• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Semiotika dan Estetika Ornamen pada Reuncong Aceh: Studi Kasus pada Rencong Meupucok, Pudoi dan Meucugek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Semiotika dan Estetika Ornamen pada Reuncong Aceh: Studi Kasus pada Rencong Meupucok, Pudoi dan Meucugek"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II LINTAS SEJARAH

Asal muasal orang Aceh diperkirakan berasal dari golongan Melayu Tua datang disekitar 2500-1500 tahun sebelum Masehi.

Sekitar 300 tahun menjelang Isa muncul pula golongan yang disebut Deutero-Melayu atau Malayu Muda, yang tempat asal kadatangannya sama dengan golongan pertama, Proto-Malayu, atau Malayu Tua, Melayu Muda (Deutero-Melayu) itu ditandai oleh kecerdasan yang sudah dimilikinya tarutama dalam pangetahuan menukangi alat-alat dari bahan logam (tembaga maupun besi), Salah satu penemuan yang cukup berkesan adalah berupa genderang tembaga (kettledrums) yang dipergunakan untuk upacara. Dengan kemampuan itu Asia Tenggara memasuki zaman kebudayaan tembaga atau lebih diidentitaskan kapada nama kebudayaan Dong Son, mangambil nama dasa di Indo Cina di tempat genderang tersebut ditemukan (Said, 1981:6).

(2)

dan kecerdasan dibidang kesenian (musik, seni suara dan pewayangan). Sejak kedatangan mereka keaktifan kontak dengan dunia luas terlihat nyata.

2.1 Sejarah Masuknya Islam ke Aceh

(3)

melintasi Selat Malaka dan oleh karena itu tidak mustahil lagi mereka mampir di salah satu pantai di Sumatera Utara, baik untuk menunggu musim maupun untuk menambah perbekalan, bahkan juga malakukan barter Perdagangan.

Pada zaman dinasti T'ang tersebut sejarawan Tionghoa sudah lebih berminat membuat data-data tentang kedatangan orang Arab dan Parsi ke negerinya ataupun kegiatan dagang yang bertalian dengan negerinya. Terhadap orang Arab mereka sebut namanya orang Tashi atau Tazi, dan orang Parsi mereka namakan Po-ssu.

(4)

Sedikit banyak terkait dengan kedatangan utusan Khalifah Usman Ibn Affan dimaksud diatas, pada catatan sejarawan dinasti T'ang itu terdapat cerita mengenai kedatangan perutusan Han Mi Mo Mo Ni (Amiru'l Mu'minin) pada tahun 851 M. ke Tiongkok, disertai dengan sepucuk surat yang menyebut bahwa kerajaannya (maksudnya: Islam) sudah berdiri sejak 34 tahun. Selanjutnya disebut bahwa ditahun 713 M datang lagi seorang utusan dari Ta shi, membawa bingkisan kuda-kuda yang perkasa serta batu permata, Ketika dibawa menghadap kepada Raja Tiongkok, utusan tersebut menolak untuk bersujud, sambil berkata: Di negeri saya orang hanya menyembah Tuhan dan bukan kepada Seorang Raja. Mulanya pengawal Raja sudah hendak membunuh utusan itu karena tidak mau sujud, namun seorang Menteri Raja mencegah berkembang sambil mengingatkan bahwa setiap negeri mempunyai adat istiadat sendiri.

(5)

a) Kesan-kesan perjalanan biksu Tionghoa I Tsing pada tahun 872 M., katika ia berangkat dari Canton menuju India sambil melewati Selat Malaka menyinggahi Palembang, dan juga O-shan yang diperhitungkan sebagai pelabuhan Aceh.

b) Catatan yang diungkap oleh W.P. Groeneveldt dari yang terdapat dalam hikayat dinasti T'ang, bahwa dipantai sebelah Barat Sumatera (Aceh, atau Samudara) telah ada permukiman orang-orang Arab yang disebut bangsanya Ta-shi

Mengenai (a) I Tsing mengatakan bahwa ia telah menumpang kapal orang Po-ssu, yaitu Parsi. Diperhatikan dari masanya 872 M. (yaitu sakitar sudah 40 tahun berkembang Islam di Parsi) tidaklah syak lagi bahwa pelaut-pelaut Parsi itu telah memeluk Islam, Demikian pula para saudagarnya sendiri, yang mungkin turut serta.

Mengenai (b), orang Arab atau Tashi yang bermukim dipantai Barat Sumatera disekitar tahun 874 M, itu, tentulah pula sudah menjadi pemeluk Islam. Pencatat Tionghoa menyebut mereka orang Tashi, jadinya pendatang Arab yang membangun permukiman disana, Bahwa mereka bermaksud hendak menyerang sampai Haling yang negerinya makmur, sekaligus memberi petunjuk bahwa jumlah mereka tidak sedikit dan mereka sudah teguh kedudukannya.

(6)

Kolonel D.E. Gerini dalam studinya, yang tebal ketika menyentuh parsoalan Ratu Sima tersebut baberapa kali menulis "Tashi" dengan membubuh tanda kurung "Aceh", Ini meneguhkan ketidak sangsinya lagi bahwa yang dimaksud dengan "Tashi" dalam hubungan kisah Ratu Sima itu adalah tarletak di Aceh. Oleh karena masa yang diceritakan baru mencapai sekitar 40 tahun setalah Nabi Besar wafat maka tidak syak lagi bahwa penduduk Arab di wilayah dimaksud (Aceh, pantai utara Sumatera) telah memeluk agama Islam. Dari sini antara lain diyakinkan bahwa Islam sudah masuk ke Aceh dalam abad ke 1 Hijriah, Dalam hubungan itu juga Gerini memastikan tentang sudah beradanya orang-orang Arab atau Parsi dibagian pantai Utara Sumatera, sejak awal Islam, Jelasnya Gerini menulis sabagai berikut:

" bahwa pernah ada pemukiman orang Arab maupun orang Parsi di wilayah Aceh bahkan di berbagai tempat lain di kedua belah pantai Barat dan Utara Sumatera, adalah amat mungkin sekali, bahkan boleh disebut pasti; pantai-pantai ini terletak dekat sekali dengan pulau-pulau Nikobar, tempat yang sudah dikenal meerupakan persinggahan utama bagi pelaut Arab dan Parsi pada jalur pelayaran Teluk Benggala, Karena harus begitu, acaplah pantai Barat Laut Sumatera disinggahi oleh mereka, lebih-lebih kalau agin ribut memaksa mereka dengan sendirinya harus berlindung ke sana, Sebagai buktinya adalah pelancong Arab itu tidak hanya bercerita tentang Lambri tapi juga Barus, pelabuhan dimana mereka diketahui pergi datang paling lambat sejak abad ke 10 M" .

Beradanya orang-orang Arab ataupun Parsi di pantai Utara Sumatera pada abad permulaan hijriah dengan sendirinya memperteguh catatan dari dinasti Tang yang mengungkapkan telah beradanya orang-orang Tashi sebagaimana yang diterjemahkan oleh Groeneveldt tersebut. Tidak heran bila sarjana Van Leur merasa perlu untuk menekankan dalam esainya sebagai berikut:

(7)

petugas berharga dalam menyebarkan da'wahnya. Tapi walaupun ditanah jajahan lain di Timur sudah masuk Islam itu, seperti di sebelah barat Sumatera sekitar tahun 674, di Tiongkok tibanya kesepanjang jalur pantai dalam abad ke 7, di Jawa dan di India Belakang dapat diketahui dari batu-batu nisan dari tahun-tahun 1082 dan 1039, namun Islam baru memiliki pengaruhnya yang luas dalam abad ke 14"

Dari tulisannya di atas jelas bahwa Van Leur turut mendukung bahwa Islam sudah masuk di bagian barat Sumatera pada tahun 674-an sebagai disebut dalam buku Groeneveldt.

Dalam hubungan ini pula, baik sebelum maupun sesudah Van Leur, beberapa sarjana ulung telah tiba kepada kesimpulan yang tidak ragu-ragu, antara lain sebagaimana dikutip pula dibawah ini:

T.W. Arnold, ketika mengupas kedatangan Islam ke kepulauan Indonesia mengaitkannya dengan dagang para saudagar Arab kejurusan Timur. Sejak abad ke 2 sebelum Isa perdagangan ke Sri Langka sudah ditangan mereka (orang Arab). Sejak awal abad ke 7 sesudah Masehi kegiatannya dilanjutkan Tiongkok melalui laut. Dapat diperkirakan, kata Arnold, orang-orang Arab itu sudah mambangun permukimannya dibeberapa pulau di Nusantara, sebagai yang mereka telah lakukan ditempat lain. Lalu disimpulkannya:

"Meskipun tidak ada cacatan orang Arab mengenai kepulauan ini labih dulu dari abad ke 9, namun dari hikayat Tionghoa diketahui bahwa ditahun 674 M. beradanya seorang Raja Arab yang kemudian dari beberapa petunjuk diperkirakan mengepalai permukiman orang Arab dipantai barat Sumatera" Harry W, Hazard dalam "Atlas of Islamic History" mengatakan tentang Islam di Indonesia sebagai berikut:

(8)

yang unik antara perdagangan dengan usaha-usaha mengembangkan Islam di Indonesia"

Sarjana Ir. J.L. Moens yang banyak membicarakan tentang peranan Aceh sebagai tempat berkembangnya kerajaan-kerajaan di Sumatera Utara penghasil wangi wangian dan rempah-rempah (parfums en/specerijen) tanpa sangsi menyebut bahwa Tashi yang dimaksud dalam riwayat T'ang tersebut (kisah Ratu Sima/Raja Tashi) tidak lain adalah kerajaan Tashi Aceh. Katanya mana mungkin Tashi dimaksud itu negara Arab yang letaknya memerlukan 60 hari pelayaran jauhnya dari Kedah (kerajaan di Semenanjung Melayu). Untuk apa kerajaan Khalifah Umayah (660-749 M) yang sudah berkembang wilayahnya dari Spanyol hingga India Barat harus memboroskan korban besar-besaran ke Holing. Dengan kata lain bahwa Tashi yang disebut dalam riwayat T'ang tersebut tidak lain Tashi di Sumatera bagian Utara, tegasnya Aceh.

Raymond LeRoy Archer Ph.D. Menulis:

"Masuknya Islam ke Sumatera labih tepat disebut oleh pedagang Arab bukan khusus Muballigh mereka, dimasa abad Hijriah yang paling terdahulu. Diawal abad ke 8M, pedagang Arab sudah barmukim di Cina dalam jumlah besar, Maka sangat mungkin bahwa mareka menetap berdagang semantara di pulau sepanjang pantai barat Sumatara Utara"

Professor Syed Naguib Al-Attas dalam suatu studinya yang kemudian disiarkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur mengatakan bahwa "catatan yang paling tua menganai kemungkinan sudah bermukimnya orang Muslim di kepulauan Indonesia adalah bersumber laporan Cina tentang permukiman Arab di Sumatara Utara pada tahun 55 Hijriah atau 674 M".

(9)

manyimpulkan: a) bahwa telah terjadi kontak permulaan tahun 674M, b) Islam menjejak kaki dikota-kota pantai sejak tahun 878, dan c) Islam memperoleh kekuasaan politik, dan permulaan besar-besaran berkembangnya Islam sejak tahun 1204 M.

Professor tersebut juga menempatkan perhatian terhadap peristiwa Raja Tashi/Ratu Sima tersebut, dengan menekankan telah tarjadi apa yang disebutnya kontak itu pada tahun 674 itu.

Dari beberapa ungkapan peneliti sejarah di atas maka dapat disimpulkan bahwa masuknya Islam ke Aceh pada 674 Matau pada abad ke 7 M.

2.2 Kerajaan Islam di Aceh

Pada seminar sejarah masuknya Islam ke Indonesia yang dilangsungkan di Medan pada 17 s/d 20 Maret 1963 telah diambil kesimpulan antara lain:

a) bahwa Islam masuk untuk pertama kalinya ke Indonesia adalah pada abad ke 1 Hijriah dan langsung dari Arab, dan

(10)

Reaksi yang menonjol datang dari Professor Drawes, tokoh Barat dan berat dalam ilmu-ilmu Islam dan ketimuran, pada Universitas Leiden, pengganti Dr. Snouck Hurgronje yang tidak asing lagi.

Pendapat-pendapat yang sebegitu jauh masih manguasai ilmu sejarah Islam di Indonesia sebagaimana yang dikembangkan olah Dr. Snouck, adalah bahwa Islam baru mencapai Indonesia sesudah berabad-abad berkembangnya ditanah asal (Mekkah), dan agama Islam itu telah dimasukkan melalui India, tidak langsung dari Arab, Professor Hamka yang dalam seminar itu tampil sabagai pembanding utama, yang mendukung penuh bahkan memperjelas kelangsungan datangnya Islam dari Arab pada abad ke 1 Hijriah, membantah keras pendapat Dr. Snouck tersebut, tidak saja dalam seminar itu, melainkan sudah lebih dulu pada Dies Natalis di Jogya beberapa tahun sebelumnya, Professor Drewes yang membuat tanggapannya melalui suatu monograf sambil mengutip apa yang pernah diucapkan oleh Hamka dalam seminar bahwa pendapat yang disebarkan olah Snouck tidak lain dari " jarum halus " untuk menantang pengaruh Arab, mengatakan belum melihat suatu bahan baru dari bahan-bahan mengenai masuknya Islam ke Indonesia yang sebegitu jauh sudah ditemukan.

(11)

Dalam tahun 1978 (tegasnya: 10 s/d I6 Juli) di Banda Aceh telah barlangsung pula suatu seminar tentang masuk dan berkembangnya Islam di Aceh yang diselengarakan Oleh Majelis Ulama Propinsi Daerah Tingkat I Aceh, seminar tersebut bertujuan mengupas dan mencari kesimpulan mantap bagian-bagian penting seluruh aspek yang berkaitan dengan sejarah pekembangan Islam di wilayah tersebut.

Kesimpulan-kesimpulan yang berhasil diambil terbagi dalam tiga bab. Bab partama yang ditempatkan pada baris atas ialah berbunyi sebagai berikut: Masih banyak lagi bahan-bahan sejarah yang harus dikumpulkan dan diteliti sehubungan dengan masuk dan berkembangnya Islam di Aceh. Bab ke 2 meliputi 29 kesimpulan, dan bab ke 3 berkenaan dengan saran-saran. Yang bertalian dengan bab ke 2, khusus mengenai masuk dan berkembangnya Islam, terpenting diantaranya adalah:

a) Sebelum Islam masuk, sudah ada kerajaan-kerajaan di Aceh diantaranya Lamuri dan karajaan-karajaan lain yang tersebut dalam sumber asing.

b) Pada abad ke I Hijriah Islam sudah masuk ke Aceh, dan

c) Kerajaan Islam yang pertama adalah Peureula', Lamuri dan Pasai.

(12)

Bagian yang menonjol dari keputusan Seminar Aceh ini adalah tentang soal kerajaan-kerajaan Islam pertama. Diantara pendapat yang diketengahkan pada seminar tersebut banyak yang sama dangan pendapat yang pernah diketengahkan oleh Ustaz M. Junus Djamil dalam pekan Kebudayaan Aceh yang pernah dilangsungkan ditahun 1959. Ustaz kita ini mengungkapkan bahwa Islam telah masuk ke Peureula' (Aceh Timur) pada tahun 790 M. Sumbernya disebut kitab "Zubdatu'l Tawarikh" karya Nuru'l-Haq Al-Masyriqiyal - Duhlawy dan Kitab Idhahu'lhaq fi Mamlatatu'l - Peureula', karya Abu'l-Ishaq AlMakarany. Berdirinya kerajaan Islam di Peuraula' disebut pada tahun 225 H atau 840 M, dengan Sultannya yang pertarna Sultan Alauddin Sayid Maulana Abdu'l-Aÿiz Syah. Junus Djamil berhasil juga mancatat nama-nama Sultan Peureula' berturut-turut sesudah Sultan ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, bernama Alaiddin Abdu'l Malik Syah yang mangkat ditahun 973 M. Dicatat oleh Junus Djamil bahwa pada masa ini kaum Syi'ah bergerak kembali di Peureula' yang berakibat perpecahan, timbullah dua kerajaan, Peureula' di baroh dan Peureula' di tunong, dengan masing-masing ada sultannya.

2.2.1 Kerajaan Pasai (abad ke 13 sampai abad ke 16)

(13)

Pada waktu ia memerintah karajaan Samudera sudah berkembang. Kebetulan melawat ke Sumatera dan melintasi pantai ini rombongan pengunjung Itali yang baru pulang dari Tiongkok sesudahnya menjadi tamu waktu itu Raja Tiongkok, Kublai Khan. Diantara rombongan itu turut seorang pemuda barnama Marco Polo. Masa itu dipergunakannya untuk menulis kesan perjalanan mereka. Dalam kesan-kesan itu disebut juga peristiwa persinggahan mereka ke kerajaan Perlak. Katanya sudah barada disana pendatang Muslim, yang disebutnya "Saraceen". Disebutnya bahwa penduduk sendiri masih tidak baragama (idolators), orang-orang Saraceen itulah yang mengislamkan mereka. Ia menyebut kawasan yang disinggahinya di Sumatera dangan nama Giava Minore, atau Jawa Minor. Disana terdapat 8 kerajaan, tapi yang disinggahi rombongan itu hanya enam, Selain Peureula', yang disebutnya Ferlac, ia manyebut Barus dengan Fansur, hal mana mengesankan bahwa ia mengenal nama-nama itu dari bahan orang-orang Arab yang melafazkan nama-nama pelabuhan itu menurut lidahnya, Ia menyebut juga Basman Samara, Dagroian, dan Lambri , Ia mangatakan bahwa panduduk pantailah yang baradab, selainnya biadab dan pemakan orang. Sesudah dari Peureula', mereka masuk ke Pasai, yang disabut oleh Marco Polo Basman. Dikatakannya masih liar (tidak ada hukum , seperti hewan).

(14)

bahwa segala hulubalang duduk manghadap nobat Ibrahim Khalil. Selanjutnya dikatakan; "Bantara pun bardiri menjabat salih, dan Segala pegawai pun masing-masing membawa jabatannya. Maka genderang tabal itupun dipalu orang dan bunyi-bunyianpun berbunyilah. Maka bedil nobatpun dipasang dan semua hulubalang dan rakyat manjunjung duli menyambah mengatakan Daulat Dirgahayu Syah 'Alam Zillu'lLahi fi'l-'alam. Pada waktu itu diketahui penetapan dua orang-orang besar, seorang bernama Tun Sri Kaya dan seorang bernama Tun Baba Kaya. Tun Sri Kaya diberi gelar Sayid 'Ali Khiatu'ddin dan Tun Baba Kaya diberi gelar Sayid Asmayu'ddin. Inipun juga mengesankan bahwa beliau orang Arab setidak-tidaknya keturunan Arab.

Ketika Sultan Maliku's-Saleh meminang puteri Sultan Perlak, mereka berdua diutus kesana. Lamaran diterima, Dari pernikahan Sultan Maliku's-Saleh dengan Puteri Ganggang anak Sultan Perlak tersebut, Sultan memperoleh seorang putera bernama Muhammad.

Sultan Maliku't-Thahir (atau Sultan Muhammad Maliku't-Thahir sebagai mana dapat dibaca kemudian dalam batu nisan makamnya yang ditempatkan disebelah makam Malik's-Saleh) berputera dua orang. Seorang bernama Mahmud dan saorang lagi barnama Mansur.

2.2.2 Kerajaan Lamuri Aceh (abad ke 9 sampai abad ke 16)

(15)

Selatan) hasil serangannya kebeberapa negeri di Sumatera dan Semenanjung Melayu, disekitar tahun 1023/1024, Disitu disebut bahwa Raja Cola telah mengerahkan armada laut yang besar dengan angkatan perang yang hebat dan melanggar Kedara (Kedah) tempat banyak didapati binatang yang gajahnya terkenal. Dia mengalahkan Sriwijaya yang jaya itu, Panai, yang terlatak di pinggir sungai, Melayu yang berbentang kuat di bukit, Mayirudinggam (Andaman) yang di lingkar laut, Ilanggacoram (Langka Suka) dalam pertempuran dahsyat, Mewilimbanggam yang dipertahankan dengan tembok tebal, Walaipanduru, Talaitakkolam, Madamalinggam, Ilmauridecam (Lamuri = Aceh) yang telah melawan hebat dan dapat dipatahkan dalam suatu pertampuran mati-matian dan Manakwaram.

Ekspedisi besar-besaran ini sebagaimana telah dicatat diatas, berlangsung ditahun 1023-1024, dalam bahasa Indonesia terjemahannya adalah sbb:

(16)

Mappapalam, dipertahankan oleh perairan yang banyak dan dalam; Mewilimbanggam, dipertahankan oleh tembok-tembok yang cantik; Walaippanduru (serentak) memiliki tanah-tanah yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan; Talaitakkolam, dipuji oleh orang-orang besar (pandai dalam) pengetahuan; Madamalinggam, tidak goyang dalam pertampuran besar dan mahadahsyat, Ilamuridecam yang telah menghunjamkan kehebatan pasukannya kepertempuran; Manakkawaram, dengan kebun-kebun bunganya tempat mengirup madu, dan Kadaram dengan kekuatan yang tiada terhingga, dilindungi oleh laut sekitarnya."

Dari sejumlah nama-nama negeri yang ditaklukkan itu, Cola mengalahkan IImuridacam yakni Lamuri sasudahnya bertampur habis-habisan.

Dari sini dua kesan nyata, 1) bahwa negeri itu selambat-lambatnya sudah ada antara abad ke 9 dan ke 11; dan 2) negeri itu sudah mempunyai angkatan perang yang hebat. Dengan bersusah payah diserang oleh Cola barulah dapat dipatahkan perlawanannya oleh tantara Cola yang besar.

(17)

Telah diceritakan tantang Lamuri atau Lamri atau nama lain yang mirip, terletak di ujung Sumatera Utara, di Aceh Besar sakarang, negeri ini dikenal sejak abad ka-9 dan berakhir kira-kira abad ke-15, saat nama Aceh meluas terdengar kedunia luar.

Sesudah serangan Majapahit, Lamuri didatangi oleh Cheng Ho (1414). Ternyata kerajaan ini tetap berdiri. Kedatangan Cheng Ho tepat dimasa terjadi peristiwa kekusutan di Pasai, ketika mana Su-Kan-la memberontak dan lari ke Lamuri di kejar oleh Cheng Ho kesana, dibawanya pulang ke Pasai. Besar kemungkinan bahwa Cheng Ho telah datang dengan angkatan perangnya ke Lamuri dan besar kemungkinan bahwa Lamuri telah melindungi Su-kan-la, yang membuat Cheng Ho terpaksa menggunakan kekerasan. Catatan tentang "intervensi Cheng Ho kurang jelas, karena jika sekadar mengandalkan kekuatan tamu ini saja, walaupun dengan armadanya tidak semudah itu Cheng Ho dapat menaklukkan Lamuri, Lagi pula Cheng Ho tidak menyebut korban-korban, Sebab itu penulis berpendapat, Cheng Ho menggunakan kebijaksanaan musyawarah, persaudaraan dalam Islam. Cheng Ho mungkin menonjolkan keislamannya.

(18)

Telah disebut bahwa Hikayat Aceh menceritakan Raja Musaffar Syah menjadi Raja Makuta Alam bersaudara dengan Raja Inayat Syah menjadi Raja Daru'lKamal. Kadua mereka terus berperang dan berakhir dengan kemenangan Sultan Musaffar Syah.

Lanjutan kemenangan itu, Sultan Musaffar Syah menyatukan negeri itu menjadi satu kerajaan. Hasil gabungan itu diberi nama Aceh Daru's-Salam

2.2.3 Ali Mughayat Syah (1513 - 1536)

Sebagai diceritakan tadi (dan ini kejadian tahun 1519) Sultan Zainal Abidin telah direvolusi oleh saudaranya yang marasa lebih berhak. Atas bantuan Sultan Mahmud (Sultan Malaka yang sudah pindah ke Bintan), dia dapat dirajakan kambali. Tapi atas bantuan Partugis Raja yang marevolusi berhasil naik kambali. Untuk balas "jasa" dari perbantuan ini, Portugis mendapat hak mendirikan faktori (Kantor dagang yang diperlindungi dengan tentara sendiri) di Pasai. Mau tidak mau peristiwa tersebut telah merupakan catatan bersejarah, yakni bahwa Portugis pernah menancapkan pangaruhnya di Pasai. Dengan 100 orang serdadu Portugis asli, komandan Portugis Antonio de Miranda d'Azevedo.

(19)

apabila Zainal disokong jadi Raja. Orisinil surat ini sekarang tersimpan dalam arsip negara di Lissabon (Portugal).

Karena praktek pecah belahnya maka Portugis balik lagi menyokong Zainal Abidin dan menjatuhkan yang lain. Tapi dalam tahun 1521, orang Portugis kambali mengkhianati jaminannya atas Zainal Abidin. Sultan dijatuhkannya lagi dan lalu digantinya dengan yang lain.

Sasaran kedua, ke Pedir menyusul. Dia juga berhasil melemahkan kekuatan Raja disana dengan pecah belah, untuk selanjutnya mendirikan faktori dan melindunginya dengan sejumlah serdadunya. Jika paristiwa ini diikuti dan dibandingi dengan jalan cerita dari sumber-sumber hikayat serta nama Raja-raja dengan tanggal-tanggal dibatu nisan yang dapat diteliti kemudian, maka jelaslah bahwa latar belakang sangketa persaudaraan di negeri-negeri itu bersumber pula kepada hasil politik devide et impera Portugis, yang sudah memulai sejarahnya masa itu.

Dari perkembangan di atas selanjutnya akan jelas pula bagaimana besar peranan Sultan Ali Mughayat Syah dalam mengakhiri bahaya penjajahan Portugis di Aceh. Sepintas lalu terbentuknya suatu kerajaan yang lebih besar yang bernama Aceh Daru's-Salam, dari hasil penaklukan negeri-negeri Jaya, Pedir dan Pasai seperti berarti menghilangkan pertumbuhan Negeri-negeri yang tadinya diperintah oleh masing-masing sultannya.

(20)

Mughayat Syah dalam hal ini tidaklah kecil adanya. Dia telah mematahkan bahaya musuh dari luar dan dari dalam sekaligus dalam waktu yang singkat. Sekali kekuatannya harus dipergunakan untuk mematahkan Daya diapun ditubruk oleh Portugis.

Satu percobaan agresi telah pernah dilakukan ialah Portugis dibawah pimpinan Gaspar de Costa ketika dia didalam tahun 1519 dengan perangkatannya tiba-tiba muncul di Kuala Aceh. Dengan tipu muslihat dan perajurit Aceh yang tidak seberapa, Portugis telah mengalami pukulan yang sangat pahit.

Dalam bulan Mei 1521, armada Portugis yang lebih kuat muncul lagi untuk mengamuk diperairan Aceh. Sekali ini panglima Jorge de Brito sendiri tampil mengepalai penyerangan. Dalam pertempuran hebat, Portugis kalah dan de Brito tewas. Pengejaran tarhadap Portugis dilakukan terus ke Pedir oleh angkatan perang Mughayat ke tempat dimana sisa-sisa armada Portugis lari untuk menyembunyikan diri dan ke tempat dimana faktorinya sudah berdiri.

Disinipun terjadi peperangan hebat dan Ali Mughayat Syah barhasil menumpas Portugis. Portugis dan Raja Pedir (Sultan Ahmad) akhirnya mengundurkan diri ke Pasai. Ali Mughayat Syah segera mengejar Portugis terus ke Pasai, dan barhasil mematahkan perlawanan Pasai. Sejumlah besar rampasan alat-alat perang meriam dan sebagainya dengan mudahnya dapat dipergunakan olah tentara Ali Mughayat Syah, untuk mengusir penjajahan Portugis dari bumi Pasai khususnya dan Aceh umumnya.

(21)

sejarawan Portugis Fernao Loper de Costanheda mengatakan bahwa Sultan Acah telah lebih banyak dapat suplai meriam-meriam dibanding dangan benteng Portugis di Malaka.

Menurut Veltman salah satu rampasan yang dibawa oleh Mughayat pulang ke Aceh adalah lonceng besar bersejarah yang kemudian diberi nama "Cakra Dunia", Lonceng ini bukanlah yang diperoleh masa Iskandar Muda sebagai disangka orang, melainkan lonceng masa pemberian Cheng Ho pada Raja Pasai awal abad ke 15 ketika Cheng Ho berkunjung kesana.

Meninggalnya Mughayat Syah pada tahun 1530, menimbulkan harapan baru bagi Portugis. Dari Malaka selalu dituntut kepada Gubernur Jenderal Portugis di Goa dan seterusnya ke Lisabon supaya dikirimkan armada besar-besaran supaya dapat dipukul Aceh sekali serbu, tapi masih balum dapat terkirim. Rupanya untuk pembangunan suatu armada yang besar yang kira-kiranya dapat menghancurkan pertahanan Aceh, masih diluar kemampuan Portugis pada masa itu. Sungguhpun demikian, ini tidak berarti bahwa Portugis tinggal diam tidak berbuat apa-apa.

2.2.4 Sultan Ala'uddin Ri'ayat Syah (Al-Kahhar) (1537 - 1571)

Setelah Sultan Mughayat Syah meninggal, diangkatlah puteranya yang bergelar Sultan Salahuddin. Karena tidak becus dalam memerintah kepemimpinan Sultan Salahuddin hanya bertahan 17 tahun 11 bulan dan digantikan oleh adiknya Sultan Ala'uddin Ri'ayat Syah (Al-Kahhar).

(22)

Antara lain terkesan dari panunjukannya pada putaranya ke 2 menjadi Raja di Pariaman/Sumatera Barat dangan gelar Sultan Moaghul. Istana karajaan dibangun lebih luas dengan kata (benteng) tembok sekeliling, berikut didalamnya tempat -balairung untuk musyawarah, untuk pertemuan, penerimaan tamu tamu demikian pula untuk kediaman para keluarga Raja, para pengawal dan sebagainya. Kompleks yang mengelilingi istana dan istana sendiri dikenal dengan nama Dalam, lebih kurang seperti makna Kraton di Jawa.

Pertama-tama sejak Al-Kahhar menggantikan abangnya dalam bulan September 1537, Aceh telah mencoba menyerang benteng Portugis di Malaka. Pengalaman Portugis dari penyerangan tersebut membuat ia mempercepat datangnya tambahan kekuatan. Disamping itu Estevao de Gama yang menjadi Gubernur Portugis di Malaka meningkatkan ikhtiarnya untuk mendekati Raja-raja Melayu siapa saja yang bersedia bersekutu dengannya menghadapi Aceh

Sumber Portugis mengatakan bahwa dipertengahan abad ke-l6 (kira-kira ditahun 1540) Aceh telah mengadakan hubungan ke Turki. Diantara catatan itu adalah catatan perjalanan petualang Portugis Pinto yang berada di Timur ini disekitar masa itu, antara lain ke Aru. Kata Pinto, Aceh telah mendapat sumbangan dari Turki sabanyak 300 orang ahli, dan menurut Pinto juga bantuan tersebut dibawa oleh kapal Aceh Sendiri sebanyak 4 buah, yang sengaja datang ke Turki, kata Pinto, untuk mendapatkan alat-alat senjata perang dan pembangunan untuk melawan kerajaan Batak, bernama Timur Raya.

(23)

keterangan yang bersumber Tionghoa bahwa Sultan Aru sejak awal abad ke 15 sudah memeluk Islam. Jika menurut Pinto peperangan telah terjadi dengan Aceh karena Sultan Aceh hendak mengembangkan Islam, maka cerita tersebut tidak sesuai dengan kenyataan bahwa Aru sudah Islam.

Bagian yang dapat dijadikan pegangan sehubungan dengan cerita Pinto itu hanyalah bahwa Aceh telah menghadapi faktor Portugis yang semakin giat membina kekuatan, terutama melalui adu domba dengan kerajaan-kerajaan dirantau itu, sebagaimana terkesan dari ceritanya tentang kerajaan Batak dan kerajaan Aru yang pernah mengirim utusannya manghubungi Portugis ke Malaka

Pada masa Al-Kahhar seorang tenaga ahli dari Portugis yang tinggal di Malaka bernama Khoja Zainal Abidin telah memeluk Islam di Aceh. Berkat bantuan Khoja dibuatlah kapal-kapal yang modern. Hampir semua pertukangan dan kerajinan yang dikerjakan orang-orang diluar negeri, sudah dapat dibuat sendiri di Aceh masa Al-Kahhar itu. Kemajuan industri meriam dan senjata di Aceh telah sedemikian meningkatnya sehingga pesanan-pesanan dari negari lain diantaranya dari Demak dan Banten, dapat dipenuhi (Said, 1981: 194).

(24)

terdiri dari seperangkat armada yang mengangkut sejumlah 15.000 perajurit dan 400 orang Turki, juga 200 meriam tembaga. Untuk penyerangan ini Sultan Al-Kahhar sendiri tampil memimpin pasukan (Said, 1981: 196).

Tapi untuk menghadapi penyerangan ini Portugis sendiri telah siap sedia. Bala bantuan baru dari Goa dari Portugal sudah sampai lebih dulu. Disamping itu Portugis Sendiri sudah sempat mengirim kabar ke Johor dan Kedah supaya mambantunya.

Posisi Portugis masa itu agak sedikit baik. Karena armada Demak juga memang tidak jauh dari Malaka, Aceh mengajak armada Demak supaya mengeroyok Portugis. Rupanya Demak belum bersedia, mungkin diantara sebabnya adalah karena perbedaan kepentingan dalam dagang.

2.2.5 Sultan Almukammal (1571-1607)

(25)

Selanjutnya setelah Sultan Sri Alam meninggal. Sultan Zainal Abidin putra Sultan Abdullah (Aru). Namun Sultan ini tidak becus memerintah dan terbunuh pada tanggal 5 Oktober 1579.

Mansyur Syah yang merupakan putera Sultan Perak yang menikah dengan puteri Sultan Aceh naik tahta pada tahun 1579. Pada tanggal 12 januari 1585 Sultan Mansyur Syah meninggal dan digantikan dengan oleh Sultan Buyung dengan gelar Sultan Ali Ri'ayat Syah putera Sultan Munawar Syah raja Indrapura. Beliau terbunuh juga pada tahun 1589 lalu naiklah Sultan Alauddin Ri'ayat Syah Sa'id Al-Mukammal Ibnu Sultan Firman Syah. Pada masa Almukammal ini Inggris dan Belanda memulai kerjasama dagang dengan Aceh.

Tanggal 21 Juni 1599 tibalah di Acah Houtman barsaudara, yakni Cornelis sabagai Laksamana dan Frederick Houtman sebagai Kapten dari kapal "De Leeuw" dan "De Leeuwin". Mulanya mereka disambut baik, tidak kebetulan pasaran menjadi hangat juga dengan kedatangan mereka. Kepada mereka diberikan kesempatan membeli lada.

Untuk menguji bagaimana suasana Aceh dalam masa-masa akhir abad ka 16 sampai ke 17, menurut kaca mata dan laporan pandangan mata seorang Inggeris, Kapten John Davis, Dia adalah mualim di salah satu kapal "Da Laauw" dan "De Leeuwin", mendapat pekerjaan itu semenjak berangkat dari Vlissingan, 15 Maret 1598

(26)

dipergunakan dari pada tombak, keris, pedang, panah dan sebagainya, kata Davis : " Men heeft ergeen Verdedigende Wapenen , men Vegt er naakt", Artinya : Mereka tidak mempunyai alat pembelaan, mereka berkelahi secara lepas saja. Jika yang dimaksudnya alat perisai dari tikam-menikam, ini tidak benar. Alat perisai dikenal cukup dalam alat-alat parang Aceh.

Davis menceritakan bahwa Sultan Al-Mukammal mempunyai juga banyak sekali meriam-meriam besar dari baja. Kekuatan pertahanan darat diperhebat pula dengan adanya barisan gajah yang dipergunakan oleh hulubalang-hulubalang. Penduduk Aceh, sangat gemar berniaga. Mereka berbakat dagang, dalam pekerjaan itu mereka berpengalaman cukup. Juga mereka ahli-ahli pertukangan, tukang emas, tukang meriam, tukang kapal, tukang besi, tenun, tukang periuk, pot, pembikin berbagai rupa minuman.

Davis mengatakan bahwa awalnya Belanda masuk ke Aceh dengan cara yang tidak disukai orang Aceh.

Pada saat Belanda merubah strateginya terhadap Aceh dengan melakukan kunjungan ke Aceh disertai hadiah-hadiah yang dibawa Sultan Aceh pun menerima dengan baik. Bahkan dibalas dengan kunjungan ke Belanda.

(27)

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan IPS membekali siswa tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai, sehingga dapat membentuk citra diri siswa menjadi manusia yang memiliki jati diri yang mampu hidup

Sistem ini mengorganisasikan basis aturan dalam sebuah struktur yang spesial sehingga kemudahan pembangunan pengetahuan, penelusuran pengetahuan yang kuat, dan perbaikan unjuk

By integrating TPDA with “node topological sort algorithm”, it can be used to learn Bayesian Network (BN) structure from missing value (named as TPDA 1 algorithm).. And then,

Hasil dari aplikasi sistem pendukung keputusan penilaian kinerja karyawan untuk kenaikan gaji tidak hanya menentukan siapa saja karyawan yang berhak mendapatkan

• Halaman Payment & Sent, hanya dapat diakses oleh operator untk menampilkan data mobil yang telah dikirim dan untuk melakukan update data pembayaran yang telah dilakukan

Jadi apabila ada orang lain yang ingin memasuki rumah maka orang tersebut tidak mempunyai akses untuk mematikan sistem keamanan tersebut karena sidik jari orang tersebut

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku merokok dengan penyakit hipertensi pada laki-laki usia 45-59 tahun di desa kuok kecamatan kuok tahun

Analisis Hubungan antara Lingkungan Kerja (X2) dengan Kinerja Pegawai (Y) di Kecamatan Gayamsari Kota Semarang. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif antara