• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH ANORGANIK MENJADI ANEKA KREASI DAUR ULANG DI LINGKUNGAN RW 06 KELURAHAN SIDOMULYO BARAT KOTA PEKANBARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH ANORGANIK MENJADI ANEKA KREASI DAUR ULANG DI LINGKUNGAN RW 06 KELURAHAN SIDOMULYO BARAT KOTA PEKANBARU"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH ANORGANIK

MENJADI

ANEKA KREASI DAUR ULANG

DI LINGKUNGAN RW 06

KELURAHAN SIDOMULYO BARAT

KOTA PEKANBARU

Muthia Anggraini

ABSTRAK: Produksi sampah semakin hari semakin meningkat. Untuk meminimalisir keberadaan sampah diperlukan proses daur ulang, terutama sampah anorganik. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara pengelolaan sampah anorganik menjadi suatu kreasi yang dapat di daur ulang, dan untuk mengajak masyarakat dalam mengelolah sampah menjadi kreasi yang dapat di daur ulang. Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah ibu-ibu rumah tangga. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa kegiatan ceramah dan demonstrasi. Kegiatan ceramah berupa penjelasan tentang sampah, jenis sampah, pengelolalaan sampah, dan 3R (reduce, reuse, recycle). Untuk kegiatan demonstrasi yaitu pengelolaan sampah anorganik menjadi kreasi daur ulang. Pelaksanaan dari kegiatan ini berjalan baik, antusias peserta yang bersemangat mengikuti pelatihan ini. Dalam mengerjakan kegiatan latihan peserta bersemangat mengikutinya. Kegiatan pengabdian secara keseluruhan dapat dikatakan baik dan berhasil, dilihat dari keberhasilan target jumlah peserta pelatihan (100%), 100% peserta hadir dalam kegiatan ini memahami materi yang disampaikan, dan setuju dengan daur ulang sampah anorganik. Sebelum pelatihan lebih 80% peserta kurang paham tentang daur ulang, dan tidak bisa membuat daur ulang sampah anorganik. Kegiatan pengabdian dapat meningkatkan pengetahuan ibu-ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang serta memberdayakan mereka dalam pengelolaan sampah anorganik (botol plastik bekas) menjadi aneka kreasi daur ulang (bunga, bros, dan aksesoris lainnya).

Kata kunci: Sampah, Pengelolaan Sampah, Anorganik, Daur Ulang, Botol Pastik Bekas Pendahuluan

Tiap tahun limbah sampah Pekanbaru meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Sampah itu kini hanya diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir sebagai lokasi akhir, tanpa dilakukan perlakuan. Selama ini hampir 90 persen daerah menerapkan cara konvesional dalam pengelolaan sampah di daerahnya. Sebanyak 69 persen pengelolaan dengan cara mengangkut dan menimbunnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) termasuk di Pekanbaru, 10 persen mengubur sampah dengan cara pengomposan, 7 persen didaur ulang, 5 persen sistem pengelolaan dengan cara membakar, dan 7 persen tidak dikelola (www.antarnews.com).

Sampah merupakan salah satu yang menyebabkan permasalahan lingkungan yang memerlukan perhatian serius untuk menanganinya. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya (http://billyshare99.blogspot.co.id).

(2)

Sampah yang dihasilkan terdapat dalam berbagai jenis dan sifatnya. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya sampah dapat digolongkan menjadi sampah yang mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain, sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan bangunan dan lain-lain, sampah yang berupa debu/abu, dan sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan, seperti sampah berasal dari industri dan rumah sakit yang mengandung zat-zat kimia dan agen penyakit yang berbahaya (Marliani Novi, 2014) .

Secara umum jenis dari sampah itu dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu sampah organik adalah sampah yang dapat diurai (degradable), dan sampah anorganik adalah sampah yang tidak terurai (undegradable). Keberadaan sampah itu dapat bersumber dari rumah tangga, kegiatan pertanian, kegiatan pertambangan, kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung, daerah perdagangan, maupun pada lembaga pendidikan (Suparmini dkk, 2014).

Sumber sampah terbanyak adalah yang berasal dari pemukiman, komposisinya berupa 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya adalah sampah anorganik. Sampah organik telah banyak dijadikan sebagai bahan kompos dan biogas. Untuk sampah anorganik masih minim pengolahannya. Sampah anorganik sangat sulit untuk didegradasi oleh alam, sampah anorganik yang banyak dijumpai adalah jenis plastik khususnya botol plastik (Putra dkk, 2010).

Upaya sederhana yang dapat dilakukan untuk meminimalkan sampah rumah tangga adalah melakukan pemilahan antara sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik dapat dijadikan kompos, sedangkan sampah anorganik dapat dijadikan aneka kreasi daur ulang ( K Angeliana Devi, 2016).

Banyak jenis minuman yang dikemas dalam bentuk botol plastik, yang akhirnya botol plastik tersebut dibuang sabagai sampah. Plastik bukanlah material yang sempurna, plastik juga memiliki kelemahan yang cukup fatal dilihat dari sisi lingkungan yaitu hampir separuh jenis plastik yang dihasilkan oleh industri tidak dapat terurai dengan mudahnya di alam. Dan ada beberapa jenis plastik yang tidak bisa di lebur atau dihancurkan. Sehingga plastik yang tidak dapat dilebur tersebut akan dibuang dan menumpuk menjadi gunungan sampah yang akan terus bertambah seiring bertambahnya pemakaian. Lambat laun sampah plastik yang tidak dapat di lebur atau dihancurkan tersebut akan menjadi limbah yang apabila dibiarkan akan menjadi polusi bagi lingkungan (Sofiana, 2010).

Pengetahuan dan penerapan konsep 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) secara sederhana dilakukan oleh 35% rumah tangga, misalnya menggunakan produk isi ulang, menggunakan kembali botol plastik menjadi vas bunga, bunga, dan tempat pensil (Nursruwening dkk,2015). Melestarikan sumber daya yang bernilai dan mengurangi jumlah sampah yang ditumpuk di tempat pembuangan akhir merupakan sesuatu yang esensial. Salah satu strategi dalam mengurangi sampah adalah dengan melakukan daur ulang di rumah (Dirgantara, 2013).

Dari diskusi dengan salah satu warga di RW 06 kelurahan Sidomulyo Barat, sampah merupakan permasalahan penting yang ada di lingkungan mitra. Dalam hal ini mitra belum paham bagaimana cara pengelolaan sampah sehingga sampah yang ada di lingkungan mitra dapat diminimalisir. Upaya meminimalkan sampah dapat dilakukan dengan 3R, meliputi reduce (mengurangi), reuse (pakai ulang), dan recycle (daur ulang). Upaya tersebut dilandasi pemikiran bahwa setiap orang berhak atas lingkungan yang

(3)

layak dan nyaman, sehingga setiap orang wajib menjaga kenyamanan lingkungan, tanpa kecuali.

Pengelolaan sampah dengan daur ulang menghasilkan berbagai kerajinan tangan yang dapat dipergunakan dan bahkan dapat diperjual belikan dalam berbagai event. Kreativitas ibu-ibu sangat diperlukan untuk menghasilkan kreasi daur ulang yang unik dan menarik. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan pelatihan pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang di lingkungan kelurahan Sidomulyo Barat RW 06 Kelurahan Sidomluyo Barat.

Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara pengelolaan sampah anorganik menjadi suatu kreasi yang dapat di daur ulang, dan untuk mengajak masyarakat dalam mengelolah sampah menjadi kreasi yang dapat di daur ulang. Dengan adanya pelatihan ini sampah rumah tangga dapat diminimalisir dengan didaur ulang menjadi aneka kreasi unik dan menarik, yang dapat memiliki manfaat tertentu dan bernilai ekonomi sehingga dapat menambah penghasilan keluarga.

Metode

Materi yang akan disajikan dalam pelatihan ini, diharapkan dapat memberi pengetahun kepada masyarakat dalam hal ini adalah ibu-ibu rumah tangga tentang sampah, jenis sampah, pengelolalaan sampah, dan 3R (reduce, reuse, recycle).

1. Pengertian Sampah

Sampah menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah adalah suatu benda yang telah dipergunakan oleh manusia dan tidak digunakan lagi oleh manusia (Rizal, 2011).

2. Jenis Sampah

Jenis sampah dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu (Suparmini dkk, 2014) : a. Sampah organik/basah

Sampah organik/basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup. Sampah organik/basah, antara lain: daun-daunan, sampah dapur, sampah restoran, sisa sayur, sisa buah, dan lain-lain. Sampah ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami.

b. Sampah anorganik/kering

Sampah anorganik/kering adalah sampah yang tidak dapat terdegradasi secara alami. Sampah anorganik/kering, antara lain: logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dan lain-lain.

c. Sampah berbahaya

Sampah jenis ini berbahaya bagi manusia. Sampah berbahaya, antara lain: baterai, jarum suntik bekas, limbah racun kimia, limbah nuklir, dan lain-lain. Sampah berbahaya memerlukan penanganan khusus.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008, mengklasifikasikan jenis sampah yang dikelola menjadi 3 (tiga), yaitu:

(4)

Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

b. Sampah sejenis sampah rumah tangga

Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

c. Sampah spesifik

Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Sampah spesifik, meliputi: 1) Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun,

2) Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun, 3) Sampah yang timbul akibat bencana,

4) Puing bongkaran bangunan,

5) Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, 6) Sampah yang timbul secara tidak periodik.

3. Sumber Sampah

Sumber sampah menurut Gilbert, dkk. (1996) dalam Ni Komang Ayu Artiningsih (2008), yaitu:

a. Permukiman penduduk

Pada permukiman penduduk, sampah dihasilkan oleh beberapa keluarga yang tinggal di suatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cenderung sampah organik, seperti sisa makanan atau jenis sampah lainnya yang dapat bersifat basah, kering, abu plastik, dan lainnya. Sampah dari permukiman penduduk disebut juga sampah rumah tangga.

b. Tempat umum dan perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat tersebut mempunyai potensi cukup besar dalam memproduksi sampah, termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan, sampah kering, abu, plastik, kertas, kaleng, dan jenis sampah lainnya.

c. Sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah

Sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah, misalnya tempat hiburan umum, pantai, masjid, rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya yang menghasilkan sampah kering dan sampah basah.

d. Industri

Dalam pengertian ini termasuk pabrik-pabrik atau perusahaan dalam melakukan kegiatan industri yang menghasilkan sampah, baik yang termasuk distribusi ataupun proses suatu bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari industri biasanya berupa sampah basah, sampah kering, abu, dan sisa bahan bangunan

e. Pertanian

Sampah dihasilkan dari daerah pertanian, misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang berupa bahan makanan pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

(5)

4. Pengelolaan Sampah dan 3R

Pengelolaan sampah, meliputi tahapan: a. Penimbunan sampah b. Penanganan di tempat c. Pengumpulan d. Pengangkutan e. Pengolahan f. Pembuangan akhir.

Beberapa teknik yang digunakan dalam pengelolaan sampah menurut Damanhuri, E., dkk. (2004), antara lain:

a. Sampah diolah menjadi kompos

Sampah biologis, basah atau organik dapat dijadikan kompos dengan menimbun sampah tersebut di tanah dalam jangka waktu tertentu hingga membusuk.

b. Sampah digunakan sebagai makanan ternak

Sampah berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum sepenuhnya rusak dapat dijadikan makanan ternak atau binatang lain yang dikembangbiakkan. Umumnya sampah dari sayur dan buah dijumpai di pasar-pasar tradisional dan berserakan di mana-mana.

c. Metode landfill

Metode ini paling mudah karena hanya membuang dan menumpuk sampah di tanah yang rendah pada area terbuka. Metode ini mengganggu estetika lingkungan.

d. Metode sanitary landfill

Metode ini mirip metode landfill, namun sampah yang ada ditutup dan diuruk dengan tanah. Metode ini biasanya menggunakan alat-alat berat berharga mahal seperti backhoe/eskavator dan buldozer.

e. Metode pulverisation

Pulverisation adalah metode pembuangan sampah langsung ke laut lepas setelah dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil.

f. Metode incineration/incinerator

Metode incineration adalah pembakaran sampah baik dengan cara sederhana maupun modern secara masal. Teknologi memungkinkan hasil energi pembakaran diubah menjadi energi listrik.

Reduce (mengurangi), Reuse (pakai ulang), Recycle (daur ulang) (3R) adalah prinsip utama mengelola sampah mulai dari sumbernya, melalui berbagai langkah yang mampu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir. Menurut Ni Komang Ayu Artiningsih (2008), tindakan yang dapat dilakukan pada setiap sumber sampah melalui 3R adalah:

a. Reduce (mengurangi), melalui tindakan:

1. Menghindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar.

2. Menggunakan produk yang dapat diisi ulang, misalnya penggunaan cairan pencuci dengan wadah isi ulang.

3. Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai, misalnya penggunaan tisu yang diganti dengan sapu tangan atau serbet.

(6)

1. Menggunakan kembali wadah untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya, misalnya penggunaan kaleng dan botol bekas.

2. Menggunakan wadah yang dapat digunakan berulang-ulang, misalnya saat belanja membiasakan membawa tas belanja sendiri sehingga tidak memerlukan tas plastik lagi.

c. Recycle (daur ulang), melalui tindakan:

1. Memilih produk yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.

2. Menggunakan sampah organik untuk dijadikan kompos dengan berbagai cara yang ada.

3. Menggunakan sampah anorganik untuk dijadikan aneka kreasi barang yang bermanfaat.

5.Pengelolaan Sampah Anorganik menjadi Aneka Kreasi Daur Ulang

Dalam sistem atau model pengelolaan sampah berbasis masyarakat ditunjukkan bahwa sampah rumah tangga berupa sampah organik dapat dijadikan kompos, sedangkan sampah anorganik dapat didaur ulang, digunakan kembali, dan dimusnahkan (ESP-USAID dalam Suparmini dkk, 2014). Daur ulang adalah suatu proses pemanfaatan barang bekas atau sampah untuk menghasilkan produk yang dapat digunakan kembali. Manfaat dari daur ulang adalah:

(a) Mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir

(b) Mengurangi dampak lingkungan yang terjadi akibat menumpuknya sampah di lingkungan

(c) Dapat menambah penghasilan melalui penjualan produk daur ulang yang dihasilkan

(d) Mengurangi penggunaan bahan alam untuk kebutuhan industri plastik, kertas, logam, dan lain-lain.

Kegiatan daur ulang sampah anorganik dapat dilakukan di tingkat rumah tangga ataupun komunal (RT, RW, desa). Di tingkat rumah tangga, sampah anorganik dapat dikelola dengan menyediakan ruangan di suatu pojok rumah yang tidak mengganggu kegiatan lainnya, namun diketahui dan mudah dicapai oleh semua anggota keluarga.

Sampah plastik seperti botol plastik dapat dikreasikan menjadi berbagai macam karya, diantaranya dibuat vas bunga, bunga, tempat pensil, tudung saji dan lain-lain. Untuk menjadikan hasil daur ulang yang unik dan menarik diperlukan kreatifitas yang tinggi sehingga menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai jual.

Metoda yang akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah :

1. Ceramah

Metode ceramah dilakukan untuk menyampaikan konsep tentang sampah, jenis sampah, sumber sampah, pengelolaan sampah dan 3R (reduce, reuse, recycle), serta pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang. Selama pelaksanaan peaparan materi, peserta dapat memberikan pertanyaan secara lamgsung tanpa menunggu sesi tanya jawab.

Materi ceramah dipaparkan melalui pemanfaatan laptop dan LCD dalam bentuk powerpoint dan dilengkapi dengan gambar-gambar, termasuk juga didalamnya penayangan video pengolahan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang. Metode ini dapat membantu peserta pelatihan supaya lebih mudah memahami pengelolaan sampah anorganik, mengingat materi pelatihan dimana waktu pelatihan yang terbatas.

(7)

2. Demonstrasi (praktek)

Metode ini dipilih untuk melakukan praktek dari materi daur ulang yang disampaikan pada metode ceramah, sehingga dapat memberikan kemudahan bagi peserta pelatihan. Pelaksanaan praktek daur ulang sampah anorganik ini dipandu secara langsung. Sehingga peserta dapat dengan mudah melaksanakn praktek daur ulang ini secara sempurna.

Prosedur atau langkah-langkah kegiatan pelatihan ini adalah :

1. Metode ceramah dengan memaparkan materi tentang sampah, jenis sampah, sumber sampah, pengelolaan sampah dan 3R (reduce, reuse, recycle), serta pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang dengan menggunakan laptop dan infokus.

2. Melakukan metode tanya jawab dengan menyebarkan kuisoner sebelum dan sesudah pelatihan, sehingga dapat mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta terhadap apa yang telah disampaikan.

3. Metode diskusi akan dilakukan antara pelaksana dan peserta dengan melakukan dialog yang membahas masalah pembuatan kreasi daur ulang sampah anorganik. 4. Metode praktek dilakukan yaitu praktek pembuatan kreasi daur ulang sampah

anorganik.

5. Pendampingan dan evaluasi dilakukan selama mitra mengikuti pelatihan. Hasil dan Pembahasan

Hasil yang telah dicapai setelah melaksanakan pelatihan pengelolaan sampah anorganik menjadi kreasi daur ulang ini adalah diambil dari penyebaran kuisoner kepada peserta sebelum dan sesudah pelatihan. Dapat diketahui antusias peserta dalam mengikuti pelatihan, pemahaman peserta terhadap materi yang diberikan, serta sikap peserta tentang pengolahan sampah dengan daur ulang.

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan diperoleh hasil : 1. Data diri responden

Berdasarkan tingkat umur responden diperoleh 36% responden memiliki usia 50 tahun keatas. Selebihnya sebesar 64% responden memilii usia diantara 15-49 tahun. Dari hasil tersebut terlihat antusias peserta yang hadir adalah usia produktif. Yang memiliki banyak ide kreatif untuk berimajinasi dalam mendaur ulang sampah anorganik (botol plastik bekas) menjadi aneka kreasi barang yang bermanfaat. Usia lanjut masih tetap semangat untuk mengikuti pelatihan ini, sehingga pengetahuan tentang daur ulang tidak hanya ingin diketahui oleh peserta yang usia produktif saja, tetapi juga peserta yang usia lanjut.

(8)

Gambar 1. Persentase tingkatan umur peserta

Gambar 2. Status pekerjaan

Berdasarkan tingkatan pendidikan responden yang hadir dapat diketahui bahwa sebesar 79% responden memiliki pendidikan terakhir tingakt SLTP/Sederajat atau SLTA/sederajat. Selebihnya sebesar 21% memiliki tingkat pendidikan Akademi atau perguruan tinggi. Pemahaman materi yang diberikan dapat terserap dengan baik oleh peserta.

Berdasarkan Status pekerjaan seluruh peserta adalah ibu‐ibu rumah tangga. Sehingga tercapai target dari pelatihan ini yang diperuntukkan untuk ibu‐ibu rumah

(9)

tangga Dengan adanya pelatihan ini termotivasi untuk menghasilkan kreasi daur ulang.

Keberhasilan target jumlah peserta pelatihan sangat baik. Target jumlah peserta pelatihan sebanyak 14 orang dan dalam pelaksanaan pengabdian yang hadir sebanyak 14 orang (100%). Hal ini didukung peran Ibu Ketua RW, terutama ibu RW mulai dari persiapan, penyebaran undangan, dan penyediaan tempat.

2. Pemahaman responden terhadap materi yang disampaikan

Hasil kusioner sebelum dilaksanakan pelatihan adalah lebih dari 50% peserta belum mengetahui tentang pengolahan sampah terutama daur ulang sampah. Untuk pembuatan daur ulang sampah anorganik, rata-rata peserta belum pernah melakukannya.

Gambar 3. Status pekerjaan

(10)

Gambar 5. Hasil pemahanan responden terhadap materi setelah peatihan dilaksanakan Untuk kuisoner yang dibagikan sesudah pelatihan 100% peserta memahami materi yang diberikan, dan sudah bisa membuat daur ulang sampah anorganik. Disini terlihat keseriusan peserta dalam mengikuti pelatihan, untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar ini.

Ketercapaian target materi yang telah direncanakan dapat dikatakan baik. Semua materi pelatihan dapat disampaikan secara keseluruhan meskipun tidak secara detil karena keterbatasan waktu. Materi pelatihan yang telah disampaikan adalah kajian sampah, jenis sampah, dan sumber sampah, pengelolaan sampah dan 3R (reduce, reuse, recycle), serta pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang.

3. Sikap responden Terhadap Materi yang Disampaikan

Kuisioner sikap dimaksudkan untuk mengetahui tanggapan respoden tentang cara pengolahan sampah dengan daur ulang. Untuk kuisoner sebelum pelatihan diperoleh lebih dari 80% peserta setuju pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, prinsip 3R mampu mengurangi jumlah sampah yang ada, mengatasi sampah anorganik dengan daur ulang. Selebihnya peserta kurang setuju dan tidak setuju. Peserta yang kurang setuju dan tidak setuju karena belum paham tentang prinsip 3R ataupun daur ulang.

(11)

Gambar 6. Sikap dan pemahaman responden terhadap materi sebelum pelatihan dilaksankan

Gambar 7. Sikap dan pemahaman responden terhadap materi sesudah pelatihan dilaksankan Untuk kuisoner sesudah pelatihan 100% peserta setuju dengan materi yang

diberikan, dan paham serta bisa membuat daur ulang yang telah dipraktekkan. Disini diberikan 5 (lima) pertanyaan yang diberikan kepada peserta sesuai dengan materi yang telah disampaikan.

Kegiatan pengabdian ini berhasil memberdayakan ibu‐ibu di lingkungan RW 06 Kelurahan Sidomulyo Barat Kota Pekanbaru. Dengan mengolah/mendaur ulang sampah anorganik (botol plastik bekas) menjadi aneka kreasi seperti tempat pensil, celengan, vas bunga, dan bunga.

(12)

Gambar 8. Pemahaman responden tentang cara daur ulang sebelum pelatihan

Gambar 9. Pemahaman responden tentang cara daur ulang setelah pelatihan Untuk pemahaman peserta tentang cara daur ulang sebelum pelatihan, lebih dari 50 persen peserta kurang paham tentang cara daur ulang, sisanya ada yang paham dam tidak paham.

Untuk pemahaman peserta tentang cara daur ulang sesudah pelatihan, seluruh peserta paham tentang cara daur ulang. Materi yang disampaikan dapat diserap sepenuhnya oleh peserta. Setelah dilakukan pelatihan ini seluruh peserta paham tentang cara daur ulang.

Untuk pembuatan kreasi daur ulang sampah anorganik (botol plastik bekas), hasil penyebaran kuisoner sebelum pelatihan lebih dari 80% peserta tidak bisa membuat kreasi daur ulang. Sehingga dengan adanya pelatihan ini dapat membantu peserta bagaimana cara membuat kreasi daur ulang sampah anorganik (botol plastik bekas).

(13)

Gambar 9. Pemahaman responden tentang cara daur ulang sebelum pelatihan

Secara keseluruhan kegiatan pelatihan pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang dinilai berhasil. Keberhasilan ini selain diukur dari ketiga komponen di atas, juga dapat dilihat dari antusias peserta setelah mengikuti kegiatan pelatihan. Manfaat yang dapat diperoleh para peserta pelatihan adalah memahami pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang sehingga dapat turut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan di sekitarnya.

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil dalam pembahasan adalah : 1. Peserta secara keseluruhan berpastisipasi secara aktif dalam mengikuti

pelaksanaan kegiatan mulai dari penyajian materi, diskusi, pengisian kuisioner, dan praktek. 100% peserta hadir dalam kegiatan ini, memahami materi yang disampaikan, dan setuju dengan daur ulang sampah anorganik.

2. Pelatihan pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang di lokasi pengabdian meningkatkan pengetahuan ibu-ibu tentang pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang serta memberdayakan mereka dalam pengelolaan sampah anorganik (botol plastik bekas) menjadi aneka kreasi daur ulang seperti tempat pensil, celengan, vas bunga, bunga, dan tudung saji.

(14)

Daftar Pustaka

Angeinal,D. 2016. Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Melalui Sosialisasi Persampahan dan Rumah Sehat di Permukiman Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Desa Neglasari Tangerang. Abdimas.2.(2).

Artiningsih,A.K.M. 2008.Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus di Simpangan dan Jomblang Kota Semarang. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang

Damanhuri,E, Padmi.T. 2010. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah. Edisi Semester I 2010/2011. Bandung: ITB.

Dirgantar,B.M.I. 2013. Pengetahuan Mendaur Ulang Sampah Rumah Tangga dan Niat Mendaur Ulang Sampah. Studi Manajemn dan Organisasi.10.(1):2.

http://billyshare99.blogspot.co.id. Diakses tanggal 01 September 2016.

Marliani,M. 2014. Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga (Sampah Anorganik) Sebagai Bentuk Implementasi Dari Pendidikan Lingkungan Hidup. Formatif.4.(2):124‐ 132.

Putra,P.A. dan. Yuriandala,Y. 2010. Studi Pemanfataan Sampah Plastik Menjadi Produk dan Jasa Kreatif. Sains dan Teknologi.2.(1):21‐31.

Rizal,M. 2011.Analisis Pengelolaan Persampahan Perkotaan (Studi Kasus Pada Kelurahan Boya Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala). Smartek.9.(2):155‐ 172.

Suparmini, Setyawan.S, Sumunar.D.R.S, Khotimah.N. 2014. Pelatihan Pengelolaan Sampah Anorganik Menjadi Aneka Kreasi Daur Ulang Bagi Ibu Rumah Tangga dan Remaja Putri di Desa Trimulyo Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Laporan Pengabdian. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Sofiana,Y. 2010. Pemanfaatan Limbah Plastik Sebagai Alternatif Bahan Pelapis

(Upholstery) Pada Produk Interior. INASEA.11.(2):96‐111.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. www.antarnews.com. Diakses tanggal 01 September 2016.

Gambar

Gambar 1. Persentase tingkatan umur peserta
Gambar 4. Hasil pemahaman materi sebelum pelatihan
Gambar 5. Hasil pemahanan responden terhadap materi setelah peatihan dilaksanakanUntuk kuisoner yang dibagikan sesudah pelatihan 100% peserta memahami materiyang   diberikan,   dan   sudah   bisa   membuat   daur   ulang   sampah   anorganik
Gambar 6. Sikap dan pemahaman responden terhadap materi sebelum pelatihan dilaksankan
+3

Referensi

Dokumen terkait

topik penelitiannya dilihat dari lembar konsultasi yang dipegang oleh masing- masing mahasiswa, kemudian dari ketiga data tersebut yang penulis analisis mengenai

Menurut Adrianus dan Yufiarti, tujuan pembelajaran outbound adalah untuk : (a) mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri siswa; (b) berekspresi sesuai dengan

Fungsi fisiologis yang utama dari sitokin yang dihasilkan oleh makrofag adalah merangsang inflamasi non-spesifik serta meningkatkan aktivasi limfosit spesifik oleh

Awal pertama kali data yang sudah terecord di dalam mesin harus di import terlebih dahulu ke dalam database aplikasi, sebelumnya pastikan status mesin dalam “machine List”

Pneumatik merupakan ilmu yang mempelajari teknik pemakaian udara bertekanan (udara kempa). Sejalan dengan pengenalan terhadap sistem keseluruhan pada pneumatik, secara individu

Selanjutnya, dalam pengembangan RPP, guru mata pelajaran Fiqih dilakukan sendiri dengan prinsip berpusat pada peserta didik, berpusat pada anak, adanya kemandirian

Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya juga saya sampaikan kepada tim penguji, yang telah berkenan memberikan waktu dan tenaga

Oligarki di tubuh partai politik dapat dilihat dari kecenderungan pencalonan kandidat oleh partai politik lebih didasarkan atas keinginan elit partai, bukan melalui mekanisme