• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbhita BISKUIT LABU KUNING NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbhita BISKUIT LABU KUNING NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbhita

moschata)TERHADAP KADAR β-KAROTEN DAN DAYA TERIMA PADA

BISKUIT LABU KUNING

NASKAH PUBLIKASI

Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi

Disusun oleh:

ANGGRAINI DEWI WIDYASTUTI J310131014

PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN NASKAH PUBLIKASI

ILf

IAH

Pencaruh sub3litusi

Tepuns

Lab!

Kunino

(CMuMila

nosrhala)

T6rh.dsp

Kadar

FKaoien

dan Data Tenma P.da Biskuil Labu Kudno

: AngE6ini

[r4i

wdyastuli

:

J310131014

Telah diujidan dinilaiTim P6nsuji Sknpsl Progdm Sludillmu Gizi Jenjans s1 Fakullas llmu

K@halan

Unive6itas Mdammadiy.h

sudk.lta

Pada tanggai 29 Mei 2015

da.

t€l.h dip€daiki

S6uai

deng.n

d*uk

n

nm

Psguji

NtK 1010/NIDN 0G2501-7201 NrK 95S / N|DN 06-1001-7301

Kelus Prosram Sludi llmu Gizi F.kultEs llmu Kesehalan Universitas MuhammadrFh SuEkada

Setvanlnorum Rahmawaiv.. A. M Ke.. Pho NrK 1a:r / NloN 0t2312-7301

(3)

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI ABSTRAK

ANGGRAINI DEWI WIDYASTUTI. J 310 131 014

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbhita

moschata)TERHADAP KADAR β-KAROTEN DAN DAYA TERIMA PADA BISKUIT

LABU KUNING

Pendahuluan: Beta karoten sangat diperlukan oleh tubuh untuk mencegah kekurangan vitamin A (KVA). Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya defisiensi vitamin A adalah dengan cara penganekaragaman pangan berbasis pangan lokal sumber vitamin A. Penganekaragaman dapat dilakukan dengan membuat produk pangan diantaranya biskuit labu kuning.

Tujuan: Mengetahui pengaruh substitusi tepung labu kuning terhadap kadar β-karoten dan daya terima pada biskuit labu kuning.

Metode Penelitian: Penelitian ini menurut jenisnya merupakan penelitian eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat variasi perlakuan substitusi tepung labu kuning. Pengujian kadar β-karoten dilakukan dengan cara uji spektrofotometer. Uji daya terima diperoleh melalui pengujian organoleptik yang dilakukan oleh panelis agak terlatih sebanyak 25 orang yaitu mahasiswa jurusan gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Uji β-karoten dianalisis dengan menggunakan Anova satu arah dengan taraf signifikan 95% (α= 0,05) dan uji daya terima dianalisis dengan menggunakan uji Friedman test dengan taraf signifikan 95% (α= 0,05).

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan uji kadar beta karoten, diperoleh kadar beta karoten tertinggi adalah pada biskuit dengan substitusi tepung labu kuning 15% yaitu 13,349 µg/100 gram. Dari uji statistik annova pada substitusi tepung labu kuning terhadap kadar beta karoten menunjukkan nilai p=0,000. Berdasarkan hasil uji statistik daya terima terhadap warna nilai p=0,001; aroma nilai p=0,000; rasa nilai p=0,008; tekstur nilai p=0,055; dan kesukaan keseluruhan dengan nilai p= 0,000.

Kesimpulan: Ada pengaruh yang signifikan pada substitusi tepung labu kuning terhadap kadar beta karoten dan terdapat pengaruh substitusi tepung labu kuning pada pembuatan biskuit labu kuning terhadap daya terima yang meliputi warna, aroma, rasa, dan kesukaan keseluruhan serta tidak terdapat pengaruh substitusi tepung labu kuning pada pembuatan biskuit labu kuning terhadap daya terima dari segi tekstur.

Kata kunci : Daya terima biskuit, kadar beta karoten, tepung labu kuning Kepustakaan : 40: 1992 – 2014

(4)

NUTRITION STUDI PROGRAM MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA BACHELOR THESIS ABSTRACT

ANGGRAINI DEWI WIDYASTUTI. J 310 131 014

THE INFLUENCE OF THE SUBSTITUTION OF FLOUR YELLOW SQUASH (CUCURBHITA MOSCHATA) AGAINST LEVELS OF β-KAROTEN AND

RESOURCES ON BISCUITS YELLOW SQUASH

Background: Beta carotene very needed by the body to prevent a deficiency of vitamin a (DVA). One of alternatives that can be taken to reduce the occurrence of vitamin a deficiency is by means various kind of Food based local food source of vitamin a. Various kind of food can be done by making food products such as biscuit yellow squash.

Objective: Knowing the substitution of yellow squash against levels of beta carotene and resources on biscuits yellow squash

Research Method: According to this research its kind is research experiment. Research design used is random design complete with four variations of the substitution of flour treatment yellow squash. Testing levels of beta carotene done by means of the spectrophotometer test. Received the resources obtained through organoleptik testing conducted by the panel somewhat trained as many as 25 people that is a student of nutrition muhammadiyah university surakarta. The beta carotene test analyzed using anova one direction with significant level of 95% (α= 0,05) and Resources test analyzed using friedman test with significant level of 95 % (α= 0,05). Result: The results of research shows that based on the levels of beta carotene , obtained the highest levels of beta carotene is on a biscuit with the substitution of flour is 15% of yellow squash 13,349 µg/100 gram. Of statistical tests annova on the substitution of flour yellow squash against levels of beta carotene indicate its value of p = 0,000. Statistical testing shows power color received against the value of p = 0,001; the scent of the value of p = 0,000; taste the value of p = 0.008; texture the value of p = 0,055; and preferences a whole by the value of p = 0,000.

Conclusion: There's an effect which is significant at the substitution of flour yellow squash against levels of beta carotene and there is the influence of the substitution of flour yellow squash in making biscuits yellow squash received on power which includes Color, the scent of, a sense of, and preferences a whole and there are no flour the influence of the substitution of yellow squash in making biscuits yellow squash power to receive from the perspective of texture.

Keyword : Flour yellow squash, levels of beta carotene, biscuit resources Literature : 40: 1992 – 2014

(5)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan budaya, jenis makanan, dan hasil laut. Berbagai macam biji-bijian, umbi-umbian, sayur, dan buah-buahan mudah didapat di berbagai daerah di Indonesia sehingga memiliki potensi yang besar dalam pengembangan diversifikasi produk pangan lokal (Hariyadi, 2013).

Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap terigu sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya produk olahan pangan yang menggunakan tepung terigu. Upaya diversifikasi pangan penting dilakukan, selain untuk mengurangi ketergantungan pada tepung terigu, juga untuk menggali potensi-potensi pangan lain (Yanuwardana, dkk, 2013).

Dari hasil Riskesdas (2013) tentang konsumsi makanan dari

olahan tepung terigu diantaranya mi instan, mi basah, roti dan biskuit, sebanyak 13,4% penduduk Indonesia mengkonsumsi biskuit ≥ 1 kali per hari.

Biskuit adalah salah satu produk olahan kue kering yang merupakan makanan ringan yang disenangi karena enak, manis, dan renyah serta memiliki umur simpan cukup lama (Kusnandar, F., dkk., 2010). Pangan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan adalah labu kuning yang dapat diolah menjadi tepung.

Kandungan β-karoten labu kuning cukup tinggi yaitu 180 µg atau sekitar 1000-1300 IU/ 100 g bahan (Hendrasty, 2003). Beta karoten sangat diperlukan oleh tubuh untuk mencegah kekurangan vitamin A (KVA).

(6)

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya defisiensi vitamin A adalah dengan cara penganekaragaman pangan berbasis pangan lokal sumber pro vitamin A. Penganekaragaman dapat dilakukan dengan membuat produk pangan diantaranya biskuit labu kuning..

Penambahan tepung labu kuning pada pembuatan biskuit diharapkan dapat menjadi alternatif lain dalam memperoleh asupan vitamin A dan akan meningkatkan daya terima masyarakat terhadap biskuit labu kuning. Dari uraian tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh substitusi tepung labu kuning terhadap kadar β-karoten dan daya terima pada biskuit labu kuning.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menurut jenisnya merupakan penelitian eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat variasi perlakuan substitusi tepung labu kuning.

Pengujian kadar β-karoten dilakukan dengan cara uji spektrofotometer. Uji daya terima diperoleh melalui pengujian organoleptik yang dilakukan oleh panelis agak terlatih sebanyak 25 orang yaitu mahasiswa jurusan gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Uji β-karoten dianalisis dengan menggunakan Anova satu arah dengan taraf signifikan 95% (α= 0,05) dan uji daya terima dianalisis dengan menggunakan uji Friedman test

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian

Biskuit pada penelitian ini adalah biskuit yang dibuat dengan variasi substitusi tepung labu kuning dari berat tepung terigu yang telah mengalami proses pengolahan meliputi pencampuran bahan, pengolahan adonan, pencetakan dan pemanggangan. Persentase substitusi tepung labu kuning diperoleh dari penelitian Igfar (2012), yang diambil dari hasil uji organoleptik terbaik.

Variasi substitusi tepung labu kuning yang digunakan pada penelitian ini besarnya di atas dan di bawah 11,32% yaitu substitusi tepung labu kuning 0%, 5%, 10%, dan 15%.

B. Hasil Penelitian 1. Kadar Beta Karoten

Adapun hasil rata-rata beta karoten biskuit labu kuning dengan substitusi tepung labu kuning dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Hasil Kadar Beta Karoten gTiap µg/100 gram Substitusi tepung

labu kuning

Hasil ulangan analisis (µg/100 gram) Rata-rata (µg/100 gram) ± Standar Deviasi Ulangan I Ulangan II 0% 4,077 4,230 4,154a ±0,106 7,488b ±0,148 10,765c ±0,289 13,349d ±0,268 5% 7,594 7,381 10% 10,565 10,965 15% 13,155 13,542 Nilai p 0,000

Keterangan: Angka yang berhuruf menunjukkan ada beda nyata Dari tabel di atas

menunjukkan bahwa kadar beta karoten yang paling tinggi berada pada substitusi tepung

labu kuning 15%, semakin banyak substitusi tepung labu kuning, maka semakin besar kadar beta karoten pada

(8)

biskuit labu kuning. Hal tersebut terjadi karena besarnya kadar beta karoten pada biskuit dipengaruhi oleh jumlah tepung yang ditambahkan.

Berdasarkan uji statistik anova dengan taraf signifikan 95% nilai p= 0,000. Hal ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan pada substitusi tepung labu kuning terhadap kadar beta karoten sehingga

dilanjutkan dengan uji LSD (Least Signifikan Different). Hasil uji LSD dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan uji LSD menunjukkan bahwa antar perlakuan memiliki beda nyata yang signifikan.

2. Daya Terima

Daya terima biskuit labu kuning dengan substitusi tepung labu kuning selengkapnya disajikan pada

Tabel 2 berikut

Tabel 2. Nilai Rata-rata Panelis Berdasarkan Uji Kesukaan Substitusi tepung

labu kuning

Warna Aroma Rasa Tekstur Kesukaan keseluruhan 0% 2,68a 4,12b 3,68b 3,88b 4,12b 5% 3,56b 2,92a 3,12a 3,80b 3,44a 10% 3,64b 3,12a 3,12a 3,32b 2,96a 15% 3,60b 3,32a 3,32a,b 2,96b 3,08a Nilai p 0,001 0,000 0,008 0,055 0,000 Keterangan: Notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata. Angka yang dicetak tebal menunjukkan nilai tertinggi.

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa dari segi warna yang paling disukai adalah substitusi tepung labu kuning 10%; sedangkan dari

segi aroma, rasa, tekstur, dan kesukaan keseluruhan yang paling disukai adalah substitusi tepung labu kuning 0%.

(9)

a. Warna

Warna biskuit yang dihasilkan berasal dari warna tepung labu kuning yang sangat kuning serta pengaruh protein yang bergabung dengan gula atau pati dalam suasana panas akan menyebabkan warna menjadi gelap. Hal ini sesuai dengan Winarno (2004) bahwa warna biskuit disebabkan oleh adanya reaksi maillard, yaitu suatu reaksi antara gula/pati yang menyebabkan warna menjadi gelap.

Hasil uji Friedman

Test yang dilakukan pada

biskuit labu kuning menunjukkan hasil p = 0,001 (<0,05), ini berarti ada pengaruh yang

signifikan antara daya terima panelis terhadap warna. Untuk mengetahui beda nyata antara masing-masing perlakuan dilanjutkan dengan uji

Least Significant Difference

(LSD). Hasil uji LSD terhadap warna biskuit labu kuning dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil uji LSD menunjukkan ada beda yang nyata antar perlakuan.

b. Aroma

Timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang mudah menguap. Aroma yang dikeluarkan setiap makanan berbeda-beda. Selain itu, cara memasak yang berbeda

(10)

akan menimbulkan aroma yang berbeda pula (Moehyi, 1992).

Berdasarkan uji

Friedman menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 (<0,05) berarti ada pengaruh antara daya terima panelis terhadap aroma pada variasi substitusi tepung labu kuning. Hasil uji LSD terhadap aroma dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil uji LSD menunjukkan ada beda yang nyata antar perlakuan.

c. Rasa

Rasa makanan merupakan faktor kedua yang mempengaruhi citarasa makanan setelah

penampilan makanan itu sendiri (Moehyi 1992).

Flavour dan aroma adalah

sensasi yang komplek dan saling berkaitan. Flavour melibatkan rasa, bau, tekstur, temperatur dan pH. Evaluasi bau dan rasa sangat tergantung pada panel citarasa dan flavour pada makanan selama pengolahan (Lawrie,1995).

Berdasarkan hasil dari uji statistik Friedman menunjukkan bahwa nilai p = 0,008 (<0,05) berarti ada pengaruh antara substitusi tepung labu kuning terhadap uji daya terima dalam hal rasa. Hasil uji LSD terhadap rasa dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil uji LSD

(11)

menunjukkan ada beda yang nyata antar perlakuan.

d. Tekstur

Tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut (pada waktu digigit, dikunyah, dan ditelan) ataupun perabaan dengan jari manis. Penilaian biasanya dilakukan dengan menggosokkan jari dari bahan yang dinilai diantara kedua jari (Winarno, 1997).

Hasil uji Friedman menunjukkan nilai p = 0,055 (> 0,05), ini berarti tidak ada pengaruh uji daya terima terhadap tekstur pada biskuit labu kuning dengan variasi substitusi tepung labu

kuning, sehingga tidak dilanjutkan dengan uji

Least Significant Difference

(LSD).

e. Kesukaan keseluruhan Berdasarkan uji Friedman nilai p = 0,000 (< 0,05) berarti ada pengaruh substitusi tepung labu kuning terhadap kesukaan keseluruhan pada uji daya terima biskuit labu kuning, maka dilanjutkan uji Least

Significant Difference

(LSD). Berdasarkan hasil uji LSD menunjukkan ada beda yang nyata antar perlakuan.

PENUTUP A. Kesimpulan

1. Semakin tinggi substitusi tepung labu kuning pada

(12)

biskuit labu kuning maka kadar beta karoten semakin tinggi. 2. Terdapat pengaruh substitusi

tepung labu kuning pada pembuatan biskuit labu kuning terhadap daya terima yang meliputi warna, aroma, rasa, dan kesukaan keseluruhan serta tidak terdapat pengaruh substitusi tepung labu kuning pada pembuatan biskuit labu kuning terhadap daya terima dari segi tekstur.

3. Warna biskuit labu kuning yang paling disukai adalah biskuit dengan substitusi tepung labu kuning 10%. 4. Aroma, rasa, tekstur, dan

kesukaan keseluruhan biskuit labu kuning yang paling disukai adalah biskuit dengan substitusi tepung labu kuning 0%.

B. Saran

Saran yang diberikan setelah melaksanakan penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menggunakan substitusi tepung labu kuning dalam pembuatan produk lain yang lebih disukai selain biskuit, karena pada penelitian ini dapat meningkatkan kadar β-karoten namun produk belum disukai.

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, R. 2010. Pengaruh Substitusi Wortel Parut Pada Kue Bolu Kukus Ditinjau Dari Kadar Beta Karoten Dan Daya Terima. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Aini, N. 2009. Lebih Jauh Tentang

Sifat Fungsional Telur.

Diakses: 20 Mei 2015. http://kulinologi.biz/index.php .

Aptindo. 2013. Industri Tepung Terigu Nasional Indonesia.

(13)

Arisman, MB. 2007. Gizi Dalam Daur

Kehidupan. EGC. Jakarta.

Astawan, M dan Kasih, AL. 2008.

Khasiat Warna-Warni Makanan. Gramedia. Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 1992.

Mutu Dan Cara Uji Biskuit.

No 01-2973-92. Standar Nasional Indonesia. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional. 2011.

Biskuit. No 01-2973-2011.

Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Buckle, KA., RA., Edwards, GH., Fleet and M. Wootton, 1987.

Ilmu Pangan. Penerjemah H.

Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta

Departemen Perindustrian. 1993.

Syarat Mutu Biskuit Dan Cookies. No 01-2973-93. Standar Nasional Indonesia. Jakarta.

Hariyadi, P. 2013. Peranan Industri

untuk Penguatan Ketahanan Pangan Mandiri dan Berdaulat. Simposium Pangan Nasional Indofood.

2-3 Desember 2013. Jakarta.

Hendrasty, HK. 2003. Tepung Labu

Kuning. Kanisius. Yogyakarta.

Himagizi. 2014. Angka Kecukupan

Gizi 2013. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Igfar, A. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Dan Tepung Terigu Terhadap Pembuatan Biskuit. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin Makasar.

Moehyi, S., 1992. Penyelenggara

Makanan dan Jasa Boga. Bharata.

Jakarta

Winarno, FG. 1997. Pangan, Gizi, dan Konsumen. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Winarno, FG. 2002. Pangan, Gizi,

Teknologi dan Konsumen.

Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta

Winarno, FG. 2004. Kimia Pangan

dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama,

Referensi

Dokumen terkait

Pertumbuhan tanaman selama enam bulan setelah aplikasi kompos sedikit dipengaruhi oleh penambahan kompos yang dapat terlihat dari masih kurangnya perubahan dalam kadar hara

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk merekonstruksi sistem triangular fuzzy numbers dan algoritme sederhana dalam proses pengambilan keputusan antara

[r]

ÜßÚÌßÎ ×Í× Ø¿´¿³¿²

Both encapsulated bacteria showed mucoid colonies after cultivation on blood agar, grew with diffuse colonies in soft agar media and reacted negatively in the salt

LDR secara signifikan mempengaruhi harga pasar saham namun untuk. ROA hasilnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

BUDI PRASTYO, Komputasi Perpindahan Panas, Analisa Aliran Fluida dan Distribusi Temperatur di Sekitar Sumber Panas di Dalam Sebuah Cavity dengan Metode Beda Hingga.. Analisa

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus melalui keterampilan kolase pada siswa tunagrahita kelas I semester I SLB BC