MENTERIPERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA
PER A TU R A NM EN TER I PER H U B U N G A NR EPU B LIK IN D O N ESIA
N O M O RPM 49 TA H U N2014
bahw a untuk m elaksanakan ketentuan Pasal 56 dan Pasal
57 Peraturan Pem erintah N om or 79 Tahun 2013 tentang
Jaringan Lalu Lintas dan A ngkutan Jalan, perlu
m enetapkan Peraturan M enteri Perhubungan tentang A lat
Pem beri Isyarat Lalu Lintas;
1. U ndang-U ndang N om or 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lem baran N egara R epublik Indonesia Tahun 2004
N om or 132, Tam bahan Lem baran N egara R epublik
Indonesia N om or 4444);
2. U ndang-U ndang N om or 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan A ngkutan Jalan (Lem baran N egara
R epublik Indonesia Tahun 2009 N om or 96,
Tam bahan Lem baran N egara R epublik Indonesia
N om or 5025);
3. Peraturan Pem erintah N om or 15 Tahun 2005 tentang
Jalan Tol (Lem baran N egara R epublik Indonesia Tahun 2005 N om or 32, Tam bahan Lem baran N egara R epublik
Indonesia N om or 4489), sebagaim ana telah diubah
dengan Peraturan Pem erintah N om or 43 Tahun 2013
(Lem baran N egara R epublik Indonesia Tahun 2013
N om or 101, Tam bahan Lem baran N egara R epublik
Indonesia N om or 5422);
4. Peraturan Pem erintah N om or 34 Tahun 2006 tentang
Jalan (Lem baran N egara R epublik Indonesia Tahun
5. Peraturan Pem erintah N om or 32 Tahun 2011 tentang
M anajem en dan R ekayasa, A nalisis D am pak, Serta
M anajem en K ebutuhan Lalu Lintas (Lem baran N egara
R epublik Indonesia Tahun 2011 N om or 61, Tam bahan Lem baran N egara R epublik Indonesia N om or 5221);
6. Peraturan Pem erintah N om or 79 Tahun 2013 tentang
Jaringan Lalu Lintas dan A ngkutan Jalan (Lem baran
N egara R epublik Indonesia Tahun 2013 N om or 193,
Tam bahan Lem baran N egara R epublik Indonesia
N om or 5468);
7. Peraturan Presiden N om or 47 Tahun 2009 tentang
Pem bentukan dan O rganisasi K em enterian N egara,
sebagaim ana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden N om or 13 Tahun 2014 (Lem baran N egara
R epublik Indonesia Tahun 2014 N om or 24);
8. Peraturan Presiden N om or 24 Tahun 2010 tentang
K edudukan, Tugas, dan Fungsi K em enterian N egara
serta Susunan O rganisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
K em enterian N egara, sebagaim ana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden N om or 14 Tahun
2014 (Lem baran N egara R epublik Indonesia Tahun
2014 N om or 25);
9. Peraturan M enteri Perhubungan N om or K M 60 Tahun
2010 tentang O rganisasi dan Tata K erja K em enterian
Perhubungan, sebagaim ana telah diubah dengan
Peraturan M enteri Perhubungan N om or PM 68 Tabun
2013 (B erita N egara R epublik Indonesia Tahun 2013
N om or 1113);
PER A TU R A N M EN TER I PER H U B U N G A N TEN TA N G A LA T PEM B ER I ISY A R A TLA LULIN TA S.
B A B I
K ETEN TU A NU M U M
1. A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas adalah perangkat
elektronik yang m enggunakan isyarat lam pu yang
dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk
m engatur lalu lintas orang danl atau K endaraan di
persim pangan atau pada ruas jalan.
2. Lum iner adalah seperangkat peralatan yang
m erupakan bagian dari A lat Pem beri Isyarat Lalu
Lintas dan berfungsi untuk m enghasilkan, m engatur,
3. Tiang penyangga adalah pipa berbahan logam atau
bahan lainnya yang digunakan untuk m enam batkan
Lum iner.
4. K endaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang
terdiri atas K endaraan B erm otor dan K endaraan Tidak B erm otor.
5. Pengguna Jalan adalah orang yang m enggunakan
jalan untuk berlalu lintas.
6. Pejalan K aki adalah setiap orang yang berjalan di
R uang Lalu Lintas.
7. D irektur Jenderal
Perhubungan D arat.
R uang lingkup pengaturan dalam Peraturan M enteri lnl
m eliputi:
a. jenis dan fungsi A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas; b. spesifikasi teknis A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas; c. penyelenggaraan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas; dan d. pem buatan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas.
B A B II
JEN IS D A N FU N G SIA LA TPEM B ER I ISY A R A TLA LULIN TA S
B agian K esatu
Jenis A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas terdiri atas: a. lam pu tiga w arna;
b. lam pu dua w arna; dan c. lam pu satu w arna.
( 1 ) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas sebagaim ana
dim aksud dalam Pasa13 berupa:
a. A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas otonom ; dan b. A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas terkoordinasi.
(2) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas otonom sebagaim ana
dim aksud pada ayat ( 1 ) huruf a, dalam pengaturan
w aktu siklusnya hanya dapat dilakukan oleh A lat
Pem beri Isyarat Lalu Lintas yang bersangkutan atau
(3) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas terkoordinasi sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) huruf b, dalam
pengaturan w aktu siklusnya terkoordinasi dan
berinteraksi dengan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas yang dipasang pada lokasi lain.
B agian K edua
Fungsi A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 3 berfungsi untuk m engatur lalu lintas orang
dan/atau K endaraan di persim pangan atau pada ruas
jalan.
(1) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga
w arna sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 huruf a dipergunakan untuk m engatur K endaraan.
(2) Lam pu tiga w arna sebagaim ana dim aksud pada ayat
(1) terdiri dari lam pu berw arna m erah, kuning, dan hijau.
(3) Lam pu berw arna m erah sebagaim ana dim aksud pada
ayat (2) untuk m enyatakan K endaraan harus berhenti
dan tidak boleh m elew ati m arka m elintang yang
berfungsi sebagai garis henti.
(4) Lam pu berw arna kuning sebagaim ana dim aksud pada
ayat (2) untuk m em berikan peringatan bagi
pengem udi:
a. lam pu berw arna kuning yang m enyala sesudah
lam pu berw arna hijau padam , m enyatakan lam pu
berw arna m erah akan segera m enyala, K endaraan bersiap untuk berhenti; dan
b. lam pu berw arna kuning yang m enyala bersam a
dengan lam pu berw arna m erah, m enyatakan
lam pu berw arna hijau akan segera m enyala,
K endaraan bersiap untuk bergerak.
(5) Lam pu berw arna hijau sebagaim ana dim aksud pada
ayat (2) m enyatakan K endaraan berjalan.
A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga w arna
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 6 tersusun secara:
a. vertikal berurutan dari atas ke baw ah berupa lam pu
berw arna m erah, kuning, dan hijau; atau
b. horizontal berurutan dari sudut pandang Pengguna
(1) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu dua w arna sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 huruf b
dipergunakan untuk m engatur K endaraan dan/ atau
Pejalan K aki.
(2) Lam pu dua w arna sebagaim ana dim aksud pada ayat
(1) terdiri dari lam pu berw arna m erah dan hijau.
(3) Lam pu berw arna m erah sebagaim ana dim aksud pada
ayat (2) untuk m enyatakan K endaraan harus berhenti
dan tidak boleh m elew ati m arka m elintang yang
berfungsi sebagai garis henti.
(4) Lam pu berw arna hijau sebagaim ana dim aksud pada
ayat (2) m enyatakan K endaraan berjalan.
A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu dua w arna
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 8 tersusun secara
vertikal dengan:
a. lam pu berw arna m erah di bagian atas; dan b. lam pu berw arna hijau di bagian baw ah.
(1) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu satu
w arna sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 huruf c
dipergunakan untuk m em berikan peringatan bahaya
kepada Pengguna Jalan.
(2) Lam pu satu w arna sebagaim ana dim aksud pada ayat
(1) berw arna kuning kelap kelip atau m erah.
(3) Lam pu berw arna kuning kelap kelip sebagaim ana
dim aksud pada ayat (2) untuk m enyatakan Pengguna
Jalan berhati-hati.
(4) Lam pu berw arna m erah sebagaim ana dim aksud pada
ayat (2) untuk m enyatakan Pengguna Jalan berhenti.
Pengaturan w aktu siklus A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud dalam Pasal4 terdiri atas:
a. w aktu siklus terkoordinasi; dan b. w aktu siklus tidak terkoordinasi.
W aktu siklus terkoordinasi sebagaim ana dim aksud dalam
Pasal 11 huruf a berupa skem a rencana siklus antar A lat
Pem beri Isyarat Lalu Lintas diatur oleh sistem yang
W aktu siklus tidak terkoordinasi sebagaim ana dim aksud dalam Pasal11 huruf b terdiri atas:
a. siklus tetap;
b. siklus sem i-adaptif; dan c. siklus adaptif.
W aktu siklus tetap sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 13 huruf a berupa rencana siklus yang tetap dan paling sedikit m em iliki 8 (delapan) rencana siklus.
(1) W aktu siklus sem i-adaptif sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 13 huruf b berupa rencana siklus yang
tetap pada kaki sim pang m ayor.
(2) K aki sim pang m ayor sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) paling sedikit m em iliki 8 (delapan) rencana siklus
serta rencana siklus yang bervariasi pada kaki
.
.
slm pang m m or.
W aktu siklus adaptif sebagaim ana dim aksud dalam Pasal
13 huruf c berupa rencana siklus yang bervariasi pada kaki
sim pang m ayor dan kaki sim pang m inor m enurut situasi
arus lalu lintas.
Pengaturan w aktu siklus A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 11 dilakukan dengan
m em pertim bangkan aspek: a. m akroskopis, m eliputi:
1. volum e lalu lintas yang m enuju kaki sim pang;
2. volum e lalu lintas yang m eninggalkan kaki sim pang;
3. kapasitas pendekat m asing-m asing kaki sim pang
bagi lalu lintas yang m endekati kaki sim pang dan yang m enjauhi kaki sim pang;
4. kom posisi lalu lintas kendaraan dan Pejalan K aki; 5. variasi lalu lintas periodik dan insidentil;
6. distribusi arah pergerakan lalu lintas;
7. tundaaan dan antrian;
8. kecepatan; dan
9. pengaturan arus lalu lintas. b. m ikroskopis, m eliputi:
Tata cara penentuan w aktu siklus A lat Pem beri Isyarat Lalu
Lintas sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 11 ditetapkan
oleh D irektur Jenderal.
B A B III
SPESIFIK A SITEK N ISA LA TPEM B ER I ISY A R A TLA LULIN TA S
K om ponen utam a A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal3 terdiri atas: a. Lum iner;
b. tiang penyangga;
c. bangunan konstruksi pondasi;
d. perangkat kendali; dan
e. kabel instalasi.
(1) Lum iner sebagaim ana dim aksud dalam Pasal19 huruf
a terdiri atas: a. lam pu;
b. arm atur; dan c. catu daya.
(2) Lam pu sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) huruf a
m enggunakan lam pu dengan nilai koefisien ilum inasi paling sedikit 30 (tiga puluh) m ilicande1a per m eter
persegi dan paling besar 90 (sem bilan puluh)
m ilicandela per m eter persegi.
(3) A rm atur sebagaim ana dim aksud pad a ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. rum ah lam pu;
b. kom ponen optis yang berfungsi sebagai
pendistribusi cahaya;
c. dudukan dan/ atau konektor lam pu; dan
d. kom ponen m ekanik yang berfungsi sebagai
penam bat lum iner pada tiang penyangga.
(4) K om ponen optis sebagaim ana dim aksud pada ayat (3)
huruf b berbentuk bulat dengan diam eter paling kecil
20 (dua puluh) sentim eter dan paling besar 30 (tiga
puluh) sentim eter.
(5) K om ponen optis sebagaim ana dim aksud pada ayat (4)
dapat digunakan untuk m enam pilkan piktogram
panah, pejalan kaki, bus, dan/ atau sepeda.
( 1 ) A rm atur sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 20 ayat
( 1 ) huruf b w ajib dipasang logo perhubungan berupa
stiker di bagian sam ping kanan atau kiri sebe1ah
baw ah.
(2) Stiker logo perhubungan sebagaim ana dim aksud pada
ayat (1) diterbitkan oleh D irektur Jenderal, gubernur, atau bupatijw alikota sesuai dengan kew enangan.
Tiang penyangga sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 19
huruf b berupa: a. tiang lurus;
b. tiang lengkung;
c. tiang siku; dan
d. tiang gaw ang
(gantry).
B angunan konstruksi pondasi sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 19 huruf c berupa:
a. bangunan konstruksi pondasi cor di tem pat
(cast in
situ);
danj ataub. bangunan konstruksi pondasi cor di luar
(back casting).
Perangkat kendali sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 19 huruf d berupa:
a. kom ponen elektronika aktif dan pasif;
b. papan sirkuit tercetak (PC B ) dan e1ektronika penuh;
dan
c. rangka yang m em punyai ketahanan suhu 5 (lim a)
sam pai dengan 70 (tujuh puluh) derajat celcius dengan kelem bapan nisbi m aksim um 95 (sem bilan puluh lim a) per seratus.
(1) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas sebagaim ana
dim aksud dalam Pasal3 dapat dipasang: a. alat pendeteksi kendaraan;
b. kam era;
c.
Display Information System
(D IS);danjataud. peralatan teknologi inform asi untuk kepentingan
lalu lintas.
(2)
Display
Information
System
(D IS) sebagaim anadim aksud pada ayat (1) huruf c m em iliki nilai koefisien ilum inasi paling kedl 30 (tiga puluh) m ilicandela per
m eter persegi dan paling besar 70 (tujuh puluh)
(3) Peralatan teknologi inform asi untuk kepentingan lalu
lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1 ) huruf d
harus m em iliki sertifikasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Spesifikasi teknis A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana gam bar yang tercantum dalam Lam piran I
yang m erupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
M enteri ini.
B A B IV
PEN Y ELEN G G A R A A NA LA TPEM B ER I ISY A R A TLA LULIN TA S
B agian K esatu U m um
Penyelenggaraan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas m eliputi kegiatan:
a. penem patan dan pem asangan;
b. pem eliharaan; dan
c. penghapusan.
( 1 ) Penyelenggaraan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 27 dilakukan
oleh:
a. D irektur Jenderal, untuk jalan nasional; b. gubernur, untuk jalan provinsi;
c. bupati, untuk jalan kabupaten dan jalan desa; dan
d. w alikota, untuk jalan kota.
(2) Penye1enggaraan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
untuk jalan tol dilakukan oleh penyelenggara jalan tol setelah m endapatkan penetapan D irektur Jenderal.
(3) D alam hal terjadi perpotongan antara jalan nasional
dengan jalan provinsi, penyelenggaraan A lat Pem beri
Isyarat Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat
( 1 ) dilakukan oleh D irektur Jenderal.
(4) D alam hal terjadi perpotongan antara jalan nasional
dengan jalan kabupaten dan jalan desa,
penye1enggaraan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1 ) dilakukan oleh
D irektur J enderal.
(5) D alam hal terjadi perpotongan antara jalan nasional
dengan jalan kota, penyelenggaraan A lat Pem beri
Isyarat Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat
(6) D alam hal terjadi perpotongan antara jalan provinsi
dengan jalan kabupaten dan jalan desa,
penyelenggaraan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dilakukan oleh
gubernur.
(7) D alam hal terjadi perpotongan antara jalan provm sl
dengan jalan kota, penyelenggaraan A lat Pem beri
Isyarat Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dilakukan oleh gubernur.
B agian K edua
Tata C ara Penem patan dan Pem asangan
(1) Penem patan dan pem asangan A lat Pem beri Isyarat
Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 27
huruf a harus m em perhatikan: a. desain geom etrik jalan; b. kondisi tata guna lahan;
c. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan; d. situasi arus lalu lintas;
e. kelengkapan bagian konstruksi jalan; f. kondisi struktur tanah; dan
g. konstruksi yang tidak berkaitan dengan Pengguna
Jalan.
(2) Penem patan dan pem asangan A lat Pem beri Isyarat
Lalu Lintas sebagaim ana dim aksud pada ayat (1)
harus pada ruang m anfaat jalan.
(3) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas sebagaim ana
dim aksud pada ayat (2) dapat dipasang bersam aan
dengan ram bu lalu lintas dan m arkajalan.
A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga w am a
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 huruf a dipasang
pada:
a. persim pangan; dan
b. ruas jalan.
(1) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga
w arna yang dipasang pada persim pangan sebagaim ana
dim aksud dalam Pasal 30 huruf a ditem patkan di
sebelah kiri jalur lalu lintas K endaraan dan
m enghadap arah lalu lintas K endaraan.
(2) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga
w arna sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dapat
(3) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga
w arna sebagaim ana dim aksud pada ayat (1)
ditem patkan pada jarak paling sedikit 60 (enam puluh) sentim eter diukur dari bagian terluar arm atur ke tepi paling luar bahu jalan.
(1) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga
w arna yang dipasang pada ruas jalan sebagaim ana
dim aksud dalam Pasal 30 huruf b ditem patkan di
pem isah jalur atau m edian m enghadap arah lalu lintas K endaraan.
(2) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga
w arna sebagaim ana dim aksud pad a ayat (1)
ditem patkan pada jarak paling sedikit 30 (tiga puluh) sentim eter diukur dari bagian terluar arm atur ke tepi
paling luar kiri dan kanan dari pem isah jalur atau
m edian.
(1) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu dua
w arna sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 huruf b ditem patkan pada tem pat penyeberangan Pejalan K aki
dan pesepeda di sisi sebelah kiri jalur lalu lintas
K endaraan dan m enghadap arah lalu lintas Pejalan
K aki dan pesepeda.
(2) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu dua
w arna sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dilengkapi dengan tom bol untuk m enyeberang.
(3) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu dua
w arna sebagaim ana dim aksud pada ayat (1)
ditem patkan pada jarak paling sedikit 60 (enam puluh) sentim eter diukur dari bagian terluar arm atur ke tepi paling luar bahu jalan.
(1) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu satu
w arna sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 huruf c ditem patkan di sebelah kiri jalur lalu lintas K endaraan
dan m enghadap arah lalu lintas K endaraan serta
dapat diulangi di atas ruang m anfaat jalan pada jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu
lintas K endaraan dan tidak m erintangi lalu lintas
K endaraan atau Pejalan K aki.
(2) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu satu
w arna sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) berupa
w am a kuning kelap kelip ditem patkan sebelum lokasi
(3) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu satu
w arna sebagaim ana dim aksud pad a ayat (1) berupa
w arna m erah ditem patkan sebelum lokasi perlintasan sebidang antara jalan reI dan jalan.
(4) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu satu
w arna sebagaim ana dim aksud pada ayat (1)
ditem patkan padajarak paling sedikit 60 (enam puluh)
sentim eter diukur dari bagian terluar arm atur ke tepi paling luar bahu jalan.
(1) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu tiga
w arna sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 30
m em iliki tinggi penem patan arm atur paling rendah
300 (tiga ratus) sentim eter diukur dari perm ukaan
jalan tertinggi sam pai dengan sisi arm atur bagian
baw ah.
(2) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu dua
w arna sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 33
m em iliki tinggi penem patan arm atur paling rendah
175 (seratus tujuh puluh lim a) sentim eter dan paling
tinggi 265 (dua ratus enam puluh lim a) sentim eter
diukur dari perm ukaan jalan tertinggi sam pai dengan sisi arm atur bagian baw ah.
(3) A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dengan lam pu satu
w arna sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 34
m em iliki tinggi penem patan arm atur paling rendah
300 (tiga ratus) sentim eter diukur dari perm ukaan
jalan tertinggi sam pai dengan sisi arm atur bagian
baw ah.
(4) D alam hal arm atur ditem patkan di atas ruang m anfaat
jalan, ketinggian arm atur paling rendah 500 (lim a
ratus) sentim eter diukur dari perm ukaan ruang
m anfaat jalan tertinggi sam pai dengan sisi arm atur bagian baw ah.
(5) Posisi arm atur diputar ke kanan atau ke kiri paling
banyak 5 (lim a) derajat m enghadap perm ukaan jalan
dari posisi tegak lurus sum bu jalan sesuai dengan
arah lalu lintas.
Lokasi penem patan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana gam bar yang tercantum dalam Lam piran II
yang m erupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Pada satu tiang penyangga hanya dapat dipasang paling banyak 3 (tiga) buah arm atur.
Pem bangunan dan/ atau pem asangan bangunan, utilitas,
m edia inform asi, iklan, pepohonan, atau benda-benda lain dilarang m enghalangi A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas.
D alam hal tidak tersedianya ruang untuk pem asangan
tiang penyangga, A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dapat
dipasang antara lain pada:
a. tem bok;
b. kaki jem batan;
c. bagian jem batan layang; dan d. tiang bangunan utilitas.
Tata cara pem asangan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 39 ditetapkan oleh
D irektur Jenderal.
B agian K etiga Tata C ara Pem eliharaan
(1) Pem eliharaan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 27 huruf b
dilakukan secara: a. berkala; dan b. insidentil.
(2) Pem eliharaan berkala sebagaim ana dim aksud pada
ayat (1) huruf a dilakukan paling sedikit setiap 6
(enam ) bulan.
(3) Pem eliharaan berkala sebagaim ana dim aksud pada
ayat (2) dilakukan dengan m em pertim bangkan aspek: a. um ur teknis m asing-m asing kom ponen;
b. perkem bangan teknologi dan inovasi bidang
transportasi dan telem atika; dan c. rencana pengaturan lalu lintas.
(4) Pem eliharaan berkala sebagaim ana dim aksud pada
ayat (2) m eliputi:
a. m enghilangkan benda di sekitar arm atur yang
dapat m enghalangi dan/atau m engurangi
intensitas pencahayaan; dan
b. m em bersihkan kom ponen optis dari debu
c. m enghilangkan tanda-tanda korosi pada A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas; dan
d. pengecatan tiang penyangga untuk m e1indungi dari
korosi.
(5) Pem eliharaan insidentil sebagaim ana dim aksud pada
ayat ( 1 ) huruf b m eliputi:
a. penggantian kom ponen baru A lat Pem beri Isyarat
Lalu Lintas yang m engalam i kerusakan m endadak; b. penyesuaian w aktu siklus dengan situasi arus lalu
lintas aktual; dan
c. penyesuaian letak kom ponen utam a dan tam bahan
yang bergeser dari posisi aw al pem asangan.
B agian K eem pat Tata C ara Penghapusan
( 1 ) Penghapusan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 27 huruf c harus
m em enuhi persyaratan yang ditentukan berdasarkan: a. um ur teknis;
b. kebijakan pengaturan lalu lintas; dan
c. keberadaan fisik A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas.
(2) U m ur teknis sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1 )
huruf a paling lam a 5 (lim a) tahun.
(3) K ebijakan pengaturan lalu lintas sebagaim ana
dim aksud pada ayat ( 1 ) huruf b dilakukan apabila
terjadi perubahan pengaturan lalu lintas yang
ditentukan oleh pejabat yang berw enang.
(4) K eberadaan fisik A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1 ) huruf c m eliputi an tara lain:
a. kerusakan;dan
b. hilang.
(5) Penghapusan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas
dilakukan berdasarkan penilaian kinerja oleh Pejabat
sesuai dengan kew enangannya.
(6) Tata cara penilaian kinerja sebagaim ana dim aksud
pada ayat (5) ditetapkan oleh D irektur Jenderal.
B A B V
PEM B U A TA NA LA TPEM B ER IISY A R A TLA LULIN TA S
( 1 ) Pem buatan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas dilakukan
oleh badan usaha yang te1ah m em enuhi persyaratan:
b. sum ber daya m anusia yang berkom petensi di bidang perlengkapan jalan.
(2) U ntuk m em enuhi persyaratan sebagaim ana dim aksud
pada ayat ( 1 ) dilakukan penilaian oleh D irektur Jenderal.
(3) B adan usaha yang telah m em enuhi persyaratan
sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1 ) didaftar di
D irektorat Jenderal Perhubungan D arat sebagai badan usaha pem buat A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas.
(4) Tata cara penilaian dan pendaftaran sebagaim ana
dim aksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh
D irektur J enderal.
B A B V I
K ETEN TU A NPER A LIH A N
A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas yang te1ah dipasang
sebe1um diterbitkannya Peraturan M enteri ini dinyatakan
tetap berlaku dan w ajib m enyesuaikan dengan ketentuan
yang diatur dalam Peraturan M enteri ini paling lam a 2
(dua) tahun terhitung sejak Peraturan M enteri ini m ulai
berlaku.
B A B V II
K ETEN TU A NLA IN -LA IN
D irektur Jenderal m elakukan pem binaan dan pengaw asan
teknis terhadap pelaksanaan Peraturan M enteri ini.
D irektur Jenderal, gubernur, atau bupatijw alikota
m elakukan sosialisasi terhadap Peraturan M enteri ini.
B A B V III
K ETEN TU A N PEN U TU P
Pada saat Peraturan M enteri ini m ulai berlaku, K eputusan
M enteri Perhubungan N om or K M 62 Tahun 1993 tentang
A lat Pem beri Isyarat Lalu dicabut dan dinyatakan tidak
Peraturan M enteri Inl m ulai berlaku pada tanggal diundangkan.
A gar setiap orang m engetahuinya, m em erintahkan
pengundangan Peraturan M enteri ini dengan
penem patannya dalam Berita N egara Republik Indonesia.
D itetapkan di Jakarta
pada tanggal 25 Septem ber 2014
M EN TERIPERH U BU N G A N REPU BLIK IN D O N ESIA ,
D iundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 Septem ber 2014
M EN TERI H U K U M D A N H A K A SA SI M A N U SIA REPU BLIK IN D O N ESIA ,
Salinan sesuai de K epala Bir
D R.U M A R IS, SH , M M , M H Pem bina U tam a M uda (IV /c)
LAMPlRAN I
PERATURAN MENTER! PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM 49 TAHUN 2014
TENTANG
ALAT PEMBER! ISYARAT LALU LINTAS
SPESIFlKASI TEKNIS
ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS
30 30 30
~ .
90
4t
c<,
4t
•
I • . - j T - •
".-'--I
•
g•
g•
g•
0M
1- 0 LO , . L
•
•1 0 • 1 0 r- 0
• 0
•
•
1 0•
1 00 0 0
~ g
M IO M
L L .L
j
.
*
i
.
•
".,/.
0 ~M ,.
0
!
0
e.
q;,G.,
.
'"
:-l@
@~
. . L .
•
. . ! - .
•
~ .I
_I,
r
,r
,!,I
I I
~
~ :,I
;1
I
I
,j
I
t.
J
.
--:
.•.~:.
-.;
slinya
S L N
D R . U M A R S S H M M M
Pem bina tam a M uda (IV
Ie)
N I P . 1 9 6 3 0 2 2 0 1 9 8 9 0 3 1 0 0 1
L A M P I R A N I I
P E R A T U R A N M E N T E R I P E R H U B U N G A N R E P U B L I K I N D O N E S I A
N O M O R P M 4 9 T A H U N 2 0 1 4
T E N T A N G
4. Penem patan A lat Pem beri Isyarat La.lu Lintas D engan Lam pu D ua W arna pada Tem pat Penyeberangan Pejalan K aki.
I
-
-
-, ,
6. Penem patan A lat Pem beri Isyarat Lalu Lintas D engan Lam pu Satu W am a pada Perlintasan Sebidang A ntara Jalan ReI dan Jalan
M EN TER! PERH U BU N G A N REPU BLIK IN D O N ESIA ,
D R.U M A A RlS SH M M M H
Pem bina U tam a M uda (IV
Ie)