• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Asap Cair Hasil Pirolisis Pelepah Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Asap Cair Hasil Pirolisis Pelepah Kelapa Sawit"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 18

3.2 BAHAN DAN PERALATAN 18

3.2.1 Bahan Penelitian 18

3.2.2 Peralatan Penelitian 19

3.3 PELAKSANAAN PENELITIAN 19

3.4 RANCANGAN PENELITIAN 20

3.5 PROSEDUR PENELITIAN 20

3.5.1 Persiapan Bahan Baku 20

3.5.2 Pembuatan Asap Cair 21

3.5.3 Prosedur Analisis Produk 21

3.5.3.1 Penentuan Analisis Kandungan Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin Bahan Baku 21

3.5.3.2 Pengukuran Kadar Air Bahan Baku 23

3.5.3.3 Analisis Rendemen Asap Cair 23

3.5.3.4 Analisis Total Asam 24

3.5.3.5 Analisis Kadar Fenol Cair 24

3.5.3.6 Pengukuran pH 24

3.4.3.7 Analisis Komopnen Penyusun Asap Cair 24

3.6 RANGKAIAN PERALATAN 24

3.7 FLOWCHART PENELITIAN 25

3.7.1 Flowchart Persiapan Bahan Baku 25

3.7.2 Flowchart Pembuatan Asap Cair 26

3.7.3 Flowchart Prosedur Analisis Produk 27

3.5.3.1 Flowchart Analisis Kandungan Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin Bahan Baku 27

3.5.3.2 Flowchart Pengukuran Kadar Air Bahan Baku 29

(2)

4.2 RENDEMEN ASAP CAIR 35

4.3 TOTAL ASAM ASAP CAIR 37

4.4 KADAR FENOL ASAP CAIR 35

4.5 pH ASAP CAIR 41 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 43

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN 1 51

LAMPIRAN 2 54

LAMPIRAN 3 58

(3)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Rangkaian Peralatan 24

Gambar 3.2 Flowchart Persiapan Bahan Baku 25

Gambar 3.3 Flowchart Proses Pembuatan Asap Cair 26

Gambar 3.4 Flowchart Kandungan Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin 27

Gambar 3.5 Flowchart Analisis Kadar Air Bahan Baku 29

Gambar 3.6 Flowchart Analisis Rendemen Asap Cair 30

Gambar 3.7 Flowchart Analisis Total Asam Asap Cair 31

Gambar 3.8 Flowchart Analisis Kadar Fenol Asap Cair 32

Gambar 3.9 Flowchart Pengukuran pH 33

Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Suhu Pirolisis Terhadap Rendemen Asap Cair 36

Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Suhu Pirolisis Terhadap Kadar Asam Asap Cair 38 Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Suhu Pirolisis Terhadap Kadar Fenol Asap Cair 40 Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Suhu Pirolisis Terhadap pH Asap Cair 41

Gambar L2.1 Kurva Larutan Strandar Asam Galat 56

Gambar L3.1 Cacahan Pelepah Kelapa Sawit 58

Gambar L3.2 Arang Sisa Pirolisis Pelepah Kelapa Sawit 58

Gambar L3.3 Asap Cair 59

Gambar L3.4 Pengukuran Densitas Asap Cair 59

Gambar L3.5 (a) Asap Cair Hasil Pirolisis (b) Penyaringan Asap Cair (c) Kertas Saring Setelah penyaringan Asap Cair 60

Gambar L3.6 Kertas Saring setelah di oven 61

Gambar L3.7 Pengukuran pH Asap Cair 61

Gambar L3.8 Preparasi Pengujian Fenol 62

Gambar L3.9 Akumulasi Tar pada Saluran Kondensor 62

(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu 6

Tabel 2.1 Kandungan Pelepah Sawit 9

Tabel 2.2 Persyaratan Mutu dan Keamanan Pangan Produk Asapan 16

Tabel 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian 20

Tabel 4.1 Komponen-Komponen Pelepah Kelapa Sawit 34

Tabel 4.2 Kadar Air Pelepah Kelapa Sawit 35

Tabel L1.1 Data Hasil Analisis kandungan Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin Pelepah Kelapa Sawit 51

Tabel L1.2 Data Hasil Analisis Kadar Air Pelepah Kelapa Sawit 51

Tabel L1.3 Data Hasil Pengukuran pH Asap Cair 51

Tabel L1.4 Data Hasil Analisis Rendemen Asap Cair 52

Tabel L1.2 Data Hasil Analisis Total Asam Asap cair 52

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat sejak awal tahun 80-an dan saat ini kelapa sawit telah menjadi salah satu komoditas perkebunan yang berperan sangat penting dalam penerimaan devisa negara, penyerapan tenaga kerja, serta pengembangan perekonomian rakyat dan daerah. Pada tahun 2011 luas area kelapa sawit Indonesia mencapai 8,91 juta ha dengan rincian luas areal Perkebunan Besar Swasta (PBS) sebesar 4,65 juta ha (52,22%), luas areal PR (Perkebunan Rakyat) sebesar 3,62 juta ha (40,64%), dan luas areal Perkebunan Besar Negara (PBN) sebesar 0,64 juta ha (7,15%) [1]. Pada tahun 2013, luas areal kelapa sawit Indonesia adalah sebesar 10,4 juta ha dan meningkat 4,69 % pada tahun berikutnya [2]. Dari data tersebut terlihat bahwa perkebunan sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan. Provinsi Sumatera Utara sendiri pada tahun 2008 memiliki perkebunan kelapa sawit lebih kurang 2.400.000 ha dari total perkebunan kelapa sawit di Indonesia [3]. Selain menghasilkan CPO sebagai komoditas utama, industri kelapa sawit juga menghasilkan beberapa jenis hasil samping yang potensial salah satunya pelepah kelapa sawit (oil palm frond/ OPF) [4].

(6)

2

yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu [7]. Selain saat pemanenan, pemangkasan juga dilakukan 6 bulan sekali untuk tanaman yang belum menghasilkan dan 8 bulan sekali untuk tanaman yang telah menghasilkan ini bertujuan untuk pembuangan daun-daun tua atau yang tidak produktif pada tanaman kelapa sawit [8].

Berdasarkan jumlah limbah yang dihasilkan pada perkebunan sawit serta kandungan dari hemiselulosa, selulosa, dan lignin yang terkandung di dalam pelepah kelapa sawit, pelepah kelapa sawit berpotensi untuk dijadikan asap cair. Asap cair dapat diperloleh melalui pirolisis bahan baku yang mengandung hemiselulosa, selulosa, dan lignin yang telah dikondesasikan.

Pirolisis merupakan salah satu cara konversi secara termokimia serta memainkan peranan penting dalam konversi biomassa. Pirolisis merupakan proses yang sangat kompleks karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Peneliti terdahulu menunjukkan pada pirolisis biomassa dapat dipengaruhi oleh empat faktor diantaranya kandungan air, dekomposisi hemiselulosa, dekomposisi selulosa dan lignin [9]. Asap cair merupakan salah satu metode pengasapan. Pengasapan adalah salah satu metode pengawetan yang merupakan kombinasi proses-proses penggaraman (brinning), pemanasan (cooking), dan pengasapan itu sendiri (smoking)[10]. Pengasapan secara umum terbagi atas dua metode, yaitu tradisional dan modern. Pengasapan secara tradisional merupakan proses yang sifat khas produknya terbentuk akibat perlakuan panas, komponen asap dan aliran gas. Pengasapan modern adalah pengasapan dengan fase gas (gas phase smoke) atau pengasapan dengan asap cair (liquid smoke) [11]. Pengawetan menggunakan asap cair memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh pengasapan tradisional yaitu makanan lebih sehat untuk dikonsumsi, mengurangi pencemaran lingkungan, menjamin konsistensi kualitas produk karena proses pengawetan lebih dapat dikendalikan [12].

(7)

3

benzoat, asam propionat, dan kalium nitrat, tetapi banyak juga konsumen yang masih menggunakan formalin sebagai bahan pengawet.

Sayangnya, formalin bukanlah jenis pengawet yang diizinkan dalam pengawetan bahan pangan. Formalin adalah zat kimia yang mengandung unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, yang secara fisik terdapat dalam bentuk larutan tidak berwarna dengan kadar antara 37-40%. Formalin biasanya mengandung alkohol/methanol sebesar 10-15% yang berfungsi sebagai stabilisator untuk mencegah polimerisasi formaldehid menjadi paraformaldehid yang bersifat sangat beracun. Sifat karsinogenik formalin ini dapat menyebabkan kanker pada hewan percobaan yang menyerang jaringan permukaan rongga hidung yang responnya hampir sama dengan jaringan manusia [13].

Hasil penelitian menunjukkan bahwa asap cair juga dapat digunakan sebagai bahan pengganti formalin sebagai bahan pengawet makanan. Di dalam asap cair terdapat lebih dari 67 senyawa kimia [12,14,15,16]. Beberapa senyawa yang ada diantaranya fenolik, karbonil, asam, furan, alkohol, ester, lakton, dan hidrokarbon alifatik [12,14,15] sedangkan komponen utama asap kayu mengandung 24,6 % karbonil, 39,9% asam karboksilat, dan 15,7% fenolik [17]. Disamping itu, asap cair mengandung sejumlah senyawa kimia yang diperkirakan berpotensi sebagai bahan baku zat pengawet, antioksidan, desinfektan, ataupun sebagai biopestisida [18].

(8)

4

dan mudah diperoleh, penelitian ini akan memanfaatkan pelepah kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan asap cair.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Sampai dengan saat ini belum ada penelitian mengenai pembuatan asap cair dari pelepah kelapa sawit. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan digunakan pelepah kelapa sawit sebagai bahan baku dalam pembuatan asap cair dengan proses pirolisis.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi proses pembuatan asap cair dari pelepah kelapa sawit dan pengaruh variasi temperatur dan waktu pirolisis terhadap rendemen dan kualitas asap cair yang dihasilkan.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Peneliti

Dapat memberikan wawasan tambahan dalam bidang ilmu pengetahuan terkait penerapannya dalam mengkonversi limbah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi

2. Bagi Perguruan Tinggi

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Masyarakat

(9)

5

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Lokasi proses pembuatan asap cair adalah Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Penelitian Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Adapun lokasi untuk analisis asap cair yang dihasilkan akan dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

Variabel-variabel dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel tetap:

a. Jenis bahan baku: pelepah kelapa sawit b. Massa pelepah kelapa sawit : 1 kg

c. Pelepah kelapa sawit dalam bentuk cacahan d. Waktu pengendapan : 2 x 24 jam [23] 2. Variabel bebas:

a. Waktu pirolisis : 60, 90, dan 120 menit b. Suhu pirolisis : 150 oC, 200 oC, dan 250 oC

Analisis yang akan dilakukan di dalam penelitian ini meliputi analisis pada bahan baku dan produk yang dihasilkan yaitu asap cair. Adapun analisis yang dilakukan terdiri dari:

(10)

6

Tabel 1.1 Rangkuman penelitian terdahulu tentang pembuatan asap cair

Penulis / Tahun Judul Bahan Baku / Variabel

Referensi

Dokumen terkait

“Dan janganlah kamu menyerahkan harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya (anak yatim) yang dijadikan Allah sebagai

pendidikan, semakin tinggi motivasi kerja dan semakin baik gaya kepemimpinannya maka akan semakin tinggi kinerja karyawan.Selanjutnya dengan koefisien determinasi

perjanjian, menerima penitipan suatu barang dari seorang yang tidak. cakap untuk membuat perjanjian, maka tunduklah ia pada

93,33% dari hasil persentase modul pembelajaran kimia materi struktur atom berbasis Alqur’an layak di gunakan untuk SMAN 1 Aceh Barat Daya. Berdasarkan hasil respon siswa terhadap

Implementasi Model Problem Solving Laboratory untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Mahasiswa pada Mata Kuliah Fisika Dasar II. Disajikan dalam Simposium Nasional

JUDUL : DOKTOR HONORIS CAUSA UGM UNTUK DUA PERAIH NOBEL MEDIA : BERNAS. TANGGAL : 11

(2010) menemukan bahwa secara parsial return on asset , debt to equity ratio , dan book value berkoralasi positif dan berpengaruh signifikan terhadap

Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan harus lebih meningkatkan partisipasi manajer-manajer tingkat bawah dalam proses penyusunan anggaran sebab dengan semakin meningkatnya partisipasi