• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Penggunaan Private Military Comp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisa Penggunaan Private Military Comp"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Analisa Penggunaan Private Military Companies (PMCs) Oleh Amerika Serikat Pada Studi Kasus Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun

2009-2011

Oleh: Tegar Punang Mahardi

ABSTRAK

Penggunaan PMCs oleh Amerika Serikat pada invasi di Irak telah

digunakan sejak tahun 2003. Dimana layanan yang diberikan berupa penjagaan

keamanan bagi petinggi Amerika Serikat yang datang ke Irak. Pada tahun 2004,

terjadi peningkatan layanan yang menyatakan PMCs untuk ikut dalam operasi

militer di Irak. Terjadinya pergantian pemerintahan pada tahun 2009

menyebabkan adanya perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Obama

sebagai presiden terpilih, masih tetap menggunakan kebijakan penggunaan PMCs

pada invasinya di Irak. Hal ini tidak lepas dari kebijakan lain yaitu kebijakan

penarikan pasukan militer Amerika Serikat. Setelah dianalisi smenggunakan

rational actor model, penggunaan PMCs dikarenakan untuk menjaga citra politik

Obama dimata publik Amerika Serikat. Selain itu adanya krisis ekonomi yang

terjadi di Amerika Serikat tahun 2008 juga melatarbelakangi adanya kebijakan

penggunaan PMCs oleh AmerikaSerikat.

Katakunci: Penggunaan PMCs, Amerika Serikat, Irak, Rational Actor Model

Pendahuluan

Pada tahun 2003, Amerika Serikat melakukan penyerangan ke Irak. Hal ini

(2)

stabilitas keamanan internasional. Intervensi Amerika Serikat ke Irak pada tahun

2003 hingga 2011 merupakan salah satu penyerangan yang menggunakan private

military sebagai unsur yang terlibat dalam perang. Penyerangan ini tidak mutlak

dilakukan oleh Amerika Serikat, tetapi Amerika Serikat mengikutsertakan PMCs

dalam intervensi tersebut.

Penggunaan PMCs yang dilakukan oleh Amerika Serikat tidak hanya ketika

Amerika Serikat melakukan intervensi ke Irak pada tahun 2003-2011. Dari data

yang didapatkan, pada tahun 1994-2002 Amerika Serikat menggunakan 3000

kontraktor dan mengeluarkan dana sebesar 300 juta USD1. Dapat diuraikan dari

data yang telah ditemukan bahwa Amerika Serikat telah melakukan hubungan

dengan PMCs untuk mempertahankan keamanan nasional baik di dalam ataupun

diluar negeri dengan layanan-layanan yang disediakan oleh PMCs tersebut.

Dalam kurun waktu 2003 hingga 2007 pemerintah Amerika Serikat

menganggarkan sebanyak 85 miliar USD yang diberikan pemerintah kepada

PMCs2. PMCs yang ikut dalam intervensi di Irak tidak hanya memproduksi

alat-alat perang yang digunakan tetapi juga menurunkan mercenaries dalam intervensi

tersebut. Pada tahun 2010 tercatat 250.000 mercenaries yang dipekerjakan di

Irak3. Dari data yang ada dapat dikatakan bahwa penyerangan Amerika Serikat ke

Irak tidak murni dilakukan oleh Amerika Serikat sendiri, tetapi Amerika Serikat

menggandeng perusahaan militer untuk ikut dalam penyerangan yang mereka

lakukan. Tercatat ada dua PMCs besar yang ikut dalam invasi Amerika Serikat di

1

Paul D. Williams, (2008) Security Studies: An Introduction. Hal.441

2 Hannah Tonkin, (2011) State Control Over Private Millitary and Security Companies in Armed Conflict. Hal.36

(3)

Irak, yaitu Blackwater dan DynCorp4. Mereka memberikan layanan armed site security dan police advice and training.

Pemakaian PMCs pada invasi di Irak tidak lepas dari kebijakan pemerintah

Presiden George W. Bush untuk mengkontrak PMCs dan ikut turun langsung

dalam invasi tersebut5. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Bush berdasarkan

dengan International Traffic of Arms Regulation (ITAR) yang menjelaskan

tentang ekspor tenaga militer dalam militer Amerika Serikat6. Pada tahun 2003,

PMCs dikontrak hanya untuk menjaga aset negara pada saat invasi Irak, tetapi

pada tahun 2004 adanya kontrak baru yang berisikan tentang keikutsertaan PMCs

untuk ikut turun langsung serangan di Irak7. Kebijakan pemerintah Amerika

Serikat akan pemakaian PMCs, dilihat dari kapabilitas PMCs dalam melakukan

penjagaan kepada administrator AS yang menjadi korban atas resistensi

keamanan di Irak pada tahun 20038.

Pada tahun 2009 Amerika Serikat mengalami pergantian presiden dari

presiden sebelumnya yaitu George W. Bush digantikan Barack Obama.

Pergantian presiden ini berpengaruh terhadap perubahan kebijakan Amerika

Serikat tentang invasi di Irak. Adanya penarikan pasukan secara bertahap mulai

tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, dimana tahun 2011 seluruh pasukan

4 Paul D. Williams, (2008) Security Studies: An Introduction. Hal.443

5 Jeremy Scahill, (2007) Blackwater: The Rise of the Worlds Most Powerful Mercenary Armies. Hal.55

6 Christopher Kinsey, (2006) Corporate Soldiers and international security : The rice of private military companies. Hal.136

7 August Cole and Evan Perez, (2007) Blackwater Is Put on the Hot Seat; Congress Summons Chief To Defend Force in Irak; FBI Joins Shooting Probe. Diakses melalui

<http://search.proquest.com/docview/399078565?accountid=46437> pada tanggal 25 Oktober 2013

(4)

Amerika Serikat ditarik seluruhnya untuk kembali ke negara9.Hal ini dapat dilihat

dari berkurangnya pasukan militer Amerika Serikat yang beroperasi di Irak pada

tahun 2008 sekitar 150.000 pasukan berkurang pada tahun 2009 menjadi 100.00

pasukan dan terus berkurangpada tahun 2010 menjadi 50.000 pasukan10.

Dari data yang ada dapat dikatakan bahwa Amerika Serikat pada masa

pemerintahan Obama masi bergantung terhadap penggunaan PMCs pada

invasinya di Irak. Meskipun terjadi pengurangan personel PMCs pada kurun

waktu 2009-2011. Tetapi jumlah pengurangan pasukan lebih banyak terjadi pada

militer Amerika Serikat dibandingkan dengan pasukan kontraktor. Sehingga dapat

dijadikan pertanyaan mendapa Amerika Serikat masih menggunakan PMCs pada

tahun 2009-2011 ketika terjadi perubahan presiden dari era presidan George W.

Bush ke era presiden Barack Obama. Sehingga dalam tulisan ini permasalahan

yang diangkat adalah mengapa Amerika Serikat masih menggunakan PMCs pada

invasi ke Irak pada tahun 2009-2011?

Rational Actor Model

Rational Actor Model merupakan salah satu model dari pengambilan

kebijakan luar negeri. Dalam model ini, pengambilan kebijakan bergantung pada

tindakan rasional individu dalam pengambilan sebuah kebijakan11. Tindakan

rasional ini bergantung pemikiran pembuat kebijakan yang telah terkonstruk

dalam idealis yang dimiliki12. Selain itu dalam pengambilan kebijakan luar negeri

9 Mohammed M. Zaki, (2011) American Global Challenges: The Obama Era. Hal.95 10

www.bbc.uk/special_report/2013/02/130216_iraq_statistics.shtml (diakses pada tanggal 25 April 2014)

(5)

aktor pembuat kebijakan didasarkan pada kondisi politik dan juga tingkah laku

sosial dari negara13. Dapat dijabarkan bahwa dalam rational actor model, aktor

yang berpengaruh dalam pengambilan kebijakan merupakan pemimpin negara

yang mengambil kebijakan berdasarkan kondisi politik dan juga tingkah laku

sosial dari negara yang dipimpin. Serta pengambilan kebijakan juga berasal dari

idealis aktor pengambil kebijakan yang disimpulkan dengan pengambilan

keputusan yang objektif dengan memperhitungkan kondisi negara.

Menurut Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr. pengambilan kebijakan luar

negeri menggunakan model ini dilatarbelakangi dengan tiga asumsi utama14.

Tiga asumsi utama itu adalah purposive actions, consistent preferences, dan

utility maximitizations. Tiga asusmsi ini yang melatarbelakangi pengambilan

kebijakan dalam menentukan kebijakan luar negeri.

Purposive actions menjelaskan bahwa pembuat kebijakan harus mampu

mengidentifikasikan tujuan yang dijadikan sebagai prioritas dan bertindak

berdasarkan tujuan yang diinginkan berdasarkan prioritas yang telah

ditetapkan15. Sehingga dari beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam

pengambilan kebijakan, dipilih salah satu yang menjadi prioritas utama dalam

kebijakan luar negeri yang akan diambil. Hal ini didasarkan pada rasionalitas

pembuat kebijakan dalam mengambil kebijakan luar negeri16. Hasil dari

pemikiran pembuat kebijakan luar negeri tergantung pada idealis pembuat

13 Alex Mintz and Karl DeRouen Jr., (2010) Understanding Foreign Policy Decision Making. Hal. 57

14 Ibid. Hal. 58 15 Ibid. Hal. 58

(6)

kebijakan, ini dikarenakan pemikiran yang berdasarkan rasional dilatar

belakangi oleh idealis para pembuat kebijakan17.

Consistent preference merupakan asumsi dari pembuat kebijakan yang

berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai dengan memperhitungkan dampak

yang akan diterima oleh negara18. Sehingga asumsi dari pembuat kebijakan

harus saling melengkapi dengan asumsi yang lain dengan mempertimbangkan

data yang telah ada dalam menangani sebuah kasus. Premis dalam consistent

preference adalah seperti, jika A menghasilkan B dan B menghasilkan C maka A

dapat menghasilkan C 19. Sehingga dari premis yang telah ada, pembuat

kebijakan memiliki asumsi yang saling menguatkan untuk dapat mengambil

kebijakan luar negeri untuk negaranya.

Utility maximizations merupakan pembuat kebijakan telah menentukan

alternatif untuk mendapatkan keuntungan dari kebijakan luar negeri yang telah

ditetapkan dengan keuntungan yang paling besar20. Dimana pembuat kebijakan

telah beranggapan bahwa, dengan kebijakan luar negeri yang telah ditetapkan

negara mendapatkan keuntungan yang optimal sesuai dengan tujuan dari

pembuatan kebijakan luar negeri tersebut21. Sehingga dengan utility

maximizations, dapat dilihat seberapa besar keuntungan yang diterima oleh negara

dengan kebijakan luar negeri yang telah ditetapkan.

17 Ibid. Hal. 2

18 Alex Mintz and Karl DeRouen Jr., (2010) Understanding Foreign Policy Decision Making. Hal. 58

19 Ibid. Hal. 58 20 Ibid. Hal. 58

(7)

Penggunaan PMCs oleh Amerika Serikat pada invasi di Irak

Keberadaan PMCs di Amerika Serikat mendapatkan lisensi ekspor dari

defense article yang menyetujui berbagai macam tekhnikal data dan peralatan

militer, sedangkan dalam jasa pertahanan meliputi millitary forces, police force,

dan national guard. Dari ITAR ini Amerika Serikat dengan leluasa menggunakan

PMCs sebagai partner dalam urusan keamanan dan pertahanan Amerika Serikat.

Dalam invasi ke Irak, Amerika Serikat menggunakan PMCs dalam operasi

militer yang dilakukan. Penggunaan PMCs yang dilakukan oleh Amerika Serikat

berdasarkan hukum nasional Amerika Serikat yang tercantum dalam ITAR atas

penggunaan PMCs. Tercatat lebih dari 60 perusahaan militer dan sekitar 20.000

personel swasta terlibat dalam invasi militer di Irak22. Tercatat beberapa PMCs

besar yang berpusat di Amerika Serikat dikontrak dalam invasi di Irak,

diantaranya adalah GlobalRisk International, Dyncorp, Vinnel, Blackwater

Security Consulting, dan Erinys International23. Porsi pasukan PMCs yang ikut

dalam invasi di Irak terbilang cukup besar. Sebesar 50% dari total jumlah pasukan

yang dikirim dalam invasi ke Irak merupakan personil dari PMCs24.

Dalam keikutsertaan nya dalam invasi di Irak, PMCs memberikan

layanan-layanan khusus terhadap Amerika Serikat. Layanan yang diberikan seperti

military operational support, military advice, logistical support, dan security

22 Peter W. Singer, (2004) The Private Military Industry and Iraq: What Have We Learned and Where to Next?. Hal.4

23 Olsson Christian, (2005) Private Military Companies in Iraq : a Force for Good?

(8)

services25. Dalam layanan military support, PMCs menyediakan dukungan militer

dan partisipasi dalam operasi militer. Dalam military advice, PMC memberikan

layanan yang memberikan penyediaan pelatihan bagi angkatan militer negara

termasuk penyediaan senjata, taktik, dan struktur kekuatan. Logistical support,

PMC memberikan layanan dukungan berupa suplai perlengkapan, melindungi

aset-aset berharga dan membantu dalam membangun kembali infrastruktur publik.

Dalam layanan security services, PMCs memberikan layanan penyediaan

perlindungan, baik individu ataupun aset negara.

Analisa Penggunaan PMCs pada invasi di Irak tahun 2009-2011

Penggunaan PMCs oleh Amerika Serikat pada invasi di Irak pada tahun

2009-2011 merupakan alternatif bagi Amerika Serikat untuk menempatkan

pasukan Amerika Serikat di Irak. Ini dikarenakan pasukan Amerika Serikat tidak

hanya berasal dari militer Amerika Serikat tetapi Amerika Serikat juga

mengkontrak PMCs sebagai pasukannya. Pada tahun 2009 terjadi pergantian

pemerintahan dari pemerintahan presiden George W. Bush ke pemerintahan

Barack Obama. Adanya pergantian pemerintahan menyebabkan adanya

pergantian kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Akan tetapi kebijakan

penggunaan PMCs pada invasi di Irak masih tetap digunakan oleh Amerika

Serikat.

Dalam penelitian ini penggunaan PMCs dianalisis menggunakan rational

actor model yang menganalisis mengapa Amerika Serikat masih menggunakan

(9)

PMCs di Irak dalam kurun waktu 2009-2011. Rational actor model menggunakan

tiga variabel yaitu purposive actions, consistent preferences, dan utility

maximization. Dari ketiga variabel ini, setiap variabel memiliki indikator yang

dapat menganalisis mengenai mengapa PMCs masih digunakan oleh Amerika

Serikat dalam kurun waktu 2009-2011.

Purposive Actions

Variabel yang pertama yaitu purposive actions menjabarkan dengan dua

indikator. Indikator yang pertama adalah identifikasi tujuan pembuatan kebijakan.

Analisa identifikasi pengambilan kebijakan luar negeri Amerika Serikat mengenai

penggunaan PMCs terbagi dalam tiga aspek identifikasi. Yang pertama adalah

adanya status politik presiden baru Barack Obama yang salah satu misi pertama

untuk menyelesaikan perang di Irak. identifikasi yang kedua adalah adanya krisis

ekonomi yang menimpa Amerika Serikat. Identifikasi yang terakhir adalah adanya

pengurangan anggaran militer Amerika Serikat. Dari hasil identikasi ini

selanjutnya dapat dinalisis menggunakan variabel kedua, yaitu menentukan hasil

identifikasi berdasarkan rasionalitas pembuat kebijakan. Berdasarkan rasionalitas

Obama sebagai pembuat kebijakan ditentukan bahwa penggunaan PMCs

merupakan kebijakan yang dipilih oleh Amerika Serikat. Hal ini berdasarkan

identikasi pada variabel pertama dan juga berdasarkan kebijakan lainnya yaitu

adanya penarikan pasukan militer Amerika Serikat dari Irak. Sehingga dapat

dianalisis bahwa dengan adanya penarikan militer Amerika Serikat dan semakin

(10)

kebijakan penggunaan PMCs pada invasi di Irak masih digunakan pada masa

pemerintahan Obama yaitu dalam kurun waktu 2009-2011.

Consistent Preferences

Variabel yang kedua adalah consistent preferences yang menjabarkan

mengenai dampak dari adanya kebijakan penggunaan PMCs oleh Amerika

Serikat. Adanya kebijakan mengenai penggunaan PMCs oleh Amerika Serikat

dilihat dari dampak ekonomi dan juga dampak politik yang nantinya akan

diterima oleh Amerika Serikat. Dampak ekonomi yang terlihat adalah adanya

pengalihan dana alokasi militer yang berkurang dengan pengurangan pasukan

militer Amerika Serikat, sehingga dana yang seharusnya dialokasikan ke militer

dipindah untuk memperkuat ekonomi dalam negeri yang pada tahun 2008 terjadi

krisis ekonomi di Amerika Serikat. Selain itu dengan menggunakan PMCs,

Amerika Serikat dapat mengurangi political cost yang harus dikeluarkan oleh

Amerika Serikat. Dari sisi politik dampak yang diberikan adalah adanya

kepercayaan publik Amerika Serikat terhadap pemerintah dan pembuat kebijakan.

Selain itu, citra politik Obama dimata publik Amerika Serikat terjaga seiring

dengan baru terpilihnya Obama sebagai presiden Amerika Serikat.

Utility Maximizations

Variabel yang terakhir adalah utility maximizations yang menjabarkan

mengenai keuntungan yang diperoleh dari kebijakan penggunaan PMCs oleh

Amerika Serikat. Kebijakan yang dikeluarkan oleh negara selanjutnya dilihat

keuntungan yang akan diterima dengan keuntungan yang paling besar. Dalam

(11)

2009-2011, kebijakan yang diambil oleh Amerika Serikat yang pertama adalah

kebijakan mengenai penarikan mundur pasukan militer Amerika Serikat dari Irak.

Kebijakan ini berpengaruh pada kebijakan penggunaan PMCs oleh Amerika

Serikat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan seberapa banyak pasukan dari

pasukan militer Amerika Serikat dan juga pasukan dari PMCs yang disewa oleh

Amerika Serikat. Berikut ini perbandingan antara pasukan milter Amerika Serikat

dan pasukan PMCs:

Gambar 1. Perbandingan jumlah pasukan militer AS dan PMCs di Irak

Sumber: Department of Defense’s Use of Contractors to Support Military Operations: Background, Analysis, and Issues for Congress

Gambar 11. dapat dilihat bahwa adanya pengurangan militer Amerika Serikat

berimpilikasi kepada penggunaan PMCs di Irak. Dalam kurun waktu 2009-2011,

adanya pengurangan jumlah pasukan militer Amerika Serikat. Begitu juga dengan

pasukan PMCs yang ada di Irak. Tetapi apabila dilihat jumlah pengurangan nya,

pasukan militer Amerika Serikat mengalami pengurangan yang sangat signifikan.

AS 0

50000 100000 150000

Mar-09 Jun-09 Sep-09 Des-09

Mar-10 Jun-10 Sep-10 Des-10

Mar-11 Jun-11 Sep-11 Des-11

AS 14130 13457 13000 11430 95900 88320 48410 47305 45660 46010 44755 11455

(12)

Bahkan pada tahun 2010, jumlah pasukan PMCs lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah pasukan Amerika Serikat. Hal ini dilihat pada bulan September

2010, jumlah pasukan Amerika Serikat sebanyak 48.410 personel dibandingkan

jumlah pasukan PMCs sebesar 74.106 personel. Jumlah perbedaan pasukan yang

cukup banyak antara personel militer Amerika Serikat dan pasukan PMCs.

Adanya kebijakan penggunaan PMCs oleh Amerika Serikat memberikan

keuntungan. Keuntungan yang didapatkan dapat dilihat dari segi ekonomi, politik,

dan respon publik Amerika Serikat. Keuntungan yang didapatkan oleh Amerika

Serikat dari segi politik adalah citra politik pembuat kebijakan atau dapat

dikatakan disini adalah Presiden Obama tetap terjaga. Keuntungan selanjutnya

yang didapatkan oleh Amerika Serikat dari segi ekonomi adalah adanya

pengalihan dana militer Amerika Serikat yang dialihkan untuk menguatkan

perekonomian dalam negeri Amerika Serikat26. Hal ini dikarenakan pada tahun

2008 telah terjadi krisi ekonomi di Amerika Serikat.

Kesimpulan

Purposive actions menjelaskan mengenai pembuat kebijakan harus mampu

mengidentifikasikan tujuan yang dijadikan sebagai prioritas dan bertindak

berdasarkan tujuan yang diinginkan berdasarkan prioritas yang telah ditetapkan.

Setelah dianalis variabel ini menjelaskan ada beberapa identifikasi yang

dikeluarkan oleh pemerintah sebelum mengambil kebijakan penggunaan PMCs

dalam invasi di Irak. Identifikasi yang pertama adalah pada tahun 2008 terjadi

26

(13)

krisis ekonomi dalam negeri Amerika Serikat. Adanya krisis ekonomi ini

menyebabkan pemerintah Amerika Serikat memotong anggaran militer Amerika

Serikat pada tahun 2009-2011. Sehingga dari kurangnya anggaran militer

Amerika Serikat dapat dialokasikan ke anggaran yang lain untuk memperkuat

ekonomi dalam negeri Amerika Serikat. Identifikasi yang kedua adalah adanya

kebijakan mengenai pengurangan pasukan militer Amerika Serikat yang ada di

Irak. Adanya pengurangan pasukan yang terjadi di Irak menyebabkan pemerintah

harus memikirkan bagaimana keadaan di Irak pasca terjadinya invasi yang

dilakukan oleh Amerika Serikat. Sehingga alternatif yang dikeluarkan adalah

menggunakan PMCs untuk membantu militer Amerika Serikat dalam

merokonstruksi Irak pasca invasi yang terjadi.

Consistent preferences menjelaskan asumsi dari pembuat kebijakan yang

berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai dengan memperhitungkan dampak

yang akan diterima oleh negara. Adanya kebijakan mengenai penggunaan PMCs

oleh Amerika Serikat dilihat dari dampak ekonomi dan juga dampak politik yang

nantinya akan diterima oleh Amerika Serikat. Dampak ekonomi yang terlihat

adalah adanya pengalihan dana alokasi militer yang berkurang dengan

pengurangan pasukan militer Amerika Serikat, sehingga dana yang seharusnya

dialokasikan ke militer dipindah untuk memperkuat ekonomi dalam negeri yang

pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi di Amerika Serikat. Selain itu dengan

menggunakan PMCs, Amerika Serikat dapat mengurangi political cost yang harus

dikeluarkan oleh Amerika Serikat. Dari sisi politik dampak yang diberikan adalah

(14)

kebijakan. Selain itu, citra politik Obama dimata publik Amerika Serikat terjaga

seiring dengan baru terpilihnya Obama sebagai presiden Amerika Serikat.

Utility maximization menjelaskan pembuat kebijakan telah menentukan

alternatif untuk mendapatkan keuntungan dari kebijakan luar negeri yang telah

ditetapkan dengan keuntungan yang paling besar. Keuntungan yang didapatkan

oleh Amerika Serikat dalam kebijakan penggunaan PMCs pada invasi di Irak

dapat dilihatdari segi ekonomi, politik, dan respon publik Amerika Serikat.

Keuntungan politik yang diterima adalah citra politik pembuat kebijakan atau

dapat dikatakan disini adalah Presiden Obama tetap terjaga. Keuntungan dari segi

ekonomi adalah adanya pengalihan dana militer Amerika Serikat yang dialihkan

untuk menguatkan perekonomian dalam negeri Amerika Serikat. Keuntungan dari

opini publik adalah dilihat dari kebijakan penarikan militer Amerika Serikat,

kepercayaan publik Amerika Serikat dengan janji kampanye Obama pada saat

kampanye presiden tahun 2008 mengenai invasi Irak telah tercapai dengan

ditariknya mundur pasukan militer Amerika Serikat.

Sehingga kesimpulan dari analisa penggunaan PMCs oleh Amerika Serikat

pada invasi di Irak adalah dengan adanya kebijakan penarikan penarikan militer

Amerika Serikat berimplikasi terhadap adanya kebijakan mengenai penggunaan

PMCs di Irak. PMCs dipergunakan untuk mengisi pos yang kosong yang

ditinggalkan oleh militer Amerika Serikat yang ditarik mundur secara bertahap

mulai tahun 2009 sampai 2011. Layanan yang diberikan oleh PMCs berupa

(15)

Daftar Pustaka

Avant, Deborah D. and Renée de Nevers, Military Contractors & the American Way of War, American Academy of Arts & Sciences, 2011

Bull, Hedley, The Anarchical Society A Study of Order in World Politics, 1977

Bures, Oldrich, Private Military Companies: A Second Best Peacekeeping Option?, Oxford: Oxford University Press, 2005

George, Eric, The Market for Peace

Hildreth, Steven A, Iraq: International Attitudes to Operation Iraqi Freedom and Reconstruction,The Library of Congress 2003

Kidwell, Deborah C, Public War, Private Fight? The United States and Private Military Companies, Kansas: Combat Studies Institute Press, 2005

Kinsey, Christopher, Corporate Soldier and International Security: The Rise of Private Military Company, New York: Routledge, 2006

Lilly, Damian, The Privatization of Security and Peacebuilding: A Framework for Action, London: International Alert, 2000

Mansour, Ayman Ahmed Nada, The Influence of the Public Opinion on the American Foreign Policy towards Iraq (1990-2011), 2012

Mintz, Alex and Karl DeRouen Jr., Understanding Foreign Policy Decision Making, New York: Cambridge University Press, 2010

Pingeot, Lou, Dangerous Partnership: Private Military and Security Companies and the UN, New York: Global Policy Forum, 2012

Scahill, Jeremy, Blackwater: The Rise of the World’s Powerful Mercenary Army, New York : Avlon Publishing Group, 2007

Sefriani, Hukum Internasional Suatu Pengantar, 2012

Singer, Peter W., War, Profits, and the Vacuum of Law: Privatized Military Firms and International Law, Columbia Journal of Tramsnational Law, 2004

Singer, Peter W., The Private Military Industry and Iraq: What Have We Learned and Where to Next?, Geneva, 2004

Slantchev, Branislav L., The Rational Actor Model, San Diego: University of California Press, 2005

Tonkin, Hannah, State Control Over Private Millitary and Security Companies in Armed Conflict, New York: Cambridge University Press, 2011

(16)

Zaki, Mohammed M., American Global Challenges: The Obama Era, New York: Palgrave Macmillan, 2011

Jurnal

Baylis, et al, The US Invasion of Iraq: The American Way of War and the Dilemmas of Counterinsurgency, 2007

Gomez, Jose L. del Prado, The Privatization of War: Mercenaries, Private Military and Security Companies (PMSC), 2010

Jurnal Online

August Cole and Evan Perez, (2007) Blackwater Is Put on the Hot Seat; Congress Summons Chief To Defend Force in Irak; FBI Joins Shooting Probe. Diakses dari

<http://search.proquest.com/docview/399078565?accountid=46437> pada tanggal 25 Oktober 2013

Christian, Olsson, Private Military Companies in Iraq : a Force for Good?, 2005. Diakses dari http://www.libertysecurity.org/article127.html. pada tanggal 20 Januari 2014

Donald E. Nuechterlein, (2009) Economic Downturn Impacts U.S. Foreign Policy. Diakses di

http://donaldnuechterlein.com/2009/2009.11.economy.html pada tanggal 11 Mei 2014

Lilly, Damian, The Privatization of Peacekeeping; Prospects and Realities, Geneva: UNIDIR, 2000. Diakses dari

http://www.peacepalacelibrary.nl/ebooks/files/UNIDIR_pdf-art135.pdf. pada tanggal 10 Desember 2013

Report

Congress of The United State House of Representatives : Committee on Oversight and Government Reform. 2007. Memorandum

Corcoran Berliner dan L.L.P Rowe, US International Traffic in Arms Regulation (“ITAR”)

DCAF Backgrounder: Private Military Companies, 2006

Mosche Schwartz dan JenniferChurch, Department of Defense’s Use of Contractors to Support Military Operations: Background, Analysis, and Issues for Congress, 2013

WebSite

(17)

http://projects.washingtonpost.com/2008-presidential-candidates/issues/candidates/barack-obama/ diakses pada tanggal 11 mei 2014

http://www.securityinfonet.com/contract_security_firms.htm diakses pada tanggal 15 mei 2014

Gambar

Gambar 1. Perbandingan jumlah pasukan militer AS dan PMCs di Irak

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi sekaligus tugas

Sebagaimana tertuang dalam Pasal 171 huruf (c) Kompilasi Hukum Islam, para perumus materi hukum dalam Kompilasi Hukum Islam mendefinisikan bahwa yang disebut

Lina: “Now, let’s help Edo tell how our class won the First Prize of the Classroom Competition.. First, how did you know the competition?” Edo: “The principal announced

Dengan bimbingan dan arahan guru, siswa mempertanyakan antara lain perbedaan antar berbagai ungkapan menawarkan jasa dalam bahasa Inggris, perbedaan ungkapan dengan yang ada

Pembuatan garam kurkumin larut air dilakukan dengan cara reaksi penggaraman dengan menggunakan natrium metoksida sehingga menghasilkan natrium kurkumin yang

perlakuan terbaik untuk analisis proksimat untuk viskositas dan kadar gula sukrosa dengan penambahan konsentrasi 300 ml untuk kadar protein konsentrasi 100 ml,

dilakukan adalah melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun, terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan yang terakhir

Dari hasil evaluasi penilaian yang dilakukan terhadap website Bina Darma mendapatkan skor 85 yang berarti website Bina Darma dinyatakan acceptable termasuk dalam grade