MAKALAH
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM
PRAKTEK PEMBELAJARAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dosen mata kuliah Teori Belajar
Dosen Pengampu: Dr. Ali Muhtadi, M.Pd
Disusun Oleh: Ence Surahman, S.Pd
14707251039
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, berkat rahmat Tuhan Yang Maha
Kuasa, makalah yang berjudul Contextual Teaching And Learning Dalam Praktek
Pembelajaran ini dapat diselesaikan sebagaimana yang ditugaskan dosen pengampu mata kuliah teori belajar Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini mencoba menyajikan tema tentang model contextual teaching
and learning, meliputi penjelasan konsep, teori yang melandasi, komponen dan karakteristik, rencana pelaksanaan pembelajaran, hingga implementasi dalam proses pembelajaran.
Penyusun menyadari pemaparan dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu adanya kritik dan masukan dari berbagai pihak untuk penyempurnaan makalah ini sangat penyusun nantikan. Demikian pengantar dari penyusun, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 10 Desember 2014
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 2
1.4 Tujuan Penulisan ... 3
1.5 Manfaat Penulisan ... 3
BAB II ... 4
2.1 Konsep dan Landasan Teori Munculnya Contextual Teaching and Learning ... 4
2.2 Komponen Model Contextual Teaching and Learning ... 7
2.4 Model Contextual Teaching and Learning dalam Praktek Pembelajaran ... 10
BAB III ... 17
PENUTUP ... 17
3.1 Simpulan ... 17
3.2 Saran ... 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa
anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami secara langsung apa yang dipelajarinya, bukan hanya mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penugasan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Zainal Aqib dalam Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual/Inovatif).
Disamping itu tuntutan kurikulum 2013 yang mengedepankan konsep belajar siswa aktif, sehingga belajar tidak lagi hanya bersumber dari guru
(teacher centered) melainkan menuntut siswa yang aktif mencari dan
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (student centered). Hal tersebut
menuntut kerjasama dari semua elemen baik, guru, siswa, orang tua, tenaga kependidikan (pustakawan, laboran) untuk mendukung tercapainya target dan tujuan dari kurikulum 2013 khususnya umumnya tujuan pendidikan nasional yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas No 20 Tahun 2013 pasal 3).
Perkembangan model pembelajaran yang sangat beragam seharusnya memudahkan guru untuk memilih model mana yang tepat digunakan untuk
2 berinovasi dalam mengemas proses pembelajaran sehingga kembali ke model-model yang konvensional. Hal tersebut berdampak pada kurang efektifnya proses pembelajaran. Terkadang siswa kurang bisa memahami materi, tujuan pembelajaran tidak tercapai, muncul perasaan bosan dalam diri siswa bahkan gurunya sendiri merasa jenuh dengan kegiatan pembelajaran
Maka dari itu, penjelasan tentang masing-masing model pembelajaran
secara rinci namun tidak bertele-tele dan dikemas secara praktis diharapkan mampu mempermudah guru untuk mempelajari dan memahami sebuah model pembelajaran. Dan ketika sudah paham diharapkan guru termotivasi untuk berinovasi dalam merangcang inovasi kegiatan pembelajarannya.
Dalam rangka mengkaji, mendalami, menganalis tentang model pembelajaran kontekstual, melalui makalah ini, penulis bermaksud menjabarkan konsep, landasan teori, komponen, bentuk rancangan
pembelajaran, implementasi hingga evaluasi model contextual teaching and
learning pada praktek pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep, landasan teori, komponen, karakteristik dari model
pembelajaran contextual teaching and learning?
2. Bagaimana praktek model contextual teaching and learning dalam
kegiatan pembelajaran?
1.3 Batasan Masalah
Makalah ini hanya menjelaskan tentang konsep, landasan teori, komponen,
karateristik, hingga praktek dari model contextual teaching and learning dalam
3 1.4 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami :
1. Konsep, landasan teori, komponen, karakteristik dari model pembelajaran
contextual teaching and learning.
2. Praktek model contextual teaching and learning dalam kegiatan
pembelajaran.
1.5 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yakni untuk memberikan
pencerahan tentang model contextual teaching and learning dalam praktek
4
BAB II
MODEL CONTEXTUAL TEACHING LEARNING
DALAM PRAKTEK PEMBELAJARAN
2.1 Konsep dan Landasan Teori Munculnya Contextual Teaching and Learning
Menurut Elaine B. Johnson (2007:42-43) pada mulanya contextual teaching
and learning lahir dipenghujung abad ke 20 dimulai dari adanya sebuah wacana reformasi sistem pendidikan di Amerika. Tepatnya pada tahun 1983 muncul
sebuah makalah yang berjudul A Nation at Risk : The Imperative for Educational
Reform (Negara dalam Bahaya: Perlunya dilakukan Reformasi Pendidikan).
Kemudian diikuti dengan pertemuan tingkat tinggi mengenai pendidikan tahun 1989 di Charlottesville Virginia yang dihadiri para gubernur negara bagian dan presiden Amerika Serikat. Dalam pertemuan tersebut tersusun beberapa target pendidikan yang sudah harus tercapai ditahun 2000. Dan semua target tersebut
yang akhirnya menginisiasi munculnya contestual teaching and learning.
Contextual teaching and learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Wina Sanjaya 2006:255).
Menurut Driver et all,1994, Johnson, 2002, dan Morel 2003 (Shawn:2004), contextual teaching and learning is a contructivist approach to learning in that it focus on knowledge that is highly contextualized and relevant to students. Artinya belajar dan mengajar kontekstual adalah sebuah pendekatan konstruktivis untuk pembelajaran yang memusatkan pada pengetahuan yang sangat kontekstual dan
5 Departemen Pendidikan Amerika Serikat; 2001 dalam Bettye P. Smith: 2006
menerangkan definisi contextual teaching and learning is defined as a conception
of teaching and learning that help teachers relate subject mater content to real world situation. Artinya belajar dan mengajar kontekstual adalah sebuah konsep belajar dan mengajar yang membantu guru menghubungkan materi pelajaran pada situasi yang sesungguhnya.
Sementara itu Bern and Erickson (Bettye,2001) menerangkan definisi
contextual teaching and learning as inovative instructional process that helps students connect the content they are learning to the life contexts in which that content could be use. Yang artinya CTL merupakan sebuah proses inovasi pembelajaran yang membantu siswa menghubungkan materi yang mereka pelajari pada konteks dimana materi tersebut digunakan.
Robert G. Berns and Fatricia M. Ericson (2001), mendefinisikan contextual
teaching and learning.
“Contextual teaching and learning is conception of teaching and learning that help teachers relate subject mater content to real word situation, and motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as familly members , citizens, and workers and engage in the hard work that learning requaires”.
Menurut Zainal Aqib (2006 : 1) pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata. Disamping itu pembelajaran kontekstual juga diartikan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa. Pembelajaran digunakan untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan mengaitkan materi tersebut dalam konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial dan kultural).
Menurut Elaine B. Johnson (2007 :14) contextual teaching and learning
6 menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Contextual teaching and learning merupakan pengembangan dari model-model pembalajaran yang baru, yakni model-model pembelajaran yang tidak lagi
memposisikan siswa sebagai subjek statis, yang hanya diam dan menerima materi dari gurunya, melainkan siswa dituntut aktif, mencari, mengkaji, mengobservasi fenomena kontekstual yang terkait dengan masalah atau topik yang sedang dipelajarinya.
Pendekatan contextual teaching and learning muncul didasari oleh teori
belajar konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat bahwa sejak kecil setiap anak
sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema” yang
terbentuk karena pengalaman. Disamping itu contextual teaching and learning
berpijak pada aliran psikologi kognitif dimana proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan (Wina Sanjaya; 2003 : 256-257).
Dari dasar teori diatas, contextual teaching and learning menekankan pada
proses keterlibatan siswa secara langsung untuk menemukan materi yang dipelajari, kemudian mendorong siswa agar mampu menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata sehari-hari dan berikutnya mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Inilah
puncak dari contextual teaching and learning yakni siswa belajar tidak hanya
sampai pada tahap memahami materi melainkan sampai kepada aplikasi dari
7 2.2 Komponen Model Contextual Teaching and Learning
Elaine B. Johnson (2007:65) membagi komponen contextual teaching and
learning menjadi delapan komponen diantaranya:
1. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna
2. Melakukan pekerjaan yang berarti
3. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri
4. Bekerja sama
5. Berpikir kritis dan kreatif
6. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang
7. Mencapai standar yang tinggi
8. Menggunakan penilaian autentik.
Sementara itu Wina Sanjaya (2003:264) menyebut komponen-komponen
contextual teaching and learning sebagai asas-asas yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL, berikut ini intisari tentang komponen CTL menurut Wina Sanjaya dan Zainal Aqib, diantaranya :
1. Konstruktivisme yaitu siswa membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal dan pembelajaran harus
dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
2. Inquiry, dimana proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, disamping itu siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning (bertanya), yakni kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa, sementara bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis
inquiry.
8 5. Modeling (pemodelan), yakni proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar dan mengerjakan apa yang guru tugaskan agar siswa mengerjakannya.
6. Reflection (refleksi) yakni cara berpikir tentang apa yang telah dipelajari, mencatat apa yang dipelajari dan membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok.
7. Authentic assessment (penilaian yang sebenarnya) yakni mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa, penilaian produk dan tugas-tugas yang relevan dan konstekstual.
2.3 Karakteristik Model Contextual Teaching and Learning
Dalam buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Wina Sanjaya (2009) menuliskan terdapat lima karakteristik penting dalam proses
pembelajaran yang menggunakan model contextual teaching and learning
diantaranya:
1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activing knowledge), artinya yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh
dan menambah pengetahuan baru (acqiring knowledge). Pengetahuan baru
itu diperoleh dengan cara deduktif yakni pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan
yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
9 dipraktika dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubhan perilaku siswa
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
Sementara itu Zainal Aqib (2006: 8) dalam bukunya Model-model, Media,
dan Strategi Pembelajaran Konstekstual mengemukakan beberapa karakteristik
dari model contextual teaching and learning diantaranya:
1. Kerja sama
2. Saling menunjang
3. Menyenangkan, tidak membosankan
4. Belajar dengan penuh gairah
5. Pembelajaran terintegrasi
6. Mengggunakan berbagai sumber
7. Siswa aktif, tidak pasif
8. Sharing dengan teman belajar
9. Siswa kritis guru kreatif
10.Dinding dan lorong-lorong sekolah penuh dengan hasil karya kerja siswa,
berupa peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
11.Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa,
laporan praktikum, observasi, karangan siswa dan lain-lain.
Dengan demikian, proses belajar lebih dinamis, produktif, penuh semangat, kolaboratif, kompetitif, kreatif, dan yang lebih penting adalah bermakna serta berdampak pada pengalaman baru siswa yang bertambah banyak dan penuh
makna. Sehingga pengetahuan baru tidak hanya sebatas pada tataran kognitif, melainkan sampai pada aspek psikomotorik.
10
No Model CTL Tradisional
1. Pemilihan informasi berdasarkan
kebutuhan siswa
Pemilihan informasi ditentukan oleh guru
2. Siswa terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran
Siswa secara pasif menerima
informasi
3. Pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4. Selalu mengaitkan informasi
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan
5. Cenderung mengintegrasikan
beberapa bidang
Cenderung terfokus pada satu bidang (displin) tertentu
6. Siswa menggunakan waktu
belajarnya untuk menemukan,
menggali, brdiskusi, berpikir
kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok)
Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah,
dan mengisi latihan yang
membosankan (melalui kerja
individual)
7. Perilaku dibangun atas kesadaran
sendiri
Perilaku dibandung atas kebiasan
8. Keterampilan dikembangkan atas
dasar pemahaman
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan
9. Hadiah dari perilaku baik adalah
kepuasan diri
Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor 10. Siswa tidak melakukan hal yang
buruk karena sadar hal tersebut keliru dan merugikan
Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman
11. Perilaku baik berdasarkan
motivasi intrinsik
Perilaku baik berdasarkan
motivasi ekstrinsik 12. Pembelajaran terjadi di berbagai
tempat, konteks dan setting
Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas
13. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik
Hasil belajar diukur melalui
kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan
2.4 Model Contextual Teaching and Learning dalam Praktek Pembelajaran
11 itu yang tertuang dalam standar proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran minimal harus melalui tiga tahapan yakni persiapan, pelaksanaan dan penilaian.
Demikian juga model pembelajaran contextual teaching and learning ketika
ingin berhasil maka harus dibuat rancangannya, menurut Zainal Aqib (2013) pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mencolok antara rencana pembelajaran
contextual teaching and learning dengan rencana pembelajaran konvensional, perbedaannya hanya pada penekannya, dimana pada rencana pembelajaran
contextual teaching and learning berisi skenario pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dengan siswanya.
Menurut Zainal Naqib (2013), susunan rencana pelaksanaan pembelajaran
model contextual teaching and learning adalah sebagai berikut:
a. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan
kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi , Kompetensi Dasar/Inti, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.
b. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya
c. Rincilah media dan sarana untuk mendukung kegiatan belajarnya
d. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
e. Nyatakan authentic assesment-nya, yaitu dengan data apa siswa dapat
diamati pratisipasinya dalam kegiatan pembelajaran.
Sementara itu menurut Wina Sanjaya (2003), rencana pelaksanaan
pembelajaran model contextual teaching and learning terdiri dari tiga tahap yakni
pendahuluan, inti, dan penutup. Penjelasannya sebagai berikut:
a. Pendahuluan
1. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari
proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari
12
3. Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan
oleh setiap siswa
b. Inti
Di lapangan
1. Siswa melakukan observasi atau kegiatan langsung sebagaimana
skenario tugas yang diberikan oleh guru
2. Siswa melakukan pengamatan, dan mencatat hal-hal yang ditemukan
sesuai dengan tugas yang ditanyakan
Di kelas
1. Siswa mendiskusikan hasil temuannya dilapangan/laboratorium
2. Siswa melaporkan hasilnya
3. Siswa saling bertukar informasi melalui kegiatan tanya jawab
berkaitan dengan hasil temuannya dilapangan
c. Penutup
1. Dengan bantuan guru, siswa menyimpulkan hasil observasinya
2. Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan atau laporan
kegiatan belajar langsung yang dialami siswa
Dari kedua contoh prosedur rencana pelaksanan pembelajaran diatas,
jelaslah bahwa rencana pelaksanan pembelajaran dengan model contextual
teaching and learning perbedaanya hanya pada skenario pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa untuk melakukan kegiatan langsung baik di lapangan ataupun dikelas, kemudian siswa diberikan penugasan secara detail tentang apa yang harus dilakukannya selama dilapangan, siswa juga diminta untuk mencatat
temuan-temuan di lapangan, kemudian siswa berbagi (sharing) pengalaman
dengan siswa lainnya untuk saling memperkaya pengalaman lapangan mereka dan terakhir siswa diminta membuat laporan singkat berkaitan dengan pengalaman
13 Adapun proses penilaian siswa dalam kegiatan pembelajaran yang
menggunakan model contextual teaching and learning yakni berupa format
penilaian yang autentik, yakni data yang bisa diamati dari partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, karena boleh jadi ketika siswa diminta terjun secara langsung ke lapangan, guru tidak selamanya mendampingi siswa, maka guru harus membuat intrumen monitoring kegiatan lapangan siswa, bisa berupa
dokumentasi lapangan baik berupa foto maupun video dan detail lokasi serta objek yang dijadikan lingkungan dan sumber serta objek belajar siswa. Dengan begitu siswa tidak bisa melakukan manipulasi data lapangan untuk mengelabui gurunya.
Penilaian Autentik
Dalam kaitannya dengan model contextual teaching and learning penilaian
autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan kerja sama dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Penilaian autentik mengajak para siswa untuk menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks dunia nyata untuk tujuan yang bermakna (Elaine B. Johnson, 2007:297).
Penilaian autentik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan penilaian yang bersifat patokan. Pengujian standar bersifat eksklusif dan sempit sedangkan penilaian autentik bersifat inklusif dan memberikan beberapa keuntungan kepada siswa. Menurut Newman & Wehlage (Elaine B. Johnson, 2007:289) penilaian autentik memiliki beberapa keuntungan diataranya:
1. Mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik
siswa.
2. Mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka seperti
14
3. Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia
mereka dan masyarakat luas.
4. Mempertajam keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat
mereka menganalisis, memadukan, mengidentifikasi masalah,
menciptakan solusi, dan mengikuti hubungan sebab akibat.
5. Menerima tanggungjawab dan membuat pilihan
6. Berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain dalam mengerjakan
tugas
7. Belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri
Secara umum penilaian autentik dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya portofolio, pengukuran kinerja, penyelesaian proyek dan jawaban tertulis secara lengkap. Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan masing-masing jenis penilaian autentiknya.
a. Portofolio
Menurut Brooks (Johnson: 2003) penilaian portofolio merupakan bagian instrinsik dari prestasi harian kelas yang dilakukan secara terus-menerus. Saat melakukan berbagai jenis tugas, para siswa menilai dan mengumpulkan tugas dan selama itu mereka melihat diri mereka sebagai seorang yang kreatif dan memiliki kemampuan. Anak-anak memperoleh kepercayaan diri dan rasa mengemban tugas denga mengumpulkan dan menilai pekerjaan mereka sendiri. Mereka memiliki hasil karya mereka sendiri.
Tugas yang diberikan kepada siswa harus jelas tujuan dan targetnya agar mudah dipahami dan dicapai oleh siswa. Dalam portofolio para siswa mengevaluasi pekerjaan mereka dengan mengacu pada tujuan yang sudah ditetapkan, merenungkan kemajuan belajar, menetapkan
15 Menurut Danielson dan Abrutyn (Johnson: 2003) portofolio memberikan pada siswa pilihan, membiarkan mereka menggunakan gaya bahasa sendiri, dan memberikan kesempatan untuk maju, portofolio mendorong dan memotivasi semangat belajar, umumnya portofolio dinilai oleh guru bersama-sama dengan pihak lain disekolah atau masyarakat luas. Para orang tua memperoleh pedoman wawasan dengan menggunakan
pedoman penilaian untuk mengevaluasi portofolio yang telah dibuat oleh siswa.
b. Penyelesaian Proyek
Menurut Johnson (2003: 293) sistem CTL sangat bergantung pada proyek sebagai cara untuk mencapai tujuan akademik sambil menyesuaikan perbedaan gaya belajar, minat, dan bakat dari tiap siswa. Karena proyek menghubungkan muatan akademik dengan konsteks dunia nyata. Proyek membangkitkan antusiasme para siswa untuk ikut berpartisipasi.
Dalam prakteknya proyek yang dikembangkan bisa dilakukan dengan cara menggabungkan antara beberapa guru mata pelajaran yang memiliki beberapa irisan dalam pembuatan proyeknya. Sehingga siswa cukup melakukan satu proyek untuk beberapa mata pelajaran. Hal itu dilakukan karena proyek cenderung banyak membutuhkan waktu untuk mengerjakannya dengan baik. Contohnya proyek pembuatan desain motif batik untuk mata pelajaran desain grafis /TIK dengan mata pelajaran seni rupa dan muatan lokal budaya.
c. Pengukuran Kinerja/Pertunjukan
Selain portofolio dan proyek, pertunjukan atau unjuk kerja juga bisa di jadikan sebagai pendekatan pembelajaran maupun proses evaluasi
16
d. Tanggapan tertulis secara lengkap
Menurut Johnson (2003: 297), tanggapan tertulis lengkap memungkinkan para siswa mempertunjukan penguasaan mereka atas tujuan belajar sambil mempertajam keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi. Tanggapan tertulis bisa diwujudkan dalam berbagai format, diantaranya buku pedoman pelatihan teknis, brosur, studi kelayakan, esei
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Model pembelajaran contextual teaching and learning adalah sebuah
model pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa secara penuh dalam mencari pengetahuan yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi dikehidupan nyata sehingga mampu mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Model pembelajaran ini didasari oleh teori belajar konstruktivisme dan teori psikologi kognitif, dimana pengetahuan baru itu diperoleh dari proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, karena pada dasarnya setiap anak sudah memiliki pengetahuan atau yang disebut dengan skema yang terbentuk karena pengalaman. Dan belajar itu terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan, sehingga belajar bukanlah serangkaian peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon, melainkan proses belajar itu terjadi dengan melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi dan kemampuan atau pengalaman.
Rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model contextual teaching and
learning lebih menekankan pada penyusunan skenario belajar yang akan dilakukan oleh guru dan siswa, dimana siswa diberikan porsi yang lebih dominan agar aktif mencari, mengobservasi, mengamati dan mengkaji objek dilapangan lalu menghubungkan dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari sehingga
18 3.2 Saran
Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis memberikan saran kepada para pendidik/pengajar berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran diantaranya:
1. Dalam rangka memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada
siswa, maka gunakan model pembelajaran contextual teaching and
learning
2. Buatlah skenario belajar yang lebih menarik agar motivasi dan gairah
belajar siswa senantiasa berada pada puncak penampilan terbaiknya (peak
19
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Z. (2013). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konstekstual
(Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Glyn, S. M. (2004). Contextual Teaching and Learning of Science in Elementary
Schools. Journal Of Elementary Science Education, 51-63.
Ifraj Shamsid, B. P. (2006). Contextual Teaching and Learning on Familly and
Consumer Science Curriculum . Journal of Familly and Consumer Science
Education , 14-27.
Johnshon, E. B. (2007). Contextual Teaching and Learning : menjadikan kegiatan
belajar - mengajar mengasyikan dan bermakna . Bandung: Mizan Learning Center.
Robert G. Berns, P. M. (2001). Contextual Teaching and Learning: Preparing
Students in The New Economy. Journall of The Highlight Zone Research
@work, 1-8.
Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.