• Tidak ada hasil yang ditemukan

Post abfa63637192982c

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Post abfa63637192982c"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

Islam Tegalsari Surakarta)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)

Disusun Oleh :

AHMAD SYARIFUDIN

NIM. 121 07 043

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)
(3)

Nama : AHMAD SYARIFUDIN NIM : 121 07 043

Jurusan : Tarbiyah

Progdi : Pendidikan Agama Islam

Judul : PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI ORGANISASI (Studi Kasus Pada Organisasi Santri Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta)

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga,

Pembimbing

(4)

Nama : AHMAD SYARIFUDIN NIM : 121 07 043

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan oranglain yang terdapat dalam dlam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, Penulis

(5)

Jangan menunda-nunda pekerjaanmu sampai

esok hari jika kamu bisa mengerjakannya

sekarang.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

Kedua orangtua saya, Bapak Nasiri, Ibu Sri

Suharni, kakak, dan adikku beserta keluarga

(orang yang paling kusayangi dan kucintai)

Sahabat-sahabati

terbaikku,

Pakdhe

Syamsodin, Jalpo, Anis, Dwi’, Nanik, Muarifin.

Teman-teman Genkz Madon Club, Core

Computer berkah Kridanggo.

Teman-teman T-PAI 2007, jangan lupakan

kebersamaan saat-saat kuliah dalam mencari

ilmu.

(6)

Penyayang. Segala puji bagi Allah semesta alam, atas limpahan rahmat, hidayah, taufiq dan inayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesailan.

Shalawat dan slam semoga tetap tercurahkan pada panutan umat Islam Nabi Muhammad SAW, anak kerabat dan para sahabat yang telah menunjukkan jalan yang benar dengan perantara agama Ialam.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi kewajiban sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

Tersusunnya skripsi ini tdak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Bapak Rachmat Hariyadi, M. Pd selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memeberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Fatchurrahman, M. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan agam Islam.

(7)

tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu, yang selalu mengisi hari-hari penuh keceriaan dan semangat.

Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki dalam skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap dan berdo’a semoga skripsi ini memberikan sumbangan positif bagi pengembangan dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam.

Salatiga, Penulis

(8)

Kasus pada Organisasi Santri Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Rachmat Hariyadi, M. Pd.

Kata Kunci : Pembentukan Karakter Melalui Organisasi.

Penelitian ini merupakan upaya strategis organisasi untuk membentuk karakter para santri di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimanakah aktivitas mantan pengurus Organisasi Santri Ta’mirul IslamTegalsari Surakarta ketika mereka masih aktif ?, (2) bagaimanakah persepsi mereka mengenai pengaruh aktif di Organisasi Santri terhadap pembentukan karakter ?, (3) bagaimanakah pengaruh keaktifan dalam Organisasi Santri dalam kehidupan mereka selepas dari Pesantren ?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analisis yang bersifat natural setting dengan rancangan studi yang sumber datanya berasal dari manusia (human instrument). Metode pengumpulan data yang dipakai oleh peneliti adalah metode interview, metode observasi, metode dokumentasi. Sedangkan tehnik analisis data peneliti menggunakan metode analisis data sebagi berikut : deduksi, induksi, reduksi data dan sintesis.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan hidup manusia dipengaruhi oleh banyak faktor yang mendukungnya, bukan hanya dari usaha lahiriah saja yang selalu harus diusahakan tetapi dari segi batiniah termasuk do’a yang utama sebagai penopang kehidupan (Megawangi, 2007 : 1). Oleh karena itu, kita dituntut untuk bekerja keras dalam setiap apa yang dikerjakan, maksudnya adalah bekerja dengan sungguh-sungguh, tenaga dan pikiran seluruhnya dicurahkan kepada apa yang telah dibebankan.

Dalam kehidupan tampak dengan jelas bagaimana peran lingkungan terhadap perilaku manusia itu. Kalau diperhatikan apa yang terjadi di sekitar manusia itu dapat dikemukakan adanya bermacam-macam kejadian yang berbeda antara satu dengan yang lain, selain itu juga ada kesamaannya.

(10)

membentuk karakter yang mulia yang merupakan fondasi penting bagi terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera. (Megawangi, 2007 : 1).

Dalam islam kita diajarakan untuk saling memperbaiki Akhlak. Allah mengutus Rasulullah SAW kepada umat manusia tidak lain untuk menjadi suri tauladan serta untuk memperbaiki akhlak mereka, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21 : 33

ô

‰s

)©9

t

β

%x

.

öΝä3

s

9

’Î

û

ÉΑθß

™u‘

«!$#

îο

u

θó

é

&

×π

u

Ζ

|¡ym

y

ϑÏj9

t

β

%x

.

(#

θã

_

ö

t

ƒ

©!$#

t

Πöθ

u

‹ø9

$#u

ρ

Å

zF

ψ

$#

tx

.

sŒu

ρ

©!$#

#

Z

Ž

Ï

Vx

.

∩⊄⊇∪

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia menyebut Allah” (Depag RI, 1980 : 670).

(11)

Apa yang ada di sekitar manusia itu pada garis besarnya dapat dibedakan ada benda mati dan benda hidup, ada lingkungan yang bersifat ke alam, dan ada lingkungan yang mengandung kehidupan. Dalam lingkungan alam kehidupan inilah terdapat lingkungan manusia atau lingkungan sosial. Hubungan antara individu dengan lingkungan sosial inilah yang menjadi fokus pembicaraan dalam kepribadian watak serta karakter (Walgito, 1990 : 25).

Anak adalah gambaran masa yang akan datang, bila dari sekarang dan di usia dini anak telah diajari sesuatu untuk berbuat sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh norma agama maka jelas masa yang akan datang adalah masa emas buat kita dan bangsa yang akan datang, pepatah arab mengatakan balita sekarang adalah pemuda yang akan datang, jadi sudah seharusnya kita sebagai umat Islam selalu memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak.

(12)

Kita memang manusia yang sempurna yang diciptakan oleh Sang Maha serba bisa, pada saat Allah menciptakan manusia maka Allah telah memberikan semua fasilitas untuk kita dari kedua tangan untuk mengerjakan yang baik, kedua telinga untuk mendengarkan nasihat dan berbagai fasilitas yang lain yang semua itu diperuntukkan untuk kemudahan manusia, tapi yang paling penting adalah penciptaan hati dan akal pikiran manusia, seseorang yang memiliki pikiran rusak maka hati akan mengingatkan dan meluruskan jalannya, tetapi bila hati yang rusak maka rusak semua yang dikerjakan oleh manusia.

Manusia telah diajarkan bagaimana tata cara untuk bersosialisasi, bagaimana cara untuk hidup dalam sebuah masyarakat yang banyak sekali dinamika serta problem yang ada, keberadaan masalah yang ada merupakan sebuah pembentukan karakter dalam diri sebuah manusia, karakter seseorang merupakan pembawaan dari sifat manusia , tapi bukan berarti tidak bisa diubah, karakter tercipta karena kebiasaan yang dijalani seseorang secara terus-menerus, jadi yang terpenting dalam sebuah pembentukan karakter adalah bagaimana kebiasaan kita untuk membentuk sebuah karakter yang baik.

(13)

jalan pemecahan, bagus dalam bertutur kata dan berwibawa, hal seperti inilah yang dapat dijadikan contoh dan panutan untuk kita.

Dalam sebuah tatanan masyarakat maupun lembaga baik formal maupun non formal tentu terdapat kelompok atau organisasi, didalamnya ada sejumlah orang yang sangat berpengaruh, mempunyai tugas yang berbeda-beda menurut kadar kemampuan yang dia miliki, demikian itu dinamakan dengan organisasi. Adapun ciri-ciri dari organisasi adalah:

1. Adanya komponen (atasan dan bawahan)

2. Adanya kerja sama (cooperative yang berstruktur dari sekelompok orang)

3. Adanya tujuan

4. Adanya sasaran

5. Adanya keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati

6. Adanya wewenang dan koordinasi tugas-tugas.

Dalam suatu organisasi semua harus bisa diajak untuk bekerja

(14)

perlu adanya trik khusus untuk mengarahkan anggota kepada yang lebih baik.

Oleh karena itu, pembentukan karakter melalui organisasi sangat penting untuk kemajuan seseorang dalam kehidupannya, karena tidak ada rumus sederhana yang dapat menjamin keberhasilan seseorang, harus ada tehnik yang profesional dan lengkap yang dapat mengajari cara mengelola waktu serta keadaan yang ada.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti kegiatan organisasi yang dilakukan oleh pengurus-pengurus sehingga dapat membentuk karakter santri di Ta’mirul Islam Tegalsari dengan judul: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI ORGANISASI (STUDI KASUS PADA MANTAN PENGURUS ORGANISASI SANTRI TA’MIRUL ISLAM TEGALSARI SURAKARTA)

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah aktifitas mantan pengurus Organisasi Santri ketika mereka masih aktif?

(15)

3. Bagaimanakah pengaruh keaktifan dalam Organisasi Santri dalam kehidupan mereka selepas dari Pesantren?

C. Tujuan Penelitian

Melihat rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui aktifitas mantan pengurus Organisasi Santri ketika mereka masih aktif.

2. Untuk mengetahui persepsi mereka mengenai pengaruh aktif di Organisasi terhadap pembentukan Karakter.

3. Untuk mengetahui pengaruh keaktifan dalam Organisasi Santri dalam kehidupan mereka selepas dari Pesantren.

D. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat yang dapat penulis

paparkan, dintaranya adalah:

1. Secara teoritik.

(16)

2. Secara praktis

Dalam penelitian ini ada dua manfaat secara praktis yaitu:

- Bagi masyarakat umum.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan contoh-contoh, dan pelajaran yang berharga bagi masyarakat tentang bagaimana cara membentuk karakter yang baik yang bisa menjadi suri teladan bagi masyarakat sekitar.

- Bagi pondok pesantren.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pondok pesantren bagaimana cara untuk menentukan kebijakan dalam ukuran prilaku santri serta cara yang efektif untuk mengarahkan mereka dalam pembentukan kepribadian.

- Bagi penulis

Melalui penelitian ini diharapakan penulis mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih terutama dalam bidang

keorganisasian.

E. Penegasan Istilah

(17)

maupun kata-kata yang menjadi variabel dalam penelitian ini. Adapun batasan istilah tersebut adalah:

1. Pembentuan Karakter

Dalam kamus Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seorang dari yang lain, tabiat, watak.

Sedangkan menurut Al-Ghazali di kutip oleh Desie (http://kaderisasi kammi: akses 2010 : 56), yaitu akhlak atau karakter adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tanpa melalui proses berfikir.

2. Organisasi

Organisasi ialah kesatuan yang terbentuk karena penggabungan dari beberapa orang dan sebagainya dalam suatu perkumpulan yang mempunyai tujuan tertentu (Depdiknas 1998: 803). Menurut Sadler (1994 : 115), organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui seseorang dibawah pengarahan pemimpin untuk mengejar tujuan bersama.

F. Metode Penelitian

(18)

dimaksud. Metode ini diperlukan guna mencapai tujuan yang sempurna dan memperoleh hasil secara optimal.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2003 : 90). Penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif.

2. Kehadiran Peneliti

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian maka, peneliti hadir secara langsung di lokasi penelitian sampai memperoleh data-data yang valid. Dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti menjadi pelajar yakni belajar dari orang yang diwawancara yang menjadi sumber data.

3. Lokasi dan Subjek Penelitian

(19)

TABEL I

DAFTAR NAMA RESPONDEN

NO NAMA KETERANGAN

1 Amin Zainuddin Mantan Ketua OSTI periode 2001-2002

2 Prihanto Mantan Ketua OSTI periode 2002-2003

3 Fursan Fikri Mantan Ketua OSTI periode 2003-2004

4 Wulan Al Fitra Mantan Ketua OSTI periode 2004-2005

5 Mukhlis Febriantoro Ketua OSTI sekarang

4. Sumber Data

Data yang dikumpulkan meliputi berbagai macam data yang

berhubungan dengan karakter dan organisasi. Secara umum, data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.

5. Prosedur Pengumpulan Data

(20)

a) Interview/wawancara.

Menurut Hadi (1995 : 115) metode wawancara adalah suatu proses tanya-jawab di mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri suaranya.

Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1986 : 129), “metode interview adalah metode penelitian yang dipergunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu” Metode ini digunakan sebagai metode bantu untuk mendapatkan data tentang persepsi pembentukan karakter melalui organisasi sehingga data yang diperoleh benar-benar valid.

b) Metode observasi

(21)

terhadap lapangan penelitian agar penulis lebih memahami kondisi sesungguhnya sehingga memperoleh data yang valid

c) Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Dalam penggunaan metode dokumen ini, guna menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, buku administrasi yang lain dan sebagainya (Arikunto, 2002 : 128). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang sudah tertulis dan terwujud dalam bentuk dokumentasi, yaitu karakter dan organisasi.

Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari sumber data yaitu 4 mantan ketua OSTI dan 1 ketua OSTI sekarang. Kami sajikan dalam bentuk tabel :

TABEL II

DAFTAR NAMA RESPONDEN

NO NAMA KETERANGAN

1 Amin Zainuddin Mantan Ketua OSTI periode 2001-2002

2 Prihanto Mantan Ketua OSTI periode 2002-2003

(22)

4 Wulan Al Fitra Mantan Ketua OSTI periode 2004-2005

5 Mukhlis Febriantoro Ketua OSTI sekarang

Adapun data sekunder adalah data yang diperoleh dan telah dikumpulkan oleh pihak lembaga pendidikan yang meliputi:

a. Pengasuh Pondok Pesantren Ta’mirul Islam sebagai pengontrol semua santri serta kegiatannya.

b. Dewan asatidz sebagai pemantau dalam setiap tatanan kehidupan santri.

6. Analisa Data

Dalam analisis data, penulis menggunakan teknik analisis data dengan menguraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar dapat menyajikan hasil penelitian.

7. Pengecekan Keabsahan Data

(23)

8. Tahap-tahap Penelitian a. Penelitian pendahuluan

Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan Karakter dan juga yang berhubungan Karakter Organisasi, kemudian membuat kerangka atau bahan untuk memulai penelitian.

b. Pengembangan desain

Setelah penulis mengetahui banyak hal tentang Karakter, kemudian penulis melakukan observasi ke obyek penelitian untuk melihat secara langsung peran Pondok Pesantren dalam pembentukan Karakter.

c. Penelitian sebenarnya.

Penulis melakukan penelitian secara langsung dilokasi penelitian dan melihat secara seksama, lebih detail berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian.

9. Metode Analisis Data

Analisis data menurut Patton (1980), adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Hasan, 2006 : 29).

Untuk lebih memahami penelitian ini, maka penulis memilih metode analisis sebagai berikut :

(24)

Deduktif adalah proses pendekatan yang berangkat dari kebenaran umum mengenal suatu fenomena (teori) dan merealisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan (prediksi) (Anwar, 2007 : 40).

Pendekatan Deduktif dalah berfikir dari suatu keadaan yang abstrak kepada yang konkret. Dengan kata lain deduktif adalah kaidah umum dengan mengambil kesimpulan khusus.

Penerapan pendekatan deduktif dimaksud dalam penelitian ini yaitu membantu untuk menyimpulkan hal-hal yang bersifat umum menjadi khusus atau konkret dalam penelitian ini untuk mengumpulkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan antara lain tentang data pembentukan karakter melalui organisasi santri.

b. Induktif

Induktif adalah proses logika yang berengkat dari data empiric, lewat observasi menuju kepada suatu teori (Anwar, 2007 : 40).

(25)

Adapun penerapan pendekatan induktif dalam penelitian ini digunakan untuk mengorganisasikan faktor-faktor dan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada OSTI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta tahun 2010 yang mengenai aktivitas pengurus OSTI, dan data-data yang dimiliki oleh OSTI.

c. Reduksi data

Reduksi data ialah data yang diperoleh dalam lapangan ditulis atau diketik dalam bentuk urutan atau laporan yang terperinci (Nasution, 2003 : 129). Penyajian data dilakukan untuk pemahaman informasi yang terkumpul, memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.

Pada mulanya data yang diperoleh dikumpulkan dan di identifikasikan secara sederhana yang sesuai dengan data yang diperoleh yaitu tentang aktivitas pengurus OSTI, persepsi serta pengaruh keaktifan dalam organisasi ketika di dalam masyarakat. Kemudian data-data tersebut disusun secara terperinci dalam bentuk laporan atau uraian.

d. Sintesis

(26)

lainnya, sehingga menghasilkan suatu pengertian yang baru. Dengan demikian sintesis dilakukan dengan pendekatan deskriptif dan kritik.

Penerapan sintesis dalam hal ini yaitu menggabungkan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan pokok permasalahan yakni mengenai bagaimana aktifitas mantan pengurus OSTI, persepsi, dan pengaruh kektifan dalam OSTI di masyarakat, kemudian dari hasil data-data tersebut telah disusun secara sistematis kemudian data-data tersebut digabungkan dengan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan pokok permasalahan.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini dibatasi melalui penyusunan sistematika skripsi sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

(27)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini dijelaskan tentang landasan teori yang meliputi : Pengertian karakter, macam-macam karakter, factor-faktor yang memengaruhi karakter, factor-faktor pembentuk karakter, upaya membentuk karakter. Organisasi, yang meliputi : Pengertian organisasi, macam-macam organisasi, manfaat organisasi, keaktifan seseorang dalam organisasi. Organisasi santri ta’mirul islam yang meliputi : pengertian santri dan pondok pesantren, organisasi dipondok pesantrren, organisasi sebagai salah satu wahana pendidikan di pondok pesantren.

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Dalam bab ini membahas paparan dan temuan penelitian yaitu : sejarah pondok pesantren, visi dan misi pondok pesantren, motto pesantren, panca jiwa pesantren, pendidikan dan pengajaran, kegiatan pondok pesantren, pengasuhan santri,

BAB IV PEMBAHASAN

(28)

BAB V PENUTUP

(29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Karakter Manusia dan Pembentukannya.

1. Pengertian karakter.

Fajri menguraikan, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seorang dari yang lain, tabiat, watak yang menjadi ciri khas seseorang (Depdiknas, 2007 : 442).

Menurut Al Ghazali sebuah perilaku terjadi karena peran dari junud Al qalb atau tentara hati. Dalam diri manusia terdapat dua junad al Qalb, yaitu yang bersifat fisik berupa anggota tubuh yang berperan sebagai alat, dan yang besifat psikis, yang bersifat psikis yang terwujud dalam dua hal yaitu syahwat dan ghadob.

Akhlak juga mendapatkan tempat tertinggi dalam Al-Qur’an serta merupakan penghargaan tertinggi yang dianugerahkan

Allah kepada Rasul-Nya. Berkaitan dengan hal ini Allah SWT berfirman dalam beberapa surat yang diturunkan kepada Rasul-Nya, antara lain:

Surat Al-qalam ayat : 4

7

Ρ

Î

)

u

ρ

4

n

?

y

è

s

9

@

,

è

=

ä

z

5

ΟŠ

Ï

à

t

ã

∩⊆∪

(30)

Artinya : ”Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”(Depag RI, 1980 : 960).

Dari firman Allah SWT diatas kita dapat mengambil makna bahwa seorang Rasul utusan Allah SWT sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia memiliki akhlak yang mulia, untuk itu kita sebagai umatnya dapat mencontoh sikap, budi pekerti beliau untuk menjalani kehidupan ini.

Surat Al-Ahzab ayat :21

ô

s

)

©

9

t

β

%

x

.

ö

Ν

ä

3

s

9

Î

û

É

Αθ

ß

u

«

!

$

#

î

ο

u

θ

ó

é

&

×

π

u

Ζ

|

¡

y

m

y

ϑ

Ïj

9

t

β

%

x

.

(

#

θ

ã

_

ö



t

ƒ

©

!

$

#

t

Π

ö

θ

u

ø

9

$

#

u

ρ

t



Å

z

F

ψ

$

#

t



x

.

s

Œ

u

ρ

©

!

$

#

#

Z

Ž



Ï

V

x

.

∩⊄⊇∪

Artinya : ”Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Depag RI, 1980 : 21).

Karakter atau watak seseorang dengan orang lainpun tidak

(31)

Keadaan perasaan seseorang pada suatu saat dapat dinyatakan dengan menetapkan rasa senang, sedih, gembira, melegakan, mengharukan atau bahkan menegangkan, berdasarkan keadaan yang dialami dan dorongan serta kebutuhan untuk memenuhinya.

Dalam diri manusia ada dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Simandjuntak menjelaskan dalam garis besarnya dorongan dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu.

a. Daya pendorong yang berdasarkan pada keadaan-keadaan jasmani, seperti, kehidupan dalam masyarakat, kehidupan besosialisasi dengan orang lain, kebutuhan seksual serta kebutuhan yang lain.

b. Daya pendorong yang timbul oleh situasi-situasi paksa. Dasar pendorong-pendorong itu kita temukan pada keadaan-keadaan khas di alam luar, seperti situasi bahaya, kekangan, rintangan. c. Daya pendorong yang tertuju kepada hal-hal yang objektif,

seperti keinginan untuk menjelajah, mengenali suatu benda, eksplorasi, manipuilasi dan seterusnya.

Maka setelah karakter manusia itu bisa dipahami mereka

(32)

Untuk membentuk suatu karakter harus dimulai sejak dini, semenjak ia bayi, karena karakter itu dibentuk secara bertahap. Anis (2002 : 1) menerangkan tahapan perkembangan karakter yaitu dimulai sejak :

1) (0 – 10 tahun)

Perilaku lahiriyah, Metode pengembangannya adalah pengarahan, pembiasaan, keteladanan, penguatan (imbalan) dan pelemahan (hukuman), indoktrinasi.

2) ( 11 – 15 tahun)

Perilaku kesadaran, metode pengambangannya adalah penanaman nilai melalui dialog, pembimbingan, dan pelibatan 3) ( 15 tahun ke atas)

Kontrol internal atas perilaku, metode pengembangannya adalah perumusan visi dan misi hidup, dan penguatan tanggung jawab. http://forum-tanyajawab.blogspot.com/2008/07/tahapan

perkembangan perilaku.html

2. Macam-macam karakter.

Hipocrates dalam Darwis (2009) menggolongkan manusia dalam empat jenis karakter, yaitu :

a. Sanguine : Pembicara

(33)

sangat penting hingga dilebih-lebihkan tapi selalu pula dapat dilupakan begitu saja. Inilah salah satu kejelekan mereka disamping tidak disiplin, tidak bisa tenang atau gelisah, tidak dapat diandalkan dan cenderung egois.

b. Kolerik : Pemimpin

Karakter kolerik amat suka memerintah. Dia penuh dengan ide-ide, tapi tidak mau diganggu dengan pelaksanaannya sehingga lebih suka menyuruh orang lain untuk menjalankannya. Kemauannya yang keras, optimistik, tegas, produktif dipadu dengan kegemaran untuk berpenampilan megah, suka formalitas dan kebanggan diri menjadikannya seseorang yang berbakat pemimpin. Tapi karena dia juga senang menguasai seseorang, tidak acuh, licik, bisa sangat tidak berperasaan ( sarkastis) terhadap orang dekatnya sekalipun, akan menjadikan dia sangat dibenci.

c. Melankolik : Pelaksana.

Segala sesuatu amat penting bagi dia. Perasaannya adalah hal yang paling utama. Justru karena itu dia melihat sisi seni sesuatu, idealis, cermat, dan amat perfeksionis. Kelemahannya

(34)

d. Flegmatik : Penonton.

Pembawaan tenang, lembut, efisien, kurang bergairah, tapi juga tidak gampang kena pengaruh. Orang-orang akan menyangka dia tidak berminat atau tidak tertarik disebabkan oleh lamanya dia mengambil tindakan atas sesuatu. Dia bertindak atas dasar keyakinannya bukan atas dorongan naluri. Suka melindungi diri, tidak tegas, penakut, kikir adalah kelemahannya. http://pembentukan-karakter.blogspot.com/2008/07/lingkungan karakter.html

Dari keempat temperamen diatas, seseorang mungkin memiliki suatu jenis kepribadian utama yang dipengaruhi oleh kepribadian lain. Jadi bagaimana cara kita agar karakter yang kita bentuk sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Setelah karakter yang kita inginkan sudah kita temukan maka selanjutnya kita hanya berusaha untuk terus melanjutkan karakter seperti apa yang telah kita munculkan dari awal tadi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi karakter.

Banyak perubahan yang tercipta ketika suatu pola diterapkan kepada suatu keadaan tertentu, begitu juga dengan

(35)

mempertahankan diri serta bagaimana cara kita untuk mengembangkannya.

Hal yang paling penting dalam proses pengembang diri adalah bagaimana cara kita belajar dari lingkungan yang berada disekitar kita, karena pengetahuan yang kita dapatkan akan selalu memunculkan kepribadian serta watak yang berbeda.

a. Karena karakter itu akan terbentuk setelah melalui beberapa proses yaitu : adanya nilai yang diserap seseorang dari berbagai sumber, mungkin agama, ideologi, dan sebagainya. b. Nilai membentuk pola pikir seseorang yang secara keseluruhan

ke luar dalam bentuk rumusan visinya.

c. Visi turun ke wilayah hati dan membentuk suasana jiwa yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk mentalitas.

d. Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap.

e. Sikap yang dominan dalam diri seseorang secara kumulatif

mencitrai dirinya adalah kepribadian.

Perilaku seseorang tidak bisa diperoleh secara tiba-tiba tetapi didapatkan dengan lama berjalannya waktu, serta lingkungan

dan pergaulan yang di tempatinya.

Firman Allah dalam surat At-Tin

ô

s)s9

$

ø

)n=y

{

z≈|

¡

ΣM}$

#

þ

Î

û

Ç

|

¡

ô

m

r

&

5

Οƒ

È

θ

ø

)s

?

∩⊆∪

(36)

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. At-Tin( 95 ):4

dari ayat diatas maka sudah jelah fitrah manusia adalah baik oleh sebab itu diperlukan lembaga-lembaga khusus yang dapat melaksanakan tugas untuk membentuk suatu karakter yang baik sesuai dengan konsep dan kerangka yang diletakkan serta dianjurkan oleh Al-Quran

Manusia adalah individu dalam komunitas. Ia baru akan menyadari kemanusiaanya apabila berada di dalam komunitas yang terdiri atas sejumlah kekuatan sosial yang dijalin oleh berbagai kemaslahatan dan ikatan.

1) Aspek Bawaan serta tingkah laku.

Berdasarkan definisi psikologi umum maka obyek dari karakter adalah tingkah laku individu, relasinya dengan alam sekitar. Tingkah laku ini bila diteliti memiliki tiga masalah persoalan. Persoalan ini dapat dilukiskan dalam tiga pertanyaan

yaitu, a. Apa yang dilakukan individu? b. Mengapa dilakukan? c. Bagaimana ia melakukannya?

Dalam ketiga pertanyaan itu tersimpul tiga faktor yaitu :

a) Tujuan.

b) Dorongan yang menjadi daya penggeraknya untuk mencapai tujuan.

(37)

2) Pengaruh Karakter Dalam Kehidupan Seseorang.

Tidaklah mudah untuk membentuk sebuah karakter yang tepat dalam diri seseorang, karena karakter seseorang itu akan selalu berubah-ubah sesuai dengan keadaan yang ada, terkadang karakter dari orang yang berada dari luar daerah kita akan berubah seiring dia berada didalam lingkungan kita, jadi keseimpulannya karakter akan terbentuk oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya.

4. Faktor-faktor pembentuk karakter.

Allah berfirman dalam alquran dalam surat at aariq

t

9

,

Ï

ù#

y

Š

&

!

$

¨

Βt

Ï

Β,

Î

=

ä

z

∩∈∪,

Î

=

ä

z

ßÌ

§

Ν

Ï

Β

≈|

¡

ΡM}$

Ý

à

Ψu‹

ù

=s

ù

t

Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?

Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,

Adapun faktor-pembentukan karakter karakter meliputi: a. Factor internal

Faktor internal meliputi beberapa aspek antara lain sebagai berikut:

(38)

rakus, maka sifat itu akan menjadi perilaku tetapnya, dan seterusnya.

2) Kebutuhan psikologis, seperti rasa aman, penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi diri.

3) Kebutuhan pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang membentuk cara berfikir seseorang seperti mitos, agama, dan sebagainya.

b. Sedangkan Faktor eksternal yaitu meliputi : 1) Lingkungan keluarga.

Keluarga memang menjadi faktor yang paling penting untuk memunculkan karakter pada anaknya, karena keluargalah yang paling sering berada dekat dengannya. Karakter yang terbentuk akan mengikuti apa yang dia lihat dirumah, karena mental anak itu terjadi setelah melihat kebiasaan yang ada dilingkupnya.

2) Lingkungan sosial.

Manusia sering sekali kita sebut sebagai mahluk individu, ada juga yang menyebutkan sebagai mahluk sosial, sebagai makhluk sosial manusia mesti mempunyai

(39)

Lingkungan sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat yang didalamnya terdapat interaksi individu dengan individu yang lain, lingkungan sosial dibagi dalam dua bagian, yaitu :

a) lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan sosial di mana terdapat hubungan yang erat antara individu satu dengan individu yang lain.

b) lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial dimana hubungan individu satu dengan yang lain agak longgar, individu satu kurang mengenal dengan individu yang lain (Walgito, 1990 : 26).

Dapat kita simpulkan bahwa antara individu dengan lingkungan sosial tidak hanya berlangsung searah, dalam arti tidak hanya lingkungan sosial saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu, tetapi antara individu dengan lingkungannya terdapat hubungan yang saling timbal balik.

3) Lingkungan pendidikan.

Dalam lingkungan Pendidikan bukan hanya sekedar mentransfer, tetapi merupakan proses yang lebih besar dari

(40)

hidup bersama realitas zaman dan masyarakat, dengan kata lain secara tidak langsung lingkungan pendidikan merupakan proses pentransferan sifat sosial-kemanusiaan kepada lingkungannya (Aly, 2000 : 25).

1. Upaya pembentukan karakter.

Seperti apa yang telah dipaparkan diatas bahwa perilaku manusia sebagian besar ialah berupa perilaku yang dibentuk, perilaku yang dipelajari. Berkaitan dengan hal tersebut maka yang menjadi persoalan ialah bagaimana cara membentuk perilaku itu sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Walgito (1996 : 26) pembentukan karakter itu terbagi tiga sebab :

a. Pembentukan karakter dengan kodisioning atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berprilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentukalah perilaku tersebut. Cara ini didasarkan atas teori belajar kodisioning baik yang

dikemukakan oleh pavlov maupun oleh Thorendike dan Skiner. b. Pembentukan karakter dengan pengertian.

Di samping pembentukan karakter dengan kondisioning atau

(41)

c. Pembentukan karakter dengan model.

Di samping cara-cara pembentukan karakter maupun perilaku seperti tersebut diatas, pembentukan karakter masih dapat ditempuh dengan menggunakan model atau contoh. Kalau orang bicara bahwa orang tua sebagai contoh anak-anaknya, pemimpin sebagai panutan yang dipinpinnya, hal tersebut menunjukkan pembentukan perilaku dengan menggunakan model. Cara didasarkan atas teori belajar sosial (sosial leraning theory) atau observational learning theory yang dikemukan oleh bandura.

Dari penjelasan diatas, untuk membentuk karakter para santri yang ada di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam, maka dilakukan kebiasaan seperti halnya bangun malam dan melaksanakan sholat malam secara berjamaah, mengaji dalam waktu-waktu tertentu, melalui penertian seperti halnya mendengarkan ceramah atau kultum dari para ustadz.

B. Keaktifan Dalam Organisasi.

1. Pengertian Organisasi.

a. Menurut Purwodarminto (2006 : 814), organisasi adalah susunan

dan aturan dari berbagai bagian (orang) sehingga merupakan kesatuan yang teratur.

(42)

orang-orang dalam suatu kelompok kerjasama dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing

c. Hicks (1987 : 114) mengungkapkan beberapa pendapat para tokoh tentang pengertian organisasi :

1) Menurut Victor A. Thomson “Organisasi adalah suatu integrasi dari sejumlah spesialis yang bekerja sama sangat rasional untuk mencapai tujuan spesifik yang telah diumumkan sebelumnya”. 2) Menurut Stoner “Organisasi adalah suatu pola

hubungan-hubungan yang melalui orang-orang di bawah pengarahan manajeman untuk mengejar tujuan bersama”.

3) Chester I. Bernard “Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih”. 4) James D. Mooney “Organisasi adalah bentuk setiap

perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama”.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa, organisasi

tidak hanya menghargai bakat dan kemampuan yang berbeda untuk saling melengkapi seseorang dengan yang lainnya, melainkan organisasi dapat meningkatkan kemampuan untuk mencapai sasaran

dalam jangka waktu yang spesifik (Hicks, 1987 : 114).

(43)

mencapai tujuan tertentu. Diberbagai bidang. Misal pada instansi sekolah, pemerintahan, kampus, bank.

2. Macam-macam Organisasi.

Organisasi sering kita temukan, bukan hanya organisasi formal saja tapi banyak juga organisasi non formal yang ada. Contoh : Seperti dalam suatu universitas adalah organisasi kemahasiswaan, tetapi yang bersifat ektra kampus yang pada umunya terkait dengan aliran politik atau idiologi tertentu. Seperti HMI, PMII, IMM, KAMMI, RACANA dan sebagaimya..

Untuk kegiatan menengah atas (SMA) maupun menengah pertama (SMP) sesuai dengan murid contohnya OSIS (Organisasi Siswa Intra sekolah), kepramukaan, PMR, olahraga, rohis dan sebagainya..

Sedangkan untuk tingkatan daerah ada juga wahana organisasi yang berguna untuk mengembangkan bakat minat dari pemuda yang ada yaitu karang taruna. Yang berguna untuk menjalin

solidaritas antar sesama pemuda. 3. Manfaat Organisasi.

Manfaat dari organisasi bagi yang ikut didalamnya sangat

banyak dan berguna untuk membangun jiwa serta mental mereka, beberapa manfaat dari organisasi yaitu:

(44)

b. Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh jika organisasi bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat menjadi dan memiliki pola hidup sehat. organisasi kepramukaan, akan menciptakan generasi mudah yang tangguh dan ksatria.

c. Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi. d. Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu

berkembang seiring dengan munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir sejarah ilmu pengetahuan.

Orang yang mengetahui akan pentingnya hidup akan selalu mengusahakan apa yang terbaik untuk diri mereka, begitu juga dengan sarana yang dibutuhkannya, organisasi merupakan wahana

yang sangat tepat untuk mereka yang ingin selalu lebih maju,

Sedangkan mereka yang selalu aktif dalam berorganisasi pasti akan mempunyai etos kerja yang tinggi, gunnar Myrdal dalam

bukunya asian drama seperti yang dikutip oleh Asifudin (2004 : 37)mengemukakan tiga belas sikap yang menandai etos kerja tinggi pada seseorang sebagai berikut :

(45)

2) Rajin 3) Teratur

4) Disiplin/Tepat waktu 5) Hemat

6) Jujur dan Teliti

7) Rasional dalam mengambil keputusan dan tindakan. 8) Bersedia menerima perubahan.

9) Gesit dalam memanfaatkan kesempatan. 10)Energik.

11)Ketulusan dan percaya diri. 12)Mampu bekerja sama.

13)Mempunyai visi yang jauh kedepan (Asifudin, 2004 : 37). 4. Keaktifan seseorang dalam organisasi.

Keaktifan seseorang dalam berorganisasi akan memunculkan sikap yang selalu ingin lebih dari yang lain, entah itu dalam segi ilmu, pengalaman, pengetahuan, maupun dalam hal yang

lain.

Orang dikatakan aktif dalam organisasi pertama-tama adalah orang tersebut terlibat dalam keanggotaan organisasi tersebut,

(46)

Sebagai anggota dari organisasi seseorang tidak sekedar bekerja, namun juga memiliki peran. Peran formal tidak hanya menentukan pekerjaan yang harus dilakukan serta tindakan lain yang berhubungan dengan pekerjaan, namun juga mencakup faktor lain yang berhubungan dengan cara menempatkan diri di dalam organisasi.

Orang dikatakan berperan dalam organisasi apabila ada elemen-elemen seperti berikut:

1) Hubungan

Hubungan dalam organisatoris menunjukkan bagaimana seharusnya sebuah peran tertentu berhubungan dengan peran lain, dan adanya pelaporan, hubungan antar rekan kerja dan keanggotaan organisasi.

2) Hak dan kewajiban

Suatu pernyataan mengenai hak dan kewajiban tidak terlepas dari apa yang menjadi hak pemegang peran dan apa yang

diharapkan darinya, misalnya ketepatan waktu atau kesediaan lain dalam memberikan peran untuk ikut berkontribusi di dalam penyelenggaraan kegiatan organisasi.

3) Mentati tata tertib

(47)

4) Status

Dari peran yang dimiliki, seorang anggota organisasi akan menemukan posisinya di dalam sistem status dan ia akan sangat diharapkan untuk bertingkah laku sesuai dengan serapan orang lain terhadap status tersebut (Sadler, tt : 15).

b. Memiliki integrasi dan mampu berkoordinasi

Seorang anggota organisasi mampu untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Koordinasi

Koordinasi yaitu proses untuk memastikan bahwa aktivitas perorangan atau kelompok yang saling berkaitan berjalan sedemikian rupa sehingga mereka saling melengkapi satu sama lain dan memberikan sumbangan yang maksimal pada pencapaian tujuan keseluruhan organisasi.

2) Integrasi.

Integrasi ini merujuk pada proses yang berkelanjutan dan

berdasarkan penyatuan berbagai organisasi yang khusus dan berbeda-beda, sehingga menjadi kesatuan yang padu (Sudjadi, 1989 : 45).

(48)

tingkat koordinasi dan integrasi yang cukup atas kegiatan orang sehubungan dengan tujuan organisasi secara keseluruhan. Ketiga, menyediakan hubungan timbal balik yang efektif dengan aspek utama dari lingkungan organisasi yang bersangkutan. Keempat, mempengaruhi motivasi dan komitmen para anggota untuk mencapai tujuan organisasi. Kelima, memperoleh inovasi dan fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk cepat tanggap terhadap kebutuhan untuk berubah (Shadler, : 13).

C. Organisasi Santri di Pondok Pesantren. 1. Pengertian santri dan Pondok Pesantren.

a. Santri berarti orang yang mendalami agama islam, atau orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh, atau bisa juga dengan orang yang shaleh (kamus besar bahasa Indonesia 2007 : 803).

Menurut Zamakhsyari dhafier, bahwa sebelum tahun 60-an pusat islam pendidikan di Jawa dan Madura dikenal dengan nama

pondok, barangkali berasal dari pengertian asrama, asrama para santri untuk tempat tinggal yang berasal dari bambu, atau berasal dari bahasa arab yang berarti hotel atau asrama.

(49)

pendidikan dan pengajaran agama hindu di Jawa. Sistem tersebut kemudian diambil oleh islam.

Istilah pesantren sendiri seperti halnya mengaji bukan berasal dari istilah arab, melainkan dari india, demikian juga istilah pondok, langgar di Jawa, surau di Minang Kabau rang-rang di Aceh, bukanlah merupakan istilah arab tetapi arti istilah yang terdapat di India.

Jadi arti kata santri sangat luas yang tidak terbatas hanya pada orang yang berada dilingkup pesantren saja, tetapi santri disini lebih bermakna kepada pengetahuan yang dia miliki.

b. Pengertian pondok pesantren.

Pondok adalah bangunan untuk tempat tinggal sementara atau bangunan yang berpetak-petak berdinding bilik beratap rumbai. Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan pesantren meliputi pendidikan Islam,

da'wah, serta pengembangan kemasyarakatan.

Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia pesantren adalah asrama atau tempat tinggal santri atau murid-murid

untuk belajar mengaji atau mondok (2007 : 866).

(50)

mendalami keagamaan menentramkan hati yang ingin lebih dekat kepada tuhannya.

c. Tujuan pondok pesantren.

Sejak awal pertumbuhannya, tujuan utama pondok pesantren adalah:

1) Menyiapkan santri mendalami ilmu agama Islam dan menguasai ilmu agama Islam atau lebih dikenal dengan

tafaqquh fid-din, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader utama dan turut mencerdaskan masyarakat Indonesia, kemudian diikuti dengan tugas.

2) Da'wah menyebarkan agama Islam.

3) Benteng pertahanan umat dalam bidang akhlak (Departemen Agama RI, 2003:9).

Tidak hanya keagamaan saja ilmu yang ada didalam pesantren tetapi ada juga ilmu tentang kemasyarakatan, karena kehidupan didunia ini bukan hanya baina Allah saja tetapi juga baina

Annas.

2. Organisasi di Pondok Pesantren.

Sebuah organisasi adalah pola hubungan, banyak hubungan

(51)

yang stabil dan dapat dipahami, yang menjadi landasan mereka bekerja sama kearah sasaran organisasi (Sindoro, 1996 : 7).

Organisasi pada pondok pesantren bertujuan untuk menyatukan, mengembangkan membentuk serta memfasilitasi apa yang akan menjadi bekal untuk hari kemudian, karena tujuan dari utama dari organisasi pesantren adalah untuk membentuk jiwa yang berkepribadian matang, berpengetahuan luas, cekatan dalam tindakan, serta mempunyai mental dalam melaksanakan suatu kebenaran yang haq.

Sebelum organisasi itu didirikan maka pesantren lebih dahulu merumuskan visi, misi, serta tujuan apa yang nantinya akan bisa diharapkan melalui organisasi tersebut, jadi organisasi itu dibentuk sebagai kontrol bagi para anggotanya agar mampu menjadi apa yang diharapkan oleh pesantren.

3. Organisasi Santri sebagai salah satu wahana Pendidikan di Pondok Pesantren.

Tujuan utama dalam pembentukan organisasi adalah sebagai wadah untuk menyalurkan serta membina para santri kearah yang lebih baik, dengan wahana seperti inilah santri bisa membentuk

(52)

Tingkat bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh individu saling mengisi secar luas. Karena dari segi pendidikan serta latang belakan yang berbeda. Organisasi dapat mengambil manfaat dari perbedaan-perbedaan ini dengan menempatkan individu pada posisi tersebut dimana bakat mereka dapat digunakan untuk mencapai target organisasi secara keseluruhan.

Ilmu yang kita dapatkan, pengalaman yang kita alami serta rasa sosial yang tercipta semua itu tidak akan lepas dari proses pendidikan yang telah kita dapatkan, entah itu dari sebuah lembaga pendidikan ataupun dari lingkungan yang kita tempati.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan semestinya mempunyai wadah yang tepat untuk mengembangkan bakat minat ketrampilan bagi para santrinya, untuk itu sebuah organisasi harus dimiliki untuk bisa mencapai tujuan tersebut.

Organisasi santri dibentuk sebagai wujud perhatian pesantren terhadap perkembang para santrinya, karena jika para

santri tidak diberi tempat tersendiri untuk menyalurkan bakat serta potensi yang dimilikinya maka bagi para santri akan merasa terkekang oleh keadaan lingkungannya..

(53)

diterapkan kepada santri yang lain berjalan pula bagi para pengurus organisasi.

Organisasi santri merupakan satu-satunya wadah kegiatan santri di dalam pesantren dengan jalur pembinaan para pengurus serta asatidz yang ada untuk mendukung tercapainya visi, misi serta tujuan pesantren.

Organisasi juga merupakan sebagai penggerak jalannya roda tatanan kehidupan serta aturan di pesantren. Membentuk pribadi yang berjiwa sosial, mampu beradaptasi dengan lingkungan. Hal itu sejalan dengan undang-undang pedoman umum organisasi kemahasiswaan BAB II pasal tiga ayat dua yang berbunyi

(54)

BAB III

PAPARAN DATA DAN PENEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum

1. Sejarah singkat Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta

Pada hakekatnya Pondok Pesantren Ta’mirul Islam ini telah direncanakan sejak berdirinya masjid Tegalsari Surakarta pada tanggal 28 Oktober 1928 oleh para ulama yang berada di desa Tegalsari. Namun cita-cita suci tersebut tidak dapat terwujud dikarenakan suatu hal yang tidak memungkinkan, yang pada saat itu Indonesia masih dijajah oleh Belanda.

Tahun 1968, cita-cita untuk mendirikan pondok pesantren mulai dirintis dengan dibentuknya Yayasan Ta’mirul Masjid Tegalsari Surakarta, Yayasan ini kemudian mendirikan SD Ta’mirul Islam. Dan pada tahap perkembangannya, pada tahun 1979 didirikan SMP Ta’mirul Islam.

Untuk menjawab tantangan zaman dan harapan masyarakat sekitar, pada tanggal 14 Juni 1986 Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta resmi berdiri dengan diawali kegiatan berupa Pesantren Kilat

atau yang populer disebut Pesantren Syawal, karena dilaksanakan pertama kali di bulan Syawwal.

(55)

a. KH. Naharussurur ( Pimpinan Pondok ) b. Hj. Muttaqiyah ( Almh )

c. KH. Muhammad Halim, SH. ( Direktur Utama KMI ) d. Muhammmad Wazir Tamami, SH. (Direktur SDM )

Keberadaan pondok ditengah-tengah kampung Tegalsari ini disambut baik oleh masyarakat sekitar pondok maupun masyarakat luas. Khususnya bagi mereka yang ingin mempelajari dan menelaah ilmu-ilmu duniawi serta ukhrawi, mengingat manusia tidak bisa dipisahkan oleh dua hal ini.

2. Visi dan Misi

Visi Pondok Pesantren Ta’mirul Islam adalah: menciptakan kader ulama bagiummat. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Mulk ayat 5 yang berbunyi :

َْأَو ِ َِ ًُُر َهََََْو َ ََِِ َ ْ ا ءَ#ا $َز ْ َ&ََو

ِ' ِ#ا َباَ)َ ْ*ُ+َ َْ َ,

/

(56)

Bintang dari kehidupan di dunia adalah ulama, maka ulama-lah yang akan menjaga umat manusia dari kenistaan hidup di dunia yang sifatnya hanya sementara.

Adapun misi yang di embank Pondok pesantren Ta’mirul Islam Surakarta adalah:

a. Memperbaiki serta meningkatkan akhlaq para penerus bangsa. Hal ini merupakan kelebihan pondok pesantren dari lembaga pendidikan lain. Yaitu keuntungan yang bersifat batiniyah dan dlohiriyah.

b. Mempersatukan dan mempererat hubungan antar ummat. Untuk itu Ta’mirul Islam ber-kedudukan untuk semua golongan dan tidak di bawah satu golongan.

c. Membentuk generasi yang Tarbawi dan Islami 3. Motto Pondok Pesantren Ta’mirul Islam

a. Iso Ngaji Lan Ora Kalah Karo Sekolah Negeri. Dengan motto ini diharapkan santri dapat memperdalam ilmu-ilmu yang bersifat

ukhrowi maupun duniawi.

b. Al-Qur’an Taajul Ma’had (Al-Quran Mahkota Pondok). Motto ini mendorong para santri untuk dapat menerapkan Al-Quran dalam

kehidupan sehari-hari. Sehingga apa yang dilakukan santri diharapkan selalu sesuai dengan Al-Quran.

(57)

dalam kegiatan keseharian di Pondok, diharapkan semua santri mampu mendalami semua disiplin ilmu. Karena kedua bahasa tersebut telah menjadi bahasa internasional.

4. Semboyan Panca Jiwa Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta Disamping motto yang ada, Ta’mirul Islam mempunyai panca jiwa yang menjadi ruh pondok dalam setiap aktivitas sehari-hari. Lima jiwa itu yaitu :

a. Jiwa keikhlasan (sepi ing pamrih). Bukan karena didorong oleh keinginan mencari keuntungan tertentu, tapi semata-mata karena Allah SWT. Hal ini meliputi segenap kehidupan di pondok. Ustadz/Ustadzah ikhlas dalam mengajar, para santri pun ikhlas dalam belajar.

b. Jiwa kesadaran. Segenap pengasuh, ustadz maupun ustadzah serta para santri melaksanakan perannya masing-masing dengan penuh kesadaran. Semua tahu dan mengerti akan tugasnya, yaitu beribadah lillahi ta’ala.

c. Jiwa kesederhanaan. Kehidupan di pondok diliputi suasana kesedehanaan tapi agung. Sederhana belum tentu pasif atau miskin, tetapi sederhana mengandung unsur kekuatan dan ketabahan hati

dalam menghadapi perjuangan hidup dengan kesulitan.

(58)

teladan yang baik untuk para santrinya. Santri yang junior harus mau meneladani kakak-kakaknya yang baik dan begitu seterusnya. Sehingga satu sama lain saling meneladani dalam hal kabaikan. e. Jiwa kasih sayang. Kasih sayang menjadi ruh pendidikan.

Kesombongan, kebodohan, kemalasan, dan kemarahan hanya dapat diluruskan dengan kasih sayang. Kasih sayang yang benar yang tidak menghalamgi ditegakkan disiplin dan peraturan. Seorang anak yang mendapatkan sangsi dari pengasuhnya, bukanlah sedang dihukum karena dendam atau kemarahan, tetapi semata-mata adalah untuk perbaikan dengan penuh kasih sayang.

5. Program pengajaran dan pendidikan

Kegiatan Belajar Mengajar Ta’mirul Islam meliputi beberapa unit kegiatan, yaitu :

a. Kulliyatul Mu’allimin/at Al-Islamiyyah Ta’mirul Islam (pendidikan setingkat SMP/MTs dan SMA/MA)

b. Madrasah Tsanawiyah Ta’mirul Islam

c. Tahfidzul Quran.

d. Pengajian Manasik Haji

e. Ma’had ‘Aly (Setingkat Perguruan Tinggi) f. KB/TK Ta’mirul Islam

(59)

Para santri yang sudah lancar membaca Al-Quran baik fashohahnya maupun tajwid diwajibkan menghafal juz’amma. Hafalan tersebut harus benar-benar baik bacaannya dari sisi ilmu tajwid.

Santri yang telah duduk di kelas tiga yang memiliki hafalan yang kuat wajib menghafal Al-Quran minimal satu juz setiap tahunnya. Sehingga mereka lulus dari Pondok Pesantren Ta’mirul Islam setidaknya memiliki hafalan Al-Quran empat juz, untuk melaksanakan progam tersebut dibuat kurikulum terdiri mengenai Al-Quran ini, yaitu :

1) Tahsinul Qiroah (perbaikan bacaan). 2) Hifdzul Juz’amma.

3) Qiroah 30 juz didepan Ustadz. 4) Halaqoh dan Tahfidz.

5) Ta’limul Quran h. I’tikaf dan Da’wah

Kegiatan berlaku bagi semua santri dari kelas satu sampai

kelas enam walaupun tidak bersifat wajib. Progam ini diadakan setip kamis siang sampai jum’at sore. Kegiatan berupa I’tikaf secara berkelompok dimasjid-masjid sekitar Solo. Para santri bermukim

(60)

Program I’tikaf ini semata-mata ditujukan untuk melatih santri mengajarkan ajaran Nabi Muhammad secara maksimal dan mengenalkan mereka pada masyarakat yang kelak akan menjadi obyek da’wah mereka.

i. Kulliyatul-Mu'allimin/at Al-Islamiyah (KMI)

Kulliyatul Mu'allimin/at al-Islamiyah (KMI) adalah salah satu lembaga yang menangani pendidikan tingkat menengah di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam. Lembaga ini didirikan tanggal 20 Agustus 1989. Kulliyatul Mu'allimin al-Islamiyah (KMI) merupakan lembaga Pendidikan Guru Islam yang mengutamakan pembentukan kepribadian dan sikap mental, dan penanaman ilmu pengetahuan Islam.

Dalam sejarah perjalanannya, KMI pada awalnya merupakan singkatan dari Kulliyatul Mujahidin Al-Islamiyyah, kemudian pada tahun 2003 berubah nama menjadi Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah sampai sekarang. Hal ini tidak terlepas dari misi Pondok Pesantren Ta’mirul Islam yakni membentuk generasi

tarbawi dan Islami.

Terdapat dua macam program yang ditempuh santri di KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam, program reguler dan program

intensif.

a. Program Reguler.

(61)

tahun, yakni ditempuh dari kelas 1 (setingkat kelas VII SMP/MTs) secara berurutan sampai kelas VI (setingkat kelas XII SMA/MA). b. Program Intensif/Takhossus

Program ini diikuti oleh siswa-siswi lulusan SMP atau MTs dan di atasnya, dengan masa belajar 4 tahun, dengan urutan kelas I, III, V, dan VI. Kelas intensif sebenarnya hanya diselenggarakan pada kelas I dan III, karena itu disebut kelas I intensif dan III intensif. Sedangkan di kelas V mereka belajar secara reguler bersama-sama dengan lususan SD atau MI yang juga sudah duduk di kelas V, demikian pula halnya dengan kelas VI. Pada program intensif (kelas I dan III), sebagian materi umum tidak diajarkan, sedangkan mata pelajaran Matematika diajarkan dengan alokasi waktu setengah dari waktu kelas reguler. Adapun mata pelajaran Bahasa Inggris tetap diajarkan secara seimbang dengan kelas reguler. Alokasi waktu mata pelajaran umum yang tidak diajarkan diisi dengan mata pelajaran kelompok Bahasa Arab

dan kelompok Dirasah Islamiyah.

Di samping kedua program ini, bagi santri baru yang pernah belajar di pondok-pondok yang dikelola alumni Gontor

(62)

c. Jam Belajar

Jam belajar santri di KMI berlangsung dari jam 07.00 - 14.40 WIB, dengan waktu istirahat 2 kali, yakni pada jam 09.40-10.10 dan jam 12.10-14.00. Waktu belajar tersebut dibagi menjadi 8 jam pelajaran, masing-masing mendapat alokasi waktu 40 menit dan khusus untuk jam ke-8 mendapat alokasi waktu 50 menit. d. Tujuan

Tujuan pembelajaran di KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam adalah mencetak santri yang tarbawi dan islami, mukmin muslim, taat menjalankan dan menegakkan syari'at Islam, berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada bangsa dan negara.

e. Kurikulum

Kurikulum yang diterapkan di KMI dapat dibagi menjadi beberapa bidang studi sebagai berikut: Bahasa Arab (Semua disampaikan dalam Bahasa Arab), Dirasah Islamiyah

(kelas II ke atas, seluruh mata pelajaran ini menggunakan bahasa Arab), Kependidikan dan Keguruan, Bahasa Inggris (dengan bahasa Inggris), Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu

Pengetahuan Sosial, dan Kewarganegaraan/Ke-Indonesiaan.

(63)

yang menjadi kunci untuk memahami sumber-sumber Islam dan khazanah pemikiran Islam. Sedangkan Bahasa Inggris digunakan untuk media komunikasi modern dan mempelajari pengetahuan umum, bahkan juga pengetahuan agama, karena saat ini tidak sedikit karya-karya di bidang studi Islam ditulis dalam Bahasa Inggris.

Dalam kurikulum KMI diupayakan terwujudnya

keseimbangan dan perpaduan antara pengetahuan agama (Dirasah Islamiyah) dan pengetahuan umum (IPA dan IPS).

Mata pelajaran ke-Indonesiaan atau kewarganegaraan adalah untuk memahami dan menghayati dan menghargai tradisi, budaya, dan nilai-nilai luhur yang diwariskan bangsa Indonesia. 6. Tenaga Pengajar

Guru yang mengajar di KMI Ta’mirul Islam adalah alumni dari Pondok Pesantren Ta’mirul Islam, Pondok Modern Gontor Ponorogo, serta para praktisi pendidikan dan alumni dari berbagai Perguruan

Tinggi Negeri/Swasta baik yang ada di dalam maupun luar negeri. 7. Siswa

Siswa KMI memiliki latar belakang pendidikan yang

(64)

8. Pengakuan-Pengakuan

Di samping memperoleh pengakuan dari Pemerintah Indonesia Departemen Pendidikan Nasional (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor: 240/C/KEP/MN/2003), Ijazah KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam juga dapat pengakuan dari luar negeri, yakni dengan mu'adalah (persamaan) Universitas al-Azhar, Mesir tahun 2008 dengan surat keputusan tertanggal 31 Maret 2008.

9. Kegiatan-Kegiatan

Kegiatan yang dimaksudkan di sini tidak hanya yang bersifat intra-kurikuler, tetapi meliputi segala kegiatan yang dilakukan oleh lembaga KMI, karena ada yang bisa digolongkan ke dalam kegiatan ko-kurikuler atau bahkan ekstra-kurikuler. Sebagaimana disebutkan di atas kegiatan KMI ini terdiri dari harian, mingguan, tengah tahunan, dan tahunan.

a. Kegiatan Harian

1) Supervisi proses pembelajaran, dilakukan oleh bagian Kegiatan

Belajar Mengajar dan Sumber Daya Manusia.

2) Pengecekan persiapan mengajar, dilakukan oleh guru-guru senior yang bertugas secara bergantian sesuai dengan jadwal yang

ditetapkan.

(65)

4) Pengontrolan kelas saat pelajaran berlangsung oleh guru piket. Pengontrolan kelas untuk mengecek apakah ada kelas yang tidak ada gurunya dan untuk mengetahui ketepatan waktu hadir guru di kelas. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap kelas ada guru pengajarnya dan bahwa guru pengajar masuk tepat waktu. 5) Pengontrolan asrama santri saat pelajaran berlangsung oleh guru

yang bertugas untuk memastikan bahwa tidak ada siswa yang tidak masuk kelas, kecuali dengan izin. Di samping itu guru juga mengontrol kebersihan, keasrian, dan kenyamannan asrama.

6) Pengawasan belajar malam yang dimulai setelah sholat Isya’ sampai pukul 21.00 dan dilanjutkan dengan muwajjah bersama wali kelas atau ustadz terjadwal, berlangsung pada jam 21.00-21.30.

7) Pembagian tugas "Jum'at bersih" untuk tiap kelas, agar kebersihan kelas tetap terjaga.

8) Musyawarah guru KMI ba’da Zhuhur guna mengevaluasi kegiatan

belajar mengajar selama sehari. b. Kegiatan Mingguan / Bulanan

1) Pertemuan guru KMI setiap Kamis pada akhir bulan berjalan,

(66)

2) Pertemuan ketua-ketua kelas (Jum'at malam) untuk menyampaikan informasi seputar aktifitas belajar-mengajar dan disiplin dalam kelas.

3) Musyawarah rutin dua minggu sekali setiap malam Rabu, guna mengevaluasi dan mempleno kerja dan program kerja setiap bagian.

c. Kegiatan Tengah Tahunan

Program tengah tahunan di KMI adalah ujian mid semsester, semester I (Gasal) dan II (Genap). Panitia ujian ini terdiri dari beberapa guru dibantu oleh seluruh siswa kelas VI.

d. Kegiatan Tahunan

Kegiatan ini lebih merupakan kegiatan penunjang keberhasilan belajar siswa. Program ini meliputi:

1) Fath al-Kutub: Kegiatan ini adalah latihan membaca kitab (terutama kitab klasik) untuk kelas V dan VI, juga sebagai wahana menguji kemampuan mereka dalam berbahasa Arab. Santri diberi

tugas untuk membahas persoalan-persoalan tertentu dalam bidang aqidah, fikih, hadis, tafsir, akhlak, dll. Para santri diharuskan menyerahkan laporan tertulis mengenai hasil kajiannya kepada

guru pembimbing. Kegiatan ini berlangsung seminggu.

(67)

Arab santri, terutama dalam menelusuri dan mencari akar dan makna kosa kata.

3) Amaliyat al-Tadris, yakni ujian praktik mengajar (micro teaching) untuk siswa kelas 6.

4) Al-Rihlah al-Iqtishadiyah (vocational guidance): orientasi tentang dunia usaha dan kewiraswastaan. Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan jiwa kewiraswastaan kepada para santri. Kegiatan ini diberikan melalui ceramah-ceramah dan kunjungan ke obyek usaha di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

5) Penulisan karya ilmiah berupa takhrijul hadits mengenai diterima atau tidaknya sebuah hadits dalam bahasa Arab sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas keilmuan santri kelas 6.

6) Pembekalan wawasan mengenai berbagai persoalan untuk santri kelas VI menjelang tamat belajar di KMI. Pembekalan ini meliputi kegiatan-kegiatan berikut:

(a) Orientasi tentang metode dakwah, belajar di perguruan tinggi,

wawasan pengembangan kemasyarakatan, kepesantrenan, perpustakaan, studi Islam, dan pers dan jurnalistik.

(b)Ceramah dan dialog mengenai berbagai macam aliran dalam

Islam baik yang ada di Indonesia manupun luar negeri. (c) Kursus komputer dan penataran untuk mengajar TPA/Q. (d)penerimaan santri baru setiap awal tahun pelajaran (bulan Juni

(68)

10.Pengasuhan Santri

Pengasuhan santri adalah lembaga yang membina seluruh kegiatan santri di luar kelas. Lembaga ini ditangani oleh Pengasuh Pondok yang sekaligus juga Pimpinan Pondok, KH. Naharussurur dan KH. Muhammad Halim, SH. Selaku wakilnya. Beliau berdua dibantu oleh para staf pengasuhan, baik di tingkat perguruan tinggi (Ma’had ‘Aly) maupun di tingkat KMI guna mengkoordinir penegakkan disiplin, tata tertib dan sunnah-sunnah Pondok Pesantren.

Adapun pola pembinaan yang diterapkan untuk mengasuh santri, di antaranya :

a. Fungsi Peningkatan Iman dan Taqwa

Meningkatkan Ubudiyah santri melalui penyelenggaraan sholat tahajjud, I’tikaf, puasa sunnah, da’wah, mujahadah dan pembinaan membaca Al-Quran.

b. Fungsi Pemahaman

Pemahaman tentang diri santri terutama oleh santri sendiri, orang

tua, guru, dan pembimbing.

Pemahaman tentang lingkungan santri, termasuk didalamnya lingkungan keluarga dan lingkungan pondok pesantren, terutama

oleh santri sendiri, orang tua, guru, dan pembimbing.

(69)

c. Fungsi Pencegahan

Mengupayakan pencegahan agar santri terhindar dari permasalahan yang mengganggu, menghambat atau menimbulkan dalam proses perkembangan serta dalam proses belajar.

d. Fungsi Perbaikan

Mengupayakan pemecahan atas berbagai permasalahan yang dialami oleh santri.

e. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan.

Mengupayakan agar dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimiliki santri. Mengarahkan dan membina keterampilan berorganisasi dan melatih kepemimpinan santri.

B. Organisasi Santri

Kegiatan-kegiatan yang dikelola oleh Pengasuhan Santri ini meliputi kegiatan santri tingkat menengah (KMI) dan santri tingkat perguruan tinggi (Ma’had ‘Aly). Kegiatan santri di tingkat menengah

(70)

1. Kegiatan Santri

a) Kegiatan berorganisasi

Kegiatan berorganisasi di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam telah diadakan sejak 5 Januari 1989. Hal ini dimaksudkan untuk memberi bekal para santri agar dapat memimpin masyarakatnya kelak. Kegiatan berorganisasi ini merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan santri sehari-hari, sebab berorganisasi di Pondok ini berarti pendidikan untuk mengurus diri sendiri dan tentu saja orang lain.

Seluruh kehidupan santri selama berada di dalam Pondok diatur oleh mereka sendiri dengan dibimbing oleh para guru/asatidz. Kegiatan-kegiatan ini selalu didasari oleh Panca Jiwa Pondok Pesantren, yakni keikhlasan, kesadaran, kesederhanaan, keteladanan, dan kasih sayang. Kelima jiwa ini ditanamkan secara terus-menerus dalam kehidupan santri di pesantren di bawah bimbingan dan pimpinan Pengasuh.

b) Organisasi Santri Ta’mirul Islam

Pengurus OSTI adalah santri-santri yang duduk di kelas V semester genap yang terpilih secara demokratis dan terpimpin

(71)

mekanisme pemilihan yang demokratis. Utusan atau wakil-wakil Mantiqoh tersebut diseleksi oleh pembimbing OSTI berdasarkan beberapa kriteria yang telah d

Gambar

DAFTAR NAMA RESPONDENTABEL  I
TABEL III DAFTAR KEGIATAN HARIAN
TABEL IV DAFTAR KEGIATAN MINGGUAN
TABEL V DAFTAR KEGIATAN TAHUNAN

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Uji Statistik t untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali,2016:97). Jika

Penghitungan rapat arus kritis ( Jc ) dalam rentang dari medan magnet luar ( H ) dalam rentang 0 kOe sampai dengan 20 kOe yang diukur pada suhu 5 K dan 77 K pada sampel

'HQJDQ EHUNHPEDQJQ\D WHNQRORJLLQIRUPDVL GDQWHOHNRPXQLNDVL GHZDVD LQLWHODK PHQJDNLEDWNDQ VHPDNLQ EHUDJDPQ\D SXOD DQHND MDVDVDMD IDVLOLWDV WHOHNRPXQLNDVL \DQJ DGD VHUWD

menjawab s w al munkaru fakir sabda Rasulullah salallahu ‘alaihi wa salam barang siapa ada menaruh surat hikayat periku bercukur ini orang itulah kekasihku dan

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian dari responden yaitu 20 orang (47%) lebih cenderung menggunakan emotional focused coping dalam menghadapi beban

Kota Pangkalpinang dengan luas wilayah paling kecil memiliki aliran permukaan yang kecil, sedangkan aliran permukaan terbesar terdapat pada Kabupaten Bangka

Hasil pengujian secara parsial yaitu produk domestik bruto berpengaruh positif signifikan, tetapi cadangan devisa tidak berpengaruh signifikan terhadap impor bahan

Pada perlakuan tanah grumosol dengan intensitas cahaya 45% juga memberikan hasil terbaik terhadap panjang akar dan luas daun pada tanah grumusol, selain