• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

TAHUN 2016

BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

JL. Gondosuli No. 6 Yogyakarta

(2)

Kata Pengantar

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) DIY disusun berdasarkan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun Anggaran 2016, serta Perjanjian Kinerja Tahun 2016 dan merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada BKPP atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.

Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran tingkat pencapaian sasaran maupun tujuan instansi sebagai jabaran dari visi, misi, dan strategi instansi yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Diharapkan penyajian LKj IP ini dapat menjadi bahan evaluasi untuk lebih meningkatkan kinerja yang berorientasi pada hasil, baik berupa output maupun outcomes di masa mendatang.

Yogyakarta, 28 Februari 2017

Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY

(3)

Ikhtisar Eksekutif

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Dan Penyuluhan ini merupakan bentuk pertanggungjawaban atas perjanjian kinerja BKPP yang memuat rencana, capaian, dan realisasi indikator kinerja dari sasaran strategis. Sasaran dan indikator kinerja termuat dalam Renstra Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Tahun 2012-2017. Untuk mencapai sasaran tersebut, ditempuh dengan melaksanakan strategi, kebijakan, program dan kegiatan seperti telah dirumuskan dalam rencana strategis.

Ringkasan prestasi kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan yang dihasilkan di tahun 2016, dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Sasaran 1: pemantapan ketersediaan dan pola konsumsi masyarakat dengan indikatornya Skor Pola Pangan Harapan (PPH). Capaian kinerja sampai dengan akhir Bulan Desember 2016 adalah 88,50.

b. Sasaran 2: peningkatan kualitas penyuluh dan peningkatan kualitas kelembagaan pelaku utama/pelaku usaha dengan indikatornya persentase jumlah penyuluh yang meningkat kapasitasnya. Capaian kinerja sampai dengan akhir Bulan Desember 2016 adalah 87,22%.

(4)

Evaluasi atas pencapaian kinerja dan permasalahan yang ditemui pada setiap sasaran menunjukkan beberapa tantangan yang perlu menjadi perhatian bagi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan ke depan. Pertama, belum semua masyarakat DIY memiliki kesadaran untuk menyediakan dan mengkonsumsi pangan sesuai kaidah pola pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA) sehingga edukasi tentang pola pangan B2SA masih perlu ditingkatkan. Kedua, berlakunya pasar bebas ASEAN (MEA) membuat pengawasan keamanan pangan yang beredar di DIY perlu mendapat perhatian ekstra. Ketiga, berkurangnya jumlah penyuluh PNS yang perlu diantisipasi dengan optimalisasi peran penyuluh kontrak dan penyuluh swadaya/swasta.

(5)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ... ii

IKHTISAR EKSEKUTIF ... iii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Struktur Organisasi ... ...2

I.2 Tugas dan Fungsi... 3

I.3 Keadaan Pegawai ... 4

I.4 Keadaan Sarana dan Prasarana ... 7

I.5 Keuangan ... 9

I.6 Sistematika Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ... 10

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ... 12

II.1 Perencanaan Strategis ... 12

II.1.1 Visi dan Misi ... 13

II.1.2 Tujuan dan Sasaran ... 15

II.1.3 Strategi ... 18

II.1.3.1 Misi 1 ... ………..……….18

II.1.3.2 Misi 2 ... ………..19

II.1.3.3 Misi 3 ... 20

II.2 Perjanjian Kinerja Tahun 2016 ... ………...22

II.3 Rencana Anggaran Tahun 2016 ...………22

II.3.1 Target Belanja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan ……23

II.3.2 Alokasi Anggaran Per Sasaran Strategis……….…………...23

II.4 Instrumen Pendukung ………...24

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 26

III.1 Capaian Kinerja Tahun 2016 ... ………26

(6)

III.2.1 Sasaran Pertama: Pemantapan Ketersediaan dan Pola

Konsumsi Masyarakat...28

III.2.2 Sasaran Kedua: Peningkatan Kualitas Penyuluh dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Pelaku Utama/Pelaku Usaha...38

III.3 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Lainnya ... 43

III.4 Realisasi Anggaran ... 47

(7)

Daftar Tabel

Tabel I.1 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan dan Golongan ... 4

Tabel I.2 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ... 5

Tabel I.3 Keadaan Sarana dan Prasarana ... 7

Tabel II.1 Sasaran Strategis BKPP DIY Tahun 2012-2017 ... 17

Tabel II.2 Perjanjian Kinerja 2016 ... 22

Tabel II.3 Target Belanja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan ... 23

Tabel II.4 Alokasi Anggaran Per Sasaran Strategis... 23

Tabel III.1 Skala Nilai Peringkat Kinerja ... 26

Tabel III.2 Capaian Kinerja Tahun 2016 ... 27

Tabel III.3 Target dan Realisasi Kinerja ... 29

Tabel III.4 Target dan Realisasi Kinerja Peningkatan Kualitas Penyuluh dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Pelaku Utama/Pelaku Usaha... ... 38

Tabel III.5 Keragaan Penyuluh Pertanian dan Perikanan DIY Tahun 2016 ... 40

Tabel III.6 Keragaan Kelembagaan Petani di DIY Tahun 2016 ... 41

Tabel III.7 SPM Bidang Ketahanan Pangan ... 44

Tabel III.8 Capaian SPM Bidang Ketahanan Pangan Tahun 2016... ... 45

Tabel III.9 Hasil Uji Lab. Sampel Buah dan Sayur ... 46

Tabel III.10 Anggaran dan Realisasi Belanja Langsung per Sasaran 2016 ... 48

Tabel III.11 Anggaran dan Realisasi Belanja Langsung per Program 2016 ... 49

(8)

Daftar Gambar

Gambar I.1 Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 4

Gambar I.2 Jumlah Ideal Pegawai Berdasarkan Beban Kerja ... 6

Gambar II.1 Aplikasi e-Laporan Penyuluh ... 24

(9)

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Struktur Organisasi ... 53

Lampiran 2 Perencanaan Strategis (matriks Renstra lima tahun) ... 54

Lampiran 3 Perjanjian Kinerja Tahun 2016 ... 55

Lampiran 4 Tanggapan/Tindak Lanjut Evaluasi LKj IP Tahun 2015 ... 58

Lampiran 5 Penghargaan yang diperoleh Tahun 2016 ... 59

Lampiran 6 Capaian Anggaran Pendukung Sasaran Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Periode III (2016) Tahun Anggaran 2016 ... 61

Lampiran 7 Pengukuran Kinerja... ... 63

(10)

BAB 1

Pendahuluan

Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Tahun 2016 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri PAN dan RB RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 94 Tahun 2016 tentang Pedoman Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Hal ini merupakan bagian dari implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah guna mendorong terwujudnya sebuah kepemerintahan yang baik (good governance) di Indonesia.

Dengan disusunnya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan) Tahun 2016 diharapkan dapat:

1. Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai oleh Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan.

2. Mendorong Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik dan benar yang didasarkan pada peraturan perundangan, kebijakan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

3. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan untuk meningkatkan kinerjanya.

4. Memberikan kepercayaan kepada masyarakat terhadap Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan di dalam pelaksanaan program/kegiatan dalam rangka

(11)

I.1 Struktur Organisasi

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor DIY 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan berlakunya Undang-Undang Keistimewaan maka kelembagaan pemerintah daerah DIY juga mengalami penyesuaian sesuai dengan Peraturan Daerah Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2015 tentang Kelembagaan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan merupakan unsur pelaksana penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan susunan organisasi sebagai berikut:

1. Unsur Organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, terdiri dari: a. Pimpinan : Kepala Badan

b. Pembantu Pimpinan : Sekretariat, terdiri dari Sub Bagian-Sub Bagian

c. Pelaksana : - Bidang-bidang, terdiri dari Sub Bidang- Sub Bidang

-UPTLTD

-Kelompok Jabatan Fungsional 2. Susunan Organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY

a. Sekretariat, terdiri dari:

1). Sub bagian Program, Data dan Teknologi Informasi 2). Sub bagian Keuangan

3). Sub bagian Umum

b. Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan, terdiri dari: 1). Sub bidang Ketersediaan Pangan

2). Sub bidang Distribusi Pangan

c. Bidang Konsumsi dan Kewaspadaan Pangan, terdiri dari: 1). Subbidang Pengembangan Mutu Konsumsi Pangan 2). Subbidang Keamanan dan Kewaspadaan Pangan d. Bidang Koordinasi Penyuluhan, terdiri dari:

(12)

f. Kelompok Jabatan Fungsional

I.2 Tugas dan Fungsi

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 76 Tahun 2015 Tentang Rincian Tugas Dan Fungsi Badan Ketahanan Pangan Dan Penyuluhan Tanggal 2 September 2015 menetapkan bahwa Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan mempunyai tugas: penyusunan kebijakan dan koordinasi bidang ketahanan pangan dan koordinasi penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan, dan perkebunan.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan mempunyai fungsi:

1. penyusunan program kerja urusan ketahanan pangan dan koordinasi penyuluhan;

2. perumusan kebijakan teknis urusan ketahanan pangan dan koordinasi penyuluhan;

3. pengelolaan, pengoordinasian, pemberian fasilitasi dan pengendalian ketersediaan pangan;

4. pengelolaan, pengoordinasian, pemberian fasilitasi dan pengendalian distribusi pangan

5. pengoordinasian, pemberian fasilitasi dan pengendalian konsumsi dan kewaspadaan pangan;

6. pengoordinasian dan pemberian fasilitasi penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan, dan perkebunan;

7. pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan pangan khas DIY untuk ketahanan pangan;

8. pemberdayaan sumberdaya dan mitra kerja urusan ketahanan pangan dan penyuluhan;

9. penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan; dan

(13)

I.3 Keadaan Pegawai

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta didukung oleh 78 (tujuh puluh delapan) personil PNS. Uraian komposisinya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.

1. Berdasarkan Jabatan dan Golongan Tabel I.1

Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan dan Golongan

Jml

No Uraian Golongan IV Golongan III

Jml

No Uraian Golongan II Golongan I

Sumber: BKPP DIY

2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Gambar I.1

Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(14)

Tabel I.2

Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

(15)

3. Jumlah Ideal Pegawai Berdasarkan Beban Pekerjaan

Gambar I.2

Jumlah Ideal Pegawai Berdasarkan Beban Kerja

Tahun 2016 ini BKPP DIY mengalami defisit pegawai karena tidak ada tambahan pegawai yang masuk di sisi lain ada pegawai yang pensiun sebanyak 8 orang dan pindah tugas 1 orang sehingga dibanding tahun 2015 jumlah pegawai yang semula 87 orang hanya tinggal 78 orang di tahun 2016. Berdasarkan beban pekerjaan, dibutuhkan 108 pegawai agar tugas dan fungsi BKPP DIY dapat terlaksana dengan baik. Kondisi saat ini hanya ada 78 pegawai sehingga masih kekurangan 30 pegawai.

Formasi jabatan struktural, mulai eselon II sampai dengan eselon IV sudah terisi semua sedangkan untuk formasi fungsional umum masih kekurangan 44 pegawai. Jabatan fungsional tertentu di BKPP ada empat, yaitu Penyuluh Pertanian yang masih kekurangan 4 pegawai dari 8 formasi yang ada, Penyuluh Perikanan dari 1 formasi belum terisi, Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) yang masih kekurangan 2 pegawai dari 16 formasi yang tersedia, dan Analis Ketahanan Pangan yang masih kekurangan 6 pegawai dari 8 formasi yang tersedia.

(16)

I.4 Keadaan Sarana dan Prasarana

Dari tahun ketahun keadaan sarana prasarana Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta terus mengalami perubahan karena adanya penghapusan sarana dan prasaran yang sudah tidak berfungsi maupun penambahan–penambahan hingga terwujud peningkatan sarana dan prasarana dalam rangka mendukung kelancaran operasionalnya. Adapun kondisi sarana prasarana tahun anggaran 2016 adalah sebagai berikut:

(17)

No. Jenis Barang Jumlah 39 Wireless portabel dan

perlengkapan

2 2

40 White board 10 10

41 Kendaraan dinas operasional:

(18)

No. Jenis Barang Jumlah 57 Buku pengetahuan tentang

penyuluhan

Sarana dan prasarana di BKPP DIY terus ditingkatkan melalui pengadaan, renovasi, maupun pembangunan yang disesuaikan dengan skala prioritas kebutuhan.

I.5 Keuangan

Pada Tahun Anggaran 2016 BKPP DIY melaksanakan kegiatan dengan anggaran murni APBD sebesar Rp. 13.651.615.310,-. Melalui mekanisme Perubahan APBD 2016 menjadi Rp. 12.183.847.837,- dengan rincian Belanja Tidak Langsung Rp. 5.252.476.031,- dan Belanja Langsung Rp. 6.931.371.806,-. Selain anggaran APBD, BKPP juga mengelola Anggaran APBN pada tahun 2016 melalui Satuan Kerja/Satker Ketahanan Pangan (11) sebesar

(19)

Rp. 9.628.868.000,-, dan Satker Penyuluhan Perikanan (12) sebesar Rp. 2.254.210.000,-.

I.6 Sistematika Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

Sistematika penulisan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY tahun 2016 adalah sebagai berikut: Ringkasan Eksekutif memuat:

1. Pada bagian ini disajikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategis serta sejauh mana instansi pemerintah mencapai tujuan dan sasaran utama tersebut serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaiannya;

2. Disebutkan pula langkah-langkah apa yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dan langkah antisipatif untuk menanggulangi kendala yang mungkin akan terjadi pada tahun mendatang

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini memuat tentang alasan disusun LKj IP/manfaat LKj IP, Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Potensi yang menjadi ruang lingkup Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan dan Sistematika penulisan LKj IP

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Pada bagian ini disajikan gambaran singkat mengenai rencana strategis, rencana kinerja tahunan dan perjanjian kinerja. Pada awal bab disajikan gambaran secara singkat sasaran utama yang ingin diraih instansi pada tahun yang bersangkutan serta bagaimana kaitannya dengan capaian visi dan misi instansi

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

(20)

Disajikan pula akuntabilitas keuangan dengan cara menyajikan rencana dan realisasi anggaran bagi pelaksanaan tupoksi atau tugas-tugas lainnya dalam rangka mencapai sasaran/tujuan organisasi yang telah ditetapkan, termasuk analisis tentang capaian indikator kinerja dan efisiensi

BAB IV PENUTUP

(21)

BAB 2

Perencanaan dan

Perjanjian Kinerja

II.1 Perencanaan Strategis

Pembangunan yang telah dilaksanakan Pemerintah Daerah DIY selama empat tahun terakhir menunjukkan tingkat keberhasilan yang baik. Evaluasi Pembangunan yang dilakukan pada tahun 2014 menunjukkan adanya beberapa indikator target sasaran yang capaiannya telah melampaui target yang ditetapkan pada akhir RPJMD.

Hasil evaluasi tersebut ditindaklanjuti dengan dilakukannya perubahan terhadap RPJMD 2012-2017 berdasarkan amanat Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2013 dan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Perubahan Target Pencapaian Sasaran Tahunan Rencana Jangka Menengah, Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Serta Indikator Kinerja Utama Gubernur Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2012-2017.

Selaras dengan perubahan RPJMD 2012-2017 menimbulkan konsekuensi logis adanya tindak lanjut dalam Perubahan Renstra Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Tahun 2012-2017, yang telah ditetapkan dalam SK Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Nomor 188/0588/I tanggal 26 Januari 2015 tentang Perubahan Rencana Strategis. Perubahan perlu dilakukan untuk melakukan rasionalisasi terkait target kinerja sasaran, program, dan kegiatan pendukung sasaran Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan sebagai penjabaran sasaran dan indikator Gubernur dalam perubahan RPJMD. Hasil perubahan RPJMD DIY Tahun 2012-2017 akan digunakan sebagai panduan dalam menentukan program kegiatan

(22)

dalam rencana kerja sampai dengan tahun akhir RPJMD. Perubahan yang dilakukan tercantum dalam Renstra Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan.

II.1.1 Visi dan Misi

Sesuai dengan tugas dan fungsi dalam reviu rencana strategis yang telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala BKPP DIY Nomor 188/0588/I tanggal 26 Januari 2015, visi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut:

Mewujudkan ketahanan pangan yang kuat, berkarakter dan

berbudaya secara berkelanjutan melalui tercapainya kemandirian dan

kedaulatan pangan didukung oleh sistem penyuluhan yang efektif dan

efisien.͟

Adapun penjelasan visi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan air baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

2. Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.

(23)

4. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan. 5. Ketahanan Pangan yang Kuat adalah kondisi dari suatu keterkaitan

yang padu disepanjang sistem ketahanan pangan, mulai dari sub sistem ketersediaan dan kewaspadaan pangan, sub sistem distribusi dan akses pangan hingga sub sistem konsumsi dan keamanan pangan.

6. Ketahanan Pangan yang berkarakter adalah ketahanan pangan yang mempunyai kualitas tertentu yang positif, sehingga mampu membangun kehidupan yang bermanfaat bagi masyarakat.

7. Ketahanan Pangan yang berbudaya adalah ketahanan pangan dengan budaya lokal yang mampu menyerap unsur-unsur budaya asing untuk memperkokoh budaya lokal dan dapat mengembangkan identitas budaya masyarakat setempat dengan kearifan dan keunggulan lokal.

8. Berkelanjutan adalah kondisi terpenuhinya pangan yang terus menerus atau berkesinambungan dari waktu ke waktu.

9. Penyuluhan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya penyuluhan lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

(24)

11. Efektif adalah suatu kegiatan yang dapat membawa hasil atau berhasil guna.

12. Efisien adalah ketepatan dan kesesuaian kegiatan untuk menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya.

Untuk dapat mencapai visi tersebut di atas, misi yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Misi 1. Peningkatan ketahanan pangan dengan peningkatan subsistem ketersediaan, distribusi, konsumsi dan

keamanan pangan

Misi 2. Pengembangan sistem penyuluhan pertanian, perikanan,

dan kehutanan sesuai karakter, budaya lokal dan

kebutuhan petani, nelayan dan masyarakat sekitar

kawasan hutan

Misi 3. Pengembangan sistem pengelolaan ketahanan pangan

dan penyuluhan yang sesuai dengan prinsip-prinsip tata

kelola pemerintahan yang baik dan benar (good

governance)

II.1.2 Tujuan dan Sasaran Tujuan

Mengacu pada Visi dan Misi yang telah ditetapkan, maka Tujuan Jangka menengah salama 5 tahun anggaran adalah:

1. Meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) minimal 90 di tahun 2017;

2. Meningkatkan kinerja tenaga penyuluh dalam pengawalan dan pendampingan masyarakat petani dan nelayan serta masyarakat sekitar kawasan hutan sampai dengan 100% di tahun 2017; 3. Mewujudkan pengelolaan pemerintahan secara efisien dan

(25)

Sasaran Strategis

(26)

Tabel II.1 Sasaran Strategis BKPP DIY Tahun 2012-2017

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Kondisi Awal 2012

Target

Keterangan 2013 2014 2015 2016 2017

1 Pemantapan

ketersediaan dan pola konsumsi masyarakat

Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

- 78,7 80,2 81,9 84,6 86,3 89,3 Sebelum reviu

80,2 81,9 84,6 88,5 90 Setelah reviu 2 Peningkatan kualitas

penyuluh dan peningkatan kualitas kelembangaan pelaku utama/pelaku usaha

Persentase jumlah penyuluh yang meningkat kapasitasnya

% 35 48 61 74 87 100 Sebelum reviu

(27)

II.1.3 Strategi

Setelah menentukan tujuan dan sasaran, maka langkah selanjutnya perlu ditentukan bagaimana hal tersebut dapat dicapai. Cara mencapai tujuan dan sasaran merupakan strategi organisasi untuk merealisasikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, meliputi penetapan strategi, kebijakan, program dan kegiatan.

II.1.3.1 Misi 1 A. Strategi

1. Pemantapan ketersediaan dan pola konsumsi masyarakat.

B. Kebijakan

1. Pemantapan ketersediaan pangan, kewaspadaan pangan dan pengembangan cadangan pangan daerah (masyarakat dan pemerintah).

2. Penurunan Desa Rawan Pangan.

3. Peningkatan diversifikasi pangan berbasis pangan lokal, penanganan keamanan pangan, dan pengawasan pangan beredar/bersertifikat.

4. Pengembangan distribusi pangan yang merata dan terjangkau, pemantapan stabilitas harga pangan strategis, peningkatan aksesibilitas pangan masyarakat, dan pemantauan distribusi, harga, akses pangan.

C. Program

1. Peningkatan Penanganan Daerah Rawan Pangan. 2. Peningkatan Ketersediaan dan Cadangan Pangan. 3. Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan

Pangan.

4. Peningkatan Distribusi dan Akses Pangan. D. Kegiatan

(28)

2. Pemberdayaan Daerah Rawan Pangan.

3. Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan Berbasis FSVA.

4. Penyusunan SKPG.

 Peningkatkan Ketersediaan dan Cadangan Pangan: 1. Penyusunan Neraca Bahan Makanan.

2. Penguatan Cadangan Pangan. 3. Analisis Ketersediaan Pangan.

4. Penyusunan Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan.  Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan:

1. Gerakan Pola Pangan Beragam Bergizi Berimbang dan Aman

2. Penyebaran Informasi Produk Pangan Lokal. 3. Pengembangan Diversifikasi Produk Antara. 4. Penanganan Keamanan Pangan.

5. Pengembangan Kelembagaan OKKPD.

6. Pengembangan Kelembagaan Sertifikasi Pangan Segar.

7. Pengembangan Produk Pangan Bersertifikat. 8. Penyusunan PPH.

9. Pengembangan Kapasitas Petugas Pembinaan dan Pengawasan Keamanan Pangan.

 Peningkatan Distribusi dan Akses Pangan: 1. Peningkatan Kelembagaan Akses Pangan. 2. Analisis Distribusi dan Harga Pangan.

3. Pemberdayaan dan Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM).

4. Analisis Pasokan dan Akses Pangan.

II.1.3.2 Misi 2 A. Strategi

(29)

B. Kebijakan

1. Peningkatan kapasitas tenaga penyuluh dan pelaku utama/pelaku usaha, pemantapan kelembagaan penyuluhan, dan peningkatan koordinasi penyelenggaraan penyuluhan.

C. Program

1. Pemberdayaan Penyuluhan. D. Kegiatan

1. Peningkatan Kompetensi dan Keprofesian Tenaga Penyuluh.

2. Penyelenggaraan Temu Teknis Penyuluh Swadaya/Swasta.

3. Penyusunan Program Penyuluhan.

4. Pengembangan dan Penguatan Kelembagaan Penyuluhan.

II.1.3.3 Misi 3 A. Strategi

1. Meningkatkan capaian pelaksanaan program pendukung sasaran SKPD.

B. Kebijakan

1. Pemantapan dukungan administrasi dan manajemen pemerintahan.

C. Program

1. Pelayanan Administrasi Perkantoran.

2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. 3. Peningkatan kapasitas Sumberdaya Aparatur.

4. Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan.

D. Kegiatan

(30)

2. Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air, dan Listrik.

3. Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan Dinas/Operasional.

4. Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan. 5. Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor. 6. Penyediaan Alat Tulis Kantor.

7. Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan.

8. Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan Kantor.

9. Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan.

10. Penyediaan Makanan dan Minuman.

11. Rapat-Rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah.

12. Penyediaan Retribusi Sampah.

13. Penyediaan Jasa Keamanan Kantor/Gedung/Tempat Kerja.

14. Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor. 15. Pengadaan Peralatan Gedung Kantor. 16. Pengadaan Mebeleur.

17. Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/ Operasional.

18. Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan Gedung Kantor.

19. Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan Gedung Kantor.

20. Pembinaan, Pengembangan Kualitasi Profesi dan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Tertentu. 21. Penyusunan Laporan Kinerja SKPD.

22. Penyediaan Laporan Keuangan SKPD.

23. Penyusunan Rencana Program Kegiatan SKPD serta Pengembangan Data dan Informasi.

(31)

II.2 Perjanjian Kinerja Tahun 2016

Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Dokumen tersebut memuat sasaran strategis, indikator kinerja, beserta target kinerja dan anggaran.

Dalam penyusunan perjanjian kinerja instansi mengacu pada Reviu Renstra Pertama, RKT, IKU, dan anggaran atau DPA. Perjanjian Kinerja pada tabel berikut merupakan Perjanjian Kinerja tahun 2016:

Tabel II.2 Perjanjian Kinerja Tahun 2016

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target

Tahunan Triwulan Target

1 Pemantapan

II.3 Rencana Anggaran Tahun 2016

(32)

rincian untuk Belanja Tidak Langsung Rp. 5.050.437.742,- (96,15%) dan Belanja Langsung sebesar Rp. 6.433.858.757,- (92,82%).

II.3.1 Target Belanja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan

Tabel II.3Target Belanja Badan Ketahanan Pangan dan PenyuluhanTahun 2016

Uraian Target (Rp) Persentase

Belanja Tidak Langsung 5.252.476.031,- 43,11

Belanja Langsung 6.931.371.806,- 56,89

Jumlah 12.183.847.837,- 100,00

II.3.2 Alokasi Anggaran Per Sasaran Strategis

Anggaran Belanja Langsung tahun 2016 yang dialokasikan untuk pencapaian sasaran strategis BKPP DIY sebesar Rp. 5.094.963.256,-. Rincian anggaran Belanja Langsung per sasaran strategis yang akan dicapai BKPP DIY pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel II.4. Dari tabel tersebut terlihat bahwa BKPP pada tahun 2016 ini melaksanakan 25 kegiatan untuk mencapai 2 sasaran strategis yang sudah ditetapkan.

Tabel II.4 Alokasi Anggaran Per Sasaran Strategis

No. Sasaran Anggaran Persentase Keterangan

1 Pemantapan

Ketersediaan dan Pola Konsumsi Masyarakat

3.522.815.356 69,14 21 kegiatan

2 Peningkatan Kualitas Penyuluh dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Pelaku Utama/Pelaku Usaha

1.572.147.900 30,86 4 kegiatan

(33)

II.4 Instrumen Pendukung

Instrumen pendukung Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sudah terintegrasi dalam sistem online monitoring dan evaluasi yang dikembangkan oleh Bidang Pengendalian Bappeda DIY. Aksesnya melalui website http://monevapbd.jogjaprov.go.id dengan memilih menu e-SAKIP. Instrumen e-SAKIP ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010. Hasil perencanaan, pelaksanaan program/kegiatan, dan laporan pencapaian kinerja yang di-entry di menu e-SAKIP sudah dapat digunakan untuk mendukung penerapan SAKIP di BKPP DIY.

Website BKPP DIY di http://bkpp.jogjaprov.go.id/ memuat segala informasi program kegiatan yang dilaksanakan oleh BKPP. Menu yang menjadi unggulan antara lain informasi harga pangan strategis di pasar utama yang diperbarui seminggu sekali setiap hari Senin, peta rawan pangan dan gizi, data terkait pelaksanaan upaya khusus (upsus) peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai, dan video informasi terkait pangan dan penyuluhan.

Selain website, setiap tahun BKPP DIY menyusun database ketahanan pangan yang dapat menjadi referensi data terkait urusan pangan di DIY. Database tersebut selain diterbitkan dalam bentuk buku juga dalam database online yang melekat pada website BKPP. Database online ini baru dapat diakses oleh internal BKPP dan menunya akan terus dikembangkan sesuai kebutuhan.

Gambar II.1

Aplikasi e-Laporan Penyuluh

(34)
(35)

BAB 3

Akuntabilitas Kinerja

III.1. Capaian Kinerja Tahun 2016

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan telah melaksanakan penilaian kinerja dengan mengacu pada Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan tahun 2016 yang telah disepakati. Penilaian ini dilakukan oleh tim pengelola kinerja untuk mengevaluasi dan mengukur dalam rangka pengumpulan data kinerja yang hasilnya akan memberikan gambaran keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran. Dari hasil pengumpulan data selanjutnya dilakukan kategorisasi kinerja (penentuan posisi) sesuai dengan tingkat capaian kinerja yaitu:

Tabel III.1 Skala Nilai Peringkat Kinerja

 Berdasarkan Permendagri Nomor 54 Tahun 2010

Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan oleh Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi kinerja. Indikator kinerja sebagai ukuran keberhasilan dari tujuan dan sasaran strategis Badan No. Interval Nilai Realisasi

(36)

Ketahanan Pangan dan Penyuluhan beserta target dan capaian realisasinya dirinci sebagai berikut:

Tabel III.2 Capaian Kinerja Tahun 2016

NO. SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR

KINERJA SATUAN TARGET REALISASI PERSENTASE KRITERIA/ KODE sasaran strategis. Pada tahun 2016, dua indikator tersebut telah memenuhi target yang ditetapkan atau sebesar 100% dari total indikator. Capaian tertinggi pada indikator persentase jumlah penyuluh yang meningkat kapasitasnya dengan persentase 100,25% sementara indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) capaiannya tepat 100% sesuai target yang ditetapkan.

III.2. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Sasaran Strategis

(37)

Indikator Kinerja. Adapun evaluasi dan analisis secara rinci indikator kinerja menurut sasaran stategis diuraikan sebagai berikut:

III.2.1. Sasaran Pertama: Pemantapan Ketersediaan dan Pola Konsumsi Masyarakat

Tolok ukur capaian sasaran Pemantapan Ketersediaan dan Pola Konsumsi Masyarakat terdiri dari satu indikator yaitu indikator Peningkatan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Sasaran Pemantapan Ketersediaan dan Pola Konsumsi Masyarakat dipilih menjadi sasaran strategis BKPP karena merupakan tujuan akhir dari penyelenggaraan pangan di DIY yaitu kondisi konsumsi masyarakat yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman untuk mendukung hidup yang sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Tolok ukur capaian sasaran strategis ini terdiri dari 1 indikator kinerja utama (IKU) yaitu Skor Pola Pangan Harapan (PPH).

Perhitungan Skor PPH adalah sebagai berikut: Persentase AKE* = kalori x 100 AKE

Skor AKE = Persentase AKE x bobot

Jika Skor AKE > skor maksimal maka PPH = skor maksimal, selain itu skor PPH = skor AKE.

* AKE: Angka Kecukupan Energi

Sumber: aplikasi analisis PPH dengan data Susenas BPS dari Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI.

(38)

semakin mendekati pola konsumsi pangan yang ideal yakni pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA). Beberapa kegunaan analisis ini adalah:

a. Menilai jumlah dan komposisi konsumsi atau ketersediaan pangan; b. Indikator mutu gizi dan keragaman konsumsi atau ketersediaan

pangan;

c. Sebagai baseline data untuk mengestimasi kebutuhan pangan ideal di suatu wilayah;

d. Sebagai baseline data untuk menghitung proyeksi penyediaan pangan ideal untuk suatu wilayah;

e. Perencanaan konsumsi, kebutuhan dan penyediaan pangan wilayah.

Tabel III.3 Target dan Realisasi Kinerja

(39)

Gambar III.1

Grafik Capaian Skor PPH Tahun 2011-2016

Keberhasilan tercapainya sasaran Pemantapan Ketersediaan dan Pola Konsumsi Masyarakat dengan indikator skor PPH ini disebabkan pola konsumsi pangan masyarakat yang semakin Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA). Hal ini didorong oleh perubahan perilaku konsumsi pangan masyarakat sebagai akibat kondisi perekonomian masyarakat yang semakin membaik dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi pangan yang memenuhi kaidah B2SA.

(40)

Cadangan pangan ini dapat dimanfaatkan sewaktu-waktu jika terjadi kerawanan maupun krisis pangan maupun bencana alam.

Distribusi dan akses pangan telah tertangani dengan baik. Fasilitasi diberikan kepada gapoktan di daerah rawan pangan dengan tujuan mendekatkan pangan ke masyarakat sehingga tersedia pangan sesuai kebutuhan masyarakat setempat dengan harga terjangkau secara kontinyu. Gapoktan di daerah sentra produksi pangan juga difasilitasi agar dapat menampung dan mengelola hasil panen masyarakat setempat sehingga harga pangan terjaga, tidak merugikan petani saat panen raya dan tidak memberatkan konsumen saat musim paceklik. Harga pangan pokok strategis yang berpengaruh terhadap inflasi juga dipantau secara rutin dan bila perlu dilakukan pengendalian melalui operasi pasar oleh instansi terkait. Harga pangan pokok di DIY selama tahun 2016 relatif terkendali. Hal ini sangat didukung oleh keberadaan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Inflasi di DIY pada tahun 2016 year on year (Desember 2016 terhadap Desember 2015) sebesar 2,29% (BPS,2017) jika dibanding rata rata nasional inflasi DIY lebih rendah sampai bulan Desember 2016.

(41)

konsumen. Pasokan bahan pangan diperoleh dari Gapoktan/Lembaga Usaha Pangan Masyarakat, dan/atau BULOG. Tahun 2016 komoditasnya baru beras, di tahun-tahun selanjutnya diharapkan dapat bertambah jenisnya seperti jagung, bawang merah, cabai merah, daging, gula, dan minyak goreng.

Dari sisi konsumsi, selain pelaksanaan Gerakan Pola Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA), pencapaian target skor PPH juga didukung melalui pengembangan diversifikasi produk antara, dan peningkatan sosialisasi maupun promosi penganekaragaman konsumsi pangan lokal. Angka konsumsi energi di DIY tahun 2015 adalah 1.946,4 kkal/kapita/hari dan angka konsumsi protein 60 gr/kapita/hari. Kemudian pada tahun 2016 angka konsumsi energi DIY adalah 2.133,8 kkal/kapita/hari dan konsumsi protein 63,9 gr/kapita/hari. Jika dibandingkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan 2.150 kkal/kapita/hari dan 52 gr/kapita/hari maka tingkat konsumsi energi di DIY masih perlu ditingkatkan, terutama konsumsi dari kelompok pangan umbi-umbian, kacang-kacangan, serta sayur dan buah. Pengembangan dan pemanfaatan pangan lokal terutama umbi-umbian menjadi alternatif terbaik dalam memenuhi kebutuhan energi sekaligus menjaga kesehatan masyarakat dari ancaman penyakit degeneratif seperti diabetes, kanker, dan serangan jantung karena umbi-umbian dapat dikembangkan menjadi makanan fungsional yang memiliki indeks glisemik rendah, kaya kandungan prebiotik dan antioksidan.

Selain mutu/kualitas konsumsi, aspek keamanan pangan sangat penting belakangan ini. Dengan terbukanya pasar terhadap masuknya produk pangan dari luar daerah maupun dari luar negeri, masalah dan tantangan keamanan pangan semakin kompleks. Tim Jejaring Keamanan Pangan Daerah (JKPD) telah berperan aktif di DIY dalam mengamankan pangan yang diproduksi maupun pangan yang beredar, baik segar maupun olahan, sehingga pangan yang dikonsumsi masyarakat DIY aman dari berbagai cemaran fisik, biologis, kimiawi, maupun mikrobiologis. Pembinaan terhadap produsen pangan juga terus dilaksanakan agar produsen pangan di DIY dapat menyediakan pangan yang bermutu dan aman, sekaligus dapat bersaing menghadapi pasar bebas ASEAN (MEA).

(42)

kerawanan pangan di DIY. Desa rawan pangan di DIY turun dari 26 desa di tahun 2014 menjadi 20 desa di tahun 2015 dan turun lagi menjadi 16 desa di tahun 2016. Desa rawan pangan tersebut tersebar di Kabupaten Bantul 3 desa, Kabupaten Kulonprogo 6 desa, dan Kabupaten Gunungkidul 7 desa.

Capaian Skor PPH konsumsi 88,5 telah mencapai target tahun 2016 dengan persentase 100 %, menggunakan 69,14 % dari anggaran yang tersedia sebesar Rp 3.522.815.356,-. Kondisi ini mampu mempertahankan kualitas konsumsi pangan masyarakat sehingga dapat disimpulkan capaian sasaran tersebut efisien untuk mencapai dampak yang luas bagi masyarakat. Konsumsi pangan yang berkualitas akan meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan masyarakat yang sehat akan mampu berkarya secara optimal menghasilkan produktivitas yang tinggi, meningkatkan kesejahteraan, dan pada akhirnya dapat berpengaruh pada peningkatan Angka Harapan Hidup yang merupakan sasaran Pemerintah Daerah DIY.

Keberhasilan pencapaian sasaran ketersediaan dan pola konsumsi masyarakat didukung oleh 4 program dengan 21 kegiatan utama. Dukungan dari masing-masing program/kegiatan adalah sebagai berikut:

1. Program Peningkatan Penanganan Daerah Rawan Pangan Program dengan Pagu Anggaran Rp. 869.161.175 dan terealisasi Rp. 831.443.859,- atau 95,66%, dijabarkan dalam 4 kegiatan dan telah berhasil menurunkan jumlah Desa Rawan Pangan di DIY dari 20 desa di tahun 2015 menjadi 16 desa di tahun 2016. Capaian anggaran untuk masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut:

a. Pemberdayaan Daerah Rawan Pangan dengan anggaran Rp. 436.705.525,-, dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 431.570.606,- atau 94,85%.

b. Pemantauan Desa Rawan Pangan Rp. 269.980.650,- dengan realisasi Rp. 256.247.453,- atau 94,50%.

c. Penyusunan Peta Ketaanan Pangan dan Kerawanan

(43)

85,95%. Deviasi keuangan > 10% karena ada kebijakan anggaran dan efisiensi pelaksanaan kegiatan.

d. Penyusunan SKPG dengan pagu anggaran Rp. 90.000.000,- dengan realisasi anggaran sebesar

Rp. 81.336.800,- atau 90,37%.

2. Program Peningkatan Ketersediaan dan Cadangan Pangan Tahun 2016 cadangan pangan meningkat dan mencapai 517,161 ton beras. Sementara itu dilihat dari angka ketersediaan energi dan protein turun dari 3.701 kkal/kapita/hari dan 111,71 gr/kapita/hari di tahun 2015 menjadi 3.666 kkal/kapita/hari dan 111,09 gr/kapita/hari di tahun 2016, tetapi capaian ini masih lebih tinggi dibanding Angka Kecukupan Gizi standar yang dianjurkan. Capaian anggaran untuk masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut:

a. Capaian anggaran kegiatan Penyusunan Neraca Bahan Makanan sebesar Rp. 81.372.500,- (99,98%) dari pagu anggaran sebesar Rp. 81.390.000,-.

b. Capaian anggaran kegiatan Penguatan Cadangan Pangan sebesar Rp. 318.574.675,- (90,38 %) dari pagu anggaran sebesar Rp. 320.147.175,-.

c. Capaian anggaran kegiatan Analisis Ketersediaan Pangan sebesar Rp. 147.063.306,- (96,44 %) dari pagu anggaran sebesar Rp. 144.283.306,-.

d. Capaian anggaran kegiatan Penyusunan Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan sebesar Rp. 87.780.000,- (100%) dari pagu anggaran sebesar Rp. 87.780.000,-.

(44)

dengan capaian sebesar 86,76% dari sampel pangan yang diperiksa dinyatakan aman. Capaian anggaran untuk masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut:

a. Capaian anggaran kegiatan Gerakan Pola Pangan Beragam,

bergizi, Berimbang dan Aman (B2SA) sebesar Rp. 300.994.500,- (91,14%) dari pagu anggaran sebesar

Rp. 330.265.000,-.

b. Capaian anggaran kegiatan Penyebaran Informasi Produk Pangan Lokal sebesar Rp. 267.685.100,- (97,99 %) dari pagu anggaran sebesar Rp. 273.175.000,-.

c. Capaian anggaran kegiatan Pengembangan Diversifikasi Produk Antara sebesar Rp. 18.003.625,- (90,00%) dari pagu anggaran sebesar Rp. 20.003.750,-.

d. Capaian anggaran kegiatan Penanganan Keamanan Pangan sebesar Rp. 418.241.408,- (94,86%) dari pagu anggaran sebesar Rp. 440.910.500,-

e. Capaian anggaran kegiatan Pengembangan Kelembagaan OKKP-D sebesar Rp. 59.580.000,- (95,21%) dari pagu anggaran sebesar Rp. 62.580.000,-.

f. Capaian anggaran kegiatan Pengembangan Kelembagaan Sertifikasi Pangan Segar sebesar Rp. 369.946.160,- (90,69%) dari pagu anggaran sebesar Rp. 407.916.000,-.

g. Capaian anggaran kegiatan Dukungan Pengembangan Produk Pangan Bersertifikat sebesar Rp. 39.660.000,- (80,28%) dari pagu anggaran sebesar Rp. 49.400.000,-. Deviasi keuangan > 10% dikarenakan efisiensi pelaksanaan kegiatan.

h. Capaian anggaran kegiatan Penyusunan PPH sebesar Rp. 20.498.450,- (58,99%) dari pagu anggaran sebesar Rp. 34.750.000,-. Deviasi keuangan > 10% dikarenakan ada kebijakan anggaran, efisiensi pelaksanaan kegiatan, dan penyesuaian dengan agenda kegiatan Pusat.

(45)

4. Program Peningkatan Distribusi dan Akses Pangan dengan 4 kegiatan telah berhasil mendukung kelancaran distibusi dan akses pangan di DIY, menjaga stabilitas harga pangan pokok strategis, dan menyediakan informasi yang update terkait pasokan, harga, dan akses pangan. Capaian anggaran untuk masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut:

a. Capaian anggaran kegiatan Peningkatan Kelembagaan Akses Pangan sebesar Rp 128.732.700.,- (84,80%) dari pagu anggaran sebesar Rp. 151.810.000,-. Deviasi keuangan > 10% dikarenakan ada kebijakan anggaran, efisiensi pelaksanaan kegiatan, dan penyesuaian dengan agenda kegiatan Pusat.. b. Capaian anggaran kegiatan Analisis Distribusi dan Harga

Pangan sebesar Rp. 48.540.000,- (88,00%) dari pagu anggaran sebesar Rp. 55.160.000,-. Deviasi keuangan > 10% dikarenakan ada kebijakan anggaran dan efisiensi pelaksanaan kegiatan.

c. Capaian anggaran kegiatan Pemberdayaan dan Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) sebesar Rp. 30.251.750,- (80,10%) dari pagu anggaran sebesar Rp. 37.766.250,-. Deviasi keuangan > 10% karena ada efisiensi pelaksanaan kegiatan dan tidak dilaksanakannya temu kemitraan gapoktan kemandirian karena waktu yang tidak memungkinkan (APBD Perubahan baru mulai bisa dilaksanakan akhir bulan Nopember 2016). d. Capaian anggaran kegiatan Analisis Pasokan dan Akses

Pangan sebesar Rp. 95.665.450,- (98,03%) dari pagu anggaran sebesar Rp. 97.590.000,-.

Permasalahan yang masih dihadapi dalam pencapaian sasaran ketersediaan dan pola konsumsi masyarakat adalah:

(46)

2. Perkembangan usaha/industri pangan berbasis sumberdaya lokal berjalan relatif lambat.

3. Kesadaran masyarakat dan pelaku usaha dalam mengkonsumsi dan memproduksi pangan yang aman masih rendah.

4. Masih terdapat 16 Desa Rawan Pangan di DIY.

Rencana yang akan dilakukan sebagai solusi penyelesaian masalah adalah:

1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya konsumsi pangan lokal, sehingga dapat menekan atau mengurangi konsumsi beras dan/atau terigu. Usaha tersebut dilakukan melalui sosialisasi dan edukasi pola makan Bergizi, Beragam, Seimbang dan Aman (B2SA) kepada masyarakat.

2. Meningkatkan nilai pangan spesifik lokasi (pangan lokal) menjadi olahan pangan yang menarik dan bergizi bagi konsumen serta meningkatkan pemahaman dan pengetahuan atau keterampilan para pelaku usaha agroindustri pangan berbasis sumber daya lokal melalui berbagai kegiatan seperti pertemuan, sosialisasi, dan pameran inovatif.

3. Memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dan para pelaku usaha pengolahan tentang pangan yang bermutu dan aman, serta proses pengolahan pangan yang benar dan aman. Selain itu dilakukan pengawasan peredaran makanan terutama di sekolah akan lebih diintensifkan melalui kerja sama dengan instansi terkait, termasuk instansi vertikal di daerah yang mempunyai fungsi pengawasan terhadap peredaran bahan makanan.

(47)

12 desa rawan pangan (terletak di Kecamatan kantong kemiskinan di Kabupaten Kulonprogo, Gunungkidul, dan Bantul) mulai tahun 2017.

III.2.2. Sasaran Kedua: Peningkatan Kualitas Penyuluh dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Pelaku Utama/Pelaku Usaha

Peningkatan Kualitas Penyuluh dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Pelaku Utama/Pelaku Usaha dipilih menjadi sasaran strategis karena pembangunan ketahanan pangan membutuhkan kelembagaan yang mantap dengan didukung oleh sumber daya manusia penyuluh yang handal.

Tolok ukur capaian sasaran Peningkatan Kualitas Penyuluh dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Pelaku Utama/Pelaku Usaha terdiri dari 1 indikator yaitu Persentase Jumlah Penyuluh yang Meningkat Kapasitasnya. Cara penghitungan indikator ini adalah sebagai berikut:

Sumber data dari BKPP DIY

Tabel III.4 Target dan Realisasi Kinerja Peningkatan Kualitas Penyuluh dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Pelaku Utama/Pelaku Usaha

(48)

Tahun 2015 capaian indikator ini adalah 74%, dan tahun 2016 meningkat menjadi 87,22%. Dari tabel III.4 terlihat bahwa pada tahun 2016 BKPP DIY berhasil mencapai target kinerja persentase jumlah penyuluh yang meningkat kapasitasnya, dari target 87% dapat direalisasikan 87,22% sehingga persentase capaian sebesar 100,25%. Sedangkan hasil kinerja tahun ini dibandingkan target tahun 2017 baru mencapai 87,22%.

Penyuluh pertanian mempunyai kedudukan strategis dalam pembangunan pertanian khususnya dalam pengembangan kualitas pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mau dan mampu menolong mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, modal dan sumber daya lainnya.

Penyuluhan di DIY diarahkan kepada penyuluhan yang mendukung upaya khusus (UPSUS) swasembada padi, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi; penyuluhan yang mendukung diversifikasi pangan; penyuluhan yang mendukung peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; serta penyuluhan yang mendukung kesejahteraan petani.

Setiap tahun para penyuluh menyusun program penyuluhun. Program penyuluhan menjadi kunci keberhasilan pembangunan pertanian ke depannya. Program disusun dengan mengakomodir keperluan masyarakat yang dibuat berjenjang dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, dan provinsi dengan tetap berpegang pada rambu-rambu perundangan kebijakan pemerintah, RPJMD maupun Renstra SKPD. Program yang disusun secara partisipatif ini diharapkan mampu menjadi pedoman dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan.

(49)

Dengan pendekatan penyuluh polivalen yang harus mampu mendampingi pelaku usaha di berbagai sektor pertanian, ditambah beban kerja penyuluh yang semakin meningkat terkait pelaksanaan UPSUS, maka BKPP DIY berupaya mempermudah pekerjaan para penyuluh dalam pelaporan kegiatannya melalui pembuatan aplikasi e-Laporan Penyuluh. Dengan adanya aplikasi ini, pelaporan kegiatan yang menjadi dasar pemberian BOP bagi penyuluh pertanian dan THL-TB PP dapat dilakukan secara online, sehingga lebih efektif dan efisien (lebih cepat, lebih murah: hemat kertas, tinta, dan listrik serta ramah lingkungan ͞eco friendly͟).

Tabel III.5 Keragaan Penyuluh Pertanian dan Perikanan DIY Tahun 2016

No Kabupaten/ Kota

Penyuluh PNS THL

TBPP PPB

Penyuluh Swadaya

Pertanian Perikanan Pertanian Perikanan

1 SLEMAN 65 16 53 5 81 43

2 BANTUL 49 11 65 3 86 89

3 KULONPROGO 48 13 61 3 116 80

4 GUNUNGKIDUL 67 6 41 6 144 89

5 KOTA 7 0 8 3 7 3

6 PROVINSI 8 0 0 0 0 0

7 BPTP 16 0 0 0 0 0

JUMLAH 260 46 228 20 434 304

Sumber: BKPP DIY Keterangan:

THL TBPP: Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (Kementan RI) PPB : Penyuluh Perikanan Bantu (Kementarian KP RI)

(50)

penyuluh swadaya/swasta idealnya mendampingi 4 kelompok tani. Namun dibalik keterbatasan tersebut ada faktor pendorong yang menunjang keberhasilan pencapaian sasaran kinerja, yaitu semangat dari para penyuluh PNS, penyuluh kontrak, dan swadaya dalam memberikan pendampingan pada para pelaku utama/pelaku usaha serta kesadaran untuk terus meningkatkan kompetensinya guna menjawab tuntutan perkembangan zaman.

Tabel III.6 Keragaan Kelembagaan Petani di DIY Tahun 2016

KELEMBAGAAN

Capaian sasaran Peningkatan Kualitas Penyuluh dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Pelaku Utama/Pelaku Usaha 87% telah berhasil melampaui target tahun 2016 dengan persentase 100,25%, menggunakan dana sebesar Rp 1.474.665.766,- dari anggaran sebesar Rp 1.572.147.900,- atau terealisasi sebesar 93,80%.

Program dan kegiatan yang dilaksanakan telah dapat meningkatkan kualitas penyuluh melalui peningkatan kompetensi dan profesionalitas penyuluh sehingga dapat memberikan pendampingan yang optimal bagi para pelaku utama/pelaku usaha.

(51)

1. Kegiatan Peningkatan Kompetensi dan Keprofesian Tenaga Penyuluh dengan capaian anggaran Rp. 995.891.421,- (94,48%) dari pagu anggaran yang tersedia sebesar Rp. 1.054.050.000,- telah dapat meningkatkan kompetensi penyuluh melalui berbagai pelatihan dan magang serta berbagai lomba yang memotivasi bagi penyegaran kembali pengetahuan dan memicu kreativitas para penyuluh agar lebih kompetitif.

2. Kegiatan Penyelenggaraan Temu Teknis Penyuluh Swadaya/Swasta dengan capaian anggaran Rp. 57.203.400,-

(85,29%) dari pagu anggaran yang tersedia sebesar Rp. 67.072.400,- telah dapat meningkatkan kompetensi penyuluh

swadaya melalui bimbingan teknis, pertukaran pengetahuan dan informasi serta menambah jejaring kerjasama. Deviasi realisasi anggaran >10% karena adanya kebijakan anggaran.

3. Kegiatan Penyusunan Program Penyuluhan dengan capaian anggaran Rp. 22.267.300,- atau 79,69% dari pagu anggaran yang tersedia sebesar Rp. 27.942.300,- telah menghasilkan program-program penyuluhan sesuai dengan kebutuhan pelaku utama/pelaku usaha serta dalam rangka mendukung kebijakan terkait peningkatan produktivitas komoditas sektoral dalam mendukung ketahanan pangan yang akan dilaksanakan di DIY sekaligus mendukung program nasional peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai untuk jangka waktu 1 tahun berjalan. Deviasi realisasi anggaran > 10% karena menyesuaikan dengan agenda kegiatan Pusat.

(52)

Permasalahan yang masih dihadapi dalam pencapaian sasaran Peningkatan Kualitas Penyuluh dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Pelaku Utama/Pelaku Usaha adalah:

1. Masih beragamnya kelembagaan penyuluhan di tingkat kabupaten/kota.

2. Jumlah tenaga penyuluh PNS setiap tahun berkurang karena alih tugas maupun pensiun

3. Formasi dan penempatan tenaga penyuluh belum sesuai dengan kelembagaan, maupun kompetensinya.

Rencana yang akan dilakukan sebagai solusi penyelesaian masalah adalah:

1. Mendorong kabupaten/kota untuk mensinkronkan kelembagaan penyuluhannya sesuai dengan aturan yang tertuang dalam UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan, Pertanian Perikanan dan Kehutanan.

2. Mengangkat tenaga penyuluh di kabupaten/kota secara bertahap dalam formasi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada sistem kepegawaian ASN dan mengoptimalkan kinerja penyuluh swadaya/swasta.

3. Menempatkan tenaga penyuluh sesuai kompetensinya pada formasi dan kelembagaan yang tepat.

III.3 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Lainnya

Analisis capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan dilihat dari capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagaimana Permentan Nomor: 65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan meliputi 4 jenis layanan dasar yaitu:

(53)

2. Distribusi dan Akses Pangan dengan indikator ketersediaan informasi pasokan, harga, dan akses pangan di daerah.

3. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan dengan indikator pengawasan dan pembinaan keamanan pangan.

4. Penanganan Kerawanan Pangan dengan indikator penanganan daerah rawan pangan.

Target pelayanan dasar tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel III.7 SPM Bidang Ketahanan Pangan

No. Jenis Pelayanan Dasar

Standar Pelayanan Minimal Batas Waktu

Sumber: Permentan No: 65 /OT.140/12/2010

SKPD = Satuan Kerja Pemerintah Daerah BKPD = Badan Ketahanan Pangan Daerah

(54)

tidak ada SPM-nya. Namun Kementerian Dalam Negeri masih terus memantau capaian indikator tersebut per semester, dengan membandingkan capaian tahun berjalan dengan target tahun akhir SPM (tahun 2015) sehingga BKPP masih diwajibkan menyampaikan laporan capaian indikator tersebut melalui Biro Organisasi Setda DIY.

Tabel III.8 Capaian SPM Bidang Ketahanan Pangan Tahun 2016

No. Jenis Pelayanan

60 106,71 Melebihi target tahun 2015, ada kenaikan

80 86,76 Melebihi target tahun 2015

60 100 Melebihi target tahun 2015

Sumber: BKPP DIY

Indikator pertama, penguatan cadangan pangan tahun 2016 sebesar 106,71% telah melampaui target akhir SPM Tahun 2015 sebesar 60%. Cadangan pangan pemerintah ideal yang ditetapkan adalah 200 ton sedangkan cadangan pangan pemerintah Pemda DIY tahun 2016 telah mencapai 213,411 ton beras.

(55)

pencatatan selama 12 bulan dengan target komoditas yang dipantau ada 9 jenis, yaitu: (1) gabah/beras, (2) jagung, (3) kedelai, (4) daging sapi, (5) daging ayam, (6) telur, (7) minyak goreng, (8) gula pasir, dan (9) cabe merah di 5 kabupaten/kota di DIY. Dengan demikian target lokasi pemantauan, waktu pemantauan, dan komoditas yang dipantau sudah mencapai target 100%.

Indikator ketiga yaitu pengawasan dan pembinaan keamanan pangan, mencapai 86,76% di tahun 2016. Melampaui target nasional tahun 2015 sebesar 80%. Hal ini menunjukkan dari sampel yang diambil di pasar-pasar atau pusat grosir dan penjualan buah dan sayur yang representatif masih ditemukan pestisida dalam kadar yang melebihi ketentuan. Hasil pengujian oleh laboratorium LPPT UGM dapat di lihat dalam tabel III.9 berikut:

Tabel III.9 Hasil Uji Lab.Sampel Buah dan Sayur Produk Jumlah Sampel

(buah)

Jumlah Sampel Aman (buah)

% Sampel Aman

Sayuran 136 124 91,18

Buah-buahan 83 66 79,52

Jumlah 219 190 86,76

Dengan keadaan ini maka pengawasan perlu ditingkatkan, terutama terkait peredaran pangan antar wilayah provinsi. Pembinaan melalui peningkatan kesadaran tentang bahaya pestisida maupun bahan cemaran lain dalam sayur dan buah baik kepada produsen (petani), pedagang, maupun konsumen juga terus dilakukan. Begitu pula usaha penegakan peraturan bersama dengan aparat terkait seperti Satpol PP, BBPOM, dan Dinas Kesehatan maupun pihak lain yang berkompeten .

(56)

Pangan (Demapan), Program 8 Desa Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan dengan leading sector-nya DKP Daerah DIY, Program lama yang juga telah dilaksanakan seperti FEATI oleh BKPP, program PUAP oleh BKPP, Dinas Pertanian, dan BPTP dimana program itu secara langsung bertujuan meningkatkan ketrampilan, akses dana, dan pada akhirnya kesejahteraan petani diharapkan meningkat. Perlu diketahui tahun 2016 Desa Rawan Pangan di DIY teridentifikasi sebanyak 16 desa, yang tersebar di 3 Kabupaten Kulonprogo, Bantul dan Gunungkidul. Jumlah ini telah turun dari tahun 2015 sebanyak 20 Desa Rawan Pangan.

III.4 Realisasi Anggaran

Penyerapan anggaran belanja langsung pada tahun 2016 sebesar Rp. 6.433.858.757,- atau 92,82% dari total anggaran yang dialokasikan sebesar Rp. 6.931.371.806,-. Realisasi anggaran untuk program/kegiatan utama sebesar Rp. 4.790.342.949,- dari anggaran Rp. 5.094.963.256,- atau 94,02%, sedangkan realisasi untuk program/kegiatan pendukung sebesar Rp. 1.643.515.808,- dari anggaran Rp. 1.836.408.550,- atau 89,50%. Jika dilihat dari realisasi anggaran per sasaran, penyerapan anggaran terbesar pada program/kegiatan di Sasaran 1 Pemantapan Ketersediaan dan Pola Konsumsi Masyarakat pada Program Peningkatan Ketersediaan dan Cadangan Pangan dengan Kegiatan Penyusunan Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan sebesar 100%. Begitu pula penyerapan anggaran terkecil juga terdapat pada program/kegiatan di Sasaran 1 yaitu Program Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan dengan Kegiatan Penyusunan PPH sebesar 58,99 %.

Jika dikaitkan antara kinerja pencapaian sasaran dengan penyerapan anggaran, pencapaian sasaran yang relatif baik dan diikuti dengan penyerapan anggaran kurang dari 100% menunjukkan bahwa dana yang disediakan untuk pencapaian sasaran pembangunan tahun 2016 telah mencukupi.

(57)

Tabel III.10 Anggaran dan Realisasi Belanja Langsung per Sasaran Tahun 2016

No Sasaran

Kinerja Anggaran

Target Reali sasi

% Reali

sasi Target Realisasi

% Reali sasi

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Pemantapan Ketersediaan dan Pola Konsumsi Masyarakat

88,5 88,50 100 3.522.815.356 3.315.677.183 94,12

2 Peningkatan Kualitas Penyuluh dan Peningkatan Kualitas

Kelembagaan Pelaku Utama/Pelaku Usaha

87% 87,22% 100,25 1.572.147.900 1.474.665.766 93,80

Total Belanja Langsung (Program/Kegiatan Utama)

(58)

Tabel III.11. Anggaran dan Realisasi Belanja Langsung per Program Tahun 2016

No Program

Anggaran*

Keterangan Target Realisasi %

Deviasi

1 2 3 4 5 6

1 Program Peningkatan Penanganan Daerah Rawan Pangan

869.161.175 831.503.859 4,33

2 Program Peningkatan Ketersediaan dan Cadangan Pangan

636.380.481 632.010.481 0,69

3 Program

Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan

1.674.947.450 1.548.972.943 7,52

4 Program Peningkatan Distribusi dan Akses Pangan

342.326.250 303.189.900 11,43 Deviasi lebih dari 10% disebabkan adanya efisiensi dan kebijakan anggaran 5 Program

Pemberdayaan Penyuluhan

1.572.147.900 1.474.665.766 6,20

Jumlah 5.094.963.256 4.790.342.949 5,98

(59)

Analisis Efisiensi

Tabel III.12 Analisis Efisiensi

No Sasaran Indikator

% Capaian

Sasaran 1 Pemantapan Ketersediaan dan Pola Konsumsi Masyarakat dengan indikator Skor Pola Pangan Harapan telah mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2016 sebesar 88,5 dengan tingkat capaian 100%. Sementara untuk mencapai kinerja tersebut menggunakan anggaran sebesar 94,02%. Artinya dengan anggaran yang lebih kecil dari anggaran yang tersedia BKPP DIY dapat memenuhi target kinerja yang ditetapkan. Sisa anggaran 5,98% dapat diasumsikan sebagai wujud efisiensi keuangan.

(60)

BAB 4

Penutup

Penyelenggaraan kegiatan di Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan pada Tahun Anggaran 2016 merupakan tahun ke-4 dari Rencana strategis Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Tahun 2012-2017. Keberhasilan yang dicapai berkat kerjasama dan partisipasi semua pihak dan diharapkan dapat dipertahankan serta ditingkatkan. Sementara itu, untuk kendala yang menjadi permasalahan di tahun ini perlu diantisipasi dan dicarikan solusi yang lebih baik di masa mendatang.

Hasil laporan kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan tahun 2016 dapat disimpulkan bahwa dari analisis terhadap dua sasaran, terdapat dua indikator kinerja utama yang dipilih sebagai tolak ukur. Pada tahun 2016, capaian kedua indikator tersebut telah memenuhi target yang ditetapkan atau sebesar 100% dari total indikator.

Walaupun target kinerja telah tercapai tetapi dalam pelaksanaan program kegiatan tahun 2016 masih ditemui kendala yaitu terkait kebijakan anggaran akibat penundaan transfer DAU ke daerah yang berpengaruh pada mundurnya beberapa jadwal pelaksanaan kegiatan. Langkah antisipatif yang perlu diambil agar kendala tersebut tidak terulang kembali di masa mendatang adalah dengan meningkatkan pengendalian internal agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan anggaran kas yang telah ditetapkan.

Bab 4 Berisi:

(61)

LAMPIRAN:

Lampiran 1.Struktur Organisasi

Lampiran 2.Perencanaan Strategis (matriks Renstra lima tahun) Lampiran 3.Perjanjian Kinerja Tahun 2016

Lampiran 4.Tanggapan/Tindak Lanjut Evaluasi LKJ IP Tahun Sebelumnya Lampiran 5.Penghargaan yang diterima Tahun 2016

Lampiran 6.Laporan Capaian Anggaran Pendukung Sasaran Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Periode III (2016) Tahun Anggaran 2016 Lampiran 7.Pengukuran Kinerja

Lampiran 8.Foto-foto pendukung

(62)
(63)

Lampiran 2. Perencanaan Strategis (matriks Renstra lima tahun)

(64)
(65)
(66)
(67)

Lampiran 4. Tanggapan/Tindak Lanjut Evaluasi LKJ IP Tahun Sebelumnya

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN

Jl. Gondosuli Nomor 06 Telepon: (0274) 540897;540798, Fax (0274) 523882 Website: www.bkpp.jogjaprov.go.id Email: bkpp@jogjaprov.go.id

YOGYAKARTA Kode Pos 55165

TANGGAPAN/TINDAK LANJUT EVALUASI LKJ IP TAHUN 2015 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan

No Saran/Rekomendasi Tindak lanjut

1. Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY beserta seluruh jajarannya agar pada tahun anggaran berikutnya melakukan tindakan perbaikan yang lebih optimal terutama terkait dengan capaian kinerja organisasi meliputi output, outcome, kinerja utama, dan kinerja dari penilaian stakeholder.

Kepala beserta seluruh karyawan BKPP DIY telah berkomitmen untuk evaluasi atas pencapaian output, outcome dan kinerja utama secara periodik. Terbukti di tahun 2016 ini semua target indikator kinerja dapat tercapai dan hasil penilaian capaian kinerja total (PKKI dan PK) BKPP DIY menduduki peringkat kelima dari 37 SKPD lingkup Pemerintah Daerah DIY.

Kepala

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan

(68)

Lampiran 6. Penghargaan yang diperoleh Tahun 2016

1. Juara I Lomba Website Kategori Kelembagaan Penyuluhan Provinsi Lingkup Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian RI tahun 2016.

2. Penghargaan Kepada Pelaku Utama/Usaha dan Stakeholder Pertanian Kementerian Pertanian RI pada Tahun 2016 melalui Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor: 561/Kpts/KP.590/8/2016 tentang Penghargaan kepada Penyuluh Pertanian Teladan, Petani Berprestasi, Gabungan Kelompok Tani Berprestasi, dan Balai Penyuluhan Kecamatan Berprestasi Tingkat Nasional. Penerima Penghargaan tingkat Nasional Tahun 2016 dari D.I.Yogyakarta Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

No. Daftar Kategori Nama Pemenang

1. Kategori Penyuluh Pertanian Teladan

Puji Astuti,SP dari BP3K Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul 2. Kategori Balai

Penyuluhan

Kecamatan Berprestasi

BP3K Prambanan dari Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman

3. Kategori Petani Berprestasi

Sudiman Imam Suyuti dari Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul

4. Gabungan Kelompok Tani Berprestasi

Gapoktan Jati Makmur dari Desa Jatirejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo

Gambar

Tabel I.1
Tabel I.2
Gambar I.2 Jumlah Ideal Pegawai Berdasarkan Beban Kerja
Tabel II.1 Sasaran Strategis BKPP DIY Tahun 2012-2017
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA KATA DENGAN METODE BERMAIN KARTU HURUF SISWA KELAS 1 MI AR-RAHMAN WIDODAREN TAHUN PELAJARAN

Sesuai dengan Pedoman Kualifikasi Pengadaan Barang dan Jasa berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua atas

- Tahap evaluasi penawaran sebanyak 7 Peserta lulus dan 1 peserta dinyatakan gugur karena tidak memasukan surat penawaran dalam dokumen penawarannya, peserta yang

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya

Trans 7 (Analisis Tema Authentic Halal Greek Food Yunani) karya Umrotul Fadilah mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Walisongo

Ketiga : Setiap rencana pengadaan barang dan jasa untuk kebutuhan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Anggaran 2020 harus berpedoman pada standar harga

Beberapa penelitian telah melaporkan prevalensi HPV yang lebih rendah signifikan pada pria yang disirkumsisi dibandingkan pria yang tidak disirkumsisi, sementara

Berdasarkan potensi yang ada pada pangan tradisional Bali dan prospek pengembangan pangan fungsional yang baik dimasa yang akan datang, maka pengembangan pangan