• Tidak ada hasil yang ditemukan

UniversitasPendidikanGanesha Singaraja, Indonesia. 1, 2,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UniversitasPendidikanGanesha Singaraja, Indonesia. 1, 2,"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR

PENGETAHUAN IPA TEMA TEMPAT TINGGALKU SISWA KELAS IV

SD DITINJAU DARI KARAKTERISTIK PERTANYAAN GURU

Ni L. Eka Sawitri

1

, I Wyn. Rinda Suardika

2

, I Kt. Ardana

3

1,2,3

JurusanPendidikan Guru SekolahDasar, FIP

UniversitasPendidikanGanesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: ekasaw88@yahoo.com

1

, suardikarinda@yahoo.co.id

2

,

ketut_ardana55@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajinatif), siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan konkret (faktual), dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik yang konvensional pada tema Tempat Tinggalku kelas IV SD Negeri Gugus Untung Surapati. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Untung Surapati Denpasar Timur. Sampel ditentukan melalui teknik random sampling dengan mengundi kelas-kelas yang setara, sehingga diperoleh sampel SDN 9 Sumerta, SDN 4 Sumerta, dan SDN 6 Sumerta. Data hasil belajar pengetahuan IPA dikumpulkan menggunakan tes objektif pilihan ganda biasa, kemudian dianalisis dengan anava satu jalur. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajinatif), siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan konkret (faktual), dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik yang konvensional. Dilihat dari nilai rata-rata kelompok eksperimen 2 lebih tinggi daripada kelompok eksperimen 1 maupun kelompok kontrol (72,30 > 60,60 > 58,32). Berdasarkan hasil analisis diperoleh Fhitung> Ftabel (7,93 > 3,08) dengan dbpembilang = 2, dan dbpenyebut = 110 pada taraf

signifikansi 5%, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil belajar pengetahuan IPA tema Tempat Tinggalku siswa kelas IV ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru di SD Negeri Gugus Untung Surapati.

Kata kunci: pendekatan saintifik, pertanyaan abstrak (imajinatif), pertanyaan konkret (faktual), hasil belajar pengetahuan IPA

Abstract

This research purpose is to determine significant differences in science learning outcomes between the student’s who learned through scientific approach by using abstract (imaginative) questions, the student’s who learned through scientific approach by using concrete (factual) questions, and the student’s who learned through conventional scientific approach in the fourth grade of SD NegeriGugusUntungSurapati. This research was a quasi-experimental design with non-equivalent control group design. The population of this research was the fourth grade students of SD NegeriGugusUntungSurapati East Denpasar. The samples were determined by random sampling technique with randomize the equivalent classes in order to obtain samples SDN 9 Sumerta, SDN 4 Sumerta, and SDN 6 Sumerta. The data about science learning outcomes were collected by using a

(2)

regular multiple choice objective test, then analyzed by one way anova. The results showed that there were significant differences in science learning outcomes between the student’s who learned through scientific approach by using abstract (imaginative) questions, the student’s who learned through scientific approach using concrete (factual) questions, and the students who learned through conventional scientific approach. Judging from the average value of experimental group 2 higher than the first experimental group or the control group (72.30 > 60.60 > 58.32). Based on the analysis results obtained Fcount>Ftable (7,93> 3,08) with dbnumerator = 2 and dbdenomirator =

110 at significance level of 5% so that H0 is rejected and Ha accepted. So it can be

concluded that there are effect of scientific approach towards science learning outcomes theme “TempatTinggalku” of fourth grade student in terms of the characteristics of teacher questions at SD NegeriGugusUntungSurapati.

Keywords : scientific approach,abstract(imaginative) questions, concrete (factual) question, science learning outcomes

PENDAHULUAN

Kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan. Berhasil dan tidaknya sebuah pendidikan sangat bergantung pada kurikulum yang

digunakan. Kurikulum adalah suatu

perangkat yang dijadikan acuan dalam

mengembangkan suatu proses

pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan siswa yang akan dapat diusahakan untuk

mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Intinya, kurikulum sangat diperlukan dalam rangka memajukan dan menyukseskan tujuan pendidikan. Oleh karenanya, suatu kurikulum harus terus beradaptasi dengan berbagai perubahan dan perkembangan

yang ada. Berdasarkan pertimbangan

itulah, pemerintah melalui Kemendikbud

berusaha untuk menyusun,

mengembangkan, dan menetapkan sebuah kurikulum yang berlaku mulai tahun ajaran

2013/2014. Kurikulum baru ini

diperkenalkan oleh pemerintah dengan sebutan kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 merupakan

serentetan rangkaian penyempurnaan

terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Menurut Fadlillah (2014:16), kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatan dan menyeimbangkan kemampuan soft skill dan hard skill yang berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Adapun ciri kurikulum

2013 yang paling mendasar adalah

menuntut kemampuan guru dalam

berpengetahuan dan mencari tahu

pengetahuan sebanyak-banyaknya karena

siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui

perkembangan teknologi informasi.

Sedangkan untuk siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada

lingkungan, kemampuan interpersonal,

antarpersonal, maupun memiliki

kemampuan berpikir kritis.

Dalam kurikulum 2013, salah satu mata pelajaran atau muatan yang harus dikuasai siswa secara optimal adalah IPA. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah, bahkan sampai di perguruan tinggi. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi.

Menurut Samatowa (2011:3), IPA

merupakan ilmu yang mempelajari

peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.

Kemudian Susanto (2014:167)

mengemukakan bahwa, IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur,

yang dijelaskan dengan penalaran

sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. IPA diharapkan dapat menjadi wahana untuk mengembangkan siswa berpikir rasional dan ilmiah agar mencapai hasil

yang optimal. Hasil belajar siswa

yangoptimal merupakan tujuan yang diikuti upaya peningkatan kualitas pembelajaran.

Pembelajaran pada dasarnya

merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu belajar dan mengajar. Aktivitas belajar

(3)

dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru.

Menurut Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi siswa dengan guru sebagai pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Susanto, 2014:19). Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.

Kegiatan pembelajaran pada

Kurikulum 2013 untuk semua jenjang

dilaksanakan dengan menggunakan

pendekatan ilmiah. Pendekatan Ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan,

dan pengetahuan siswa. Fadlillah

(2014:175) mengemukakan, pendekatan scientific (saintifik) ialah pendekatan yang

digunakan dalam pembelajaran yang

dilakukan melalui proses ilmiah. Apa yang dipelajari dan diperoleh siswa dilakukan dengan indra dan akal pikiran sendiri

sehingga mereka mengalami secara

langsung dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan. Selain itu, menurut Majid (2014:193), proses pembelajaran yang

menggunakan pendekatan saintifik

dimaksudkan untuk memberikan

pemahaman kepada siswa dalam

mengenal, memahami berbagai materi, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah guru.

Karakteristik pembelajaran saintifik

menurut Daryanto (2014:53), adalah

berpusat pada siswa, melibatkan

keterampilan proses sains dalam

mengonstruksi konsep, hukum, atau

prinsip, melibatkan proses-proses kognitif

yang potensial dalam merangsang

perkembangan intelek, khususnya

keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, dan dapat mengembangkan karakter siswa.

Selain itu tujuan pembelajaran

dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Kurniasih dan

Sani (2014:33-34), adalah untuk

meningkatkan kemampuan intelek,

khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, untuk membentuk kemampuan

siswa dalam menyelesaikan suatu masalah

secara sistematik, terciptanya kondisi

pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, diperolehnya hasil belajar yang tinggi, untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah, dan untuk mengembangkan karakter siswa.

Pendekatan saintifik juga memiliki

prinsip-prinsip pembelajaran. Beberapa

prinsip pendekatan saintifik menurut

Daryanto (2014:58-59) dalam kegiatan pembelajaran, antara lain (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelanjaran membentuk students self concept, (3) pembelajaran terhindar dari verbalisme, (4)

pembelajaran memberikan kesempatan

pada siswa untuk mengasimilasi dan

mengakomodasi konsep, hukum, dan

prinsip, (5) pembelajaran mendorong

terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa, (6) pembelajaran meningkatkan

motivasi belajar siswa dan motivasi

mengajar guru, (7) memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi, dan (8) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

Proses pembelajaran saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu

mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi, mengasosiasi, dan

mengomunikasikan. Menurut

Permendikbud No. 81A tahun 2013

lampiran IV tentang implementasi kurikulum pedoman umum pembelajaran, proses pembelajaran saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok. (1) Mengamati untuk melatih kesungguhan, dan ketelitian mencari informasi, (2) menanya untuk mengembangkan kreativitas, dan rasa ingin tahu siswa, (3) mengumpulkan informasi/

eksperimendengan menerapkan

kemampuan mengumpulkan informasi

melalui berbagai cara yang dipelajari, (4)

mengasosiasikan/ mengolah informasi

untuk melatih kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan, serta (5) mengkomunikasikan untuk melatih mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas (Kemendikbud, 2013:5-7).

(4)

Penerapan pendekatan saintifik dalam

pembelajaran melibatkan keterampilan

proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam pelaksanaan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus

semakin berkurang dengan semakin

bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.

Kegiatan pembelajaran yang

berlangsung di kelas diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat diketahui melalui hasil belajar siswa, dengan kata lain hasil belajar merupakan

tolak ukur dari ketercapaian tujuan

pembelajaran. Makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2014:5). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Jihad dan Haris (2013:14) menyatakan hasil

belajar adalah pencapaian bentuk

perubahan perilaku yang cenderung

menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.

Namun kenyataannya, dalam

pembelajaran masih banyak menemui kendala-kendala. Salah satunya adalah

adanya perubahan kurikulum yang

menyebabkan guru tidak bisa mengajar

secara optimal. Berdasarkan hasil

observasi pada siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Untung Surapati, ditemukan bahwa hasil belajar siswa belum optimal. Hal itu dilihat dari rata-rata nilai hasil belajar pengetahuan IPA siswa masih di bawah KKM yaitu 68 (daftar nilai kelas IV SD

Negeri di Gugus Untung Surapati)

sedangkan KKM yang ditetapkan adalah 72. Proses pembelajaran IPA sudah berlangsung dengan baik namun guru kurang melibatkan siswa dalam proses menemukan konsep-konsep yang sedang dipelajari. Hal tersebut membuktikan bahwa

keaktifan siswa dalam mengikuti

pembelajaran merupakan salah satu faktor penyebab dari hasil belajar yang kurang optimal. Selain itu, siswa belum terbiasa belajar secara berkelompok dan lebih sering belajar secara individu dalam

mengerjakan persoalan-persoalan yang

diberikan. Hal ini juga mengakibatkan kurangnya interaksi sosial antara siswa dengan guru maupun antar siswa pada kelas tersebut.

Berdasarkan hasil temuan tersebut,

diujicobakan menerapkan pendekatan

saintifik yang dipadukan dengan beberapa karakteristik pertanyaan guru. Beberapa

karakteristik pertanyaan guru yang

dimaksud adalah pertanyaan abstrak

(imajinatif), dan pertanyaan konkret

(faktual). Pertanyaan abstrak (imajinatif) adalah pertanyaan yang membutuhkan imajinasi atau interpretasi terhadap suatu keadaan, sedangkan pertanyaan konkret (faktual) pertanyaan yang dapat dijawab

dengan mengamati kejadian/fenomena

(Sani, 2014:86). Dalam pembelajaran, tanya jawab merupakan salah satu metode alternatif yang menuntut keaktifan siswa dalam belajar secara total dan tuntas. Di dalamnya mencakup penggunaan metode, penyampaian yang bervariasi, penggunaan

media pembelajaran, dan juga

penggunaan motivasi dalam pembelajaran. Hal ini secara langsung dapat mengatasi

masalah yang timbul dalam proses

pembelajaran. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu siswanya belajar dengan baik.

Ketika guru menjawab pertanyaan

siswanya, ketika itu pula dia mendorong siswanya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Oleh karena itu, dengan menerapkan pendekatan saintifik yang dipadukan dengan pertanyaan guru dalam pembelajaran dimungkinkan dapat mengaktifkan, memicu kemampuan berpikir siswa, dan menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar lebih giatsehingga hasil belajar yang dicapai lebih optimal.

Berdasarkan uraian yang telah

dikemukakan, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui adanya

perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik

menggunakan pertanyaan abstrak

(imajinatif), siswa yang dibelajarkan melalui

pendekatan saintifik menggunakan

pertanyaan konkret (faktual), dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik yang konvensional pada tema

(5)

Tempat Tinggalku kelas IV di SD Negeri

Gugus Untung Surapati Kecamatan

Denpasar Timur tahun ajaran 2014/2015. METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas IV SD Negeri di Gugus Untung Surapati Kecamatan Denpasar Timur. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu (Quasy Experiment) dengan tujuan untuk menguji pengaruh

suatu model pembelajaran dengan

menerapkan treatment pada suatu

kelompok subjek penelitian. Desain

penelitian ini menggunakan “Nonequivalent Control Group Desain”. Pemilihan desain ini karena menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya tanpa adanya campur tangan peneliti (Sugiyono, 2014:116). Penelitian dengan desain ini, hanya ingin mengetahui tentang perbedaan hasil belajar pengetahuan IPA yaitu antara

kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Oleh karena itu, rancangan

penelitian ini hanya memperhitungkan skor post test saja yang dilakukan pada akhir penelitian atau dengan kata lain tanpa memperhitungkan skor pre test.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Untung Surapati Kecamatan Denpasar Timur tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri atas 6 SD. Berdasarkan hasil wawancara dengan masing-masing kepala SD Negeri di Gugus Untung Surapati, menyatakan bahwa di setiap SD Negeri pada gugus tersebut tidak terdapat kelas unggulan. Hal ini berarti semua kelas IV di SD Negeri Gugus Untung

Surapati dinyatakan homogen. Untuk

menentukan sampel dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara random sampling terhadap kelas yang ada. Teknik sampel

random (random sampling) dilakukan

dengan jalan memberikan kemungkinan yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel penelitian

(Winarsunu, 2010:16). Cara yang

digunakan untuk menentukan sampel

secara random yaitu dengan cara undian.

Sebelum dilakukan pemilihan sampel

secara acak, untuk membuktikan secara empirik, maka dilakukan uji kesetaraan

dengan anava satu jalur. Digunakan anava satu jalur untuk uji kesetaraan adalah untuk memudahkan pemilihan kelompok sampel, masing-masing kelompok terdiri atas 3 kelas sampel. Dari 20 kelompok yang memungkinkan untuk dijadikan sampel, ternyata hanya 3 kelompok yang memiliki Fhitung < Ftabel, yang artinya tidak memiliki

perbedaan yang signifikan atau setara. Dari 3 kelompok sampel yang setara (tidak signifikan) dipilih kelompok yang akan dijadikan sampel secara random yaitu dengan teknik undian. Dari hasil undian diperoleh SDN 9 Sumerta dengan jumlah siswa 38 orang sebagai kelas eksperimen 1 yaitu mendapat perlakuan pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajinatif), SDN 4 Sumerta dengan jumlah siswa 36 orang sebagai kelas eksperimen 2 yaitu mendapat perlakuan pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan konkret (faktual), dan SDN 6 Sumerta dengan jumlah siswa 39 orang sebagai kelas kontrol yang tidak diberikan perlakuan apapun.

Terdapat dua variabel dalam

penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas sering disebut juga sebagai variabel independen

atau prediktor. Sugiyono (2014:61)

menyatakan bahwa variabel bebas

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan saintifik dengan pertanyaan

abstrak (imajinatif) dan konkret

(faktual)yang diterapkan pada dua

kelompok eksperimen dan pendekatan saintifik yang konvensional yang diterapkan pada kelompok kontrol.

Variabel terikat sering disebut juga variabel dependen atau kriteria. Sugiyono (2014:61) menyatakan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah hasil belajar

pengetahuan IPA siswa kelas IV di SD Negeri Gugus Untung Surapati.

Definisi operasional dari masing-masing variabel, yaitu (1) pendekatan

saintifik dengan pertanyaan abstrak

(6)

yang menekankan pada kegiatan ilmiah dan dalam penerapannya lebih kepada

penggunaan pertanyaan abstrak

(imajinatif), baik untuk memotivasi,

merangsang proses berpikir divergen dan rasa ingin tahu siswa, (2) pendekatan

saintifik dengan pertanyaan konkret

(faktual) adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan pada kegiatan ilmiah dan dalam penerapannya lebih kepada penggunaan pertanyaan konkret (faktual),

baik untuk memotivasi, menguji

pengetahuan siswa, dan menambah rasa ingin tahu siswa, (3) sesuai dengan

penerapan kurikulum 2013, maka

pembelajaran konvensional adalah

pembelajaran yang menggunakan

pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik yang konvensional artinya pendekatan saintifik yang tidak diberi perlakuan apapun, dan (4) Hasil belajar IPA dalam penelitian ini adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor setelah dilakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang digunakan pada penelitian ini berupa hasil belajar pengetahuan (kognitif).

Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data hasil belajar pengetahuan

IPA. Kegiatan pengumpulan data

dilaksanakan pada siswa kelas IV di SD Negeri Gugus Untung Surapati yang menjadi anggota sampel. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode tes, yaitu tes objektif bentuk pilihan ganda biasa. Menurut

Suharsimi (2013:183), mengemukakan

bahwa Multiple Choise Test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus

memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Tes pilihan ganda terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkian jawaban atau alternaif (option). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa

pengecoh (distractor). Tes tersebut

sebelumnya dikonsultasikan dengan dosen ahli dan diujicobakan untuk mengetahui validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda.

Uji validitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus koefisien korelasi point biserial (rpbi). Berdasarkan uji validitas

diketahui dari 50 butir soal terdapat 35 butir soal yang valid dan 15 butir soal yang tidak valid. Reliabilitas soal dianalisis dengan menggunakan rumus Kuder Richardson 20 sehingga diperoleh r11 = 0,85. Ini berarti tes

pilihan ganda biasa yang diujikan tergolong reliabel.

Pada uji daya beda yang telah

dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat butir soal dengan daya beda negatif, terdapat 1 butir soal dengan predikat daya pembeda jelek, 13 butir soal dengan predikat daya pembeda cukup, 20 butir soal dengan predikat daya pembeda baik, dan 1 butir soal dengan predikat daya

pembeda sangat baik. Sedangkan

berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran diketahui terdapat 8 butir soal dalam kriteria sukar, 10 butir soal dalam kriteria mudah, dan 17 butir soal dalam kriteria sedang.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif kuantitatif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif berfungsi untuk mengelompokkan data, menggarap, memaparkan serta menyajikan hasil

olahan. Statistik deskriptif yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu, mean,

median,modus, dan standar deviasi.

Sedangkan statistik inferensial berfungsi

untuk menggeneralisasikan hasil

penelitian yang dilakukan pada sampel bagi populasi. Statistik inferensial diawali dengan melakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas, kemudian

dilanjutkan dengan melakukan uji

hipotesis melalui anava satu jalur (one way anova).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dalam

penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu data hasil belajar pengetahuan IPA siswa di kelompok eksperimen 1 yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik

menggunakan pertanyaan abstrak

(majinatif), data hasil belajar pengetahuan IPA siswa di kelompok eksperimen 2 yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik

(7)

(faktual), dan data hasil belajar pengetahuan IPA siswa di kelompok

kontrol yang dibelajarkan dengan

pendekatan saintifik yang konvensional.

Berdasarkan hasil postest diperoleh

perhitungan nilai rata-rata (mean)

kelompok eksperimen 1 = 60,60, standar deviasi kelompok eksperimen 1 = 18,39 dan varians kelompok eksperimen 1 = 338,07, kemudian nilai rata-rata (mean) kelompok eksperimen 2 = 72,30, standar deviasi kelompok eksperimen 2 = 12,72 dan varians kelompok eksperimen 2 161,78, serta nilai rata-rata (mean) kelompok kontrol = 58,32, standar deviasi kelompok kontrol = 16,75 dan varians kelompok kontrol = 280,44.

Sebelum dilakukan uji hipotesis penelitian maka terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat. Analisis uji prasyarat meliputi: uji normalitas data dan uji homogenitas varians terhadap ketiga kelompok. Uji normalitas data dilakukan

dengan menggunakan analisis Chi

Square. Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan diketahui bahwa harga

yang diperoleh dari kelompok eksperimen 1 adalah 4,48. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga dengan dk = 5 dan taraf signifikansi

5% sehingga diperoleh harga =

11,07, karena < (4,48 <

11,07) maka H0 diterima atau H1 ditolak.

Ini berarti sebaran data hasil belajar pengetahuan IPA kelompok eksperimen 1 berdistribusi normal.

Untuk kelompok eksperimen 2,

terlihat bahwa harga yang

diperoleh adalah 6,72. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga dengan dk = 5 dan taraf signifikansi

5% sehingga diperoleh harga =

11,07, karena < (6,72 <

11,07) maka H0 diterima atau H1 ditolak.

Ini berarti sebaran data hasil belajar pengetahuan IPA kelompok eksperimen 2 berdistribusi normal.

Demikian pula sebaran data pada kelompok kontrol diperoleh harga

adalah 1,93. Harga tersebut kemudian

dibandingkan dengan harga dengan

dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga

diperoleh harga = 11,07, karena

< (1,93 < 11,07) maka H0

diterima atau H1 ditolak. Ini berarti sebaran

data hasil belajar pengetahuan IPA kelompok kontrol berdistribusi normal.

Pengujian homogenitas varians

dalam penelitian ini menggunakan uji Bartlett karena membandingkan lebih dari dua gugus data. Dari hasil perhitungan diperoleh X2hitung= 4,85. Harga tersebut

kemudian dibandingkan dengan harga X2tabel yang diperoleh dari tabel nilai-nilai

distribusi X2 dengan dk = 2 pada taraf signifikansi 5% sebesar 5,99. Berdasakan hasil perhitungan diperoleh harga X2hitung < X2tabel (4,85 < 5,99) maka H0 diterima dan

H1 ditolak. Ini berarti varians data hasil

belajar pengetahuan IPA antara kelompok eksperimen 1, kelompok eksperimen 2, dan kelompok kontrol adalah sama atau homogen.

Berdasarkan hasil pengujian

normalitas dan homogenitas diperoleh

bahwa data yang didapatkan dari

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka analisis dilanjutkan dengan menguji hipotesis dengan menggunakan anava satu jalur (one way anova).Hipotesis nol (H0) yang

diuji dalam penelitian ini berbunyi, “tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak

(imajinatif), siswa yang dibelajarkan

melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan konkret (faktual), dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik yang konvensional pada tema Tempat Tinggalku kelas IV di SD Negeri

Gugus Untung Surapati Kecamatan

Denpasar Timur tahun ajaran 2014/2015”. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) dalam

penelitian ini adalah “terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajinatif), siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik

menggunakan pertanyaan konkret

(faktual), dan siswa yang dibelajarkan

(8)

konvensional pada tema Tempat Tinggalku kelas IV di SD Negeri Gugus Untung Surapati Kecamatan Denpasar Timur tahun ajaran 2014/2015”.

Hasil perhitungan diperoleh Fhitung

sebesar 7,93. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga Ftabel . Harga Ftabel diperoleh dari tabel nilai-nilai dalam

distribusi F dengan db pembilang = 2, dan db penyebut = 110 pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan tabel nilai-nilai dalam distribusi F diperoleh harga Ftabel sebesar

3,08. Karena Fhitung >Ftabel (7,93 > 3,08)

maka H0 ditolak atau Ha diterima. Hal ini

berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara

siswa yang dibelajarkan melalui

pendekatan saintifik menggunakan

pertanyaan abstrak (imajinatif), siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik

menggunakan pertanyaan konkret

(faktual), dan siswa yang dibelajarkan

melalui pendekatan saintifik yang

konvensional pada tema Tempat

Tinggalku kelas IV di SD Negeri Gugus Untung Surapati Kecamatan Denpasar

Timur tahun ajaran 2014/2015.

Rekapitulasi hasil pengujian hipotesis dengan anava satu jalur dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis

No. Sampel Fhitung Ftabel Keterangan

1. Kelompok Eksperimen 1

7,93 3,08 Signifikan

2. Kelompok Eksperimen 2

3. Kelompok Kontrol

Karena hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternaif diterima, maka kesimpulan yang diperoleh adalah paling tidak dua rerata tidak sama atau paling tidak satu tanda sama dengan tidak berlaku sehingga diperlukan uji lanjut anava. Uji lanjut anava diperlukan untuk menentukan rerata mana

sebenarnya yang berbeda secara

signifikan. Teknik pengujian perbandingan

berganda untuk uji lanjut anava yang digunakan adalah Uji Scheffe dengan kriterian pengujiannya adalah apabila Fhitung> F’ (nilai F’ = (k-1) Ftabel), maka

hipotesis nol ditolak dan hipotesis

alternatif diterima. Rekapitulasi hasil uji lanjut anava dengan uji Scheffe disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji Lanjut Anava

No. Sampel N Fhitung F’ Ket.

1. Eksperimen 2 36 72,30 13,97 6,16 Signifikan Kontrol 39 58,32 2. Eksperimen 2 36 72,30 9,66 6,16 Signifikan Eksperimen 1 38 60,60 3. Eksperimen 1 38 60,60 0,38 6,16 Tidak signifikan Kontrol 39 58,32

Berdasarkan hasil uji lanjut anava ternyata (1) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA siswa antara kelompok eksperimen 2 dengan kelompok kontrol, (2) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA siswa antara kelompok

eksperimen 2 dengan kelompok

eksperimen 1, namun (3) tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA siswa antara kelompok eksperimen 1 dengan kelompok kontrol.

Siswa pada kelompok eksperimen 1 diberikan treatment berupa pembelajaran melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajinatif). Siswa

(9)

pada kelompok eksperimen 2 diberikan treatment berupa pembelajaran melalui

pendekatan saintifik menggunakan

pertanyaan konkret (faktual). Dan siswa pada kelompok kontrol tidak diberikan

treatment, hanya menerapkan

pembelajaran saintifik yang konvensional. Sebelum diberikan perlakuan kemampuan awal yang dimiliki siswa yang menjadi sampel setara, hal ini menunjukan bahwa perbedaan hasil belajar yang ada setelah diberikan perlakuan adalah pengaruh dari perbedaan perlakuan (treatment) yang

diberikan pada sampel penelitian.

Perlakuan diberikan sabanyak 6 kali pada masing-masing kelas, setelah diberikan perlakuan dilanjutkan dengan pemberian post-test.

Data yang diperoleh dalam

penelitian ini menunjukan adanya

perbedaan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui

pendekatan saintifik menggunakan

pertanyaan abstrak (imajinatif), siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik

menggunakan pertanyaan konkret

(faktual), dan siswa yang dibelajarkan

melalui pendekatan saintifik yang

konvensional pada tema Tempat

Tinggalku kelas IV di SD Negeri Gugus Untung Surapati Kecamatan Denpasar Timur tahun ajaran 2014/2015. Perbedaan ini ditunjukan oleh rata-rata hasil belajar pengetahuan IPA siswa, pada kelas eksperimen 1 memiliki nilai rata-rata 60,60, kelas eksperimen 2 memilik nilai rata-rata 72,30, sedangkan kelas kontrol 58,32. Hasil perhitungan analisis data juga mempertegas perbedaan hasil belajar tersebut. Dengan db pembilang = 2, dan db penyebut = 110 pada taraf signifikansi 5 nilai Ftabel sebesar 3,08, sedangkan

berdasarkan hasil pengujian hipotesis nilai Fhitung = 7,93. Karena Fhitung >Ftabel (7,93 >

3,08) maka H0 ditolak atau Ha diterima.

Jadi terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA siswa antara kelompok eksperimen 1, kelompok eksperimen 2, dan kelompok kontrol.

Untuk menentukan rerata mana

sebenarnya yang berbeda secara

signifikan maka dilanjutkan dengan uji lanjut yang memperoleh hasil bahwa

perbedaan signifikan hasil belajar

pengetahuan IPA terjadi antara kelompok eksperimen 2 dengan kontrol, dan antara

kelompok eksperimen 2 dengan

eksperimen 1, sedangkan antara

kelompok eksperimen 1 dengan kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Pembelajaran di kelompok

eksperimen 2, yaitu dibelajarkan melalui

pendekatan saintifik menggunakan

pertanyaan konkret (faktual) ternyata lebih unggul. Hal ini terjadi karena pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan konkret

(faktual) sesuai dengan tahap

perkembangan siswa SD yang

masihberada pada tahap operasional

konkret. Piaget membagi tingkat

perkembangan sebagai tahap (1) sensori motor, (2) praoperasional, (3) operasional konkret, dan (4) operasional formal. Siswa SD cenderung berada pada tahap berpikir operasional konkret (7-11 tahun) yang

berkembang dengan menggunakan

berpikir logis. Siswa dapat memecahkan masalah yang konkret, tetapi belum mampu menerapkan secara logis masalah hipotetik dan abstark (Djaali, 2011:70). Pertanyaan konkret adalah pertanyaan yang langsung bisa dijawab sesuai kejadian atau fenomena yang diamati, tanpa harus melibatkan hal-hal yang abstrak. Siswa menjadi lebih semangat

dalam menjawab pertanyaan yang

diajukan guru karena jawabannya bisa ditemukan langsung sesuai dengan apa yang diamati siswa.

Berbeda dengan pembelajaran di kelompok eksperimen 1 yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajinatif), siswa cenderung bingung saat guru mengajukan pertanyaan abstrak (imajinatif) selama proses pembelajaran berlangsung. Selain

itu, pertanyaan abstrak (imajinatif)

memberikan tingkat kesulitan yang lebih besar khususnya kepada siswa SD. Hal itu

disebabkan, pertanyaan abstrak

(imajinatif) termasuk kategori pertanyaan

untuk berpikir tingkat tinggi (Sani,

2014:86), dan siswa SD masih berada pada tahap berpikir operasional konkret yang masih memiliki kendala dalam hal berpikir abstrak.

Sama halnya dengan pembelajaran saintifik menggunakan pertanyaan abstrak

(10)

(imajinatif), pembelajaran saintifik yang

konvensional yang dalam konteks

penelitian ini merupakan pendekatan saintifik yang biasa diterapkan dalam

pembelajaran pada umumnya, juga

menyebabkan siswa kurang aktif

menjawab pertanyaan yang diajukan guru yang menyebabkan hasil belajar siswa kurang optimal.

Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajinatif), siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik

menggunakan pertanyaan konkret

(faktual), dan siswa yang dibelajarkan

melalui pendekatan saintifik yang

konvensional pada tema Tempat

Tinggalku kelas IV di SD Negeri Gugus Untung Surapati Kecamatan Denpasar

Timur tahun ajaran 2014/2015.Hasil

penelitian ini didukung oleh hasil penelitian

Johari Marjan (2014) yang

mengungkapkan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar dan keterampilan proses sains antara siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan saintifik dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung.

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian menunjukkan (1) nilai rata-rata kelompok eksperimen 1 yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (majinatif) sebesar 60,60, (2) nilai rata-rata kelompok eksperimen 2 yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan konkret (faktual) sebesar 72,30, (3) nilai rata-rata kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik yang konvensional sebesar 58,32, dan (4) berdasarkan hasil analisis anava satu jalur dengan db pembilang = 2, dan db penyebut = 110 pada taraf signifikansi 5% diperoleh harga Ftabel sebesar 3,08.

Karena Fhitung >Ftabel (7,93 > 3,08) maka H0

ditolak atau Ha diterima. Hal ini

membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan

pertanyaan abstrak (imajinatif), siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik

menggunakan pertanyaan konkret

(faktual), dan siswa yang dibelajarkan

melalui pendekatan saintifik yang

konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil belajar pengetahuan IPA tema Tempat Tinggalku siswa kelas IV ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru di SD Negeri Gugus

Untung SurapatiKecamatan Denpasar

Timur tahun ajaran 2014/2015.

Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah bagi guru, dengan diadakan penelitian ini, guru

hendaknya dapat berinovasi dalam

merancang pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan saitifik yang

dipadukan dengan karakkteristik

pertanyaan guru yaitu pertanyaan konkret (faktual) dan memfasilitasi pembelajaran

sebagai bahan pertimbangan dalam

mencari alternatif pendekatan

pembelajaran untuk membantu

meningkatkan hasil belajar siswa.

Bagi siswa, melalui penelitian ini siswa mendapat pengalaman yang secara langsung yang dapat membantu mereka dalam meningkatkan hasil belajar mereka secara optimal, serta terbantu dalam cara belajar dan pemahaman tentang muatan materi IPA.

Bagi peneliti, setelah dilakukan

penelitian ini, diharapkan dapat

memberikan pengalaman langsung

sebagai calon guru Sekolah Dasar dalam mempraktekkan teori-teori yang telah diperoleh di bangku kuliah.

Bagi sekolah, hasil penelitian ini hendaknya dapat dipakai sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di sekolah dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2014. Pendekatan

Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media. Djaali, H. 2011. Psikologi Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Fadlillah. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI,

(11)

SMP/MTs, & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.

Kemendikbud. 2013. Lampiran IV

Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman

Umum Pembelajaran. Jakarta:

Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014.

Sukses Mengimplementasikan

Kurikulum 2013. Kata Pena.

Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Marjan,Johari. 2014.

PengaruhPembelajaranPendekatan SaintifikTerhadapHasilBelajarBiologi danKeterampilan Proses SainsSiswa

MA Mu’allimat NW

PancorSelongKabupaten Lombok

Timur Nusa Tenggara Barat.Tesis

Program StudiPendidikan IPA,

Program

PascasarjanaUniversitasPendidikan Ganesha.

Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

SuharsimiArikunto. 2013. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Winarsunu, Tulus. 2010. Statistik dalam Penelitian Psikologi & Pendidikan. Malang: UMM Press.

Referensi

Dokumen terkait

 Kekerasan mikro tertinggi dimiliki oleh sampel lasan yang tidak mengalami PWHT di bagian daerah lasannya yaitu 500,5 HV, dan bagian lasan yang kekerasannya paling

Perusahaan telah memfasilitasi SMKN 2 Bekasi untuk berkunjung ke ICON+ Gandul dalam rangka membagi ilmu dan pengetahuan kepada siswa/I tentang dunia telekomunikasi terutama

institusi hukum dan profesi hukum, Pembangunan yang komprehensif harus memperhatikan hak-hak azasi manusia, keduanya tidak dalam posisi yang berlawanan, dan dengan

Menurut PIC ESAP, seiring berjalannya waktu pada program ESAP, timbul berbagai permasalahan seperti peningkatan kemampuan dari para peserta berkemampuan lebih tinggi dan

variable, karena variabel ini tergantung dari Jenis Sekolah. Misal untuk jenis sekolah SMA, data 31 tidak dapat dimasukkan, karena data tersebut masuk pada jenis se- kolah SMK.

Berdasar ayat AI-Qur'an dan hadi s-hadis Rasullullah. sewajarnya umat Islam tidak boleh melibatkan din dalam transak s i-transaksi yang berhubungan dengan bunga atau

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata- rata total skor kumulatif pada variabel Motif yang didapat dari 4 dimensi adalah 330,2875, atau berkriteria tinggi

Dan bukti dari apa yang telah kami sebutkan adalah bahwa seseorang apabila mengikuti orang yang bukan Utusan Tuhan dalam berpendapat (dan) menggunakan pendapatnya