GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengatasi permasalahan pelaksanaan pemberian hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, perlu dilakukan penyempurnaan terhadap Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 56 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengelolaan Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
Mengingat : 1. UndangUndang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4033);
2. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tarnbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 3. UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. UndangUndang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
5. UndangUndang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Repubrik Indonesia Nomor 4400); 6. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara Pemerintah pusat dan pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 rahun 2001 tentang
9. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5272);
14. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas peraturan presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
15. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pokokpokok pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008 Nomor 1 seri E);
Seri D);
MEMUTUSKAN :
menetapkan : PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 56 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengelolaan Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 33 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 56 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengelolaan Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan dalam Pasal 8 ayat (1) diubah dan ayat (6) huruf a dihapus, huruf b dan c diubah sehingga Pasal 8 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 8
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah lainnya, Perusahaan Daerah, Masyarakat dan Organisasi Kemasyarakatan dapat menyampaikan usulan hibah secara tertulis kepada Gubernur dengan dilengkapi proposal paling lambat sebelum KUA dan PPAS ditetapkan.
untuk permohonan hibah berupa uang paling sedikit memuat:
a. latar belakang, berisi uraian tentang gambaran umum mengenai faktafakta dan permasalahanpermasalahan yang melatar belakangi dilaksanakannya kegiatan dan diajukannya usulan hibah oleh calon penerima hibah;
b. Maksud dan tujuan, berisi uraian tentang maksud dan tujuan dilaksanakannya kegiatan yang akan dibiayai dari dana hibah; c. Susunan kepengurusan bagi masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan yang mengajukan usulan hibah;
d. Rincian kebutuhan anggaran/rencana anggaran biaya: berisi uraian tentang perhitungan mengenai kebutuhan biaya pelaksanaan kegiatan, termasuk rincian kebutuhan bahan dan peralatan serta kebutuhan lainnya.
(3) Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk permohonan hibah berupa barang/jasa paling sedikit memuat:
a. latar belakang, berisi uraian tentang gambaran umum mengenai faktafakta dan permasalahanpermasalahan yang melatar belakangi diajukannya usulan hibah oleh calon penerima hibah;
b. Maksud dan tujuan, berisi uraian tentang maksud dan tujuan diajukannya permohonan hibah oleh calon penerima hibah kepada Pemerintah Provinsi;
c. Susunan kepengurusan bagi masyarakat dan organisasi kemasyarakatan;
d. Jenis dan jumlah barang/jasa yang dimohon oleh calon penerima hibah.
(4) Gubernur menunjuk SKPD terkait untuk melakukan evaluasi usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(5) SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah:
1) Sekretariat Daerah Cq. Biro Pemerintahan; yang melakukan evaluasi usulan hibah dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya dan Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (1); ayat (2) dan ayat (3);
2) Sekretariat Daerah cq. Biro Kesejahteraan Ralryat; yang melakukan evaluasi hibah dari masyarakat dibidang perekonomian, kesehatan, keagamaan, olah raga non profesional, kesenian, adat istiadat sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (4) dan organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (5) kecuali organisasi kemasyarakatan bidang pendidikan;
3) Dinas Pendidikan; yang melakukan evaluasi usulan hibah dari masyarakat dibidang pendidikan sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (4) dan organisasi kemasyarakatan bidang pendidikan; 4) Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan
perlindungan Masyarakat; yang melakukan evaluasi usulan hibah dari KPU Provinsi, Panwaslukada Provinsi dan Pengamanan Pemilu Kepala Daerah Provinsi.
b. Untuk hibah dalam bentuk barang/jasa adalah SKPD yang secara fungsional melaksanakan kegiatan tersebut.
(6) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bertujuan untuk :
a. Dihapus
b. Mengetahui keberadaan organisasi kemasyarakatan/ kelompok orang yang mengajukan usulan hibah);
c. Mengetahui domisili/alamat sekretariat (organisasi kemasyarakatan/kelompok orang) sebagaimana tercantum dalam proposal yang diajukan oleh calon penerima hibah;
pembentukan organisasi kemasyarakatan/ kelompok orang atau penunjukan/ pengangkatan sebagai pengurus, dapat berupa akta notaris/ keputusan penunjukan/ pengangkatan sebagai pengurus atau dokumen lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan;
2) Surat keterangan terdaftar yang dikeluarkan oleh Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat bagi organisasi kemasyarakatan;
(7) Kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (6) menyampaikan hasil evaluasi berupa rekomendasi kepada Gubernur melalui TAPD.
(8) TAPD memberikan pertimbangan atas rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) sesuai dengan prioritas dan kemampuan keuangan daerah.
2. Ketentuan dalam Pasal 14 ditambahkan 2 (dua) ayat baru, yaitu ayat (5) dan ayat (6) sehingga Pasal 14 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 14
(1) Gubernur menetapkan penerima hibah beserta besaran uang atau jenis barang atau jasa yang akan dihibahkan dengan Keputusan Gubernur berdasarkan usulan proposal pencairan yang dilengkapi dengan Pakta Integritas yang disampaikan oleh penerima hibah.
(2) Keputusan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat penyaluran/penyerahan hibah.
(3) Penyaluran/penyerahan hibah dari Pemerintah provinsi hibah dilakukan setelah penandatanganan NPHD.
(4) Pencairan hibah dalam bentuk uang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS) dengan mencantumkan rekening bank organisasi penerima.
sebagaimana dimaksud ayat (1) dari penerima hibah kepada Gubernur melalui SKPD terkait untuk diteliti dilakukan paling lambat tanggal 30 November Tahun Anggaran berkenaan.
(6) Berkas pencairan disampaikan oleh SKPD terkait kepada PPKD paling lambat tanggal 14 Desember Tahun Anggaran berkenaan dilengkapi dengan persyaratan:
a. Proposal pencairan dari penerima hibah kepada Gubernur;
b. Keputusan Gubernur tentang penetapan penerima dan besaran hibah;
c. NPHD;
d. Pakta Integritas;
e. Surat Pernyataan tanggung jawab penerima hibah;
f. Fotokopi KTP penerima hibah;
g. Nomor Rekening Bank instansi/organisasi penerima hibah;
3. Ketentuan dalam Pasal 15 ayat (2), ayat (3) huruf e, ayat (a) dan ayat (6) diubah sehingga Pasal 15 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 15
(1) Penerima hibah berupa uang menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan hibah kepada Gubernur melalui PPKD dengan tembusan kepada SKPD terkait yang melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pasal B ayat (5) dan Inspektorat Provinsi.
(2) SKPD terkait sebagaimana dimaksud ayat (1) meneliti kesesuaian penggunaan dana hibah yang tercantum dalam laporan pertanggungjawaban dengan NPHD dan memberitahukan hasil penelitian tersebut kepada PPKD.
(3) Laporan penggunaan Hibah berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat :
kegiatan yang telah dilakukan oleh penerima hibah:
b. maksud dan tujuan: berisi uraian tentang maksud dan tujuan disusunnya laporan penggunaan hibah;
c. hasil kegiatan, berisi uraian tentang hasil kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan proposal hibah yang telah diajukan kepada Pemerintah Provinsi dan NPHD; d. realisasi penggunaan dana: berisi uraian
tentang anggaran yang telah dibelanjakan termasuk sisa anggaran yang tidak digunakan untuk membiayai kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan proposal hibah yang telah diajukan kepada Pemerintah Provinsi dan NPHD;
e. penutup.
f. lampiran: berisi foto dokumentasi/kegaiatan yang telah dilaksanakan.
(4) Apabila sampai dengan tanggal 31 Desember masih terdapat sisa penggunaan bantuan hibah dalam bentuk uang, maka sisa hibah tidak perlu dikembalikan namun tetap dilaporkan dengan melampirkan rekening koran. Sisa dana tersebut dapat digunakan pada tahun selanjutnya dengan mengajukan perubahan penggunaan dana hibah kepada Gubernur untuk mendapatkan persetujuan.
(5) Penerima Hibah berupa barang/jasa menyampaikan laporan penggunaan hibah kepada Gubernur melalui Kepala SKPD terkait dengan tembusan Inspektorat Provinsi.
(6) Laporan penggunaan hibah berupa barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) paling sedikit memuat penjelasan mengenai penggunaan hibah berupa barang/jasa yang telah sesuai dengan proposal pencairan hibah dan NPHD.
4. Ketentuan dalam Pasal 22 huruf a diubah, sehingga Pasal 22 berbunyi :
Anggota dan/atau kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) meliputi:
a. Individu, keluarga, dan/ atau masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, atau fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum; dan b. Lembaga non pemerintahan bidang pendidikan,
keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok, dan/atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
5. Ketentuan dalam Pasal 23 diantara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan ayat baru yaitu ayat (1a) sehingga Pasal 23 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 23
(1) Pemberian bantuan sosiai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) memenuhi kriteria paling sedikit:
a. Selektif;
b. Memenuhi persyaratan penerima bantuan; c. Bersifat sementara dan tidak terus menerus,
kecuali dalam keadaan tertentu dapat berkelanjutan; dan
d. Sesuai tujuan penggunaan.
(1a)Pemberian bantuan sosial kepada individu, keluarga, dan/atau masyarakat sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 ayat (1) dilengkapi dengan Surat Keterangan Tidak Mampu bagi penerima Bantuan Sosial sekurangkurangnya dari Lurah/Kepala Desa setempat.
(2) Kriteria selektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diartikan bahwa bantuan sosial hanya diberikan kepada calon penerima yang ditujukan untuk melindungi dari kemungkinan resiko sosial.
meliputi:
a. Memiliki identitas yang jelas; dan
b. Berdomisili dalam Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
(4) Kriteria bersifat sementara dan tidak terus menerus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diartikan bahwa pemberian bantuan sosial tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran.
(5) Keadaan tertentu dapat berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diartikan bahwa bantuan sosial dapat diberikan setiap tahun anggaran sampai penerima bantuan telah lepas dari resiko sosial.
(6) Kriteria sesuai tujuan penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d bahwa tujuan pemberian bantuan sosial meliputi:
a. Rehabilitasisosial; b. Perlindungan sosial; c. Jaminan sosial:
b. Penganggulangan kemiskinan; dan c. Penanggulangan bencana.
6. Ketentuan dalam Pasal 26 ayat (1) diubah ayat (6) huruf a dihapus, huruf b dan c diubah, sehingga Pasal 26 berbunyi:
Pasal 26
(1) Anggota/kelompok masyarakat menyampaikan usulan tertulis kepada Gubernur dengan dilengkapi proposal paling lambat sebelum KUA dan PPAS ditetapkan, kecuali untuk Bantuan Sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya.
(2) Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk permohonan bantuan sosial berupa uang bagi kelompok masyarakat dan iembaga non pemerintahan sebagaimana dimaksud Pasal 22 paling sedikit memuat:
melatarbelakangi diajukannya usulan bantuan sosial oleh calon penerima bantuan sosial;
b. Maksud dan tujuan, berisi uraian tentang maksud dan tujuan diajukannya usulan bantuan sosial oleh calon penerima bantuan sosial;
c. Susunan kepengurusan (kelompok masyarakat/lembaga non pemerintah), berisi uraian tentang susunan pengurus dari kelompok masyarakat/lembaga non pemerintah yang mengajukan usulan bantuan sosial;
d. Rincian kebutuhan anggaran/rencana anggaran biaya, berisi uraian tentang perhitungan mengenai biaya yang dibutuhkan termasuk rincian kebutuhan bahan dan peralatan serta kebutuhan lainnya;
(3) Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk permohonan bantuan sosial berupa barang bagi kelompok masyarakat dan lembaga non pemerintahan sebagaimana pada Pasal 22 paling sedikit memuat:
a. Latar belakang, berisi uraian tentang gambaran umum mengenai faktafakta dan permasalahanpermasalahan yang melatarbelakangi diajukannya usulan bantuan sosial oleh calon penerima bantuan sosial;
b. Maksud dan tujuan, berisi uraian tentang maksud dan tujuan diajukannya permohonan bantuan sosial oleh calon penerima bantuan sosial kepada Pemerintah Provinsi;
c. Susunan kepengurusan (kelompok masyarakat/lembaga non pemerintah), berisi uraian tentang susunan pengurus dari kelompok masyarakat/lembaga non pemerintah yang mengajukan usulan bantuan sosial;
yang dimohon oleh calon penerima bantuan sosial kepada Pemerintah Provinsi.
(4) Gubernur menunjuk SKPD terkait untuk melakukan evaluasi usulan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(5) SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah:
a. Untuk bantuan sosial dalam bentuk uang adalah Sekretariat Daerah c.q. Biro Kesejahteraan Ralryat; dan
b. Untuk bantuan sosial dalam bentuk barang adalah SKPD yang secara fungsional melaksanakan kegiatan tersebut.
(6) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bertujuan untuk:
a. Dihapus;
b. Mengetahui keberadaan anggota/ kelompok/ lembaga non pemerintah yang mengajukan usulan bantuan sosial;
c. Mengetahui domisili/ alamat anggota/ kelompok masyarakat/ lembaga non pemerintah sebagaimana tercantum dalam proposal yang diajukan oleh calon penerima bantuan sosial;
(7) Kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (5) menyampaikan hasil evaluasi berupa rekomendasi kepada Gubernur melalui TAPD.
(8) TAPD memberikan pertimbangan atas rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) sesuai dengan priroritas dan kemampuan keuangan daerah.
7. Ketentuan dalam Pasal 31 ditambahkan 3 (tiga) ayat baru, yaitu ayat (6), ayat (7) dan ayat (8), sehingga Pasal 31 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 31
dengan Pakta Integritas yang disampaikan olehpenerima bantuan sosial;
(2) Keputusan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar penyaluran/penyerahan bantuan sosial, kecuali bantuan sosial kepada individu dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22A.
(2a)Penyaluran dan/atau penyerahan bantuan sosial kepada individu dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya sebagaimana dimaksud Pasal 22A didasarkan pada permintaan tertulis dari individu dan/atau keluarga yang bersangkutan atau surat keterangan dari pejabat yang berwenang serta mendapat persetujuan Gubernur setelah diverifikasi oleh SKPD terkait.
(3) Pencairan bantuan sosial dalam bentuk uang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS).
(4) Penyaluran dana bantuan sosial kepada penerima bantuan sosial sebagaimana dimaksud ayat (3) dilengkapi dengan kuitansi bukti penerimaan uang.
(5) Penyaluran bantuan sosial dalam bentuk barang dilengkapi dengan Berita Acara Serah Terima Barang.
(6) Pengajuan proposal pencairan bantuan sosial sebagaimana dimaksud ayat (1) dari penerima bantuan sosial kepada Gubernur melalui SKPD terkait untuk diteliti, disampaikan paling lambat tanggal 30 November tahun anggaran berkenaan, kecuali untuk bantuan sosial yang tidak direncanakan sebelumnya.
(7) Berkas pencairan disampaikan oleh SKPD terkait kepada PPKD paling lambat tanggal 14 Desember Tahun Anggaran berkenaan dilengkapi dengan persyaratan:
a. Proposal pencairan dari penerima bantuan sosial kepada Gubernur;
c. Pakta Integritas;
d. Surat Pernyataan tanggung jawab bantuan sosial;
e. Fotokopi KTP penerima bantuan sosial; f. Nomor Rekening Bank instansi/organisasi
penerima bantuan sosial;
(8) Batas tanggal pencairan dan persyaratan huruf b, c dan f sebagaimana dimaksud ayat (7) dikecualikan terhadap bantuan sosial bagi individu dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya.
Pasal II
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Ditetapkan di Pangkalpinang pada tanggal 29 Januari 2013
GUBERNUR
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, dto
EKO MAULANA ALI Diundangkan di Pangkalpinang
pada tanggal 29 Januari 2013 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
IMAM MARDI NUGROHO