• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pergub Nomor 6 Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pergub Nomor 6 Tahun 2013"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA  GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

Menimbang : a. bahwa   dalam   rangka   mengatasi   permasalahan pelaksanaan   pemberian   hibah   dan   bantuan   sosial yang   bersumber   dari   Anggaran   Pendapatan   dan Belanja   Daerah   Provinsi   Kepulauan   Bangka Belitung, perlu dilakukan penyempurnaan terhadap Peraturan   Gubernur   Kepulauan   Bangka   Belitung Nomor   56   Tahun   2011   tentang   Tata   Cara Pengelolaan   Hibah   dan   Bantuan   Sosial   yang bersumber  dari   Anggaran  Pendapatan   dan  Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

(2)

Mengingat : 1. Undang­Undang   Nomor   27   Tahun   2000   tentang Pembentukan Provinsi  Kepulauan Bangka  Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor   217,   Tambahan   Lembaran   Negara   Nomor 4033);

2. Undang­Undang   Nomor   17   Tahun   2003   tentang Keuangan   Negara   (Lembaran   Negara   Republik Indonesia   Tahun   2003   Nomor   47,   Tarnbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 3. Undang­Undang   Nomor   1   Tahun   2004   tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia   Tahun   2004   Nomor   5,   Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang­Undang   Nomor   10   Tahun   2004   tentang

Pembentukan   Peraturan   Perundang­undangan (Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 2004 Nomor   53,   Tambahan   Lembaran   Negara   Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang­Undang   Nomor   15   Tahun   2004   tentang Pemeriksaan   Pengelolaan   dan   Tanggung   Jawab Keuangan   Negara   (Lembaran   Negara   Republik Indonesia   Tahun   2004   Nomor   66,   Tambahan Lembaran Negara Repubrik Indonesia Nomor 4400); 6. Undang­Undang   Nomor   32   Tahun   2004   tentang

Pemerintahan   Daerah   (Lembaran   Negara   Republik Indonesia   Tahun   2004   Nomor   125,   Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana   telah   beberapa   kali   diubah   terakhir dengan   Undang­Undang   Nomor   12   Tahun   2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor   59,   Tambahan   Lembaran   Negara   Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang­Undang   Nomor   33   Tahun   2004   tentang Perimbangan   antara   Pemerintah   pusat   dan pemerintahan   Daerah   (Lembaran   Negara   Republik Indonesia   Tahun   2004   Nomor   126,   Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 rahun 2001 tentang

(3)

9. Peraturan   Pemerintah   Nomor   55   Tahun   2005 tentang   Dana   Perimbangan   (Lembaran   Negara Republik   Indonesia   Tahun   2005   Nomor   137, Tambahan   Lembaran   Negara   Republik   Indonesia Nomor 4575);

10. Peraturan   Pemerintah   Nomor   58   Tahun   2005 tentang   Pengelolaan   Keuangan   Daerah   (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan   Lembaran   Negara   Republik   Indonesia Nomor 4578);

11. Peraturan   Pemerintah   Nomor   38   Tahun   2007 tentang   Pembagian   Urusan   Pemerintahan   antara pemerintah,   Pemerintah   Daerah   Provinsi   dan pemerintahan   Daerah   Kabupaten/Kota   (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan   Lembaran   Negara   Republik   Indonesia Nomor 4737);

12. Peraturan   Pemerintah   Nomor   71   Tahun   2010 tentang standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan   Lembaran   Negara   Republik   Indonesia Nomor 5165);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5272);

14. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan   Barang/Jasa   pemerintah   sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun   2012   tentang   Perubahan   Kedua   Atas peraturan presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

15. Peraturan   Daerah   Provinsi   Kepulauan   Bangka Belitung Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pokok­pokok pengelolaan   Keuangan   Daerah   (Lembaran   Daerah provinsi   Kepulauan   Bangka   Belitung   Tahun   2008 Nomor 1 seri E);

(4)

Seri D);

MEMUTUSKAN :

menetapkan : PERATURAN   GUBERNUR   KEPULAUAN   BANGKA BELITUNG   TENTANG   PERUBAHAN   KEDUA   ATAS PERATURAN   GUBERNUR   KEPULAUAN   BANGKA BELITUNG   NOMOR   56   TAHUN   2011   TENTANG   TATA CARA   PENGELOLAAN   HIBAH   DAN   BANTUAN   SOSIAL YANG   BERSUMBER   DARI   ANGGARAN   PENDAPATAN DAN   BELANJA   DAERAH   PROVINSI   KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.

Pasal I

Beberapa   ketentuan   dalam   Peraturan   Gubernur Kepulauan   Bangka   Belitung   Nomor   56   Tahun   2011 tentang   Tata   Cara   Pengelolaan   Hibah   dan   Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja   Daerah   Provinsi   Kepulauan   Bangka   Belitung sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Kepulauan   Bangka   Belitung   Nomor   33   Tahun   2012 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka   Belitung   Nomor   56   Tahun   2011   tentang   Tata Cara   Pengelolaan   Hibah   dan   Bantuan   Sosial   yang bersumber   dari   Anggaran   Pendapatan   dan   Belanja Daerah   Provinsi   Kepulauan   Bangka   Belitung   diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan dalam Pasal 8 ayat (1) diubah dan ayat (6) huruf   a   dihapus,   huruf   b   dan   c   diubah   sehingga Pasal 8 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 8

(1) Pemerintah,   Pemerintah   Daerah   lainnya, Perusahaan Daerah, Masyarakat dan Organisasi Kemasyarakatan   dapat   menyampaikan   usulan hibah   secara   tertulis   kepada   Gubernur   dengan dilengkapi proposal paling lambat sebelum KUA dan PPAS ditetapkan.

(5)

untuk   permohonan   hibah   berupa   uang   paling sedikit memuat:

a. latar   belakang,   berisi   uraian   tentang gambaran   umum   mengenai   fakta­fakta   dan permasalahan­permasalahan   yang   melatar belakangi   dilaksanakannya   kegiatan   dan diajukannya   usulan   hibah   oleh   calon penerima hibah;

b. Maksud   dan   tujuan,   berisi   uraian   tentang maksud   dan   tujuan   dilaksanakannya kegiatan yang akan dibiayai dari dana hibah; c. Susunan kepengurusan bagi masyarakat dan

organisasi kemasyarakatan yang mengajukan usulan hibah;

d. Rincian   kebutuhan   anggaran/rencana anggaran   biaya:   berisi   uraian   tentang perhitungan   mengenai   kebutuhan   biaya pelaksanaan   kegiatan,   termasuk   rincian kebutuhan   bahan   dan   peralatan   serta kebutuhan lainnya.

(3) Proposal   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) untuk   permohonan   hibah   berupa   barang/jasa paling sedikit memuat:

a. latar   belakang,   berisi   uraian   tentang gambaran   umum   mengenai   fakta­fakta   dan permasalahan­permasalahan   yang   melatar belakangi   diajukannya   usulan   hibah   oleh calon penerima hibah;

b. Maksud   dan   tujuan,   berisi   uraian   tentang maksud   dan   tujuan   diajukannya permohonan   hibah   oleh   calon   penerima hibah kepada Pemerintah Provinsi;

c. Susunan kepengurusan bagi masyarakat dan organisasi kemasyarakatan; 

d. Jenis dan jumlah barang/jasa yang dimohon oleh calon penerima hibah.

(4) Gubernur   menunjuk   SKPD   terkait   untuk melakukan   evaluasi   usulan   sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5) SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah:

(6)

1) Sekretariat Daerah Cq. Biro Pemerintahan; yang   melakukan   evaluasi   usulan   hibah dari   Pemerintah,   Pemerintah   Daerah Lainnya   dan   Perusahaan   Daerah sebagaimana   dimaksud   pasal   6   ayat   (1); ayat (2) dan ayat (3);

2) Sekretariat Daerah cq. Biro Kesejahteraan Ralryat;   yang   melakukan   evaluasi   hibah dari   masyarakat   dibidang   perekonomian, kesehatan,   keagamaan,   olah   raga   non profesional,   kesenian,   adat   istiadat sebagaimana   dimaksud   pasal   6   ayat   (4) dan   organisasi   kemasyarakatan sebagaimana   dimaksud   pasal   6   ayat   (5) kecuali organisasi kemasyarakatan bidang pendidikan;

3) Dinas   Pendidikan;   yang   melakukan evaluasi   usulan   hibah   dari   masyarakat dibidang   pendidikan   sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (4) dan organisasi kemasyarakatan bidang pendidikan; 4) Badan   Kesatuan   Bangsa,   Politik   dan

perlindungan   Masyarakat;   yang melakukan   evaluasi   usulan   hibah   dari KPU Provinsi, Panwaslukada Provinsi dan Pengamanan   Pemilu   Kepala   Daerah Provinsi.

b. Untuk   hibah   dalam   bentuk   barang/jasa adalah   SKPD   yang   secara   fungsional melaksanakan kegiatan tersebut.

(6) Evaluasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (5) bertujuan untuk :

a. Dihapus

b. Mengetahui   keberadaan   organisasi kemasyarakatan/   kelompok   orang   yang mengajukan usulan hibah);

c. Mengetahui   domisili/alamat   sekretariat (organisasi kemasyarakatan/kelompok orang) sebagaimana tercantum dalam proposal yang diajukan oleh calon penerima hibah;

(7)

pembentukan organisasi kemasyarakatan/ kelompok   orang   atau   penunjukan/ pengangkatan   sebagai   pengurus,   dapat berupa   akta   notaris/   keputusan penunjukan/   pengangkatan   sebagai pengurus   atau   dokumen   lainnya   yang dapat dipertanggungjawabkan;

2) Surat   keterangan   terdaftar   yang dikeluarkan oleh Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat bagi organisasi kemasyarakatan;

(7) Kepala   SKPD   terkait   sebagaimana   dimaksud pada   ayat   (6)   menyampaikan   hasil   evaluasi berupa   rekomendasi   kepada   Gubernur   melalui TAPD.

(8) TAPD   memberikan   pertimbangan   atas rekomendasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat (7)   sesuai   dengan   prioritas   dan   kemampuan keuangan daerah.

2. Ketentuan dalam Pasal 14 ditambahkan 2 (dua) ayat baru, yaitu ayat (5) dan ayat (6) sehingga Pasal 14 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 14

(1) Gubernur   menetapkan   penerima   hibah   beserta besaran uang atau jenis barang atau jasa yang akan   dihibahkan   dengan   Keputusan   Gubernur berdasarkan   usulan   proposal   pencairan   yang dilengkapi   dengan   Pakta   Integritas   yang disampaikan oleh penerima hibah.

(2) Keputusan   Gubernur   sebagaimana   dimaksud pada ayat penyaluran/penyerahan hibah.

(3) Penyaluran/penyerahan   hibah   dari   Pemerintah provinsi   hibah   dilakukan   setelah penandatanganan NPHD.

(4) Pencairan hibah dalam bentuk uang dilakukan dengan   mekanisme   pembayaran   langsung   (LS) dengan mencantumkan rekening bank organisasi penerima.

(8)

sebagaimana   dimaksud   ayat   (1)   dari   penerima hibah   kepada   Gubernur   melalui   SKPD   terkait untuk diteliti dilakukan paling lambat tanggal 30 November Tahun Anggaran berkenaan.

(6) Berkas pencairan disampaikan oleh SKPD terkait kepada PPKD paling lambat tanggal 14 Desember Tahun   Anggaran   berkenaan   dilengkapi   dengan persyaratan:

a. Proposal   pencairan   dari   penerima   hibah kepada Gubernur;

b. Keputusan   Gubernur   tentang   penetapan penerima dan besaran hibah;

c. NPHD;

d. Pakta Integritas;

e. Surat   Pernyataan  tanggung   jawab  penerima hibah;

f. Fotokopi KTP penerima hibah;

g. Nomor   Rekening   Bank   instansi/organisasi penerima hibah;

3. Ketentuan dalam Pasal 15 ayat (2), ayat (3) huruf e, ayat   (a)   dan   ayat   (6)   diubah   sehingga   Pasal   15 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 15

(1) Penerima   hibah   berupa   uang   menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan hibah kepada   Gubernur   melalui   PPKD   dengan tembusan kepada SKPD terkait yang melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pasal B ayat (5) dan Inspektorat Provinsi.

(2) SKPD   terkait   sebagaimana   dimaksud   ayat   (1) meneliti   kesesuaian   penggunaan   dana   hibah yang   tercantum   dalam   laporan pertanggungjawaban   dengan   NPHD   dan memberitahukan   hasil   penelitian   tersebut kepada PPKD.

(3) Laporan   penggunaan   Hibah   berupa   uang sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   paling sedikit memuat :

(9)

kegiatan yang telah dilakukan oleh penerima hibah:

b. maksud   dan   tujuan:   berisi   uraian   tentang maksud   dan   tujuan   disusunnya   laporan penggunaan hibah;

c. hasil   kegiatan,   berisi   uraian   tentang   hasil kegiatan   yang   telah   dilaksanakan   sesuai dengan   proposal   hibah   yang   telah   diajukan kepada Pemerintah Provinsi dan NPHD; d. realisasi   penggunaan   dana:   berisi   uraian

tentang   anggaran   yang   telah   dibelanjakan termasuk   sisa   anggaran   yang   tidak digunakan   untuk   membiayai   kegiatan   yang telah   dilaksanakan   sesuai   dengan   proposal hibah   yang   telah   diajukan   kepada Pemerintah Provinsi dan NPHD;

e. penutup.

f. lampiran: berisi foto dokumentasi/kegaiatan yang telah dilaksanakan.

(4) Apabila   sampai   dengan   tanggal   31   Desember masih terdapat sisa penggunaan bantuan hibah dalam bentuk uang, maka sisa hibah tidak perlu dikembalikan   namun   tetap   dilaporkan   dengan melampirkan rekening koran. Sisa dana tersebut dapat digunakan pada tahun selanjutnya dengan mengajukan perubahan penggunaan dana hibah kepada   Gubernur   untuk   mendapatkan persetujuan.

(5) Penerima   Hibah   berupa   barang/jasa menyampaikan   laporan   penggunaan   hibah kepada   Gubernur   melalui   Kepala   SKPD   terkait dengan tembusan Inspektorat Provinsi.

(6) Laporan penggunaan hibah berupa barang/jasa sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (5)   paling sedikit   memuat   penjelasan   mengenai penggunaan   hibah   berupa   barang/jasa   yang telah   sesuai   dengan   proposal   pencairan   hibah dan NPHD.

4. Ketentuan dalam Pasal 22 huruf a diubah, sehingga Pasal 22 berbunyi :

(10)

Anggota   dan/atau   kelompok   masyarakat sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   21   ayat   (1) meliputi:

a. Individu,   keluarga,   dan/   atau   masyarakat   yang mengalami   keadaan   yang   tidak   stabil   sebagai akibat   dari   krisis   sosial,   ekonomi,   politik, bencana,   atau   fenomena   alam   agar   dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum; dan b. Lembaga   non   pemerintahan   bidang   pendidikan,

keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk melindungi   individu,   kelompok,   dan/atau masyarakat   dari   kemungkinan   terjadinya   resiko sosial.

5. Ketentuan dalam Pasal 23 diantara ayat (1) dan ayat (2)   disisipkan   ayat   baru   yaitu   ayat   (1a)   sehingga Pasal 23 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 23

(1) Pemberian   bantuan   sosiai   sebagaimana dimaksud   dalam   Pasal   21   ayat   (1)   memenuhi kriteria paling sedikit:

a. Selektif;

b. Memenuhi persyaratan penerima bantuan; c. Bersifat sementara dan tidak terus menerus,

kecuali   dalam   keadaan   tertentu   dapat berkelanjutan; dan

d. Sesuai tujuan penggunaan.

(1a)Pemberian   bantuan   sosial   kepada   individu, keluarga,   dan/atau   masyarakat   sebagaimana dimaksud   pada   Pasal   22   ayat   (1)   dilengkapi dengan   Surat   Keterangan   Tidak   Mampu   bagi penerima   Bantuan   Sosial   sekurang­kurangnya dari Lurah/Kepala Desa setempat.

(2) Kriteria   selektif   sebagaimana   dimaksud   pada ayat (1) huruf a diartikan bahwa bantuan sosial hanya   diberikan   kepada   calon   penerima   yang ditujukan   untuk   melindungi   dari   kemungkinan resiko sosial.

(11)

meliputi:

a. Memiliki identitas yang jelas; dan

b. Berdomisili   dalam   Wilayah   Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

(4) Kriteria   bersifat   sementara   dan   tidak   terus menerus   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) huruf   c   diartikan   bahwa   pemberian   bantuan sosial   tidak   wajib   dan   tidak   harus   diberikan setiap tahun anggaran.

(5) Keadaan   tertentu   dapat   berkelanjutan sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   huruf   c diartikan bahwa bantuan sosial dapat diberikan setiap tahun anggaran sampai penerima bantuan telah lepas dari resiko sosial.

(6) Kriteria sesuai tujuan penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d bahwa tujuan pemberian bantuan sosial meliputi:

a. Rehabilitasisosial; b. Perlindungan sosial; c. Jaminan sosial:

b. Penganggulangan kemiskinan; dan c. Penanggulangan bencana.

6. Ketentuan dalam Pasal 26 ayat (1) diubah ayat (6) huruf  a   dihapus,  huruf   b  dan   c  diubah,   sehingga Pasal 26 berbunyi:

Pasal 26

(1) Anggota/kelompok   masyarakat   menyampaikan usulan   tertulis   kepada   Gubernur   dengan dilengkapi proposal paling lambat sebelum KUA dan   PPAS   ditetapkan,   kecuali   untuk   Bantuan Sosial   yang   tidak   dapat   direncanakan sebelumnya.

(2) Proposal   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) untuk permohonan bantuan sosial berupa uang bagi   kelompok   masyarakat   dan   iembaga   non pemerintahan   sebagaimana   dimaksud   Pasal   22 paling sedikit memuat:

(12)

melatarbelakangi   diajukannya   usulan bantuan sosial oleh calon penerima bantuan sosial;

b. Maksud   dan   tujuan,   berisi   uraian   tentang maksud   dan   tujuan   diajukannya   usulan bantuan sosial oleh calon penerima bantuan sosial;

c. Susunan   kepengurusan   (kelompok masyarakat/lembaga non pemerintah), berisi uraian   tentang   susunan   pengurus   dari kelompok   masyarakat/lembaga   non pemerintah   yang   mengajukan   usulan bantuan sosial;

d. Rincian   kebutuhan   anggaran/rencana anggaran   biaya,   berisi   uraian   tentang perhitungan   mengenai   biaya   yang dibutuhkan   termasuk   rincian   kebutuhan bahan   dan   peralatan   serta   kebutuhan lainnya;

(3) Proposal   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) untuk   permohonan   bantuan   sosial   berupa barang bagi kelompok masyarakat dan lembaga non   pemerintahan   sebagaimana   pada   Pasal   22 paling sedikit memuat:

a. Latar   belakang,   berisi   uraian   tentang gambaran   umum   mengenai   fakta­fakta   dan permasalahan­permasalahan   yang melatarbelakangi   diajukannya   usulan bantuan sosial oleh calon penerima bantuan sosial;

b. Maksud   dan   tujuan,   berisi   uraian   tentang maksud   dan   tujuan   diajukannya permohonan   bantuan   sosial   oleh   calon penerima bantuan sosial kepada Pemerintah Provinsi;

c. Susunan   kepengurusan   (kelompok masyarakat/lembaga non pemerintah), berisi uraian   tentang   susunan   pengurus   dari kelompok   masyarakat/lembaga   non pemerintah   yang   mengajukan   usulan bantuan sosial;

(13)

yang dimohon oleh calon penerima bantuan sosial kepada Pemerintah Provinsi.

(4) Gubernur   menunjuk   SKPD   terkait   untuk melakukan evaluasi usulan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5) SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah:

a. Untuk   bantuan   sosial   dalam   bentuk   uang adalah   Sekretariat   Daerah   c.q.   Biro Kesejahteraan Ralryat; dan

b. Untuk bantuan sosial dalam bentuk barang adalah   SKPD   yang   secara   fungsional melaksanakan kegiatan tersebut.

(6) Evaluasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (4) bertujuan untuk:

a. Dihapus;

b. Mengetahui keberadaan anggota/ kelompok/ lembaga   non   pemerintah   yang   mengajukan usulan bantuan sosial;

c. Mengetahui   domisili/   alamat   anggota/ kelompok   masyarakat/   lembaga   non pemerintah   sebagaimana   tercantum   dalam proposal yang diajukan oleh calon penerima bantuan sosial;

(7) Kepala   SKPD   terkait   sebagaimana   dimaksud pada   ayat   (5)   menyampaikan   hasil   evaluasi berupa   rekomendasi   kepada   Gubernur   melalui TAPD.

(8) TAPD   memberikan   pertimbangan   atas rekomendasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat (7)   sesuai   dengan   priroritas   dan   kemampuan keuangan daerah.

7. Ketentuan dalam Pasal 31 ditambahkan 3 (tiga) ayat baru, yaitu ayat (6), ayat (7) dan ayat (8), sehingga Pasal 31 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 31

(14)

dengan   Pakta   Integritas   yang   disampaikan olehpenerima bantuan sosial;

(2) Keputusan   Gubernur   sebagaimana   dimaksud pada   ayat   (1)   menjadi   dasar penyaluran/penyerahan bantuan sosial, kecuali bantuan   sosial   kepada   individu   dan/atau keluarga   yang   tidak   dapat   direncanakan sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22A.

(2a)Penyaluran dan/atau penyerahan bantuan sosial kepada individu dan/atau keluarga yang tidak dapat   direncanakan   sebelumnya   sebagaimana dimaksud   Pasal   22A   didasarkan   pada permintaan   tertulis   dari   individu   dan/atau keluarga   yang   bersangkutan   atau   surat keterangan   dari   pejabat   yang   berwenang   serta mendapat   persetujuan   Gubernur   setelah diverifikasi oleh SKPD terkait.

(3) Pencairan   bantuan   sosial   dalam   bentuk   uang dilakukan   dengan   mekanisme   pembayaran langsung (LS).

(4) Penyaluran   dana   bantuan   sosial   kepada penerima bantuan sosial sebagaimana dimaksud ayat   (3)   dilengkapi   dengan   kuitansi   bukti penerimaan uang. 

(5) Penyaluran bantuan sosial dalam bentuk barang dilengkapi   dengan   Berita   Acara   Serah   Terima Barang.

(6) Pengajuan   proposal   pencairan   bantuan   sosial sebagaimana   dimaksud   ayat   (1)   dari   penerima bantuan sosial kepada Gubernur melalui SKPD terkait untuk diteliti, disampaikan paling lambat tanggal 30 November tahun anggaran berkenaan, kecuali   untuk   bantuan   sosial   yang   tidak direncanakan sebelumnya.

(7) Berkas pencairan disampaikan oleh SKPD terkait kepada PPKD paling lambat tanggal 14 Desember Tahun   Anggaran   berkenaan   dilengkapi   dengan persyaratan:

a. Proposal   pencairan   dari   penerima   bantuan sosial kepada Gubernur;

(15)

c. Pakta Integritas;

d. Surat   Pernyataan   tanggung   jawab   bantuan sosial;

e. Fotokopi KTP penerima bantuan sosial; f. Nomor   Rekening   Bank   instansi/organisasi

penerima bantuan sosial;

(8) Batas tanggal pencairan dan persyaratan huruf b,   c   dan   f   sebagaimana   dimaksud   ayat   (7) dikecualikan   terhadap   bantuan   sosial   bagi individu   dan/atau   keluarga   yang   tidak   dapat direncanakan sebelumnya.

Pasal II

Peraturan   Gubernur   ini   mulai   berlaku   pada   tanggal diundangkan.

Agar   setiap   orang   mengetahuinya,   memerintahkan pengundangan   peraturan   Gubernur   ini   dengan penempatannya   dalam   Berita   Daerah   Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

 

Ditetapkan di Pangkalpinang  pada tanggal   29 Januari 2013       

GUBERNUR

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, dto

EKO MAULANA ALI Diundangkan di Pangkalpinang

pada tanggal  29  Januari 2013 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

(16)

IMAM MARDI NUGROHO

Referensi

Dokumen terkait

Paling tidak, ada dua hal yang dapat dipahami dari penelitian ini, yaitu: Pertama, penegakan Hukum Lingkungan khususnya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia belum serius

Demikian rekomendasi ini diberikan sebagai pelengkap data dari mahasiswa untuk mengajukan permohonan beasiswa Mustika Ratu Plus sepanjang tidak

Berdasarkan berbagai perubahan-perubahan positif yang terjadi selama proses belajar mengajar dari siklus pertama hingga siklus ketiga, maka guru dan observer

The rst time-step simply uses the time taken by a processor and the number of grid columns it computes to estimate the load of each grid column.. The work is then re-distributed

“Ya Allah ..waktu mana kami kecil2..ayah kami mandikan kami dgn penuh kasih sayang dgn penuh kelembutan…jadi kami mandikan jenazah ayah kami ini maka Kau ampunkan dosanya

Dalam pembuatan kolam limbah yang akan digunakan untuk pengolahan limbah cair hingga siap dibuang untuk land application , harus sudah direncanakan terlebih dahulu

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2006 Nomor 20 dan Tambahan Lembaran

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran