyuluh pertanian berada pada klasifikasi tinggi yaitu sebesar 33,3% serta masa kerja penyuluh pertanian tergolong masih baru atau dengan klasifikasi rendah yaitu sebesar 56,41%.

Hasil analisis deskriptif variabel motivasi kerja penyuluh pertanian berada pada kategori baik dengan rata-rata skor 3,78. Variabel prestasi memperoleh skor tertinggi yaitu 3,92 dan skor terendah yaitu 3,41 pada variabel fasilitas kerja. Variabel iklim organisasi penyuluh pertanian berada pada klasifikasi baik dengan skor 3,70. Variabel dengan skor tertinggi 3,90 adalah variabel hubungan antar inter personal penyuluh. Variabel perilaku petani dalam penerapan teknologi PTT padi secara keseluruhan berada pada klasifikasi baik dengan skor 3,74. Perilaku petani yang memiliki skor tertinggi adalah tingkat pengetahuan (Y2) dengan skor

4,01 pada klasifikasi baik dan terendah adalah sikap petani (Y3) dengan skor 3,39

klasifikasi cukup baik. Produktivitas padi di Kabupaten Buleleng berada pada kategori tinggi dan cenderung sangat tinggi dengan total sebesar 66,67 %.

Hasil analisis deskriptif pada indikator variabel kinerja penyuluh pertanian berada pada kategori baik dengan rata-rata skor 3,82. Indikator penyusunan data potensi wilayah dan agro ekosistem, memandu penyusunan Rencana Definitif

(12)

xiii

Kelompoktani (RDKK), penyusunan programa penyuluhan pertanian desa dan kecamatan, dan penyusunan Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTPP) memperoleh skor tertinggi yaitu 4,08. Variabel dengan skor terendah adalah evaluasi dan pelaporan kegiatan penyuluhan pertanian dengan skor 3,60.

Hasil penelitian melalui analisis inferensial dengan menggunakan SEM-PLS menunjukkan bahwa karakteristik (X1), motivasi kerja (X2) dan iklim organisasi

(X3) berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap kinerja penyuluh

pertanian (Y1) yang ditunjukkan dengan skor koefisien jalur yang bernilai positif

dan t-statistik >2,64 (alpha 1%). Empat indikator yang digunakan untuk mengukur variabel karakteristik penyuluh pertanian dinyatakan berpengaruh sangat nyata pada level 1% dengan skor t-statistik >2,64. Indikator yang memiliki faktor dominan adalah tingkat pendidikan (X1.2) dengan pengaruh koefisien indikator

sebesar 0.921 dengan skor t-statistik >2,64. Indikator yang nilai koefisiennya terlemah adalah umur (X1.1) dengan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.882.

Evaluasi koefisien indikator variabel motivasi kerja menunjukkan bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur variabel motivasi kerja penyuluh pertanian berpengaruh sangat nyata dalam membentuk variabel motivasi kerja penyuluh pertanian pada level 1% dengan skor t-statistik >2,64. Indikator yang memiliki faktor dominan adalah prestasi (X2.1) dengan pengaruh koefisien

indikator sebesar 0.927 dengan skor t-statistik >2,64. Indikator terkecil adalah jarak wilayah kerja (X2.3) dengan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.813.

Tiga indikator yang digunakan untuk mengukur variabel iklim organisasi berpengaruh sangat nyata dalam membentuk variabel iklim organisasi pada level 1% dengan skor t-statistik >2,64. Indikator variabel yang memiliki faktor dominan adalah hubungan interpersonal penyuluh (X3.5) dengan pengaruh koefisien

indikator sebesar 0.918 dengan skor t-statistik >2,64 sedangkan indikator yang memperoleh skor terendah adalah tanggung jawab (X3.2) dengan koefisien

indikator sebesar 0.906.

Kinerja penyuluh pertanian (Y1) berpengaruh positif dan sangat signifikan

terhadap pengetahuan (Y2), sikap (Y3) dan ketrampilan (Y4) petani yang

ditunjukkan melalui skor koefisien jalur yang bernilai positif dan t-statistik >2,64 (alpha 1%). Koefisien indikator variabel kinerja penyuluh pertanian dievaluasi dengan empat indikator pembentuk variabel kinerja. Indikator variabel yang memiliki faktor dominan adalah pelaksanaan penyuluhan pertanian (Y1.2) dengan

koefisien indikator sebesar 0.891 dan skor t-statistik >2,64 dan indikator terlemah adalah evaluasi dan pelaporan penyuluhan pertanian (Y1.3) dengan pengaruh

koefisien indikator sebesar 0.828.

Hasil evaluasi koefisien indikator pada konstruk perilaku petani yang terdiri dari variabel pengetahuan (Y2), sikap (Y3) dan ketrampilan petani (Y4) dalam

penerapan teknologi PTT padi menunjukkan bahwa variabel pengetahuan (Y2)

dengan tujuh indikator yang digunakan untuk mengukur variabel berpengaruh sangat nyata pada level 1% dengan skor t-statistik >2,64. Indikator variabel yang memiliki faktor dominan adalah penggunaan benih unggul baru (Y2.1) dengan

pengaruh koefisien indikator sebesar 0.825 dan indikator terkecil adalah sistem penanaman (Y2.7) dengan pengaruh koefisien indikator sebesar 0,769. Variabel

sikap (Y3) dengan delapan indikator yang digunakan untuk mengukur variabel

(13)

xiv

dengan skor t-statistik >2,64. Indikator variabel yang memiliki faktor dominan adalah penggunaan varietas unggul baru/VUB (Y3.1) dengan pengaruh koefisien

indikator sebesar 0,857 dan indikator terkecil adalah pengairan berselang (Y3.8)

dengan pengaruh koefisien indikator sebesar 0,742. Variabel ketrampilan petani (Y4) dengan delapan indikator yang digunakan untuk mengukur variabel

berpengaruh sangat nyata dalam membentuk variabel ketrampilan petani pada level 1%. Indikator yang memiliki faktor dominan adalah sistem penanaman (Y4.7)

dengan pengaruh koefisien indikator paling besar yaitu 0,900 dan indikator terkecil adalah penggunaan bibit bermutu dan sehat (Y4.2) dengan pengaruh

koefisien indikator sebesar 0,854 serta perilaku petani yaitu pengetahuan (Y2),

sikap (Y3) dan ketrampilan (Y4) petani terhadap produktivitas padi (Y5) di

Kabupaten Buleleng berpengaruh positif dan sangat signifikan yang ditunjukkan melalui skor koefisien jalur yang bernilai positif dan t-statistik >2,64 (alpha 1%).

Saran bagi pemegang kebijakan dan penyuluh pertanian di Kabupaten Buleleng, yaitu 1) memberikan pembinaan kepada penyuluh pertanian tentang pentingnya evaluasi dan pelaporan kepada penyuluh pertanian, 2) memberikan kesempayan kepada penyuluh untuk mengembangkan potensi penyuluh pertanian, 3) meningkatkan fasilitas penyuluh pertanian khususnya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan penyuluhan di tingkat lapangan, 4) Kelembagaan penyuluhan menetapkan standar kerja yang dijadikan pedoman dalam kegiatan penyuluhan selain yang telah ditentukan dari pembina penyuluhan pusat, 5) penyuluh pertanian agar meningkatkan perannya melalui pembinaan dan pendampingan kepada petani sehingga akan merubah perilaku petani, 6) penyuluh pertanian dalam mendiseminasikan teknologi agar menggunakan metode dan teknik serta media yang tepat dan sesuai dengan keadaan sasaran sehingga mudah dipahami, diterima dan dilaksanakan oleh sasaran. 7) bagi peneliti lain, dalam penelitian khususnya yang menggunakan analisis dengan model SEM-PLS agar memperhatikan jumlah variabel yang diidentifikasi sehingga operasional model dapat digunakan dengan maksimal.

(14)

xv DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

RINGKASAN ... xi

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Azas, Tujuan, dan Fungsi PenyuluhanPertanian... 10

2.1.1 Azas penyuluhan ... 10

2.1.2 Tujuan penyuluhan ... 12

2.1.3 Fungsi penyuluhan pertanian ... 13

2.2 Kinerja Penyuluhan Pertanian... 15

2.3 Umur ... 17

2.4 Tingkat Pendidikan ... 18

2.5 Pendidikan dan Pelatihan ... 19

2.6 Masa Kerja Penyuluh ... 20

2.7 Jumlah Petani Binaan ... 21

2.8 Motivasi Kerja ... 22

2.9 Perilaku Petani ... 23

2.10 Iklim Organisasi ... 24

2.11 Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi ... 25

(15)

xvi

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN ... 32

3.1 Kerangka Berpikir ... 32

3.2 Konsep Penelitian ... 34

3.3 Hipotesis Penelitian ... 39

BAB IV METODE PENELITIAN ... 41

4.1 Rancangan Penelitian ... 41

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

4.3 Jenis dan Sumber Data ... 42

4.3.1 Jenis dan sumber data ... 42

4.3.2 Populasi penelitian ... 43

4.3.3 Sampel penelitian ... 44

4.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 45

4.5 Variabel Penelitian ... 46

4.5.1 Identifikasi variabel penelitian ... 46

4.5.2 Definisi operasional ... 47 4.5.3 Instrumen penelitian... 50 4.6 Prosedur Penelitian ... 50 4.7.1 Uji validitas ... 50 4.7.2 Uji reliabilitas ... 52 4.7 Analisis Data ... 53 4.7.1 Analisis deskriptif ... 53

4.7.2 Analisis structural equation modelling-partial least square (SEM-PLS) ... 55

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 60

5.1.1 Gambaran umum Kabupaten Buleleng ... 60

5.1.2 Luas lahan sawah ... 61

5.1.3 Produksi dan produktivitas padi Kabupaten Buleleng ... 62

5.2 Karakteristik Responden ... 63

5.3 Kinerja Penyuluh Pertanian ... 65

5.4 Pengaruh Faktor Karakteristik, Motivasi dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian ... 67

5.4.1 Umur ... 67

5.4.2 Tingkat pendidikan ... 68

5.4.3 Jumlah petani binaan ... 69

5.4.4 Jumlah pendidikan dan pelatihan ... 71

5.4.5 Masa kerja ... 72

(16)

xvii

5.4.7 Iklim organisasi ... 75

5.5 Perilaku Petani dalam Penerapan Teknologi PTT Padi ... 77

5.5.1 Pengetahuan petani ... 78

5.5.2 Sikap petani ... 80

5.5.3 Ketrampilan petani ... 82

5.6 Produktivitas Padi ... 85

5.7 Analisis Structural Equation Modeling-Partial Least Square (SEM-PLS) ... 88

5.7.1 Model struktural penelitian ... 88

5.7.2 Evaluasi model pengukuran atau outer model ... 91

5.7.3 Evaluasi model struktural atau Inner Model ... 96

5.7.4 Pengujian hipotesis ... 98

5.8 Hubungan Faktor-faktor Kinerja Penyuluh Pertanian, Kinerja Penyuluh Pertanian, Perilaku Petani dan Produktivitas Padi ... 107

5.8.1 Hubungan faktor-faktor penyuluh pertanian dengan kinerja penyuluh pertanian ... 107

5.8.2 Hubungan kinerja, perilaku dengan produktivitas padi ... 109

5.8.3 Pengaruh faktor karakteristik, motivasi dan iklin organisasi terhadap kinerja penyuluh pertanian ... 110

5.8.4 Pengaruh kinerja terhadap perilaku petani padi ... 117

5.8.5 Pengaruh perilaku petani terhadap produktivitas padi ... 121

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 124

6.1 Simpulan ... 124

6.2 Saran ... 124

(17)

xviii

DAFTAR TABEL

1.1 Penyuluh PNS dan THL-TB Per Kabupaten/Kota, Bali ... 5

4.1 Luas Lahan Sawah, Jumlah Penyuluh Pertanian dan Jumlah Petani Binaan ... 43

4.2 Penyuluh Pertanian dan Petani Binaan untuk Sampel Penelitian ... 45

4.3 Kategori Pencapaian Skor ... 54

4.4 Rule of Thumb Uji Validitas Convergent dan Discriminant ... 57

4.5 Rule of Thumb Uji Reliabilitas Konstruk ... 58

4.6 Rule of Thumb Evaluasi Model Struktural ... 58

5.1 Penggunaan Lahan Kabupaten Buleleng Tahun 2011 s/d 2015 ... 60

5.2 Luas Baku Sawah Kabupaten Buleleng Tahun 2015 ... 61

5.3 Produksi dan Produktivitas Padi Tahun 2011 – 2015 ... 62

5.4 Produksi dan Produktivitas Padi Tahun2015 ... 63

5.5 Karakteristik Responden Penyuluh Pertanian ... 64

5.6 Karakteristik Responden Petani Padi ... 65

5.7 Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Buleleng ... 66

5.8 Umur Responden Penyuluh Pertanian ... 68

5.9 Distribusi Tingkat Pendidikan Penyuluh Pertanian ... 69

5.10 Distribusi dan Klasifikasi Jumlah Petani Binaan Penyuluh Pertanian .... 70

5.11 Jumlah Diklat Penyuluh Pertanian dan Klasifikasinya ... 71

5.12 Masa Kerja Penyuluh Pertanian dan Klasifikasinya ... 72

5.13 Identifikasi Variabel Motivasi Penyuluh Pertanian ... 74

5.14 Identifikasi Variabel Iklim Organisasi Penyuluh Pertanian ... 76

5.15 Tingkat Perilaku Petani Terhadap Penerapan Teknologi PTT Padi... 78

5.16 Hasil Pengukuran Pengetahuan Petani Terhadap Penerapan Teknologi PTT Padi ... 79

5.17 Hasil Pengukuran Sikap Petani Terhadap Penerapan Teknologi PTT Padi ... 81

5.18 Hasil Pengukuran Ketrampilan Petani dalam Penerapan Teknologi PTT Padi ... 83

5.19 Produktivitas Padi Petani Responden di Masing-masing Kecamatan .... 86

5.20 Produktivitas Padi di Kabupaten Buleleng ... 88

5.21 Hasil Pengujian Discriminant Validity ... 95

5.22 Nilai Composite Reliability dan Skor Cronbach Alpha ... 96

5.23 Hasil Evaluasi R-Square (R2), Q-Square (Q2) dan Goodness of Fit (GoF) ... 97

5.24 Koefisien Indikator Variabel Karakteristik Penyuluh Pertanian ... 99

5.25 Koefisien Indikator Variabel Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian ... 100

5.26 Evaluasi Koefisien Indikator Variabel Iklim Organisasi ... 101

(18)

xix

5.28 Koefisien Indikator Variabel Pengetahuan Petani ... 103

5.29 Evaluasi Koefisien Indikator Variabel Sikap Petani ... 104

5.30 Koefisien Indikator Variabel Ketrampilan Petani ... 105

(19)

xx

DAFTAR GAMBAR

3.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 34

3.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 39

5.1 Model Struktural Hasil Pengujian Awal ... 89

(20)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Variabel Penelitian ... 133

2. Hasil Validitas dan Reliabilitas Responden Penyuluh Pertanian dan Petani ... 147

3. Hasil Validitas dan Reliabilitas Responden Penyuluh Pertanian dan Petani ... 151

4a. Karakteristik Responden Penyuluh Pertanian ... 155

4b. Karakteristik Responden Petani ... 158

5. Nilai Outer Loading dan T-Statistik ... 165

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Program pembangunan pertanian pada hakekatnya merupakan rangkaian upaya perwujudan pembangunan yang mampu meningkatkan ekonomi dan taraf hidup masyarakat serta merupakan suatu rangkaian upaya dalam memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya usaha-usaha pertanian yang memiliki nilai tambah, daya saing dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama pelaku utama dan pelaku usaha (Wahjuti, 2007).

Kementerian Pertanian mencanangkan empat target sukses pembangunan pertanian, yaitu (i) Swasembada dan swasembada berkelanjutan; (ii) Diversifikasi pangan; (iii) Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; serta (iv) Peningkatan kesejahteraan petani. Salah satu usaha pemerintah yang dilakukan agar dapat mencapai target swasembada dan swasembada berkelanjutan adalah dengan melaksanakan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sehingga tujuan peningkatan produksi dan swasembada padi dapat tercapai. PTT adalah pendekatan budidaya tanaman padi yang mengutamakan pengelolaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara terpadu dan bersifat spesifik lokasi. Penerapan PTT bersifat (i) partisifatif, (ii) dinamis, (iii) spesifik lokasi, (iv) terpadu, dan (v) sinergis antar komponen teknologi yang diterapkan (Badan Litbang Pertanian, 2009).

Hasil kajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali pada Pendampingan Program Sekolah Lapang – Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi pada tahun 2011 dan 2012 yang dilaksanakan di sembilan kabupaten/kota melalui kegiatan Laboratorium Lapangan (LL), Sekolah Lapang

(22)

2

(SL) dan Display Varietas Unggul Baru menunjukkan adanya peningkatan produktivitas padi di tahun 2011 antara 6,9% - 28,7% dan pada tahun 2012 rata-rata 7,02 t/ha; kegiatan SL 6,10 t/ha; dan non SL 5,46 t/ha. Kegiatan Display VUB rata-rata 8,54 t/ha dan gelar teknologi SL-PTT rata-rata 7,5 t/ha.

Salah satu upaya pemerintah untuk menyukseskan program PTT padi tersebut adalah melibatkan pihak atau lembaga penyuluhan yang berada di pusat maupun di daerah. Penyuluhan dalam pembangunan pertanian dalam hal ini adalah keterlibatan sebagai penghubung antara dunia ilmu dan pemerintah sebagai penentu kebijakan, dan penghubung antara dunia penelitian dengan praktek usaha pertanian yang dilakukan oleh petani dan keluarganya yang pada akhirnya mampu untuk menggerakkan swadaya masyarakat. Usaha yang dilakukan agar program-program tersebut dapat berjalan dan berhasil dengan baik, maka diperlukan pengembangan sumberdaya manusia (SDM) pertanian melalui pendidikan, pelatihan, penyuluhan, pemagangan, dan kerjasama pelatihan serta pendidikan non formal lainnya. Salah satu bentuk pengembangan SDM yang paling menentukan keberhasilan pengembangan program-program pembangunan pertanian adalah penyuluhan pertanian karena berkaitan langsung dengan pengembangan petani sebagai pelaku utama dan pelaku usaha lainnya (Wahjuti, 2007).

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan agar dapat mencapai sasaran dan tujuan tersebut adalah diperlukannya penyuluh pertanian yang mempunyai kinerja yang baik. Penyuluh pertanian memberikan sumbangan yang besar terhadap perubahan perilaku (pengetahuan, keterampilan dan sikap) petani yang nantinya akan dapat meningkatkan swadaya masyarakat. Kinerja merupakan hasil kerja

(23)

3

yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika, dan kinerja penyuluh ini dapat diukur dengan menggunakan indikator produktivitas karena semakin tinggi produktivitasnya maka semakin baik pula kinerja penyuluh pertanian tersebut (Van den Ban dan Hawkins, 1999).

Kinerja penyuluh pertanian merupakan perwujudan dari pelaksanaan tugas pokok seorang penyuluh sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Seorang penyuluh pertanian dikatakan memiliki kinerja yang baik apabila sudah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya menurut standar tertentu seperti menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi, melaporkan, dan mengembangkan kegiatan penyuluhan (Departemen Pertanian, 2013).

Faktor karakteristik penyuluh pertanian yang baik adalah memiliki dan memenuhi kompetensi dibidang penyuluhan, sehingga dapat menunjang kinerjanya. Karakteristik individu yang dapat mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian, antara lain: umur, tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, lokasi tugas, luas wilayah kerja, jumlah kelompoktani/petani binaan, dan interaksi dengan petani. Setiap karakteristik yang dimiliki penyuluh merupakan bagian yang menentukan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bahua, dkk (2010) bahwa faktor – faktor internal yang dapat meningkatkan kinerja penyuluh pertanian adalah: umur, masa kerja, jumlah petani binaan, kemampuan merencanakan program penyuluhan, kemampuan kepemimpinan penyuluh, pengembangan potensi diri,

(24)

4

kebutuhan untuk berafiliasi, kemandirian intelektual, kemandirian sosial dan motivasi kerja penyuluh. Penyuluh pertanian dapat dikatakan mempunyai kemampuan dan berkinerja yang tinggi apabila telah melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan standar indikator yang telah ditetapkan dalam undang-undang tersebut.

Amanat Undang-undang RI No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UU-SP3K) menyatakan bahwa terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian, antara lain berupa karakteristik, iklim organisasi dan motivasi penyuluh. Karakteristik penyuluh didasarkan pada latar belakang pendidikan, kemampuan, masa kerja dan kepangkatan yang membentuk pribadinya, sedangkan iklim organisasi berupa pelayanan, tanggung jawab, prosedur kerja dan hubungan interpersonal antara penyuluh serta pada faktor motivasi yang mempengaruhi kinerja seperti program pelatihan dan dukungan sarana dan prasarana yang mendorong atau menghambat penyuluh untuk berkinerja baik (Supriani, 2014).

Peraturan Menteri Pertanian nomor 91/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian juga mengisyaratkan bahwa diperlukan suatu kegiatan untuk mengevaluasi kinerja penyuluh pertanian yang salah satunya bertujuan untuk membina profesionalisme penyuluh pertanian secara berkelanjutan sehingga akan dapat diketahui masalah-masalah dan potensi yang ada sebagai bahan analisa untuk perbaikan kinerja penyuluhan di suatu daerah. Upaya meningkatkan keberhasilan program di sektor pertanian pada suatu daerah, maka diperlukan penyuluh pertanian yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan motivasi yang baik sehingga dapat melaksanakan

(25)

5

tupoksinya dengan baik. Selain faktor-faktor tersebut, ada faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian seperti iklim organisasi dan faktor-faktor lainnya.

Program PTT di Provinsi Bali dilaksanakan di sembilan kabupaten/kota yang melibatkan seluruh penyuluh pertanian PNS dan THL-TB sebagai pendamping petani pada program PTT yang berada dibawah instansi/kelembagaan yang membidangi penyuluhan. Data penyuluh PNS dan THL-TB Provinsi Bali di masing-masing kabupaten/kota berdasarkan data dari Kementerian Pertanian 2013 disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1.

Penyuluh PNS dan THL-TB Per Kabupaten/Kota, Bali

No Kabupaten/ Kota

Jumlah/ Total Penyuluh Pertanian

Jumlah/ Total Kec. Kel. Desa PNS

THL-TB Swadaya 1. Jembrana 5 10 41 52 6 - 58 2. Tabanan 10 - 131 141 22 - 163 3. Badung 6 16 46 51 19 - 70 4. Gianyar 7 6 64 83 23 - 106 5. Klungkung 4 6 53 45 9 - 70 6. Bangli 4 4 68 92 50 - 142 7. Karangasem 8 3 75 53 19 - 72 8. Buleleng 9 19 129 113 52 - 165 9. Denpasar 4 16 27 22 4 - 26 Provinsi Bali - - - 55 - - 55 BPTP - - - 12 - - 12 Bali 57 80 634 719 204 - 959

(26)

6

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa SDM penyuluh pertanian terbanyak yaitu 165 orang berada di kabupaten Buleleng dengan 113 orang berstatus PNS dan 52 orang THL-TB. Kabupaten Tabanan sebanyak 163 orang dengan 141 orang PNS dan 22 orang THL-TB, sedangkan kota Denpasar merupakan daerah yang memiliki SDM penyuluh pertanian paling sedikit, yaitu sebanyak 26 orang dengan 22 orang PNS dan 4 orang THL-TB. Jumlah penyuluh pertanian di masing-masing kabupaten/kota berkaitan dengan potensi lahan pertanian yang berada di masing-masing wilayah. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali tahun 2014 lahan pertanian terluas terdapat di kabupaten Buleleng dengan potensi lahan pertanian seluas 81.254 ha, diantaranya 10.789 ha lahan sawah (irigasi dan tadah hujan) dan diikuti Kabupaten Tabanan seluas 62.432 ha serta Kabupaten Karangasem seluas 60.218 ha, sedangkan kota Denpasar merupakan wilayah yang memiliki lahan pertanian paling sempot, yaitu 3.014 ha.

Kabupaten Buleleng terdiri dari sembilan kecamatan, yaitu Tejakula, Kubutambahan, Sawan, Buleleng, Sukasada, Banjar, Seririt, Busungbiu dan Gerokgak. Luas lahan sawah di Kabupaten Buleleng adalah seluas 10.789 ha yang terdiri dari lahan sawah irigasi dan tadah hujan. Luas baku sawah terbesar berada di Kecamatan Sawan seluas 2.654 ha (24,60%), diikuti Kecamatan Sukasada seluas 2.118 ha (19,63%) dan Kecamatan Buleleng seluas 1.729 Ha (16,03%) kemudian di Kecamatan Seririt seluas 1.670 Ha (15,49%), Kecamatan Busungbiu seluas 755 Ha (7,00%), Kecamatan Banjar seluas 708 Ha (6,56 %) dan di Kecamatan Gerokgak seluas 628 Ha (5,82 %), sedangkan di Kecamatan Tejakula tidak memilki lahan sawah (Dinas Pertanian dan Peternakan Buleleng, 2015).

(27)

7

Produksi dan produktivitas padi di Kabupaten Buleleng dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 2,97 %. Produktivitas padi tertinggi diperoleh di Kecamatan Sawan sebesar 62,86 kw/ha, diikuti Sukasada dan Buleleng masing masing sebesar 62,53 kw/ha dan 60,92 kw/ha GKG. Produktivitas di masing-masing kecamatan tersebut lebih tinggi dari pencapaian produktivitas padi secara nasional yang hanya 55,08 kw/ha (Kementan, 2015). Penyebab tingginya pencapaian produktivitas padi tersebut adalah adanya indikasi bahwa penerapan teknologi budidaya padi semakin baik yang dipengaruhi oleh pelaksanaan program PTT yang didampingi oleh penyuluh pertanian secara intensif dengan merubah perilaku petani dengan baik dalam menerapkan teknologi PTT di wilayah kerjanya (Dinas Pertanian dan Peternakan Buleleng, 2015).

Keberhasilan program PTT juga merupakan indikasi baiknya kinerja penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas, pokok dan fungsi penyuluhan yang dapat dilihat dari perilaku (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) petani dalam penerapan teknologi PTT dan produktivitas yang diperoleh petani dalam usahataninya. Indikasi tersebut belum dapat dijelaskan secara nyata karena belum adanya kegiatan evaluasi terhadap penyuluh pertanian secara menyeluruh. Perilaku petani terhadap penerapan teknologi PTT perlu diidentifikasi untuk meyakinkan bahwa paket teknologi tersebut dapat diterima dalam meningkatkan produktivitas usahatani padinya.

Tujuan dari penyuluhan pertanian secara umum yang diamanatkan dalam Undang-undang RI No. 16 Tahun 2006 adalah adanya perubahan perilaku dari sasaran. Perubahan perilaku melalui peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan merupakan salah satu strategi untuk mempercepat transfer teknologi pertanian kepada petani dan keluarganya.

(28)

8

Berdasarkan hal tersebut, perlu dilaksanakan penelitian untuk menganalisis “kinerja penyuluh pertanian terhadap perilaku petani dalam penerapan teknologi PTT dan produktivitas padi di Kabupaten Buleleng”. Kinerja penyuluh pertanian dianalisis dengan indikator berupa perencanaan, pelaksanaan, evaluasi penyuluhan pertanian dan kegiatan penunjang penyuluhan pertanian.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka perumusan masalah penelitian adalah:

1. Bagaimana kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Buleleng?.

2. Bagaimana pengaruh faktor karakteristik, motivasi dan iklim organisasi penyuluh terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Buleleng?. 3. Bagaimana pengaruh kinerja penyuluhan pertanian terhadap perilaku petani

dalam penerapan teknologi PTT padi di Kabupaten Buleleng?.

4. Bagaimana pengaruh perilaku petani dalam penerapan teknologi PTT padi berpengaruh terhadap produktivitas padi di Kabupaten Buleleng?.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka ditetapkan tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Buleleng.

2. Mengetahui pengaruh faktor karakteristik, motivasi dan organisasi penyuluh pertanian terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Buleleng.

3. Menganalisis pengaruh kinerja penyuluhan pertanian terhadap perilaku petani dalam penerapan teknologi PTT padi di Kabupaten Buleleng.

(29)

9

4. Menganalisis pengaruh perilaku petani dalam penerapan teknologi PTT terhadap produktivitas padi di Kabupaten Buleleng.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan dan informasi bagi institusi yang memegang kebijakan dalam pelaksanaan evaluasi kinerja pengembangan sistem penyuluhan pertanian secara menyeluruh sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan juga sebagai bahan penyempurnaan kebijakan dalam pembinaan serta pengembangan karier penyuluh pertanian.

b. Hasil penelitian dapat menjadi masukkan bagi penyuluh untuk memperbaiki kinerja sehingga lebih sukses dalam melaksanakan tupoksinya, menyebarkan informasi inovasi baru dan melaksanakan program-program pemerintah lainnya melalui kegiatan penyuluhan.

2. Manfaat Akademis

a. Memperbanyak dan memperluas kaidah ilmiah ilmu penyuluhan khususnya dalam bidang manajemen penyuluhan sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengambilan suatu kebijakan dibidang pengembangan sumberdaya manusia khususnya penyuluh pertanian.

b. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain untuk mengembangkan model peningkatan kinerja penyuluh pertanian dalam cakupan yang lebih luas.

Referensi

Dokumen terkait

Apabila perusahaan memperoleh keuntungan neto dari operasinya berarti ada tambahan dana bagi perusahaan yang bersangkutan. Kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan

Kabupaten Sukoharjo adalah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan berada di Sukoharjo, sekitar 10 km sebelah selatan Kota Surakarta. Kabupaten ini

Berikut adalah pencatatan data durasi dari proses restore yang telah diurutkan dari tercepat sampai dengan terlama yang dapat dilihat pada Tabel 5.6.. Grafik Durasi Restore yang

Lensa AF-S memiliki motor di dalamnya sehingga Auto Focus bisa bekerja dengan baik pada semua jenis kamera DSLR Nikon, baik yang memiliki motor (pada body kamera) sendiri

Nisbah auksin sitokinin yang tinggi akan merangsang pembentukan akar adventif, pada nisbah sedang akan menginduksi pembentukan akar adventif dari kalus dan inisiasi kalus

Pada kasus MFR dari PWR standar dengan MFR 2 serta reaktor CANDU dengan MFR bernilai 20, kondisi breeding untuk pendingin air berat sistem bahan bakar Th- 233 U didapatkan

Tetapi permasalahan dan fenomena yang terjadi pada penelitian kebanyakan berfokus pada factor motivasi dan budaya organisasi saja, sedangkan factor yang lain

Perbandingan persentase kenaikan kemampuan, baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen dapat dilihat dari selisih rata-ratanya. Hasil uji perbandingan menunjukkan bahwa: