• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATEN PASER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATEN PASER"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KERANGKA KELEMBAGAAN DAN

REGULASI KABUPATEN PASER

6.1. Kerangka Kelembagaan

Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

6.1.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Infrastruktur

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 23/2014 disebutkan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP 18/2016 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat

(2)

dilihat dari bagian kesatu Pasal 15 ayat (2) dan (3) dan bagian kedua Pasal 37 ayat (2) dan (3), yang berbunyi: Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (2) Urusan Pemerintahan Wajib Provinsi adalah yang berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (3) meliputi: pekerjaan umum, perumahan rakyat dan kawasan permukiman. Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat (2) Urusan Pemerintahan Wajib Kabupaten/ Kota adalah yang berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada pasal 37 ayat (3) meliputi: pekerjaan umum, perumahan rakyat dan kawasan permukiman.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan AparaturNegara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur NegaraNomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan PembinaanReformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini,reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuanpemerintah daerah.Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenaimekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaanpelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telahdimulai sejak tahun 2005.Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dandisesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

a. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan olehK/L dan Pemda;

(3)

c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

d. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan system rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

f. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

i. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

4. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, danevaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing. Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perludi perhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM Bidang Cipta Karya.

6.1.2. Struktur Organisasi, Tugas, dan Fungsi

Dalam rangka melaksanakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Pemerintah Kabupaten Paser menerbitkan Peraturan Daerah (Perda)

(4)

Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, dan Peraturan Bupati Nomor 29 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah.

Susunan struktur organisasi Perangkat Pemerintah Daerah Kabupaten Paser yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yaitu :

A. Badan Perencanan Pembangunan Daerah

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur Penunjang Urusan Pemerintahan dibidang perencana Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah. Badan ini dipimpin oleh Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekda.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan dibidang perencanaan pembangunan Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai fungsi:

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas menyusun perencanaan pembangunan, pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah.

2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (RPTD);

b. pengoordinasian penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD); c. penyelenggaraan Musyawarah Rencana Pembangunan Daerah (Musrenbangda); d. penyelenggarakan statistik dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah

meliputi pemerintahan dan sosial budaya, ekonomi, prasarana wilayah serta penelitian, pembiayaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan, sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan pemerintah.

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya;

Adapun Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sebagai berikut : 1. Kepala Badan;

(5)

c. Sub Bagian Umum

3. Bidang Prasarana Wilayah terdiri atas:

a. Sub Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang;

b. Sub Bidang Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Pertanahan; dan c. Sub Bidang Perhubungan Komunikasi dan Informatika.

4. Bidang Ekonomi terdiri atas: a. Sub Bidang Pertanian;

b. Sub Bidang Pengembangan Dunia Usaha;dan

c. Sub Bidang Lingkungan Hidup, Tenaga Kerja, Transmigrasi, Energi dan Sumber Daya Mineral

5. Bidang Pemerintahan dan Sosial Budaya terdiri atas: a. Sub bidang Pemerintahan dan Aparatur;

b. Sub bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial;dan c. Sub bidang Pendidikan dan Kebudayaan

6. Bidang Penelitian, Pembiayaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan, sebagaimana dimaksud terdiri atas:

a. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan; b. Sub Bidang Pembiayaan; dan

c. Sub Bidang Pengendalian dan Evaluasi

7. Kelompok Jabatan Fungsionaldan Unit Pelaksana Teknis Badan.

Berikut adalah gambar 6.1 bagan struktur organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Pengembangan Daerah.

(6)
(7)

B. Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pekerjaan umum dan Tata Ruang yang meliputi bina marga, tata ruang, cipta karya, sumber daya air, serta bina jasa konstruksi sesuai dengan prinsip otonomi daerah dan tugas pembangunan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman mempunyai fungsi:

1.

Penyusunan perencanaan program dan kegiatan operasional di bidang bina marga, tata ruang, cipta karya, sumber daya air, serta bina jasa konstruksi sesuai dengan rencana strategis Pemerintah Daerah;

2.

Penetapan kebijakan di bidang bina marga, tata ruang, cipta karya, sumber daya air, serta bina jasa konstruksi;

3.

Pelaksanaan urusan Pemerintahan Daerah di bidang pekerjaan umum dan tata ruang yang meliputi bina marga, tata ruang, cipta karya, sumber daya air, serta bina jasa konstruksi sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan Pemerintah;

4.

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya;

5.

penyelenggaran kegiatan ketatausahaan

Susunan organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman terdiri atas:

1. Kepala Dinas;

2. Sekretariat terdiri dari;

a. Subbagian Perencanaan dan Keuangan; dan b. Subbagian Umum dan Kepegawaian.

3. Bidang Bina Jasa Konstruksi terdiri dari: a. Seksi Pengaturan Jasa Konstruksi; dan b. Seksi Pemberdayaan Jasa Konstruksi; 4. Bidang Tata Ruang terdiri dari:

a. Seksi Perencanaan Tata Ruang; dan

b. Seksi Pengawasan dan Pemanfaatan Ruang. 5. Bidang Bina Marga terdiri dari:

(8)

b. Seksi Jalan; dan c. Seksi Jembatan.

6. Bidang Cipta Karya terdiri dari:

a. Seksi Perencanaan dan Pengawasan Bidang Cipta Karya; b. Seksi Sarana Dan Prasarana Perkotaan Dan Pedesaan; dan c. Seksi Penyediaan Sarana dan Prasarana Air Bersih dan Air Minum. 7. Bidang Sumber Daya Air terdiri dari ::

a. Seksi Peeerencanaan dan Pengawasan Sumber Daya Air; dan

b. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana SUmber Daya Air. 8. Kelompok Jabatan Fungsional; dan

9. Unit Pelaksana Teknis Dinas Peralatan teridiri dari. a. Bagian Tata Usaha UPTD Peralatan.

10. UPT Komplek Perkantoran (Gentung Temiang) terdiri dari

a. Bagian Tata Usaha UPT Komplek Perkantoran (Gentung Temiang) 11. UPTD Laboratorium terdiri dari :

a. Bagian Tata Usaha UPTD Laboratorium.

Berikut adalah gambar 6.2 bagan struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Paser.

(9)
(10)

C. Dinas Lingkungan Hidup

Dinas Lingkungan Hidup merupakan unsur pelaksana Urusan Pemerintahan dibidang Lingkungan Hidup. Dinas Lingkungan Hidup dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekda. Dinas Lingkungan Hidup mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan Pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan tugas pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat.

Dalam melaksanakan tugasnya, Dinas Lingkungan Hidup mempunyai fungsi:

1.

perumusan kebijakan teknis dibidang lingkungan hidup;

2.

pelaksanaan kebijakan dibidang lingkungan hidup;

3.

pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang lingkungan hidup;

4.

pelaksanaan administrasi Dinas Lingkungan Hidup;

5.

pembinaan Kelompok Jabatan Fungsional;

6.

pembinaan kelompok Unit Pelaksana Teknis Dinas; dan

7.

pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.

Susunan organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman terdiri atas:

1. Sekretariat terdiri dari:

a. Sub Bagian Perencanaan Program;

b. Sub Bagian Kepegawaian dan Umum; dan c. Sub Bagian Keuangan.

2. Bidang Tata Lingkungan terdiri dari :

a. Seksi Inventarisasi, RPPLH dan KLHS; b. Seksi Kajian Dampak Lingkungan Hidup; dan c. Seksi Pemeliharaan Lingkungan Hidup.

3. Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 terdiri dari : a. Seksi Penanganan Sampah; dan

(11)

4. Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup terdiri dari :

a. Seksi Pemantauan Lingkungan; dan

b. Seksi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

5. Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup terdiri dari : a. Seksi Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa Lingkungan;

b. Seksi Penegakan Hukum Lingkungan; dan c. Seksi Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup. 6. Bidang Pengelolaan TAHURA terdiri dari :

a. Seksi Perlindungan, Pengawetan dan pemanfaatan TAHURA; dan b. Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Pengelolaan Daerah Penyangga.

Berikut adalah gambar 6.3 bagan struktur organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Paser.

(12)
(13)

D. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan

Dinas mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan yang meliputi perumahan, kawasan Permukiman, serta pertanahan berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan.

Untuk melaksanakan tugasnya, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan menyelenggarakan fungsi:

1. penyusunan perencanaan program dan kegiatan operasional di bidang perumahan, kawasan Permukiman, serta pertanahan sesuai dengan rencana strategis Pemerintah Daerah;

2. penetapan kebijakan di bidang Perumahan, kawasan pemukiman dan pertanahan; 3. pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang Perumahan, kawasan Permukiman dan

pertanahan sesuai dengan dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan Pemerintah;

4. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya; dan

5. pelaksanaan kegiatan ketatausahaan.

Susunan Organisasi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan terdiri atas:

1. Kepala Dinas;

2. Bidang Sekretariat terdiri dari :

a. Subbagian Perencanaan dan Keuangan; dan

b. Subbagian Umum dan Kepegawaian Bidang Kesehatan Masyarakat 3. Bidang Perumahan terdiri dari :

a. Seksi Pembangunan dan Pengembangan Perumahan; b. Seksi Pembinaan Perumahan; dan

c. Seksi Pertamanan dan Pemakaman 4. Bidang Kawasan Permukiman terdiri dari:

a. Seksi Pengembangan Kawasan; dan

b. Seksi Sarana Prasarana Lingkungan Pemukiman

5. Bidang Pertanahan sebagaimana dimaksud pada ayat 16, terdiri atas: a. Seksi Pengadaan dan Pemanfaatan Tanah; dan

(14)

Gambar 6.4 Bagan Struktur Organisasi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Paser

KEPALA BIDANG KAWASAN PEMUKIMAN

Yusrani, SH H.

Penata Tingkat I (III/d) NIP. 19620410 198211 1 001 KEPALA SEKSI SARANA PRASARANA LINGKUNGAN PEMUKIMAN Sahridawati, ST Penata (III/c) NIP. 19821109 200604 2 012 KEPALA SEKSI PENGEMBANGAN KAWASAN Achmad Anshari, SE Penata Tingkat I (III/d) NIP. 19620407 198601 1 005

SEKRETARIS

Dra. Endang Srihartati, MM Pembina Tk. I (IV/b) NIP. 19660921 198602 2 003 KEPALA BIDANG PERUMAHAN Juliansyah, ST, MT H.

Penata Tingkat I (III/d) NIP. 19740712 200012 1 002 KEPALA SEKSI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN Dery Fitriadi, ST Penata (III/c) NIP. 19810730 200903 1 006 KEPALA SEKSI PEMBINAAN PERUMAHAN Muhammad Zulaiddin, ST, MT Penata (III/c) NIP. 19781122 200502 1 001 KEPALA SEKSI PERTAMANAN DAN PEMAKAMAN

Suba'i, SP Penata Muda Tingkat I (III/b) NIP. 19650601 199503 1 001

KEPALA SUBBAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN

Matna Uji, SE Penata (III/c) NIP. 19650612 199002 1 001

KEPALA SUBBAGIAN PERENCANAAN DAN KEUANGAN

Hindarto, SE, M.Si Penata (III/c) NIP. 19751106 199803 1 005

KEPALA BIDANG PERTANAHAN

Ahmad Reyad, S.Sip, M.Si Pembina (IV/a) NIP. 19820918 200112 1 002 KEPALA SEKSI PENGADAAN DAN PEMANFAATAN TANAH Fachruddin Cholik, SE Penata (III/c) NIP. 19790326 199803 1 002 KEPALA SEKSI PENYELESAIAN SENGKETA TANAH

Muhammad Hazrin, SH Penata Tingkat I (III/d) NIP. 19620407 198601 1 005

KEPALA DINAS

Hadijah Dra.

Pembina Utama Muda (IV/c) NIP. 19610725 198302 2 002

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

(15)

Tabel 6.1

Hubungan Penyelenggaraan Urusan Bidang Cipta Karya Kabupaten Paser LEMBAGA URUSAN P e re n c a n a a n P e n g e n d a lia n P e n g e m b a g a n P e rm u k im a n P e n a ta a n B a n g u n a n G e d u n g R u a n g T e rb u k a H ija u A ir L im b a h D o m e s ti k P e rs a m p a h a n D ra in a s e A ir M in u m T a ta R u a n g

1. Badan Perencanaan, Penelitian, dan

Pembangunan Daerah          

2. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman

       

3. Dinas Lingkungan Hidup 

4. Dinas Perumahan, Kawasan

Permukiman dan Pertanahan        

6.1.3. Potensi dan Permasalahan

Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis potensi dan permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten Paser yang menangani bidang Cipta Karya.

A. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Berdasarkan pengaturan organisasi penyelanggaraan bidang Keciptakaryaan dalam peraturan-peraturan Bupati Paser masih terdapat sejumlah masalah yang perlu dtangani untuk mengoptimalkan kinerja pembangunan di bidang keciptakaryaan di Kabupaten Paser, permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 29 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Paser..

2. Pada aspek institusi, lemahnya koordinasi antar instansi dan antar daerah otonom telah menimbulkan pola pengelolaan kecitakaryaan yang kurang efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan. Pada sisi lain, kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan keciptakaryaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan.

(16)

3. Berdasarkan kajian kelembagaan dapat dilihat bahwa dalam lingkup instansi keciptakaryaan masih diketemukan beberapa hal diantaranya: lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan ketatalaksanaan. Perubahan paradigma pembangunan sejalan dengan semangat reformasi mengindikasikan bahwa dalam struktur organsasi dan ketatalaksanaan kelembagaan memerlukan beberapa langkah penyesuaian terkait dengan tata kepemerintahannya, peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan infrastruktur keciptakaryaan. Penguatan peran masyarakat, pemerintah daerah, dan swasta diperlukan dalam rangka memperluas dan memperkokoh basis sumber daya.

B. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Berikut ini akan dijelaskan analisis ketatalaksanaan bidang cipta karya di Kabupaten Paser.

1. Perda penetapan Organisasi Pemerintah Daerah sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing instansi yang ada dipemerintahan.

2. Masih lemahnya koordinasi yang terjadi antar instansi yang terkait dalam bidang cipta karya.

3. Belum jelas hubungan antara pengawasan dalam pengelolaan pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, serta penyehatan lingkungan permukiman yang dilakukan oleh berbagai SKPD.

4. Lemahnya koordinasi antar instansi dan antardaerah otonom telah menimbulkan pola pengelolaan kecitakaryaan yang kurang efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan. 5. Kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prasyarat terjaminnya

keberlanjutan pola pengelolaan keciptakaryaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan.

C. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Sementara itu pada aspek sumber daya manusia, dengan berdasarkan pada PP No. 18 tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka nampak bahwa dari proses penempatan pejabat struktural kunci dalam penyelenggaraan urusan bidang keciptakaryaan di Kabupaten Paser masih terdapat sejumlah program pengembangan kapasitas SDM yang diperlukan. Kebutuhan ini muncul karena adanya beberapa hal berikut ini:

1. Masih terdapatnya pejabat struktural yang belum menjalani proses penyesuaian kepangkatan sejalan dengan tugas jabatan struktural yang diamanatkan kepada mereka.

(17)

2. Masih terdapatnya pejabat struktural yang belum dibekali dengan program pendidikan dan pelatihan yang sangat penting untuk mendukung terhadap pelaksanaan tugas dalam jabatan-jabatan struktural yang diamanatkan kepada mereka.

Kondisi mutasi personil yang baru saja dijalankan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Paser sebagai akibat penataan organisasi perangkat daerah pasca pemberlakuan PP No. 18 tahun 2016 telah menjadi penyebab belum terpenuhinya hak pengembangan kapasitas pada personil-personil pejabat struktural tersebut di atas.

D. Analisis Kebutuan Sumber Daya Manusia

Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Adapun serangkaian program yang penting untuk dilaksanakan dalam rangka memperkuat sumber daya manusia penyelenggara urusan bidang keciptakaryaan adalah:

1. Penyesuaian kenaikan pangkat untuk pejabat-pejabat yang telah memenuhi persyaratan 2. Perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan

organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

3. Peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU sebagai berikut :

Tabel 6.2

Pelatihan Bidang Cipta Karya

No Jenis Pelatihan

1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara 3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan

6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan 9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan 10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan

(18)

Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya

11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana

12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara 13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai 15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai 16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

17 Diklat Jabatan Fungsional

Tabel 6.3

Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Aspek

Kelembagaan Strategi Rencana Aksi

Organisasi

Mendorong koordinasi fasilitasi penyusunan RPIJM melalui sektor keciptakaryaan.

Semua instansi yang menjadi Satgas RPIJM ikut berperan aktif dalam koordinasi.

Melengkapi usulan dengan readiness criteria agar dapat menyerap anggaran APBN yang lebih banyak.

Melakukan penyusunan dokumen perencanaan yang belum disusun. Menguatkan koordinasi antar instansi

yang terkait keciptakaryaan untuk mencapai tujuan MDG’s dengan menghilangkan ego pribadi.

Koordinasi yang melibatkan stakeholder yang terkait keciptakaryaan.

Mendorong komitmen yang kuat dari pimpinan Dinas Pekerjaan Umum dan Bappeda untuk diteruskan kepada pihak-pihak lain yang terlibat dalam penyusunan RPIJM

Peningkatan Tupoksi tugas dan tanggung jawab untuk Bidang Cipta Karya, terutama untuk Seksi berkaitan dengan pelaksanaan RPIJM ini.

Menjadwalkan pertemuan koordinasi secara berkala.

Turut serta secara aktif dalam koordinasi

Tata Laksana

Penegasan kembali terhadap SK. Satgas RPIJM siapa saja yang terlibat dalam penyusunan.

Menindak lanjuti keikutsertaan siapa saja yang terlibat sesuai dengan jabatan dalam kedinasan yang disebutkan di SK. Satgas RPIJM

Memaksimalkan usulan program pada kawasan strategis kabupaten

Usulan disertai dengan readiness criteria

Sumber Daya Manusia

Peningkatan kapasitas dan kesadaran akan pentingnya sistem kearsipan dan pendokumentasian

Peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan Memanfaatkan semaksimal mungkin

tenaga dan anggaran yang tersedia dalam proses fasilitasi penyusunan

Peran aktif anggota Satgas dalam proses penyusunan dokumen RPIJM

(19)

Aspek

Kelembagaan Strategi Rencana Aksi

dijadikan usulan progam pada kawasan-kawasan yang rawan air, sanitasi dan kawasan kumuh di kawasan strategis.

beberapa pelatihan

6.2. Kerangka Regulasi

Kerangka Regulasi dalam hal ini berarti arah regulasi dan/atau kebutuhan regulasi yang bentuknya dapat berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Instruksi Presiden atau Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat. Kerangka regulasi diarahkan untuk memfasilitasi, mendorong dan/atau mengatur perilaku penyelenggara pembangunan serta masyarakat termasuk swasta dalam rangka pembangunan di bidang Cipta karya. Kerangka Regulasi juga disusun sebagai instrumen untuk memecahkan permasalahan yang penting, mendesak, dan merniliki dampak besar terhadap pencapaian sasaran pembangunan bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya mengacu pada Undang-Undang yang berlaku. Adapun amanat perundangan yang terkait dengan keciptakaryaan antara lain:

 Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

- Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan, maka pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada: (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi; (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat; (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional; dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin. - Percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara

pemerintah dan dunia usaha; Pengembangan perumahan dan permukiman.

- Ketersediaan infrastruktur sesuai tata ruang; Terpenuhinya penyediaan air minum untuk kebutuhan dasar pengembangan infrastruktur pedesaan mendukung pertanian; Pemenuhan kebutuhan hunian didukung sistem pembiayaan jangka panjang; Terwujudnya kota tanpa pemukiman kumuh.

(20)

- Terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

 Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

- Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama lima (5) tahun terhitung sejak diberlakukannya UU ini.

- Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan dengan pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir.

 Undang-Undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman - UU mengatur penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pencegahan

dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, pendanaan & pembiayaan, dan peran masyarakat.

- Dalam menangani permukiman kumuh dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.

 Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Peraturan ini mengatur perihal pembinaan, perencanaan, pembangunan, penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan, pengelolaan, peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban, pendanaan dan sistem pembiayaan, dan peran masyarakat.

 Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

- Bangunan gedung harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Sistem penghawaan, pencahayaan, dan pengkondisian udara dilakukan dengan prinsip-prinsip penghematan energi (amanat green building).

- Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan.

(21)

- Infrastruktur air minum, air limbah permukiman, persampahan, merupakan bagian dari sistem jaringan prasarana yang mendukung sistem permukiman dan membentuk struktur ruang kota.

- Peraturan ini mengamanatkan penyediaan ruang terbuka hijau dengan proporsi paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.

 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

- Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat merupakan Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan seluruh Daerah dan bersifat Pelayanan Dasar untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara. Pemda telah diamanatkan untuk memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sehingga mendapat perlakuan khusus dalam penyusunan kelembagaan, perencanaan dan penganggaran di pusat dan di daerah.

- Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar berpedoman pada SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, sekaligus mendukung indikator kinerja utama kementerian dan kinerjanya akan dikontrol secara ketat oleh berbagai stakeholders.

- Dalam pembangunan bidang infrastruktur permukiman, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan untuk mengembangkan sistem permukiman secara nasional, lintas provinsi, atau untuk kepentingan strategis nasional. Pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota ditunjukan pada tabel.

Tabel 6.4

Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota

Sub Urusan Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/Kota

Permukiman a. Penetapan sistem

pengembangan infrastruktur permukiman secara nasional. b. Penyelenggaraan infrastruktur pada permukiman di kawasan strategis nasional Penyelenggaraan infrastruktur pada permukiman di kawasan strategis Daerah Provinsi. Penyelenggaraan infrastruktur pada permukiman di Daerah kabupaten/kota

Bangunan Gedung a. Penetapan

bangunan gedung untuk a. Penetapan banguanna gedung untuk kepentingan Penyelenggaraan bangunan gedung di wilayah Daerah

(22)

Sub Urusan Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/Kota kepentingan strategis nasional b. Penyelenggaraan bangunan gedung untuk kepentingan strategis nasional dan penyelenggaraan banguanna gedung fungsi khusus strategis Daerah provinsi b. Penyelenggaeaan bangunana geudng untuk kepentigan strategis Daerah provinsi kabupaten/kota, termasuk pemberian IMB dan sertifikat laik fungsi banguna Penataan Bangunan dan Lingkungan a. Penetapan pengembangan sistem penataan bangunan dan lingkungan secara nasional b. Penyelenggaraan penataan bangunan danlingkungannya di kawasan strategis nasional Penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan di kawasan strategis Daerah provinsi dan penataan bangunan dan lingkungan lintas daerah

Penyelenggaraan penataan banguanan dan lingkungan di daerah kabupaten/kot

Air Minum a. Penetapan

pengembangan SPAM secara nasional b. Pengelolaan dan pengembangan SPAM lintas Daerah provinsi, dan SPAM untuk kepentingan strategis nasional Pengelolaan dan pengembangan SPAM lintas daerah kabupaten/kota Pengelolaan dan pengembangan SPAM di daerah kabupaten/kota

Air Limbah a. Penetapan

pengembangan sistem pengelolaan air limbah domestik

Pengelolaan dan pengembangan sistem airl limbah domestik regional

Pengelolaan dan pengembangan sistem air limbah domestik dalam daerah

(23)

Sub Urusan Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/Kota

pengembangan sistem pengelolaan air limbah domestik lintas daerah provinsi, dan sistem pengelolaan air limbah domestik untuk kepentingan strategis nasional Persampahan a. Penetapan pengembangan sistem pengelolaan persampahan secara nasional b. Pengembangan sistem pengelolaan persampahan lintas daerah provinsi dan sistem pengelolaan persampahan untuk kepentingan strategis nasional Pengembangan sistem dan pengelolaan persampahan regional Pengembangan sistem dan pengelolaan persampahan dalam daerah kabupaten/ kota Drainase a. Penetapan pengembangan sistem drainase secara nasional b. Pengelolaan dan pengembangan system drainase lintas daerah provinsi dan sistem drainase untuk kepentingan strategis nasional Pengelolaan dan pengembangan sistem drainase yang terhubung dengan sungai lintas daerah kabupaten/kota

Pengelolaan dan pengembangan sistem drainase yang

terhubung dengan sungai dalam daerah kabupaten/kota

(24)

Di samping Undang-Undang tersebut, Ditjen Cipta Karya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya juga mengacu pada peraturan pelaksana dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, maupun Peraturan Menteri PUPR. Adapun peraturan pelaksanaan bidang Cipta Karya antara lain:

 PP No. 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG (Undang Undang Bangunan Gedung);

 PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

 PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;

 PP No. 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman;

 PP No. 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air;

 PP No. 122 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum;

 Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur, dengan perubahannya Perpres No. 13 Tahun 2010 dan Perpres No. 56 Tahun 2011;

 Perpres No. 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;

 Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca;

 Perpres No. 185 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi;

 Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;

 Perpres No. 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

 Perpres No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur;

 Permen PU No. 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP);

 Permen PU No. 06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

 Permen PU No. 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;

 Permen PU No. 16/PRT/M/2008 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);

(25)

 Permen PU No. 16/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung;

 Permen PU No. 18/PRT/M/2012 Tentang Pedoman Pembinaan Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

 Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga;

 Permen PU No. 13/PRT/M/2013 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

 Permen PU No. 1/PRT/M/2014 Tentang SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

 Permen PU No. 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan;

 Permen PU No. 25/PRT/M/2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum;

 Permen PUPR No. 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau; Permen PUPR No. 03/PRT/M/2015 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur;

 Permen PUPR No. 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

 Permen PU No. 34/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

 Permendagri No. 57 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Perkotaan;

 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

 Perda No. 1 Tahun 2016 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur

 Perda No. 7 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

 Perda No. 16 Tahun 2016 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Paser

 Perda No. 9 Tahun 2015 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Paser

(26)

Tabel 6.5

Kebutuhan Kerangka Regulasi

No ARAH KERANGKA DAN/ATAU KEBUTUHAN REGULASI URGENSI PEMBENTUKAN EVALUASI REGULASI EKSISTING, KAJIAN DAN

PENELITIAN UNIT PENANGGUNG JAWAB UNIT TERKAIT/ INSTITUSI 1 Peraturan Daerah Tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh & Permukiman Kumuh

Penguat /Turunan Dari UU No. 1/2011 Dan UU No.20/2011 Dan UU No. 28/2002

Ruag Lingkup : a. Pencegahan

b. Peningkatan Kualitas Pengadaan Tanah Dan Pendanaan Kabupaten/ Kota Bappeda, Dinas PU&Tata Ruang, DLH, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan 2 Perda Pengelolaan Air

Limbah Rancangan Undang-Undang (RUU) Mandiri Kabupaten/ Kota Bappeda, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan, DLH

Gambar

Gambar 6.1 Bagan Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Paser
Gambar 6.2 Bagan Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Paser
Gambar 6.3  Bagan Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Paser
Gambar 6.4 Bagan Struktur Organisasi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Paser

Referensi

Dokumen terkait

Proses pendeteksi object (Object Tracking) berbasis Color Filtering pada penelitian ini menggunakan Color Filtering yang di proses agar bisa mendeteksi object yang diinginkan

Program ini dimaksudkan untuk menjembatani inisiatif mitra kepada pelaku usaha lainnya baik pada fase produksi, pasca produksi, pemasaran dan juga aspek

Stres oksidatif pada diabetes melitus hasil dari oksigen dan nitrogen spesies reaktif berlebih (ROS / RNS) yang berasal dari jalur poliol, oksidasi glukosa, AGEs, dan

Maksud disusunnya rencana strategis Kecamatan Dau ini adalah memberikan arah penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan serta pelaksanaan

Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang.

Kondisi lingkungan bisnis dengan struktur kepemilikan yang beragam seperti kepemilikan saham yang terkonsentrasi, kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, dan kepemilikan

Penelitian “Peningkatan Kadar Unsur Hara pada Tanah dan Daun Tanaman Kelapa Sawit ( Elaeis guinensis , Jacq) Melalui Fertigasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi efektif terhadap kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Wijayakusuma (DKT) Purwokerto.. Hipotesis dalam penelitian