• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SEJ 0901659 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S SEJ 0901659 Chapter3"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode dan teknik penelitian yang

dilakukan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan mengenai Perkembangan

Upacara Adat Mitembeyan di Desa Linggamukti Kabupaten Purwakarta Tahun

1984-2005 (Suatu Kajian Historis terhadap Tradisi Masyarakat).Metode yang

digunakan adalah metode historis, dan untuk teknik penelitian peneliti

menggunakan studi literatur, wawancara dan studi dokumentasi. Sedangkan untuk

pendekatannya peneliti menggunakan pendekatan interdisipliner.

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah

metode historis dengan studi literatur dan studi dokumentasi sebagai teknik

pengumpulan data. Metode historis dipilih sebagai metodologi penelitian karena

tulisan ini merupakan kajian sejarah yang data-datanya diperoleh dari jejak-jejak

yang ditinggalkan dari suatu peristiwa masa lampau.

Banyak para ahli yang menjelaskan mengenai metode sejarah. Disini penulis

akan mengutip beberapa ungkapan para ahli mengenai metode sejarah tersebut:

1. Menurut Sjamsuddin (2007: 3) metode sejarah adalah sebagai salah satu cara

bagaimana mengetahui sejarah.

2. Menurut Gottstchalk (1986: 32) metode sejarah ialah suatu kegiatan

mengumpulkan, menguji dan menganalisis data yang diperoleh dari

peninggalan-peninggalan masa lampau kemudian direkonstruksikan

(2)

Menurut Nugroho Notosusanto (Ismaun, 2005: 34) menguraikan ada empat

prosedur/langkah dalam metode historis, yaitu: 1) Mencari jejak-jejak masa

lampau, 2) meneliti jejak-jejak itu secara kritis, 3) berusaha membayangkan

bagaimana gambaran masa lampau, berdasarkan informasi yang diperoleh dari

jejak-jejak itu dan 4) menyampaikan hasil-hasil rekonstruksi imajinatif dari masa

lampau itu sehingga sesuai dengan jejak-jejaknya maupun dengan imajinasi

ilmiah.

Sementara Wood Gray (Sjamsuddin, 2007: 89) mengemukakan bahwa

paling tidak ada enam langkah dalam metode historis, yaitu:

1. Memilih suatu topik yang sesuai.

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik.

3. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung. 4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan

(kritik sumber).

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya.

6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan

mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

Dari uraian beberapa pandangan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

penggunaan metode sejarah sangat cocok karena sesuai dengan data dan fakta

yang diperlukan yang berasal dari masa lampau, dengan demikian kondisi yang

terjadi dalam permasalahan yang dikaji penulis dapat tergambarkan dengan baik.

Terdapat beberapa tahapan dalam penelitian sejarah menurut Ismaun (2005: 32),

yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Adapun langkah-langkah yang

digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah:

1. Heuristik, yaitu mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang relevan dengan

permasalahan dalam penelitian. Heuristik bisa dikatakan sebagai proses

(3)

mengumpulkan data-data dari buku, jurnal, internet serta wawancara langsung

dengan tokoh masyarakat di Desa Linggamukti. Adapun penulis mengunjungi

beberapa tempat yaitu; Perpustakaan kampus UPI Bandung, Badan

Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Bapusipda) Jawa Barat, Badan

Pelestatian dan Nilai Budaya (BPNB) Bandung, toko buku Gramedia, toko

buku Toga Mas, serta melakukan browsing internet. Selain itu kegiatan

pencarian dan pengumpulan sumber-sumber sejarah juga sangat terbantu oleh

bantuan dari sahabat-sahabat penulis yang telah bersedia meminjamkan

beberapa buku koleksi pribadinya yang relevan dengan tema pembahasan

skripsi yang penulis kaji.

2. Kritik dan analisis sumber, yaitu dengan melakukan penelitian terhadap

sumber-sumber sejarah, baik isi maupun bentuknya (internal dan eksternal).

Kritik internal dilakukan oleh penulis untuk melihat layak tidaknya isi dari

sumber-sumber yang telah diperoleh tersebut untuk selanjutnya dijadikan

bahan penelitian dan penulisan. Kritik eksternal dilakukan oleh penulis untuk

melihat bentuk dan sumber tersebut. Dalam tahap ini, penulis berusaha

melakukan penelitian terhadap sumber-sumber yang berkaitan dengan

penelitian ini. Dalam tahap ini penulis melakukan kritik terhadap

sumber-sumber yang telah ditemukan baik dari tulisan berupa buku, dokumen,

browsing internet, maupun sumber lisan melalui hasil wawancara dengan

pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian skripsi penulis. Sehingga

sumber-sumber yang telah ditemukan dalam tahap heuristik bisa menjadi

sumber yang otentik dan relevan untuk digunakan oleh penulis.

3. Interpretasi, Setelah melalui kritik sumber, tahapan selanjutnya adalah

Interpretasi. Interpretasi adalah melakukan penafsiran terhadap sumber yang

sudah dilakukan kritik dan analisis sumber. Pada tahap ini penulis melakukan

(4)

yang terkumpul dari sumber-sumber primer maupun sekunder dengan cara

menghubungkan dan merangkaikannya sehingga tercipta suatu fakta sejarah

yang sesuai dengan permasalahan penelitian.

4. Historiografi, tahapan ini merupakan tahapan akhir dalam langkah-langkah

penulisan dengan cara merangkaikan berbagai interpretasi sebelumnya

menjadi sebuah karya tulis sejarah. Dalam hal ini penulis menyajikan hasil

temuannya pada tiga tahap yang dilakukan sebelumnya dengan cara

menyusunnya dalam suatu tulisan yang jelas dalam bahasa yang sederhana

dan menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar.

3.2Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi kepustakaan dan

wawancara. Studi kepustakaan dilakukan dengan mengkaji beberapa buku, artikel

serta penelitian terdahulu mengenai upacara adat serta teori-teori yang mendukung

penelitian ini. Data-data dalam melakukan studi kepustakaan ini penulis peroleh

dari UPI, UNPAD, Bapusipda, dan ISBI Bandung.

Adapun teknik wawancara yang digunakan penulis yaitu wawancara

terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur ialah

wawancara yang sudah direncanakan dengan mempersiapkan

pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada responden. Sedangkan wawancara tidak

terstruktur adalah wawancara yang bersifat spontan dan diajukan kepada

orang-orang yang terlibat langsung dalam upacara adat mitembeyan ini.

Selain itu ada juga teknik wawancara campuran. Wawancara ini

(5)

terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan untuk mengembangkan pertanyaan

yang kemudian dilanjutkan dengan wawancara tidak terstruktur. Teknik

wawancara ini sebagai metode untuk menggali sejarah lisan (oral history). Sejarah

lisan ialah ingatan yang dituturkan secara lisan oleh orang-orang yang

diwawancarai oleh penulis (Sjamsuddin, 2007: 78).

3.3Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian merupakan titik awal dalam suatu tahap penelitian yang

harus benar-benar dipersiapkan dengan matang sebagai penentu keberhasilan

peneliti pada tahap selanjutnya. Terdapat beberapa langkah yang telah

dipersiapkan penulis pada tahapan ini, yaitu dengan melakukan penentuan dan

pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian serta mengikuti

proses bimbingan.

3.3.1Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Langkah awal yang dilakukan oleh penulis sebelum melakukan penelitian

yaitu menentukan tema, sebelum diserahkan kepada Tim Pertimbangan Penulisan

Skripsi (TPPS). Penentuan tema tersebut disebabkan oleh ketertarikan penulis

terhadap upacara adat mitembeyan ini. Sebelum penulis fokus melakukan kajian

terhadap permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini, penulis telah beberapa

kali berganti-ganti tema dan judul skripsi.

Mulanya penulis ingin melakukan kajian terhadap Penelitian Tindakan

Kelas yakni mengenai Penerapan Metode Bercerita Berpasangan untuk

Meningkatkan Kemampuan Bercerita Siswa sebagai judul proposal skripsi kepada

Ketua TPPS Departemen Pendidikan Sejarah kemudian diseminarkan pada 27

Februari 2013, setelah sebelumnya mendapatkan calon dosen pembimbing Ibu

(6)

Namun pasca seminar penulis merasa ragu dengan tema penelitian yang

akan dikaji, dikarenakan minimnya sumber-sumber pembahasan mengenai

metode bercerita berpasangan dan kemampuan bercerita. Akhirnya penulis beralih

mengambil tema penelitian sejarah lokal dengan mengajukan judul

“Perkembangan Upacara Mitembeyan di Desa Linggamukti Kabupaten

Purwakarta Tahun 1984-2005”. Dengan berubahnya tema penelitian, maka

pembimbing skripsi penulis pun berganti menjadi bapak Drs. H. Ayi Budi

Santosa, M.Si. selaku pembimbing I dan bapak Drs. Syarif Moeis, selaku

pembimbing II.

3.3.2Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah langkah awal yang harus dilakukan sebelum

melakukan kegiatan penelitian. Rancangan penelitian merupakan sebuah

rancangan berupa kerangka yang menjadi acuan dalam penyusunan skripsi. Dalam

penelitian ini rancangan tersebut berupa proposal skripsi yang pada umumnya

memuat judul penelitian, latar belakang masalah yang merupakan pemaparan

mengenai deskripsi masalah yang akan dibahas, perumusan dan pembatasan

masalah, tujuan penelitian, metode dan teknik penelitian, dan sistematika

penulisan.

Dalam tahap ini penulis terlebih dahulu mengumpulkan data mengenai

tema yang akan dikaji. Pertama-tama penulis melakukan diskusi dengan Bapak.

H. Jamal selaku tokoh masyarakat sekaligus pendiri padepokan di Desa

Linggamukti Kabupaten Purwakarta. Selanjutnya penulis mencari dan

membaca-baca sumber literatur yang relevan dengan tema penelitian. Maka setelah

memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji, penulis

menjabarkannya ke dalam bentuk proposal skripsi. Kemudian mendapat

persetujuan dari ketua TPPS Departemen Pendidikan sejarah maka pengesahan

(7)

Sejarah FPIPS UPI Bandung. Dalam surat keputusan tersebut, ditentukan pula

pembimbing I, yaitu Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si dan Drs. Syarif Moeis

sebagai pembimbing II. Adapun rancangan penelitian yang diajukan meliputi (1)

Judul penelitian, (2) Latar belakang masalah, (3) Rumusan masalah, (4) Tujuan

Penelitian, (5) Manfaat penelitian, (6) Kajian pustaka (7) Metode penelitian, (8)

Struktur Organisasi Skripsi (9) dan Daftar Pustaka.

3.3.3Mengurus Perizinan Penelitian

Mengurus perizinan merupakan tahapan yang dilakukan penulis untuk

mempermudah dan memperlancar penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis.

Selain itu, tujuan dari tahapan ini adalah untuk mendapatkan sumber-sumber yang

dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini. Adapun surat-surat perizinan penelitian

tersebut ditujukan kepada lembaga atau perorangan sebagai berikut:

1. Kantor Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

2. Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta.

3. Kantor Desa Linggamukti

3.3.4Mempersiapkan Perlengkapan Penelitian

Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian langsung ke lapangan, peneliti

mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan dalam menyediakan perlengkapan

yang diperlukan dalam penelitian. Perlengkapan penelitian tersebut merupakan

alat penunjang untuk memperlancar penelitian, supaya hasil penelitian dapat

sesuai dengan yang diharapkan. Adapun perlengkapan yang dibutuhkan dalam

penelitian skripsi ini diantaranya sebagai berikut:

1. Surat izin penelitian dari Dekan FPIPS.

2. Pedoman wawancara.

3. Alat perekam (Tape Recorder).

4. Kamera foto.

(8)

3.3.5Proses Bimbingan

Dalam tahapan ini dilakukan proses bimbingan dengan Pembimbing I

Bapak Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si dan Pembimbing II Drs. Syarif Moeis.

Proses bimbingan merupakan proses yang sangat diperlukan karena dalam proses

ini dapat berdiskusi mengenai berbagai masalah yang dihadapi oleh penulis.

Dengan begitu, penulis dapat berdiskusi dan berkonsultasi kepada pembimbing I

dan pembimbing II sehingga penulis akan mendapatkan arahan, komentar dan

perbaikan dari kedua pembimbing. Proses bimbingan dengan pembimbing I

dilakukan seminggu dua kali, sedangkan dengan pembimbing II dilakukan sesuai

kesepakatan sebelumnya.

3.4Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian adalah tahapan selanjutnya setelah penulis

merancang dan mempersiapkan penelitian. Tahapan ini merupakan tahapan yang

sangat penting dalam rangkaian proses penelitian guna mendapatkan data dan

fakta yang dibutuhkan. Dalam penelitian skripsi ini, penulis melakukan empat

tahap penelitian, sebagai berikut.

3.4.1Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Dalam tahapan heuristik ini, penulis berusaha melakukan pencarian,

pengumpulan dan pengklasifikasian berbagai sumber yang berhubungan dengan

masalah penelitian, sehingga dapat memberikan informasi untuk menjawab

permasalahan yang sedang dikaji. Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang

langsung atau tidak langsung memberitahukan kepada kita tentang sesuatu

kenyataan kegiatan manusia pada masa lalu (Sjamsuddin, 2007: 95). Kegiatan

heuristik ini dimaksudkan sebagai usaha mencari dan menemukan sumber sejarah.

Penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber sejarah berupa

(9)

relevan dengan permasalahan penelitian dan dibutuhkan dalam penelitian ini

sebagai rujukan, sedangkan sumber lisan dikumpulkan dengan menggunakan

teknik wawancara kepada narasumber yang memiliki wawasan dan pengetahuan

mengenai upacara adat mitembeyan di desa Linggamukti dan digunakan apabila

sumber tertulis kurang mengenai permasalahan yang dikaji dirasa masih kurang.

Selanjutnya untuk lebih jelas lagi penulis akan paparkan di bawah ini.

3.4.1.1Pengumpulan Sumber Tertulis

Pada tahap pengumpulan sumber tertulis ini penulis berusaha mencari

dan mengumpulkan berbagai macam literatur yang berhubungan dengan tema

yang dikaji, yaitu berupa buku, artikel, dokumen-dokumen serta penelitian

terdahulu berbentuk skripsi yang mengkaji tema tentang upacara adat dan

pertanian.Hal ini dilakukan karena dalam melakukan proses penelitian

menggunakan teknik studi literatur sebagai salah satu teknik dalam pengumpulan

data. Dalam proses pencarian sumber tertulis tersebut peneliti mengunjungi

beberapa tempat yang dianggap mempunyai sumber-sumber yang dibutuhkan,

diantaranya:

1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, dari perpustakaan ini peneliti

mendapatkan buku yang berjudul“Pengantar Ilmu Antropologi” karangan

Koentjaraningrat tahun 2009, buku “Kebudayaan Mentalis dan

Pembangunan” karangan Koentjaraningrat tahun 1993, buku “Pengantar

Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan” karangan Ismaun tahun 2005,

buku “Mengerti Sejarah” karangan Louis Gottschalk yang diterjemahkan oleh

Nugroho Notosusanto tahun 1986 dan buku “Metode Penelitian Sejarah”

karangan Dudung Abdurrahman tahun 2007 dan berbagai buku lainnya.

2. Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Bapusipda) Jawa Barat dari

perpustakaan ini peneliti mendapatkan buku yang berjudul “Masyarakat

(10)

“Manusia dan Kebudayaan di Indonesia” karangan Koentjaraningrat tahun 2008, dan buku “Moral Ekonomi Petani” karangan J.C. Scott tahun 1983.

3. Perpustakaan Institut Seni dan Budaya Indonesia Bandung, dari perpustakaan

ini peneliti mendapatkan buku yang berjudul “Adat Istiadat Sunda” karangan

H. Hasan Mustapa tahun 2010, “Seni dan Ritual Agama” karangan Y.

Sumandiyo Hadi tahun 2006, “Ilmu Budaya Dasar” karangan Ramdani

Wahyu tahun 2008, dan “Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah Jilid

I” karangan Edi S. Ekadjati tahun 2007.

4. Perpustakaan pribadi, yaitu buku tentang “Rupa-rupa Upacara Adat Sunda Jaman Ayeuna” karangan Moh. Hasim tahun 1984, dan “Upacara Adat di

Pasundan” karangan Prawirasuganda tahun 1964.

3.4.1.2Pengumpulan Sumber Lisan

Sumber lisan memiliki peranan yang penting sebagai sumber sejarah yang

lainnya. Dalam menggali sumber lisan dilakukan dengan teknik wawancara, yaitu

mengajukan beberapa pertanyaan relevan dengan permasalahan yang dikaji

kepada pihak-pihak sebagai pelaku dan saksi. Sumber lisan dalam penelitian ini

digunakan hanya sebagai penunjang terhadap aspek-aspek yang tidak dijelaskan

lebih rinci dalam sumber tertulis tetapi juga diposisikan sebagai bahan acuan

karena pada umumnya dalam sejarah lokal sumber lisan menempati posisi yang

penting, sebab sumber tertulis cukup sulit ditemukan.

Adapun kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini yaitu

menentukan orang-orang yang dapat dijadikan narasumber yang dapat

mengemukakan hal-hal yang diketahui sehingga informasi yang diberikan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya. Berdasarkan hal tersebut peneliti

mewawancarai mereka sehingga diperoleh informasi mengenai hal-hal yang

diperlukan dalam penelitian ini diantaranya yaitu latar belakang lahirnya upacara

(11)

tanggapan masyarakat terhadap keberadaan upacara mitembeyan dan upaya

pelestarian upacara mitembeyan.

Peneliti mengkategorikan narasumber ke dalam dua golongan yaitu pelaku

dan saksi. Pelaku adalah mereka yang benar-benar mengalami peristiwa atau

kejadian yang menjadi bahan kajian yang peneliti teliti seperti para pelaku upacara

mitembeyan yang merupakan pelaku sejarah yang mengikuti perkembangan

upacara mitembeyan dari waktu ke waktu, sedangkan saksi adalah mereka yang

melihat dan mengetahui bagaimana peristiwa itu terjadi, misalnya masyarakat

sebagai pendukung dan penikmat upacara tradisional serta pemerintah sebagai

lembaga terkait.

Dalam menetapkan narasumber yang akan diwawancarai, terlebih dahulu

penulis mengunjungi kantor Kepala Desa Linggamukti untuk mencari tahu

tentang tokoh pelaksana upacara adat mitembeyan. Berdasarkan informasi dari

tokoh masyarakat desa diketahui bahwa yang menjadi ketua pelaksana upacara

adat mitembeyan adalah Abah Yaya (61 tahun). Beliau diharapkan dapat

memberikan informasi yang mendalam mengenai asal usul dan pelaksanaan

upacara adat mitembeyan. Setelah menetapkan narasumber yang akan

diwawancarai, selanjutnya penulis menyusun instrumen wawancara yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber. Penyusunan

instrumen wawancara dilakukan agar pertanyaan yang akan diajukan dapat

terorganisir sehingga proses wawancara dapat berlangsung secara efektif dan

memperoleh informasi yang diharapkan.

Teknik wawancara yang digunakan pada saat pengumpulan informasi lisan

adalah teknik wawancara gabungan dari terstruktur dan tidak terstruktur. Teknik

wawancara terstruktur adalah teknik yang mengacu pada pertanyaan-pertanyaan

yang telah disusun dalam instrument wawancara. Sehingga pertanyaan yang

(12)

wawancara tidak terstruktur dilakukan tanpa mengacu pada instrument wawancara

dan diajukan secara spontan dan sesuai dengan kebutuhan.

Untuk memudahkan penulis dalam melakukan pengumpulan data, maka

penulis mengklarifikasikan narasumber ke dalam dua kategori. Kategori pertama

adalah narasumber dari kalangan masyarakat yang melakukan upacara adat

mitembeyan. Narasumber dalam kategori ini merupakan narasumber inti yang

memberikan informasi mengenai gambaran pelaksanaan upacara adat

mitembeyan. Kategori kedua adalah narasumber dari kalangan aparat

pemerintahan, budayawan maupun masyarakat setempat yang berkaitan dengan

pelestarian kebudayaan di Kabupaten Purwakarta.

Proses wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu menemui Bapak Haji

Jamal di kediamannya di Desa Linggamukti Kabupaten Purwakarta. Dari bapak

Haji Jamal inilah kemudian penulis memperoleh beberapa nama yang dapat

memberikan informasi mengenai pelaksanaan upacara adat mitembeyan,

diantaranya adalah:

1) Bapak H. R. Jamaluddin (43 tahun)

Bapak H. R Jamaluddin biasa disapa Bapak Haji Jamal merupakan tokoh

masyarakat Desa Linggamukti yang selalu mendampingi Abah Yaya dalam

penyelenggara upacara adat mitembeyan. Bapak Haji Jamal mengetahui

banyak tentang pelaksanaan upacara adat mitembeyan dan makna-makna yang

terkandung di dalamnya.

2) Abah Yaya (61 tahun)

Abah Yaya adalah tokoh masyarakat di Desa Linggamukti yang setiap

diadakannya upacara mitembeyan dipercaya sebagai ketua pelaksana dalam

penyelenggaraan upacara tersebut. Beliau masih sehat dan bisa memberikan

informasi mengenai mitembeyan, sehingga bisa dijadikan sebagai narasumber

(13)

3) Bapak M. Syafe’i (35 tahun)

Bapak Syafe’i merupakan tokoh agama di Desa Linggamukti. Beliau sangat setuju dengan adanya upacara adat mitembeyan karena selain melestarikan

budaya dari nenek moyang, upacara ini juga tidak menyimpang dari ajaran

Islam.

4) Bapak Cucu Udin (40 tahun)

Bapak Cucu adalah salah satu warga masyarakat Desa Linggamukti yang

berprofesi sebagai petani dan selalu mengikuti upacara adat mitembeyan.

Beliau terlibat secara langsung sebagai peserta dalam serangkaian prosesi

mitembeyan.

5) Bapak Udus Sutisna (35 tahun)

Sebagaimana Bapak Cucu, Bapak Udus juga merupakan salah satu warga

masyarakat Desa Linggamukti yang berprofesi sebagai petani. Beliau selalu

mengikuti upacara adat mitembeyan dan berperan sebagai peserta dalam

serangkaian prosesi mitembeyan.

Hasil wawancara dengan para narasumber kemudian disalin dalam bentuk

tulisan untuk memudahkan peneliti dalam proses pengkajian yang akan dibahas

pada bagian selanjutnya. Setelah semua sumber yang berkenaan dengan masalah

penelitian diperoleh dan dikumpulkan, kemudian dilakukan penelaahan serta

pengklasifikasian terhadap sumber-sumber yang relevan dengan masalah

penelitian yang dikaji.

3.4.2Kritik Sumber

Tahap selanjutnya dalam metode penelitian sejarah adalah tahapan kritik

sumber. Pada tahap ini penulis berusaha melakukan penilaian dan mengkritisi

sumber-sumber yang telah ditemukan sumber tertulis maupun sumber lisan yang

relevan dengan kajian. Sumber-sumber tersebut dipilih melalui kritik eksternal

(14)

menggunakan kritik internal yaitu pengkajian yang dilakukan terhadap isi dari

sumber sejarah tersebut.

Tujuan dilakukannya kritik eksternal dan kritik internal yaitu untuk

menguji kebenaran dan ketepatan dari sumber tersebut, dan menyaring

sumber-sumber tersebut sehingga diperoleh fakta-fakta yang sesuai dengan kajian skripsi

ini dan membedakan sumber-sumber yang benar atau meragukan. Kejelasan dan

keamanan sumber-sumber tersebut dapat diperoleh melalui pertanyaan-pertanyaan

kritis terhadap sumber itu sendiri. Seperti halnya yang dikemukakan oleh

Sjamsuddin (2007: 102-103) bahwa ada lima pertanyaan yang harus dijawab

dengan memuaskan yaitu:

a. Siapa yang mengatakan itu?

b. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu bisa diubah?

c. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan

kesaksiannya?

d. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang

kompeten, apakah ia mengetahui fakta itu?

e. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan

kepada kita fakta yang diketahui itu?

Tahapan kritik menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai

kebenaran atau ketetapan (akurasi) dari sumber itu. Dalam metode sejarah dikenal

dengan cara melakukan kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal

meliputi pengujian pada bahan materi sumber sedangkan kritik internal meliputi

pengujian pada isi sumber. Untuk lebih rinci penulis akan memberikan penjelasan

mengenai kritik eksternal dan kritik internal sebagai berikut.

3.4.2.1Kritik Eksternal

Kritik eksternal adalah cara pengujian sumber terhadap aspek-aspek luar

dari sumber sejarah secara terinci. Kritik eksternal ialah suatu penelitian atas

asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri

(15)

apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh

orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007: 133-134).

Dengan demikian kritik eksternal pada dasarnya menitikberatkan pada

pengujian otensitas dan integritas sumber. Sebagaimana dijelaskan oleh

Sjamsuddin (2007: 134) bahwa kritik eksternal harus menegakkan fakta dari

kesaksian bahwa:

1. Kesaksian itu benar-benar diberikan oleh orang itu atau pada waktu itu atau otensitas (authenticity).

2. Kesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan, atau penambahan dan penghilangan fakta-fakta yang substansial.Karena memori manusia dalam menjelaskan peristiwa sejarah terkadang berbeda setiap individu, malah ada yang ditambah ceritanya atau dikurangi tergantung pada sejauh mana narasumber mengingat peristiwa sejarah itu sendiri.

Kritik eksternal bertujuan untuk menilai sejauh mana kelayakan

sumber-sumber yang telah didapatkan, sebelum mengkaji isi sumber-sumber. Peneliti melakukan

kritik eksternal tehdap sumber tertulis dan sumber lisan.Kritik eksternal yang

dilakukan terhadap sumber tertulis bertujuan untuk melakukan penelitian asal-usul

sumber terutama yang berbentuk dokumen.

Peneliti juga melakukan pemilihan terhadap buku-buku yang dianggap

berhubungan dengan permasalahan yang sedang dikaji. Buku-buku yang

digunakan memuat nama penulis buku, penerbit, tahun terbit, dan tempat

terbitnya. Selain melakukan kritik eksternal terhadap sumber tertulis, peneliti juga

melakukan kritik eksternal terhadap sumber lisan, yaitu dengan

mempertimbangkan usia narasumber yang disesuaikan dengan tahun kajian

peneliti yaitu antara tahun 1984-2005, kemudian pendidikan, kedudukan, mata

pencaharian, tempat tinggal, dan keberadaannya, terutama faktor kesehatan saat

(16)

dikarenakan semua data yang didapatkan peneliti baik dari sumber tertulis

maupun sumber lisan tingkat keberadaannya tidak sama.

Buku pertama yang diseleksi dalam tahapan kritik eksternal adalah buku

karya Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah Jilid I karya Edi S. Ekadjati

di Bandung tahun 2005. Edi S. Ekadjati merupakan seorang guru besar di bidang

filologi Universitas Padjajaran, melihat kredibilitas pengarang buku tersebut

penulis menganggap layak dijadikan referensi dalam penulisan karya ilmiah ini.

Kritik eksternal juga dilakukan pada buku Adat Istiadat Sunda karya

Hasan Mustafa yang diterbitkan di Bandung tahun 2010. Secara eksternal buku ini

layak dijadikan referensi dalam penulisan karya ilmiah ini, karena latar belakang

penulis yang merupakan seorang budayawan Sunda dianggap mengetahui seluk

beluk adat istiadat Sunda terutama dalam pelaksanaan upacara adat setelah panen.

Selanjutnya kritik eksternal dilakukan terhadap buku karya Koentjaraningrat yaitu

buku Ritus Peralihan di Indonesia tahun 1990. Berdasarkan latar belakang

akademis pengarang yang merupakan seorang guru besar antropologi, penulis

menganggap buku karya Koentjaraningrat tersebut layak dijadikan sebagai

referensi dari segi eksternal.

Kritik eksternal terhadap sumber lisan dilakukan dengan cara melakukan

identifikasi terhadap narasumber. Dalam melakukan kritik eksternal terhadap

narasumber, penulis menentukan beberapa pertimbangan yang meliputi usia

narasumber, kondisi fisik, kedudukan di masyarakat, pekerjaan, agama, perilaku

serta keberadaannya selama kurun waktu 1984-2005. Adapun narasumber yang

penuls wawancarai rata-rata memiliki usia yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu

muda sehingga memiliki daya ingat yang masih cukup baik.

Kritik eksternal terhadap sumber lisan dilakukan terhadap Abah Yaya

(61 tahun) dan Bapak Haji Jamal (43 tahun). Penulis mengajukan pertanyaan

(17)

upacara adat mitembeyan. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa Abah

Yaya merupakan sesepuh yang memimpin upacara adat mitembeyan di Desa

Linggamukti Kabupaten Purwakarta. Sedangkan Bapak Haji Jamal merupakan

tokoh masyarakat yang dimana beliau juga mempunyai sebuah padepokan yang

bernama Padepokan Gentra Pangauban. Dengan pertimbangan tersebut, maka

penulis berkesimpulan bahwa Abah Yaya maupun Bapak Haji Jamal layak

dijadikan narasumber dalam penulisan ini.

Kritik eksternal terhadap sumber lisan juga dilakukan kepada Bapak Syafe’I (35 tahun) merupakan seorang tokoh agama di Desa Linggamukti yang

terlibat aktif dalam pelaksanaan upacara adat mitembeyan. Beliau juga

mempunyai perhatian terhadap kebudayaan khususnya dalam pelaksanaan upacara

adat mitembeyan. Melihat aspek eksternal tersebut, penulis beranggapan bahwa informasi yang diperoleh dari Bapak Syafe’I layak dijadikan sebagai sumber dalam penulisan hasil penelitian.

Di samping itu, narasumber lainnya adalah Bapak Cucu (40 tahun) dan

Bapak Udus (35 tahun). Beliau merupakan seorang pegawai di Kantor Desa

Linggamukti yang juga mengetahui tentang pelaksanaan upacara adat

mitembeyan. Melihat aspek eksternal tersebut, penulis beranggapan bahwa

informasi yang diperoleh dari Bapak Cucu dan Bapak Udus layak dijadikan

sebagai sumber dalam penulisan hasil penelitian.

3.4.2.2Kritik Internal

Kritik internal dilakukan terhadap aspek dalam sumber atau kesaksian

sejarah dengan lebih menekankan pada isi yang terkandung dalam sumber sejarah.

Kritik internal atau kritik dalam bertujuan untuk menilai kredibilitas sumber

dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan

moralnya (Ismaun, 2005 : 50). Dalam tahapan ini penulis melakukan kritik

(18)

Kritik internal untuk sumber tertulis dilaksanakan peneliti dengan

melakukan konfirmasi dan membandingkan berbagai informasi dalam suatu

sumber dengan sumber yang lain yang membahas masalah yang serupa. Untuk

sumber lisan, peneliti melakukan perbandingan antar hasil wawancara narasumber

satu dengan narasumber yang lain (cross checking) dengan tujuan untuk

mendapatkan kesesuaian dari fakta-fakta yang ada untuk meminimalisasi

kesubjektivitasan dari narasumber. Tahapan ini bertujuan untuk memilah-milah

data dan fakta yang berasal dari sumber primer dan sekunder yang diperoleh

sesuai dengan judul penelitian. Dalam tahap kritik internal ini peneliti

mendapatkan fakta-fakta yang berhubungan dengan perkembangan upacara adat

mitembeyan di Desa Linggamukti Kabupaten Purwakarta.

Selain itu, kritik internal terhadap sumber-sumber tertulis dilakukan

dengan cara membandingkan sumber-sumber tertulis berupa buku-buku yang

akan dijadikan sebagai referensi penulisan skripsi. Perbandingan antara

buku-buku tersebut dilakukan dengan cara melihat kesesuaian isi buku-buku dengan

permasalahan yang menjadi kajian penelitian. Sehingga buku-buku yang

sekiranya tidak relevan dengan permasalahan penelitian tidak digunakan.

Buku pertama yang diseleksi dalam tahapan kritik internal adalah buku

Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah Jilid I karya Edi S. Ekadjati berisi

mengenai kebudayaan masyarakat Sunda. Penjelasan dalam buku ini dinilai masih

terlalu umum, yaitu menjelaskan kebudayaan masyarakat Sunda secara umum dan

tidak secara langsung membahas mengenai upacara adat. Namun, buku ini cukup

layak dijadikan referensi dalam memahami kebudayaan Sunda secara umum.

Buku Ritus Peralihan di Indonesia karya Koentjaraningrat layak

dijadikan sebagai referensi dalam penulisan karya ilmiah ini. Karena buku ini

menjelaskan mengenai munculnya ritus atau upacara tradisional secara teoritis.

(19)

menganalisis hasil temuan di lapangan yang berkaitan dengan upacara adat

mitembeyan. Selanjutnya, kritik internal juga dilakukan terhadap buku Adat

Istiadat Sunda karya Hasan Mustafa. Buku ini memparkan secara jelas mengenai

adat istiadat masyarakat Sunda mulai dari adat istiadat sehari-hari, adat istiadat

kelahiran bayi, pernikahan, kematian, pertanian dan waktu-waktu baik dan yang

dilarang dalam adat Sunda. Bagian yang sangat sesuai dengan kajian penelitian ini

yaitu pada bagian pembahasan adat istiadat dalam pertanian. Pembahasan tersebut

sangat sesuai dengan kajian penelitian penulis, sehingga layak untuk dijadikan

referensi untuk memperkuat argumen-argumen dari narasumber.

Kritik internal terhadap sumber lisan dilakukan dengan cara melakukan

kaji banding terhadap hasil wawancara dari narasumber yang satu dengan yang

lainnya. Hal ini dilakukan karena mengacu pada pemikiran bahwa setiap orang

memiliki pandangan berbeda terhadap suatu permasalahan. Di samping itu, kaji

banding sangat penting dilakukan agar tidak melihat suatu permasalahan dari satu

pihak saja sehingga dapat menghindarkan penulis dari unsur subjektifitas.

Dalam kritik internal terhadap sumber lisan, penulis melakukan kaji

banding terhadap hasil wawancara Abah Yaya dan Bapak Haji Jamal. Penulis

mengkaji apakah terdapat perbedaan-perbedaan informasi yang dikemukakan oleh

kedua narasumber tersebut. Apabila terdapat perbedaan penulis mencari dan

mengumpulkan informasi dari narasumber yang lainnya untuk kemudian

mencocokkan informasi yang didapatkan. Apabila kebanyakan narasumber

memberikan informasi yang sama maka penulis menyimpulkan bahwa pendapat

salah satu narasumber adalah benar.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kritik sumber

yang dilakukan penulis merupakan salah satu tahapan penting dalam serangkaian

metode sejarah yang digunakan dalam penelitian ini. Kritik sumber, baik eksternal

(20)

dilakukan untuk pengujian atau seleksi terhadap sumber-sumber yang akan

digunakan sebagai referensi dan bahan dalam penulisan skripsi yang berjudul

“Perkembangan Upacara Adat Mitembeyan di Desa Linggamukti Kabupaten

Purwakarta Tahun 1984-2005 (Suatu Kajian Terhadap Tradisi Masyarakat)”.

Sehingga dapat dihasilkan suatu karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.

3.4.3 Interpretasi

Setelah melakukan kritik sumber, maka tahapan selanjutnya yaitu

melaksanakan tahap interpretasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahapan

ini adalah mengolah, menyusun, dan menafsirkan fakta-fakta yang telah teruji

kebenarannya baik yang diperoleh dari sumber tertulis, maupun dari sumber lisan.

Tujuan dilakukannya tahapan ini adalah untuk menghubungkan satu fakta dengan

fakta yang lainnya menjadi sebuah rangkaian peristiwa yang saling berhubungan.

Untuk mempertajam analisis terhadap permasalahan yang penulis kaji, maka pada

tahap ini digunakan pendekatan interdisipliner.

Menurut Kuntowijoyo yang dikutip oleh Abdurahman (2007: 73)

interpretasi sejarah atau yang biasa disebut juga dengan analisis sejarah

merupakan tahap dimana peneliti melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang

diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori

disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Dalam hal ini ada

dua metode yang digunakan yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti

menguraikan sedangkan sintesis yang berarti menyatukan. Keduanya dipandang

sebagai metode utama di dalam interpretasi (Kuntowijoyo, 2003: 100).

Fakta-fakta yang telah disusun dan ditafsirkan tersebut pada akhirnya

diharapkan dapat menunjukkan suatu keterhubungan antara satu dengan yang

lainnya. Sehingga dihasilkan suatu rangkaian peristiwa yang tersusun secara logis

(21)

melakukan interpretasi terhadap fakta-fakta yang diperoleh, penulis menggunakan

bantuan dari ilmu-ilmu sosial lainnya yaitu ilmu sosiologi dan antropologi atau

disebut dengan pendekatan interdisipliner. Penggunaan konsep-konsep dari ilmu

sosiologi dan antropologi dalam tahapan interpretasi dimaksudkan untuk lebih

mempertajam analisis penulis berkaitan dengan masalah yang dikaji. Sehingga

interpretasi terhadap fakta-fakta yang diperoleh dilakukan secara lebih ilmiah.

Adapun konsep-konsep dalam ilmu sosiologi yang digunakan

diantaranya adalah perubahan sosial, peranan sosial dan mobilitas sosial.

Sedangkan konsep-konsep dalam ilmu antropologi yang digunakan dalam

penulisan ini diantaranya adalah konsep mengenai kebudayaan dan religi dapat

melihat suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang. Sehingga analisis yang

dilakukan lebih mendalam dan jelas.

Peneliti melakukan penafsiran terhadap data mengenai perkembangan

upacara mitembeyan. Berdasarkan keterangan dari narasumber yaitu Bapak H.

Jamal, Abah Yaya, dan Bapak Syafe’i yang menjelaskan bahwa upacara

mitembeyan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu yang menyesuaikan

dengan karakteristik kondisi sosial-budaya masyarakat. Namun dari segi

penyajiannya upacara mitembeyan masih mengandung hal-hal mistis, seperti

adanya unsur animisme dan dinamisme.

Peneliti melakukan penafsiran terhadap data mengenai perkembangan

upacara mitembeyan. Pada proses interpretasi ini, peneliti menggunakan

pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner adalah pendekatan dalam

suatu pemecahan masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang

ilmu serumpun yang relevan. Dalam hal ini, ilmu sejarah dijadikan sebagai

disiplin ilmu utama dalam mengkaji permasalahan penelitian.

(22)

Tahap terakhir dari penulisan skripsi ini adalah melaporkan seluruh hasil

penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya. Dalam metodologi sejarah lazimnya disebut dengan “historiografi”. Pada tahapan ini seluruh daya pikir dan kemampuan dikerahkan untuk menuangkan segala hal yang ada dalam penelitian

sehingga dapat menghasilkan sebuah tulisan yang memiliki standar mutu dan

menjaga kebenaran sejarahnya. Seperti yang dinyatakan Sjamsuddin (2007: 156)

yakni:

Penulis mengerahkan seluruh daya pikirannya, bukan saja keterampilan teknis pengguanaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan tetapi yang terutama penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisis yang pada akhirnya menghasilkan sebuah sintesa dari seluruh hasil penelitian.

Sedangkan menurut Abdurahman (2007: 76) historiografi merupakan

cara penulisan, pemaparan atau laporan hasil penelitian sejarah yang telah

dilakukan. Layaknya laporan penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah

hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian

dari awal sampai dengan akhir (penarikan kesimpulan).

Tahap historiografi ini akan peneliti laporkan dalam sebuah tulisan

berbentuk skripsi dan disusun berdasarkan pedoman penulisan karya ilmiah yang

berlaku di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Adapun tujuan

dari laporan hasil penelitian ini adalah untuk memenuhi kebutuhan studi akademis

tingkat sarjana pada Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.

Untuk lebih sistematis, maka disusun kerangka tulisan dan pokok-pokok

pikiran yang akan dituangkan dalam tulisan berdasarkan data-data dan fakta-fakta

yang telah diperoleh, sedangkan tahap akhir penulisan dilakukan setelah materi

atau bahan dan kerangka tulisan selesai dibuat, penulisannyapun dilakukan bab

demi bab sesuai dengan proses penelitian yang dilakukan secara bertahap.

Masing-masing bagian atau bab mengalami proses koreksi dan perbaikan

(23)

skripsi ini, penulis membaginya ke dalam lima bab yaitu pendahuluan, tinjauan

pustaka, metodologi penelitian, pembahasan dan terakhir adalah kesimpulan.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab yaitu:

Bab I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang penelitian yang

memaparkan mengapa masalah yang muncul itu penting untuk diteliti. Pada bab

ini juga berisi perumusan dan pembatasan masalah yang disajikan dalam bentuk

pertanyaan untuk mempermudah peneliti mengkaji dan mengarahkan

pembahasan, tujuan penelitian, metode penelitian serta struktur organisasi skripsi.

Adapun yang menjadi uraian dari bab I ini yakni: Latar Belakang Penelitian,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan

Struktur Organisasi Skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, memaparkan berbagai sumber literatur yang

peneliti anggap memiliki keterkaitan dan relevan dengan masalah yang dikaji dan

didukung dengan sumber tertulis seperti buku dan dokumen yang relevan. Dalam

kajian pustaka ini, peneliti membandingkan, mengkontraskan dan memposisikan

kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji kemudian dihubungkan dengan

masalah yang sedang diteliti. Hal ini dimaksudkan agar adanya keterkaitan antara

permasalahan di lapangan dengan buku-buku atau secara teoritis, agar keduanya

bisa saling mendukung, dimana dari teori yang sedang dikaji dengan

permasalahan yang diteliti bisa berkaitan sedangkan fungsi dari kajian pustaka

adalah sebagai landasan teori dalam analisis temuan.

Bab III Metode Penelitian, bab ini berisi mengenai tahap-tahap,

langkah-langkah, metode penelitian yang digunakan oleh peneliti meliputi heuristik, kritik,

interpretasi dan historiografi. Langkah-langkah dalam penelitian ini seperti tahap

perencanaan, pengajuan judul penelitian, persiapan penelitian, proses bimbingan

dan tahap pelaksanaan penelitian. Dalam bab ini juga peneliti mengungkapkan

(24)

Bab IV Tradisi Mitembeyan pada Masyarakat Desa Linggamukti. Dalam

bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang upacara mitembeyan di Desa

Linggamukti Kabupaten Purwakarta, selain itu dalam bab ini juga akan dibahas

mengenai proses pelaksanaan upacara mitembeyan, tanggapan masyarakat

terhadap keberadaan upacara mitembeyan. Di samping itu, akan memaparkan

upaya yang dilakukan untuk melestarikan upacara mitembeyan di Desa

Linggamukti Kabupaten Purwakarta.

Bab V Simpulan dan Rekomendasi, merupakan inti jawaban serta

analisis peneliti terhadap masalah-masalah secara keseluruhan yang merupakan

hasil dari penelitian. Hasil akhir ini merupakan hasil penelitian serta interpretasi

peneliti mengenai inti dari pembahasan. Pada bab ini peneliti mengemukakan

beberapa kesimpulan yang didapatkan setelah mengkaji permasalahan yang telah

diajukan sebelumnya. Selain itu peneliti mengemukakan saran-saran baik untuk

Referensi

Dokumen terkait

Ho : tidak ada perbedaan penilaian konsumen yang signifikan terhadap iklan Sampoerna A Mild jika ditinjau dari perbedaan respon Pelajar SMU dengan Mahasiswa S1 terhadap

Sistem Pertanian-Bioindustri Terpadu merupakan totalitas atau kesatuan kinerja pertanian terpadu yang terdiri dari: (1) Subsistem sumberdaya insani dan IPTEK; (2) Subsistem

Kinerja keuangan koperasi konvensional dan koperasi syariah diketahui dengan cara menganalisis data yang bersumber dari laporan keuangan tahun 2015 dan tahun

Dengan melihat fungsi dari Simple Additiive Weighting (SAW) dan penelitian yang telah dilakukan oleh Hendry, Riska, Andi dan kurnia, maka untuk menyelesaikan permasalahan seleksi

bahwa sehubungan dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi,

Berdasarkan uji Kruskal Wallis nilai organoleptik flavour menunjukkan bahwa konsentrasi enzim protease biduri 1,5% disetiap parameter uji (rasa, aroma, warna,

Meningkatkan Mutu Pelayanan Pajak Daerah; (2) Meningkatkan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pajak Daerah; (3) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Aparatur; (4)

Model confusion matrix akan membentuk matrix yang terdiri dari true positif atau tupel positif dan true negatif atau tupel negatif, kemudian masukan data testing