• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN PENYAKI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN PENYAKI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 9

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA 45-59 TAHUN DI DESA KUOK KECAMATAN

KUOK TAHUN 2013

Ns. Apriza, S.Kep, M.Kep

Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia

ABSTRAK

Hipertensi menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan di Indonesia maupun diseluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang berlangsung kronik menyebabkan peningkatan resiko kejadian kardiovaskuler,

serebrovaskuler dan renovaskuler. Banyak faktor penyebab hipertensi, salah satunya adalah merokok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku merokok dengan penyakit hipertensi pada laki-laki usia 45-59 tahun di desa kuok kecamatan kuok tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif korelatif

dengan desain penelitian cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah laki-laki usia 45-59 tahun yang berdomisili di Desa Kuok dengan jumlah 1335 orang. Sampel berjumlah 308 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Quota Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan pengukuran tekanan darah. Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menderita hipertensi sebanyak 189 responden (61,36%) dan perokok sebanyak 226 responden (73,38%). Berdasarkan Uji Chi-Square didapatkan hasil bahwa ada hubungan perilaku merokok dengan penyakit hipertensi pada laki-laki usia 45-59 tahun di desa kuok kecamatan kuok dengan nilai p = 0,004 (˂ 0,05). Di harapkan tenaga kesehatan agar meningkatkan penyuluhan dan pemberian informasi mengenai tentang bahaya rokok dan akibat rokok kepada masyarakat Desa Kuok Kecamatan Kuok.

Daftar Bacaan : 46 (2002-2013)

(2)

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 10

A. Pendahuluan

Seiring dengan perkembangan zaman, Depertemen Kesehatan telah melaksanakan beberapa program untuk menunjukkan berbagai dampak positif dibidang kesehatan. Hal ini dapat dilihat tingginya angka harapan hidup. Setiap individu pasti berkeinginan untuk terus dapat hidup sehat dan kuat sampai tua, untuk mencapainya salah satu cara yang dapat dilakukan adalah berperilaku hidup sehat. Adanya perubahan pola hidup sehat membawa konsekuensi terhadap perkembangan penyakit

degenerative, salah satunya adalah hipertensi (Monosit, 2008).

Hipertensi adalah salah satu gangguan kardiovaskular yang paling umum dikenal masyarakat. Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala tersebut seringkali dianggap gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit (Vita, 2009).

Hipertensi dapat meningkat dengan bertambahnya usia. Prevalensi hipertensi sebesar 2% pada usia 25 tahun, meningkat menjadi 25% pada usia 50 dan 50% pada usia 70 tahun (Davey, 2005). Menurut Subawa (2012) setiap kenaikan tekanan darah sistolik sebesar 2 mmHg akan menambah resiko kematian akibat stroke sebanyak 10% dan akibat penyakit jantung iskemik 7%. (Subawa, 2012)

Menurut laporan Badan

Kesehatan Dunia (WHO), hipertensi

merupakan penyebab nomor 1

kematian di dunia. Data tahun 2010 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa

28,6% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas menderita hipertensi.

Sedangkan untuk populasi di

Indonesia, angka kejadian hipertensi itu berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Departemen Kesehatan tahun 2007 mencapai sekitar 31% dan angkanya pun meningkat 2-3 kali lipat dan pada usia diatas 18 tahun mencapai 29%. (Girsang, 2013).

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Riau, menyatakan bahwa Kabupaten Kampar berada pada peringkat tiga pada kasus penyakit hipertensi. Terlihat bahwa jumlah kasus hipertensi terbesar berasal dari Kota Dumai 1.107 kasus, diikuti oleh Kabupaten Rokan Hilir 419 kasus, Kabupaten Kampar 399 kasus, Kota Pekan Baru 372 kasus dan Indragiri Hilir 292 kasus (Profil Kes Prov Riau, 2007). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Riau pada tahun 2010 menemukan bahwa pola kunjungan kasus hipertensi di Puskesmas Se-Provinsi Riau menurut kelompok umur terbanyak dengan umur 45-55 tahun 1.150 kasus, diikuti umur 55-59 tahun 940 kasus, kelompok umur 60-69 tahun dan jenis kelamin perempuan lebih tinggi 2.286 kasus dibandingkan laki-laki hanya 1.921 kasus. (Profil Kesehatan Provinsi Riau, 2010).

Hipertensi dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu oleh faktor yang tidak bisa dikendalikan dan faktor yang bisa dikendalikan. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan meliputi keturunan, jenis kelamin, umur dan ras. Adapun faktor yang dapat dikendalikan meliputi kebiasaan makan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, merokok, stress dan kelebihan berat badan atau obesitas

(3)

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 11

Beberapa faktor tersebut, salah satu penyebab hipertensi adalah

merokok. Merokok dapat

mengakibatkan peningkatan tekanan

darah, karena rokok dapat

mengakibatkan vasokontriksi

pembuluh darah perifer dan pembuluh darah diginjal sehingga terjadi

peningkatan tekanan darah.

Menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh besar terhadap

kenaikan tekanan darah atau

hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena gas CO (Carbonmonoksida) yang dihasilkan oleh asap rokok dapat

menyebabkan pembuluh darah

“kramp” sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah menjadi robek (Bustan (2007).

Prevalensi perokok semakin lama semakin meningkat terutama pada perokok laki-laki. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia atau

WHO tahun 2012 menunjukkan

prevalensi jumlah perokok di seluruh dunia sebanyak 36% pada laki-laki dan 8% perempuan. Sedangkan di Indonesia, prevalensi jumlah perokok yang berusia lebih dari 15 tahun hampir mencapai 2x lipat rata-rata perokok usia dewasa di dunia, yaitu 61% laki-laki serta 5% perempuan. Hal ini menempatkan Indonesia menjadi negara ke-3 tertinggi dalam jumlah perokok usia dewasa (World Health Organization, 2012).

Data dari Dinas Kabupaten

Kampar menunjukkan bahwa

hipertensi berada urutan ke empat dari sepuluh penyakit tertinggi di Kabupaten Kampar. Sedangkan Data penderita Hipertensi tertinggi di 10 Puskesmas di Kabupaten Kampar pada tahun 2011 dan 2012 yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.1 Jumlah penderita hipertensi tertinggi di 10 Puskesmas di Kabupaten Kampar tahun 2011 dan 2012

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar 2011-2012

Berdasarkan survey

pendahuluan yang peneliti lakukan dengan 10 orang masyarakat dengan wawancara, didapatkan hasil bahwa 7 orang (70%) mengatakan selama merokok merasa pusing, sakit kepala, kuduk terasa berat. Sedangkan 3 orang (30%) mengeluh merasa sakit kepala, pusing dan kuduk terasa berat bila banyak pikiran dan stress.

Berdasarkan informasi dari diklit Puskesmas Bangkinang Barat bahwa penelitian tentang hubungan perilaku merokok dengan penyakit hipertensi di Desa Kuok Kecamatan Kuok Tahun 2013 belum ada. Pemahaman ini sangat penting untuk dilakukan sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

”Hubungan perilaku merokok dengan

No Puskesm

as

Angka Penyakit Hipertensi

(4)

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 12

penyakit hipertensi pada laki-laki usia 45-59 tahun di Desa Kuok Kecamatan

Kuok Tahun 2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah

“ Adakah Hubungan Perilaku Merokok Dengan Penyakit Hipertensi Pada Laki-laki Usia 45-59 Tahun 2013 Di Desa Kuok Kecamatan Kuok

Tahun 2013?”.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan perilaku merokok dengan penyakit hipertensi pada Laki-laki usia 45-59 tahun di Desa Kuok Kecamatan Kuok Tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian

Dapat memberikan masukan kepada institusi pelayanan dasar (pegawai puskesmas) Kuok dalam menangani pasien yang menderita hipertensi. Selain itu dapat di jadikan

sebagai masukan dalam upaya

tindakan promotif dan preventif tentang bahaya rokok terhadap penyakit hipertensi pada masyarakat sekitar wilayah kerja puskesmas Kuok.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah

arteri secara terus menerus lebih dari suatu periodik (Udjiati, 2010). Menurut Brunner & suddarth (2002) Hipertensi didefinisikan tekanan darah

persisten dimana tekanan sistoliknya 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg

dan diastoliknya 90 mmHg.

Berdasarkan beberapa pengertian,

dapat disimpulkan hipertensi

merupakan suatu keadaan peningkatan tekanan darah arteri secara terus menerus dimana tekanan sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg.

2. Penyebab Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya

hipertensi terbagi menjadi dua golongan : (1) Hipertensi Esensial, merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi esensial yang didefiniskan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya atau

idiopatik. (2) Hipertensi sekunder, merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipetensi sekunder,

yang didefinisikan sebagai

peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau penyakit tiroid. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain : penggunaan kontrasepsi oral, neurologic (tumor otak), kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, luka bakar dan stress (Udjianti, 2010).

Perokok berat dapat

dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan beresiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami arteriosklerosis

(Akhyar, 2009).

3. Klasifikasi Hipertensi

(5)

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 13

Tabel 2.1 Kriteria Penyakit Hipertensi Menurut JNC

No Kriteria Tekanan Darah

(mmHg) Sistolik Diastolik

1 Normal ≤ 130 ≤85

160-179 100-109

Derajat 3 = berat (serve)

180-209 110-119

Derajat 4 = sangat berat (very serve)

≥/210 ≥/120

Sumber : Widjayakusuma

4. Konsep Dasar Perilaku Merokok Rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia karena dalam satu batang rokok jika dibakar akan mengeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya bersama asap yang dihasilkan. Asap yang keluar dari sebatang rokok terbagi dua, yaitu asap utama (mainstream smoke) yang keluar dari pangkal rokok dan asap sampingan (sidestream smoke) yang keluar dari ujung rokok (jabbar, 2008).

Perilaku merupakan hasil

pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan (Maulana, 2009).

Berdasarkan pengertian perilaku tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku merokok merupakan suatu tindakan menghisap rokok yang dilakukan seseorang yang didapat dari hasil pengalaman dan

proses interaksi dengan

lingkungannya.

Merokok dapat mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri, banyak penyakit yang telah terbukti menjadi akibat buruk merokok baik secara langsung maupun tidak langsung. Tembakau atau rokok paling berbahaya bagi kesehatan manusia. Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian

terbesar di dunia. Menurut

Departemen Kesehatan Dalam Gizi dan Promosi Masyarakat, Indonesia

merupakan salah satu negara

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia menjadi salah satu produsen sekaligus konsumen rokok terbesar di dunia (Pdpersi, 2006).

5. Kategori Perokok

(a) Perokok Aktif, perokok aktif adalah individu yang benar-benar memiliki

kebiasaan merokok. Merokok

merupakan bagian dari hidupnya sehingga tidak enak rasanya jika sehari tidak merokok (Dariyo, 2003).

(b) Perokok Pasif, pasif atau yang terkadang dikenal dengan nama

involuntary smoking adalah satu istilah yang diberikan bagi orang-orang yang tidak merokok, namun orang-orang tersebut seolah dipaksa untuk menghirup asap rokok dari perokok aktif (Husaini, 2007).

6. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan perilaku

merokok dengan penyakit

(6)

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 14

F. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif corelatif, dengan desain penelitian Cross-sectional study, yang merupakan rancangan

penelitian dengan melakukan

pengukuran atau pengamatan variabel independen (perilaku merokok) dan dependen (penyakit hipertensi) pada saat bersamaan. Penelitian ini dilakukan di Desa Kuok Kecamatan Kuok pada bulan September - Oktober tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah laki-laki yang berusia 45-59 tahun yang berdomisili di Desa Kuok Kecamatan Kuok sebanyak 1.335 orang. Sampel pada penelitian ini yaitu laki-laki yang berusia 45-59 tahun sebanyak 308 orang dengan teknik pengambilan sampel Quota Sampling. Analisis data secara univariat dan bivariat yang dilakukan dengan menggunakan uji chi square (X2) dengan menggunakan a = 0,05 dan 95% Confidence Interval (CI) dan besar risiko dihitung dengan menggunakan Odds Ratio (OR).

G. Hasil Penelitian

Data yang diambil pada penelitian ini meliputi perilaku merokok (variabel independen) dengan menggunakan kusioner dan penyakit hipertensi

(variabel dependen) dengan

melakukan pengukuran tekanan darah. Dari penyebaran kusioner dan pengukuran tekanan darah didapatkan hasil sebagai berikut

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan Lama Menghisap Rokok

Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Menghisap Rokok Di Desa Kuok

Sumber : Penyebaran Kuisioner

2. Karakteristik Responden

Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi

Responden Berdasarkan

Pendidikan Di Desa Kuok

3. Karakteristik Responden

Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Desa Kuok

4. Analisa Univariat

Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan perilaku merokok dengan penyakit hipertensi pada laki-laki usia 45-59 tahun, data dianalisa dengan analisa univariat dalam bentuk tabel:

No Lama Menghisap

Rokok

F (%)

1 ˂ 10 Tahun 44 19,46

2 ≥ 10 Tahun 182 80,54

Total 226 100 %

No Pendidikan F (%)

1 Pendidikan

Rendah

197 63,96

2 Pendidikan

Menengah

80 25,97

3 Pendidikan

Lanjutan

34 10,07

Total 308 100 %

No Pekerjaan F (%)

1 Petani 139 45,13

2 Swasta 119 38,63

3 PNS 50 16,24

(7)

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 15

1. Perilaku Merokok Responden Tabel 4.4: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok Di Desa Kuok

Sumber : Penyebaran Kuisioner

2. Kejadian Hipertensi

Tabel 4.5: Distribusi Frekuensi Responden Kejadian Hipertensi Di Desa Kuok

Sumber : Pengukuran Tekanan Darah

5. Analisa Bivariat

Untuk melihat hubungan

perilaku merokok dengan penyakit hipertensi pada laki-laki usia 45-59 tahun di Desa Kuok Kecamatan Kuok diolah dengan program komputerisasi menggunakan Chi-Square dengan hasil yang terdapat pada tabel berikut :

Tabel 4.6: Hubungan perilaku merokok dengan penyakit hipertensi pada laki-laki usia 45-59 tahun didesa kuok dilihat bahwa sebagian besar responden perokok sebanyak 226 responden (73,38) dan menderita penyakit hipertensi sebanyak 150 responden (66,4%). Berdasarkan hasil uji statistic dapat diperoleh P value = 0,004 (˂ 0,05), yang berarti ada hubungan perilaku merokok dengan penyakit hipertensi pada laki-laki usia 45-59 tahun di Desa Kuok Kecamatan Kuok.

H.Pembahasan

1. Analisa Univariat

Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan antara perilaku

merokok dengan penyakit

hipertensi pada laki-laki usia 45-59 tahun di Desa Kuok Kecamatan Kuok, hasil penelitian diketahui bahwa hampir seluruh responden

lama merokok ≥ 10 tahun yaitu

sebanyak 182 responden (80,54%). Hal ini disebabkan Semakin awal seseorang merokok semakin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya dose-respon effect, artinya semakin lama merokok, akan semakin besar pengaruhnya.

Resiko kematian bertambah

sehubungan dengan banyaknnya merokok dan umur merokok yang lama. Hal ini sesuai dengan dikemukakan oleh Mustafa (2005), bahwa dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan.

Berdasarkan tingkat

pendidikan sebagian besar

responden pendidikan dasar yaitu sebanyak 197 responden (63,96%). Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya responden mempunyai tingkat pendidikan relatif rendah. Orang dengan tingkat pendidikan formalnya rendah cenderung akan

mempunyai perilaku negativ

(8)

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 16

dibandingkan dengan tingkat formalnya lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan dikemukakan oleh notoadmodjo (2007), kemampuan seseorang dipengaruhi pendidikan, salah satu faktor berpengaruh pada perilaku kesehatan adalah tingkat pendidikan. Hasil pendidikan ikut membentuk pola berpikir, pola persepsi dan perilaku seseorang.

Berdasarkan pekerjaan sebagian responden pekerjaan

petani yaitu sebanyak 139

responden (45,13%). Hal ini disebabkan rendahnya tingkat

pendidikan responden

menyebabkan jenis pekerjaan mereka yaitu sebagai petani.

Berdasarkan perilaku

merokok dari 308 responden sebagaian besar berperilaku merokok yaitu sebanyak 226 responden (73,38%). Hal ini disebabkan responden menghisap rokok satu bungkus dalam satu hari dan beranggapan bahwa merokok tidak berbahaya terhadap tubuhnya,

sehingga mereka cenderung

merokok.

Berdasarkan penyakit

hipertensi dari 308 responden sebagian responden menderita hipertensi 189 responden (61,36%). Dari 226 responden merokok yang menderita hipertensi yaitu sebanyak 150 responden, ini membuktikan ada hubungan perilaku merokok dengan penyakit hipertensi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Ramayulis (2010), salah satu faktor resiko penyebab hipertensi adalah merokok.

2. Analisa Bivariat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa 308 responden sebagian besar responden 226 (73,38%)

adalah perokok, dari 226 responden yang menderita hipertensi 150 responden (66,4%). Hasil uji statistik diperoleh P value 0,001 (˂ 0,05), maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dengan penyakit hipertensi pada laki-laki usia 45-59 tahun di Desa Kuok Kecamatan Kuok Tahun 2013.

Terdapat hubungan perilaku

merokok dengan penyakit

hipertensi. Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan responden dengan latar belakang pendidikan yang rendah menganggap merokok dapat menenangkan pikiran dan beranggapan bahwa merokok tidak

mempunyai efek berbahaya

terhadap tubuhnya.

Selain itu, hampir seluruh responden lama menghisap rokok lebih dari sepuluh tahun. Kebiasaan merokok yang sudah lama ini sulit dihentikan karena responden sudah kecanduan merokok dan sulit mengurangi merokok apalagi untuk berhenti merokok.

Hal ini sesuai dengan

kemukakan oleh Anies (2006), bahwa rokok dapat meningkatkan tekanan darah yang disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam rokok, seperti nikotin serta CO yang dihasilkan oleh rokok.

Nikotin, zat yang terkandung dalam rook, yang dihisap akan dibawa ke otak dan ke seluruh jaringan tubuh. Di otak, nikotin akan berinteraksi dengan sel-sel otak dan sebagai respon terhadap nikotin, otak memerintahkan tubuh untuk mengeluarkan hormone adrenalin lebih banyak lagi. Zat inilah yang membuat seseorang rileks atau nyaman. Nikotin

menyebabkan peransangan

(9)

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 17

menyebabkan vasokontriksi

pembuluh darah sehingga memacu peningkatan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah. Nikotin juga meransang berkelompoknya

trombosit, trombosit akan

menggumpal dan akan menyumbat pembuluh darah (Anies, 2006).

Selain nikotin, seorang perokok juga menghisap gas CO

yang merugikan yaitu

menyebabkan pasokan oksigen ke jaringan menjadi berkurang. Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan berusaha memenuhi oksigen melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut atau

spasme dan mengakibatkan

peningkatan tekanan darah (Anies, 2006).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatma (2009), yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

kebiasaan merokok dengan

kejadian hipertensi pada nelayan.

I. Kesimpulan 1. Kesimpulan

Ada hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dengan penyakit hipertensi pada laki-laki usia 45-59 tahun di desa kuok kecamatan kuok tahun 2013.

2. Saran

Di sarankan agar petugas kesehatan Puskesmas Kuok lebih meningkatkan kegiatan promosi kesehatan tentang bahaya rokok dan penyakit hipertensi untuk peningkatan pengetahuan warga Desa Kuok Kecamatan Kuok.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A. Dkk. (2010). Penyakit di Usia Tua. Jakarta : EGC

Akhyar. (2009). Faktor-faktor yang

Berhubungan Dengan Kejadian

Hipertensi. Diperoleh pada tanggal 8

juni 2013 dari

Http://yayanakhyar.wordpress.com

Anies. (2006). Waspadai Ancaman Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Gramedia

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Breavers D.G. (2008). Bimbingan Dokter Pada Tekanan Darah. Jakarta : Dian Rakyat

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC

Budiarto, E. (2002). Biostatistik Untuk

Kedokteran Dan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta : EGC

Bustan, M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta

Dalimartha, Dkk. (2008). Care Your Self. Hipertensi. Depok : Penebar Plus

Dariyo, A. (2003). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Davey, P. (2005). At a Glance Medicine. Alih bahasa : Anissa Racmalia. Jakarta : Erlangga

(10)

Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 18

Dinkes Povinsi Riau. (2010). Profil Kesehatan Provinsi Riau. Pekan baru

Dinkes Kabupaten Kampar. (2012). Profil Kesehatan Kabupaten Kampar. Bangkinang

Girsang, D. (2013). Kampanye PAPDI Melawan Hipertensi. Diperoleh pada

tanggal 9 Juni 2013 dari

Http://www.kardiopdrscm.com

Golberg, R. (2010). Drugs Across The Spectrum. Usa : Belmont

Gunawan, L. (2004). Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Kanisus

Hidayat, A.A. (2007). Riset

Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika

Husaini, A. (2007). Tobat Merokok. Bandung : Pustaka Iman

Jabbar, A. (2008). Nge- Rokok Bikin Kamu Kaya. Solo : Samudera

Jingga. (2010). Penyuluhan

Hipertensi. Diperoleh pada tanggal 8

juni 2013 dari

Http://reziminggasari.blogspot.com

Kushariyadi. (2011). Asuhan

Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika

Lovestatin, K. (2006). Penyakit Jantung dan Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya

Maulana, H. (2009). Promosi

Kesehatan. Jakarta : EGC

Monosit. (2008). Gejala Hipertensi. Diperoleh pada tanggal 2 September

2013 dari

Http://monosit.wordpress.com

Mustafa, R.A. (2005). Waspadai Bahaya Merokok. Diperoleh pada

tanggal 9 Juni 2013 dari

Http://zenzainul.blogspot.com

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Nurcahyani. (2011). Hubungan

Merokok dan Kejadian Hipertensi di Layanan

Cuma-Cuma Ciputat. Jurnal

Kesehatan. Fakultas Kedokteran UVN Jakarta

Nursalam. (2008). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

Pedoman Skipsi, Tesis dan Istrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Palmer & Williams. (2007). Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga

Pdpersi. (2006). Ada Apa Dengan Rokok. diperoleh pada tanggal 9 juni

2013 dari

Http.//www.red-bondowoso.or.id

Pudiastuti, R.D. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta : Nuha Medika

Puskesmas Kuok. (2011). Laporan Puskesmas Kuok

Puskesmas Kuok. (2012). Laporan Puskesmas Kuok

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah penderita hipertensi tertinggi di 10 Puskesmas di
Tabel 2.1 Kriteria Penyakit Hipertensi Menurut JNC
Tabel 4.4: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok Di Desa Kuok

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penentuan bayi dengan berat badan lahir rendah terdapat beberapa istilah yang perlu diketahui seperti prematuritas murni dan dismatur, istilah prematuritas

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan, dikemukakan beberapa temuan yang berhubungan dengan pola pengendalian sosial pelanggaran disiplin sekolah

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa program studi PPKn Semester IIIdalam proses perkuliahan Belajar dan Pembelajaran

Judul Tesis : Hubungan Nilai Red Cell Distribution Width dengan Mortalitas pada Pasien Sepsis di Unit Perawatan Intensif Anak.. Nama Mahasiswa : Trina Devina Nomor

Berdasarkan Rencana Struktur Ruang di RTRW Kota Padang Tahun 2010 – 2030 Koridor Ampang termasuk kedalam Pusat Kota bagian tengah yaitu Pusat Kota Lama

Sedangkannilai t hitung untuk variabel kinerja karyawan (X2) adalah 0,625 dengan tingkat signifikansi 0,536, maka t hitung 0,625 < t tabel 2,032, maka

Persepsi siswa terhadap kompetensi profesional guru agama akan berhubungan erat dengan intensitas belajar mereka pada mata pelajaran pendidikan agama Islam, maka dari

Denpasar Selatan memiliki beberapa wilayah sebagai Tempat wisata, Perbankan, Pendidikan, Perkantoran, Rumah sakit dan lain – lain, sehingga memiliki potensi tingkat