• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok 5 Sengketa Impor Jeroan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kelompok 5 Sengketa Impor Jeroan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KASUS POSISI SENGKETA IMPOR 

JEROAN DARI LUAR NEGERI

Kelompok 5:

Deasy

Steffi Rap Ratu Mondru

Irfan Imanuel

Dian Anggraeni

Berthy Maryani

Dyah Arum I

Sarah Mardalena

(2)

KASUS POSISI

 Kasus ini berawal dari Kebijakan pemerintah yang diprotes AS itu adalah  Peraturan  Menteri  Perdagangan  (Permendag)  Nomor  60  Tahun  2012  tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura yang diberlakukan mulai 27  Oktober 2012. 

 Permendag  itu  mewajibkan  para  importir  produk  hortikultura  untuk  memperhatikan  aspek  keamanan  pangan,  ketersediaan  produk  dalam  negeri, dan penetapan sasaran produksi dan konsumsi produk hortikultura.  Para  importir  juga  harus  memenuhi  persyaratan  kemasan  dan  pelabelan, 

standar  mutu  serta  ketentuan  keamanan  dan  perlindungan  terhadap  kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan.

 Para  importir  juga  harus  memenuhi  persyaratan  kemasan  dan  pelabelan,  standar  mutu  serta  ketentuan  keamanan  dan  perlindungan  terhadap  kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan.

(3)

IMPLIKASI

 Kebijakan  soal  pembatasan  impor  produk  horti  dan 

daging  serta  hewan  sapi   ini  dianggap  merugikan  perdagangan  Amerika  Serikat.  Indonesia  dituduh  menerapkan  persyaratan  yang  ketat  terhadap  produk­ produk  hortikultura  impor.  Selain  itu,  Indonesia  merapkan  kuota  impor  daging  sapi  dan  produk  peternakan  lainnya  yang  membuat  industri  AS  turun  drastis.

 Kebijakan  ini  membuat  pejabat  perdagangannya,  Ron 

(4)

ANALISIS KASUS

(5)

Kandungan logam berat pada jeroan (2008).

 Dari  hasil  penelitian  diperoleh  32  sampel  jeroan  sapi 

mengandung kadar Pb (Timbal) cukup tinggi melebihi BMR Pb  (Timbal)  pada  daging  berkisar  antara  0,042­9,39  ppm  yang  terdiri  dari  11  sampel  (34,4%)  jeroan  impor  dan  21  sampel  (65,6%) jeroan lokal.

Jika dibandingkan dengan BMR Pb (Timbal) pada daging 

(6)

KESIMPULAN

 Bahwa  merupakan  suatu  urgensi  tersendiri  bagi  suatu  negara 

untuk  memprioritaskan  perlindungan  terhadap  segenap  masyarakatnya  dari  hal­hal  yang  dapat  membahayakan  hajat  hidup  orang  banyak.  Dalam  hal  ini,  mengingat  juga  tanggung  jawab  negara  sebagaimana  yang  diamanahkan  dalam  Universal  Declaration of Human Rights dalam Pasal 25 (1), yang mengatur  mengenai hak­hak asasi manusia secara esensial, yaitu:

Pasal 25 UDHR (1) “Setiap orang berhak atas tingkat hidup 

(7)

Bahkan,  sekedar  sebagai  analogi,  dapat  diketemukan  dalam  International  Covenant  on  Civil  and  Political  Rights,  bahwa  ketentuan  dalam  suatu  konvensi  dapat  dikesampingkan  manakala  terdapat  suatu  kepentingan  yang  lebih  tinggi  dalam  kaitannya  dengan  hajat  hidup  orang  banyak  dalam  suatu  negara,  sebagaimana  dikutip  sebagai berikut:

(8)

 Dengan  demikian,  selama  tendensi  dan  tujuan 

(9)

TINJUAN PUSTAKA

 Jurnal  Hukum  “KETERKAITAN  PRINSIP­PRINSIP 

HUKUM  ANTARA  PENANAMAN  MODAL  ASING  DENGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL” Oleh 

Muchammad Zaidun (Dosen Airlangga).

 Adolf,  Huala, “Hukum  Perdagangan  Internasional”,  Raja 

Grafindo Persada, Jakarta. 2004.

 Universal Declaration of Human Rights

(10)

TINJAUAN PUSTAKA

Sumber Internet

http://www.antaranews.com/print/316354/kemendag­tun da­permberlakuan­aturan­impor­hortikultura

http://www.neraca.co.id/article/13699/Perkuat­Pasar­

Domestik­Kemendag­Keluarkan­Aturan­Impor­Hortikultur a

http://foodreview.co.id/index1.php?view2&id=56454#.U y538aiSwVE

Referensi

Dokumen terkait