• Tidak ada hasil yang ditemukan

oleh Deni Surya Permadi, Sutaryat Tarmansyah, dan Yosal Iriantara SPs Uninus ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "oleh Deni Surya Permadi, Sutaryat Tarmansyah, dan Yosal Iriantara SPs Uninus ABSTRACT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM PENGEMBANGAN

KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

MELALUI PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN GURU DALAM

MENINGKATKAN KOMPETENSI

PROFESIONAL

GURU SEKOLAH DASAR

(Studi Kasus Pada Penyelenggaraan Diklat Guru SD Kelas

Atas dan Kelas Bawah Kecamatan Paseh tahun 2018)

oleh Deni Surya Permadi, Sutaryat Tarmansyah, dan Yosal Iriantara

email: denisuryap1111@gmail.com

The problem of research is the low of professional competence of teachers. The ministry of

education and culture set up a sustainable civil-development program. This research aims to get

a sense of the planning, organization, execution and evaluation of the PKB program through

teacher’s training in improving the professional competencies of elementary school teachers.

This research uses a qualitative approach with study methods. The results of this study are:

(1) PKB programs through the teacher administration aims to increase the teacher’s ability

in carrying out his duties through increasing pedagogical and professional competence; (2) in

generally organizing the implementation of PKB program through individual teachers based

on technical instructions; (3) implementation of PKB programs implemented with “in service

and on job learning”; (4) impact evaluations describe the increasing of a teacher’s professional

competence after the participant trained in the teacher administration, although it has not

optimal yet.

Key Words:

professional competence

(2)

PENDAHULUAN

Negara yang maju terlihat dengan pendidikannya yang berkualitas. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, guru menjadi kunci utama. Maka dari itu guru harus bermutu dan professional. Menjadi guru tidaklah mudah, karena seseorang harus memiliki empat kompetensi agar dapat menjadi guru yang bermutu. Adapun kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogik, professional, kepribadian, dan sosial. Semua kompetensi tersebut haruslah dimiliki dan dikuasai oleh seorang guru, agar dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Pada kenyataannya hasil uji kompetensi guru (UKG) tahun 2015 pada guru di Indonesia masih jauh dari memuaskan. Hasil UKG yang dijadikan potret kompetensi guru di Indonesia belum mencapai target nilai rata-rata pemerintah. Rata-rata nilai UKG nasional masih di bawah standar. Rata-rata UKG nasional 53.02. Adapun rinciannya yaitu, rerata nilai kompetensi profesional 54.77, sedangkan nilai rata-rata kompetensi pedagogik 48.94.

Setelah penulis membaca dan menganalisa, kemungkinan penyebab dari rendahnya hasil UKG pada kompetensi professional guru di atas adalah ketidak sesuaian disiplin ilmu dengan bidang ajar dari guru, kualifikasi guru yang belum setara Sarjana, rekrutmen guru yang tidak efektif, lulusan Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) banyak menciptakan lulusan tidak bermutu atau kalah saing dengan lulusan non kependidikan, dan panggilan menjadi seorang guru merupakan pilihan akhir karena sulit mendapat pekerjaan.

Pemerintah selaku pemangku kebijakan tidak tinggal diam dalam masalah ini. Berbagai langkah ditempuh dan dilaksanakan agar guru lebih bermutu. Mulai dari menyesuaikan penghasilan guru PNS, memberikan tunjangan profesi, melaksanakan pengawasan, sampai

menyelenggarakan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan membuat program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Salah satu tujuan PKB adalah meningkatkan kompetensi pedagogik dan professional.

Ada tiga komponen dalam PKB, yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif (Kemendikbud, 2012a: 8-13). Pelaksanaan Pengembangan diri merupkan upaya peningkatan profesionalisme diri agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan tugas pokok dan kewajibannya dalam pembelajaran atau pembimbingan termasuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah. Pengembangan diri terdiri dari diklat fungsional dan kolektif guru.

Pada tahun 2016 dimulailah program pengembangan diri yang dikemas dalam program PKB yang diberi nama Program Guru Pembelajar. Program ini dibiayai oleh pemerintah dan sasaran utamanya adalah guru dengan nilai UKG rendah. Guru-guru tersebut diberikan pelatihan berupa diklat dalam wadah komunitas kerja guru (KKG). Narasumber dalam diklat tersebut adalah guru dengan nilai UKG tinggi yang sebelumnya dilatih untuk menjadi Instruktur PKB. Para peserta diklat diberikan uang sebagai pengganti biaya transport. Pada tahun 2017 program yang sama diberi nama Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, dan tahun 2018 diberi nama Program Pendidikan dan Pelatihan Guru (Diklat Guru).

Belakangan ini beberapa guru Sekolah Dasar di Kecamatan Paseh melaksanakan (PKB) melalui Program Diklat Guru, baik guru Sekolah Dasar Kelas Atas ataupun Kelas Bawah. Program Diklat Guru dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2018 di Kecamatan Paseh. Namun program

(3)

PKB melalui Diklat Guru dilaksanakan secara mandiri, dalam artian tidak dibiayai oleh Pemeritah. Kegiatan tersebut dibiayai dengan dana pribadi peserta. Para guru pun banyak yang mengeluh dengan adanya kegiatan ini yang cukup menyita waktu dan biaya, terlebh guru harus mengeluarkan dana pribadi sebagai syarat sebagai peserta. Banyak guru yang sering meninggalkan kelasnya untuk mengikuti program PKB melalui Diklat Guru. Namun apakah PKB melalui Diklat Guru benar–benar berperan dalam meningkatkan kompetensi guru. Oleh karena itu, penelitian ini dirasa perlu dilakukan agar penulis dapat mengetahui sejauh mana peranan program pengembangan diri dalam PKB melalui Diklat Guru dapat meningkatkan kompetensi profesional guru. Jangan sampai Pemerintah membuang waktu dan biaya besar namun nyatanya PKB tidak terlalu banyak membuat perubahan pada kompetensi para guru.

E. Mulyasa (2016) mengungkapkan “peningkatan kualitas guru yang sedang dilakukan akhir-akhir ini antara lain melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB). Dalam kaitannya dengan implemantasi kurikulum 2013, dilakukan berbagai pendidikan dan pelatihan. Melalui pendidikan dan pelatihan ini diharapkan melahirkan guru-guru professional yang siap mengimplementasikan kurikulum secara optimal.” Penjelasan di atas menguatkan asumsi penulis bahwa pembinaan yang dilakukan pemerintah dengan menerapkan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru khususnya kompetensi profesionalnya, agar guru lebih profesional. Hal senada diungkapkan oleh Daeng Arifin (2010: 58) “semakin sering seorang guru mengikuti kegiatan-kegiatan penunjang (organisasi guru, seminar, gugus sekolah, lokakarya, penataran), maka semakin tinggi motivasi guru tersebut dalam mengembangkan wawasannya.”

Wibowo (2007:110) menjelaskan bahwa kompetensi merupakan suatu kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Kompetensi berarti kemampuan mewujudkan sesuatu sesuai dengan tugas yang diberikan kepada seseorang.

Menurut Mulyasa (2013: 27), kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personalia, keilmuan, teknologi dan sosial, serta spiritual yang membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas. Kompetensi guru lebih merujuk pada kemampuan guru untuk mengajar dan mendidik sehingga menghasilkan perubahan perilaku belajar dari peserta didik. Kemampuan guru yang dimaksud adalah tidak hanya dari segi pengetahuan saja tetapi juga dari segi kepribadian, sosial dan profesional sebagai guru.

Menurut UU RI No. 14/2005 pasal 10 ayat 1 dan PP RI No. 19/2005 pasal 28 ayat 3 Kompetensi Profesional guru dimaksudkan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang yang memangku jabatan guru sebagai profesi. Kompetensi professional berkaitan sekali dengan kemampuan guru dalam menguasai materi pada bidang studi manapun dengan berbagai substansi keilmuan lainnya sebagai guru.

Menurut E. Mulyasa (2013: 135) ruang lingkup kompetensi professional guru antara lain: (a) mengerti dan menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis dan sebagainya, (b) mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik, (c) mampu

(4)

menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya, (d) mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi, (e) mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan, (f) mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran, (g) mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik, (h) mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

Untuk menjadikan guru lebih bermutu pemerintah memberikan solusi dengan membuat program Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB), PKB harus dilakukan berdasarkan kebutuhan guru yang bersangkutan. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan guru untuk mencapai standar kompetensi yang telah distandarkan atau lebih. Karena hal ini menjadi penting karena nantinya juga PKB akan berimplikasi pada perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat atau jabatan fungsional guru.

Di dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tetntang Jabatan Fungsional Guru beserta Angka Kreditnya, PKB merupakan pengembangan kompetensi guru yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan para guru secara bertahap dan berkelanjutan untuk meningkatkan keprofesionalan guru. PKB merupakan unsur penting yang kegiatannya juga diberikan angka kredit untuk megembangkan karir guru, selain kedua unsur utama lainnya, yakni: (1) pendidikan; (2) pembelajaran/ pembimbingan dan tugas tambahan dan/ atau tugas lain yang relevan. Menurut Permennegpan juga diterangkan bahwa PKB terdiri dari tiga komponen, yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.

Maksum dalam Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 melakukan

penelitian dengan judul Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru Kelas SD Negeri 2 Tarakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan PKB guru kelas SDN di gugus 2 Tarakan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Menurut Maksum “PKB belum terlaksana secara menyeluruh. Dukungan kuat telah diberikan oleh kepala sekolah namun motivasi dari guru itu sendiri yang masih kurang.” Faktor pendukung pelaksanaan PKB bagi guru kelas SDN di gugus 2 Tarakan adalah motivasi yang kuat dari kepala sekolah, ketua gugus dan dinas pendidikan kota, serta tersedianya anggaran transportasi dan biaya pendaftaran untuk mengikuti diklat, lokakarya, seminar, KKG, dan pelatihan lainnya. Sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya motivasi dari diri guru kelas itu sendiri, kurangnya sosialisasi, sulit guru mengikuti perkembangan TIK, tidak berupaya mengembangkan kompetensi dirinya, kurang memadainya sarana prasarana yang ada.

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan gambaran tentang Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dalam meningkatkan kompetensi profesional guru SD. Sedangkan tujuan khusus terdiri dari: (1) Mendapatkan gambaran tentang perencanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) melalui Pendidikan dan Pelatihan Guru dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Sekolah Dasar, (2) Mendapatkan gambaran tentang pengorganisasian pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) melalui Pendidikan dan Pelatihan Guru dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Sekolah Dasar, (3) Mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) melalui Pendidikan dan Pelatihan Guru dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Sekolah Dasar, (4) Mendapatkan

(5)

gambaran tentang evaluasi pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) melalui Pendidikan dan Pelatihan Guru dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Sekolah Dasar.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan menggunakan desain studi kasus. Melalui penelitian kualitatif penulis dapat mendeskripsikan pengalaman, pemikiran, dan hal-hal yang tidak dapat diwakili oleh angka. Hal-hal tersebut seperti rasa, harapan, hambatan, dan solusi-solusi dari para obyek yang diteliti mengenai masalah yang peneliti jadikan dasar penelitian.

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Metode ini dirasa sesuai dengan keadaan yang akan penulis teliti, karena PKB melalui Diklat Guru memang sudah dilakukan KKG Sekolah Dasar kelas bawah dan atas di Kecamatan Paseh pada bulan Oktober tahun 2018.

Objek dari penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar kelas atas dan kelas bawah yang mengikuti Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan di lingkungan Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung. Adapun sumber data ditentukan dengan teknik sampling. Guru-guru yang dijadikan sumber data adalah beberapa guru SD kelas atas dan kelas bawah Kecamatan Paseh yang sudah mengikuti program PKB. Penelitian ini menggunakan teknis analisis triangulasi, agar data dari Observasi, wawancara, dan dokumentasi dapat dicek kebenarannya. Rencana penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan April 2019.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Perencanaan implementasi

Berdasarkan data, perencanaan Program Diklat Guru dilakukan oleh tim pengembang Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Program PKB melalui Diklat Guru secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui peningkatan kompetensi baik pedagogik maupun profesional, serta memiliki performa sebagai pendidik dan pemimpin bagi peserta didiknya.

2. Pengorganisasian implementasi

Pengorganisasian dalam implementasi berjalan sesuai petunjuk teknis yang sudah terprogram. Semua pihak baik panitia maupun Instruktur mempunyai tugas pokok yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan kegiatan Diklat Guru. Instruktur atau fasilitator Diklat Guru mempunyai peranan utama dalam memfasilitasi peserta Diklat dalam meningkatkan kompetensi professional mereka. Beberapa aspek yang dimiliki fasilatator menjadi ujung tombak keberhasilan meningkatnya kompetensi peserta.

Menurut hasil penelitian dengan wawancara terhadap guru yang menjadi peserta Diklat Guru SD Kecamatan Paseh 2018 pada kelas Atas dan kelas Bawah, fasilitator atau Instruktur pada saat itu terdiri dari dua orang dalam satu kelas, hal ini sesuai dengan petunjuk teknis PKB melalui Diklat Guru 2018. Kedua Instruktur bekerjasama dalam memfasilitasi peserta. Instruktur menguasai materi dan mampu menjawab setiap pertanyaan peserta. Namun beberapa kendala tidak bisa dihindari, seperti dalam pemberian tugas terhadap peserta. Beberapa peserta kesulitan mengerjakan tugas dari Instruktur karena

(6)

keterbatasan dalam bidang IT. Hal ini terlihat dalam penggunaan laptop saat mengerjakan tugas dari Instruktur. (B1, B2, B3, B4).

3. Pelaksanaan PKB melalui Diklat Guru SD di Paseh

Pelaksanaan implementsi Program Diklat Guru tahun 2018 di Kecamatan Paseh secara umum berjalan dengan baik. Beberapa standar pelaksanaan penyelenggaraan yang dijelaskan dalam buku panduan diwujudkan dalam pelaksanaan dilapangan. Adapun standar yang dimaksud antara lain:

a. Standar Fasilitator. Fasilitator dalam pelaksanaan Diklat Guru SD di Kecamatan Paseh merupakan Instruktur Nasional. Instruktur Nasionan (IN) adalah guru yang memenuhi syarat: mendapat predikat minimal cukup pada Pembekalan Instruktur Nasional tahun 2018; atau telah mengikuti Penyegaran Instruktur Nasional tahun 2018. Ke empat Instruktur yang dituggaskan oleh Dinas Kabupaten Bandung sesuai dengan petunjuk pedoman penyelenggaraan Diklat Guru.

b. Standar Kurikulum. Pelaksanaan Diklat Guru SD di Kecamatan Paseh dilaksanakan selama 60 Jam Pelajaran (JP) @ 45 menit untuk dua kelompok kompetensi. 60 JP dibagi menjadi 20 JP selama 2 hari (in1), 30 JP tugas mandiri (on the job learning), dan 10 JP pertemuan terakhir (in 2). Adapun kelompok Kompetensi Profesional yang dipelajari dalam Diklat Guru SD kelas tinggi/atas adalah Penerapan Nilai, Norma, Moral Pancasila dan Pengembangan Materi Ajar IPS di Sekolah Dasar. Sedangkan materi kompetensi professional untuk kelas awal/bawah adalah TIK untuk Pengembangan Diri Guru dan Kajian Materi IPS Sekolah Dasar kelas Awal.

Dengan demikian waktu pelaksanaan Diklat Guru SD baik kelas Bawah dan Atas telah memenuhi petnjuk sesuai panduan Diklat Guru tahun 2018.

c. Standar sarana. Sarana berupa bahan dan alat yang digunakan dalam Program Diklat Guru SD di Kecamatan Paseh menggunakan moda tatap muka dikemas dalam bentuk hardcopy berupa modul. Buku pegangan IN, silabus, lembar kerja, bahan tayang soal tes akhir, LCD Projektor, sound system dipersiapkan dengan baik oleh Dinas Pendidikan Kabupaten, Instrktur, dan Panitia Kegitan. Dalam Prasarana pun panitia menyediakan tempat sesuai standar penyelenggaraan, yaitu ruang kelas mampu menampunng 40 orang peserta, memiliki koneksi internet, dan memlliki daya listrik yang mencukupi.

d. Standar Peilaian. Penilaian peserta dilakukan oleh Instruktur Diklat (IN). Penilaian terdiri dari Penilaian Sikap, Penilaian Keterampilan, dan Penilaian Tes Akhir. Terkecuali tes akhir, tes ini diselenggarakan secara online, sehingga IN hanya bisa memberikan petunjuk pengerjaan dan kriteria saja. Nilai murni peserta akan dihasilkan dari tes Akhir ini. Pada dasarnya penilian pada Diklt Guru SD di Kecamatan Paseh sudah sesuai standar. Namun yang disayangkan sampai saat ini peserta tidak mengetahui hasil dari nilai Akhir mereka (C1, C2, C3 dan C4). Peserta hanya bisa melihat jumlah Benar dan Salah dari 30 soal yang mereka kerjakan setelah mereka mengerjakan Soal tes Akhir secara online. Dan berdasarkan jumlah benar dan salah mereka dapat dinyatakan lulus Diklat.

(7)

Diklat Guru bagi guru kelas berupa tes objektif yang disusun berdasarkan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang tercantum pada modul kelompok kompetensi yang dilatihkan. Jumlah soal untuk satu kelompok kompetensi sebanyak 30 butir soal, dengan proporsi 10 soal pedagogik dan 20 soal profesional. Uji validitas soal dilakukan dengan menggunakan validasi konstruk dan konten oleh pakar. Soal tersebut dibuat langsung oleh pihak PPPPTK. Panitia hanya berkoordinasi dengan Dinas Kabupaten Bandung dan PPPPTK untuk penyelenggaraan tes akhir secara online pada server yang dimiliki langsung PPPPTK. Sehingga soal tes dalam Diklat Guru SD yang diselenggarakan oleh Panitia Kecamatan Paseh pun sudah pasti sesuai SOP penyelenggaraan Diklat Guru tahun 2018.

4. Evaluasi implementasi.

a. Evaluasi dampak Diklat guru

Berdasarkan fakta dilapangan, memang benar adanya penyelenggaraan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui Diklat Guru

berhasil meningkatkan kompetensi professional peserta atau guru. (A1, B1, B2, B3, B4, D1). Dan berdasrkan observasi yang dilakukan oleh para Kepala Sekolah masing-masing guru yang penulis teliti, diklat guru 2018 berhasil meningkatkan kompetensi professional guru. Hal ini dibuktikan dengan penilaian kinerja guru yang dilakukan Kepala Sekolah.

b. Masalah atau hambatan Diklat Guru SD di Paseh.

Evaluasi penyelenggaraan program dibutuhkan untuk melihat

keberhasilan kegiatan ini. Salah satu upaya Ditjen GTK dalam

memperbaiki kualitas program PKB dari tahun ketahun adalah dengan evaluasi yang mereka lakukan melalui PPPPTK sebagai penanggungjawab penyelenggaran program. Adapun Evaluasi yang dimaksudkan untuk memantau proses pelaksanaan pembelajaran dan ketercapaian kompetensi sesuai dengan karakteristik Program Diklat Guru. Evaluasi ini meliputi evaluasi peserta, evaluasi fasilitator, dan evaluasi penyelenggaraan Program Diklat Guru.

Namun dalam pelaksanaanya, panitia penyelenggara tidak melakukan hal ini. Panitia tidak membuat laporan kegiatan. Sehingga evaluasi pun mereka tidak lakukan. Panitia hanya berfokus pada tujuan pembelajaran saja. Yang penting bagi panitia adalah semua peserta lulus Diklat mendapat nilai melewati KCM yang telah ditentukan, yaitu lebih besar atau sama dengan 70. Padahal seharusnya panitia penyelenggara melakukan evaluasi sebagai bahan untuk perbaikan penyelenggaraan Diklat yang akan datang..

Walaupun pihak panitia tidak melakukan evaluasi dan pembuatan laporan kegitan, Peneliti akan memberikan gambaran evaluasi terhadap penyelenggaraan Diklat Guru SD di Kecamatan Paseh tahun 018 sesuai dengan wawancara, observasi dan dokumen yang ada. 1) Fasilitator.

Fasiitator atau Instruktur melakukan tugasnya sesuai dengan standar fasilitator sebagaimana yang sudah peneliti jelaskan. Jumlah fasilitator memenuhi kebutuhan peserta, yaitu 2 orang per kelas. Dan fasilitator mendapat nilai rerata baik dari beberapa peserta yang peneliti wawancara.

(8)

(B1, B2, B3, dan B4) 2) Bahan.

Kesiapan modul kurang maksimal, dikarenakan masih ada beberapa yang belum mendapat modul saat kegiatan Diklat dimulai (B1). Selain modul yang kurang, beberapa perlengkapan pembelajaran dirasa cukup memadai, peserta mampu memahami isi modul. (B1, B2, B3, dan B4)

3) Peserta

Pemanggilan guru-guru sebagai peserta sesuai dengan hasil UKG para peserta. Waktu pemanggilan pun dirasa cukup tepat. Kebutuhan kelompok kompetensi pun sudah tepat sesuai nilai kelompok kompetensi yang kurang saat UKG. Namun yang dikeluhkan oleh peserta adalah penetapan guru sebagai peserta dirasakan tidak adil atau tebang pilih. Karena peserta Diklat semuanya berstatus sebagai guru PNS, padahal anggota dari komunitas guru kelas bukan hanya guru yang berstatus PNS, banyak dari mereka yang berstatus guru tidak tetap (GTT) atau guru honorer yang memiliki nilai UKG sama rendahnya dengan para peserta. Dan Kepala Sekolah yang sama nilai UKG nya dengan para peserta tidak diikut sertakan sebagai peserta Diklat Guru. Terlebih bila dihubungkan dengan anggaran penyelenggaraan Diklat menggunakan biaya dari peserta sendiri. Hal ini mengakibatkan dugaan negatif terhadap penyelenggaraan Diklat Guru tahun 2018. (B1, B2, B3, dan B4) 4) Strategi Pelaksanaan

Menurut (D1) Dibandingkan daring kombinasi Guru

Pembelajar Online (GPO) tahun 2016, pelaksanaan PKB melalui diklat guru 2018 jauh lebih singkat. Pendalaman materi GPO dilakukan selama 3 bulan untuk 2 modul. Sedangkan PKB program tatap muka, hanya 2 hari untuk pengkajian modul. 1 hari permodul untuk mengkaji kompetensi pedagogik dan profesional. Menurut (D1), keterbatasan waktu menjadi hambatan dalam pelaksanaan PKB melalui diklat guru. Apalagi untuk mengkaji modul I yang membahasas teknologi informasi. Perlu waktu yang lama untuk mempraktekan semua keterampilan yang harus dipelajari peserta baik itu pedagogik maupun profesional. Walaupun peserta bisa mempelajarinya sendiri pada waktu on service training. Tetapi mengingat sebagian peserta adalah guru senior usia 40 tahun lebih, memerlukan waktu yang lebih lama untuk benar-benar menguasai kemampuan dan keterampilan yang diharapkan. 5) Anggaran

Berdasarkan keterangan (A1), ketersediaan anggaran sesuai kebutuhan dan kelengkapan dokumen keuangan sesuai ketentuan, namun disayangkan tidak tersedianya proposal penyelenggaraan. Anggaran dibebankan kepada peserta Diklat. Hal ini menjadi kendala para peserta yang tidak mampu membayar pendaftaran.

c. Solusi dari hambatan dalam Diklat Guru SD di Paseh

Adapun solusi dari hambatan yang penulis ungkapkan di atas adalah sebagai berikut:

(9)

hambatan yang diutarakan D1 di atas adalah dengan membagi peserta kelompok. Mereka berkolaborasi untuk mempelajari modul F dan I bersama rekan satu kelompoknya. Ada kolaborasi antara guru muda dan guru senior. Apabila ada pertanyaan dari peserta, instruktur membimbing secara daring memalui aplikasi messenger.

2) Panitia yang ditugaskan sebaiknya mempelajari dengan baik buku pedoman dan SOP penyelenggaraan Diklat agar ke depan penyelenggaraan Diklat Guru selanjutnya terlaksana dengan baik. Minimal mempunyai proposal, laporan kegiatan, serta nilai awal dan akhir peserta Diklat Guru sebagai bahan evaluasi untuk kegiatan serupa selanjutnya. 3) Koordinasi antara PPPPTK, Dinas Kabupaten, Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan (Korwil), dan Panitia Penyelenggara diharapkan lebih bersinergi. Hal ini untuk memperbaiki pelayanan dan penyelenggaraan Diklat Guru selanjutnya. Dengan demikian masalah mengenai kekurangan modul, katidaktahuan peserta akan nilai akhir, sertifikat yang belum peserta terima sampai saat ini bisa dipecahkan.

4) Anggaran untuk penyelenggaraan diharapkan kembali dibebankan kepada Pemerintah melalui APBN atau APBD seperti yang dilakukan pada tahun 2016 dan 2017. Hal ini berdampak pada ketidak adilan yang dirasakan para peserta Diklat Guru tahun 2018, bahwa mereka yang berstatus guru PNS saja yang ditunjuk sebagai peserta. Dengan kata lain Kepala Sekolah dan guru honorer tidak mendapat

kesempatan Diklat. Sedangkan peserta harus mengeluarkan uang yang cukup besar untuk kegiatan tersebut.

d. Ancaman ke depan

Program ini membutuhkan pengawasan yang ketat, agar tidak hanya sekedar dijadikan proyek yang dapat menghasilkan keuntungan semata oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Hal seperti ini berbahaya karena penyelewengan Dana baik APBN, APBD ataupun Dana Mandiri bisa terjadi. Dan jika hal tersebut tercium sampai Pemerintah bisa jadi Program ini dapat dihentikan. Salah satu tujuan pembelajaran adalah menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi spiritual, sosial, kognitif dan keterampilan yang bermutu. Untuk mencapai tujuan tersebut salah satu cara yang paling penting adalah meningkatkan kompetensi para guru. Maka dari itu guru harus terus diasah dan dikembangkan kompetensinya, karena jika tidak Pendidikan di Indonesia tidak akan sesuai dengan harapan kita semua.

e. Peluang ke depan

Peluang ke depan diharapkan Diklat-diklat serupa lebih sering dilakukan. Mengingat formasi guru yang ada di Indonesia sekarang ini belum semua tersertifikasi, belum semua S1, tidak semuanya lulusan dari Perguruan Tinggi Kependidikan, dan tidak semua guru memiliki Ijasah yang sesuai dengan pelajaran yang mereka ampu. Dengan demikian Pemerintah dan pihak-pihak terkait diharapkan dapat melanjutkan Program PKB ini baik dari segi pengembangan diri, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif dengan lebih sungguh-sungguh guna menciptakan guru berkompetensi yang dapat meningkatkan mutu

(10)

pendidikan Indonesia. Langkah-langkah perbaikan harus dilakukan dengan serius oleh Ditjen GTK sebagai penanggungjawab program. Seperti yang dilakukan sebelumnya Ditjen GTK selalu mengganti nama program dari tahun ke tahun, diharapkan ke depan bukan hanya sekedar nama yang berubah, tetapi juga penyempurnaan program Diklat ini khususnya dalam hal implementasi program di lapangan. Penyelenggaraan di lapangan diharapakan terus dikawal dan dievaluasi agar tujuan program tercapai.

SIMPULAN

Program PKB melalui Pendidikan dan Pelatihan Guru secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui peningkatan kompetensi baik pedagogik maupun profesional, serta memiliki performa sebagai pendidik dan pemimpin bagi peserta didiknya. Pengorganisasian dalam implementasi program PKB melalui Diklat Guru dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Sekolah Dasar di Kecamatan Paseh dilaksanakan sesuai petunjuk pelaksanaan, walaupun belum optimal.

Pelaksanaan implementasi program PKB melalui Diklat Guru di Kecamatan Paseh berjalan lancar sesuai jadwal pelaksanaan. Implementasi program PKB melalui Diklat Guru dilaksanakan pada 13 – 27 Oktober 2018 di SDN Cipaku 01 Kecamatan Paseh. Kegiatan ini berlangsung selama 60 jam pelajaran (JP). 20 JP dilaksanakan selama 2 hari dalam pertemuan kelas (In-1). 30 JP dilaksanakan di luar kelas dengan sistem (on job learning). Dan 10 JP dilaksanakan pada pertemuan terakhir (In-2). Beberapa guru antusias dalam mengikuti diklat, dan

sebagian kurang antusias karena mereka harus mengeluarkan biaya sendiri untuk mengikuti diklat ini. Beberapa masalah muncul dalam pelaksanaan, namun panitia dan instruktur dapat menghadapinya dengan solusi yang tepat.

Evaluasi dalam implementasi program PKB melalui Diklat Guru di Kecamatan Paseh terbagi dalam tiga hal, yakni evaluasi proses, evaluasi program, dan evaluasi dampak. Adapun evaluasi proses dan program terdiri dari hambatan yang dialami dalam penyelenggaraan program dan solusi yang dilakukan. Hambatan yang dihadapi dalam implementasi program PKB melalui Diklat Guru diantaranya adalah pembiayaan penyelenggaraan yang dibebankan kepada peserta, keterbatasan keterampilan peserta dalam menggunakan teknologi komputer dan ketidaksesuaian materi Diklat dengan terbatasnya waktu penyelenggaraan Diklat. Adapun solusi yang dilakukan oleh pihak panitia, Instruktur, dan peserta adalah sebagai berikut: (a) kepada peserta yang tidak mampu atau tidak bersedia membayar iuran untuk penyelenggaraan Diklat, pembiayaanya dibantu oleh pihak sekolah masing-masing; (b) kepada peserta yang kurang terampil dalam menggunakan komputer dibimbing oleh instruktur dan ketua kelompoknya; (c) peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk dibagi tugas berdasarkan materi agar pembelajaran lebih efektif. Evaluasi dampak dari Diklat ini yaitu diklat ini berhasil meningkatkan nilai Kompetensi Profesional para peserta. Hal tersebut terbukti pada hasil tes akhir Diklat PKB yang secara otomatis dapat memperbaiki nilai UKG 2015 para peserta. Hasil tes akhir menunjukan peningkatan yang positif dengan nilai terendah adalah 70 atau di atas batas minimal pada modul yang peserta pelajari. Para peserta mendapatkan banyak wawasan baru terkait pengembangan materi-materi dari mata pelajaran yang mereka ampu, serta mendapatkan pengetahuan mengenai

(11)

Daftar Pustaka:

Mulyasa, E. (2016). Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya

Arifin, D. & Arifin, P. (2010). Menuju Guru Profesional. Bandung: Pustaka Al-Kasyaf.

Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja, Jakarta: Rajawali Pers.

Mulyasa, E (2013). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen Bandung: Citra Umbara. Mulyasa, E (2013). Standar Kompetensi dan

Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Maksum. (2015). Pelaksanaan Keprofesian Berkelanjutan Guru Kelas SD Negeri 2 Tarakan. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan. 3 (1).

metode-metode baru dalam sistem belajar mengajar di Sekolah yang terintegrasi dengan pengembangan pendidikan karakter, gerakan literasi, dan pembelajaran HOTS (High Order Thingking Skill). Berdasarkan evaluasi dengan cara observasi yang dilakukan peneliti, menggambarkan peningkatan terhadap kompetensi professional guru setelah peserta melaksanakan diklat guru, walaupun dirasa belum optimal.

Rekomendasi

Kepada Kemendikbud melalui PPPPTK diharapkan terus mengawal program PKB dengan melakukan pengawasan dan evaluasi untuk memperbaiki segala kekurangan atau masalah yang dihadapi di lapangan. Melakukan perbaikan program mengenai sistem penentuan peserta diklat, agar program PKB dapat menyentuh semua guru, baik guru PNS, honorer, guru muda, ataupun guru senior. Melakukan perbaikan program mengenai sistem pendataan, khususnya data raport pada SIM PKB, agar dapat menampilkan nilai raport guru secara jelas, tidak hanya menampilkan nilai

merah atau hitam saja. Melakukan Uji Kompetensi Guru (UKG) kembali. Karena guru hanya diberi kesempatan UKG hanya satu kali pada tahun 2015, padahal setiap tahun nilai KKM dinaikkan. Hal tersebut membuat semakin banyak nilai merah pada tampilan raport di SIM PKB guru.

Kepada guru diharapkan mengimplementasikan hasil yang didapat dalam diklat untuk proses kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat merubah proses pembelajaran lebih bermutu untuk menghasilkan kompetensi lulusan yang lebih baik. Memotivasi diri untuk terus meningkatkan kompetensi professional dengan terus belajar tanpa henti, dari berbagai sumber dan melakukan publikasi ilmiah serta menciptakan karya inovatif dalam rangka meningkatkan profesionalisme selain dari aspek pengembangan diri.

Penulis juga merekomendasikan kepada pihak-pihak lain untuk melakukan penelitian lanjutan tentang program PKB melalui diklat guru ini. Sehubungan penelitian ini mengambil subjek yang terbatas dan materi yang spesifik.

(12)

Referensi

Dokumen terkait