23 BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1. Letak Geografis dan Keadaan Alam Desa Bandar Dolok
Desa Bandar Dolok terletak di dalam suatu wilayah administratif
Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Desa
ini mempunyai luas wilayah ± 5.27 Km² atau sekitar 450 Ha. Luas tersebut terdiri
dari: perkampungan, lahan pertanian, dan sungai seperti yang terlihat dalam peta
(Lampiran I. Sumber : Dokumen Kantor Kepala Desa Bandar Dolok).
Desa Bandar Dolok di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjung
Garbus Kampung Kecamatan Pagar Merbau. Di sebelah Selatan, desa ini
berbatasan dengan Desa Paya Itik Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang. Di
sebelah Timur, desa ini berbatasan dengan Desa Tanjung Garbus II Kecamatan
Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Di sebelah Barat, desa ini berbatasan
dengan Desa Nagarejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang. Disamping
menunjang pertanian, kondisi geografis ini juga menunjang peternakan dimana
masyarakat setempat memelihara hewan ternak, seperti: ayam, itik, kerbau, sapi,
ikan, kambing dan lain sebagainya
Secara topografis, Desa Bandar Dolok merupakan suatu daerah yang
terdiri daratan atau tanah datar dengan suhu rata-rata 30ºC dan beriklim sedang
yang terdiri dari musim kemarau dan musim hujan. Kedua musim ini dipengaruhi
oleh dua arah angin laut dan angin gunung. Angin laut membawa udara panas dan
angin gunung membawa udara dingin. Curah hujan yang menonjol di desa ini
24 bulan Januari sampai dengan bulan Juli adalah musim kemarau, akan tetapi setiap
tahun dapat saja mengalami perubahan10
Untuk mencapai Desa Bandar Dolok, alternatifnya yaitu dengan sepeda
motor atau kendaraan pribadi karena tidak ada angkutan umum yang sampai ke
desa ini, baik itu ojek maupun angkot. Terkadang ada juga becak yang mau .
Desa ini dikelilingi oleh pohon-pohon kelapa sawit milik PT. Perkebunan
Nusantara II (PTPN II) dan sedikit belukar. Di samping itu juga ada sungai
seperti: Sei Asam Kumbang, dan Sei Batu Gingging yang dimanfaatkan
masyarakat untuk irigasi areal persawahan. Desa ini memiliki tanah yang subur,
masyarakat memanfaatkan sebagai lahan pertanian dengan menanam
beranekaragam tanaman produktif seperti: tanaman pangan (padi, dan ubi kayu,
jagung, dan kacang hijau), tanaman perkebunan (kelapa, coklat, dan kelapa sawit),
tanaman buah-buahan (semangka, melon, dan pisang), dan sayur-sayuran (cabai,
tomat, dan kacang panjang).
Desa Bandar Dolok terdiri dari 3 (tiga) dusun, yaitu: Dusun I, Dusun II,
dan Dusun III. Setiap dusun tersebut dipimpin oleh Kepala Dusun (Kadus) demi
mempermudah anggota masyarakat dalam mengurus segala sesuatu keperluan
administrasi. Dusun-dusun tersebut dihubungkan oleh satu jalan utama. Jalan ini
digunakan sebagai sarana transportasi ke pusat kecamatan atau kabupaten.
Kondisi jalan dikatakan belum memadai karena jalan berbatu, dan sebagian jalan
yang beraspal sudah rusak. Jalan tersebut digunakan juga oleh masyarakat untuk
mengangkut hasil pertanian ke pusat kota, dan sebaliknya membawa barang
kebutuhan pokok sehari-hari ke desa.
10
25 mengantar sampai ke desa ini tetapi dengan bayaran yang mahal. Jarak dari Desa
Bandar Dolok ke Ibukota kecamatan yakni Pagar Merbau (Tanjung Mulia), sejauh
± 8 Km dengan waktu tempuh 30 menit, sedangkat jarak ke Ibukota Kabupaten
yaitu Lubuk Pakam sejauh ±16 Km dapat ditempuh selama 1 (satu) Jam dengan
menggunakan kendaraan sepeda motor.
Foto 2. Kondisi Jalan Menuju Desa Bandar Dolok Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015
2.2. Sejarah Singkat Desa Bandar Dolok
Desa Bandar Dolok mulai terbentuk pada tahun 1948 melalui program
pemerintahan yang pada saat itu berjumlah 28 KK (Kepala Keluarga) atau 104
jiwa dengan luas wilayah ±450 Hektar dan dipimpin oleh seorang Kepala Desa
yaitu Bapak Juki Purba. Kepala desa tersebut, memimpin Desa Bandar Dolok
sampai tahun 1951. Tanah yang digunakan untuk lokasi Desa Bandar Dolok
berasal dari penyerahan wakaf dari salah satu warga desa. Pada masa
pemerintahan Kepala Desa yang pertama ini, kegiatan Desa Bandar Dolok banyak
digunakan untuk menata kelembagaan kelompok masyarakat tersebut walaupun
masih bersifat sederhana, mulai dari pembagian regu yang nantinya berkembang
menjadi dusun dan penataan kelompok-kelompok pertanian yang lain. Pada saat
26 Namun, karena para pendatang waktu itu berasal dari desa maka banyak juga yang
membawa hewan ternak dan sebagian mengembangkannya di Desa Bandar
Dolok.
Selanjutnya setelah berakhir masa kepemimpinan Bapak Juki Purba,
masyarakat Desa Bandar Dolok memilih pemimpin baru pada tahun 1951 yang
bernama Bapak Buyung Damanik. Pemilihan Kepala Desa dilakukan secara
langsung yang diikuti oleh dua orang calon. Bapak Buyung Damanik memimpin
sampai dengan tahun 1961. Kemudian pada tahun 1961 sampai dengan 1971 Desa
Bandar Dolok dipimpin oleh Bapak Firman Silalhi. Tahun 1971 sampai dengan
1985 dipimpin oleh Bapak Abdul Hakim Purba. Tahun 1985 sampai dengan tahun
2005 dipimpin oleh Bapak Azwar Damanik. Selanjutnya pada tahun 2005
masyarakat Desa Bandar Dolok melakukan pemilihan Kepala Desa dengan cara
seperti pemilihan Kepala Desa pada saat sekarang ini, dengan beberapa calon
Kepala Desa dan sebelumnya melakukan adu visi dan misi dalam rencana
Pembangunan Desa Bandar Dolok.
Pada pemilihan Kepala Desa tahun 2005 ini yang tepilih menjadi Kepala
Desa adalah Bapak Feri Kurniawan Hasibuan. Rata-rata Kepala Desa di Desa
Bandar Dolok ini menjabat selama 2 (dua) periode masa pemerintahan desa.
27 Tabel 1
Sejarah Perkembangan Desa
Tahun Kejadian yang Baik Kejadian yang Buruk 1948
Terbentuknya Desa BandarDolok yang pertama kali
dipimpin Kepala Desa pertama yang bernama Juki Purba
Banyak warga desa yang pindah keluar desa akibat dari buruknya kondisi ekonomi di desa
1951
Diadakan pemilihan Kepala Desa yang pertama dan terpilih Bapak Buyung Damanik sebagai Kepala Desa
1960
Terjadi banjir karena belum dibangun tanggul penahan banjir
1968
Pembangunan Kantor Kepala Desa Bandar Dolok
1970
Pembangunan Mushola Al-Ikhlas di Dusun III
1982
Pembangunan Mesjid Al-Huda di Dusun II
1984
Pembangunan Tanggul Sei Batu
Gingging dan Pembangunan
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
2000
PembangunanMesjid Nurul Iman di Dusun III
Tanggul jebol mengakibatkan areal persawahan rusak
2005
PembangunanMushola Al-Ikhlas di Dusun I
Petani mengalami gagal panen disebabkan hama tikus
2007
Petani mengalami gagal panen disebabkan hama ganjur
2009
Normalisasi aliran Sei Batu Gingging
2010 Pembangunan drainase di Dusun
I, II, dan III dan
Pembangunanperpustakaan sekolah di SD Negeri 104249
Sumber: RPJM Desa Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011-2015
Bedasarkan sejarah awal mulanya, Desa Bandar Dolok adalah nama suatu
wilayah di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang yang menurut
beberapa tokoh masyarakat dikenal karena sebelum dijadikan
28 rawa yang sangat luas. Oleh masyarakat yang datang kemudian dibuat tanggul dan
jalan yang gunanya untuk mengurangi air di rawa tersebut. Setelah kering,
masyarakat menggunakannya sebagai persawahan dan perumahan. Peristiwa ini
bermula sekitar tahun 1945. Rawa yang luas tersebut kemudian dalam keseharian
masyarakat dikenal sebagai bandar, ketika dijadikan sebuah desa, dinamakan Desa
Bandar Dolok.
Desa Bandar Dolok mempunyai Visi yakni: meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang bermartabat dan religius dengan mengembangkan potensi
sumber daya. Selain menyusun Visi, Desa Bandar Dolok juga mempunyai Misi,
yakni: mengembangkan dan meningkatkan hasil pertanian masyarakat, pembuatan
sarana jalan usaha tani dan peningkatan jalan lingkungan, peningkatan sarana air
bersih bagi masyarakat, perbaikan dan peningkatan layanan sara kesehatan umum,
meningkatkan keterampilan dan kualitas sumber daya manusia, peningkatan
sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kapasitas aparat desa, serta
pengadaan permodalan untuk usaha kecil, memperluas lapangan kerja dan
manajemen usaha masyarakat.
2.3. Komposisi Penduduk
Berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik Kabupaten Deli Serdang tahun 2010, jumlah penduduk Desa Bandar
Dolok adalah 922 jiwa, yang terdiri dari 449 jiwa penduduk laki-laki dan 473 jiwa
penduduk perempuan. Jumlah rumah tangga adalah sebanyak 235 KK. Jumlah
penduduk dapat berubah sesuai dengan tingkat kematian dan kelahiran setiap
29 Tabel 2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Dusun Tahun 2014
NO Dusun Penduduk
1 I 291
2 II 304
3 III 322
Jumlah 917
Sumber: RPJM Desa Bandar Dolok Tahun 2011-2015
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Dusun III merupakan
dusun yang daerahnya paling banyak jumlah penduduknya. Pembagian wilayah
dusun di Desa Bandar Dolok tidak ada pembagian wilayah secara khusus, jadi
setiap dusun ada yang mempunyai wilayah pertanian dan perkebunan, sementara
pusat Desa berada di dusun I (satu). Berikut ini penulis jelaskan mengenai
komposisi penduduk Desa Bandar Dolok, yakni mengenai pengelompokkan
berdasarkan ciri-ciri tertentu seperti usia, jenis kelamin, mata pencaharian, dan
lain sebagainya. Dalam pembuatan deskripsi ini penulis memanfaatkan data
statistik yang diperoleh dari Kantor Camat Pagar Merbau dan Kantor Kepala Desa
Bandar Dolok.
2.3.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Pengelompokkan penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis
kelamin ini bermanfaat untuk mengetahui perbandingan jumlah penduduk
laki-laki dan perempuan yang terdiri dari kategori penduduk usia produktif (15-56
Tahun) dan kategori penduduk usia non-produktif (berusia 0-14 tahun dan 65
30 Tabel 3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
No Umur
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 0-14 Tahun 65 73 138
2 15-19 Tahun 49 53 102
3 20-26 Tahun 110 89 199
4 27-40 Tahun 87 74 161
5 41-56 Tahun 112 160 272
6 57+ Tahun 23 22 45
Jumlah 917
Sumber: RPJM Desa Bandar Dolok Tahun 2011-2015
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Bandar
Dolok ini tergolong usia dewasa dan dapat dikategorikan usia produktif (15-56
tahun), selebihnya adalah penduduk usia non-produktif (57 tahun ke atas) dan
anak-anak (0-14 tahun). Penduduk usia produktif berjumlah sebanyak 600 dan
sisanya ada sekitar 317 adalah usia non-produktif atau lanjut usia. Pada
kenyataannya di lapangan ada penduduk usia produktif yang masih bersekolah
dan penduduk usia non-produktif yang masih tetap bekerja untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarga.
2.3.2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi setiap manusia.
Setiap orang atau keluarga selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan
pendidikannya. Secara umum tingkat pendidikan di Desa Bandar Dolok dapat
dikatakan cukup baik. Dari data yang didapat dari Kantor Desa Bandar Dolok
bahwa tingkat pendidikan di daerah ini rata-rata mengenyam pendidikan mulai
31 hingga Perguruan Tinggi. Hal ini disebabkan karena ekonomi masyarakat
setempat.
Tabel 4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Keterangan Jumlah (orang)
1 Lulusan Pendidikan Umum
1. Taman Kanak-kanak
2. Sekolah Dasar
3. SLTP
4. SLTA
5. Akademi (D1-D3)
6. Sarjana (S1-S2)
34 80 25 30 - 15
2 Lulusan Pendidikan Khusus
1. Pendidikan Pesantren
2. Madrasah
3. Sekolah Luar Biasa
4. Kursus/Keterampilan
- - - - Sumber: RPJM Desa Bandar Dolok Tahun 2011-2015
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hanya sedikit saja penduduk yang
mengenyam pendidikan sampai tingkat SLTA dan Perguruan Tinggi. Dengan kata
lain dapat diartikan bahwa tingkat pendidikan di kalangan masyarakat Desa
Bandar Dolok masih tergolong rendah. Berdasarkan laporan RPJM Desa Bandar
Dolok Tahun 2011-2015, masih ada anak yang putus sekolah pendidikan 9
(sembilan) tahun, hal ini disebabkan karena faktor ekonomi yakni kurangnya dana
untuk membiayai sekolah karena mata pencaharian yang minim. Disamping itu,
adanya pengaruh gender dimana bagi sebagian dari mereka berpikir bahwa
seorang wanita tidak perlu sekolah tinggi karena setelah lulus mereka tetap akan
menjadi seorang ibu rumah tangga. Hal ini tentu mempengaruhi pengetahuan
mereka.
Desa Bandar Dolok memiliki sarana pendidikan berupa gedung sekolah.
32 gedung sekolah dasar yakni SDN 104249, dan 1 (satu) gedung Madrasah
Ibtidaiyah. Sementara untuk sekolah menengah atas masyarakat harus bersekolah
di luar Desa Bandar Dolok, umumnya para orang tua memilih menyekolahkan
anaknya di Kota Lubuk Pakam.
2.3.3. Jumlah Penduduk Mata Pencaharian Hidup
Pada umumnya masyarakat Desa Bandar Dolok bekerja di sektor pertanian
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini didukung oleh keadaan
geografisnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 5
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Hidup
No Keterangan Jumlah (KK)
1 Karyawan
a. Pegawai Negeri Sipil
b. ABRI
c. Polisi
d. Swasta
e. Perkebunan
6 6 - - 10
2 Wiraswata 20
3 Petani 243
4 Pedagang 15
5 Buruh 30
6 Pensiunan -
7 Nelayan -
8 Pengangguran/pekerja tidak tetap
Sumber: RPJM Desa Bandar Dolok Tahun 2011-2015
Disamping bekerja sebagai petani, terdapat juga yang beternak ayam dan
ikan. Ikan-ikan jenis Nila dan Gurami dipelihara mereka di dalam sebuah kolam
atau empang sebagai tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
33 2.3.4. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama
Sebagai suatu sistem kepercayaan dan keyakinan, agama bagi masyarakat
setempat memiliki peranan yang teramat penting dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari. Sistem nilai dan norma yang terdapat dalam ajaran agama
ditempatkan dalam posisi teratas dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi oleh semua lapisan masyrakat. Masyarakat Desa Bandar Dolok 90%
beragama Islam, sehingga nilai-nilai Islami sangat besar pengaruhnya dalam
pelaksanaan upacara-upacara adat. Termasuk mengenai masalah perkawinan,
sehingga tidak ada ditemukan kasus perkawinan campuran antar agama di daerah
ini.
Tabel 6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah (Jiwa)
1 Islam 844
2 Protestan 69
3 Katolik 0
4 Budha 0
5 Hindu 0
Jumlah 913
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang 2010
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat desa ini
adalah pemeluk agama Islam. Nilai-nilai Islami sudah terinternalisasi pada jiwa
masyarakat Desa Bandar Dolok. Sebagai wujud dari spirit keagamaan mereka
senantiasa meramaikan mesjid setempat untuk melaksanakan ibadah sholat lima
waktu, tetapi yang paling banyak melaksanakan ibadah shalat lima waktu di
mesjid adalah kaum perempuan terutama anak-anak dan yang paling ramai waktu
34 berbondong-bondong mengenakan pakaian rapi dan pecinya untuk menunaikan
ibadah sholat Jum’at.
Foto 3. Warga Pulang Melaksanakan Shalat Jum’at Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2015
Informan menambahkan bahwa suasana keagamaan sangat terasa ketika
menjelang bulan Ramadhan dan pada saat perayaan hari-hari besar agama Islam
seperti: Maulid Nabi, Isra’Miraj dan hari-hari besar lainnya. Masyarakat akan
mengadakan berbagai rangkaian acara di mesjid setempat dengan memasak kue
apem sebagai panganan tradisionalnya saat punggahanyaitu hari dimana sehari
menjelang bulan suci Ramadhan. Saat acara Maulid Nabi ataupun Isra’Miraj yang
menjadi panitianya ialah remaja mesjid, ada satu lagi tradisi lain yang dilakukan
masyarakat Desa Bandar Dolok yakni ziarah dan membersihkan tempat
pemakaman/perkuburan sebelum memasuki bulan Ramadhan.
2.4. Pola Pemukiman
Pola pemukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat
tinggal menetap dan melakukan kegiatan ataupun aktivitas sehari-harinya.
Permukiman dapat diartikan sebagai tempat (ruang) atau suatu daerah dimana
penduduk terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan setempat,
35 pemukiman merupakan persebaran tempat tinggal penduduk berdasarkan kondisi
alam dan aktivitas penduduknya. Ada 3 (tiga) buah dusun yang terdapat di Desa
Bandar Dolok, dusun-dusun tersebut ada yang terletak agak masuk ke dalam
dengan sebuah gapura sebagai tandanya.
Foto 4. Gapura Utama Desa Bandar Dolok Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015
Secara umum pola pemukiman di Desa Bandar Dolok bersifat berjajar
mengikuti jalan desa. Seseorang yang sudah menikah masih ada yang tinggal di
lingkungan keluarga isterinya. Menurut Koenjtaraningrat (1967;97-99) adat
menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat isteri ini disebut dengan istilah
uxorilokal. Rumah-rumah dibangun di pinggir jalan utama yang digunakan untuk
menghubungkan desa yang satu dengan desa lainnya. Jarak antara satu rumah
dengan rumah lainnya tidak terlalu jauh. Kebanyakan bentuk rumah masyarakat
sudah termasuk kategori permanen, namun ada juga beberapa rumah semi
permanen. Bangunan rumah itu secara umum terdiri dari sebuah ruang utama
yang berfungsi juga sebagai ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan kamar mandi
atau mereka sering menyebutnya sumur. Masih ada juga masyarakat yang belum
memiliki MCK, mereka memanfaatkan tali air untuk mandi, mencuci dan
36 paling luas dibanding ruang lainnya. Dapur yang luas ini sekaligus dimanfaatkan
untuk menyimpan alat-alat pertanian dan sebagian hasil pertanian mereka.
Foto 5. Pola Pemukiman Rumah Masyarakat Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015
Pekarang depan rumah juga cukup luas yang ditanami bunga-bunga
ataupun apotek hidup, ada juga yang memanfaatkannya sebagai tempat berjualan
makanan-makanan ringan. Pada sore hari mereka sering memanfaatkannya
sebagai tempat untuk bersendagurau, tempat anak-anak bermain, dan apabila
panas terik masyarakat memanfaatkannya sebagai tempat untuk menjemur padi.
Suasana malam di Desa Bandar Dolok tidaklah ramai, di sejumlah titik
jalan belum ada penerangan sehingga masyarakat tidak berani keluar rumah
sendirian jika malam hari karena sering terjadi pembegalan. Penerangan di desa
ini sudah menggunakan listrik bersumber dari PLN (Perusahaan Listrik Negara),
listrik tersebut digunakan untuk penerangan di rumah, untuk belajar anak-anak,
dan sebagai sarana hiburan (menonton televisi).
Untuk sarana kesehatan, Desa Bandar Dolok memang tidak memiliki
rumah sakit, namun terdapat sebuah puskesmas sebagai balai kesehatan desa.
Puskesmas yang ada digunakan untuk melayani imunisasi setiap bulan bagi balita
dan konsultasi para ibu hamil. Dengan adanya puskesmas menunjukkan juga
37 beranak. Kepedulian masyarakat terhadap kesehatan dapat dikatakan baik, jika
sakit mereka mengunjungi bidan desa untuk diperiksa dan mendapatkan
penanganan dengan diberikan obat sesuai dengan sakit yang diderita.
2.5. Keadaan Sosial
Penduduk Desa Bandar Dolok berasal dari berbagai daerah yang
berbeda-beda, dimana mayoritas penduduknya berasal dari berbagai kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara dan yang paling dominan adalah berasal dari Kabupaten
Simalungun. Meskipun berasal dari daerah Simalungun, tetapi mayoritas etnis
yang ada di Desa Bandar Dolok ialah etnis Jawa dengan jumlah 833 jiwa atau
mencapai sekitar 80%, selebihnya ada etnis Melayu, dan Mandailing.
Kerjasama, konflik, dan akomodasi merupakan tiga bentuk kemungkinan
atau konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan dalam setiap hubungan antar etnis.
Konsekuensi itu dapat terjadi antar kelompok etnik yang memiliki ciri-ciri
kelompok, identitas dan nilai-nilai budaya sendiri yang diterima oleh dan dapat
dibedakan dari kelompok lain. Pada masyarakat Desa Bandar Dolok yang terjadi
ialah hubungan yang harmonis, sehingga terbentuk tradisi-tradisi musyawarah
untuk mufakat, goton-royong, dan kearifan lokal yang lain sudah dilakukan oleh
masyarakat sejak adanya Desa Bandar Dolok dan hal ini secara efektif dapat
menghindarkan adanya benturan-benturan antar kelompok.
Pada umunya masyarakat Desa Bandar Dolok mengenal antara satu
dengan yang lainnya. Bukan hanya etnis Jawa saja, melainkan mereka juga
mengenal tetangganya secara mendalam. Hal ini terjadi karena akibat adanya rasa
38 mengobrol di teras rumah dan ketika berbelanja di warung atau kedai. Bahasa
yang mereka gunakan adalah bahasa Indonesia sebagai penghubung antara etnis
satu dengan yang lain. Jika sesama etnis Jawa mereka lebih menggunakan bahasa
Jawa. Bahasa termasuk unsur penting dalam kebudayaan karena bahasa
merupakan sarana dalam melakukan pergaulan manusia dalam komunikasi dan
adaptasinya.
Indahnya harmonisasi hubungan antar etnis yang terjalin di arena lokal
dapat dilihat dari eratnya interaksi yang ada, masyarakat juga turut mengikuti apa
yang sesuai dengan aturan adat setempat dan ikut mengambil bagian dalam setiap
kegiatan yang ada. Walaupun adat-istiadat Jawa terlihat lebih mendominasi pada
pranata dan nilai budaya, namun hal tersebut hanya dijadikan acuan agar bisa
hidup berdampingan. Ibu-ibu di Desa Bandar Dolok sering mengadakan
perkumpulan wiritatau perkumpulan pengajian ibu-ibu majelis taklim, tidak hanya
untuk ibu-ibu, majelis taklim juga diikuti oleh bapak-bapak. Mereka juga
membentuk kelompok remaja mesjid, kelompok ini diikuti dan dijalankan oleh
muda-mudi setempat. Ada juga grup rebana perempuan yang selalu difungsikan
untuk acara marhaban atau tepung tawar saat ada acara pernikahan, kelahiran, dan
khitanan. Sarana-sarana tersebut dinilai cukup fungsional dalam menjalin
hubungan antar etnis yang ada.
Dalam perhelatan perkawinan di Desa Bandar Dolok ada juga tradisi
gotong royong. Selain membantu dengan tenaga atau sering disebut dengan
rewang, terdapat juga tradisi gotong-royong dengan menyumbangkan
39 lainnya. Bentuk kegiatan ini dilakukan secara bergantian seperti halnya arisan atau
bermain jula-jula.
Penduduk Desa Bandar Dolok biasanya melaksanakan jual beli di pasar.
Pasar diadakan biasanya seminggu sekali pada hari yang ditentukan, masyarakat
di sini biasa menyebutnya dengan pekanan. Ketika hari pasar tiba maka para
pedagang dan pembeli dari beberapa dusun dan daerah lain akan berdatangan ke
pasar-pasar yang ada. Para pedangan menjual bahan-bahan pokok seperti beras,
gula, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan, makanan jadi seperti sate padang, bakso
bakar, dan ada juga yang menjual pakaian, perabotan rumah tangga dan
aksesoris-aksesoris lainnya.
2.6. Gambaran Umum Pertanian Desa Bandar Dolok
Lahan sawah adalah salah satu media tumbuhnya tanaman, juga
merupakan lahan yang sangat potensial dalam konteks peningkatan tanaman
pangan khususnya padi.
Foto 6. Persawahan di Desa Bandar Dolok Sumber: Dokumentasi Pribadi tahun 2015
Lahan sawah di Desa Bandar Dolok adalah lahan sawah dengan sistem
40 melalui sistem irigasi yang dibangun dan dipelihara oleh masyarakat dan
pemerintah setempat. Petani yang memanfaatkan sistem irigasi tersebut
dinamakan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Berdasarkan wawancara
dengan sekretaris Desa Bandar Dolok menerangkan bahwa P3A bertujuan untuk
menyalurkan dan juga pembagian air irigasi secara merata ke seluruh sawah agar
petani tidak ada yang merasa dirugikan. Sawah-sawah yang diairi dengan sistem
pengairan ini termasuk tinggi produktivitasnya, bisa ditanami 2 (dua) kali setahun.
Lahan sawah, untuk bisa ditanami padi terlebih dahulu petani harus melakukan
pengelolahan sawah dan juga membutuhkan tenaga kerja serta teknologi pertanian
hingga proses distribusi padi setelah panen, yang akan dijelaskan sebagai berikut:
2.6.1. Proses Pengelolahan Sawah (Menanam - Panen)
Cara pengolahannya dalam membajak sawah para petani tidak lagi
menggunakan jasa hewan seperti kerbau melainkan sudah menggunakan alat
modern seperti traktor pembajak sawah atau masyarakat sekitar sering
menyebutnya jetor. Pengolahan tanah bertujuan untuk mengubah tekstur tanah
yang keras menjadi lumpur agar mempermudah penanaman bibit padi.
Untuk bibit padinya, masyarakat petani membeli bibit dari toko pertanian,
bibit-bibit yang dibeli termasuk kedalam bibit yang disubsidi oleh pemerintah.
Bibit padi yang dipilih petani untuk di tanam adalah bibit padi jenis Ciherang,
Serang ataupun IR-64 dengan alasan yang pertama ialah petani sudah sering
menanam bibit padi jenis tersebut. Petani cenderung tidak mau mengganti bibit
padi dengan yang lain karena takut jika nanti tidak berhasil.
Masing-masing dari bibit tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan.
41 kelebihan bibit Ciherang ialah batang dan akar tanaman padi lebih kuat dibanding
dengan bibit yang lain, jika ditanam saat musim kemarau juga musim penghujan
hasilnya tetap bagus. Bibit padi IR-64 kelebihannya ialah menghasilkan nasi yang
enak dengan aroma beras yang harum dan timbangan padi lebih berat. Kelebihan
bibit padi Serang hampir sama dengan kualitas bibit padi Ciherang. Bibit padi
Ciherang, Serang dan IR-64 mempunyai kekurangan yang sama yakni masih
rentan terserang hama dan penyakit. Di samping itu, bibit padi IR-64 juga
memiliki batang padi yang kurang kuat sehingga ketika angin kencang datang
menyebabkan tanaman padi mudah tumbang.
Foto 7. Varietas bibit padi Ciherang 5 Kg Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2015
Sebelum bibit ditanam, petani harus merendam bibit selama satu hari satu
malam di dalam air hingga bibit padi berkecambah. Setelah bibit padi di rendam
dilakukan pe-ngetusan atau ngetus11
11
Ngetus adalah bahasa yang digunakan masyarakat setempat untuk istilah pengeringan atau bahasa lainnya ialah “ditiriskan”
agar bibit tersebut kering dan siap untuk
disemai di sawah. Pada umumnya untuk penyemaian petani membuat pembibitan
di sekitar areal sawah yang tempatnya lebih tinggi, tanah untuk pembibitan sudah
42 ditabur di tempat penyemaian tersebut selama 15-18 hari. Jumlah bibit padi yang
dibutuhkan untuk satu rante sawah adalah 2 Kg bibit padi, terkadang petani
melebihkan takarannya untuk mengantisipasi jika bibit padi ada yang rusak
sehingga tidak dapat ditanam.
Bibit yang telah berusia 15-18 hari sudah bisa ditanam di sawah, satu
lubang biasanya diisi 3-5 batang bibit dengan kedalaman 5 cm dan jarak
penanaman sekitar ±20 cm. Setelah bibit ditanam, padi sangat memerlukan
perawatan karena padi termasuk jenis tanaman yang memerlukan perawatan untuk
pertumbuhannya. Perawatan padi salah satunya adalah dengan melakukan
pemupukan, petani Desa Bandar Dolok melakukan pemupukan sebanyak 2 (dua)
kali pemupukan dengan cara disebar secara merata.
Foto 8. Seorang Petani Melakukan Pemupukan Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015
Pemupukan pertama yaitu 10-15 hari sesudah tanam, jenis pupuk yang
diberikan adalah UREA (sebagai zat daun) dicampur dengan pupuk SP-36
(sebagai zat buah). Untuk pemupukan yang pertama komposisi atau dosis pupuk
lebih banyak dibanding pemupukan yang kedua agar padi terus bertunas.
Pemupukan yang kedua sekitar 35 hari sesudah tanam, jenis pupuk yang
digunakan adalah campuran pupuk UREA, Phonska dan SP-36. Pada umumnya
43 Dolok, ada juga beberapa petani yang menggunakan pupuk AMAPOS sebagai
pengganti pupuk Phonska. Harga pupuk AMAPOS lebih mahal dibanding harga
pupuk yang lainnya, oleh sebab itu tidak banyak petani yang menggunakan pupuk
tersebut. Seperti yang dikatakan informan yang bertani sejak tahun 1980-an:
“kalau pupuk itu yang bagus yang harganya Rp 400.000/sak jenis amapos. Kualitasnya lebih bagus dibanding pupuk subsidi, tapi ya pupuk seharga segitu kadang gak tebelik lah mahal...mupuk nya 2 (dua) kali, yang pertama mupuk agak banyak pupuknya biar padi punya tunas yang bagus..”(Sugiono, 63 tahun. Wawancara 25 April 2015)
Selain pemupukan, petani juga merawat padi dengan menyiangi rumput
yang tumbuh di sekitarnya agar padi terbebas dari gulma dan pengaturan air pada
saluran irigasi. Pengaturan air pada hari pertama dan kedua setelah tabur benih
untuk mengusahakan kondisi tanah dalam keadaan lembab, tanaman padi jangan
sampai tergenang air karena tanaman padi dapat mati. Hari selanjutnya sedikit
demi sedikit air dialirkan ke petakkan sawah, tinggi air sesuai dengan
pertumbuhan padi.
Jika padi yang ditanam sudah berumur 115 hari petani sudah bisa
memanen, padi sudah berisi dan menguning. Masa panen inilah yang ditunggu
oleh petani-petani Desa Bandar Dolok. Pada waktu memasuki masa panen inilah
petani dapat mengetahui kondisi padinya, apakah hasilnya bagus atau tidak. Padi
yang bagus biasanya menghasilkan 4-5 karung per rantenya.
2.6.2. Tenaga Kerja
Dalam proses penanaman padi hingga panen petani membutuhkan tenaga
kerja dan bantuan teknologi. Tenaga kerja yang membantu petani bukan berasal
dari keluarga sendiri, mereka adalah buruh upah atau tenaga kerja luar keluarga.
44 keatas dan mayoritas sudah memiliki keluarga, di Desa Bandar Dolok sumber
daya anak diusia sekolah sangat jarang yang membantu di sawah.
Ketika melakukan penanaman, petani menggunakan sistem upah cabut
tanam. Sistem upah cabut tanam ialah kegiatan mencabut dan menanam bibit padi
seluruhnya dikerjakan oleh buruh upah, satu orang buruh upah mendapat bayaran
Rp 42.000/rante dari petani pemilik. Buruh upah yang dipekerjakan dalam sistem
cabut tanam sabanyak 3 orang, sistem kerja juga ada yang dilakukan secara
borongan dengan bayaran yang berbeda pula. Buruh upah yang dipakai petani
bukanlah buruh upah langganan atau bukan buruh upah tetap. Siapa saja bisa
membantu petani dalam proses penanaman tersebut (Sugiono, 63 tahun.
Wawancara 25 April 2015).
Kategori petani di Desa Bandar Dolok berdasarkan kepemilikan lahannya
antara lain: petani pemilik lahan sendiri dan petani penyewa, diluar itu ada yang
sebagai buruh upah.
• Petani pemilik lahan sendiri: yang dimaksud di sini adalah petani yang
memiliki lahan pertanian dengan kepemilikan sendiri dan tetap yang sah
secara hukum. Pada mulanya van der Kroef yang mengatakan bahwa
pertanian padi sawah di Jawa dikerjakan seluruhnya oleh tenaga kerja
keluarga pemilik sawah. Menurutnya, keadaan ini terus berlangsung
sampai abad ke-20 ini. Di Desa Bandar Dolok, yang terlihat pada masa
kini meskipun petani memiliki lahan sendiri, tetapi dalam pengelolaannya
tidak seluruhnya dikerjakan oleh keluarga pemilik sawah kebanyakan
45 upah dipekerjakan pada masa tanam dan panen. Petani dengan lahan
sendiri dianggap keadaan ekonomi paling mapan.
• Petani penyewa: petani yang tidak memiliki lahan sendiri biasanya
memakai lahan orang lain untuk usahatani, kesepakat antara penyewa
dengan pemilik tanah dilakukan secara kekeluargaan. Petani penyewa
biasanya membayar sewa tanah Rp 200.000 per rantenya dalam masa
sekali panen, harga sewa bisa lebih mahal ataupun lebih murah sesuai
dengan kesepakatan bersama.
• Buruh upah: buruh upah dalam tulisan ini yang dimaksud adalah buruh
bebas, mereka siap bekerja membantu petani mengolah sawahnya untuk
siapa saja dan kapan saja dalam kontrak kerja jangka pendek dan tidak
terikat.
Penulis melihat di Desa Bandar Dolok ada perbedaan status sosial, petani
dengan lahan sendiri status sosialnya lebih tinggi dibanding petani penyewa lahan
dan buruh tani. Hal ini dapat dilihat dari bentuk rumah, kepemilikan kendaraan,
pakaian dan juga diperjelas oleh pernyataan seorang informan:
“kalo di desa ini petani kaya dihormati, disegani. Tapi orang itu gak sombong juga. Tetap ngabung dengan yang lain, ya berbaur lah istilahnya” (Theresia, 46 tahun. Wawancara 7 Mei 2015)
Antara petani pemilik, petani penyewa dan buruh upah terjalin hubungan
yang sangat baik. Mereka saling mengenal satu sama lain meskipun berasal dari
suku yang berbeda-beda. Petani merasa rugi jika tidak memiliki teman yang
banyak oleh sebab itu mereka selalu memperkuat tali silaturahmi dengan sistem
tolong-menolong. Petani pemilik memberi bantuan kepada buruh upah jika ia
46 menghargai tenaga yang telah diberikan. Seperti yang dijelaskan oleh seorang
informan yang berprofesi sebagai buruh upah berikut ini:
“petani yang punya lahan sendiri memang nampak rumahnya lebih bagus, tapi soal hubungan, semuanya baik-baik aja. Orang itu juga ikut kegiatan yang ada, saling tegur. Kalo gadak uang kami dikasih pinjam, ada juga sih yang pelit memang hehehhe tapi semua berjalan baiklah” (Wagiyah, 60 tahun. Wawancara 7 Mei 2015)
Penulis berpandangan, meskipun petani di Desa Bandar Dolok terdiri dari
beberapa suku yang berbeda, namun dalam masalah pekerjaan mereka semua
terlihat sama-sama rajin, tidak tampak ada yang dominan seperti misalnya: petani
suku X lebih rajin dari petani suku Y ataupun sebaliknya. Saat di sawah mereka
semua bekerja dengan baik.
Mereka setiap pagi pergi ke sawah pukul 07:00 WIB sampai pukul 11:00
WIB lalu kembali lagi pada pukul 15:00 WIB sampai pukul 18:00 WIB. Pada
waktu pergi ke sawah di pagi hari, kaum laki-laki lebih dahulu sampai di sawah
dibandingkan dengan para ibu-ibu karena para ibu harus membereskan rumah,
menyiapkan keperluan anak-anaknya yang akan berangkat sekolah (bagi yang
memiliki anak sekolah) dan memasak terlebih dahulu di rumah. Setelah selesai
memasak, saat itulah mereka pergi ke sawah menyusul suaminya sambil
membawa makanan yang telah dimasak sebelumnya untuk dimakan bersama di
sawah. Ungkap seorang informan:
“kerja jadi buruh upah kalo ke sawah kami bawak makanan sendiri, tapi kadang diberi makan siang juga dari yang punya lahan. Tergantung masing-masing orangnya kadang dikasih kadang gak” (Wagiyah, 60 tahun. Wawancara 7 Mei 2015)
Bagi seorang buruh upah biasa pekerjaan yang lebih berat dikerjakan oleh
47 banyak dikerjakan oleh kaum perempuan. Pada saat proses panen, selain
memerlukan bantuan buruh upah petani juga memerlukan tenaga bantu seperti
thresser. Seperti penjelasan informan:
“nanti kita kalo panen pake treser, padi-padi dirontokkan. Udah ada mesinnya. Itu mesin katanya punya pemerintah, kalo kita make itu kita bayar lagi. Ntah berapa kemaren itu saya bayar, saya pun lupa. Hehehe udah enaklah kalo udah pake itu, kita gak capek lagi.. ” (Nasution, 58 tahun. Wawancara 5 Mei 2015)
Thresseradalah alat yang memiliki fungsi memisahkan biji padi dengan
bagian yang tidak diperlukan, padi yang dihasilkan dapat langsung terpisah
dengan jerami dan langsung dapat dimasukkan ke dalam goni (karung).
Masyarakat setempat biasanya menyebut thresser dengan sebutan “mesin
grendel”.
Foto 9. Petani menggunakan thresser Sumber : Dokumentasi pribadi 2015
Hasil panen tersebut sebagian digunakan untuk kebutuhan sendiri dan
sebagian dijual ke agen. Padi yang digunakan untuk kebutuhan keluarga sendiri
dijemur terlebih dahulu sebelum digiling menjadi beras. Petani Desa Bandar
Dolok biasanya menggiling padi di tempat penggilingan padi. Harga yang harus
dibayar ke penggilingan sejumlah Rp 300/Kg jika dedak ditinggal, jika dedak
48 “banyak orang menggiling padi ke penggilingan, giling padi kita
bayar Rp 300/Kg lah kalo dedaknya kita tinggal di sana, kalo dedaknya kita bawak pulang harganya Rp 700/Kg. Ada juga
orang yang gilingnya ke odong-odong” (Barus, 43 tahun.
Wawancara 30 April 2015)
Foto 10. Tempat Penggilingan Padi di Desa
Bandar Dolok yang mampu menggiling padi 100 Ton/hari Sumber: Dokumentasi pribadi (30 April 2015)
Selain ke penggilingan padi, sebagian petani ada juga yang menggiling padi
menggunakan jasa odong-odong. Odong-odong adalah bahasa masyarakat
setempat untuk menyebutkan alat penggiling padi, odong-odong biasanya
berkeliling ke desa-desa yang bersawah.
Foto 11. Odong-odong (Penggiling padi berjalan) Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015
Odong-odong juga menyediakan call person untuk layanan panggilan. Jadi, kapan
saja petani ingin menggiling padi si tukang odong-odong siap datang ke rumah
petani. Harga yang harus dibayar ke jasa odong-odong sejumlah Rp 400/Kg
49
hemat tenaga. Tapi sebagian petani mengeluhkan sistem kerja odong-odong ini
karena suara mesinnya sangat keras dan dianggap mengganggu warga yang lain.
2.6.3. Pemasaran
Banyak petani yang menjual sebagian hasil panennya ke agen atau
tengkulak. Pada saat panen, petani telah membuat perjanjian untuk menjual
gabahnya kepada agen sehingga agen sudah langsung datang ke sawah saat
musim panen tiba untuk melakukan transaksi jual beli. Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa agen mendatangi petani untuk membeli gabah dari hasil panen.
Berdasarkan hasil wawancara dengan agen dikatakan bahwa gabah yang
dijual ke agen merupakan gabah basah karena belum dilakukan penjemuran
terlebih dahulu. Gabah dibawa oleh agen dengan menggunakan truk menuju ke
tempat penggilingan padi, artinya agen menjual gabah tersebut kepada kilang
penggilingan padi yang ada di Desa Bandar Dolok maupun kilang padi yang ada
di kecamatan. Kilang penggilingan padi menyimpan gabah di gudang untuk
selanjutnya dijemur dan digiling menjadi beras, selanjutnya kilang penggilingan
padi menjual beras ke pedagang besar dengan harga dan syarat-syarat yang telah
disepakati. Tahap berikutnya, pedagang besar menjual beras ke pedagang induk
kota dan kios pengecer hingga akhirnya sampai kepada konsumen. Berikut adalah
kerangka saluran pemasaran beras:
Petani Agen Kilang Penggilingan Padi Pedagang Besar
Pedagang Induk Kota
Pedagang Kios Pengecer
50 Sistem pemasaran beras dari produsen ke konsumen merupakan sistem
eceran yangmana melibatkan lembaga-lembaga pemasaran karena pada dasarnya
petani tidak dapat bekerja sendiri untuk memasarkan hasil produksinya, lembaga
yang terkait ialah lembaga pemerintahan yang ikut berperan dan memberikan
kemudahan pendistribusian beras ke konsumen seperti Badan Urusan Logistik
(BULOG), Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Sumatera Utara dan Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara.
Hubungan petani dengan agen terjalin dengan baik. Agen juga selalu
menawarkan pinjaman uang jika petani mengalami kesulitan modal atau ekonomi.
Hubungan timbal balik yang terjadi terus-menerus menimbulkan rasa saling
percaya antar kedua belah pihak, sering petani menganggap agen adalah mitra
yang baik bagi mereka. Demikian juga sebaliknya, agen menganggap petani
sebagai asset yang penting dan harus dijaga dengan baik karena petani dapat
mendatangkan keuntungan bagi para agen padi.
Relasi patronase yang terjalin antara petani dan agen di Desa Bandar
Dolok bersifat semu dan berbentuk assosiatif atau kerja sama. Mereka saling
membutuhkan, melakukan pertukaran dengan berbagai bentuk, mereka saling
percaya satu sama lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Scott dalam Ibrahim
(2003) bahwa relasi patronase merupakan proses assosiatif yang berbentuk
kerjasama antar dua orang yang berbeda statusnya, dengan ciri-ciri si patron
melindungi klien dalam berbagai transaksi, saling membutuhkan, saling percaya